PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Basis akuntansi menjadi salah satu prinsip akuntansi yang penting untuk
menentukan kapan transaksi harus dicatat (recorded) dan diakui dalam siklus
akuntansi suatu organisasi. Basis akuntansi yang pertama kali diterapkan
dalam sistem akuntansi pemerintah di Indonesia adalah basis kas modifikasian
sebagaimana yang ditetapkan dalam Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002.
Dalam pelaksanaannya, Kepmendagri No. 29/2002 ini setengah dipaksakan
bagi Pemerintah Daerah untuk menjadi acuan utama dalam pengelolaan
daerah. Seiring dengan ditetapkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP,
basis akuntansi yang dianut oleh SAP pertama di Indonesia adalah basis
akuntansi kas menuju akrual (cash toward accrual). Penentuan basis
akuntansi yang tepat menjadi sangat penting dalam organisasi sektor publik
(terutama pemerintahan), karena berpengaruh pada alokasi anggaran dan
pemanfaatan biaya untuk pelayanan publik dengan anggaran pemerintah yang
terbatas.
Menurut Mardiasmo (2009) dalam Abdul Halim dan Muhammad Syam
Kusufi (2014, 216) basis akuntansi yang disebut dengan sistem akuntansi
dalam akuntansi sektor publik selama ini menggunakan akuntansi berbasis kas
(cash accounting). Namun demikian untuk meningkatkan kinerja
pemerintahan, dimulailah perubahan penggunaan basis akuntansi yang
digunakan dalam pemerintahan, yaitu akuntansi berbasis akrual (accrual
accounting). Hal ini sesuai dengan pemaparan Mahmudi (2011) bahwa
organisasi sektor publik dan non-profit saat ini telah dipacu untuk
menggunakan akuntansi berbasis akrual, karena basis akrual dianggap lebih
mampu menghasilkan informasi keuangan yang lebih baik dan komprehensif
dibandingkan basis kas.
Menurut Simanjuntak (2010) dalam Abdul Halim dan Muhammad Syam
Kusufi (2014, 216), pemerintah sebenarnya mulai merencanakan reformasi
dalam penerapan akuntansi di instansi pemerintah dengan menggunakan basis
akrual sejak awal tahun 2000. Reformasi ini ditegaskan dengan diterbitkannya
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam
pasal 35 ayat (1) yang berbunyi:
“Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13,
14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya
dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan
dan pengukuran berbasis kas”
Inti dari ketentuan UU No. 17/2003 adalah bahwa pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dapat dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam lima tahun, yaitu paling lambat tahun 2008. Untuk
itu pemerintah menerbitkan PP Nomoe 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah yang menerapkan penggunaan basis kas menuju akrual
(cash toward accrual), yaitu laporan realisasi anggaran disusun menggunakan
basis kas, sedangkan penyusunan neraca menggunakan basis akrual.
Pada praktiknya, akuntansi berbasis akrual tidak mudah diterapkan dalam
lingkungan pemerintahan di Indonesia karena pemerintah telah
mempraktikkan akuntansi basis kas selama bertahun-tahun. Penerapan basis
akrual mensyaratkan adanya penyesuaian-penyesuaian yang memberikan
kerumitan tersendiri bagi instansi sehingga implementasinya tidak dapat
segera diadopsi dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Salah satu
tahap penyesuaian ini adalah dengan ditetapkannya aturan perundang-
undangan yang menetapkan basis akuntansi pemerintahan mengarah pada
basis akrual penuh bagi pemerintahan. Peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan penetapan basis akrual telah dicanangkan sejak diterbitkan UU
No. 17/2003, PP No. 24/2005, hingga PP No. 71/2010.
Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat
sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa
selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut
Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan
paling lambat 5 (lima) tahun. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti.
Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, penerapan SAP Berbasis
Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah dapat menerapkan
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun
Anggaran 2010.
Dengan ditetapkannya PP 71 Tahun 2010 tentang SAP ini maka PP 24
Tahun 2005 dinyatakan tidak berlaku lagi. Namun meski sudah dinyatakan
berlaku secara substansial PP 24 Tahun 2005 masih dilaksanakan dalam
rangka proses transisi penyusunan laporan keuangan berbasis Kas Menuju
Akrual kepada penyusunan laporan keuangan berbasis akrual. Substansi PP
24 Tahun 2005 ini dinyatakan dalam Lampiran II PP 71 Tahun 2010 tentang
SAP. Setelah melewati beberapa kali perubahan aturan perundang-undangan,
tahun 2015 disepakati sebagai tahun implementasi SAP Berbasis Akrual
secara penuh pada instansi pemerintahan.
Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diraih Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) terus meningkat dari 3 LKPD (0,65%)
pada tahun 2006 menjadi 411 LKPD (76%) pada tahun 2017. Peningkatan
kualitas LKPD pada 2017 merupakan upaya pemerintah daerah dalam
memperbaiki kelemahan yang terjadi pada tahun 2016. Upaya yang dilakukan
antara lain pemuktahiran data aset tetap, inventaris ulang aset tetap tanah,
gedung, bangunan, serta penyetoran dan pemulihan nilai pertanggungjawaban
belanja barang dan jasa ke kas daerah.
Pada semester I tahun 2018, BPK memeriksa 542 (100%) LKPD tahun
2017. Atas LKPD tersebut, 411 LKPD memperoleh opini WTP, 113 LKPD
mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan 18 LKPD mendapat
opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP). Dari 34 pemerintah provinsi,
sebanyak 33 LKPD (97%) memperoleh opini WTP dan 1 LKPD (3%)
mendapat opini WDP. Dari 415 pemerintah kabupaten, sebanyak 298 LKPD
(72%) mendapat opini WTP dan 99 LKPD (24%) dengan opini WDP.
Sedangkan dari 93 pemerintah kota, sebanyak 80 LKPD (86%) memperoleh
opini WTP dan 13 LKPD (14%) dengan opini WDP.
Sejak 2005 sampai dengan 30 Juni 2018, BPK memberikan 510.514
rekomendasi dengan tujuan membuat pemerintah, BUMN/BUMD dan badan
lainnya lebih tertib, akuntabel, hemat, efisien, dan efektif. Dari seluruh
rekomendasi tersebut, 369.356 rekomendasi (72%) telah ditindaklanjuti sesuai
rekomendasi, di antaranya sebanyak 306.691 (83%) rekomendasi telah
ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah.
Opini BPK sangat penting dalam upaya menilai apakah sektor
pemerintahan daerah sudah siap atau belum dengan adanya adopsi penuh (full
adoption) basis akrual di tahun 2019. Ini berarti bahwa penerapan basis akrual
secara penuh masih mengalami dilematika tersendiri karena masih banyaknya
kendala baik dari segi dana, training SDM, maupun teknologi informasi. Oleh
karena itu, penulis membuat suatu kajian literatir tentang dilematika full
adoption standar akuntansi pemerintah berbasis akrual: analisis dari
multiparadigma.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan PP 71 Tahun 2010 dengan PP 24 Tahun 2005
Ruang Lingkup dan Basis Akuntansi: Laporan keuangan untuk tujuan umum
disusun dan disajikan dengan basis akrual. Pernyataan Standar ini berlaku
untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian,
tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
Komponen – komponen dalam Laporan Keuangan: Komponen-komponen
yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan
pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga
seluruh komponen menjadi sebagai berikut:
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Neraca
4. Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang
hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang
menyusun laporan keuangan konsolidasiannya.
2.3 Penerapan Adopsi Akuntansi Akrual Secara Penuh (Full Adoption) pada
Sektor Pemerintah
Pada modul general ledger & chart of accounts yang disusun oleh Islam
dkk. (2010) disebutkan bahwa implementasi konsep akrual yang diterapkan
saat ini masih gabungan kas dan akrual (cash toward accrual) misalnya
transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dengan basis kas tapi
penyusunan neraca dengan basis akrual. Menurut Simanjuntak (2010) dalam
Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi (2014, 218) proses penyusunan
standar akuntansi pemerintahan disesuaikan dengan standar internasional dan
kondisi di Indonesia itu sendiri serta KSAP selaku komite/dewan yang
memiliki kewenangan dalam penyusunan PSAP mendasari implementasinya
pada:
b. Kelemahan
SAP Basis Akrual SAP Basis Kas
Kelemahan a. Metode basis akrual a. Metode basis kas tidak
digunakan untuk mencerminkan besarnya
pencatatan kas yang tersedia
b. Biaya yang belum b. Akan dapat menurunkan
dibayarkan secara kas akan perhitungan pendapatan
dicatat efektif sebagai bank, karena adanya
biaya sehingga dapat pengakuan pendapatan
mengurangi pendapatan sampai diterimanya uang
perusahaan kas
c. Adanya risiko pendapatan c. Adanya penghapusan
yang tidak tertagih piutang secara langsung
sehingga dapat membuat dan tidak mengenal adanya
mengurangi pendapatan estimasi piutang tidak
perusahaan tertagih
d. Dengan adanya d. Biasanya dipakai oleh
pembentukan cadangan perusahaan yang usahanya
akan dapat mengurangi relatif kecil seperti toko,
pendapatan perusahaan warung, mall (ritel), dan
e. Perusahaan tidak praktik kaum spesialis
mempunyai perkiraan yang seperti dokter, pedagang
tepat kapan kas yang belum informasi, panti pijat (ada
dibayarkan oleh pihak lain sebagian yang memakai
dapat diterima kartu kredit, tetapi kartu
kredit juga dikategorikan
sebagai basis kas
e. Setiap pengeluaran kas
diakui sebagai beban
f. Sulit dalam melakukan
transaksi yang tertunda
pembayarannya, karena
pencatatan diakui pada saat
kas masuk atau keluar
g. Sulit bagi manajemen
untuk menentukan suatu
kebijakan ke depannya
karena selalu berpatokan
pada kas
2.7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penentuan basis akuntansi yang tepat menjadi sangat penting dalam
ranah sektor publik karena berpengaruh pada alokasi anggaran dan
pemanfaatan biaya untuk pelayanan publik dengan anggaran pemerintah yang
sangat terbatas. Standar akuntansi harus memenuhi sistem cost-benefit
dimana cost (biaya) tidak boleh melebihi benefit (manfaat) yang diperoleh.
Sistem akuntansi dalam akuntansi sektor publik selama ini menggunakan
akuntansi berbasis kas (cash accounting). Namun demikian, untuk
meningkatkan kinerja pemerintah dan upaya peningkatan akuntabilitas,
dimulailah perubahan penggunaan basis akuntansi akrual (accrual
accounting) yang diwacanakan akan mulai berlaku pada tahun anggaran
2015. Penerapan metode akuntansi tersebut didasarkan atas pertimbangan
bahwa basis akrual dapat memberikan informasi keuangan yang lebih
lengkap daripada basis lainnya, terutama untuk informasi piutang dan utang
pemerintah. Selain itu, laporan keuangan berbasis akrual juga menyediakan
informasi mengenai kegiatan operasional pemerintah, evaluasi efisiensi dan
efektivitas serta ketaatan terhadap peraturan. Penyesuaian-penyesuaian untuk
menggunakan akuntansi berbasis akrual yang sangat rumit bagi instansi
pemerintah seperti training SDM, dana, dan teknologi informasi
menyebabkan implementasi basis akrual tidak dapat segera diadopsi secara
penuh (full adoption) dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Beberapa
tantangan maupun tekanan reformasi akuntansi menjadi salah satu hal yang
harus dihadapi dalam rangka pengadopsian basis akrual ini. Dari sisi
kelebihan, basis akrual memiliki lebih banyak kelebihan tersebut. Tetapi
sekali lagi, perlu cukup waktu dan persiapan untuk full adoption. Kondisi ini
menimbulkan dilematika dan pada akhirnya memunculkan kelemahan-
kelemahan dari penerapan secara penuh akrualisasi sektor publik di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Halim dan Kusufi. 2014. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan
Keuangan Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.
Ichsan, M. Tanpa tahun. “Basis Akrual Akuntansi Pemerintahan: Pondasi Bagi
Penerapan Akuntansi Biaya”. Artikel (online)
http://www.scoresociety.com/component/content/article/36-tulisan/66-basis-akrual-
akuntansi-pemerintahan. (diakses pada tanggal 18 Juni 2019).
Tanpa Nama. 2017. Tantangan Keberhasilan Akuntansi Berbasis Akrual. Artikel
(Online) https://accounting.binus.ac.id/2017/06/17/tantangan-keberhasilan-
penerapan-akuntansi-berbasis-akrual/ (diakses pada tanggal 18 Juni 2019).
Sari, Elisa. 2015. Setelah 12 Tahun, Pemerintah Mulai Terapkan Pencatatan Akrual.
Artikel (Online). https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150304115623-78-
36596/setelah-12-tahun-pemerintah-mulai-terapkan-pencatatan-akrual (diakses pada
tanggal 18 Juni 2019)
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII Press.
Andayani, Wuryan. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Malang: Bayumedia Publishing.
Sugiyono Ak. 2008. Mengenang Kepmendagri 29-2002 Pengelolaan Keuda. Artikel
(Online) http://keuangan-daerah.blogspot.co.id/2008/02/mengenang-kepmendagri-
29-2002.html?m=1. (diakses pada tanggal 18 Juni 2019).
Fulcra. Pelaporan Keuangan Berbasis Akrual (Accrual Basis) Jurnal (Online).
http://fulcra.asia/pelaporan-keuangan-berbasis-akrual-accrual-basis/. (diakses pada
tanggal 18 Juni 2019).
Siaran Pers. 2019. 5 Temuan Mencengangkan BPK dalam IHPS semester I 2018.
Berita(Online). https://www.merdeka.com/uang/5-temuan-mencengangkan-bpk-
dalam-ihps-semester-i-2018.html . (diakses pada tanggal 18 Juni 2019).
Siaran Pers. 2018. Opini WTP atas LKPD Terus Meningkat.
http://www.bpk.go.id/news/opini-wtp-atas-lkpd-terus-meningkat . (diakses pada
tanggal 18 Juni 2019).
Sakaputra, Ariyaguna. Tanpa Tahun. Akuntansi Akrual dan Penerapannya terhadap
Tata Kelola Keuangan Desa. Artikel (Online) https://kumparan.com/ariyaguna-
sakaputra/akuntansi-akrual-penerapannya-terhadap-tata-kelola-keuangan-desa
(diakses pada tanggal 18 Juni 2019)
Ritonga, Irwan Taufiq. 2010. Akuntansi Pemerintahan Daerah. Yogyakarta: Sekolah
Pascasarjana UGM.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan