Anda di halaman 1dari 12

http://kaseiur.blogspot.com/2013/06/tantangan-penerapan-akuntansi-berbasis.

html

Rabu, 19 Juni 2013

TANTANGAN PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI PEMERINTAHAN INDONESIA

Oleh: Muhammad Ahyaruddin

PENDAHULUAN

Tuntutan pelaksanaan pengelolaan keuangan negara agar dijalankan dengan transparan dan
akuntabel menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci penting
dalam pengelolaan keuangan negara tersebut adalah terkait dengan sistem akuntansi pemerintahan
Indonesia. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menjadi awal mula
pelaksanaan pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel. Dalam undang-undang
tersebut mengamanatkan kepada pemerintah Indonesia untuk menerapkan sistem akuntansi
berbasis akrual selambat-lambatnya tahun 2008.

Penggunaan basis akrual merupakan salah satu ciri dari praktik manajemen keuangan modern
(sektor publik) yang bertujuan untuk memberikan informasi yang lebih transparan mengenai biaya
(cost) pemerintah dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di dalam pemerintah dengan
menggunakan informasi yang diperluas, tidak sekedar basis kas. Secara umum, basis akrual telah
diterapkan di negara-negara yang lebih dahulu melakukan reformasi manajemen publik. Tujuan
kuncinya adalah untuk meminta pertanggungjawaban para manajer dari sisi keluaran (output)
dan/atau hasil (outcome) dan pada saat yang sama melonggarkan kontrol atas masukan (input).
Dalam konteks ini, para manajer diminta agar bertanggung jawab untuk seluruh biaya yang
berhubungan dengan output/outcome yang dihasilkannya, tidak sekedar dari sisi pengeluaran kas
(Mulyana,-).

Namun kenyataannya penerapan sistem akuntansi berbasis akrual tersebut menjadi kendala bagi
pemerintah Indonesia. Sehingga sampai saat ini belum bisa diterapkan secara penuh dan masih
menggunakan sistem akuntansi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yaitu
basis kas menuju akrual (cash toward accrual).

Tuntutan-tuntutan masyarakat yang semakin kuat dan adanya dorongan dari lembaga-lembaga
internasional, seperti Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), the
International Monetary Fund (IMF), dan World Bank, untuk menerapkan basis akrual kepada negara-
negara di dunia menyebabkan pemerintah Indonesia terus berupaya untuk memperbaiki sistem
akuntansinya (Halim, 2012). Hal tersebut mendorong pemerintah pada tahun 2010, melalui Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menerbitkan standar akuntansi pemerintahan berbasis
akrual yang ditetapkan melalui PP nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan
menggantikan PP nomor 24 tahun 2005.

Sejak diterbitkannya standar akuntansi berbasis akrual tersebut, pengelolaan keuangan negara yang
transparan dan akuntabel mulai semakin membaik. Hal tersebut tercermin dari laporan keuangan
yang disajikan pemerintah. Namun ternyata pelaksanaan sistem akuntansi berbasis akrual
berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tersebut juga belum diterapkan secara penuh oleh
pemerintah Indonesia. Hal tersebut bisa dilihat dari laporan anggaran pemerintah yang masih
menggunakan akuntansi anggaran berbasis kas. Menurut Halim (2012) apabila pemerintah
menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual, maka seharusnya akuntansi anggarannya juga
berbasis akrual. Hal inilah yang menjadi tanda tanya bagi masyarakat tentang sistem akuntansi
berbasis akrual yang dijalankan pemerintah saat ini. Kenapa pemerintah belum secara penuh
menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual sesuai amanat PP Nomor 71 Tahun 2010? Apa
sebenarnya yang menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia? Hal inilah yang menjadi pertanyaan
bagi penulis dan berusaha menjelaskannya dalam paper ini.

Pada bagian selanjutnya dalam paper ini, penulis mencoba memaparkan teori tentang sistem
akuntansi berbasis akrual, permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia
dalam penerapan sistem akuntansi berbasis akrual, serta dibagian akhir menjelaskan kesimpulan
tentang tantangan penerapan sistem akuntansi berbasis akrual di pemerintahan Indonesia.

A. BASIS AKUNTANSI

Pada dasarnya, hanya terdapat dua basis akuntansi atau dasar akuntansi yang dikenal dalam
akuntansi, yaitu akuntansi berbasis kas (cash basis) dan akuntansi berbasis akrual (accrual basis).
Sedangkan, jika ada basis akuntansi yang lain seperti basis kas modifikasian, atau akrual
modifikasian, atau kas menuju akrual, merupakan modifikasi diantara basis kas dan basis akrual
untuk masa transisi (Halim, 2012). Basis atau dasar akuntansi adalah terkait dengan metode
pencatatan akuntansi dalam menentukan kapan dan bagaimana suatu transaksi ekonomi atau
kejadian-kejadian diakui/dicatat.

Dalam akuntansi berbasis kas, suatu transaksi atau kejadian diakui/dicatat ketika uang atas transaksi
tersebut diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain, akuntansi berbasis kas adalah basis akuntansi
yang mengakui pengaruh transaki dan kejadian lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan (Ritonga,-).
Sementara akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan
peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan (KSAP,
2006). Selanjutnya, KSAP juga mengatakan dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan
(recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi
yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Ketika akrual hendak dilakukan
sepenuhnya untuk menggambarkan berlangsungnya esensi transaksi atau kejadian, maka nilai lebih
yang diperoleh dari penerapan akrual adalah tergambarnya informasi operasi atau kejadian. Dalam
sektor komersial, gambaran perkembangan operasi atau kejadian tersebut dituangkan dalam
laporan laba rugi. Sedangkan dalam akuntansi pemerintah, laporan sejenis ini diciptakan dalam
bentuk laporan operasional atau laporan surplus/defisit (Simanjuntak, 2010).

Sementara itu, The International Organisation of Supreme Audit Institutions (INTOSAI) dalam Van
Der Hoek (2005) melihat bahwa terdapat empat sistem pelaporan keuangan, yaitu:

1. Full Cash Accounting. Sistem ini mencatat suatu transaksi ketika dana dibayar atau diterima dari
suatu otoritas apropriasi (appropriation authority).
2. Modified Cash Accounting. Sistem ini mengakui suatu transaksi secara tunai selama tahun
tersebut dan setup akun dan/atau piutang yang belum dibayar pada akhir tahun.

3. Modified Accrual Accounting. Sistem ini mencatat pengeluaran pada saat sumber daya diterima
dan pendapatan pada saat terukur dan tersedia dalam poeriode akuntansi atau segera sesudahnya.

4. Full Accrual Accounting. Sistem ini mengakui beban pada saat terjadinya (incurred), mencatat
pendapatan pada saat diperoleh (earned), dan mengkapitalisasi aset tetap.

Masing-masing basis akuntansi tersebut sebenarnya memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri.
Keunggulan akuntansi berbasis kas menurut Ritonga adalah bahwa laporan keuangan berbasis kas
memperlihatkan sumber dana, alokasi dan penggunaan sumber-sumber kas, mudah untuk
dimengerti dan dijelaskan, pembuat laporan keuangan tidak membutuhkan pengetahuan yang
mendetail tentang akuntansi, dan tidak memerlukan pertimbangan ketika menentukan jumlah arus
kas dalam suatu periode. Sementara itu kelemahan akuntansi berbasis kas menurut Hoesada (2010)
adalah:

Tidak mampu menyajikan jumlah sumberdaya yang digunakan

Tidak marnpu memperhitungkan atau mempertimbangkan kewajiban keuangan, hutang,


komitmen masa depan, penjaminan oleh pemerintah, atau kewajiban kontinjen

Terfokus secara sempit pada pembayaran kas, tidak peduli akan kondisi dan daya layan aset tetap

Terfokus pada pengendalian input, pembelian, perolehan, dan mengabaikan produksi sendiri

Mendorong distorsi, mendorong para manajer untuk menilai terlampau rendah biaya program,
proyek, kegiatan, mendorong penggunaan sampai habis apropriasi/jatah anggaran

Tak ada kewajiban matching pendapatan vs beban

Terbatasnya informasi aset dan kewajiban dalam neraca

Akuntansi berbasis kas merupakan landasan berpijak yang buruk untuk membangun kebijakan
fiskal yang solid.

Oleh sebab itu, dengan berbagai kelemahan yang ada pada basis kas, perubahan menuju akuntansi
berbasis akrual diharapkan dapat mengatasi bebagai kelemahan tersebut. Dalam Study No. 14 yang
diterbitkan oleh International Public Sector Accounting Standards Board (2011), mengatakan bahwa
informasi yang disajikan pada akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan keuangan memungkinkan
pengguna untuk:

Menilai akuntabilitas untuk pengelolaan seluruh sumber daya entitas serta penyebaran sumber
daya tersebut.

Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas.
Pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya, atau melakukan bisnis dengan suatu
entitas.

Selanjutnya, pada level yang lebih detil dalam Study No. 4 tersebut mengatakan bahwa pelaporan
dengan basis akrual akan dapat:

Menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitas-aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan


dananya.

Memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah saat ini untuk
membiayai aktivitas-aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban-kewajian dan komitmen-
komitmennya.

Menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi keuangannya.

Memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan keberhasilan pengelolaan sumber


daya yang dikelolanya.

Bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektifivitas
penggunaan sumber daya.

B. TANTANGAN PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI PEMERINTAHAN INDONESIA

Penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan Indonesia sejatinya sudah harus dilaksanakan
sejak tahun 2008 sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2004 pasal 36 ayat 1 menyatakan:

“Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.”

Begitu juga dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada
pasal 70 ayat 2 dinyatakan:

“Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 dan pasal 13 undang-undang ini dilaksanakan
selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008.”

Namun, pada kenyataannya sampai sekarang penerapan akuntansi berbasis akrual tersebut belum
terealisasi dengan maksimal, walaupun peraturan tentang standar akuntansi akrual telah
diterbitkan. Hal ini merupakan tantangan besar bagi Pemerintah dan harus dilakukan secara hati-hati
dengan persiapan yang matang dan terstruktur.
Keberhasilan suatu perubahan akuntansi pemerintahan menuju basis akrual agar dapat
menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel memerlukan upaya dan
kerja sama dari berbagai pihak. Jika penerapan akuntansi berbasis kas menuju akrual saja masih
banyak menghadapi hambatan, apalagi lagi jika pemerintah akan menerapkan akuntansi berbasis
akrual (Simanjuntak, 2010).

Menurut Simanjuntak (2010) dan Bastian (2006) beberapa tantangan penerapan akuntansi berbasis
akrual di pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Sistem Akuntansi dan Information Technology (IT) Based System

Adanya kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan bahwa penerapan
akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan sistem akuntansi dan IT based
system yang lebih rumit. Selain itu perlu juga dibangun sistem pengendalian intern yang memadai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Hal tersebut telah diamanatkan oleh Undang-Undang No 1 tahun
2004 pasal 58 ayat 1yang menyatakan:

“Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
Presiden selaku Kepala Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di
lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.”

2. Komitmen dari Pimpinan

Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Salah satu
penyebab kelemahan penyusunan Laporan Keuangan pada beberapa Kementerian/Lembaga adalah
lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja khususnya Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
penerima dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan. Diundangkannya tiga paket keuangan negara
serta undang-undang pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak eksekutif
dan legislatif untuk memperbaiki sistem keuangan negara, termasuk perbaikan atas akuntansi
pemerintahan. Yang menjadi ujian sekarang adalah peningkatan kualitas produk akuntansi
pemerintahan dalam pencatatan dan pelaporan oleh kementerian/lembaga di pemerintah pusat
dan dinas/unit untuk pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat mengacu pada
pedoman yang disusun oleh menteri keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan
oleh Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu pada peraturan daerah tentang pengelolaan
keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat dan sistem akuntansi pemerintah daerah
disusun dengan mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kejelasan perundang-
undangan mendorong penerapan akuntansi pemerintahan dan memberikan dukungan yang kuat
bagi para pimpinan kementerian/lembaga di pusat dan Gubernur/Bupati/Walikota di daerah.

3. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten

Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-masing oleh
pemerintah pusat dan daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambatnya tiga bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya enam bulan setelah tahun anggaran
berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Pemerintah Pusat
kepada DPR dan oleh Pemerintah Daerah kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan
keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan.

Pada saat ini, kebutuhan tersebut sangat terasa dengan semakin kuatnya upaya untuk menerapkan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius
menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya
memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan. Di
samping itu, peran dari perguruan tinggi dan organisasi profesi tidak kalah pentingnya untuk
memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.

4. Resistensi Terhadap Perubahan

Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang sudah terbiasa dengan
sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai
kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi kepada seluruh pihak yang terkait, sehingga penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan dengan baik tanpa ada resistensi.

5. Lingkungan/Masyarakat

Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan penerapan akuntansi
pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami laporan keuangan pemerintah,
sehingga dapat mengetahui dan memahami penggunaan atas peneriamaan pajak yang diperoleh
dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan dukungan yang positif,
masyarakat mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan
kebijakannya.

Sementara itu, Ritonga (2010) dalam Halim (2012) mengatakan bahwa untuk mendukung penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual diperlukan kondisi-kondisi yang mendukung, sekaligus
menjadi permasalahan yang dihadapi saat ini, yaitu sebagai berikut:

Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional dalam pengelolaan
keuangan.

Dukungan dari pemeriksa laporan keuangan, karena perubahan basis akuntansi akan mengubah
cara pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa. Perubahan-perubahan yang terjadi harus melalui
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Tersedianya sistem teknologi informasi yang mampu mengakomodasi persyaratan-persyaratan


dalam penerapan akuntansi berbasis akrual.

Adanya sistem penganggaran berbasis akrual, karena jika anggaran pendapatan, belanja, dan
pembiayaannya masih berbasi kas sedangkan realisasinya berbasis akrual, maka antara anggaran
dan realisasinya tidak dapat diperbandingkan.

Harus ada komitmen dan dukungan politik dari para pengambil keputusan dalam pemerintahan,
karena upaya penerapan akuntansi berbasis akrual memerlukan dana yang besar dan waktu yang
lama, bahkan lebih lama dari masa periode jabatan presiden, gubernur, bupati, walikota, dan
anggota DPR/DPRD.

Dari beberapa permasalahan tersebut, salah satu poin penting dalam penerapan akuntansi berbasis
akrual adalah juga harus diterapkan anggaran berbasis akrual. Anggaran berbasis akrual ini sulit
diterapkan di organisasi pemerintahan karena sangat kompleks. Dalam akuntansi anggaran
mensyaratkan adanya pencatatan dan penyajian akun operasi sejajar dengan anggarannya.
Anggaran berbasis akrual berarti mengakui dan mencatat anggaran dan realisasi pendapatan,
belanja, dan pembiayaan pada saat kejadian, atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah daerah, tanpa memperhatikan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar
(Ritonga, 2010 dalam Halim, 2012). Hal inilah yang menjadi persyaratan berat pemerintah dalam
menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam organisasi pemerintahan. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 juga belum diatur tentang anggaran berbasis akrual, sehingga dapat
dikatakan bahwa SAP tersebut bukan merupakan SAP Akrual penuh melainkan SAP berbasis akrual
modifikasian (accrual modified) (Halim, 2012).

Blondal (2003) sebagaimana dikutip oleh Boothe (2007) dalam Halim (2012), mengatakan bahwa
kesulitan penerapan anggaran berbasis akrual dipemerintahan adalah terkait dengan dua alasan
berikut:

1. Anggaran akrual diyakini beresiko dalam disiplin anggaran. Keputusan politis untuk
membelanjakan uang sebaiknya ditandingkan dengan ketika belanja tersebut dilaporkan dalam
anggaran. Hanya saja, basis kas yang dapat menyediakannya. Jika sebagian besar proyek belanja
modal, misalnya, dicatat dan dilaporkan pada beban penyusutan, akan berakibat meningkatkan
pengeluaran untuk proyek tersebut.

2. Adanya resistensi dari lembaga legislatif untuk mengadopsi penganggaran akrual. resistensi ini
seringkali akibat dari terlalu kompleknya penganggaran akrual. dalam konteks ini, lembaga legislatif
negara yang menerapkan penganggaran akrual pada umumnya akan memiliki peran yang lemah
dalam proses penganggaran.

Dengan berbagai permasalahan dan tantangan penerapan akuntansi berbasis akrual dalam
pemerintahan indonesia seperti yang telah disebutkan diatas, maka pemerintah harus berupaya
semaksimal mungkin agar penerapannya dapat berjalan dengan baik dan optimal demi terciptanya
tata kelola pemerintahan (good governance) yang lebih transparan dan akuntabel. Karena seperti
yang telah disebutkan diatas bahwa manfaat akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan
gambaran operasional pemerintah yang lebih transparan serta pendapatan dan belanja pemerintah
dapat dialokasikan secara tepat setiap saat. Sehingga dalam hal ini diperlukan strategi pemerintah
untuk mendukung keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual. Menurut Indra Bastian dalam
Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik (2006), mengatakan beberapa strategi yang bisa dilakukan
pemerintah, yaitu:

1. Mempertahankan momentum perubahan

2. Melakukan riset untuk mengidentifikasi kebutuhan pemakai

3. Mempermudah penerapan akuntansi pemerintahan

4. Mendorong keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga diklat

5. Meningkatkan keterlibatan profesi akuntansi

Sementara itu, dalam salah satu situs referensi menejemen keuangan sektor publik yang diakses
melalui www.medina.co.id, mengatakan ada beberapa langkah yang bisa dilaksanakan pemerintah
untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual, yaitu:

1. Menyiapkan pedoman umum pada tingkat nasional tentang akuntansi akrual. Pedoman ini
digunakan untuk menyamakan persepsi di semua daerah sekaligus sebagai jembatan teknis atas
standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang akan diterapkan.
2. Menyiapkan modul pada tingkat nasional yang dapat digunakan oleh berbagai pihak dalam
rangka pelatihan akuntansi berbasis akrual.

3. Menentukan daerah percontohan di setiap regional sebagai upaya menciptakan benchmarking.


Dengan cara ini, pemerintah dapat memfokuskan pada beberapa daerah dulu sebelum pada
akhirnya dapat digunakan oleh seluruh daerah.

4. Diseminasi/sosialisasi tingkat nasional. Hal tersebut dapat digunakan untuk menyerap input
berupa saran ataupun keluhan dari daerah terkait penerapan akuntansi basis akrual.

Sedangkan pada tingkat daerah, strategi penerapan basis akrual dapat dilakukan dengan langkah-
langkah berikut ini:

Sosialisasi dan pelatihan yang berjenjang. Berjenjang yang dimaksud meliputi pimpinan level
kebijakan sampai dengan pelaksana teknis, dengan tujuan sosialisasi dan pelatihan untuk
meningkatkan skill pelaksana, membangun awareness, dan mengajak keterlibatan semua pihak.

Menyiapkan dokumen legal yang bersifat lokal seperti peraturan kepala daerah tentang kebijakan
akuntansi dan sistem prosedur.

Melakukan uji coba sebagai tahapan sebelum melaksanakan akuntansi berbasis akrual secara
penuh.

KESIMPULAN

Semakin menigkatnya tuntutan pelaksanaan pengelolaan keuangan negara yang transparan dan
akuntabel mendorong pemerintah untuk terus berupaya memperbaiki sistem akuntansi yang
digunakan. Sistem akuntansi berbasis akrual menjadi isu yang sangat penting di era reformasi untuk
menciptakan good government governance.

Sistem akuntansi berbasis kas yang telah dijalankan sebelumnya telah terbukti memiliki kelemahan.
Kelemahan yang mendasar dari sistem akuntansi berbasis kas adalah laporan keuangan yang
dihasilkan tidak informatif, Tidak mampu menyajikan jumlah sumberdaya yang digunakan, serta
tidak mampu memperhitungkan atau mempertimbangkan kewajiban keuangan, hutang, komitmen
masa depan, penjaminan oleh pemerintah, atau kewajiban kontinjen, dan lainnya yang pada
akhirnya dapat mengganggu terwujudnya pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Sehingga
dengan adanya berbagai kelemahan tersebut, menghendaki pemerintah untuk berubah ke sistem
akuntansi berbasis akrual yang dinilai dapat memberikan manfaat yang lebih dalam meningkatkan
transparansi pengelolaan keuangan pemerintah dalam rangka akuntabilitas publik.

Namun, tentunya penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan Indonesia tidak bisa dengan
mudah dilaksanakan seperti pada sektor swasta. Ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh
pemerintah untuk menerapkan sistem tersebut, diantaranya adalah:

Harus tersedia sistem akuntansi dan sistem teknologi informasi yang mampu mengakomodasi
persyaratan-persyaratan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual.
Harus ada komitmen dan dukungan politik dari pimpinan dan para pengambil keputusan dalam
pemerintahan.

Harus tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional dalam pengelolaan
keuangan.

Lingkungan/masyarakat yang juga harus mengapresiasi dan mendukung keberhasilan penerapan


akuntansi pemerintahan.

Dukungan dari pemeriksa laporan keuangan, karena perubahan basis akuntansi akan mengubah
cara pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa.

Adanya sistem penganggaran berbasis akrual, karena jika anggaran pendapatan, belanja, dan
pembiayaannya masih berbasis kas sedangkan realisasinya berbasis akrual, maka antara anggaran
dan realisasinya tidak dapat diperbandingkan.

Adanya resistensi pihak internal terhadap perubahan kearah sistem akuntansi berbasis akrual,
sehingga membutuhkan sosialisasi yang maksimal terkait dengan sistem tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2006. Standar Akuntansi Pemerintahan, Telaah Kritis PP
Nomor 24 Tahun 2005. BPFE. Yogyakarta.

Halim, Abdul, dan Syam Kusufi. 2012. Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik, dari
Anggaran Hingga Laporan Keuangan dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Salemba Empat.
Jakarta.

Hoesada, Jan. 2010. Accrual Budgeting and Accrual Accounting pada Pemerintahan NKRI. Jurnal
Akuntansi/Tahun XIV, No. 01, Januari 2010: 113-124.

International Public Sector Accounting Standards Board. 2011. Transition to the Accrual Basis of
Accounting: Guidance for Public Sector Entities, Study 14. Third Edition, IFAC. New York, USA.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. 2006. Memorandum Pembahasan Penerapan Basis Akrual
dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Bahan Bahasan untuk Limited Hearing. Jakarta.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi sektor publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Mulyana, Budi. Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-Negara Lain: Tren di Negara-Negara Anggota
OECD.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.

Ritonga, Rahmansyah. Kas Basis Vs Akrual Basis. Widyaiswara BDK. Medan.

Simanjuntak, Binsar. 2010. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Sektor Pemerintahan di


Indonesia. Disampaikan pada Kongres XI Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta.
________________ 2005. Menyongsong Era Baru Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Jurnal
Akuntansi Pemerintahan Vol. 1 No.1, Mei.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

Van der Hoek, Peter M. 2005. Accrual-Based Budgeting and Accounting in the Public Sector: The
Dutch Experience. Erasmus University Rotterdam. MPRA Paper No. 5906, Posted 29.

www.medina.co.id, diakses pada tanggal 06 Juni 2013 pukul 10.14.

https://accounting.binus.ac.id/2017/06/17/tantangan-keberhasilan-penerapan-akuntansi-berbasis-
akrual/

Tantangan Keberhasilan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah satu reformasi yang
dilakukan adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi pemerintahan,
baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, yang dimulai tahun anggaran 2008. Hal ini
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36
ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: ”Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan
16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan
dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan
dan pengukuran berbasis kas.”

Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa
lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi
tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Dalam
akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber
daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber
daya dicatat.

Pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat
mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai
kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah
yang sebenarnya. Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk
mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumberdaya masa depan dan mewujudkan
pengelolaan yang baik atas sumber daya tersebut.
Keberhasilan perubahan akuntansi pemerintahan sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan
yang lebih transparan dan lebih akuntabel memerlukan upaya dan kerja sama dari berbagai pihak.
Jika penerapan akuntansi berbasis kas menuju akrual saja masih banyak menghadapi hambatan,
lebih-lebih lagi penerapan akuntansi berbasis akrual. Beberapa tantangan dalam implementasi
akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah:

1. Sistem Akuntansi dan IT Based System

Melihat kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan bahwa penerapan
akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan sistem akuntansi dan IT based
system yang lebih rumit. Pengembangan sistem akuntansi berbasis akrual membutuhkan suatu
sistem akuntansi untuk mengakomodasinya. Pemerintah Kota Magelang telah menggunakan SIMDA
dalam melakukan penantausahaan belanja daerah, namun untuk penatausahaan pendapatan
daerah masih menggunakan sistem manual.

Selain itu perlu juga dibangun sistem pengendalian intern yang memadai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Untuk melaksanakan hal tersebut, Pemerintah Kota Magelang perlu
memperkuat implementasi SPI sesuai yang diamanatkan dalam PP Nomor 60 tahun 2008 tentang
Sistem Pengedalian Intern Pemerintah.

2. Komitmen dari pimpinan

Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Agar
penerapan akuntansi berbasis akrual dapat berhasil, maka para pemangku kepentingan perlu
meningkatkan komitmen dari tingkat pucuk pimpinan sampai tingkat bawah untuk sengkuyung
terhadap penerapan akuntansi berbasis akrual di masing-masing satuan kerjanya. Berkaca pada
pengalaman yang lalu, salah satu penyebab kelemahan penyusunan Laporan Keuangan pada
beberapa SKPD adalah lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja.

3. Tersedianya SDM yang kompeten

Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-masing oleh
pemerintah daerah kepada BPK selambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Selanjutnya, selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan keuangan yang
telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Pemerintah Daerah kepada DPRD. Penyiapan dan
penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan.
Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, pemerintah daerah perlu secara serius menyusun
perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya memberikan sistem
insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang
terkait dengan akuntansi pemerintahan.

4. Resistensi terhadap perubahan

Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang sudah terbiasa dengan
sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai
kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan akuntansi pemerintahan berbasis
akrual dapat berjalan dengan baik.

5. Lingkungan/Masyarakat

Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan penerapan akuntansi
pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami laporan keuangan pemerintah,
sehingga dapat mengetahui dan memahami penggunaan atas penerimaan pajak yang diperoleh dari
masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan dukungan yang positif,
masyarakat mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan
kebijakannya.

Selain tantangan tersebut di atas, beberapa hal yang menjadi hambatan dalam penerapan akuntansi
berbasis akrual, antara lain :

Penerapan akuntansi akrual dapat berakibat terhadap penurunan ekuitas sebagai akibat
penyusutan dan amortisasi;

Penerapan akuntansi berbasis akrual dapat berakibat pada penurunan kualitas laporan keuangan
(opini audit LKPD menurun);

Kompleksitas akuntansi akrual dapat menimbulkan resistensi di SKPD, khususnya bagi para pelaku
akuntansi dan penyusunan laporan keuangan;

Makin rumitnya proses pelaporan dan audit laporan keuangan.

Source : http://inspektorat.magelangkota.go.id/Artikel/120/Tantangan-Keberhasilan-Penerapan-
Akuntansi-Berbasis-Akrual.html

msd

Published at : 17 June 2017

Anda mungkin juga menyukai