Anda di halaman 1dari 12

Pada periode kedua antara tahun 2000-2005 perjalanan praktik akuntansi pemerintahan di Indonesia

sangat erat kaitan nya dengan reformasi politik yang terjadi pada saat itu yang ditandai dengan
jatuhnya rezim orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Gerakan reformasi pada masa
tersebut mengakibatkan reformasi di segala bidang termasuk reformasi di bidang pengelolaan
keuangan negara, ( termasuk dalam pengelolaan keuangan daerah) yang biasa disebut sebagai masa
reformasi tahap 1.
Pada masa ini terdapat 2 undang-undang yang menjadi tonggak diterapkannya otonomi daerah, itu
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1699 tentang
perimbangan keuangan pemerintahan pusat dan daerah. Perubahan yang mendasar pada periode ini
yaitu dilaksanakannya akuntansi dalam pengelola pengelolaan keuangan daerah dan bukan
pembukuan sebagaimana dilaksanakan selama masa pra reformasi serta adanya pergeseran dari
sistem pencatatan single entry dan berbasis kas menjadi double entry dan berbasis kas modifikasian.

Pada periode ini timbul kesadaran bahwasanya akuntansi memiliki peranan penting dalam
pengelolaan keuangan daerah dibandingkan kegiatan perbendaharaan.

Namun demikian kegiatan akuntansi keuangan daerah Pada masa ini masih bersifat sentralistik di
tingkat satuan kerja pengelolaan keuangan daerah(Skpkd), sehingga penyajian laporan keuangan ini
masih hanya pada tingkat pemerintahan daerah, belum adanya tingkat satuan kerja Perangkat
daerah (Skpd), dan juga belum adanya standar akuntansi pemerintahan sehingga terjadi kebingungan
dan ketidakseragaman pelaksanaan akuntansi pada tingkat pemerintahan daerah.

Penerapan single entry pada masa pra reformasi diterapkan karena memiliki kemudahan dan
kepraktisan, namun seiring dengan banyaknya tuntutan untuk yang lebih transparan dan akuntabel
dalam pengelolaan keuangan daerah, maka perubahan dari single entry menjadi double entry
dipandang sebagai solusi yang mendesak untuk diterapkan karena single entry tidak dapat
memberikan informasi yang komprehensif dan tidak mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.

Pencatatan transaksi dengan menggunakan sistem double entry dapat menghasilkan laporan
keuangan yang auditable dan traceable (Herlanu, 2017)

Disamping itu penerapan akuntansi berbasis kas modifikasian sebagai pergeseran dari basis kas.

Penerapan basis kas modifikasian merupakan basis transisi menuju basis akrual. Pada periode ini
sudah ada desakan untuk penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual penuh karena
dianggap dapat memberikan hasil pelaporan keuangan yang baik seperti lebih teliti dan informatif
sehingga dapat meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah. Namun dengan
adanya keterbatasan tertentu seperti pertimbangan kompleksitas dan belum siapnya Aparatur
Negara negara atau daerah untuk melaksanakan dasar akuntansi akrual menjadikan penerapan basis
akrual hanya menjadi cita-cita sampai akhir tahun 2010. Tahun 2010 k s a p menerbitkan sap berbasis
akrual Meskipun tidak penuh. Pada periode ini juga pemerintah daerah sudah harus Menyajikan
laporan perhitungan APBD neraca laporan arus kas dan nota perhitungan APBD. Dengan adanya
laporan neraca sebagai Ben Salah satu bentuk pertanggungjawaban kepala daerah maka pada masa
ini Pemerintah Daerah mulai melakukan upaya revolusioner yaitu melakukan inventarisasi aset dan
sekaligus melakukan penilaian aset untuk menyajikan neraca pemerintahan daerah untuk pertama.
.Tahap ke-3 periode reformasi lanjutan antara tahun 2005 sampai 2010

Pada periode ini merupakan kelanjutan reformasi pengelolaan keuangan negara atau daerah dengan
diterbitkannya 3 paket undang-undang tentang keuangan daerah atau negara yakni UU nomor 17
tahun 2003 tentang keuangan negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara, dan
UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara
konsekuensi perlu dilakukan penyesuaian dan amandemen terhadap Aturan perundang-undangan
ini. Pada tanggal 13 Juni 2005 pemerintah menetapkan PP Nomor 24 tahun 2005 tentang standar
akuntansi pemerintahan yang berguna sebagai acuan bagi penyusunan laporan keuangan
pemeriksaan laporan keuangan dan penggunaan laporan keuangan daerah. Sedangkan pada APBN
dengan adanya Peraturan Pemerintah tersebut menyebabkan pencatatan pembukuan berubah dari
berbasis kas menjadi berangsur-angsur berbasis akrual.

Perubahan mendasar pada sistem akuntansi pemerintahan periode ini adalah perlunya Penyusunan
sistem akuntansi keuangan daerah yang mengisyaratkan adanya standar akuntansi pemerintahan dan
prosedur akuntansi keuangan daerah untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan keuangan.
Periode ini pengakuan pendapatan belanja dan pembiayaan menggunakan basis cash toward accrual.
Maksudnya ialah basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah untuk
pengakuan pendapatan belanja dan pembiayaan laporan dalam laporan realisasi anggaran adalah
adalah basis kas Sedangkan untuk pengakuan aset kewajiban dan ekuitas dana yang disajikan dalam
neraca menggunakan basis akrual. Penerapan basis ini memiliki keunggulan dalam pengendalian kas
dan lebih informatif dibandingkan basis kas penuh atau basis modifikasian tetapi kelemahannya
adalah antara anggaran dan Realisasi nya tidak dapat. Pada periode ini pengelolaan keuangan daerah
bergeser dari sentralisasi ke desentralisasi atas proses pengelolaan keuangan daerah dan tanggung
jawab pengelolaannya yang telah dipublikasikan dari kepala daerah kepada masing-masing kepala
SKPD. maka dari itu SKPD menjadi entitas akuntansi yang harus melaksanakan akuntansi sebagai
bagian dari entitas pelaporan

Empat periode penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual antara tahun 2010 sampai
sekarang

Pada periode ini merupakan periode reformasi kelanjutan dari tahap ketiga terutama dalam hal
akuntansi pemerintahan. ASI yang terjadi adalah dimulainya penerapan akuntansi pemerintahan
berbasis akrual dengan dikeluarkannya PP nomor 71 tahun 2010 tentang sap yang menggantikan PP
Nomor 24 tahun 2005 tentang sap. Perubahan paling mendasar dari kedua peraturan pemerintahan
tersebut adalah dengan dimulainya upaya untuk menerapkan sistem akuntansi pemerintahan
berbasis akrual berubah dari basis akuntansi sebelumnya yaitu kas menuju akrual.

Basis kas versus Basis akrual: konsep dan implementasinya dalam akuntansi anggaran

Sistem akuntansi Kas adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan dan beban di dalam
periode terjadinya penerimaan dan pembayaran kas. Sementara itu sistem akuntansi akrual adalah
sistem pencatatan yang mencatat pendapatan pada saat pendapatan tersebut diperoleh (kas
diterima maupun tidak) dan beban dicatat pada saat beban tersebut terjadi (kas dibayarkan atau
tidak). Dengan kata lain ialah akuntansi berbasis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
Transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang digunakan
untuk pengakuan pendapatan belanja dan pembiayaan. Sementara akuntansi berbasis akrual berarti
bahwa pendapatan belanja pembiayaan aset kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada
saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Dalam sistem basis akrual harus diterapkan sistem alokasi yang umumnya dilakukan secara subjektif
arbitrer karena pembebanan biaya pengakuan pendapatan dan prinsip matching nya harus
mematuhi prinsip time period artinya jika terdapat biaya yang digunakan untuk mendapatkan
penghasilan pada periode tahun buku Yang dilaporkan maka walaupun belum dibayar harus
diperhitungkan karena memang sudah merupakan hak atau kewajiban entitas. Perbedaan mendasar
antara 2 dasar akuntansi tersebut adalah terkait dengan Kapan waktu atau periode suatu transaksi.
Misalnya berdasarkan basis kas pendapatan tidak akan dicatat sampai pendapatan tersebut benar-
benar diterima secara kas sedangkan menurut basis akrual pendapatan dicatat ketika pendapatan
tersebut diperoleh meskipun apabila pendapatan tersebut tidak diterima secara kas sampai jauh di
masa mendatang Sama halnya dengan akun beban.

Tabel akuntansi kas versus Rusia keluar halaman 233.

Kelebihan dari sistem akuntansi kas yaitu sistem yang relatif sederhana karena mudah
diimplementasikan dan dijalankan serta relatif mudah dalam audit dan pengendaliannya
sedangkan untuk kelemahannya ialah sistem ini cakupannya sangat terbatas pada transaksi yang
menghasilkan pembayaran atau penerimaan kas dan sistem ini hanya mempertimbangkan
transaksi yang terjadi pada periode akuntansi yang relevan. Untuk sistem akuntansi akrual
memiliki kelebihan yaitu pencatatan transaksi atas non kas dilakukan sebagai pencatatan transaksi
atas kas dan mengakui pengaruh di masa mendatang atau future efek dari transaksi dan
perubahan kebijakan.

Menurut mardiasmo bahwa dengan basis kas tingkat Efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan program
atau aktivitas tidak dapat diukur dengan baik. Hal ini di karenakan pembebanan pada suatu biaya
ataupun pengakuan suatu pendapatan pada suatu periode tidak mencerminkan keadaan sebenarnya
yang harus dibebankan pada periode tersebut di mana jumlah beban dalam suatu produk tertentu
Tidak menggambarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan pada periode
yang bersangkutan sehingga laporan laba rugi atau surplus devisit nya dan neraca yang dihasilkan
bisa menjadi terlalu terlalu rendah atau terlalu tinggi sehingga tidak dapat menggambarkan kondisi
yang sebenarnya.

Adapun kelemahan sistem akuntansi berbasis kas menurut Ritonga ialah yang pertama informasi
yang lebih kompleks tidak dapat dihasilkan kedua hanya berfokus pada aliran kas dan mengabaikan
aliran sumber daya lain tiga pertanggungjawaban kepada public jadi terbatas hanya pada
penggunaan kas dan tidak pada sumber daya lainnya

Sedangkan untuk sistem akuntansi berbasis akrual menurut mardiasmo dan Ahyani menyatakan
bahwa aplikasi ini pada dasarnya untuk menentukan biaya pelayanan dan harga pelayanan publik
yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan pablik serta
menentukan harga pelayanan yang akan dibebankan kepada public.

Kelebihan dari sistem akuntansi berbasis akrual menurut A Yani ialah satu memberikan ketelitian
dalam penyajian laporan keuangan pemerintah daerah dan memungkinkan untuk melakukan
penilaian secara lengkap terhadap kinerja pemerintah 2 lebih akurat dalam melaporkan nilai aset
kewajiban maupun pembiayaan pemerintah tiga memungkinkan dilakukan cut off atau pemisahan
suatu periode dengan periode yang lain secara lebih sempurna dan menginformasikan nilai nilai
ekonomis yang terkandung dalam suatu periode tertentu 4. Meningkatkan transparansi dalam
pengelolaan keuangan pemerintah dalam rangka akuntabilitas publik.

Akuntansi anggaran ialah teknik akuntansi yang paling berkembang dan banyak digunakan dalam
organisasi sektor publik terutama pemerintah. Tensi anggaran mencatat dan menjadikan akun
operasinya sejajar dengan anggarannya. Teknik akuntansi anggaran dapat membandingkan secara
sistematik dan kontinu jumlah anggaran dengan realisasi anggaran. Utama teknik akuntansi anggaran
ini adalah untuk menekankan peran anggaran dalam siklus perencanaan pengendalian dan
akuntabilitas. Adapun kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah teknik ini sangat kompleks.
Alasan yang melatarbelakangi teknik akuntansi anggaran bahwa anggaran dan Realisasi harus selalu
dibandingkan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi apabila terdapat selisih. Hal ini
mengindikasikan bahwa teknik akuntansi anggaran akan lebih mudah diterapkan jika menggunakan
basis kas. Bentuk penggunaan teknik akuntansi anggaran dalam basis akrual bukanlah merupakan
perkara yang mudah karena akuntansi anggaran masyarakan adanya pencatatan dan penyajian akun
operasinya sejajar dengan anggarannya.

Oleh sebab itu jika sistem akuntansi berbasis akrual maka sistem penganggaran nya menuntut
berbasis akrual juga. Dalam basis akrual pendapatan pemerintah adalah hak pemerintah yang diakui
sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dan belanja pemerintah adalah kewajiban pemerintah
yang diakui sebagai pengurang nilai pendapatan atau kekayaan bersih. Apabila sistem penganggaran
nya masih berbasis kas maka antara anggaran pendapatan belanja dan pembiayaan serta realisasinya
tidak dapat diperbandingkan.

Perkembangan akuntansi berbasis akrual di berbagai negara

Karena terdapat dorongan yang lebih buat dari lembaga-lembaga internasional buat dari lembaga-
lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia untuk mengadopsi akuntansi berbasis akrual
dalam sektor publik. IMF sendiri merupakan lembaga yang paling terdepan dalam mendukung
penerapan akuntansi sektor publik berbasis akrual . Ini mmf memiliki publikasi statistik yang dinamai
government Financial statistik manual yang menyajikan statistik pendapatan dan belanja pemerintah
dalam basis akrual. Bambang widjajarso dalam seminarnya pada 18 Desember 2008 yang berjudul
penerapan basis akrual pada akuntansi pemerintah Indonesia menjelaskan bahwasanya sebuah
kajian pendahuluan menyatakan bahwa hanya Selandia baru dan Inggris yang telah mampu
menerapkan basis akrual. Bahkan Australia menyesal telah menerapkan nya karena ternyata manfaat
yang diberikan dari aplikasi anggaran yang menggunakan basis akrual sangat tidak sebanding. Hal ini
mengindikasikan bahwa untuk menjawab kan akuntansi berbasis akrual diperlukan kerja yang sangat
keras. Di sisi lain 3 anggota Uni Eropa yang telah sukses secara komplit melakukan peralihan ke arah
akuntansi akrual, di Eropa sendiri Reformasi Akuntansi akrual dimulai secara gradual atau berangsur-
angsur sebagai berikut

Pada pemerintah level nasional Proses reformasi telah dimulai pada 6 negara antara lain Spanyol
Inggris Finlandia Swedia Swiss dan Prancis. Pemerintah nasional yaitu Finlandia Spanyol dan Swedia
telah Kompleks melakukan reformasi atau persyaratan legal dan sistem baru. Pada level lokal
reformasi dilakukan pada semua negara dan lima negara telah melakukan reformasi secara komplit
yaitu Finlandia Perancis Belanda Inggris dan Swiss.
Mardiasmo 2009 menjelaskan bahwa negara yang berhasil dalam menerapkan akuntansi akrual
secara penuh adalah Selandia baru yang telah dilakukan sejak tahun 2001. Sistem akuntansi akrual
yang diterapkan oleh di Selandia Baru terbuka memberikan kontribusi yang besar dan menghasilkan
informasi yang lebih komprehensif dibandingkan dengan sistem akuntansi berbasis kas dalam hal
kuantitas dan kualitasnya. Namun beberapa negara juga menunjukkan penerapan basis akuntansi
akrual kurang berhasil seperti italia. Oleh karena itu untuk dapat menerapkan basis akrual dengan
berhasil tidak dapat dilakukan secara radikal akan tetapi meliputi aspek kompetensi sumber daya
manusia yang perlu dipersiapkan serta komitmen dan dukungan politik dari para pengambil
keputusan di pemerintahan mutlak diperlukan agar penerapan akuntansi berbasis akrual secara
penuh dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat yang lebih besar. Selain itu juga faktor
lingkungan sangat berpengaruh yaitu faktor sosiologi masyarakat negara tersebut.

Pro kontra mengadopsi akuntansi akrual dalam sektor publik

Manfaat utama dari sistem akuntansi akrual adalah pendapatan dan belanja pemerintah dapat
dialokasikan secara tepat setiap saat. Dalam hal ini akuntabilitas dapat diimplementasikan secara
lebih baik dengan akuntansi akrual yang mengakui beban pada saat terjadi transaksi dibandingkan
akuntansi kas yang mengakuin beban saat dibayarkan. Di antara organisasi organisasi sektor publik
dan swasta memiliki perbedaan yang mendasar yaitu tujuan organisasinya dan ketidakpastian
lingkungan yang dihadapi Di mana organisasi sektor publik bertujuan tidak untuk mencari laba
melainkan penyediaan pelayanan public dan berhadapan dengan ketidakpastian lingkungan yang
tinggi karena ketergantungan yang tinggi pada oversight body, banyak dan bervariasinya pihak-pihak
yang berkepentingan sehingga nuansa politiknya tinggi serta sasaran organisasi yang sama
mengakibatkan tidak semua praktik sektor swasta yang sukses dapat diadopsi ke sektor publik
termasuk untuk sistem akuntansi nya.

Selain itu terdapat juga sejumlah kritik atas penerapan akuntansi akrual di sektor public. Cakupan
politik meliputi dari masalah teknik seperti penilaian aset sampai ke pertanyaan yang lebih luas
terkait dengan perbedaan kebutuhan akuntansi antara sektor publik dengan sektor swasta dan
akuntabilitas. Disamping itu juga andrew wynne dari Association of Chartered certified accountant
atau AC c a Inggris, mengkritik adanya aplikasi norma-norma akuntansi sektor swasta ke sektor
publik. Winny mempertanyakan Apakah penerapan akuntansi berbasis akrual pada sektor publik
cukup bermanfaat sebagai mana pada sektor swasta.

Akuntansi akrual mendorong beberapa tantangan yang signifikan terhadap manajer sektor publik
karena akuntansi akrual memerlukan estimasi atas nilai aset yang tidak memiliki pasar dan pengaruh
langsung dari program menyebabkan pembayaran di masa mendatang, adalah tidak mudah nya
melakukan penilaian atas Heritage asset, pasir militer dan infrastruktur publik. Serta program-
program seperti dana pensiun yang memiliki konsekuensi dimasa mendatang yang sulit untuk dinilai.

Ini menekankan adanya Kesenjangan antara manfaat teoritis yang telah diklaim untuk menerapkan
akuntansi akrual dengan realita pengalaman terkini yang perlu menjadi pertimbangan utama.
Dikatakan bahwa manfaat penerapan akuntansi akrual yaitu lebih tabel hasil lebih berguna dan dapat
meningkatkan efisiensi masih belum jelas terbukti. Namun biaya atas perubahan atau reformasi ke
akuntansi akrual telah jelas dan signifikan. Oleh karena itu untuk dapat menerapkan basis akrual
dengan berhasil tidak dapat dilakukan secara radikal akan tetapi dilakukan secara gradual atau
bertahap. Pengalaman yang ada membuktikan bahwa hanya sedikit pemerintah yang menerapkan
akuntansi kas atau Acro secara Bandung seringkali menggunakan sistem modifikasian
Akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Indonesia: tinjauan atas PP nomor 71 tahun 2010
tentang standar akuntansi pemerintahan

Sejak diterbitkannya PP nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan yang
ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2010 fasis yang digunakan pada akuntansi pemerintahan di
Indonesia adalah menggunakan basis akrual. Hal ini dinyatakan pada pasal 4 ayat 1 dan 2 PP 71
tahun 2010 yang berbunyi:

“ pemerintah menerapkan sap berbasis akrual”

“ sap berbasis akrual sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dinyatakan dalam bentuk psap”

Lebih lanjut pada ayat 4 dinyatakan bahwa:

“ psap sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tercantum dalam lampiran 1 yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini”

Lampiran 1 yang dimaksud adalah sap berbasis akrual yang terdiri atas kerangka konseptual Dan psap
nomor 1 sampai dengan psap nomor 12. Jelas bahwa berdasarkan Penjelasan diatas cash HP yang
ada pada lampiran 1 PP nomor 71 tahun 2010 adalah sap berbasis akrual. Penerapan basis akrual
terutama untuk pengakuan pendapatan dan belanja sudah merupakan keharusan Segera
dilaksanakan karena telah menjadi ketentuan dalam pasal 36 ayat 1 UU nomor 17 tahun 2003 dan
pasal 7 ayat 2 UU Nomor 1 Tahun 2004. Bahkan kedua undang-undang tersebut menentukan paling
lambat tahun 2008 akuntansi berbasis akrual sudah harus diterapkan tetapi baru di tahun 2010 ke
shp selaku komite independen yang ditunjuk oleh undang-undang untuk menyusun SaP berhasil
menerapkan sap berbasis akrual. Itupun entitas pemerintah masih diperkenankan menggunakan hp
berbasis kas menuju akrual sebagaimana pada PP Nomor 24 tahun 2005 paling lama selama 4 tahun
sejak Peraturan Pemerintah tersebut diundangkan bagi yang belum siap menerapkan sap berbasis
akrual tersebut.

Menurut pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa:

“ sap berbasis akrual adalah SMP yang mengakui pendapatan beban aset utang dan ekuitas ekuitas
dalam pelaporan financial berbasis akrual serta An nafi pendapatan belanja dan pembiayaan dalam
peraturan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN atau APBD”

Pernyataan diatas menunjukkan adanya dua perlakuan terhadap pengakuan pendapatan Serta
adanya dua jenis pelaporan dihasilkan dengan 8 yang berbeda pula. Karena itu perlu Melihat lebih
jauh isi dari kerangka konseptual Dan psap berbasis akrual tersebut.

Pada kerangka konseptual paragraf 42 dinyatakan:

“ basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual untuk
pengakuan pendapatan pada laporan operasional, beban aset kewajiban dan ekuitas.

Kendala-kendala yang dihadapi

Untuk kontes di Indonesia Ritonga (2010) mengatakan bahwa UUD menurut penerapan akuntansi
pemerintahan berbasis akrual baris diperlukan kondisi kondisi yang mendukung sekaligus menjadi
permasalahan yang dihadapi saat ini adalah sebagai berikut:
1. Dukungan sumber daya manusia yang berkompeten dan profesional dalam pengelolaan
keuangan.
2. Dukungan dari pemeriksaan laporan keuangan, karena perubahan basis akuntansi akan
mengubah cara pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa. Perubahan-perubahan ini yang
terjadi harus melalui pertimbangan dari badan pemeriksaan keuangan (BPK).
3. Tersedianya sistem teknologi informasi yang mampu mengakomodasi persyaratan-
persyaratan dan penerapan akuntansi berbasis akrual.
4. Adanya sistem penganggaran basis akrual, karena jika anggaran pendapatan, belanja dan
pembiayaan nya masih berbasis kas sedangkan realisasinya berbasis akrual maka antara
anggaran dan Realisasi nya tidak dapat diperbandingkan.
5. Dari Kendal Kendal di atas memunculkan persyaratan yaitu harus ada komitmen dan
dukungan politik dari para pengambil keputusan dalam pemerintahan, karena upaya
penerapan akuntansi berbasis akrual memerlukan dana yang besar dan waktu yang panjang.

Penganggaran berbasis akrual berarti mengakui dan mencatat anggaran dan Realisasi
Pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh
pada keuangan pemerintah daerah, tanpa memperhatikan pada saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.

Penganggaran berbasis akrual sulit untuk diterapkan paling tidak Blondal (2003), Bagaimana yang
dikutip oleh Boothe (2007), mengatakan ada dua alasan yaitu sebagai berikut:

1. Anggaran akrual diyakini berasal dalam disiplin anggaran. Keputusan politis untuk
membelanjakan uang sebaiknya ditandingkan dengan ketika belanja tersebut dilaporkan
dalam anggaran.
2. Adanya resistensi dari lembaga legislatif untuk mengadopsi penganggaran akrual. Resistensi
ini seringkali akibat dari begitu kompleksnya penganggaran akrual.

Pembahasan konsep dan aplikasi anggaran berbasis akrual sangat rumit dalam lingkungan
pemerintahan, juga diperlukan dukungan SDM yang banyak yang benar-benar berkompeten dan ahli
( memahami) dalam pengelolaan keuangan pemerintahan. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah
(daerah) segera memperbanyak perekrutan akuntan yang berkompeten.

Bab 15
Dilematika full adoption pada akrualisasi sektor publik

A. LATAR BELAKANG

Basis akuntansi yang pertama kali diterapkan di dalam sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia
adalah basis kas modifikasian sebagaimana yang ditetapkan dalam kepmendagri nomor 29 tahun
2002. Namun, seiring dengan ditetapkan PP Nomor 24 tahun 2005 tentang SAP, basis akuntansi yang
dianut oleh SAP pertama di Indonesia tersebut disebut dengan basis akuntansi kas menuju akrual
(Cash toward accrual). Penentuan basis akuntansi yang tepat jadi sangat penting karena berpengaruh
pada alokasi dan pemanfaatan biaya untuk pelayanan publik.

Menurut mardiasmo (2009) basis akuntansi, yang disebut juga dengan sistem akuntansi, dalam
akuntansi sektor publik selama ini mengguna akuntansi berbasis kas. Namun demikian, untuk
meningkatkan kinerja pemerintahan dimulailah penggunaan akuntansi berbasis akrual.

Menurut Simanjuntak (2010), perintah sebenarnya mulai melaksanakan reformasi dalam penerapan
akuntansi di instansi pemerintahan dengan menggunakan basis akrual sejak awal tahun 2000. Ini
ditegaskan dengan diterbitkannya undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara
dalam pasal 35 ayat (1) yang berbunyi:

“ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13,14,15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas”

Inti dari ketentuan di atas bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual dapat dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 tahun, yaitu paling lambat tahun 2008.
Untuk itu, pemerintah menerbitkan PP Nomor 24 tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintah
menerapkan penggunaan basis kas menuju akrual (cash toward accrual), yaitu laporan realisasi
anggaran disusun menggunakan basis kas, sedangkan menyusun neraca menggunakan basis akrual.

Pada praktiknya, akuntansi berbasis akrual tidak mudah diterapkan dalam lingkungan pemerintahan
di Indonesia karena Indonesia telah lama menggunakan akuntansi berbasis kas. Penyesuaian basis
akrual memberikan kerumitan tersendiri bagi instansi sehingga implementasinya tidak dapat segera
diadopsi dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan penetapan akrualisasi telah dicanangkan sejak diterbitkan UU No. 17 tahun 2003, PP No. 24
tahun 2005 hingga PP No. 71 tahun 2010. Setelah melewati beberapa kali perubahan aturan
perundang-undangan, tahun 2015 disepakati sebagai tahun implementasi SAP berbasis akrual secara
penuh pada instansi pemerintahan. Namun, akrualisasi sektor publik, khususnya di pemerintahan,
masih mengalami dilematika tersendiri karena masih banyaknya kendala untuk mengadopsi standar
ini secara penuh.

B. AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

Menurut Mahmudi (2011) dalam pengaplikasiannya akuntansi berbasis akrual memiliki tujuan dalam
penentuan biaya pelayanan (cost of service) penentuan harga atau tarif pelayanan (pricing/charging
for service). Menurut Ritonga akuntansi berbasis akrual memiliki konsep sebagai berikut:

1. Pengakuan pendapatan
Suatu konsep ketika perusahaan mempunyai hak melakukan penagihan atas suatu
transaksi atau kejadian dan yang penting adalah tentang kapan kas benar-benar
diterima.
2. Pengakuan biaya
Pengakuan saat kewajiban sudah terjadi, namun biaya belum dibayarkan, misal
utang usaha yang jatuh tempo.

Mardiasmo (2009) juga menyatakan bahwa akuntansi berbasis akrual dianggap lebih baik daripada
akuntansi berbasis kas karena dianggap laporan keuangan yang disajikan lebih dapat dipercaya, lebih
akurat, lebih komprehensif, dan lebih relevan untuk mengambil keputusan. Kapan akuntansi berbasis
akrual tentu memiliki perbedaan dengan akuntansi berbasis kas yakni (Mardiasmo, 2009):

1. Bagian kas: penerimaan kas- pengeluaran kas= perubahan kas.


2. Bagian akrual: pendapatan (income)- biaya-biaya= rugi/laba (surplus/defisit).
3. Pendapatan (income)= penerimaan kas selama satu periode akuntansi- saldo awal piutang+
saldo akhir piutang.
4. Biaya= cas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi- saldo awal utang+ saldo akhir
utang

Pelaporan akuntansi berbasis akrual untuk memudahkan masyarakat maupun pengguna lainnya
dalam mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah serta hal-hal yang terkait dengan perubahanya,
misalnya dari hal pendanaan, sehingga masyarakat dapat mengetahui ukuran kapasitas pemerintah
yang sebenarnya.

C. PENERAPAN ADOPSI AKUNTANSI AKRUAL SECARA PENUH (FULL ADOPTION)

Menurut Simanjuntak (2010) proses penyusunan standar akuntansi pemerintahan disesuaikan


dengan standar Internasional dan kondisi di Indonesia itu sendiri serta KSAP selaku komite/ hewan
yang memiliki kewenangan dalam penyusunan PSAP mendasari implementasinya pada:

1. International Federation Federation of accountants


2. International accounting standards committee
3. International monetary fund
4. Ikatan akuntan indonesia
5. Financial accounting standards board
6. Governmental accounting standards board
7. Pemerintah Indonesia, lupa peraturan-peraturan di bidang keuangan negara
8. Invasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan keuangan
akuntansi, dan audit pemerintahan.

Penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual masih dengan pertimbangan basis cash
toward acrrual bagi pemerintah pusat dan daerah yang tercantum dalam PP Nomor 24 tahun 2005,
namun standar akuntansi yang disusun oleh PSAP cash toward accrual menjadi PSAP accrual dengan
referensi IPSAS memiliki pertimbangan sebagai berikut:

1. Acuan referensi bertaraf internasional untuk menyusun SAP basis kas menuju akrual
meliputiIPSAS, govermental accounting standards board (GASB), dan government Finance
statistic (GFS.
2. Penerapan SAP berbasis akrual perlu dipahami lebih jauh untuk resistensi dari para
pengguna SAP ( PP Nomor 24 tahun 2005) terhadap perubahan basis akuntansi.
3. Penyusunan SAP berbasis akrual relatif dianggap menjadi lebih mudah karena ada beberapa
bagian dari PSAP berbasis kas menuju akrual (PSAP No. 01, 05, 06, 07, dan 08 dalam PP
24/2005) telah berbasis akrual sehingga hanya sedikit yang memerlukan penyesuaian.
4. Penerapan SAP berbasis akrual yang disusun sesuai pola SAP kas menuju akrual dianggap
lebih mudah bagi para pengguna standar karena disosialisasikan dan para pengguna telah
memiliki pemahaman dan pengalaman terhadap SAP berbasis kas menuju akrual.

Pada tahap implementasi basis akrual secara penuh, pemerintah pusat telah memulainya
sejak tahun 2009 dengan menyajikan informasi akrual untuk pendapatan dan belanja sebagai
pelengkap LRA berbasis kas (Simanjuntak, 2010).

D. Dilematika akrualisasi sektor publik


Menurut Halim dan kusufi (2012) penerapan akuntansi berbasis akrual memiliki manfaat
tersendiri yakni dari segi penerapannya lebih akuntabel Karena pengakuannya pada saat
terjadinya transaksi. Menurut Boothe dalam Halim dan kusufi (2012) mengkritik bahwa
konsep akuntabilitas antara sektor swasta dan sektor publik adalah sektor swasta cenderung
lebih kepada target laba sedangkan sektor publik lebih ke arah pertanggungjawaban politik

Di samping ke kanan atas penerapan standar akuntansi berbasis akrual, Simanjuntak (2010)
juga menyebutkan kendala yang menambah Dilema penerapan naturalisasi sektor publik,
yaitu:
1. Sistem akuntansi dan IT based system
Implementasi akuntansi berbasis akrual sangat rumit sehingga dapat dipastikan
bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan
memerlukan sistem akuntansi dan IT based system yang lebih rumit pula.
2. Komitmen dari pimpinan
Pimpinan yang mendukung merupakan kunci dari keberhasilan suatu perubahan.
Lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja khususnya SKPD penerima dana
dekonsentralisasi/ tugas pembantuan menjadi penyebab kelemahan penyusunan
laporan keuangan pada beberapa Kementerian atau lembaga.
3. Tersedianya SDM yang kompetent
Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tanpa memerlukan SDM yang
menguasai akuntansi pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah
perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan
dan memberikan sistem insentif serta remunerasi yang memadai untuk mencegah
timbulnya praktik korupsi yang terkait akuntansi pemerintahan.
4. Tensi terhadap perubahan
Ada Suatu kondisi dimana ada pihak internal yang sudah terbiasa dengan sistem
lama dan enggan untuk mengikuti perubahan oleh karena itu, perlu disusun berbagai
kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan akuntansi
pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan dengan baik.

Adanya permasalahan mulai dari tekanan hingga tantangan yang harus dihadapi, maka diperlukan
beberapa faktor pendukung untuk meminimalisasi tekanan yang timbul di penerapan adopsi penuh
pada akrualisasi sektor publik itu sendiri yaitu (Ritonga dalam Halim dan kusufi, 2012):
1. Perlunya suatu dukungan dari pihak-pihak yang handal, competent, dan profesional dalam
hal pengelolaan keuangan.
2. Dibutuhkannya dukungan peran pemeriksa laporan keuangan.
3. Tersedianya suatu sistem teknologi informasi Sehingga dalam implementasi akuntansi
berbasis akrual terpenuhi syaratnya.
4. Penganggaran dalam hal pendapatan, belanja, dan pembiayaannya disesuaikan dengan basis
akrual sehingga dapat diperbandingkan jika standar akuntansinya sama.
5. Perlunya dukungan politik dalam pemerintahan untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual
karena tingginya dana yang diperlukan dan lamanya waktu penerapannya.

E. Kelebihan dan kelemahan basis akrual-basis kas


Akuntansi berbasis akrual di suatu organisasi pemerintahan memiliki beberapa manfaat yang
akan diperoleh, yakni sebagai berikut. (Ichsan, tanpa tahun)
1. Sebagai bentuk pelaksanaan konsep pusat pertanggungjawaban ( responsibility
Center).
2. Sebagai suatu peluang untuk menerapkan prinsip cost against revenue.
3. Sebagai suatu pondasi untuk melakukan perhitungan biaya produk atau pelayanan
yang lebih baik.
4. Sebagai suatu sarana perhitungan nilai subsidi yang lebih baik atas setiap produk dan
atau pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat.
5. Sebagai suatu bentuk analisis keekonomisan dan keefisienan pengelolaan keuangan
dapat dilakukan dengan baik.
6. Sebagai upaya peningkatan kualitas pelaporan dan evaluasi keuangan serta kinerja
organisasi pemerintah.
7. Sebagai upaya meningkatkan kualitas standar analisis biaya (SAB) bukan lagi hanya
sekedar standar analisis belanja (SABe)

Menurut Ritonga ( tanpa tahun) dasar dari penggunaan basis akrual yakini adanya kenyataan bahwa
pemerintah diwajibkan membuat neraca dan hal itu hanya dapat dibuat dengan akuntansi berbasis
akrual, sedangkan dari sisi lain masih dibuat dengan akuntansi berbasis kas yakni wajib membuat
pengakuan pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan, download Poran realisasi anggaran. Jika
dibandingkan Lebih detail lagi, standar akuntansi berbasis kas dan standar akuntansi berbasis akrual
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing yang disajikan dalam tabel berikut:

Anda mungkin juga menyukai