Anda di halaman 1dari 23

MEMAHAMI BASIS KAS VERSUS BASIS AKRUAL

PADA AKUNTANSI ANGGARAN

KELOMPOK 3 AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK
Dosen Pengampu: Ibu Hastanti Agustin Rahayu, SE, M.Acc, Ak,
CA, BKP
Anggota Kelompok 3:
Halo!

Azza Rahmatika Faradila Amaliya


Nurjanata Musticha
01 08040220110
02 08040220116

Wina Widiyarti
03 08040220141
Table of Contents:
Wow!

Perjalanan Reformasi Akuntansi Pro-Kontra Mengadopsi Akuntansi


Keuangan Pemerintah di Indoensia Akrual Dalam Sektor Publik

Basis Kas Versus Basis Akrual: Akuntansi Pemerintahan Berbasis


Konsep dan Implementasinya Akrual di Indonesia (PP No. 71
Dalam Akuntansi Anggaran 2010)

Perkembangan Akuntansi Berbasis


Akrual di Berbagai Negara Kendala-Kendala Yang Dihadapi
01
Perjalanan Reformasi
Akuntansi Keuangan
Pemerintah di
Indonesia
Penerapan akuntansi pemerintah di 1. Periode Tahun 1974-1999 (Pra
Indonesia tidak lepas dari perkembangan Reformasi.
sosial politik di Indonesia. Hal ini berimbas 2. Periode Reformasi Awal antara
pada penerapan sistem akuntansi Tahun 2000-2005.
pemerintahan suatu Negara yang 3. Periode Reformasi Lanjutan antara
bergantung pada peraturan perundang-
Tahun 2005-2010.
undangan suatu Negara yang bersangkutan.
4. Periode Penerapan Akuntansi
Dalam perkembangan perjalanan reformasi
akuntansi keuangan pemerintah di Pemerintahan Berbasis Akrual
Indonesia dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu: antara Tahun 2010-sekarang.
Basis Kas Versus Basis
Akrual: Konsep dan
Implementasinya
Dalam Akuntansi
Anggaran
Perbedaan antara akuntansi basis kas dan basis akrual, yaitu:

1. Sistem akuntansi kas adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan dan beban di dalam periode
terjadinya penerimaan dan pembayaran kas atau saat kas diterima dan dibayarkan. Sedangkan sistem
akuntansi akrual adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan pada saat pendapatan tersebut
diperoleh, meskipun kas diterima maupun tidak, dan beban dicatat saat beban tersebut terjadi meskipun kas
dibayarkan atau tidak.

2. Dalam basis kas, pembelian aset tetap seperti pembangunan harus dianggap sebagai beban pada saat
dikeluarkannya sehingga tidak ada alokasi depresiasi selama sisa umur penggunaannya. Sedangkan, dalam
sistem akrual harus diterapkan sistem alokasi yang umumnya dilakukan karena pembebanan biaya,
pengakuan pendapatan, dan mematuhi prinsip time period.

Dapat disimpulkan perbedaan mendasar di antara kedua dasar akuntansi adalah terkait dengan kapan
waktu atau periode suatu transaksi dicatat.

Tetapi, kedua sistem akuntansi tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan ketika diterapkan di sektor
publik, yaitu:
Karakteristik Akuntansi Kas Akuntansi Akrual
Operasionalisasi Relatif sederhana Relatif rumit/kompleks

Hubungannya dengan sistem Relatif kuat Relatif lemah


pendapatan dan anggaran
tradisional
Cakupan transaksi Mencatat hanya transaksi yang Mencatat transaksi non kas yang di
menghasilkan pembayaran dan estimasi dengan baik
penerimaan kas
Waktu Mencatat hanya transaksi yang Mencatat pengaruh estimasi di
terjadi pada periode akuntansi masa mendatang dari transaksi
yang releva saat ini dan perubahan kebijakan
Audit dan pengendalian Relatif sederhana Relatif harus dilakukan
Mardiasmo (2009) menambahkan dengan basis kas, tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan,
program, atau aktivitas lain tidak dapat diukur dengan baik. Karena pembebanan suatu biaya
ataupun pengakuan pendapatan pada suatu periode tidak mencerminkan keadaan sebenarnya yang
harus dibebankan pada periode tersebut, di mana jumlah beban suatu periode tidak
menggambarkan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan, sehingga laporan laba rugi
dan neraca yang dihasilkan bisa menjadi terlalu rendah atau terlalu tinggi sehingga tidak dapat
menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

Sehingga, Ritonga (2010) menyimpulkan tiga kelemahan mendasar sistem akuntansi berbasis kas,
yaitu:
● Informasi yang lebih kompleks tidak dapat dihasilkan.
● Hanya terfokus pada aliran kas dan mengabaikan aliran sumber daya lain.
● Pertanggungjawaban kepada publik jadi terbatas hanya pada penggunaan kas dan tidak pada
sumber daya lainnya.
Tetapi, penerapan dasar akrual dapat memberikan hasil yang kebih baik dan memberikan keutungan sebagai berikut:
• Memberikan ketelitian dalam penyajian laporan keuangan pemerintah daerah dan memungkinkan untuk
melakukan penilaian secara lengkap terhadap kinerja pemerintah.
• Lebih akurat dalam melaporkan nilai aset, kewajiban maupun pembiayaan pemerintah.
• Memungkinkan dilakukan cut-off yaitu pemisahan suatu periode dengan periode yang lain, secara lebih
sempurna dan menginformasikan nilai ekonomis yang terkandung dalam suatu periode tertentu.
• Meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah dalam rangka akuntabilitas tertentu.

Akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang paling berkembang dan banyak digunakan di organisasi sektor
publik. Akuntansi ini mencatat dan menyajikan akun operasinya sejajar dengan anggarannya. Tujuan utamanya ialah
untuk menekankan peran anggaran dalam siklus perencanaan, pengendalian, dan akuntabilitas.

Bukan suatu hal yang mudah untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam sektor publik. Karena akuntansi
anggaran mensyaratkan adanya pencatatan dan penyajian akun operasinya sejajar dengan anggarannya. Oleh
karena itu, jika sistem akuntansinya berbasis akrual, maka sistem penganggarannya menuntut berbasis akrual juga.
Penerapan penganggaran berbasis akrual inilah yang menjadi persyaratan berat dalam implementasi akuntansi
berbasis akrual dalam organisasi pemerintahan.
Perkembangan Akuntansi
Berbasis Akrual di Berbagai
Negara
Terdapat dorongan yang kuat dari lembaga Finlandia, Perancis, Netherland, Inggris, dan
internasional, seperti IMF dan Bank Dunia Swiss. Akuntansi secara tradisional melayani
untuk mengadopsi akuntansi berbasis akrual fungsi kontrol anggaran dalam arti
dalam sektor publik. Pada pemerintah level membandingkan pengeluaran terhadap
nasional, proses reformasi telah dimulai pada 6 anggaran (akuntansi anggaran). Mardiasmo
negara, yakni Spanyol, Inggris, Finlandia, (2009) menambahkan bahwa negara yang
Swedia, Swiss, dan Perancis. Tiga pemerintah berhasil dalam menerapkan akuntansi akrual
nasional yaitu Finlandia, Spanyol, dan Swedia secara penuh adalah Selandia Baru yang telah
telah komplet menyelesaikan reformasi dilakukan sejak tahun 2001. sistem akuntansi
(persyaratan legal, sistem baru). Pada level akrual yang diterapkan Selandia Baru terbukti
lokal, reformasi dilakukan pada semua negara, memberikan kontribusi yang besar dalam
dan di lima negara reformasi telah selesai: menghasilkan informasi yang lebih
komprehensif dibandingkan dengan sistem
akuntansi berbasis kas dalam hal kuantitas dan
kualitasnya.
Pro-Kontra Mengadopsi Akuntansi
Akrual Dalam Sektor Publik
Manfaat utama dari sistem akuntansi akrual adalah pendapatan dan belanja pemerintah
dapat dialokasikan secara tepat setiap saat. Dalam hal ini, akuntabilitas dapat
diimplementasikan secara lebih baik dengan akuntansi akrual yang mengakui beban
pada saat transaksi terjadi.

Di antara organisasi sektor swasta dengan sektor publik memiliki perbedaan yang
mendasar yaitu tujuan organisasi dan ketidakpastian lingkungan yang dihadapi, di mana
dalam sektor publik bertujuan untuk penyediaan pelayanan publik, serta banyak dan
bervariasinya pihak yang berkepentingan sehingga nuansa politik yang tinggi dan
sasaran organisasi yang samar, mengakibatkan tidak semua praktik di sektor swasta
dapat diadopsi ke sektor publik termasuk sistem akuntansinya.
Terdapat sejumlah kritik atas penerapan akuntansi akrual di sektor publik meliputi
masalah teknik seperti penilaian aset, sampai ke pertanyaan yang lebih luas terkait
perbedaan kebutuhan akuntansi antara sektor publik dengan swasta dan akuntabilitas
demokratis.

Perbedaan utama di antara kedua dasar akuntansi yaitu kas dan akrual terletak pada
manipulasi yang bisa dilakukan. Pada basis kas, laporan keuangan dapat dimanipulasi
dengan mengelola waktu transaksi sedangkan dalam akuntansi akrual lingkup manipulasi
adalah melekat di dalam pembentukan estimasi pendapatan dan beban.

Akuntansi akrual mendorong beberapa tantangan yang signifikan terhadap manajer


sektor publik karena akuntansi akrual memerlukan estimasi atas nilai aset yang tidak
memiliki pasar dan pengaruh langsung dari program yang menyebabkan pembayaran di
masa mendatang.
Misalnya tidak mudahnya melakukan penilaian atas:
• Heritage assets (museum, monumen nasional).
• Aset militer.
• Infrastruktur publik (fasilitas transportasi dan kesehatan).

Wynne (2004), mengatakan bahwa manfaat penerapan akuntansi akrual


yaitu lebih akuntabel, aset lebih terkelola, dan dapat meningkatkan
efisiensi, masih belum jelas terbukti. Namun biaya atas perubahan ke
akuntansi akrual telah jelas dan signifikan.

Oleh karena itu, untuk menerapkan basis akrual dengan berhasil harus
dilakukan secara gradual atau bertahap. Mardiasmo (2009) menyarankan
untuk menerapkan basis akrual modifikasian yaitu mencatat transaksi
dengan menggunakan basis kas untuk transaksi tertentu dan menggunakan
basis akrual untuk sebagian besar transaksi.
Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual di
Indonesia (PP Nomor 71
Tahun 2010)
Sejak diterbitkannya PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang diterapkan pada
tanggal 22 Oktober 2010, basis akuntansi yang digunakan pada sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia
adalah menggunakan basis akrual. Hal ini dengan jelas dinyatakan pada Pasal 4 ayat 1 dan 2 PP 71/2010. Penerapan
basis akrual, terutama untuk pengakuan pendapatan dan belanja, sudah merupakan keharusan dan segera
dilaksanakan karena telah menjadi ketentuan dalam Pasal 36 ayat 1 UU Nomor 17 Tahun 2003 dan Pasal 70 ayat 2
UU Nomor 1 Tahun 2004.

Berdasarkan pernyataan pada kerangka konseptual paragraf 42 jelas bahwa basis akrual diterapkan untuk akun
tertentu saja yaitu untuk pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Pendapat ini dipertegas dengan
pernyataan pada paragraf 44 yang berbunyi bahwa “Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis
kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas, namun demikian bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan
berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual”.

Penerapan akuntansi secara penuh pada entitas pemerintahan bukanlah perkara yang mudah. Untuk
menerapkannya perlu beberapa kondisi yang harus dipenuhi. Jangan sampai penerapan akuntansi berbasis akrual
dipaksakan hanya karena telah diamanatkan dalam UU atau merupakan keharusan akibat dorongan dari lembaga
internasional seperti IMF dan Bank Dunia, tanpa mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan organisasi
pemerintahan di Indonesia, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada manfaat yang diperoleh.
Kendala-Kendala
Yang Dihadapi
Penerapan akuntansi berbasis akrual di dalam organisasi sektor publik, terutama pemerintahan,
memiliki kelebihan dan kelemahan. Permasalahan yang muncul juga berbeda antara satu negara
dengan negara yang lain. Untuk di Indonesia, Ritonga (2010:8) mengatakan bahwa untuk
mendukung penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual diperlukan kondisi yang
mendukung, sekaligus menjadi permasalahan yang dihadapi saat ini ialah sebagai berikut:
❖ Dukungan SDM yang berkompeten dan profesional dalam pengelolaan keuangan.
❖ Dukungan dari pemeriksa laporan keuangan, karena perubahan basis akuntansi akan
mengubah cara pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa.
❖ Tersedianya sistem teknologi informasi yang mampu mengakomodasi persyaratan dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual.
❖ Adanya sistem penganggaran berbasis akrual, karena jika anggaran pendapatan, belanja, dan
pembiayaannya masih berbasis kas sedangkan realisasinya berbasis akrual, maka antara
anggaran dan realisasinya tidak dapat diperbandingkan.
❖ Dari kendala di atas muncul persyaratan, yaitu harus ada komitmen dan dukungan politik dari
para pengambil keputusan dalam pemerintahan, karena upaya penerapan akuntansi berbasis
akrual memerlukan dana yang besar dan waktu yang panjang, bahkan lebih panjang daripada
masa periode jabatan presiden, gubernur, bupati, walikota, dan anggota DPR/DPRD.

Penganggaran berbasis akrual berarti mengakui dan mencatat anggaran dan realisasi pendapatan,
belanja, dan pembiayaan pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah daerah, tanpa memperhatikan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Blondal (2003), sebagaimana yang dikutip oleh Boothe (2007), mengatakan ada 2 alasan
mengapa penganggaran berbasis akrual sulit untuk diterapkan, antara lain:
❖ Anggaran akrual diyakini berisiko dalam disiplin anggaran. Keputusan politis untuk
membelanjakan uang sebaiknya ditandingkan dengan ketika belanja tersebut dilaporkan dalam
anggaran. Hanya saja, basis kas yang dapat menyediakannya. Jika sebagian besar proyek
belanja modal, misalnya, dicatat dan dilaporkan pada beban penyusutan, akan berakibat
meningkatkan pengeluaran untuk proyek tersebut.
❖ Adanya resistensi dari lembaga legislatif untuk mengadopsi penganggaran akrual. Resistensi ini
sering kali akibat dari begitu kompleksnya penganggaran akrual. Dalam konteks ini, lembaga
legislatif negara yang menerapkan penganggaran akrual pada umumnya akan memiliki peran
yang lemah dalam proses penganggaran.
THANK YOU FOR
LISTENING

DO YOU HAVE ANY


QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai