Anda di halaman 1dari 16

Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual untuk

Meningkatkan Akuntabilitas Pelaporan Kabupaten Sidoarjo

Proposal

Dosen pembimbing : Siti Musfiqoh, MEI

Disusun oleh :

Nita Yulianti (G72216075)

Prodi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

2019
1.1 Latar Belakang
Reformasi birokrasi tahun 1998, sistem pemerintahan mengalami
perubahan yang drastis. Sistem pemerintahan indonesia berubah yang pada
awalnya sentralisasi menjadi desentralisasi. Dengan berlakunya sistem
desentralisasi berlaku pula sistem otonomi daerah. Dengan demikian,
praaksara, wewenang, dan tanggung jawab pemerintah daerah, baik
megenai perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pertangungjawabannya,
maupun mengenai segi pembiayaannya. Perangkat pelaksananya adalah
perangkat daerah itu sendiri. Keuangan daerah yang dikelola oleh
pemerintah daerah harus dikelola secara efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Kemajuan kesejahteraan bangsa
Indonesia tidak akan tercapai secara konsisten tanpa adanya akuntabilitas
dan transparansi pelaksanaan kepemerintahan dalam memberikan layanan
publik yang berkualitas. Pemerintah atau organisasi yang transparan dan
akuntabel terhadap kinerjanya akan mendapat kepercayaan dan dukungan
total dari masyarakat yang dilayaninya dalam menjalankan fungsinya.
Akuntabilitas adalah bentuk kewajiban penyelenggara kegiatan
publik untuk dapat menjelaskan dan menjawab segala hal menyengkut
langkah dari seluruh keputusan dan proses yang dilakukan, serta
pertanggungjawaban terhadap hasil dan kinerjanya. Salah satu upaya
konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah daerah yang tepat waktu. Informasi akuntansi akan
lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan, baik dengan periode
sebelumnya dan dengan entitas pelaporan lainnya secara umum. Informasi
akuntansi yang disajikan harus dapat dipahami oleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk dan ketentuan yang disesuaikan dengan batas-
batas pemahaman pengguna.
Laporan keuangan tersebut, bentuk dan isinya harus disusun dan
disajikan sesuai standar akuntansi yang telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah nomor 71
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dengan
demikian SAP merupakan pedoman dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan yang telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku secara internasional serta mempunyai kekuatan hukum dalam
upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah. Terbitnya
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual pada pemerintah
daerah, sebagai mandat dari pasal 7 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010, tentang standar akuntansi pemerintahan, akan memberikan
dampak yang besar dalam perubahan sistem akuntansi yang diterapkan
oleh pemerintah daerah. Perubahan mendasar yang mempengaruhi sistem
akuntansi adalah perubahan basis akuntansi. Penentuan basis akuntansi
yang tepat menjadi sangat penting dalam ranah sektor publik, karena
berpengaruh pada alokasi anggaran dan pemanfaatan biaya untuk
pelayanan publik dengan anggaran pemerintah yang terbatas. Sistem
akuntansi dalam akuntansi sektor publik selama ini menggunakan
akuntansi berbasis kas (cash accounting). Namun demikian untuk
meningkatkan kinerja pemerintahan, dimulailah perubahan penggunaan
basis akuntansi yang digunakan dalam pemerintahan yaitu akuntansi
berbasis akrual (acrual accounting).
Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi lainnya pada saat
transaksi dan peristiwa itu trjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara
kas diterima atau dibayar. Aplikasi akuntansi berbasis akrual dalam sektor
publik pada dasarnya adalah menentukan biaya pelayanan dan harga
pelayanan publik, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan pelayanan publik srta menentukan harga pelayanan
yang akan dibebankan kepada publik.penerapan dasa akrual memberikan
hasil yang lebih baik dan memberikan keuntungan seperti : Memberikan
ketelitian dalam penyajian laporan keuangan pemerintah dan
memungkinkan untuk melakukan penilaian secara lengkap terhadap
kinerja pemerintah, Lebih akurat dalam melaporkan nilai asser, kewajiban,
maupun pembiayaan pemerintah, Memungkinkan dilakukan cut off
(pemisahan suatu periode dengan periode yang lain) secara lebih sempurna
dan menginformasikan nilai-nilai ekonomis yang terkandung dalam suatu
periode tertentu. Meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan
pemerintah dalam rangka akuntabilitas publik.
Standar Akuntansi yang sesuai dengan PP nomor 71 tahun 2010
harus diterapkan selambat-lambatnya 5 tahun setelah peraturan tersebut
disahkan. Dan untuk itulah pemerintah Kab Sidoarjo harus siap untuk
mengimplementasikannya ke laporan pemerintah Sidoarjo. Pegawai
dituntut agar mampu beradaptasi dan menjalankan dengan perubahan
tersebut, mampu menjalankan tugas secara professional, memegang teguh
etika birokrasi dan mampu menghasilkan laporan keuangan yang
akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dalam rangka
memberikan informasi yang benar, baik kepada atasan maupun kepada
masyarakat Kabupaten Sidoarjo. Penyesuaian-penyesuaian untuk
menggunakan akuntansi berbasis akrual yang sangat rumit bagi instansi
pemerintah menjadikan implementasi basis akrual dalam instansi
pemerintah tidak dapat segera diadopsi dan membutuhkan waktu
implementasi yang tidak sebentar. Implementasi akrual basis bisa
diterapkan dengan baik jika terdapat dukungan SDM yang berkompeten
dan profesional dalam pengelolaan keuangan, dukungan dari pemeriksa
laporan keuangan karena perubahan basis akuntansi akan mengubah cara
pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa, tersedianya sistem teknologi
informasi yang mampu mengakomodasi persyaratan-persyaratan dalam
penetapan akuntansi berbasis akrual, adanya sistem anggaran berbasis
akrual, karena jika anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaanya
masih berbasis kas sedangkan realisasinya berbasis akrual, maka antara
anggaran dan realisasinya tidak dapat diperbandingkan. Impelentasi
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual di pemerintah
Kabupaten Sidoarjo harus didukung oleh sumber daya manusia yang
memiliki kinerja tinggi agar menghasilkan laporan yang akurat dan
terpercaya. Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan karyawan
yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap karyawan atau
organisasi. Kinerja sebagai fungsi hasil interaksi antara kemampuan dan
motivasi. Jadi kinerja merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi
pemerintahan dalam mencapai tujuannya dan tujuan organisasi akan lebih
mudah tercapai jika kinerja karyawannya baik.
Kabupaten Sidoarjo telah menerapkan sistem akrual basis mulai
tahun 2015 mengacu pada Peraturan Pemerintah 71 tahun 2010 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintah. Pelaksanaan penerapan akuntansi berbasis
akrual pada Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menunjukkan bahwa
mengadopsi sistem baru dalam sebuah entitas tidaklah mudah, diperlukan
suatu proses yang harus ditempuh untuk merubah sistem yang ada dengan
melakukan perubahan pada beberapa aspek. Kemudian pada
pelaksanannya ditemui permasalahan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM)
yang kurang memadai baik dari segi pengalaman maupun dari latar
belakang pendidikan pada Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Terdapat
berbagai kendala yaitu kurangnya kesiapan pemerintah Sidoarjo untuk
melakukan perubahan dari kas basis menjadi akrual basis dengan terbukti
adanya teguran dari BPK untuk segera menerapkan akrual basis, karyawan
membutuhkan pelatihan karena adanya perubahan dari Standar Akuntansi
Pemerintah kas basis menuju akrual basis.
1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah
Terdapat berbagai kendala yaitu kurangnya kesiapan pemerintah
Sidoarjo untuk melakukan perubahan dari kas basis menjadi akrual basis
dengan terbuktinya adanya teguran dari BPK untuk segera menerapkan
akrual basis, karyawan membutuhkan pelatihan karena adanya perubahan
dari Standar Akuntansi Pemerintah kas basis menuju akrual basis. Batasan
masalah dalam penelitian ini dibuat agar penelitian yang telah dilakukan
tidak melenceng dari arah dan sasaran peneletian. Disini peneliti akan
meneliti Bagaimana implementasi standar akuntansi pemerintan berbasis
akrual untuk meningkatkan akuntabilitas di Kabupaten Sidoarjo dan
Bagaimana kendala saat menerapkan standar akuntansi pemerintan
berbasis akrual di Kabupaten Sidoarjo.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi standar akuntansi pemerintah berbasis akrual
untuk meningkatkan akuntabilitas di Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana kendala saat menerapkan standar akuntansi pemerintah
berbasis akrual di Kabupaten Sidoarjo?
1.4 Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Yanni Syarienda, Hasan Basri,
Heru Fahlevi dengan judul “Problematika Penerapan Akuntansi Berbasis
Akrual Pada Pemerintah Daerah Aceh Tengah” dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan penerapan akuntansi berbasis
akrual pada Pemda Kabupaten Aceh Tengah menunjukkan bahwa
mengadopsi sistem baru dalam sebuah entitas tidaklah mudah, diperlukan
suatu proses yang harus ditempuh untuk merubah sistem yang ada dengan
melakukan perubahan pada beberapa aspek. Kemudian pada
pelaksanannya ditemui permasalahan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM)
yang kurang memadai baik dari segi pengalaman maupun dari latar
belakang pendidikan pada Dinas Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh
Tengah. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, Pemerintah
Kabupaten Aceh Tengah melalui Dinas Pengelolaan Keuangan Kabupaten
Aceh Tengah mengambil langkah strategis untuk mengatasi masalah atau
kendala penerapan akuntansi berbasis akrual ini, melalui: (1) pelatihan
khusus, baik itu pelatihan yang diadakan oleh BPKP maupun oleh lembaga
lain, (2) pendanaan/biaya yang sudah dianggarkan dan mencukupi untuk
penerapan akuntansi berbasis akrual, dan (3) teknologi dan Sistem
Informasi yang mendukung dan mengakomodir penerapan basis akrual.
Aplikasi yang digunakan yaitu SIMDA (Sistem Informasi Manajemen
Daerah), yang mana aplikasi ini diberikan oleh BPKP. Keterbatasan
penelitian ini yaitu hanya meneliti permasalahan yang terjadi dalam
penerapan akuntansi akrual pada Dinas Pengelolaan Keuangan, tidak
melakukan penelitian pada beberapa SKPD yang berbeda di Pemerintah
Kabupaten Aceh Tengah.
Penelitian yang dilakukan oleh Alfonsus Jantong, Nurkholis,
Roekhudin dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada
Pemerintahan Daerah” dapat disimpulkan bahwa Pelatihan dan
pendampingan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas sumber daya manusia. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering
staf atau karyawan mengikuti pelatihan dan pendampingan akan
meningkatkan keterampilan dan membantu mereka dalam melaksanakan
pekerjaan mereka. Penelitian ini juga berhasil membuktikan bahwa
komitmen organisasi sangat berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesiapan penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual. Namun
demikian. Kualitas sumber daya manusia dan sarana prasarana tidak
mempunyai pengaruh terhadap kesiapan penerapan standar akuntansi
berbasis akrual. Selanjutnya, kontribusi kualitas sumber daya manusia,
komitmen organisasi, dan sarana prasarana secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kesiapan penerapan standar akuntansi berbasis
akrual. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia
dan sarana prasarana pada Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai
belum siap. Komitmen organisasi memiliki kontribusi yang paling
berpengaruh terhadap kesiapan penerapan standar akuntansi berbasis
akrual. Temuan ini menunjukkan bahwa SKPD Pemerintah Daerah
Kabupaten Manggarai memiliki Komitmen yang kuat terhadap Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
Penelitian ini dilakukan oleh Rina Widyanti dengan judul
“Implementasi Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada Pemerintah
Daerah ( Studi Literatur)” dapat disimpulkan bahwa Sejak Januari 2015
pemerintah daerah sudah harus menerapkan sistem akuntansi berbasis
akrual secara menyeluruh sesuai yang di amanatkan dalam PP Nomor 71
Tahun 2010. Penerapan akuntansi berbasis akrual memberikan manfaat
bagi pemerintah daerah dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah
terutama pemerintah daerah. Seiring berjalannya waktu, implementasi
penerapan sistem akuntansi berbasis akrual tersebut banyak menghadapi
kendala seperti, kemampuan SDM aparatur pemerintah yang di miliki,
penempatan SDM yang keliru, tingkat pemahaman staf dalam administrasi
keuangan negara, serta banyak lagi persoalan lainnya. Namun demikian
sebagian dari daerah terutama di Sumatera Barat sudah mampu
menerapkan akuntansi berbasis akrual dengan menggunakan Sistem
Informasi Manajemen Daerah yang dirasa masih belum memiliki
kelemahan dalam aplikasinya.
Penelitian ini dilakukan oleh Sari Zawitri, Ninik Kurniasih,
Theresia Siwi Kartikawati dengan judul “Penerapan Sistem Akuntansi
Instansi Berbasis Akrual Sebagai Implementasi PP No. 71 Tahun 2010
pada Politeknik Negeri Pontianak” dapat disimpulkan bahwa Reformasi
pengelolaan keuangan negara di bidang akuntansi pada saat ini adalah
menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai pengganti Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi. Perubahan
mendasar sistem akuntansi instansi PP 24 tahun 2005 menjadi PP 71 tahun
2010 atau dari cash toward accrual menjadi accrual basis adalah basis kas
menuju akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana
berbasis akrual, sedangkan basis akrual adalah suatu basis akuntansi di
mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan
disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut,
tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Politeknik Negeri Pontianak dirasa perlu melakukan revaluasi aset pada
nilai tanah dan mengakui penyusutan aset tetap sebagai beban, muncul
dalam Laporan Operasional (LO). Sebagai bentuk pelaksanaan sistem
akuntansi akrual Politeknik Negeri Pontianak mengakui kewajiban pada
saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. Pengakuan
pendapatan dengan menambahkan pendapatan yang masih harus diterima
pada tahun anggaran berjalan (piutang pada tahun berjalan); dan/atau
menambahkan pendapatan yang telah diterima oleh bendahara penerimaan
Politeknik Negeri Pontianak, namun belum disetorkan ke Rekening Kas
Umum Negara (pendapatan ditangguhkan); dan/atau mengurangkan
pendapatan yang masih harus diterima pada tahun anggaran yang lalu
(piutang pada tahun lalu) yang telah diterima pada tahun anggaran
berjalan. Pengakuan belanja menambahkan belanja dibayar di muka pada
tahun lalu yang barang/jasa/pelayanannya dinikmati pada tahun berjalan
dan mengurangkan belanja dibayar di muka pada tahun berjalan.
Rekonstruksi bentuk Laporan Keuangan Politeknik Negeri Pontianak
sesuai dengan Sistem Akuntansi Berbasis Akrual sebagai bentuk
implemtasi PP 71 Tahun 2010 dengan penambahan Laporan Operasional
dan Laporan Perubahan Ekuitas. Politeknik Negeri Pontianak hampir
memenuhi ke enam kondisi yang harus dimiliki untuk mempersiapkan
perubahan dari sistem akuntansi instansi dengan CTA menjadi akuntansi
berbasis akrual sebagai implementasi PP 71 tahun 2010. Terdapat
perlakuan transaksi periode berjalan sebagai bentuk pengakuan
akun/transaksi menuju sistem akuntansi berbasis akrual dengan
mengumpulkan dan menginput rapel kenaikan gaji dalam bentuk gaji yang
masih ditangguhkan. Berkaitan dengan persiapan peralihan sistem
akuntansi instansi berbasis akrual bagi Politeknik Negeri Pontianak, saran
yang dapat diterapkan pada tahun 2015 adalah penyesuaian saldo pada
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran sebagai bentuk
persiapan dokumen terkait menuju pencatatan berbasis akrual yang
dilaksanakan pada awal tahun 2015 dan segala pihak yang terkait dalam
Sistem Akuntansi Instansi Politeknik Negeri Pontianak untuk menjaga
komitmen bersama dalam proses pelaporan keuangan lembaga berbasis
akrual. Selain itu, hal-hal lainnya yang perlu juga, meliputi formulasi
prosedur dari transaksi, bagan akun standar yang terkait, kebijakan
lembaga yang sejalan dalam pengakuan dan pencatatan, hardware dan
software yang mendukung serta staff/operator yang terjaga kompetensinya
dalam menjalankan tugas dan fungsi.
Penelitian ini dilakukan oleh Eliada Herwiyanti, Sukirman, Fairuz
Sufi Aziz dengan judul “Analisis Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan” dapat disimpulkan
bahwa Secara umum, kesiapan Itjen Kemenkeu dalam menerap-kan sistem
akuntansi akrual sudah baik karena adanya dukungan dari aspek
komunikasi, sumber daya, teknologi informasi, komitmen organisasi, dan
struktur organisasi; dan kedua, Penerapan sistem akuntansi akrual di Itjen
Kemenkeu sudah dilakukan dengan sangat memuaskan dan men-dapatkan
nilai sebesar 93,40%. terdapat beber-apa implikasi sebagai berikut:
pertama, Itjen perlu membuat policy recommendation kepada DJPB agar
PMK 219 Tahun 2013 dilengkapi dengan ketentuan yang jelas mengenai
dokumen sumber pendukung sebagai dasar pencatatan jurnal penyesuaian;
kedua, Itjen perlu memberikan masukan kepada DJPB untuk melakukan
penyempurnaan aplikasi yang digunakan agar dapat mengakomodir
pencatatan transaksi pada saat diterimanya hak atau timbulnya kewajiban,
dan mengimplemen-tasikan amortisasi Aset Tak Berwujud; ketiga, Itjen
perlu mengevaluasi kebi-jakan SDM-nya, dan mengembangkan knowledge
management untuk mengurangi risiko terhambat-nya pekerjaan apabila
ada pegawai yang ber-halangan; dan keempat, dengan nilai implemen-tasi
sebesar 93,40%, Itjen dapat dijadikan bench-mark penerapan akuntansi
berbasis akrual bagi instansi lain.
Penelitian ini dilakukan oleh M. Dimas Satrio, Indrawati
Yuhertiana, Ardi Hamzah dengan judul “ Implementasi Standar Akuntansi
Pemerintah Berbasis Akrual di Kabupaten Jombang” dapat disimpulkan
bahwa Implementasi SAP berbasis akrual pada Pemerintah Kabupaten
Jombang dilakukan pada aspek-aspek sebagai berikut: Dalam aspek
komitmen, regulasi dan kebijak-an, Pemerintah Kabupaten Jombang telah
menetapkan rencana aksi (Action Plan) imple-mentasi SAP berbasis akrual
yang telah disetujui oleh DPRD. Seluruh Kepala SKPD telah menyatakan
komitmen yang tertuang dalam surat pernyataan komitmen (pakta
integritas) implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual
dengan target opini WTP dari BPK. Sedangkan kendala yang terjadi
adalah regulasi dan kebijakan SAP berbasis akrual belum sepenuhnya
relevan dan mutakhir serta belum sepenuhnya diimple-mentasikan. Dalam
aspek pengelolaan SDM, Pemerintah Kabupaten Jombang telah melakukan
sosiali-sasi dan pelatihan yang ditujukan untuk bendahara dan pengelola
keuangan SKPD. Selain itu Pemkab Jombang telah menyusun analisa
kompetensi yang dibutuhkan untuk setiap tugas dan fungsi pengelola
keuangan. Namun karena keterbatasan jumlah pegawai, terdapat
kekurangan pegawai pengelola keuangan. Hal tersebut telah diajukan
penam-bahan formasi ke Kemenpan RB. Kendala yang dihadapi adalah
terdapat SDM pengelola keuangan yang belum memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan. Pemerintah Kabupaten Jombang dalam aspek Teknologi
Informasi menggunakan SIMDA yang mendukung SAP berbasis akrual
bekerja sama dengan BPKP. Pemilihan aplikasi SIMDA buatan BPKP
berdasarkan kesinam-bungan pendampingan dan koordinasi yang dapat
dilakukan sewaktu-waktu. Dengan apli-kasi SIMDA diharapkan
pembuatan laporan keuangan dapat tepat waktu, akurat dan akuntabel.
Sedangkan kendala yang dihadapi adalah sistem aplikasi belum
sepenuhnya terintegrasi secara vertikal dan horisontal.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, adapun tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses untuk mengimplementasikan
standar akuntansi pemerintah berbasis akrual untuk meningkatkan
akuntabilitas di Kabupaten Sidoarjo
2. Untuk mengetahui kendala apa saja saat menerapkan standar
akuntansi pemerintah berbasis akrual di Kabupaten Sidoarjo
1.6 Manfaat Hasil Penelitian

1.7 Sistematika Pembahasan

1.8 Definisi Operasional


Penelitian ini berjudul “Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah
Berbasis Akrual untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pelaporan Kabupaten
Sidoarjo”. Untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian ini, maka
diperlukan adanya definisi operasional yang berguna untuk memperjelas
istilah-istilah yang penluis gunakan dalam penelitian ini, diantaranya :
1. Implementasi adalah pelaksanaan / penerapan. Sedangkan pengertian
umum adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun
secara cermat dan rinci (matang). Kata implementasi sendiri berasal dari
bahasa Inggris “to implement” artinya mengimplementasikan. Tak hanya
sekedar aktivitas, implementasi merupakan suatu kegiatan yang
direncanakan serta dilaksanakan dengan serius juga mengacu pada norma-
norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan.
2. Standar Akuntansi Pemerintah adalah

1.7 Metodeologi Penelitian


1.7.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada peneletian ini adalah kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Data
kualitatif itu berwujud uraian terperinci, kutipan langsung, dan
dokumentasi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan
menyampaikan secara lugas serta menjelaskan secara sistematis
bagaimana evaluasi sistem pengendalian intern dan aktivitas pengendalian
persediaan bahan baku pada Bumbu Masak Machmudah.
1.7.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan januari-maret 2020. Penelitian
ini dilaksanakan di Pemerintah Kabupatn Sidoarjo.
1.7.3 Subjek dan objek penelitian
Sebagai subjek disini ialah karyawan dari pemerintah Kab
Sidoarjo. Dan sebagai objek penelitian disini ialah laporan keuangan kab
Sidoarjo.

1.7.4 Sumber data

Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek


penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi
langsung dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah
ditetapkan. Data primer dapat berupa opini subyek, hasil observasi
terhadap suatu perilaku atau kejadian, dan hasil pengujian. 1 Sumber
data primer pada penelitian ini adalah karyawan dari Bumbu Masak
Machmudah
2. Data Sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan,
dokumen atau laporan historis yang telah tersusun. Pada penelitian ini
data sekunder berupa dokumen perusahaan.
1.7.5 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Dalam memperoleh data tersebut maka teknik yang
digunakan berupa:

1. Wawancara

1
Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan. Kedua,
Yogyakara; Penerbit BFEE UGM.
Teknik melalui wawancara merupakan teknik pengumpulan
data yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek
penelitian dalam hal ini adalah pihak-pihak yang berhubungan
dengan sistem pengendalian intern persediaan bahan baku.
Teknik wawancara dilakukan ketika peneliti memerlukan
komunikasi atau hubungan dengan responden guna
mendapatkan data dan keterangan yang berlandasakan tujuan
penelitian.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

2. Observasi

Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat,


mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara
sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu
kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.2

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian


manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat
bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga,
penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan panca
indera lainnya.3 Ditinjau dari model, observasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:

2
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
3
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Predana Media
1. Observasi langsung (direct observation) yang
dilakukan untuk menalaah subjek atau objek penelitian
yang sulit diprediksi.
2. Observasi mekanik (mechanical observation) yaitu
suatu model observasi yang dilakukan dengan bantuan
peralatan mekanik, seperti: kalkulator, video, kamera,
foto, dan lain-lain.

3. Dokumentasi

Dalam pengumpulan data, metode dokumentasi ini yaitu


metode mencari data yang berasal dari bukti, catatan, laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip atau tulisan lain yang
berkaitan dengan variabel penelitian seperti profil perusahaan,
dokumen-dokumen keuangan, seperti nota, kuitansi serta laporan
keuangan harian, bulanan maupun tahunan perusahaan dari objek
yang diteliti untuk memperoleh data yang diperlukan.4

Dokumentasi adalah suatu penelaahan terhadap beberapa


dokumen yang ada kaitannya dengan masalah penelitian dengan
mengumpulkan data dan informasi melalui pihak kedua.

4. Studi Literatur

Studi literatur adalah kegiatan yang meliputi mencari secara


literatur, melokalisasi, dan menganalisis dokumen yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Dokumen bisa
berupa teori-teori dan bisa pula hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan mengenai permasalahan yang akan diteliti.5

1.7.6 Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses analisis kualitatif yang
mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang
4
Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan. Kedua,
Yogyakara; Penerbit BFEE UGM.
5
 Sangaji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. “Metodologi Penelitian”. ANDI. Yogyakarta.
sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna
hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk
menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Prinsip
pokok teknik analisis kualitatif yaitu mengolah dan menganalisis
data-data yang terkumpul menjadi data sistematik, teratur, dan
mempunyai makna.6
Dalam penggunaan teknik analis data, penulis mengacu
pada teknik yang sudah umum digunakan oleh para peneliti, yakni
teknik analisis data model interaktif yang sebagaimana dibuat oleh
Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (1992: 15)
bahwa dalam data kualitatif, dapat dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut: pengumpulan data, yaitu reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan
kesimpulan (Conclusion drawing).

6
 Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, 2010. Judul : Terampil Mengolah Data. Kualitatif .
Penerbit Prenada Media Group : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai