Perjalanan reformasi keuangan Indonesia menurut Halim dan Kusufi (2014) terbagi
menjadi tiga fase yaitu era pra-reformasi (sebelum otonomi daerah), era pasca-reformasi (era
otonomi daerah) dan era pasca-reformasi lanjutan (periode 2004-sekarang). Pada tahun 2003
ditandai dengan lahirnya paket undang-undang dibidang keuangan negara, yaitu undang-
undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, undang-undang nomor 1 tahun 2004
tentang perbendaharaan negara, dan undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Ketiga paket undang-undang
ini mendasari pengelolaan keuangan negara yang mengacu pada international best practices.
Setelah undang-undang tersebut, selanjutnya bermunculan beberapa peraturan pemerintah
yang pada intinya bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, terutama
yang berkaitan dengan masalah keuangan.
Usaha pemerintah Indonesia dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance). Salah satunya adalah dengan melakukan pengembangan kebijakan
akuntansi pemerintah berupa standar akuntansi pemerintahan (SAP) dalam hal ini bertujuan
untuk memberikan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Standar akuntansi pemerintahan (SAP) menurut Sampel (2015) merupakan
persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya peningkatan kualitas laporan
keuangan pemerintah di Indonesia. Terbitnya SAP ini mengukuhkan peran penting akuntansi
dalam laporan keuangan di pemerintah, selanjutnya pemerintah mengamanatkan tugas
penyusunan standar tersebut kepada suatu komite standar independen yang ditetapkan dengan
suatu keputusan presiden tentang komite standar akuntansi pemerintahan (KSAP). Ketentuan
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 36 Ayat (1) tentang Keuangan Negara
yang mengamanatkan penggunaan basis akrual dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja untuk dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.
Komite standar akuntansi pemerintahan (KSAP) dalam mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik, transparansi dan akuntabilitas, telah menyusun standar akuntansi
pemerintahan (SAP) yaitu SAP berbasis akrual yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010. Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah tersebut, maka
penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum.
Dengan berjalannya ketetapan peraturan tersebut, maka pemerintah mempunyai kewajiban
untuk mengubah sistem lama yaitu basis kas dan menerapkan SAP baru yaitu basis akrual.
Berlakunya peraturan pemerintah tersebut membawa perubahan besar dalam sistem
pelaporan keuangan di Indonesia, yaitu perubahan dari basis kas menuju akrual menjadi basis
akrual penuh dalam pengakuan transaksi keuangan pemerintah. Perubahan basis tersebut
selain telah diamanatkan oleh paket Undang-Undang Keuangan Negara, juga diharapkan
mampu memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan, menyajikan informasi yang
sebenarnya mengenai hak dan kewajiban, dan bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja. Selain
itu Bastian (2016) mengungkapkan bahwa dengan diterbitkannya SAP, Indonesia memasuki
era baru transparansi dan akuntabilitas di bidang keuangan negara.
Menurut Mardiasmo (2009) basis akuntansi, yang disebut juga dengan sistem
akuntansi, dalam akuntansi sektor publik selama ini menggunakan akuntansi berbasis
kas (cash accounting). Namun demikian, untuk meingkatkan kinerja pemerintahan,
dimulailah perubahan penggunaan basis akuntansi yang digunakan dalam pemerintah, yaitu
akuntansi berbasis akrual(accrual accounting). Hal ini sesuai dengan pemaparan Mahmudi
(2011) bahwa organisasi sektor publik dan non-profit saat ini telah dipacu untuk
menggunakan akuntansi berbasis akrual, karena basis akrual dianggap lebih mampu
menghasilkan informasi keuangan yang lebih baik dan komprehensif dibandingkan dengan
basis kas.
Akuntansi berbasis akrual menurut Widyastuti, Sujana dan Adiputra (2015) adalah
suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat dan
disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan menurut
Halim dan Kusufi (2014) menyatakan bahwa basis akrual merupakan basis yang mengakui
adanya hak atau kewajiban pada saat perpindahan hak lepas dari saat kas diterima atau
dikeluarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual waktu pencatatan (recording) sesuai dengan
saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling
komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Dalam penggunaan basis akrual
merupakan salah satu ciri dari praktik manajemen keuangan modern (sektor publik) yang
bertujuan untuk memberikan informasi yang lebih transparan mengenai biaya (cost)
pemerintah dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di dalam pemerintah dengan
menggunakan informasi yang diperluas.
Dalam penerapan sistem akuntansi berbasi akrual yang telah ditetapkan pemerintah
dalam UU No 71 tahun 2010 menjadi tantangan tersendiri, sebagaimana sudah menjadi
pengetahuan publik bahwa sistem pemerintahan Indonesia masih banyak sekali persoalan-
persoalan yang belum terselesaikan. Namun, demi memenuhi kewajiban pemerintah dalam
mewujudkan tata kelola yang baik, maka pemerintah harus melakukan pembenahan lebih
lanjut. Sumber daya manusia yang kurang memadai menjadi masalah utama dalam
pengelolaan keuangan negara. Hal ini meliputi aparat pemerintah yang tidak kompeten dan
cenderungresistance terhadap perubahan. Selanjutnya, infrastruktur yang dibutuhkan dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual penuh membutuhkan sumber daya teknologi informasi
yang lebih tinggi. Selain itu, dalam suatu organisasi pastinya memiliki komitmen yang
berbeda yang akan berdampak juga dalam penerapan akuntansi berbasis akrual di
pemerintahan.
Purnama (2015) memaparkan bahwa perubahan perlakuan akuntansi pemerintah
menuju basis akrual akan membawa dampak/implikasi walau sekecil apapun. Menurut Halim
dan Kusufi (2014) pada praktiknya proses pengadopsian standar yang baru tentu akan
mengalami beberapa pertentangan antara pihak-pihak yang setuju dan yang tidak sehingga
menimbulkan dilema tersendiri ketika menerapkannya. Hal ini mengindikasikan bahwa
perubahan sistem akuntansi basis akrual yang akan di terapkan pada sistem pemerintahan
akan membawa dampak perubahan pada pemerintahan itu sendiri. Pemerintah mengubah
sistem lama menuju sistem baru bukan semata-mata tanpa tujuan, melainkan untuk sebuah
perubahan menjadi lebih baik. Perubahan menuju arah yang lebih baik ini bukan berarti hadir
tanpa masalah. Pertanyaan pro-kontra mengenai siap dan tidak siapkah pemerintah daerah
mengimplementasikan SAP berbasis akrual ini akan terus timbul. Penerapan SAP berbasis
akrual harus dilakukan secara hati-hati dengan persiapan yang matang dan terstruktur terkait
dengan komitmen, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta sistem informasi.
Kesuksesan penerapan SAP berbasis akrual sangat diperlukan sehingga pemerintah dapat
menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel. Untuk mencapai
hal ini diperlukan faktor-faktor pendukung yang dapat mempengaruhi kesuksesan tersebut
dan kerja sama dari berbagai pihak. Purnama (2015) menyebutkan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi kesiapan penerapan SAP berbasis akrual adalah kualitas sumber daya
manusia.
Mnurut Purnama (2015) salah satu tantangan yang mempengaruhi keberhasilan
penerapan SAP berbasis akrual adalah tersedianya sumber daya manusia yang kompeten dan
andal di bidang akuntansi. Maka dari itu harus adanya tindakan serius pemerintah pusat dan
daerah dalam menyusun perencanaan dan penempatan sumber daya manusia di bidang
akuntansi pemerintahan. Komitmen dari organisasi/instansi yang berwenang dalam
pengambilan keputusan merupakan salah satu faktor penting pula dalam penerapan sistem
baru ini, dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu
perubahan. Faktor selanjutanya adalah sarana pendukung berupa teknologi informasi
berupa hardware dansoftware atau teknologi yang memadai dalam pelaksanaan SAP berbasis
akrual. Pendukung yang akan membantu BPKD dalam melaksanakan tugas seperti
tersedianya computer dan software yang berkaitan dengan kebutuhan dalam penerapan SAP.
Setelah melewati beberapa kali perubahan aturan perundang-undangan, tahun 2015
disepakati sebagai tahun implementasi SAP berbasis akrual secara penuh pada instansi
pemerintahan. Namun, akrualisasi sektor publik, khususnya di pemerintahan, masih
mengalami dilematik, permasalahan dan ketidak berjalanan program karena disebabkan
masih banyaknya kendala untuk mengadopsi standar ini secara penuh. Oleh karena itu,
penulis membuat kajian telaah literatur tentang dilematika full adoption pada akrualisasi
sektor publik berdasarkan PP No. 71 tahun 2010.
KESIMPULAN
Di dalam ranah sektor publik sangat diperlukan basis akuntansi yang tepat. Karena hal
ini akan berpengaruh pada alokasi anggaran dan pemanfaatan biaya untuk pelayanan publik
dengan anggaran pemerintah yang terbatas. Selama ini akuntansi sektor publik menggunakan
akuntansi berbasis kas, karena dianggap kurang efektif dan efisien serta demi meningkatkan
sistem kinerjanya maka pemerintah mengganti sistem akuntansi berbasis akrual dengan
diterapkannya standar yang mengatur hal tersebut. Penyesuaian untuk menggunakan
akuntansi berbasis akrual yang sangat rumit bagi instansi pemerintah menjadi implementasi
basis akrual dalam instansi pemerintah tidak dapat segera diadopsi dan membutuhkan waktu
implementasi yang tidak sebentar.
Terdapat beberapa pertentangan antara pihak-pihak yang setuju dan yang tidak atas
penerapan akuntansi berbasis akrual ini, hal ini menimbulkan dilema tersendiri ketika
menerapkannya. Dilematika yang timbul memang memunculkan kelemahan dari penerapan
secara penuh akrualisasi sektor publik, tetapi pemerintah Indonesia perlu menyikapinya
dengan baik mengingat tingginya kelebihan yang dimiliki yakni menciptakan akuntabilitas
bagi sektor publik.
REFERENSI:
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Faradillah, Anda (2013). Analisis Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam Menerapkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010). Makasar:
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Halim, Abdul dan Kusufi, Muhammad Syam. 2014. Akuntansi Sektor Publik edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Halim, Abdul dan Kusufi, M.S. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah
Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Mahsun Mohammad, Firma Sulistyowati, dan Heribertus A.P. 2007. Akuntansi Sektor Publik
Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE
Sampel, Indra Franselski. 2015. Analisis Kesiapan Pemerintah Kota Manado Dalam
Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Mengenai Standar
Akuntansi Basis Akrual. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas
Sam Ratulangi Manado: Jurnal EMBA Vol.3 No.1 Maret 2015, Hal.621-630.
Widyastuti dkk. 2015. Analisis Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam Menerapkan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Di Kabupaten Gianyar. Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja: e-Journal SI Ak Universitas Pendidikan Ganesha,
Volume 3 No.1 Tahun 2015.
Wijaya, Henryanto. 2008. Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No.24 Tahun 2005) Untuk
Pengelolaan Keuangan Negara Yang Transparan dan Akuntabel. Jurnal
Akuntansi/Tahun XII No.3. 313-323
Peraturan Pemerintah:
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
Undang Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan
Pusat dan Daerah.
Undang Undang Repoblik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(tonynurhadianto.blogspot.com )