Anda di halaman 1dari 52

MATERI

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

Disusun Oleh :

SOFIYA KHOIRUNNISA (32212622)

MAURIZA QUAMILA N.H. (32212672)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI

TAHUN 2024
PEMBAHASAN

➢ Isu – isu Krusial Mengenai SAP


1. Teknologi digital dan perubahan iklim
Teknologi digital membawa masuk ekonomi dalam platform digital
sehingga menimbulkan banyak konsekuensi termasuk pada bidang akuntansi.
Dengan adanya era ekonomi digital yang semakin kuat membawa peluang
kejahatan baru dalam melakukan penyelewengan serta memunculkan aset
dalam bentuk tidak berwujud sehingga resiko dan manfaat Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) perlu disesuaikan. Selain itu, perubahan iklim juga perlu
diperhatikan karenakan diperlukan tindakan pengelolaan sejak dini untuk
memperoleh manfaat jangka Panjang.
2. Perbedaan Sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah.
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah pusat diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sedangkan Sistem Akuntansi Pemerintahan
pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Kepala Daerah yang
mengacu pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP).
Dampaknya, terdapat perbedaan antara sistem akuntansi pemerintah pusat
dan sistem akuntansi pemerintah daerah, mulai dari kebijakan akuntansi,
jurnal dan prosedur penyusunan laporan keuangan sehingga mempengaruhi
penyajian informasi dalam laporan keuangan.
Dampak akhir dari perbedaan tersebut adalah muncul kesulitan dalam
proses konsolidasi antar laporan keuangan pemerintah daerah dan kesulitan
dalam konsolidasi laporan keuangan pemerintah daerah dan laporan
keuangan pemerintah pusat. Selain itu, terdapat kendala saat melakukan
eliminasi akun-akun resiprokal serta penyajian aset tetap, beberapa
pemerintah daerah menyajikan aset tetap dalam nilai buku (nilai perolehan
dikurang akumulasi penyusutan). Penggunaan akun yang berbeda-beda antar
pemerintah daerah juga menjadi hambatan dalam proses konsolidasi LKPD.
Perbedaan penyajian informasi dalam laporan keuangan menyebabkan proses
konsolidasi menjadi lebih lama.
3. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan yang mengatur perlunya penyusunan konsolidasi
laporan. Dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
dinyatakan bahwa ada dua jenis konsolidasi, yaitu konsolidasi fiskal dan
konsolidasi statistik keuangan pemerintah. Konsolidasi fiskal merupakan
konsolidasi Laporan Keungan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan
Keungan Pemerintah Daerah (LKPD) yang kemudian disusun menjadi
Laporan Keungan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) sesuai dengan prinsip
dan aturan akuntansi dengan merujuk pada PSAP Nomor 11. Selain karena
amanat peraturan perundang-undangan, terdapat alasan lain perlunya
dilakukan penyusunan LKPK. Laporan keuangan yang disusun oleh masing-
masing entitas pelaporan pemerintah belum mampu untuk menggambarkan
aktivitas pemerintah secara umum menjadi alasan perlunya dilakukan
konsolidasi laporan keuangan pemerintah.

4. SAP Berbasis Akrual


Pada tahun 2015, seluruh instansi pemerintah baik yang ada di pusat maupun
di daerah harus sudah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
berbasis akrual (accrual basis). Kondisi yang perlu diperhatikan sebelum SAP
berbasis akrual diterapkan pada 2015 adalah terkait dengan LKPD 2012 yang
diaudit BPK, dimana baru sekitar 16 provinsi dan 115 Kab/Kota yang
mendapatkan opini WTP, dengan system akuntansi yang diterapkan saat ini.
Untuk keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual, komunikasi Kemendagri
dengan Kemenkeu juga terus dilakukan. Demikian pula komunikasi dengan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) insentif dilakukan agar
penerapan SAP berbasis akrual di daerah bisa tepat waktu. Yang menjadi
landasan bagi daerah untuk penerapan SAP berbasis akrual di tingkat daerah
yaitu Peraturan Kepala Daerah tentang kebijakan dan system akuntansi
pemerintah pemerintah daerah.
REVIEW ARTIKEL

1. Artikel 1
❖ Judul : Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Dompu)
❖ Jurnal : Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
❖ Volume dan Halaman : Vol 4 (01) : 229-247
❖ Tahun : 2024
❖ Penulis : Rizky Ramadhan, Uni Fahrani
❖ Topik : Kualitas Laporan Keuangan
❖ Fenomena : Walaupun mendapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP), penerimaan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) oleh BPK-RI
Perwakilan Provinsi NTB di Mataram terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Dompu tahun anggaran 2021 yang
diterima pada tanggal 10 Mei 2022, diungkapkan masih terdapat temuan
atau catatan-catatan pemeriksaan, diantaranya BPK menemukan adanya
permasalahan- permasalahan sistem pengendalian interen dan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, diantaranya
dalam penyusunan Laporan Keuangan, Kebijakan akuntansi Pemerintah
Daerah Kabupaten Dompu belumsepenuhnya berpedoman pada standar
akuntansi pemerintahan dan Kebijakan Akuntansi Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) belum sepenuhnya sesuai dengan kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu. (Setda Kabupaten Dompu, 2022).
(Pendahuluan, Paragraf 2)
❖ Rumusan Masalah :
a. Apakah penerapan standar akuntansi pemerintah berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan?
b. Apakah sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan?
c. Apakah sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan?
❖ Kontribusi Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Penerapan SAP, SAKD dan SIP terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah pada BPKAD Kabupaten Dompu.
❖ Kerangka Teoritis : Teori Stewardship yang dikemukakan oleh
(Donaldson & Davis, 1991) mengasumsikan bahwa terdapat hubungan
kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan organisasi
didukung dengan adanya berbagai pihak yang mampu melaksanakan
tindakan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan, berdasarkan asas
kepercayaan yang diberikan kepada pihak yang memiliki wewenang
dalam suatu organisasi, dan diharapkan dapat dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab.
❖ Kerangka konseptual :
❖ Perumusan Hipotesis :
a. Penerapan standart akuntansi pemerintah berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan.
b. Sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan.
c. Sistem pengendalian internal berpengaruh negative terhadap kualitas
laporan keuangan.
❖ Populasi Penelitian : Seluruh kepala dan staf/karyawan BPKAD
Kabupaten Dompu yang berjumlah 91 orang.
❖ Sampel Penelitian : Teknik penentuan sampel didasarkan pada metode
Non Probability Sampling, Pendekatan yang digunakan dalam penarikan
sampel adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Sampel
berjumlah 52 orang.
❖ Jenis Data : Data sekunder dan data primer.
❖ Teknik Pengumpulan Data : Dengan melakukan observasi awal terhadap
objek penelitian, melakukan wawancara, dan penyebaran kuesioner. Jenis
angket dalam penelitian yaitu angket tertutup, di mana responden hanya
member jawaban sesuai dengan apa yang sudah disediakan oleh peneliti,
alternatif jawaban sudah tersedia.
❖ Variabel :
a. Variabel Independen : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan,
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem Pengendalian Internal.
b. Variabel Dependen : Kualitas Laporan Keuangan.
❖ Tujuan Penelitian : Hypothesis testing
❖ Setting Penelitian : Field Study
❖ Unit Analisis : Industri
❖ Dimensi Waktu : Cross sectional study
2. Artikel 2
❖ Judul : Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual
Terhadap Kualitas Penyajian Laporan Keuangan
❖ Jurnal : Jurnalku
❖ Volume dan Halaman : Vol 3 (01) : 23-34
❖ Tahun : 2023
❖ Penulis : Lina Rosana, Risma Wira Bharata
❖ Topik : Kualitas Penyajian Laporan Keuangan
❖ Fenomena : Indonesia termasuk lambat dalam memperkenalkan akuntansi
basis akrual (accrual basic), serta memiliki masa tenggang pada akuntansi
basis akrual (accrual basic) ini. Pada pengelolaan laporan keuangan, salah
satunya berkaitan dengan pencatatan keuangan untuk setiap instansi
pemerintahan daerah maupun pusat dengan berbasis akrual (accrual
basic). Hal tersebut sudah diatur pada UU Nomor 17 Tahun 2003 pasal 36
ayat 1 terkait keuangan negara dengan penjabaran pelaksanaan paling
lambat 5 tahun pada pengakuan serta pengukuran pendapatan dan
pengeluaran berbasis akrual (accrual basic). (Pendahuluan, Paragraf 3)
❖ Rumusan Masalah : Bagaimana implementasi Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) berbasis akrual (accrual basic) terhadap kualitas
penyajian laporan keuangan?
❖ Kontribusi Penelitian : Pemerintahan yang telah menerapkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dengan baik, diharapkan mampu
mempertahankan konsitensinya serta terus melakukan sosialisasi pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar kualitas pada laporan
keuangan yang disajikan bertahan dan dan semakin baik dan bagi
pemerintahan yang akan menyusun laporan keuangan, perlunya
melakukan pendidikan serta pelatihan langsung mengenai PP Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dengan basis
akrual (accrual basic) kepada Sumber Daya Manusia SDM yang terkait,
dan penempatan untuk SDMnya harus sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Supaya kesalahan saat menyusun serta menyajikan laporan
keuangan berbasis akrual (accrual basic) dapat diminimalisir.
❖ Jenis dan Sumber Data : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengan sumber data sekunder dari jurnal penelitian dari peneliti
terdahulu melalui media Google Scholar.
❖ Teknik Pengumpulan Data : Pengumpulan data pada penelitian ini
dengan menggunakan penelitian kepustakaan atau disebut library
research.
❖ Tujuan Penelitian : Describtive
❖ Setting Penelitian : Field Study
❖ Unit Analisis : Individual
❖ Dimensi Waktu : Longitudinal study

3. Artikel 3
❖ Judul : Penerapan Pertanggungjawaban Catatan atas Laporan Keuangan
Berdasarkan Pernyataan Standart Akuntansi Pemerintahan Nomor 04 Pada
Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara
❖ Jurnal : Jurnal EMBA
❖ Volume dan Halaman : Vol 11 (02) : 494-505
❖ Tahun : 2023
❖ Penulis : Elfiane Sindi Kapantow, Herman Karamoy, Peter M. Kapojos
❖ Topik : Pertanggungjawaban Catatan atas Laporan Keuangan
❖ Fenomena : Dinas Pariwisata belum sepenuhnya mempertanggung
jawabkan catatan atas laporan keuangan setiap akhir periode sesuai waktu
yang ditentukan. Hal ini karena masih kurangnya tenaga kerja pegawai
dalam kegiatan operasional kantor khususnya bagian keuangan dan
kurangnya pemahaman tenaga kerja pegawai mengenai penyajian catatan
atas laporan keuangan pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara.
(Pendahuluan, Paragraf 7)
❖ Rumusan Masalah :
a. Bagaimana Penyajian Dalam Penerapan Pertanggungjawaban Catatan
Atas Laporan Keuangan Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Nomor 04 pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Utara?
b. Bagaimana Pengungkapan Dalam Penerapan Pertanggungjawaban
Catatan Atas Laporan Keuangan Berdasarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan Nomor 04 pada Dinas Pariwisata Provinsi
Sulawesi Utara?
❖ Kontribusi Penelitian : Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara agar
supaya berupaya meningkatkan standar akuntansi pemerintahan berbasis
akrual, meskipun sudah sepenuhnya menerapkan SAP khusunya PSAP
No.04 yang berbasis akrual di mana terdapat laporan perubahan saldo
anggaran belum di realisasikan atau di lampirkan.
❖ Jenis dan Sumber Data : penelitian ini adalah data kualitatif. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.
❖ Teknik Pengumpulan Data : Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan
teknik dokumentasi, dimana data yang diperoleh akan di analisis serta di
deskripsikan berdasarkan penemuan-penemuan fakta-fakta penelitian di
Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara.
❖ Tujuan Penelitian : Describtive
❖ Setting Penelitian : Field Study
❖ Unit Analisis : Industri
❖ Dimensi Waktu : Cross Sectional study
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem


Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Sistem Pengendalian Internal
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
(Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu)

Penulis: Abstrak:
Rizky Ramadhan 1 Tahun Anggaran 2017-2021 BPK telah menerbitkan LKPD Kab. Dompu
Uni Fahrani 2 dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), namun BPK RI
mengungkapkanmasih terdapat temuan atau catatan-catatan pemeriksaan,
Afiliasi: sehingga perlu dilakukananalisis dan penelitian lebih lanjut guna
Program Studi Akuntansi meminimalisir kendala-kendala serupa pada laporan keuangan tahun-
Sekolah Tinggi Ilmu tahun selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Ekonomi YAPIS Penerapan SAP, SAKD dan SIP terhadap kualitas laporan keuangan
Dompu1, 2 pemerintah daerah pada BPKAD Kabupaten Dompu. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif. Dari sisi pengumpulan datapenelitian ini dapat
Korespondensi: disebutkan sebagai penelitian survey. Populasi dalam penelitianini adalah
rizkyramadhandompu@g seluruh kepala dan staf/karyawan BPKAD Kabupaten Dompu
mail.com yangberjumlah 91 orang. Pendekatan yang digunakan dalam penarikan
sampel adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Sampel
Histori Naskah: dalam penelitian ini berjumlah 52 orang. Pengolahan data dilakukan
Submit: 22-02-2024 menggunakan SPSS Versi 25. SAP secara parsial berpengaruh signifikan
Accepted: 27-02-2024 terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, SAKD secara
Published: 01-03-2024 parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah, SPI secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, Secara simultan variabel
SAP, SAKD, dan SIP berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah yaitu memiliki pengaruh sebesar 65% dan selebihnya
35% dipengaruhi oleh variabel lain.

Kata kunci: Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pendahuluan
Dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), pengelolaan keuangan daerah
dituntut untuk tertib, transparan, dan akuntabel. Salah satu upaya mewujudkan pemerintahan yang
bersih, maka pemerintah daerah diwajibkan untuk menyusun Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) (Pujanira dan Taman,
2017). Peraturan Pemerintahan No 71 Tahun 2010 mengatakan kualitas karakteristik suatu laporan
keuangan pemerintah yaitu suatu prasyaratnormatif yang sangat dibutuhkan sehingga laporan
keuangan pemerintahan bias memberikan kualitas yang diinginkan, yaitu relevan, handal, dapat
dibandingkan, dan dapat dipahami. Dalam proses mengelola keuangan daerah yang ada dalam suatu
instansi haruslah disusun dengan semaksimal mungkin agar menghasilkan pengelolaan keuangan
yang efektif (Ikyarti dan Aprila, 2019).
Walaupun mendapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), penerimaan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) oleh BPK-RI Perwakilan Provinsi NTB di Mataram terhadap Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Dompu tahun anggaran 2021 yang diterima pada
tanggal 10 Mei 2022, diungkapkan masih terdapat temuan atau catatan-catatan pemeriksaan,
diantaranya BPK menemukan adanya permasalahan- permasalahan sistem pengendalian interen dan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, diantaranya dalam penyusunan Laporan

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 229
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Keuangan, Kebijakan akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu belumsepenuhnya


berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan dan Kebijakan Akuntansi Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) belum sepenuhnya sesuai dengan kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
Kabupaten Dompu. (Setda Kabupaten Dompu, 2022).
Berdasarkan fenomena tersebut dapat diketahui bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu
walaupun telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), namun masih mengalami
kendala-kendala dalam penyajian laporan keuangan yang berkualitas, sehingga perlu dilakukan
analisis dan penelitian lebih lanjut guna meminimalisir kendala-kendala serupa pada laporan
keuangan pada tahun-tahun selanjutnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan pengembangan penelitian dari
penelitian sebelumnya dan guna menganalisis lebih lanjut pengaruh ketiga unsur tersebut, yakni
standar akuntansi pemerintahan (SAP), sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD), dan sistem
pengendalian internal (SPI), dengan judul penelitian “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, dan Sistem Pengendalian Internal
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

Studi Literatur
Teori Stewardship (Stewardship Theory)
Teori Stewardship yang dikemukakan oleh (Donaldson & Davis, 1991) mengasumsikan bahwa
terdapat hubungan kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan organisasi
didukung dengan adanya berbagai pihak yang mampu melaksanakan tindakan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan, berdasarkan asas kepercayaan yang diberikan kepada pihak yang
memiliki wewenang dalam suatu organisasi, dan diharapkan dapat dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab.
Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang
menyatakan bahwa Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan serta
transaksi-transaksi yang dikerjakan oleh suatu entitas pelaporan selama periode pelaporannya. Laporan
keuangan dapat digunakan untuk mengetahui sumber daya ekonomi yang telah dimanfaatkan dalam
melaksanakan kegiatan operasional pemerintah, dengan menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas
dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu dalam menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Laporan Keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja suatu entitas. Dengan kata lain, laporan keuangan adalah catatan tertulis yang
menyampaikan kegiatan bisnis dan kinerja keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan sebuah
perusahaan sering diaudit lembaga tertentu untuk memastikan keakuratan laporan, terutama urusan pajak,
pembiayaan, atau investasi (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015).
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (SPAP) No.1 menjelaskan definisi laporan keuangan sebagai
laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan. Laporan keuangan menjadi alat yang digunakan untuk menunjukan capaian kinerja dan
pelaksanaan fungsi pertanggungjawaban dalam suatu entitas. Kualitas laporan keuangan adalah ukuran-
ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya
(Standar Akuntansi Pemerintah, 2010). Untuk kebutuhan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keuputusan merupakan suatu keharusan bagi pemerintah untuk memperhatikan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Berdasarkan PP No 71 Tahun 2010, terkait SAP pada Pasal 1 ayat 4 dan ayat 5 bahwa Standar Akuntansi
Pemerintahan selanjutnya disebut SAP, yaitu suatu prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam membuat
dan melakukan penyusun dan laporan keuangans yang disajikan untuk pemerintah. Penerapan standar
akuntansi pemerintah (PSAP) adalah penggunaan prinsip-prinsip akuntansi pemerintah dalam menyusun
laporan keuanganpemerintah daerah (Ardianto dan Eforis, 2019).

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 230
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)


Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer (Permendagri
No. 59 Tahun 2007). Menurut Erlina Rasdianto (2013:6) sistem akuntansi keuangan daerah dapat
didefinisikan sebagai berikut: “Sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran,
peringkasan transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APDB)”.
Sistem Pengendalian Internal (SPI)
Sistem pengendalian intern (SPI) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 adalah "Proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Kerangka Berpikir

Penerepan Standar Akuntansi


Pemerintahan (X1)

Sistem Akuntansi Keuangan Kualitas Laporan


Daerah (X2) Keuangan (Y)

System Pengendalian Internal


(X3)

Metode Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dandata primer yaitu dengan melakukan
observasi awal terhadap objek penelitian, melakukan wawancara, dan penyebaran kuesioner. Jenis angket
dalam penelitian yaitu angket tertutup, di mana responden hanya member jawaban sesuai dengan apa yang
sudah disediakan oleh peneliti, alternatif jawaban sudah tersedia.
Populasi, sampel, teknik pengambilan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala dan staf/karyawan BPKAD Kabupaten Dompu yang
berjumlah 91 orang. Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang akan penulis gunakan yaitu didasarkan
pada metode Non Probability Sampling, Pendekatan yang digunakan dalam penarikan sampel adalah dengan
menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu Unsur Pemimpin dan Staf yang bekerja di Kantor Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan Unsur Pemimpin dan Staf yang berpendidikan minimal S1 yang
mempunyai pengalaman kerja minimal 1 tahun. Sehingga jumlah populasi yang dapat dijadikan sampel dalam
penelitian ini berjumlah 52 orang.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan
satuan uraian dasar. Teknik analisis data adalah sebagai berikut:
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi). Statistik deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data,
serta panyajian hasil peringkasan tersebut

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 231
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Uji Keabsahan Data


Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan melakukan korelasi bilvariate antara masing-masing skor indikator
dengan total skor konstruk. Kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut:
− Jika r hitung positif dan r hitung > r table maka butir pertanyaan tersebut valid.
− Jika r hitung negatif dan r hitung < r table maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.
Uji Reliabilitas
Teknik pengukuran reliabilitas menggunakan teknik alpha cronbach untuk menentukan apakah suatu
instrumen penelitian reliabel atau tidak, bila jawaban yang diberikan respondenberbentuk skala. Kriteria suatu
instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas 0,60.
Uji AsumsiKlasik
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah pada suatu model regresi, suatu variabel independen dan
variabel dependen ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Apabila suatu variabel
tidak berdistribusi secara normal, maka hasil uji statistik akan mengalami penurunan (Ghozali, 2018;161).
Teknik pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Sample Kolmogorov Sminorv test (1-
Sampel K-S) dengan pendekatan Asympetic. Uji ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas yang
diperoleh dengan taraf signifikasi 0,05.
Uji Multikolinearitas
Uji mutikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen) (Ghozali, 2018;107). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara variabel independen. Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan mengacu pada Variance Inflation
Factory (VIF) dimana nilai <10 dan nilai tolerance tidakkurang dari 0,1.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan Jika varians dari residual satu pengamatan berbeda disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2018;137). Uji Heteroskedastisitas menggunakan teknik uji Glejser. Uji
Hetoreskedastisitas menggunakan uji Glejser dengan tingkat signifikan 5%. Apabila nilai signifikansinya
>0,05, maka tidak terjadiheteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih
terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal
antara dua atau lebih variabel bebas X1, X2, ....., X1 terhadap suatu variabel terikat Y). Model analisis linear
berganda dalam pernyataan ini dinyatakan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e


Keterangan :
Y = Kualitas laporan keuangan
α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan(X1)
β2 = Koefisien regresi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2)
β3 = Koefisien regresi Sistem Pengendalian Internal (X3)
X1 = Variabel Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
X2 = Variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
X3 = Variabel Sistem Pengendalian Internal
e = Standart Error

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 232
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Uji Hipotesis Penelitian


Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh model dalam menerangkan variasivariabel
independen, Ghozali (2018;97). Nilai koefesien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai (R2) yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
sangat terbatas. Nilai yang mendekat 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang di butuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Penelitian ini
menggunakan nilai Adjusted (R2) pada saat mengevaliasi model regresi terbaik. Nilai Adjusted (R2)
dapat naikatau turun apabila suatu variabel independenditambahkan kedalammodelGhozali (2018;97).
Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama- sama atau joint
mempengaruhi variabel independen, (Ghozali, 2018;179). Uji statistik F adalah uji yang
menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah
apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau: Ho : b1 = b2 = = bk = 0
Uji T
Uji statistik t adalah uji yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji
adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau: Ho : bi = 0. Artinya, apakah suatu variabel
independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:
Ha : bi ≠ 0
Hasil Statistik Deskriptif
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Minimum Maximum Mean Std. Deviation
N
X1 52 51 85 73.34 10.629
X2 52 35 50 44.34 5.342
X3 52 42 60 54.03 6.364
Y 52 28 40 36.40 4.211
Valid 52
N(listwise)
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 25 (2023)

Variabel Standar Akuntansi Pemerintah (X1) memiliki nilai mean 73,34. Untuk nilai standar
deviasi memiliki nilai 10,629 dimana nilai tersebut lebih kecil daripada nilai mean, maka dapat
disimpulkan bahwa penyebaran data untuk variabel indenpenden Standar Akuntansi Pemerintah
(X1) telah disebarkan secara merata kepada seluruh responden.
Variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2) memiliki nilai mean 44,34. Untuk nilai
standar deviasi memiliki nilai 5,342 dimana nilai tersebut lebih kecil daripada nilai mean, maka
dapat disimpulkan bahwa penyebaran data untuk variabel indenpenden Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah telah disebarkan secara merata kepada seluruh responden.
Variabel Sistem Pengendalian Internal (X3) memiliki nilai mean 54,03. Untuk nilai standar deviasi
memiliki nilai 6,364 dimana nilai tersebut lebih kecil daripada nilai mean, maka dapat disimpulkan
bahwa penyebaran data untuk variabel indenpenden Sistem Pengendalian Internal telah disebarkan secara
merata kepada seluruh responden.

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 233
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Variabel Kualitas Laporan Keuangan (Y) memiliki nilai mean 36,40. Untuk nilai standar deviasi
memiliki nilai 4,211 dimana nilai tersebut lebih kecil daripada nilai mean, maka dapat disimpulkan bahwa
penyebaran data untuk variabel indenpenden Kualitas Laporan Keuangan telah disebarkan secara merata
kepada seluruh responden.
Uji Keabsahan Data
Uji Validitas
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Variabel X1 (Standar Akuntansi Pemerintahan)
Nomor
Butir Pernyataan 𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan
X1.1 0,438 0,2732 Valid
X1.2 0,861 0,2732 Valid
X1.3 0,975 0,2732 Valid
X1.4 0,935 0,2732 Valid
X1.5 0,943 0,2732 Valid
X1.6 0,969 0,2732 Valid
X1.7 0,899 0,2732 Valid
X1.8 0,932 0,2732 Valid
X1.9 0,845 0,2732 Valid
X1.10 0,931 0,2732 Valid
X1.11 0,862 0,2732 Valid
X1.12 0,957 0,2732 Valid
X1.13 0,919 0,2732 Valid
X1.14 0,933 0,2732 Valid
X1.15 0,959 0,2732 Valid
X1.16 0,934 0,2732 Valid
X1.17 0,946 0,2732 Valid

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 17 item pernyataan variabel X1
(Standar Akuntansi Pemerintahan) yang dinyatakan valid, dimana 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 masing-masing item
lebih besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 0,2732. Dalam uji ini didapatkan hasil bahwa 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang
membuktikan bahwa data tersebut valid.

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 234
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Tabel 3 Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Sistem Akuntansi Keuangan Daerah)


NomorButir
𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan
Pernyataan
X2.1 0,875 0,2732 Valid
X2.2 0,919 0,2732 Valid
X2.3 0,932 0,2732 Valid
X2.4 0,943 0,2732 Valid
X2.5 0,964 0,2732 Valid
X2.6 0,778 0,2732 Valid
X2.7 0,889 0,2732 Valid
X2.8 0,571 0,2732 Valid
X2.9 0,578 0,2732 Valid
X2.10 0,872 0,2732 Valid
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 25 (2023)
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 10 item pernyataan variabel X2
(Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) yang dinyatakan valid, dimana 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 masing-masing
item lebih besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 0,2732. Dalam uji ini didapatkan hasil bahwa 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
yang membuktikan bahwa data tersebut valid

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel X3 (Sistem Pengendalian Internal)


Nomor 𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan
Butir Pernyataan
X3.1 0,645 0,2732 Valid
X3.2 0,969 0,2732 Valid
X3.3 0,902 0,2732 Valid
X3.4 0,761 0,2732 Valid
X3.5 0,970 0,2732 Valid
X3.6 0,911 0,2732 Valid
X3.7 0,927 0,2732 Valid
X3.8 0,947 0,2732 Valid
X3.9 0,933 0,2732 Valid
X3.10 0,650 0,2732 Valid
X3.11 0,841 0,2732 Valid
X3.12 0,841 0,2732 Valid
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 25 (2023)

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 235
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 12 item pernyataan variabel X3
(Sistem Pengendalian Internal) yangdinyatakan valid, dimana 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 masing-masing item lebih
besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 0,2732. Dalam uji ini didapatkan hasil bahwa 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang
membuktikan bahwa data tersebut valid.

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kualias Laporan Keuangan)

Nomor Butir 𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan


Pernyataan

Y.1 0,904 0,2732 Valid

Y.2 0,923 0,2732 Valid

Y.3 0,917 0,2732 Valid

Y.4 0,664 0,2732 Valid

Y.5 0,929 0,2732 Valid

Y.6 0,937 0,2732 Valid

Y.7 0,878 0,2732 Valid

Y.8 0,807 0,2732 Valid

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 8item pernyataan variabel Y
(Kualitas Laporan Keuangan) yang dinyatakan valid, dimana 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 masing-masing item lebih
besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 0,2732. Dalam uji ini didapatkan hasil bahwa 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang
membuktikan bahwa data tersebut valid.
Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Variabel Keterangan
Cronbach'sAlpha N of Items

X1 0,986 17 Reliabel

X2 0,954 10 Reliabel

X3 0,967 12 Reliabel

Y 0,953 8 Reliabel
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 25 (2023)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa variabel X1 memiliki nilai Cronbach’s Alpha
0,986>0,60, untuk variabel X2 memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,954>0,60, dan untuk variabel
X3 memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,967>0,60. Sedangkan variabel Y memiliki nilai
Cronbach’s Alpha 0,953>0,60. Berdasarkan data tersebut nilai Cronbach Alpha (α) seluruh
variabel penelitian berada diatas 0,60 dan nilai Cronbach Alpha (α) variabel penelitian tidak
berada dibawah 0,60 oleh karena itu, makavariabel penelitian dikatakan reliable.

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 236
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 52

Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 2.41667714

Absolute .144

Most Extreme Differences Positive .144

Negative -.135

Test Statistic .144

Asymp. Sig. (2-tailed) .009c

Exact Sig. (2-tailed) .209

Point Probability .000

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.


Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 25 (2023)
Berdasarkan tabel diatas, Teknik pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Sample
Kolmogorov Sminorv test (1- Sampel K- S) dengan pendekatan Asympetic sebesar0,009<0,05.
Berdasarkan data tersebut, maka data penelitian ini tidak terdistribusi secara normal. Namun peneliti
mengatasi hal tersebut dengan endektan Exact , dimana nilai Sig. Sebesar 0,209>0,05 sehingga data
dapat terdistribusi secara normal.

Uji Multikolinearitas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresiditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Berikut tabeluji multikoliniearitas dari penelitian ini:

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 237
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Tabel 8. Hasil Uji Multikolinearitas


Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
(Constant)
X1 0,370 2,700
1
X2 0,187 5,333
X3 0,243 4,116
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 25 (2023)

Dari hasil ouput pada uji multikolinearitas ini, didapatkan tolerance untuk masing-masing variabel
>0,1 dan uji dan nilai Variance Inflation Factory (VIF) untuk masing-masing <10 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinealitas antar variabel dalammodel regresi. Sehingga
penelitian ini dapat untuk diteliti lebih lanjut.

Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas menggunakan teknik uji Glejser pada Tabel 9. Berikut Tabel uji
heteroskedastisitas dari penelitian ini:
Tabel 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Standardized
UnstandardizedCoefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 7.029 1.519 4.628 .000
X1 -.138 .027 -.865 -5.129 .000
1
X2 -.055 .074 -.177 -.747 .458
X3 .135 .056 .504 2.421 .019
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 25 (2023)

Berdasarkan tabel Heteroskedastisitas diatas dapat dilihat bahwa pada variabel Standar
Akuntansi Pemerintahan (X1) tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas dimana nilai Sig
0,000<0,05, sedangkan pada variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2) tidak terjadi
gejala Heterokedastisitas dimana nilai Sig 0,458>0,05, namun pada Variabel Sistem
Pengendalian Internal (X3) nilai Sig sebesar 0,019<0,05 ini menandakan bahwa pada Variabel
X3 mengalami gejala Heterokedastisitas.
Adapun untuk mengatasi gejala Heterokedastisitas pada penelitianini yang dilakukan oleh peneliti
yaitu dengan Metode Spearman's Rho. Adapun hasil uji mengunakan Metode Spearman's Rho
yaitu sebagai berikut:

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 238
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Tabel 9. Hasil Uji Heterokedastisitas Metode Spearman's Rho


Absolut
Variabel Sig Keterangan
Residual
Tidak Terjadi Gejala
Standar Akuntansi Pemerintahan (X1) 0,881 0,05
Heterokedastisitas
Tidak Terjadi Gejala
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2) 0,767 0,05
Heterokedastisitas
Tidak Terjadi Gejala
Sistem Pengendalian Internal (X3) 0, 907 0,05
Heterokedastisitas
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 23 (2023)

Dari semua variabel diatas tidak terdapat gejalaheteroskedastisitas, dimana jumlah sig untuk variabel
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (X1) sebesar 0,881>0,05, variabel Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (X2) sebesar 0,767>0,05 dan variabel Sistem Pengendalian Internal (X3)sebesar
0, 907>0,05.

Analisis Regresi Linear Berganda

Tabel 10. Analisis Regresi Linear Berganda


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta
(Constant) 9.233 3.036 3.042 .004
X1 .171 .054 .433 3.178 .003
1
X2 .367 .148 .474 2.478 .017
X3 -.031 .111 -.047 -.279 .781
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 25 (2023)

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disusun persamaanregresisebagaiberikut:

Y = 9,233 + 0,171X 1+ 0,367X2 -0,031X3+e


Dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa:
Persamaan regresi linear diatas mempunyai nilai konstanta (positif) sebesar 9,233. Tanda positif
menunjukkan pengaruh yang searah antar variabel- variabel independen yaitu Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah (X1), Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2) dan Sistem Pengendalian
Internal (X3) dan variabel dependen. Hal ini menunjukkan jika semua variabel independen yaitu
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (X1), Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2) dan
Sistem Pengendalian Internal (X3) bernilai 0% atau tidak mengalami perubahan maka nilai Kualitas
Laporan Keuangan adalah 9,233.
Koefisien regresi Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (X1) sebesar 0,171 (positif),
menyatakan bahwa setiap terjadinya kenaikan Standar Akuntansi Pemerintahan 1% maka akan
meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebesar 0,171 satuan dengan asumsi
variabelindependen lainnya konstan.
Koefisien regresi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2) sebesar 0,367 (positif), menyatakan
bahwa setiap terjadinya kenaikan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2) 1% maka akan
meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebesar 0,367 satuan dengan asumsi

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 239
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

variabelindependen lainnya konstan.


Koefisien regresi Sistem Pengendalian Internal (X3) sebesar -0,031 (negatif), menyatakan bahwa
setiap terjadinya penurunan Sistem Pengendalian Internal (X3) 1% maka akan menurunkan Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebesar -0,031 satuan dengan asumsi variabel independen
lainnya konstan.

Uji Hipotesis Penelitian


Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 11. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)


Model Summary
Adjusted R
Model R R Square Std. Error of theEstimate
Square
1 .819a .671 .650 2.491
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS 25 (2023)
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat nilai Adjusted R Square sebesar 0,650 sehingga dapat
dihitung persentase kontribusi kapasitas Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Internal terhadap kualitas laporan keuangan yaitu 0,650
x 100% = 65%. Adapun sisanya 35% mendapat pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Variabel lain misalnya Sumberdaya Daya Manusia, Teknologi Informasi dan lain-lain.
Uji F (F test)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau
bergabung mempengaruhi variabel independen.Berikut tabel hasil uji F:

Tabel 12. Hasil Uji F (F test)


ANOVAa
Sum of
Model Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 606.662 3 202.221 32.588 .000b
1 Residual 297.857 48 6.205
Total 904.519 51
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 25 (2023)
Pada tabel 12 di atas menunjukkan hasil Uji F. Nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,000<0,05.
Hasil tersebut mengindikasi bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah dan Sistem Pengendalian Internal mempengaruhi secara simultan dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan.
Uji t (t-test)
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel
tidak bebas dengan variabel lain dianggap konstan. Hasil perhitungan tabel uji t dilihat pada tabel
berikut:

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 240
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Tabel 13. Hasil Uji t (t-test)


Coefficientsa
Standardized
UnstandardizedCoefficients
Model Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 9.233 3.036 3.042 .004
X1 .171 .054 .433 3.178 .003
X2 .367 .148 .474 2.478 .017
X3 -.031 .111 -.047 -.279 .781
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Pengolahan Data Statistik SPSS Versi 25 (2023)

Berdasarkan tabel di atas dengan nilai signifikan sebesar 0,05 dapatdiketahu: bahwa:
1. Variabel Standar Akuntansi Pemerintahan (X1) memiliki nilai thitung sebesar 3,178 > ttabel
1,676 dengan nilai signifikansi 0,003<0,05 Oleh karena itu maka hipotesis pertama (H1)
diterima artinya secara signifikan ada pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan (X1)
terhadap Kualitas Laporan Keuangan pemerintah daerah Kabupaten Dompu.
2. Variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2) memiliki nilai thitung sebesar 2,478 > t tabel
1,676 dengan nilai signifikansi 0,017<0,05 Oleh karena itu maka hipotesis kedua (H2)
diterima artinya secara signifikan ada pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2)
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) pada BPKAD Kab. Dompu.
3. Variabel Sistem Pengendalian Internal (X3) memiliki nilai thitung sebesar -0,279 < ttabel 1,676
dengan nilai signifikansi 0,781 > 0,05 Oleh karena itu maka hipotesis ketiga (H3) ditolak
artinya secara signifikan tidak ada pengaruh Sistem Pengendalian Internal (X3) terhadap
KualitasLaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) pada BPKAD Kab. Dompu.

Pembahasan Hasil Penelitian


Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis pertama (H1) dapat diketahui bahwa Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (X1) berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Y). Hal ini dibuktikan, dengan nilai
thitungsebesar 3,178> ttabel 1,676 dengan nilai signifikansi 0,003 < 0,05 Oleh karena itu maka hipotesis
pertama (H1) diterima artinya secara signifikan ada pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan (X1) terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) pada BPKAD Kab. Dompu. Artinya pemerintah
Kabupaten Dompu, telah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan sesuai dengan aturan dan UU yang
berlaku.
Dalam laporan keuangan, pemerintahbertindak seperti steward dalam teori stewardship mempunyai
kewajiban memberikan informasi yang berguna bagi para pengguna informasi keuangan pemerintah. Dengan
adanya standar akuntansipemerintah maka akan bisa mendapatkan laporan keuangan yang berkualitas sesuai
dengan keinginan prinsipal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanti, Made,
dan Setiyowati (2020), Mahardini dan Miranti(2018), Pujanira dan Taman (2017), Sako dan Lantowa (2018)
serta Jati (2019) menyatakan bahwa standar akuntansi pemerintah secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini bertolak belakang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fikri, Inapty dan Martiningsih (2015), hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara parsial penerapan standar akuntansi tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan.

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 241
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis kedua (H2) dapat diketahui bahwa Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah (X2) berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Y). Hal ini dibuktikan, dengan nilai
thitung sebesar 2,478 > ttabel 1,676 dengan nilai signifikansi 0,017<0,05 Oleh karena itu maka hipotesis
kedua (H2) diterima artinya secara signifikan ada pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2)
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) pada BPKAD Kab. Dompu. Ini membuktikan
bahwa dengan bekerja dengan mengikuti prosedur-prosedur pencatatan yang baik dan sesuai undang-
undang dapat memungkinkan pemerintah bekerja secara terpadu sehingga dapat meningkatkan kualitas
laporan keuangan dengan baik.
Suatu sistem yang berkualitas dirancang untuk memudahkan kinerja kelurahan dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dalam pelaporan keuangan. Suatu sistem akan berkualitas bila bagian-bagian yang terintegrasi
dengan sistem tersebut beroperasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Salah satu
sistem yang digunakan dalam pemerintah tersebut adalah sistem yang dapat menghasilkan laporan keuangan
yang didasarkan atas standar akuntansi pemerintahan. Semakin baik pemerintahmengelola sistem pelaporan
keuangan ini maka nilai akuntabilitasnya juga akan semakin meningkat. Hasil tersebut mendukung teori
stewardship di mana pemerintah daerah sebagai steward (pengelola) prinsip- prinsip akuntabilitas. Di mana
sistem akuntansi dibuat dan dirancang untuk memudahkan proses pencatatan hingga pelaporan keuangan
sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang akuntabel.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Alamsyah, Rahayu dan Muslih (2017) dan Pujanira dan Taman (2017)
serta Husna, Maryam dan Ikhbar (2022) menunjukkan bahwa secara parsial sistem akuntansi keuangan
daerah memiliki pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Latifah(2017) dan Indrayani dan Widiastuti (2020) menyatakan bahwasistemakuntansi keuangan daerah
tidak berpengaruh signifikanterhadap kualitas informasi laporan keuangan daerah.
Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis ketiga (H3) dapat diketahui yaitu tidak adanya pengaruh Sistem
Pengendalian Internal (X3) terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Y). Hal ini dibuktikan, dengan nilai thitung
sebesar -0,279<ttabel 1,676 dengan nilai signifikansi 0,781> 0,05 Oleh karena itu maka hipotesis ketiga (H3)
ditolak artinya secara signifikan tidak ada pengaruh Sistem Pengendalian Internal (X3) terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) pada BPKAD Kabupaten Dompu. Sistem pengendalian internal
meruakan kebijakan dan rosedur yang dibuat oleh BPKAD dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan dan
menjamin tersedianya informasi akuntansi pemerintahan yang akurat sehingga dapat dijalankam sebagaimana
mestinya oleh seluruh unsur pemimpin dan staf BPKAD Kabupaten Dompu. Kemungkinan hal ini terjadi,
dikarenakan unsur pemimpin yang ada pada BPKAD Kabupaten Dompu masih kurang menetapkan
aturan mengenai perilaku dan standar etika pegawai, pimpinan masih kurang mengambil tindakan yang
tegas atas pelanggaran kebijakan, prosedur, atau perilaku pegawai, pemimpin kurang dalam melakukan
perencanaan pengelolaan dalam mengurangi resiko pelanggaran terhadap sistem dan prosedur akuntansi, staf
BPKAD masih kurang dalam memahami tujuan dari kegiatan pengendalian, serta unsur pemimpin dan staf
yang ada di BPKAD masih kurang dalam mereviu dan mengevaluasi temuan yang menunjukkan adanya
kelemahan dan perlu perbaikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya temuan BPK pada tahun Anggaran 2021
menemukan adanya permasalahan- permasalahan sistem pengendalian interen dan ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, diantaranya dalam penyusunan Laporan Keuangan serta dalam tahun anggaran
2022 adanya temuan oleh BPK bahwa pengelolaan Asset yang belum dilakukan secara tertib.
Hal tersebut bertolak belakang dengan teori stewardship, dijelaskan bahwa sifat individu dapat bertanggung
jawab untuk pihak lainnya, dapat dipercaya, serta memiliki integritas. Sistem pengendalian internal pemerintah
dimana pemerintah bertanggung jawab memonitor aktivitas yang dilakukan dan akan menghasilkan suatu
laporan keuangan yang berkualitas, oleh karenaitu pemerintah melakukan sistem pengendalian internal dengan

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 242
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

cara mengontrol semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan sehingga menyajkan laporan kuangan yang
berkualitas. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang di tunjukkan oleh Wulandari, Mahmud dan Ramadhan
(2021), Latifah (2017), Fikri, Inapty dan Martiningsih (2015), Dewi, Mendra dan Saitri (2022), serta Hasanah
dan Siregar (2021) menyatakan bahwa Sistem pengendalian internal tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas informasi laporan keuangan daerah. Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Safridha (2020),
Ikyarti dan Aprila (2019), dan Rahmawati, Mustika dan Eka (2018) serta Indrayani dan Widiastuti (2020)
menyatakan bahwa Sistem pengendalian internal terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan.

Pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem
Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis keempat (H4) dapat diketahui bahwa hasil Uji F. Nilai signifikansi yang
diperoleh yaitu 0,000<0,05. Hasil tersebut mengindikasi bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Internal mempengaruhi secara simultan dan signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini sejalan dengan dengan teori penatalayanan (Stewardship theory)
yakni peran pemerintah sebagai agen yang dituntut agar selalu mengedepankan tujuan organisasi, yaitu dengan
menerapkan standar akuntansi pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010,
melakukan prosedur sistem akuntansi keuangan daerah dan melakukan pengendalian internal sesuai dengan
Permendagri No. 77 Tahun 2020 Tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Yanti, Made, dan Setiyowati (2020), Mahardini dan Miranti (2018),
Pujanira dan Taman (2017), Sako dan Lantowa (2018) serta Jati (2019) menyatakan bahwa standar akuntansi
pemerintah secara simultan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.. Penelitian ini
juga di dukung oleh Suprihatin dan Ananthy (2019) dan Philadelphia, Suryaningsum, dan Suriyono (2020) dan
Edriani (2017) menyatakan bahwa standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian Alamsyah, Rahayu dan Muslih (2017) dan Pujanira dan Taman
(2017) serta Husna, Maryam dan Ikhbar (2022) menunjukkan bahwa secara simultan penerapan sistem
akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Berdasarkan hasil
penelitian oleh Alamsyah, Rahayu dan Muslih (2017), Siahaan dan Simanjuntak (2020) hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa secara simultan sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan daerah.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai pengaruhpenerapan standar akuntansi pemerintahan, system
akuntansi keuangan daerah dan system pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah pada BPKAD KabupatenDompu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Standar akuntansi pemerintahan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah atau Hipotesis pertama (H1) diterima.
2. Sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah atau Hipotesis kedua (H2) diterima.
3. Sistem pengendalian internal tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah atau Hipotesis ketiga (H3) ditolak.
4. Secara simultan variabel standar akuntansi pemerintahan, system akuntansi keuangan daerah dan
system pengendalian internal memiliki pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah yaitu memiliki pengaruh sebesar 65% dan selebihnya 35% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar tiga variable tersebut.

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 243
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Referensi

Adnan, M. A., Arifuddin, A., & Haliah, H. (2017). Pengaruh Budgetary Slack terhadap Kinerja
SKPD dengan Komitmen Organisasi dan Kapasitas Individu sebagai Variabel Moderasi.
Patria Artha Journal of Accounting & Financial Reporting,1(2), 135-146.
Ardianto, R., & Eforis, C. (2019). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Pemanfaatan
Teknologi Informasi, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Bina Akuntansi, 6(1), 95-136.
Arza, O., Syafitri, Y., & Meyla, D. N. (2021). Pengaruh Sumber Daya Manusia, Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Dan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pada Pemerintah Kota Padang panjang. Pareso Jurnal, 3(3), 519-542.
Adhitama, S. (2017). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (Sap), Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (Sakd), Dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Akuntansi,5(2).
Alamsyah, M. R., Rahayu, S., & Muslih, M. (2017). Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan
Sistem Pengendalian Internal terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah (Studi Empiris
pada Satuan Kineja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Depok). Majalah Ilmiah UNIKOM,
15(2).
Abdul Hafiz Tanjung. 2015. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual untukSKPD. Bandung:
Alfabeta.
Anshari, F. (2022). Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan DaerahBPKAD Kabupaten
Dompu. Dompu.
BPKAD. (2023). BPKAD Kabupaten Dompu.
Daniri, M. A. (2005). Good corporate governance: konsep dan penerapannya dalamkonteks
Indonesia. Ray Indonesia.
Donaldson, L., & Davis, J. H. (1991). Stewardship theory or agency theory: CEO governance and
shareholder returns. Australian Journal of Management, 16(1), 49-64.
Dewi, N. P. R. F., Mendra, N. P. Y., & Saitri, P. W. (2022). PENGARUHPENERAPAN SISTEM
AKUNTANSI KEUANGAN, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, SISTEM
PENGENDALIAN INTERN DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA
TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN BADUNG.
Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA), 4(1), 387-399.
Edriani, D. (2017). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Dan Sumber Daya
Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada KantorSekretaris Dewan Kota Padang.
UNES Journal Of Social and Economics research, 2(1), 31-41.
Fikri, M. A., Inapty, B. A., & Martiningsih, S. P. (2015). Pengaruh penerapan standar akuntansi
pemerintahan, kompetensi aparatur dan peran auditinternal terhadap kualitas informasi
laporan keuangan dengan sistem pengendalian intern sebagai variabel moderating (Studi
empiris pada SKPD-SKPD di Pemprov. NTB). Simposium Nasional Akuntansi, 18, 5- 76.
Firmansyah, I., & Sinambela, R. T. (2020). Pengaruh Sistem Pengendalian InternalTerhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Provinsi
Jawa Barat. Land Journal, 1(1), 1-15.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariete SPSS 25(9th ed.). Semarang: Universitas
Diponegoro.
Hasanah, S., & Siregar, T. R. (2021). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Sistem
Informasi Akuntansi, Sistem Pengendalian Intern, dan Kompetensi Sumber Daya Manusia

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 244
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Terhadap Kualitas Laporan KeuanganOPD di Kabupaten Labuhanbatu. JAKPI-Jurnal


Akuntansi, Keuangan & Perpajakan Indonesia, 9(1), 39-47.
http://www.koranlensapos.com/2018/05/empat-kali-raih-wtp-bupati-dompuatensi.html.
Diakses pada tanggal 4 Oktober 2022.
https://setda.dompukab.go.id/pemda-dompu-sampaikan-raperdapertanggungjawab
pertanggungjawaban-apbd-tahun-2021-dalam-sidang-paripurna-dprd.html. Diakses pada
tanggal 4 Oktober 2022.
https://www.suarantb.com/2020/06/16/apbd-dompu-surplus-rp169-miliar/. Diakses pada tanggal 4
Oktober 2022.
Husna, A., Maryam, M., & Ikhbar, S. (2022). Pengaruh Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Besar. Serambi Konstruktivis, 4(2), 206-214.
Indrayani, K. D., & Widiastuti, H. (2020). Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Pemerintah Daerah dan Sistem Pengendalian Internal TerhadapKualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sebagai Variabel Moderasi
(Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Klaten). Reviu Akuntansi
dan Bisnis Indonesia, 4(1), 1-16.
Ikyarti, T., & Aprila, N. (2019). Pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintah, implementasi
sistem informasi manajemen daerah, dan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap
kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Seluma. Jurnal Akuntansi, 9(2),
131-140.
Jati, B. P. (2019). Pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Wahana: Jurnal Ekonomi,Manajemen dan
Akuntansi, 22(1), 1-14.
Latifah, A. (2017). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah, Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan Sistem PengendalianInternal
Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Daerah (Studi Kasus Pada Skpd Kabupaten
Bantul). Prodi Akuntansi.
Lutfiyanti, A.R. (2018). Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah (Studi pada
Pemerintah Kabupaten Subang). Skripsi. Universitas Pasundan Bandung.
Mahardini, N. Y., & Miranti, A. (2018). Dampak Penerapan Standar Akuntansi PemerintahanDan
Kompetensi Sumber Daya Manusia Pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi
Banten Tahun Anggaran 2015. JAK (Jurnal Akuntansi) Kajian Ilmiah Akuntansi, 5(1), 22-
32.
Mokoginta, N., Lambey, L., & Pontoh, W. (2017). Pengaruh Sistem Pengendalian Intern DanSistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. Going
Concern: Jurnal Riset Akuntansi, 12(2).
Mursyidi. 2013. Analisis Laporan Keuangan Daerah.Bandung: PT Refika Aditama.
Nopianti, M. (2019). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Dan Peran Internal
Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survei PadaSKPD Kota Bandung) (Doctoral
dissertation, Universitas Komputer Indonesia).
Nurillah, A. S., & Muid, D. (2014). Pengaruh kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem
akuntansi keuangan daerah (sakd), pemanfaatan teknologi informasi, dansistem
pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan pemerintahdaerah (studi empiris
pada skpd kota depok) (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Nurachman, D. A., & Zeyn, E. (2016). Pengaruh Akuntabilitas Publik Dan SistemAkuntansi
Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah (Survei pada DPKAD

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 245
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

dan Inspektorat Kota Bandung) (Doctoral dissertation, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Unpas Bandung).
Pujanira, P., & Taman, A. (2017). Pengaruh kompetensi sumber daya manusia, penerapan standar
akuntansi pemerintahan, dan penerapan sistemakuntansi keuangan daerah terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah provinsi diy. Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan
Manajemen, 6(2), 14-28.
Philadhelphia, I. S., Suryaningsum, S., & Sriyono, S. (2020). Pengaruh KompetensiSumber Daya
Manusia, Standar Akuntansi Pemerintah, Good Governance, Dan Sistem Pengendalian
Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. J-ISCAN: Journal of
Islamic Accounting Research, 2(1), 17-35.
Pemerintah Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah: Republik Indonesia
Pemerintah Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentangStandar
Akuntansi Pemerintah: Republik Indonesia
Pemerintah Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentangStandar
Akuntansi Pemerintah: Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah. 2019. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12Tahun 2019
Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah: Republik Indonesia
Pemerintah Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun2006 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah: Republik Indonesia
Pemerintah Indonesia. 2020. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun2020 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah: Republik Indonesia
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
Rahmawati, A., Mustika, I. W., & Eka, L. H. (2018). Pengaruh penerapan standarakuntansi
pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi, dan sistem pengendalian intern terhadap
kualitas laporan keuangan SKPD Kota Tangerang Selatan. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan
Akuntansi, 20(2).
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R& D. Alfabeta. Bandung.
Sako, U., & Lantowa, F. D. (2018). Pengaruh Penerapan Standar AkuntansiPemerintahan Terhadap
Kualitas Penyajian Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo. Journal of
Accounting Science, 2(1), 43-54.
Sanjaya, A., Rasuli, M., & Haryani, E. (2017). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Sistem Pengendalian Intern, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Dan
Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas LaporanKeuangan Pemerintah Daerah Dengan
Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Skpd Ka (Doctoral dissertation, Riau
University).
Siahaan, S. B., & Simanjuntak, A. (2020). PENGARUH PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI
KEUANGAN DAERAH, PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN,
DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH TERHADAP
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Labuhan Batu Utara). Jurnal manajemen, 1(2), 129-138.
Suprihatin, N. S., & Ananthy, A. A. (2019). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
Dan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Riset
Akuntansi Terpadu, 12(2), 242-252.
Sudiarianti, N. M., Ulupui, I. G. K. A., & Budiasih, I. G. A. (2015). Pengaruh kompetensi sumber
daya manusia pada penerapan sistem pengendalian intern pemerintah dan standar akuntansi
pemerintah serta implikasinya pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 246
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (Jebma)
Volume : 04 | Nomor 01 | Maret 2024 | E-ISSN : 2797-7161 | DOI: doi.org/jebma.v4n1.3638

Simposium Nasional Akuntansi XVIII.


Wulandari, A., Mahmud, M., & Ramadhan, M. S. (2021). Analisis Determinan yang
Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan (Studi pada BPKAD Kabupaten Dompu).
Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 989-998.

This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative 247
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL


TERHADAP KUALITAS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Lina Rosana 1); Risma Wira Bharata 2)

1)linarosana9@students.untidar.ac.id, Universitas Tidar


2)pakrismawb@gmail.com, Universitas Tidar
*penulis korespondensi

Abstract
The purpose of this study is to analyze the effect of the implementation of PP No. 71 of 2010 concerning accrual-
based Government Accounting Standards (SAP) on the quality of financial statement presentation. This research
uses library research method or literature review. This research is useful for expanding the knowledge of the
public or SKPD in knowing whether SAP has an effect on the quality of the presentation of financial statements
and whether the application of PP No. 71 of 2010 has been implemented in the process of presenting government
financial statements. This study provides subjective conclusions regarding the implementation of accrual-based
SAP in financial statements from previous researchers, which proves that SAP greatly affects the quality of
government financial statement presentation. However, the application of PP No. 71 of 2010 regarding accrual-
based SAP has not been fully implemented in the process of presenting financial statements, be it in local or central
governments. Because there are several obstacles such as the readiness of human resources, governance, and
other obstacles. However, there are certain strategies to overcome these obstacles.
Keywords: PP No. 71 of 2010, Government Accounting Standards (SAP), Quality of Financial Statement
Presentation

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh implementasi PP Nomor 71 Tahun 2010 mengenai Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual terhadap kualitas penyajian laporan keuangan. Penelitian ini
menggunakan metode library research atau kajian pustaka. Adapun penelitian ini bermanfaat untuk memperluas
pengetahuan masyarakat ataupun SKPD dalam mengetahui apakah SAP berpengaruh terhadap kualitas penyajian
laporan keuangan serta apakah penerapan dari PP Nomor 71 Tahun 2010 telah terlaksana pada proses penyajian
laporan keuangan pemerintah. Penelitian ini memberikan kesimpulan subjektif mengenai implementasi SAP
berbasis akrual pada laporan keuangan dari peneliti terdahulu, yang membuktikan bahwa SAP sangat
mempengaruhi kualitas penyajian laporan keuangan pemerintah. Namun untuk penerapan PP Nomor 71 Tahun
2010 mengenai SAP berbasis akrual belum sepenuhnya diterapkan dalam proses penyajian laporan keuangan, baik
itu di pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat. Karena terdapat beberapa kendala seperti kesiapan SDM, tata
Kelola pemerintahan, dan kendala lainnya. Namun tetap terdapat strategi tertentu untuk mengatasi kendala
tersebut.
Kata Kunci: PP Nomor 71 Tahun 2010, Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Kualitas Penyajian Laporan
Keuangan.

PENDAHULUAN
Sepanjang berjalannya waktu, akuntansi sektor publik khususnya di Indonesia
berkembang sangat melesat terutama dalam era reformasi pada kebijakan pemerintah serta
desentralisasi fiskal yang terfokuskan di pemerintah daerah. Selain itu, setiap Negara juga
dituntut untuk dapat berkembang dan bersaing secara global. Untuk dapat mewujudkan daya
saing tersebut tentunya dimulai dari yang paling dasar, yaitu pemerintah daerah. Dimana
adanya persaingan tersebut menggiring Pemerintah Daerah dalam mewujudkan kemandirian
daerah. Di Indonesia, pertumbuhan akuntansi sektor publik merupakan wujud keharusan
akuntabilitas lembaga sektor publik di Indonesia. Karena akuntabilitas merupakan sebuah
keharusan dalam pertanggungjawaban pencapaian berhasil atau tidaknya suatu organisasi pada
visi misi yang hendak dicapainya (Juwita, 2013).
Suatu pemerintahan yang bagus yaitu pemerintahan yang tanggap, dan bersih dari
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) serta memiliki performa (Nasution, 2019). Akuntabilitas
akan dapat dicapai jika pemerintah bisa menciptakan kondisi good governance. Penerapan good

Page | 23
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

governance bisa membuat pemerintah melaksanakan otonomi daerah, yang akhirnya akan
memerlukan peraturan terkait cara mengelola keuangan daerah maupun negara. Secara umum,
ada dua dasar penerapan dalam akuntansi yaitu menggunakan basis kas (cash basic), dan basis
akrual (accrual basic). Basis kas (cash basic) adalah basis pertama yang dipakai oleh satuan
kerja pemerintah sehingga saat ini masih sering digunakan dalam penyusunan dan pelaksanaan
anggaran. Agar terperolehnya pelaporan keuangan yang berkualitas maka dalam melaporkan
keuangan pemerintah harus menggunakan standar akuntansi yang baik serta benar karena
penyelenggaraan tersebut penting. Karena kualitas dari laporan keuangan adalah bagian dari
tanggungjawab kepada masyarakat. Dari hal tersebut, dasar perhitungan yang dapat digunakan
harus benar-benar diperhatikan. Oleh karena itu, penegasan yang sesuai untuk masalah tersebut
adalah dikeluarkannya sebuah peraturan yang resmi (Yafie, 2013).
Indonesia termasuk lambat dalam memperkenalkan akuntansi basis akrual (accrual
basic), serta memiliki masa tenggang pada akuntansi basis akrual (accrual basic) ini. Pada
pengelolaan laporan keuangan, salah satunya berkaitan dengan pencatatan keuangan untuk
setiap instansi pemerintahan daerah maupun pusat dengan berbasis akrual (accrual basic). Hal
tersebut sudah diatur pada UU Nomor 17 Tahun 2003 pasal 36 ayat 1 terkait keuangan negara
dengan penjabaran pelaksanaan paling lambat 5 tahun pada pengakuan serta pengukuran
pendapatan dan pengeluaran berbasis akrual (accrual basic). Sebagai jembatan antara akuntansi
kas dengan akuntansi akrual dalam akuntansi pemerintahan. Pemerintah menerbitkan PP
Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berisi penerapan basis kas
(cash basic) menuju akrual (cash toward accrual). Kemudian tak lama diterbitkan PP Nomor
71 Tahun 2010 pada bulan Oktober Tahun 2010 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) berbasis akrual (accrual basic) yang menggantikan PP Nomor 24 Tahun 2005, tujuan
pergantian tersebut yaitu terciptanya pedoman yang lebih baik pada pelaksanaan penawaran
akuntansi negara. Dalam masa empat tahun, semua persiapan dalam penerapan akuntansi basis
akrual (accrual basic) diharapkan mampu menjajarkan Indonesia dengan negara-negara lain di
dunia (NST, 2016).
Salah satu manfaat dari laporan keuangan pemerintah daerah yaitu untuk mengambil
keputusan dari pihak yang berwenang misalnya pemerintah pusat, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), ataupun masyarakat. Sehingga manfaat yang diperlukan pada informasi
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dapat disesuaikan. Relevan, meyakinkan, bisa
dibandingkan, dan bisa dipahami merupakan syarat karakteristik kualitatif yang terdapat pada
PP Nomor 71 tahun 2010 terkait SAP yang wajib ada pada laporan keuangan pemerintah
sebagai informasi akuntansi (Yuliani & Agustini, 2018).
Juwita (2013) mengemukakan dalam penelitian bahwa implementasi standar akuntansi
pemerintahan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Hasil penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa implementasi standar akuntansi
pemerintahan yang baik akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pada pemerintah
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat sebagai mana Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun
2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Selaras dengan penelitian dari
Widyawati (2018) mengemukakan bahwa penerapan standar akuntansi pemerintahan pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Sidoarjo sudah sangat efektif, sedangkan
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo pun sudah sangat
berkualitas. Hasil yang sama didapatkan pada penelitian Jati (2019) mengemukakan bahwa
uji analisis diperoleh bahwa kualitas informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) dipengaruhi oleh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis
Akrual. Hasil ini dibuktikan dengan proksi penerapan SAP Akrual memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap proksi Opini BPK.

Page | 24
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

Suprihatin & Ananthy (2019) mengemukakan bahwa Intensitas standar akuntansi


pemerintah berhubungan positif dengan laporan keuangan. Hal ini bisa disimpulkan bahwa
dengan penerapan standar akuntansi pemerintah telah berjalan dengan baik maka kualitas
laporan keuangan pun akan baik pula. Penerapan standar akuntansi pemerintah yang
menggunakan basis akrual masih belum bisa diterapkan dibeberapa daerah, karena
pemahaman mengenai standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual sangat berdampak
pada peningkatkan kualitas laporan keuangan. Akuba (2013) mengemukakan dalam
penelitiannya yang bertujuan mengetahui apakah Pemerintah Kota Gorontalo telah menaikkan
standar akuntansi pemerintahan sesuai PP Nomor 71 Tahun 2010. Hasil survey menemukan
bahwa terdapat beberapa factor yang mempengaruhi dan menyebabkan Kota Gorontalo belum
bisa menerapkan PP Nomor 71 Tahun 2010. Hasil survei ini sama dengan Kota Bitung
Langelo et al (2015) yang menunjukkan bahwa PP Nomor 71 Tahun 2010 belum dilakukan
sepenuhnya karena adanya hambatan seperti belum siapnya jumlah sumber daya manusia
yang berkompeten.
Saat menyusun laporan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah
(APBD) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk laporan
keuangan sangat memerlukan adanya Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) (Ramadhan,
2019). Dilihat dari pengetahuan masyarakat ataupun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dan pejabat yang berkaitan dalam mempersiapkan laporan keuangan dan sejenisnya belum
memahami secara betul bagaimana Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dapat digunakan
untuk memperoleh laporan keuangan dengan kualitas tinggi. Dari hal itu perlunya
pembahasan, pengkajian, dan penelitian lebih dalam. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat atau Satuan Kerja perangkat daerah (SKPD) dan
pegawai pemerintahan akan bermanfaatnya Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang
menjadi pedoman untuk kualitas penyajian laporan keuangan. Dari permasalahan tersebut,
peneliti dalam artikel ini akan menganalisis tentang implementasi PP Nomor 71 Tahun 2010
terhadap kualitas penyajian laporan keuangan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah peneliti terdahulu menganalisis kota atau kabupaten yang menjadi objek
penelitiannya, namun penelitian ini sebatas mengkaji ulang artikel dari peneliti terdahulu
kemudian menarik kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan. Dengan menggunakan
metode library research atau kajian pustaka, penelitian ini nantinya akan tersedia dalam
bentuk kesimpulan subjektif dari penelitian sebelumnya terkait implementasi Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual (accrual basic) terhadap kualitas penyajian
laporan keuangan.

KAJIAN PUSTAKA
Akuntansi Pemerintahan
Akuntasi pemerintah merupakan kegiatan yang memberi pelayanan dalam menyediakan
informasi keuangan pemerintah pada proses mencatat, pengikstisaran, mengklarifikasikan
transaksi keuaangan pemerintah dan kegiatan menafsirkan informasi keuangan tersebut.
akuntansi pemerintah merupakan bagian dari Akuntansi Sektor Publik (ASP). ASP menjelaskan
bahwa laporan keuangan harus mampu mempunyai manfaat dalam membuat suatu keputusan
yang tepat dan dapat digunakan untuk penilaian akuntabilitas.
Adapun tujuan dari sektor publik tercantum dibawah ini :
a. Memberi informasi tentang kecukupan pendapatan dari periode berjalan untuk menutupi
semua biaya.
b. Memberikan informasi tentang sumber dana, distribusi, dan peggunaan.
c. Pengungkapan dari kegiatan perusahaa pelapor dan hasilnya terkait penggunaan jumlah
sumber daya.

Page | 25
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

d. Informasi tentang situasi keuangan dengan keadaan perusahaan


e. Membuat laporan keuangan sesuai dengan sumber pendapata jangka Panjang dan jangka
pendek.
Akuntansi sektor publik atau ASP merupakan hal fundamental yang diperlukan pada
penyusunan laporan keuangan untuk menegakkan akuntabilitas publik. Arti dari akuntansi dan
laporan keuangan adalah sebuah proses, pengolahan, dikumpulkannya bukti transaksi, ataupun
sebuah bentuk komunikasi serta informasi untuk menilai kinerja organisasi juga bermanfaat
pada pertimbangan mengambil keputusan. Organisasi Sektor Publik (OSP) diharuskan mampu
menghasilkan laporan keuangan eksternal seperti laporan keuangan formal yang terdiri dari
Laporan Surplus/Defisit, Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas
(LAK), Laporan Rugi/Laba. Dan laporan kinerja yaitu laporan dalam ukuran non-finansial dan
finansial (Mia et al., 2016).
PP Nomor 71 Tahun 2010
Dengan berlakunya PP Nomor 71 Tahun 2010, sehingga PP Nomor 24 Tahun 2005 dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku. Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual (accrual basic) bisa dilakukan secara bertahap.
Pemerintah mengimplementasikan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis kas (cash
basic) menuju akrual paling lambat tahun 2015. Pengaturan PP Nomor 71 Tahun 2010 tidak
hanya mengenai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berdasarkan basis akrual (accrual basic),
tetapi juga Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis kas (cash basic) menuju akrual yang
sekarang masih digunakan disemua perusahaan atau insntansi.
Keputusan PP Nomor 71 pasal 1 (8) Tahun 2010 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) adalah dasar untuk mencatat aset, kewajiaban, modal, pendapatan, dan pengeluaran
dalam pelaporan keuangan berbasis akrual (accrual basic). Sama halnya dengan pencatatan
pendapatan, pembiayaan, dan pengeluaran pada saat pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Badan Standar Akuntansi
Pemerintah (KSAP) memfinalisasi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pada tahun 2010
dan menerbitkannya kedalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010. Oleh karena
itu, maksimal tahun 2015 semua pelaporan keuangan pemerintah daerah dan pusat harus
menggunakan basis akrual (accrual basic) dalam pencatatannya. Tujuan dari penerapan
tersebut supaya lebih accountable dan semakin berkualitasnya laporan keuangan.
Laporan keuangan mempunyai karakteristik kualitatif yang memiliki pengertian suatu
ukuran preskriptif terkandung pada informasi pencapaian tujuan akuntansi. Empat sifat
kualitatif dari laporan keuangan yang merupakan persyaratan prespektif tersebut tercantum
dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 dengan tujuan dapat mencapai kualitas yang diinginkan seperti
relevan, bisa diandalkan, sebanding, bisa dimengerti. Berikut penjelasan terkait
karakteristiknya (BPK, 2010)
a. Relevan
Jika pada penyajian laporan keuangan informasi yang terdapat didalamnya berguna
untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu atau saat ini, memperkirakan kejadian masa depan,
juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan suatu instnasi atau orang yang terkait
dengan mengkonfirmasi dan digunakan untuk pengoreksian masa lalu, maka laporan
keuangan mampu dikatakan relevan. Dengan cara ini, informasi akhir yang relevan dapat
dikaitkan dengan tujuan penggunaan. Informasi terkait tersebut seoperti:
1. Ada nilai feedback. Artinya, informasi yang ada dapat digunakan dalam
mengkonfirmasi dan pengoreksian harapan sebelumnya.
2. Memiliki nilai prediksi. Dengan kata lain, informasi mampu menjadi prediksi masa
depan atas hasil masa lalu atau peristiwa yang sedang terjadi oleh pengguna.

Page | 26
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

3. Ontime berarti bahwa penyajian laporan keuangan dilakukan tepat waktu


sehingga informasi dapat membantu dan mempengaruhi pengguna pada saat
pengambilan keputusan.
4. Lengkap artinya penyajian laporan keuangan sudah lengkap sehingga informasi yang
terkandung didalamnya dapat menjadi pertimbangan saat pengambilan keputusan
karena terdapat batasan-batasan yang diperhatikan. Dan adanya informasi yang lengkap
dapat meminimalisir kesalah pahaman oleh pengguna laporan keuangan.
b. Andal
Dapat diandalkan mempunyai arti bahwa informasi yang ada dalam laporan keuangan
valid, tidak menyesatkan, tidak menimbulkan kesalah pahaman atau kesalahan material,
benar dalam segala hal, dan dapat diverifikasi. Informasi pada laporan keuangan bsa
dikatakan relevan namun belum tentu dapat diandalkan karena mungkin informasi yang
disajikan tidak valid. Oleh sebab itu terdapat karakteristik yang harus dipenuhi supaya
informasi dalam laporan keuangan dapat diandalkan, karakteristik tersebut sebagai berikut
:
1. Penyajian untuk informasi dilakukan dengan niat dan tujuan baik yang menjelaskan
transaksi dan peristiwa lain tersebut secara wajar dan apa adanya.
2. Laporan keuangan yang ada dapat disinkronisasi yang artinya informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan dapat diverifikasi dan menunjukkan kesimpulan
yang tidak berbeda secara material ketika pengujian dilaksanakan lebih dari satu kali
oleh pengguna yang berbeda.
3. Laporan keuangan yang ada disajikan secara netral yang berarti informasi yang
terkandung didalamnya memperhatikan kebutuhan bersama bukan untuk kebutuhan
pribadi atau pihak tertentu.
c. Bisa dibandingkan
Bisa dibandingkan memiliki makna bahwa informasi yang terdapat pada laporan
keuangan periode sebelumnya ataupun laporan keuangan umum entitas lain dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan saat ini, karena jika terdapat perbandingan maka
akan memberikan manfaat seperti evaluasi untuk laporan keuangan periode mendatang.
Suatu kebijakan akuntansi dibuat untuk menjadi pedoman perbandingan dari tahun ke
tahun. Jika pelaporan menggunakan kebijakan akuntansi yang lebih unggul daripada yang
digunakan saat ini, maka perubahan akan diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
d. Bisa dipahami
Mampu dimengerti merupakan pemahaman pengguna saat melihat informasi pada
penyajian laporan keuangan bisa dimengerti dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
Dengan demikian, pengguna diharapkan mempunyai pemahaman yang wajar mengenai
kegiatan dan lingkungan operasional entitas pelapor dan ketersediaan mereka untuk
mempelajari informasi yang saling berkaitan.
Standar Akuntansi Pemeritah Berbasis akrual (accrual basic)
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) adalah prisip akuntansi yang berlaku untuk
penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang
SAP mengatur cara menyusun serta menyajikan laporan keuangan berbasis akrual (accrual
basic). Sejak tahun 2015 Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 lebih mengatur model akuntansi
akrual. Dengan penegasan seperti anggaran harus ada pada akuntansi, adanya akun ekuitas
(ekuitas, mengkonsolidasikan ekuitas, ekuitas SAL), akun yang dilawankan pada estimasi
perubahan SAL kususnya transaksi yang berhubungan pada LRA, kewajiban SKPD membuat
laporan keuangan, pertanggugjawaban atas belanja yang diakui yang telah disahkan anggaran,
dan kewajiban mengakui beban saat sudah timbul kewajiban.

Page | 27
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

Terdapat perubahan dalam akuntansi pemerintah yang berawal dari akuntansi pemerintah
tradisional dengan menggunakan basis kas (cash basic) berupa pencatatan single entry ke
akuntansi modern. Setelah itu reformasi dilakukan pada penggunaan akuntansi pemerintah
untuk menyediakan pelaporan keuangan yang berarti. Salah satu pilihannya adalah lembaga
pemerintahan baik itu pemerintah daerah atau pemerintah pusat diwajibkan untuk membuat
catatan keuangan berbasis akrual (accrual basic) (Nasution, 2018). PP Nomor 71 pasal 1 ayat
(8) Tahun 2010 menjelaskan bahwa Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang berbasis akrual
(accrual basic) merupakan pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan modal pada laporan
keuangan berbasis akrual (accrual basic). Pendapatan dan belanja dalam pelaporan anggaran,
yang pelaporan pelaksanaanya berlandaskan dengan basis yang telah diatur dalam Anggaran
Pendapatan dan belanja daerah (APBD) atau Anggaran Pendapatan dan belanja Negara
(APBN).
Basis akrual (accrual basic)
Basis akrual (accrual basic) merupakan sebuah basis akuntansi yang mengakui, menyajikan,
dan mencatat suatu laporan keuangan atas transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi yang
terjadi, terlepas dari kapan kas dibayarkan atau diterima. Terdapat beberapa manfaat jika
menerapkan akuntansi basis akrual (accrual basic) pada penyajian laporan keuangan, seperti
sebagai berikut :
a. Memberikan pandangan tentang cara pemerintah mendanai kegiatannya serta bagaimana
memenuhi pendanaan dalam kegiatannya.
b. Menyajikan suatu informasi mengenai hak dan kewajiban intansi yang terkait secara akurat
dan nyata.
c. Membantu menilai kinerja pemerintah dalam hal biaya layanan, efisiensi, dan pencapaian
tujuan.
d. Menunjukan bagaimana kondisi keuangan pemerintah serta perubahan posisi keuangannya.
Tidak hanya manfaatnya saja, namun terdapat beberapa kekurangan atas penerapan akuntansi
basis akrual (accrual basic), antara lain :
a. Perluya kesiapan untuk mengatasi masalah-masalah seperti biaya penilaian aset, biaya
penyusunan atas kebijakan akuntansi, biaya pembangunan sistem computer, dan biaya
lainnya. Karena biaya tersebut cukup mahal.
b. Akuntansi basis akrual (accrual basic) kurang memiliki arti bagi pemerintah karena pada
dasarnya basis ini digunakan untuk mengukur keuntungan.
c. Membutuhkan keleluasaan yang lebih besar dalam hal pertimbangan professional.
Karena akuntansi basis akrual (accrual basic) bersifat kompleks sehingga kurang mendapat
perhatian dalam penelaahan sehingga untuk akuntabilitas laporan keuangan berkurang sehingga
perlunya pemilihan strategi implementasi akuntansi berbasis akrual (accrual basic) yang dapat
dicermati, supaya penerapan dari basis akrual (accrual basic) berhasil. (Mua’am, 2015)
Pemilihan strategi tersebut menurut antara lain :
a. Komitmen politik yang merupakan kunci dari penerapan basis akrual (accrual basic).
b. Selalu mengkomunikasikan tujuan yang akan dicapai.
c. Penerapan akuntansi basis akrual (accrual basic) yang membutuhkan seorang akuntan yang
andal serta memadainya sistem informasi akuntansi.
d. Adanya reformasi birokrasi yang menerapkan basis akrual (accrual basic).
Kualitas
Kualitas merupakan sebuah tolak ukur baik dan tidaknya suatu hal. Berdasarkan PP
Nomor 71 Tahun 2010 tentang praktik akuntansi pemerintah, laporan keuangan pemerintah bisa
dibilang memiliki kualitas apabila laporan tersebut dapat diandalkan, relevan, mudah
dimengerti, serta bisa dibandingkan. Kualitas pelaporan keuangan menunjukan bahwa kepala

Page | 28
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

daerah mampu bertanggungjawab saat menjalankan tugasnya saat mengelola organisasinya


sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan. Kualitas merupakan penilaian output dari kinerja
pusat pertanggungjawaban pada suatu tindakan, baik pada sisi yang berwujud misalkan produk
maupun sisi tidak berwujud misalkan sebuah kegiatan. Pentingnya kualitas karena didalamnya
terdapat informasi yang penting terutama dilaporan keuangan, sehingga seseorang atau
pemakainya akan cepat memahami apa isi serta maksud dari laporan keuangan tersebut.
sehingga menyajikan laporan keuangan sangat bermanfaat seperti menjadi bentuk
pertimbangan dalam mengambil keputusan, sebagai alat akuntabilitas, dan bisa menjadi
informasi pada pengevaluasian kinerja organisasi (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, 2010).
Laporan Keuangan
Tujuan disusunnya sebuah laporan keuangan yaitu untuk memberikan informasi yang
saling berkaitan dengan keadaan keuangan entitas pelapor pada kurun waktu tertentu. Laporan
keuangan, transfer, dan, pembiayaan dengan anggaran tertentu (Niu et al., 2014). Untuk
mengevaluasi situasi keuangan, membantu menentukan ketentuan terahadap peraturan
peundang-undang, dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas suatu entitas pelaporan.
Berdasarkan dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP), laporan keuangan daerah merupakan laporan yang tersusun dan berisi status keuangan
dan transasksi entitas pelapor. Penggunaan pelaporan keuangan pemerintah daerah termasuk
pemerintah daerah, pejabat terpilih, badan pengatur, badan audit, seseorang yang menyediakan
dan telibat pada penginvestasian atau pinjaman, dan pemerintah. Badan Standar Akuntansi
Pemerintah (BSAP) (2007:81) mengungkapkan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah
merupakan kolaborasi dari semua laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dan Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD) sebagai PPKD/BUD. (Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, 2010)
mengemukakan bahwa komponen-komponen dari laporan keuangan harus memuat :
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) berisi tentang kondisi dana mulai dari sumbernya,
pengalokasian serta rincian menggunakan dana yang dikelola pemerintah daerah ataupun
pusat, dengan memperlihatkan perbandingan anggaran dan realisasi selama periode
pelaporan. Hal-hal yang langsung tercakup dalam LRA yaitu pendapatan-LRA, belanja,
transfer dan pembiayaan.
b. Laporan Perubahan Ekuitas memberikan informasi perbandingan ekuitas pada tahun
pelaporan dengan tahun sebelumnya terkait naik dan turunnya ekuitas.
c. Laporan Operasional (LO) memberikan gambaran mengenai sumber daya ekonomi
penggalangan modal dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah daerah ataupun
pusat yang dipergunakan saat menyelenggarakan kegiatan pemerintah pusat ataupun daerah
selama periode pelaporan. Item yang langsung dimasukkan pada laporan operasional muali
dari pendapatan-LO, beban, transfer dan pos-pos luar biasa.
d. Neraca berisi tentang penggambaran kondisi keuangan yang terdiri dari harta (asset),
kewajiban (liability), modal (equitas).
e. Laporan Perubahan Saldo Anggaran (Laporan perubahan SAL) adalah penggambaran untuk
naik dan turunnya saldo anggaran lebih dari perbandingan tahun pelaporan dengan tahun
sebelumnya.
f. Laporan Arus Kas (LAK) memuat informasi tentang penggambaran saldo awal,
pendapatan, investasi, kas keluar yang berkaitan pada kegiatan operasi, pembiayaan, dan
saldo akhir pemerintah daerah ataupun pusat selama periode yang ditentukan. Penerimaan
kas dan pengeluaran kas merupakan pos-pos yang terdapat pada Laporan Arus Kas (LAK).

Page | 29
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) memberikan penjelasan dan rincian tentang angka-
angka yang ditunjukkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LAK), Laporan Perubahan
Saldo (Laporan Perubahan SAL), Laporan Operasi (LO), Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE), Neraca, dan Laporan Arus Kas (LAK). Serta berisi informasi terkait kebijakan
akuntansi dan informasi lain yang dianjurkan atau diterapkan dalam Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) untuk diungkapkan oleh entitas pelaporan. Agar penyajian pada laporan
keuangan tepat atau wajar.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Lebih tepatnya menggunakan
penelitian kepustakaan atau disebut library research, dengan memakai data sekunder dari jurnal
penelitian dari peneliti terdahulu melalui media Google Scholar. Metode kualitatif merupakan
pemahaman dan penafsiran terhadap suatu kejadian atau perilaku manusia pada keadaan
tertentu berdasarkan pandangan peneliti itu sendiri. Yang memiliki tujuan untuk
mengembangkan permasalahan yang sedang dihadapi, atau menerangkan sesuatu yang
berkaitan dengan penelusuran teori, dengan cara mengumpulkan data sampai data yang
dikumpulkan sesuai dengan harapan. Terdapat lima macam metode kualitatif yang biasa
digunakan yaitu metode Observasi, analisis percakapan, analisis wacana, analisis
isi,dan pengumpulan data etnografi. Pengertian dari metode kualitatif kususnya untuk kajian
Pustaka merupakan suatu teknik yang bisa digunakan untuk melakukan kegiatan penelitian
dengan proses ilmiah yang menghasilkan output dalam bentuk laporan untuk penelitian ilmuah
dan memfokuskan pada sebuah studi dan suatu topik tertentu.
Cahyono et al. (2019) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus memperhatikan lima
tahap persiapan dan penulisan. Secara umum, ada 5 langkah mempersiapkan pencarian
bibliografi diantaranya :
a. Mencari literatur terkait, beberapa sumber yang bisa diakses untuk mendapatkan referensi
penelitian misalkan melalui Library Catalog, Google Scholar, EBSCO, dan Medline.
b. Mengevaluasi sumber penelitian literatur.
c. Mengidentifikasi masalah dan kesenjangan, jika ada antara teori dan kondisi lapangan.
Secara singkat membuat struktur atau kerangka dari sebuah artikel.
d. Kemudian membuat tinjauan literatur.
Berikut gambaran kosep metodologi penelitian untuk artikel ini :
a. Mencari, mengumpulkan, dan menelusuri informasi terkait melalui google scholar, website
dan pendukung lainnya.
b. Hasil yang sesuai dengan kata kunci sejumlah 18 jurnal dan 6 Peraturan Pemerintah (PP)
atau Undang-Undang (UU) pendukung sebagai referensi.
c. Kemudian dari hasil tersebut membuat analisis dan kerangka artikel penelitian.
d. Setelah terdapat hasil dan pembahasannya kemudian membuat kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Juwita (2013) mengemukakan dalam penelitiannya bahwa laporan keuangan
pemerintahan memuat informasi yang sangat bermanfaat bagi pemakainya, sehingga informasi
yang disajikan harus mampu dipahami dan disajikan dengan tepat. Dari penelitianya dapat
diuraikan bahwa implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) memiliki pengaruh
signifikan dan positif terhadap kualitas laporan keuangan. Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah di Jawa Barat telah menunjukan
bahwa sebagian besar pendekatan, evaluasi, penyajian, serta pengungkapan Standar Akuntansi

Page | 30
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

Pemerintah (SAP) dalam proses penyusunan laporan keuangan telah diselenggarakan dengan
baik.
Mia et al (2016) mengungkapkan bahwa Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
merupakan suatu pedoman akuntansi yang diimplementasikan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan pemerintahan sesuai dengan penerapan PP Nomor 71 Tahun 2010.
Temuannya memperlihatkan bahwa pengguna Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Artinya Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) mempunyai pengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan
Satuan Kerja perangkat Daerah (SKPD) di Kota Semarang. Sama halnya dengan penelitian
(Umar, dkk. 2018) yang mengungkapkan bahwa penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas penyajian laporan keuangan, dibuktikan
dengan nilai koefisien regresi yang positif. Penerapan perubahan Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) setiapa satu tingkat memberikan dampak senilai 0,301 terhadap tingkat kualitas
penyajian laporan keuangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
(DPPKAD) Kabupaten Gorontalo.
Ramadhan (2019) menjelaskan bahwa standar akuntansi pemerintah dibutuhkan pada
proses pengerjaan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan belanja
daerah (APBD) atau Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) dalam bentuk laporan
keuangan. Penyajian laporan keuangan pada umumnya masih banyak yang belum sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan yang telah diputuskan. Salah satunya di Kabupaten
Serdang bedagai yang terletak di Sulawesi Utara untuk laporan keuangannya masih banyak
koreksi terkait standar akuntansi keuangan. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
PP Nomor 71 Tahun 2010 bertujuan untuk mengembangkan keterbukaan dan akuntabilitas
dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, dan laporan
keuangan yang dihasilkan harus mencangkup keadaan keuangan, kinerja dan memuat informasi
tentang perubahan keadaan keuangan. Akuntabilitas pengguna membantu pegambilan
keputusan. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan regresi sederhana, penggunaan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) terbukti berpengaruh positif terhadap kualitas penyajian gelar
Badan Pegelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) di Kabupaten Serdang Begadai.
Analisis koefisien determinasi menunjukan bahwa penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) memiliki pengaruh 80,4% terhadap perubahan kualitas penyajian laporan keuangan.
Rahmawati et al (2018) menjelaskan bahwa Pemerintah daerah sebagaimana disyaratkan
oleh PP Nomor 71 tahun 2010, mengungkapkan bahwa penjelasan yang dimuat pada Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) telah memenuhi standar kualitatif laporan keuangan
pemerintah, pengelolaan keuangannya telah mencapai transparasi dan akuntabilitas.
Karakteristik kualitatif pelaporan keuangan pemerintah adalah persyaratan preskriptif yang
dibutuhkan supaya laporan keuangan pemerintah dapat mencapai kualitas yang diharapkan:
relevansi, keandalan, daya banding, serta mudah untuk dipahami. Standar akuntansi memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kualitas akuntansi tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di Kota Tangerang Selatan berdasarkan penelitian yang ditemukan tersebut.
Mentu & Sondakh (2016) mengemukakan dalam hasil survei penelitinnya bahwa pada
penyajian laporan tahunan Badan Pendapatan Daerah serta Dinas Sosial Provinsi Sulawesi
Utara masih menggunakan case to accrual atau yang ditetapkan PP Nomor 24 Tahun 2005, dan
belum menerapkan akuntansi akrual (accrual basic) berimbang dengan PP 71 Tahun 2010.
Pada PP Nomor 71 tahun 2010 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), penyajian
laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari tujuh laporan keuangan yaitu neraca, Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Perubahan Saldo (Laporan Perubahan SAL), Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Operasional (LO), Dan Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK). Di sisi lain, Dinas Keuangan dan Dinas Sosial Sulawesi Utara

Page | 31
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

hanya menyajikan neraca, laporan pelaksanaan anggaran, dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK). Namun, penyajiannya telah sesuai dengan PP Nomor 71 tahun 2010.
Sitorus et al (2015) mengemukakan bahwa suatu tata kelola keuangan negara harus
diperbaharui sebagai upaya pemerintah dalam menjaga transparasi serta akuntabilitas. Adanya
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) mampu menaikkan mutu kualitas pengelolaan keuangan
negara. Pada penelitiannya menunjukan bahwa Dalam tahap persiapan pengenalan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual (accrual basic), Dinas pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Barang Milik Daerah Kota Tomohon mulai memaparkan tentang latar belakang
dan perubahan akuntansi kas sehubungan dengan akuntansi basis akrual (accrual basic) dan
perbedaan antara akuntansi menuju akrual ke akuntansi accrual basic dan kemudian ke
penerapan akuntansi basis akrual (accrual basic).
Hasil peneliti terdahulu telah memberikan gambaran bahwa Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) mempunyai pengaruh cukup besar terhadap proses penyajian laporan
keuangan, namun untuk penerapan dari PP Nomor 71 Tahun 2010 terkait basis akrual (accrual
basic) pada laporan keuangan instansi pemerintahan belum diterapkan secara menyeluruh yang
berarti masih banyak instansi pemerintah baik itu pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat
yang menggunakan akunatnsi berbasis kas (cash basic). Jika dilihat dari kelebihannya, basis
kas (cash basic) sendiri sangat mudah dimengerti serta terlihat dari laporannya yang disajikan
secara jelas dari mana sumber keuangan yang ada.
Akuntansi basis akrual (accrual basic) juga memiliki kelebihan yang harus diketahui
seperti lebih akurat dalam penggambaran keadaan keuangan suatu instansi serta mampu
menjadi pertimbangan dan penilaian pada kinerja instansi atau perusahaan yang dimaksudkan.
Namun beberapa instansi pemerintah baik itu dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat
belum bisa menerapkan akuntansi basis akrual (accrual basic) ini seperti yang tertuang dalam
PP nomor 71 Tahun 2010 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual
(accrual basic). Hal ini dikarenakan masih banyak dibutuhkannya persiapan dan kurangnya
sosialisasi dari Pemerintah kepada Satuan Kerja Perangakat Daerah (SKPD) ataupun pegawai
yang berhubungan langsung pada proses penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai
dengan penerapan PP Nomor 71 Tahun 2010 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
dengan akuntansi berbasis akrual (accrual basic).

PENUTUP
Simpulan
Akuntansi Sektor Publik (ASP) mempunyai kegunaan yang sangat fundamental dalam
mempersiapkan laporan keuangan terutama dalam pelaksanaan akuntabilitas publik. Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) merupakan pedoman dan prinsip akuntansi yang diterapkan
pada saat proses menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintahan. Akuntansi serta
laporan keuangan memiliki makna sebagai suatu proses mengumpulkan, mengolah sebuah
informasi untuk menilai kinerja organisasi atau bermanfaat pada pengambilan keputusan.
Sehingga berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, laporan keuangan wajib memenuhi standar
kualitatif seperti relevan, terpercaya, mudah dipahami, serta bisa dibandingkan. Berdasarkan
pembahasan diatas, bahwa saat proses penyajian laporan keuangan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) memiliki pengaruh terhadap performa laporan keuangan yang
dimanifestikan. Namun untuk penerapan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) terkait dengan akuantansi berbasis akrual (accrual basic) pada laporan
keuangan yang ada, masih banyak intansi pemerintah yang belum menerapkannya karena
banyaknya kendala terutama pada Sumber Daya Manusia (SDM) dimana SDM yang ada, masih
belum cukup siap ataupun mempunyai kompetensi yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan
seperti harus memiliki ilmu atau pendidikan yang sebidang dan sesuai. Serta masih kurangnya

Page | 32
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

pembaharuan pada tata kelola keuangan sebagai upaya pemerintah dalam peningkatan
transparasi dan akuntabilitas. Adapun strategi yang dapat diupayakan dalam mempermudah
penerapan basis akrual (accrual basic), yaitu komitmen politik, selalu mengkomunikasikan
sebuah tujuan yang akan dicapai, perlunya seorang akuntan yang andal dalam penerapan
akuntansi basis akrual (accrual basic) serta memadainya sistem informasi akuntansi, dan
adanya reformasi birokrasi yang menerapkan basis akrual (accrual basic).
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dengan menggunakan metode library research, saran yang bisa
diberikan oleh peneliti adalah :
1. Untuk pemerintahan yang telah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
dengan baik, diharapkan mampu mempertahankan konsitensinya serta terus melakukan
sosialisasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar kualitas pada laporan
keuangan yang disajikan bertahan dan dan semakin baik.
2. Bagi pemerintahan yang akan menyusun laporan keuangan, perlunya melakukan
pendidikan serta pelatihan langsung mengenai PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dengan basis akrual (accrual basic) kepada Sumber Daya
Manusia SDM yang terkait, dan penempatan untuk SDMnya harus sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Supaya kesalahan saat menyusun serta menyajikan laporan
keuangan berbasis akrual (accrual basic) dapat diminimalisir.
3. Untuk penelitian berikutnya disarankan untuk memperbanyak sebuah daftar pustaka dalam
penelitian, sehingga sumber daftar pustaka dapat diringkas dan disajikan dan menjadi
pertimbangan.

DAFTAR PUSTAKA
Akuba, A. (2013). Analisis Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah dalam Penyajian
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.
Jurnal KIMFEB, 9–16.
BPK. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Cahyono, E. A., Sutomo, & Harsono, A. (2019). Literatur Review: Panduan Penulisan dan
Penyusunan. Jurnal Keperawatan, 12.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, (2010).
Jati, B. P. (2019). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Wahana, 22(1), 1–14.
https://doi.org/10.35591/whn.v22i1.145
Juwita, R. (2013). Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem
Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Trikonomika, 12(2), 201.
https://doi.org/10.23969/trikonomika.v12i2.480
Langelo, F., Saerang, D. P. E., & Alexander, S. W. (2015). Analisis Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Dalam Penyajian Laporan Keuangan pada
Pemerintah Kota Bitung. Jurnal EMBA, 3(1), 1–8.
Mentu, E. P., & Sondakh, J. J. (2016). Penyajian Laporan Keuangan Daerah Sesuai Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada Dinas
Pendapatan Daerah dan Dinas Sosial Prov. Sulut. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 4(71), 1392–1399.
Mia, O., Raharjo, K., & Andini, R. (2016). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Kualitas Aparatur Pemerintah Daerah Dan Good Governance Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Di Kota Semarang. Journal of Accounting Of Accounting,
2(2), 2–15.

Page | 33
JURNALKU
Volume 3 No.1, 2023

Mua’am, A. (2015). Basis Akrual dalam Akuntansi Pemerintah di Indonesia. Jurnal Lingkar
Widyaismara, 2(1), 38–46. www.juliwi.com
Nasution, D. A. D. (2019). Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual dan Pengawasan Kualitas Laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah pada Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Dan Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Pemerintah. Jurnal Akuntansi Bisnis Dan Publik, 9(2), 30–
43.
Niu, F. A. L., Karmoyo, H., & Tangkuman, S. (2014). Analisis penerapan PP. NO. 71 Tahun
2010 dalam penyajian laporan keuangan dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset
daerah kota kotamaibagu. Jurnal Riset Ekonomi, Managemen, Bisnis, Dan Akuntansi,
2(71), 714–722. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/6461
NST, D. A. D. (2016). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi SAP Berbasis
Akrual dengan Komitmen SKPD sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara. Tesis, 18(4), 1–122.
Rahmawati, A., Mustika, I. W., & Eka, L. H. (2018). Pengaruh penerapan standar akuntansi
pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi, dan sistem pengendalian intern terhadap
kualitas laporan keuangan SKPD Kota Tangerang Selatan. Jurnal Ekonomi, Bisnis, Dan
Akuntansi, 20(2), 8–17.
Ramadhan, P. R. (2019). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap
Kualitas Penyajian Laporan Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. In
Seminar Nasional Taman Siswa Bima, 1, 147–153.
Sitorus, S., Kalangi, L., & Walandouw, S. K. (2015). ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL BERDASARKAN
PP. NO. 71 TAHUN 2010 PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAN BARANG MILIK DAERAH KOTA TOMOHON. Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 37(3), 343.
Suprihatin, N. S., & Ananthy, A. A. (2019). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
Dan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Riset
Akuntansi Terpadu, 12(2), 242. https://doi.org/10.35448/jrat.v12i2.6218
Widyawati, D. (2018). Pengaruh Efektivitas Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Asahan). Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4(1), 1–14.
Yafie, M. D. (2013). Penerapan Basis Akrual pada Standar Akuntansi Pemerintahan Indonesia.
Jurnal Akuntansi UNESA, 13(1), 104–116.
Yuliani, N. L., & Agustini, R. D. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Pemanfaatan. Jurnal Bisnis & Ekonomi, Volume 14,(1),
56–64.

Page | 34
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR 04
PADA DINAS PARIWISATA PROVINSI SULAWESI UTARA

IMPLEMENTATION OF ACCOUNTABILITY NOTES ON FINANCIAL STATEMENTS BASED ON


STATEMENT OF GOVERNMENTALACCOUNTING STANDARDS NO. 04 AT THE TOURISM
OFFICE OF NORTH SULAWESI PROVINCE

Oleh:
Elfiane Sindi Kapantow¹
Herman Karamoy²
Peter M. Kapojos³

¹²³Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Sam Ratulangi Manado

E-mail:
¹18061104174@student.unsrat.ac.id
²herman.karamoy@unsrat.ac.id
³peterkapojos@unsrat.ac.id

Abstrak: Penyajian laporan keuangan pada setiap entitas diwajibkan menyajikan catatan atas laporan keuangan. Catatan atas
laporan keuangan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisah dari laporan keuangan yang bertujuan umum. Menurut Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) No 04 Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bentuk Laporan Tujuan penelitian ini yaitu:
1) Untuk Mengetahuai Penyajian Dalam Pertanggungjawaban Catatan Atas Laporan Keuangan Berdasarkan Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 04 pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. 2) Untuk Mengetahui
Pengungkapan Dalam Pertanggungjawaban Catatan Atas Laporan Keuangan Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Nomor 04 pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu
deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa laporan pertanggujawaban catatan atas laporan keuangan berdasarkan dengan peraturan pemerintah
nomor 71 tahun 2010 khususnya psap no.04 tentang pencatatan laporan keuangan sudah sesuai dan sudah berbasis akrual.

Kata Kunci: laporan keuangan, PSAP No.04.

Abstract: Presentation of financial statements in each entity is required to present notes to the financial statements. The notes
to the financial statements are presented as an integral part of the general purpose financial reports. The purposes of this
study are: 1) To find out the presentation of accountability in notes on financial statements based on the Statement of
Government Accounting Standards Number 04 at the Tourism Office of North Sulawesi Province. 2) To find out the
Disclosure of Accountability for Notes on Financial Statements Based on the Statement of Government Accounting Standards
Number 04 at the Tourism Office of North Sulawesi Province. The method used in this research is descriptive qualitative
method of collecting data through interview techniques and documentation techniques. The results of the study show that the
accountability report on notes on financial statements is in accordance with government regulation number 71 of 2010,
especially PSAP no.04 concerning the recording of financial statements, which is appropriate and accrual-based.

Keywords: financial statements, PSAP No.04

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di sektor pemerintahan pusat
maupun di sektor daerah menunjukkan bahwa meningkatnya perkembangan sektor publik di Indonesia.
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas program-program organaisasi yang telah
dilaksanakan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya melalui suatu media
pertanggung jawaban yang dilaksanakan secara periodik. Masih terdapat banyaknya kelemahan dari penggunaan

494 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
laporan keuangan pemerintah. Tidak optimalnya pemanfaatan laporan keuangan Pemerintah Daerah
menunjukkan bahwa laporan keuangan pemerintah belum memenuhi aspek kebermanfaatan. Penggunaan
informasi dapat mengurangi ketidakpastian. Masalah yang akan diterima seorang pemimpin yaitu akan
menghadapi banyaknya informasi yang harus dipilih untuk digunakan sebagai dasar keputusan dalam
perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian. Pelaporan keuangan yang tepat pada waktunya kelak menghasilkan
informasi keuangan yang relevan. Pemerintah merupakan entitas yang memiliki kewajiban dalam membuat
laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas segala programkegiatan organisasi. Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 232 Tahun 2022 Tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Instansi.
Penyajian laporan keuangan pada setiap entitas diwajibkan menyajikan catatan atas laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisah dari laporan keuangan yang bertujuan
umum. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi yang wajar. Pengguna dalam konteks ini adalah masyarakat,
legislative, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi donasi, investasi, pinjaman, dan pemerintah.
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Yaitu, setiap pos dalam laporan realisasi
anggaran, neraca dan laporan arus kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam catatan
atas laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No 04 Catatan atas Laporan Keuangan
merupakan bentuk Laporan yang tidak terstruktur, sehingga cara memahaminya lebih mudah untuk orang-orang
atau masyarakat secara umum. Oleh karena itu, jika Catatan atas laporan Keuangan ini dapat memuat aspek-aspek
yang memadai dan lengkap akan dapat digunakan sebagai suatu sumber informasi yang sangat relevan untuk
pengambilan keputusan bagi pengguna umum. Tujuan PSAP No 4 adalah untuk meningkatkan transparansi
Laporan Keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik, atas informasi keuangan pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Laporan keuangan pemerintah akan
dilaporkan kepada DPR/DPRD dan selanjutnya dapat diakses oleh masyarakat setelah diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Komponen laporan keuangan yang disampaikan sesuai PP 71 Tahun 2010 meliputi:
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Perubahan
Saldo Aanggaran Lebih, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
selama satu periode pelaporan. Pemerintah diwajibkan untuk memperhatikan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang bertujuan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan dalam
sebuah organisasi
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang terpisahkan dalam pelaporan keuangan. Informasi
keuangan dalam laporan keuangan hanya bisa menyajikan kata-kata dan angka singkat, sehingga catatan atas
laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi tambahan penting yang tidak bisa dijelaskan
dalam laporan tersebut. Selain itu, keberadaannya juga dibutuhkan dalam menambal ketidak sempurnaan laporan
keuangan dasar. Ternyata, para investor juga mempertimbangkan informasi dalam catatan atas laporan keuangan
setelah laporan keuangan dan laporan audit. Sayangnya, Kendati, keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari
laporan keuangan dasar.penelitian terkait dengan relevansi catatan atas laporan keuangan masih sangat jarang
dilakukan oleh para peneliti. Catatan atas Laporan Keuangan pada dasarnya harus menyajikan informasi tentang
kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, dan pencapaian target Perda APBD. Fungsi Catatan atas Laporan
Keuangan yaitu memenuhi fungsi pertanggungjawaban, fungsi manajerial dan fungsi pengawasan. Laporan
Keuangan mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalah pahaman di antara pembacanya
sehingga harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam
memahami Laporan Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara
luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Laporan Keuangan
mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalah pahaman di antara pembacanya. Oleh
karena itu, untuk menghindari kesalahpahaman, atas sajian laporan keuangan harus dibuat Catatan atas Laporan
Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan.
Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa
dengan orientasi anggaran mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi akrual.
Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial cenderung melihat laporan keuangan
pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan. Pembahasan umum dan referensi ke pos-pos laporan keuangan

495 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan terdiri dari penjelasan atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan
dalamsuatu laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan atas arus kas. Didalam catatan atas laporan keuangan
juga terdapat penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh pernyataan standar akuntansi
pemerintahserta pengungkapanpengungkapan lainnya yang diperlukan untuk memenuhi laporan keuangan yang
wajar. catatan atas laporan keuangan berkaitan dengan penganggaran dan realisasi anggaran yang menguraikan
berbagai hal yang dianggap penting yang mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Laporan Arus Kas dan apabila tidak dijelaskan akan dapat menyesatkan pembaca laporan keuangan pemerintah.
Memahami pentingnya catatan atas laporan keuangan dan pengungkapan-pengungkapan yang ada didalamnya,
maka informasi yang ada di dalam catatan atas laporan keuangan harus didukung dengan catatan- catatan
penjelasan. Catatan-catatan penjelasan tersebut terdiri dari kebijakan akuntansi, pengungkapan atas hal- hal yang
signifikan yang tidak memenuhi criteria pengakuan dan informasi tambahan yang diminta oleh standar dewan
standar akuntansi keuangan, dan rincian dari jumlah yang tercantum dalam neraca. Catatan atas Laporan
Keuangan harus dikemukakan secara baik dan benar sehingga informasi terhadap Catatan atas Laporan Keuangan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara adalah salah satu lembaga pemerintahan daerah dan pelestarian
serta pemerdayaan pariwisata di provinsi Sulawesi Utara. Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara di bentuk
untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian daerah. Terutama dalam pengembangan
kepariwisataan. Dinas Pariwisata belum sepenuhnya mempertanggung jawabkan catatan atas laporan keuangan
setiap akhir periode sesuai waktu yang ditentukan. Hal ini karena masih kurangnya tenaga kerja pegawai dalam
kegiatan operasional kantor khususnya bagian keuangan dan kurangnya pemahaman tenaga kerja pegawai
mengenai penyajian catatan atas laporan keuangan pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan
latar belakang masalah, maka penulis membuat penelitian dengan judul “Penerapan Pertanggungjawaban Catatan
Atas Laporan Keuangan Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 04 Pada Dinas
Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara”.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk Mengetahuai Penyajian Dalam Penerapan Pertanggungjawaban Catatan Atas Laporan Keuangan
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 04 pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Utara
2. Untuk Mengetahui Pengungkapan Dalam Penerapan Pertanggungjawaban Catatan Atas Laporan Keuangan
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 04 pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat
keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterprestasian hasil proses
tersebut (Ardhianto, 2019).

Standar Akuntansi
Standar akuntansi yaitu menghasilkan informasi keuangan yang mempunyai sifat jelas, konsisten,
terpercaya dan dapat diperbandingkan (Purnama, 2020).

Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi pemerintahan merupakan salah satu akuntansi sektor publik yang berkembang pesat di
Indonesia. (Reza dan Susanti, 2022)

Akuntansi Keuangan Daerah


Akuntansi keuangan daerah adalah serangkaian mekanisme teknis dan analisis akuntansi yang diterapkan
pada lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen yang ada di bawahnya seperti Pemda, BUMD,

496 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
BUMN, LSM, yayasan sosial, serta proyek-proyek kerjasama antara sektor publik dan sektor swasta. (Andivo dan
Silvera, 2020)

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No. 04


Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 04 atau PSAP 04 adalah pernyataan standar akuntansi
pemerintah (PSAP) tentang catatan atas laporan keuangan. PSAP 04 terdapat dalam lampiran Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Catatan Atas Laporan Keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi
tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, LPSAL, LO,
LPE, Neraca dan LAK dalam rangka pengungkapan yangmemadai. CaLK merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka
pengungkapan yang memadai.

Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi sektor publik merupakan mekanisme akuntansi swasta yang diberlakukan dalam praktik-
praktik organisasi publik (Kristiyani dan Hamidah, 2020).

Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi adalah sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi keuangan bagi manajemen
melalui koordinasi organisasi formulir, catatan dan laporan (Zahro, 2019).

Penelitian Terdahulu
Penelitian Reza (2021) bertujuan untuk mengetahui penyajian laporan realisasi anggaran pemerintah kota
medan yang disusun BPKAD Kota Medan dengan mengacu pada PSAP nomor 02 tentang laporan realisasi
anggaran yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tentang standar akuntansi pemerintahan. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Teknik pengumpulan data dilakukan
menggunakan teknik wawancara dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan daftar checklist. Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota
Medan yang beralamat di jalan Kapten Maulana Lubis No. 2 medan, Sumatera Utara. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa penerapan PSAP No.02 PP No.71 Tahun 2010 tingkat kesesuaiannya mencapai 100% dengan
menggunakan rumus Dean J.Champion. Hal ini berarti penerapan Laporan Realisasi Anggaran di lingkungan
pemerintah kota medan sudah sesuai dengan PSAP No.02 PP No. 71 Tahun 2010.
Penelitian Pakan (2021) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi perencanaan
dan realisasi anggaran pendapatan dan belanja pada kantor Bappelitbangda Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis
metode analisis dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif
dengan teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Untuk
menganalisis Efektivitas dan Efisiensi Perencanaan dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pada kantor
Bappelitbangda Provinsi Sulawesi Selatan maka digunakan rasio efektivitas dan rasio efisiensi. Hasil penelitian
bahwa kantor Bappelitbangda Provinsi Sulawesi Selatan belum efektif dan kurang efisien dalam merealisasikan
anggaran pendapatan pada tahun 2020 dan anggaran belanja pada tahun 2018-2020. Hal ini dilihat dari hasil
analisis rasio efektivitas anggaran pendapatan sebanyak 67,13% dan rasio efisiensi anggaran belanja tahun 2018
sebanyak 98,27%, anggaran belanja tahun 2019 sebanyak 93,57%, dan 92,76% pada tahun 2020, sehingga kantor
Bappelitbangda provinsi sulawesi selatan sebaiknya dalam menyususun dan merealisasikan anggaran perlu
memperhitungankan Efisiensi dan Efektivitas atas anggaran yang akan dikelola dan melakukan evaluasi program
atau kegiatan yang belum dilakukan dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia sehingga realisasi bisa
tercapai sesuai dengan targetnya.
Penelitian Manjana dan Nasution (2022) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Analisis Penerapan
Sistem Akuntansi Keuangan sesuai PP No. 71 tahun 2010 Pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota
Pamatangsiantar. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mengkaji penggunaan sistem akuntansi
keuangan pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Kota Pematangsiantar. Metode penelitian yang
penulis gunakan didalam penelitian ini yaitu metodekualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil daripada penelitian
bahwa Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar secara umum telah menerapkan sistem
akuntnasi seseuai dengan “PP No. 71 tahun 2010 mengenai standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah”.

497 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang menggunakan jenis data Kualitatif, dimana data yang
diperoleh akan di analisis serta di deskripsikan berdasarkan penemuan – penemuan fakta fakta penelitian di Dinas
Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara.

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dengan teknik wawancara dan teknik dokumentasi.

Metode Analisis Data


Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif ialah metode yang terencana
dan terstruktur sejak awal penelitian.

Proses Analisis
Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data mengenai penerapan pertanggungjawaban catatan atas laporan keuangan pada Dinas
Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara seperti hasil wawancara dengan sekretaris Dinas Pariwisata, bagian
akuntansi, bagian keuangan, dokumen sejarah Dinas Pariwisata, dokumen struktur organisasi, dokumen visi
dan misi, dokumen tentang penerapan pertanggungjawaban catatan atas laporan keuangan.
2. Mempelajari data dan dokumen yang telah diperoleh langsung melalui wawancara
3. Menganalisis penerapan pertanggung jawaban catatan atas laporan keuangan dengan cara melihat data – data
yang telah di ambil. Menarik kesimpulan dan memberikan hasil analisis sesuai atau tidak sesuai penerapan
pertanggung jawaban catatan atas laporan keuangan yang diterapkan Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Utara.
4. Menarik kesimpulan dan juga memberikan saran berdasarkan hasil evaluasi dan perbandingan dari catatan atas
laporan keuangan berdasarkan pernyataan standar akuntansi pemerintahan no 04 pada Dinas Pariwisata
provinsi Sulawesi Utara

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Penyajian Ikhtisar Pencapaian Kinerja Kuangan Dan Organisasi
1. Administrasi. Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk gaji
dan tunjanganserta tambahan penghasilan dengan anggaran sebesar Rp. 7.965.335.482 dan realisasi sebesar
Rp. 7.224.189.985. atau 90,69% dan masih terdapat sisa anggaran Rp. 741.145.497 atau 9,30%.
2. Keuangan. Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk realisasi
pencapaian target kinerja SKPD pada tahun anggaran 2021 dengan capaian realisasi pendapatan asli daerah
sebesar Rp. 564.452.400 sedangkan realisasi belanja sebesar Rp. 19.046.672.190 dan terdapat Rp.
3.220.226.887 merupakanakumulasi anggaran per kegiatan yang tidak terealisasi.
3. Fisik. Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk realisasi
anggaran belanja tahun anggaran 2021 sebesar Rp. 19.046.672.190 atau 85,54% dan dalam pelaksanaannya
realisasi fisik program dan kegiatan telah dilaksanakan 93,92%.

Penyajian Rincian Dan Penjelasan Masing-Masing Pos Yang Disajikan Pada Lembar MukaLaporan
Keuangan
1. Penjelasan Atas Pos – Pos Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Berdasarkan hasil wawancara pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara, pos – pos pada Laporan
RealisasiAnggaran (LRA) terdiri dari :
- Pendapatan Asli Daerah (Pad) - Laporan Realisasi Anggaran (Lra)
Pendapatan Asli Daerah T.A. 2021 dianggarkan sebesar Rp1.105.000.000,00 dan direalisasikan sebesar

498 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
Rp564.452.400,00 atau 51,08% dari target.
- Belanja
Belanja T.A. 2021 dianggarkan sebesar Rp22.266.899.077,00 dan direalisasikan sebesar
Rp19.046.672.190,00 atau 85,54% dari anggaran. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2020 sebesar
Rp14.469.042.709,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp4.577.629.481,00 atau 31,63%.
- Belanja Modal
Belanja Modal dianggarkan sebesar Rp7.644.296.065,00 dan direalisasikan sebesar Rp5.874.883.844,00
atau 76,85%. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2020 sebesar Rp3.095.891.869,00 maka terjadi
kenaikan sebesar Rp2.778.991.975,00 atau 89,76%.
2. Penjelasan Atas Laporan Operasional (LO)
Pendapatan – Laporan Operasional (LO) adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih. Realisasi Pendapatan – LO Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tahun anggaran 2021 sebesar
Rp557.753.400,00 jika dibandingkan dengan tahun anggaran 2020 sebesar Rp375.656.107,00 maka
mengalami penurunan sebesar Rp182.097.293,00 atau 48,47%
3. Penjelasan Atas Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Saldo awal ekuitas tahun anggaran 2021 sebesar Rp105.437.175.264,53 jika dibandingkan dengan tahun
anggaran 2020 sebesar Rp103.308.172.515,53 mengalami kenaikan sebesar Rp2.129.002.749,00 atau 2,06%.
4. Penjelasan Atas Pos – Pos
- Neraca Aset Lancar
Aset Lancar terdiri dari: Tidak ada Kas di Bendahara Pengeluaran sampai dengan tanggal 31 Desember
2021 dan telah disetor ke Kas Negara/Daerah. Kas di Bendahara Penerimaan sampai dengan 31 Desember
2021 sebesar Rp 4.947.000,00 adalah penerimaan retribusi di Objek Wisata Bukit Kasih (Rp4.225.000,00)
dan Objek Wisata Sumaru Endo (Rp722.000,00) bulan Desember 2021 yang disetor ke Kas Daerah pada
tanggal 3 Januari 2022.
- Aset Tetap
Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai aset tetap adalah berdasarkan biaya perolehan dan
apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset
tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2021 sebesar
Rp110.549.573.528,00
- Aset Lainnya
Saldo Aset Lainnya per 31 Desember 2021 sebesar Rp1.110.309.742,53
- Kewajiban Jangka Pendek.
- Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp412.976.224,00 terdiri dari: Utang beban merupakan kewajiban yang
diakui pada saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pihak Dinas Pariwisata Daerah Provinsi
Sulawesi Utara tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah.

Pengungkapan Kebijakan Akuntansi Keuangan


1. Entitas Pelaporan
Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk entitas pelaporan.
Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara merupakan gabungan (konsolidasi) dari seluruh
laporan keuangan SKPD-SKPD.
2. Entitas Akuntansi
Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk entitas akuntansi
yang menurut peraturan perundang – undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan APBD berupa laporan keungan SKPD.
3. Basis Akuntansi
Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk basis akuntansi yang
digunakan adalah basis kas untuk pengakuan pendaptan Laporan Realisasi Anggaran, belanja, dan pembiayaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan basis akrual untuk pengakuan pendapatan Laporan
Operasinal, beban dalam Laporan Operasional serta aset, kewajiban dan ekuitas dalam Neraca.
4. Basis Pengukuran
Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk basis pengukuran pos
– pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis (historical cost) tanpa memperhitungkan
perubahan – perubahan yang terjadi dalam nilai mata uang.

499 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
5. Kesesuaian Kebijakan Akuntansi
Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk Laporan keuangan
ini terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Catatan Atas Laporan Keuangan.
6. Kebijakan Akuntansi Atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk Laporan Realisasi
Anggaran disajikan dengan klasifikasi pendapatan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menurut jenis
pendapatan dan klasifikasi belanja menurut jenis belanja (klasifikasi ekonomi). Sedangkan klasifikasi belanja
menurut organisasi dan fungsi disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan pada bagian Lampiran
Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan.
7. Kebijakan Akuntansi Atas Neraca
Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk Neraca
menggambarkan posisi keuangan Dinas Pariwisata Daerah Sulawesi Utara Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2021.
8. Kebijakan Akuntansi Atas Laporan Operasinal (LO)
Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk Laporan Operasional
(LO) meyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercermin
dalam pendapatan-Laporan Operasinal, beban, dan surplus/deficit operasional dari suatu entitas pelaporan
yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
9. Kebijakan Akuntansi Atas Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Berdasarkan hasil wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk Laporan Perubahan
Ekuitas merupakan laporan penghubung antara Laporan Operasional dengan Neraca tentang kenaikan atau
penurunan ekuitas atas aktivitas operasional pada tahun pelaporan.

Pembahasan
Penyajian Ikhtisar Pencapaian Kinerja Kuangan Dan Organisasi
1. Administrasi
Berdasarkan hasil penelitian untuk Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawasi Utara Gaji dan Tunjangan serta
Tambahan Penghasilan dengan Anggaran sebesar Rp7.965.335.482,00 dan Realisasi sebesar
Rp7.224.189.985,00 atau 90,69% dan masih terdapat sisa Anggaran Rp741.145.497,00 atau 9,30%.
2. Keuangan
Berdasarkan hasil penelitian untuk Realisasi pencapaian target kinerja SKPD Dinas Pariwisata Daerah Provinsi
Sulawasi Utara pada Tahun Anggaran 2021 dengan capaian realisasi pendapatan asli daerah sebesar
Rp564.452.400,00 sedangkan realisasi belanja sebesar Rp19.046.672.190,00 dan terdapat Rp3.220.226.887,00
merupakan akumulasi anggaran per kegiatan yang tidak terealisasi.
3. Fisik
Berdasarkan hasil penelitian untuk Realisasi anggaran belanja tahun anggaran 2021 sebesar
Rp19.046.672.190,00 atau 85,54% dan dalam pelaksanaannya realisasi fisik program dan kegiatan telah
dilaksanakan 93,92%

Ikhtisar pencapaian target keuangan pada Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawasi sudah sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 4 karena merupakan perbandingan secara garis besar antar target
sebagaimana yang tertuang dalam APBN/APBD dengan realisasinya. Ikhitisar ini disajikan untuk memperoleh
gambaran umum tentang kinerja keuangan pemerintah dalam merealisasikan potensi pendapatan Laporan
Realisasi Anggaran dan alokasi belanja yang telah ditetapkan pada awal tahun anggaran. Ikhtisar ini disajikan
baik untuk pendapatan Laporan Realisasi Anggaran, belanja, maupun pembiayaan dengan struktur sebagai berikut
:
a. Nilai target total
b. Nilai realisasi total
c. Prosentasi perbandingan antara target dan realisasi
d. alasan utama terjadinya perbedaan antara target dan realisasi

500 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
Penyajian Rincian Dan Penjelasan Masing – Masing Pos Yang Disajikan Pada Lembar Muka Laporan
Keuangan
1. Penjelasan Atas Pos – Pos Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
a. Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah daerah.
b. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
c. Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan
lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Surplus atau Defisit adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama periode pelaporan. Defisit
adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.
e. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan maupun pengeluaran,
yang perlu atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau untuk memanfaatkan surplus anggaran
f. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama periode pelaporan.
2. Penjelasan Atas Laporan Operasional LO)
a. Pendapatan – Laporan Operasional (LO) adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang besangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
b. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan
ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi asset atau timbulnya kewajiban
3. Penjelasan Atas Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
a. Ekuitas awal
b. Surplus/defisit-Laporan Operasional (LO)
c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
d. Ekuitas akhir
4. Penjelasan Atas Pos – Pos Neraca
a. Kas di Kas Daerah adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintahan. Kas di Kas Daerah mencakup kas yang dikuasai, dikelola, dan dibawah
tanggung jawab Bendahara Umum Daerah, terdiri dari saldo rekening Kas Daerah, setara kas seperti surat
utang negara dan deposito kurang dari tiga bulan dan uang tunai di Bendahara Umum Daerah.
b. Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik saldo rekening di bank dan uang tunai, yang
berada di bawah tanggung jawab bendahara penerimaan. Kas tersebut berasal dari pungutan yang sudah
diterima oleh Bendahara Penerimaan, yang belum disetorkan ke Kas Daerah.
c. Kas di Bendahara Pengeluaran Merupakan kas yang masih dikelola Bendahara Pengeluaran setiap SKPD
yang berasal dari sisa uang muka kerja (UP/TU) yang belum disetor ke Kas Daerah per tanggal neraca. Kas
di Bendahara Pengeluaran mencakup seluruh saldo rekening Bendahara Pengeluaran, uang logam, uang
kertas dan lain-lain kas yang benar-benar ada pada Bendahara Pengeluaran per tanggal neraca.
d. Investasi Jangka Pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki
selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi Jangka Pendek harus memenuhi karakteristik: dapat
segera diperjualbelikan/ dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah daerah
dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas dan berisiko rendah.
e. Piutang merupakan hak pemerintah daerah untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk wajib
pajak/wajib bayar atas kegiatan yang dilaksanakan pemerintah daerah, mencakup Piutang Pajak dan
Retribusi, Piutang Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian
Lancar Tuntutan Perbendaharaan dan Ganti Rugi dan Piutang Lainnya.
f. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
g. Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan.
Investasi Permanen tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan tetapi untuk mendapatkan deviden dan atau
pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Bentuk

501 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
Investasi Permanen antara lain: penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan daerah, lembaga
keuangan, atau badan hukum lainnya, Investasi Permanen Lainnya yaitu jenis investasi permanen yang
tidak tercakup di atas.
h. Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang tidak termasuk dalam investasi permanen,
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan, artinya kepemilikan investasi yang berjangka
waktu lebih dari 12 bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk
memperjualbelikannya atau menarik kembali. Bentuk Investasi Nonpermanen antara lain: investasi dalam
dana bergulir, investasi dalam obligasi, dan investasi dalam penyertaan modal pada proyek pembangunan
i. Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Untuk dapat
diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria: mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan, biaya perolehan aset dapat diukur secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam operasi normal entitas dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
j. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan dana yang relatif besar yang
tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
k. Aset Lainnya terdiri dari aset tidak berwujud, tagihan penjualan angsuran, setiap akhir periode akuntansi.
Rincian dan penjelasan masing – masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan pada
Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintah No. 4 untuk catatan atas laporan keuangan harus menyajikan rincian dan penjelasan atas masing
– masing pos dalam laporan keuangan.

Pengungkapan Kebijakan Akuntansi Keuangan


1. Entitas Pelaporan
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara merupakan entitas pelaporan.
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara merupakan gabungan (konsolidasi) dari seluruh
laporan keuangan SKPDSKPD.
2. Entitas Akuntansi
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara adalah entitas akuntansi yang
menurut peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBD berupa laporan keuangan SKPD.
3. Basis Akuntansi
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara merupakan organisasi yang
mandiri dan menjadi pusat pertanggungjawaban yang harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku atau sebagai entitas pelaporan. Laporan Keuangan
Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara Tahun Anggaran 2020 disusun mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintah (PP 71 tahun 2010). Namun demikian dalam penyajiannya berdasarkan Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat memahami terutama
dalam rangka memperbandingkan antara realisasi dengan anggaran yang ditetapkan berdasarkan Perda
APBD/Perubahan APBD. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan Dinas Pariwisata Daerah
Provinsi Sulawesi Utara adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan Laporan Realisasi Anggaran, belanja,
dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan basis akrual untuk pengakuan
pendapatan Laporan Operasional, beban dalam Laporan Operasional serta aset, kewajiban, dan ekuitas dalam
Neraca
4. Basis Pengukuran
Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis (Historical Cost) tanpa
memperhitungkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam nilai mata uang. Aset dicatat sebesar pengeluaran
kas dan setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset 95 tersebut.
Sedangkan kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Pengukurun pospos dalam laporan keuangan
menggunakan mata uang rupiah dan angka-angka disajikan sampai dengan dua digit di belakang koma.
5 Kesesuaian Kebijakan Akuntansi yang Diterapkan dengan Ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintah
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara untuk Laporan keuangan ini terdiri atas
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas
Laporan Keuangan. Laporan keuangan ini disertai lampiran-lampiran berbentuk daftar sebagai referensi

502 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
terhadap pos-pos laporan keuangan utama maupun catatan atas laporan keuangan. Pelaporan keuangan ini
disusun secara double entries atas seluruh pendapatan Laporan Realiasasi Anggaran, pendapatan Laporan
Operasional/ penerimaan dan belanja, beban/pengeluaran yang terjadi dalam satu tahun anggaran.
6 Kebijakan Akuntansi atas Laporan Realisasi Anggaran
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara untuk Laporan Realisasi Anggaran
disajikan dengan klasifikasi pendapatan Laporan Realisasi Anggaran menurut jenis pendapatan dan klasifikasi
belanja menurut jenis belanja (klasifikasi ekonomi). Sedangkan klasifikasi belanja menurut organisasi dan
fungsi disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan pada bagian Lampiran Penjelasan Pos-pos Laporan
Keuangan. 96 Pengakuan atas pendapatan Laporan Realisasi Anggaran dan belanja secara konsisten
dilaksanakan atas dasar kas (Cash Basis) dimana pendapatan diakui sesuai dengan hak yang diterima untuk
tahun yang bersangkutan, sedangkan belanja diakui sesuai dengan kewajiban yang seharusnya dilaksanakan
untuk tahun yang bersangkutan.
7 Kebijakan Akuntansi atas Neraca
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara untuk Neraca menggambarkan posisi
keuangan Dinas Pariwisata Daerah Sulawesi Utara Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2021. Klasifikasi aset meliputi aset lancar dan aset non
lancar. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai atau
dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan atau berupa kas dan setara kas.
Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pos investasi jangka
pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan.
8 Kebijakan Akuntansi atas Laporan Operasional.
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara untuk Laporan Operasional
meyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercermin
dalam pendapatan- 97 Laporan Operasional, beban, dan surplus/deficit operasional dari suatu entitas pelaporan
yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
9 Kebijakan Akuntansi atas Laporan Perubahan Ekuitas
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara untuk Laporan Perubahan Ekuitas
merupakan laporan penghubung antara Laporan Operasional dengan Neraca tentang kenaikan atau penurunan
ekuitas atas aktivitas operasional pada tahun pelaporan.

Kebijakan akuntansi keuangan pada Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara sudah sesuai
denganPernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 4 menjelaskan tentang entitas pelaporan, basis akuntansi
yang mendasari penyusunan laporan keuangan, basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan, sampai sejauh mana kebijakan – kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan – ketentuan
masa transisi pernyataan standar akuntansi pemerintahan diterapkan oleh suatu entitas pelaporan, setiap
kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari evaluasi yang telah dilakukan terhadap pertanggungjawaban atas catatan
atas laporan keuangan pada Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara, sudah sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan No. 4 dapat disimpilkan sebagai berikut :
1. Penyajian dalam pertanggungjawaban catatan atas laporan keuangan terdiri dari Penyajian ikhtisar pencapaian
target keuangan dan organisasis dengan administrasi untuk Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawasi Utara
Gaji dan Tunjangan serta Tambahan Penghasilan dengan Anggaran sebesar Rp7.965.335.482,00dan Realisasi
sebesar Rp7.224.189.985,00, keuangan Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawasi Utara pada Tahun
Anggaran 2021 dengan capaian realisasi pendapatan asli daerah sebesar Rp564.452.400,00 sedangkan realisasi
belanja sebesar Rp19.046.672.190,00 dan terdapat Rp3.220.226.887,00 merupakan akumulasi anggaran per
kegiatan yang tidak terealisasi. dan fisik untuk Realisasi anggaran belanja tahun anggaran 2021 sebesar
Rp19.046.672.190,00 atau 85,54%. Penyajian rincian dan penjelasana masing – masing pos dalam lembar
muka laporan keuangan yang terdiri dari penjelasa pos – pos pada Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari
pendapatan, belanja, transfer, surplus atau deficit, pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggran

503 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
(SILPA/SIKPA). Laporan Operasional terdiri dari pendapatan Laporan Operasional, beban. Laporan
Perubahan Ekuitas terdiri dari ekuitas awal, surplus/deficit Laporan Operasioanl pada periode bersangkutan,
koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, ekuitas akhir. dan Laporan Neraca terdiri dari
kas di kas daerah, kas di bendahara penerimaan, kas di bendahara pengeluaran, investasi jangka pendek,
piutang, persediaan, investasi permanen, investasi nonpermanent, aset tetap, dana cadangan, aset lainnya,
kewajiban jangka pendek, kewajibanjangka panjang.
2. Pengungkapan dalam pertanggungjawaban catatan atas laporan keuangan terdapat pengukapan dalam
kebiajkan akuntansi keuangan terdiri dari entitas pelaporan merupakan gabungan (konsolidasi) dari seluruh
laporan keuangan SKPD-SKPD. Entitas Akuntansi yang menurut peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD berupa laporan keuangan SKPD.
Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis (Historical Cost) tanpa
memperhitungkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam nilai mata uang.

Saran
1. Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara agar supaya berupaya meningkatkan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual, meskipun sudah sepenuhnya menerapkan SAP khusunya PSAP No.04 yang
berbasis akrual di mana terdapat laporan perubahan saldo anggaran belum di realisasikan atau di lampirkan.
2. Peneliti selanjutnya agar dapat membahas Laporan Pertanggujawaban Catatan Atas Laporan Keuangan
Berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, yang mengelola keuangan agar lebih
memahami manfaat dan tujuan dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.

DAFTAR PUSTAKA

Andivo, F., & Silvera, D. L. (2020). Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Pada Badan Kepegawaian
Daerah (Bkd) Kabupaten Pesisir Selatan. Pareso Jurnal, Vol. 2, No. 2, 365-371. https://ejurnal-
unespadang.ac.id/index.php/PJ/article/view/128 Diakses pada tanggal 18 November 2022

Ardhianto, W. N. (2019). Buku Sakti Pengantar Akuntansi. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

Kristiyani, D., & Hamidah, H. (2020). Model Penerapan Akuntansi Sektor Publik Untuk Mencegah Fraud Pada
Sektor Publik Di Era Digital. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 22, No. 2, 289-304.
https://jurnaltsm.id/index.php/JBA/article/view/732 Diakses pada tanggal 7 Desember 2023

Manjana, A., & Nasution, J. (2022). Analisis Penerapan Sistem Akuntansi Keuangaan Sesuai PP No 71 tahun
2010 Pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar. Jurnal Akuntansi AKTIVA, Vol. 3,
No. 1, 57-62. https://2046-ArticleText-4051-1-10-20220423 Diakses pada tanggal 23 Januari 2023

Pakan, D. (2021). Analisis Perencanaan Dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Pada Kantor
Bappelitbangda Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas Bosowa.
https://repository.unibos.ac.id/xmlui/handle/123456789/1174 Diakses pada tanggal 14 Desember 2022

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 232 Tahun 2022 Tentang Sistem Akuntansi
Dan Pelaporan Keuangan Instansi.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Purnama, H. (2020). Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, Standar Akuntansi Keuangan Dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Wajib Pajak Badan. Akmenika:
Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 17, No. 2. 403-417,
http://journal.upy.ac.id/index.php/akmenika/article/view/1036 Diakses pada 16 November 2022

Reza, H. K., & Susanti, M. (2022). Akuntansi Pemerintah Edisi 1. Banten: Media Sains Indonesia.

504 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505
ISSN 2303-1174 E. S. Kapantow., H. Karamoy., P. M. Kapojos
Reza, M. (2021). Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor 02 Tentang
Laporan Realisasi Anggaran (Studi Kasus Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Daerah) Kota
Medan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. http://repository.uinsu.ac.id/12489
Diakses pada tanggal 19 November 2022

Zahro, S. F. (2019). Perancangan Sistem Akuntansi Penjualan UD. Galansa Graha Motor Mayang Jember.
International Journal Of Social Science And Business, Vol. 3, No. 3, 215-222.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IJSSB/article/view/20999 Diakses pada tanggal 29 November
2022

505 Jurnal EMBA


Vol. 11 No. 02 Juni 2023, Hal. 494-505

Anda mungkin juga menyukai