1. Fokus Pengukuran
Akuntansi keuangan sektor publik adalah salah satu dari beberapa jenis akuntansi.
Jadi, dalam akuntansi keuangan sektor publik ini terdapat proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi
yang terjadi pada organisasi sektor publik ini. Proses pengidentifikasian disini
diartikan pengidentifikasian transaksi ekonomi agar dapat membandingkan
transaksi yang bersifat ekonomi maupun tidak. Transaksi yang bersifat ekonomi
yaitu segala tindakan yang melibatkan lembaga ekonomi untuk melakukan
kegiatan. Oleh sebab itu, proses pengidentifikasian berhubungan erat dengan
proses pengukuran.
2. Sistem Pencatatan
a. Single Entry
Sistem pencatatan single entry dikenal dengan sistem tata buku tunggal atau tata
buku satu. Nah pada sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan
mencatatnya satu kali. Jika suatu transaksi menambah kas maka dicatat pada sisi
penerimaan dan jika transaksi mengurangi kas maka dicatat pada sisi pengeluaran.
Pencatatan semacam ini dikenal dengan pembukuan dan merupakan bagian kecil
dari akuntansi.
Sistem pencatatan single entry atau tata buku mempunyai beberapa keunggulan
yaitu simpel dan mudah untuk dimengerti. Akan tetapi, sistem ini juga memiliki
kelemahan antara lain kurang keren untuk pelaporan (kurang memudahkan
penyusunan laporan), sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi
dan sulit ditinjau.
Pada era reformasi, dasar hukum bagi pelaksanaan akuntansi pemerintahan adalah
Undang-Undang (UU) No. 5 Tahun 1974, PP No. 5 & 6 Tahun 1976 dan Manual
Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) Tahun 1981. Sistem pencatatan
single entry ini digunakan untuk pengelolaan keuangan pemerintah saat era pra
reformasi. Laporan tunggal pertanggungjawaban keuangan pemerintah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hanya berupa Perhitungan Anggaran Negara
(PAN) yang disediakan berdasarkan sumbangan perhitungan anggaran dari
departemen / lembaga yang disusun secara manual dan sistem pencatatan yang
digunakan yakni single entry. Konsekuensinya, pemerintah tidak memiliki catatan
mengenai aset tetap, piutang, utang, dan ekuitas dari suatu entitasnya pada kala
itu. Oleh karena itu, pada era tersebut, pemerintah tidak pernah menyajikan neraca
sebagai bentuk laporan keuangan sebagai bentuk gambaran mengenai posisi
keuangan pemerintah.
b. Double Entry
Sistem pencatatan double entry atau dikenal dengan tata buku berpasangan yakni
sistem pencatatan dimana transaksi ekonomi dicatat 2 kali. Oleh sebab itu, pada
sistem pencatatan double entry terurai 2 sisi yaitu debit disisi kiri dan kredit disisi
kanan. Setiap pencatatan transaksi harus mengawasi keseimbangan persamaan
dasar akuntansi sebagai berikut.
c. Triple Entry
3. Basis Akuntansi
Salah satu proses dalam akuntansi yang bernilai adalah problem pengakuan
(recognition). Proses ini berhubungan dengan kapan suatu transaksi ekonomi
diakui lalu dicatat. Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010, pengakuan dalam
akuntansi adalah proses terkabulkan tolok ukur pencatatan suatu kejadian dalam
catatan akuntansi maka akan menjadi elemen yang memenuhi komponen aset,
kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sebagaimana yang
tercantum dalam laporan keuangan satuan pelaporan yang bersangkutan.
Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap setiap pos pada
laporan keuangan yang terbujuk oleh kejadian atau perisitiwa terkait.
Pengakuan dapat diputuskan sebagai penentuan kapan suatu transaksi dicatat.
Oleh sebab itu, dalam penentuan tersebut, digunakan bebagai basis /dasar
akuntansi. Basis akuntansi adalah kompilasi dari standar-standar akuntansi yang
menetapkan kapan efek keuangan dari transaksi dan peristiwa lainnya harus
diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Secara umum, basis akuntansi terbagi
atas 2 jenis yaitu basis kas dan basis akrual. Dalam basis akuntansi pada
organisasi sektor publik, khususnya institusi pemerintah, mencakup basis kas,
basis kas modifikasian, basis kas menuju akrual, dan basis akrual.
a. Basis Kas
Basis kas hanya melegalkan arus kas masuk dan kas keluar. Basis kas
mengukuhkan pengakuan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi
tersebut mengakibatkan perubahan kas. Apabila suatu transaksi belum
memunculkan perubahan pada kas, maka transaksi tersebut tidak dicatat.
Basis kas digunakan di berbagai organisasi sektor publik. Basis kas telah
dijalankan dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia pada era pra reformasi. Hal
ini disebabkan pada era tersebut pemerintah hanya fokus pada perhitungan
anggaran negara yang mana dalam hal anggaran dirancang dan dilaksanakan
berdasarkan basis kas bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada
saat kas diterima. Untuk belanja, transfer, dan pengeluaran pembiayaan diakui
pada saat kas dikeluarkan.
Keunggulan basis kas adalah menggambarkan pengeluaran yang aktual, riil, dan
objektif. Akan tetapi dengan basis kas, tahap efisiensi dan efektivitas pada
kegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat ditakar dengan baik. Oleh sebab itu,
muncul basis kas modifikasian dimana organisasi tidak hanya menyetujui kas
saja, akan tetapi juga aset dan utang yang muncul.
Menurut poin (12) dan (13) Lampiran XXIX (tentang Kebijakan Akuntansi)
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 disebutkan bahwa basis kas modifikasian
(modified cash basis) adalah afiliasi basis kas dengan basis akrual. Pada saat itu,
transaksi penerimaan atau pengeluaran kas ditulis pada saat uang didapat atau
dikeluarkan sedangkan pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk
menanggapi transaksi dan kejadian dalam periode berjalan meskipun penerimaan
atau pengeluaran kas dari transaksi yang terjadi belum terealisasi. Oleh sebab itu,
pengimplementasian basis akuntansi ini mendesak bendahara pengeluaran
mencatat transaksi dengan basis kas selama tahun anggaran dan melakukan
penyesuaian pada akhir tahun anggaran berlandaskan basis akrual.
Basis kas untuk laporan realisasi anggaran bermaksud bahwa pendapatan diakui
pada saat kas diterima dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan. Sedangkan
basis akrual untuk neraca bermakna bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana
ditanggap dan dicatat pada saat berlangsungnya transaksi atau pada saat kejadian
atau kondisi lingkungan berimbas pada keuangan pemerintah tanpa
memperdulikan saat kas atau setara kas didapat atau dikeluarkan. Governmental
Accounting Standards Board (GASB) menyarankan penerapan basis akuntansi
yang tidak murni berdasarkan basis kas dan basis akrual. GASB sangat
memperhatikan inti perhitungan akuntansi dan basis akuntansi.
d. Basis Akrual
Jenis laporan dalam konsep akrual tidak dibuat seragam. Tiap organisasi sektor
publik memiliki daftar laporan yang berpotensial jumlahnya berlainan antara satu
dengan yang lain. Perbedaan yang terjadi mayoritas disebabkan karena perbedaan
kerja antar organisasi. Namun, persamaannya berlangsung dalam proses pelaporan
posisi keuangan dan pelaporan operasional di berbagai organisasi karena plot
penerimaan dan pembayaran yang konsisten antar organisasi.