Anda di halaman 1dari 8

1.

REGULASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

1.1 Definisi Regulasi Publik


Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam kamus bahasa
indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk
mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus
dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan
dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah,partai politik, yayasan dan lain sebagainya.

1.2 Perkembangan Regulasi Akuntansi Sektor Publik


1.2.1 Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi
Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era pra
Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut :
1. UU 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah
2. PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD. Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi :
 Perbandingan anggaran dan realisasi
 Perbandingan standar dan realisasi
 Target prosentase fisik proyek
3. Kepmendagri No.900-099 tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah. Dalam
sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi diperkenalkan double entry bookkeeping.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang Pelaksanaan APBD.
5. UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
6. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan susunan Perhitungan APBD. Bentuk laporan
perhitungan APBD :
 Perhitungan APBD
 Nota Perhitungan
 Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975)
1.2.2 Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk mengelola
keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik Bentuk Reformasi yang ada meliputi :
1. Penataan peraturan perundang-undangan;
2. Penataan kelembagaan;
3. Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan
4. Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan
Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Kebutuhan atas standar akuntansu sektor publik terus berkembang akibat kedinamisan
regulasi pemerintah. Kedinamisan ini ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah dan
reformasi keuangan.
Otonomi daerah berlaku akibat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah. UU ini menjelaskan bahwa pemerintah melaksanakan otonomi daerah dalam
rangka penyelenggaraan urusan pemeirntah yang lebih efisien, efektif, dan bertanggun jawab.
UU ini mulai berlaku sejak tahun 2001.
Lalu, pemerintah merasa UU Nomor 22 Tahun 1999 tidak lagi sesuai dengan
perkembangan yang ada. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan UU baru, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimabangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-undang di atas menjadikan pedoman pelaksanaan otonomi daerah lebih jelas dan
terperinci, khusunya tentang pengelolaan keuangan daerah dan pertanggungjawaban.
Perubahan undang-undang tersebut merupakan salah satu hal yang signifikan dalam
perkembangan otonomi daerah. Perubahan itu sendiri dilandasi oleh beberapa hal, antara lain :
1. Adanya semangan desentralisasi yang menekankan pada upaya efektivitas dan efisiensi
pengelolaan sumber daya daerah.
2. Adanya semangat tata kelola yang baik (good governance).
3. Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan ( money follows function ) yang
mengatur hak dan kewajiban daerah terkait dengan keuangan daerah.
4. Perlunya penyelarasan dengan paket Undang-undang (UU) Keuangan Negara, yaitu UU Nomor
17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendeharaan
negara, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, serta UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Peraturan perundangan terus bergerak dinamis khususnya Peraturan Pemerintahan (PP)
sebagai turunan berbagai undang-undang di atas, antara lain :
1. PP Nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
2. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
3. PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
4. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
5. PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
6. PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
7. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengeloalaan Keuangan Daerah.
8. PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal.
9. PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai pengganti PP 24 tahun


2005.
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai
pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti dengan aturan-
aturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat maupun
Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada yang berbeda antara PP 71 tahun
2010 ini dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I
merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan dilaksanakan selambat-
lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah
berbasis Kas Menuju Akrual yang hanya berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak
tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan
pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri),
sedangkan Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk
menerapkan SAP Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan lampiran yang
memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa perubahan sedikit pun.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan
untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna
maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan
sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
Secara definisi, sistem akuntansi akrual adalah suatu metode pencatatan transaksi atau
peristiwa dan pengakuan biaya (beban) berdasarkan periode terjadinya peristiwa atau transaksi
tersebut. Sedangkan menurut metode single entry atau cash basis pencatatan dan pengakuan
peristiwa dilakukan saat pembayaran dilakukan.
Dalam sistem akrual, pencatatan biaya depresiasi suatu aset dibebankan ke periode waktu
selama suatu aset tersebut digunakan berdasarkan biaya harga pembelian aset. Sedangkan
menurut sistem akuntansi berbasis kas, biaya pengadaan aset tersebut dibebankan ke periode saat
dilakukan pembayaran atas harga aset.

Isu tentang pentingnya timing dalam pengakuan / recognition suatu transaksi atau
peristiwa ekonomi merupakan hal yang sangat penting dalam lingkungan sstem akrual, sehingga
lebih membantu dalam meningkatan akuntabilitas pengambilan keputusan. Angka-angka
akuntansi berdasarkan sistem akrual dianggap lebih informatif, membawa implikasi yang
signifikan untuk pimpinan daerah dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki.

1.2.3 Implikasinya terhadap Akuntansi Pemerintahan dan Profesi Akuntan Sektor


Publik
Berdasarkan perkembangan regulasi yang mengatur tentang pengelolaan keuangan sektor
pemerinatahan tersebutlah istilah akuntansi menjadi sangat familiar dan menjadi suatu hal yang
wajib diselenggarakan untuk dapat menyusun laporan keuangan negara maupun daerah.
Karenanya kebutuhan aka akuntanpun menjadi suatu hal yang urgen dan harus segera di penuhi
untuk dapat memenuhi amanat Undang-undang tersebut.
Anggaran dan Akuntansi pemerintahpun mengalami banyak perubahan yang berarti, sejak awal
lahirnya akuntansi di sektor pemerintahan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain :
1. Perubahan dari single entry system menjadi double entry system.
2. Perubahan periode tahun anggaran/fiskal menjadi sama dengan tahun kalender, yaitu
yang semula 1 April-31 Maret menjadi 1 Januari-31 Desember
3. Perubahan dari bentuk T account menjadi I account
4. Perubahan dari Balance and Dynamic Budget menjadi Deficit Budget
5. Pembatasan siklus anggaran menjadi 2,5 Tahun
6. Anggaran tahun tunggal menjadi Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
7. Anggaran Traditional menjadi Anggaran Kinerja
8. Dual Budget menjadi Unified Budget, dll

Oleh karena itu untuk dapat memenuhi akuntansi yang sesuai dengan peraturan yang ada
dibutuhkan para akuntan yang paham betul bukan saja tentang akuntansi melainkan juga
memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Para akuntan tersebut
tidak hanya di butuhkan sebagai pelaksana pengelolaan keuangan negara/daerah saja, melainkan
juga sebagai pengawas pelaksanaan pengelolaan keuangan negara/daerah, seperti akuntan di
Badan Pengawas Keuangan (BPK), BPKP, Inspektorat Jenderal, dll. Oleh karenanya kompetensi
dan ketrampilan para akuntan di sektor pemerintahan juga harus selalu ditingkatkan dan
diupgrade dengan perkembangan regulasi yang ada.

2. STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


2.1 Definisi Standar Akuntansi Sektor Publik

Standar akuntansi merupakan pedoman umum atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna
laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktek khusus yang digunakan
untuk mengimplementasikan standar. Untuk memastikan diikutinya prosedur yang telah di
tetapkan., sistem akuntasi sektor publik harus dilengkapi dengan sistem pengendalian intern atas
penerimaan dan pengeluaran dana publik.

Penetapan standar akuntansi sangat diperlukan untuk memberikan jaminan dalam aspek
konsistensi pelaporan keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan
menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi yang
disajikan, inkonsistensi dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan pengauditan.

Akuntansi sektor publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan akuntansi biasa. Karena,
akuntansi biasa belum mencakup pertanggungjawaban kepada masyarakat yang ada di sektor
publik. Ikatan (PSAK). Standar ini tercantum pada PSAK nomor 45 tentang organisasi nirlaba.
Namun, standar ini belum mengakomodasi praktik-praktik lembaga pemerintahan ataupun
organisasi nirlaba yang dimilikinya. Karena itu pemerintah mencoba menyusun suatu Sandar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Standar akuntansi sektor publik juga telah diatur secara Internasional. Organisasi yang
merancang standar ini adalah International Federation of Accountants (IFAC). Mereka membuat
suatu standar akuntansi sektor publik yang disebut Internation Public Sector Accounting
Standars (IPSAS)-Standar Internatsional Akuntansi Sektor Publik. Standar ini menjadi pedoman
bagi perancangan standar akuntansi pemerintahan di setiap Negara di dunia.

Proses penetapan dan pelaksanaan standar akuntansi sektor publik merupakan masalah yang
serius bagi praktek akuntansi, profesi akuntan, dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Pembuatan suatu standar mungkin dapat bermanfaat bagi suatu pihak, namun dapat juga
merugikan bagi pihak lain. Penentuan mekanisme yang terbaik dalam menetapkan keseragaman
standar akuntansi dapat diterima pihak-pihak yang berkepentingan dan bermanfaat bagi
pengembangan akuntansi sektor publik itu sendiri.

Menurut Mardiasmo (Mardiasmo, 2004) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
penetapan standar akuntansi, antara lain :

1. Standar memberikan pedoman tentang infoprmasi yang harus disajikan dalam laporan
posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna
informasi.
2. Standar membrikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan
pengujian secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian dan
integritasnya dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan
kewajaran.
3. Standar memberikan petunjuk tentang data yang perlu disajikan yang berkaitan
dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkann dalam bidang perpajakan,
regulasi ekonomi dan peningkatan efesiensi ekonomi serta tujuan sosial lainnya.
4. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.

2.2 Lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik

Berdasarkan kebutuhan tersebut, pedoman akuntansi ini disusun dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Menyediakan organisasi sector public suatu pedoman akuntansi yang diharapkan dapat
diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan organisasi sector public yang berlaku
dewasa ini

2. Menyediakan organisasi sector public suatu pedoman akuntansi yang dilengkapidengan


klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan sertajurnal standar yang telah disesuaikan
dengan siklus kegiatan organisasi sector public, yang mencangkup penganggaran,
perbendaharaan, dan pelaporannya

2.3 Ragam dan Hubungan Antarstandar Akuntansi Sektor Publik

Secara umum terdapat 4 ragam standar yang mengatur organisasi sector public yaitu:

1) Standar Nomenklatur

2) Standar Akuntansi Sektor Publik

3) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

4) Standar Akuntansi Biaya

Standar Nomenklatur memandu proses perencanaan dan pertanggungjawaban yang terkait


dengan pengkodean aktivitas public atau transaksi publik yang terjadi, serta berbagai barang dan
jasa yang telah dihasilkan.

Sementara itu, standar akuntansi biaya merupakan dasar pengukuran besarnya investasi yang
akan dilakukan. Belanja investasi biasanya dilakukan dalam jumlah yang besar. Karena itu
proses pertanggungjawaban investasi membutuhkan dasar formulasi perhitungan yan lebih rinci
dan pasti.

Standar pada tahap pelaporandan audit mencangkup hubungan yang saling mengaitkan satu sama
lain, karena standar audit memberikan pedoman bagi pelaksanaan audit atas pelaporan sector
public dan standar akuntansi keuangan memberikan pedoman untuk menghasilkan pelaporan
yang memenuhi syarat untuk diaudit. Kedua hal itu sangat menentukan bagi kelangsungan siklus
akuntansi sector public secara keseluruhan.

2.4 Kebutuhan Standar Akuntansi Sektor Publikdi Indonesia

Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik dikembangakan sesuaidengan standar yang


berlaku di tingkat internasional, dengan harapan dapat tercapainya informasi keuangan yang
konsisten dan dapat dibandingkan bagi semua yuridiksi. Walaupun praktek dan aplikasi-aplikasi
prinsip akuntansi serta manajemen keuangan pada entitas sector public dapat terjadi baikpada
entitas dengan level yuridiksi yang sama maupun berbeda. Semuanya tergantung pada kebijakan
dan praktek yang ada.

Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah:

a. Meningkatkan kualitas dan realibilitas laporan akuntansi dan keuanganorganisasi sector


publik, khususnya dalam hal ini organisasi pemerintahan.

b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian.

c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan keuangan.

d. Mengusahakan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar akuntansi yang sama.

Penerapan SAKSP akan menghasilkan system akuntansi dan manajemen keuangan pemerintahan
yang lebih baik, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan mempunyai informasi yang lebih
baik. Sementara itu, peramalan serta penganggaran menjadi lebih terpercaya, sama baiknya
dengan manajemen terhadap sumber daya ekonomis dan kewajiban.

2.5 Standar Akuntansi Pemerintahan

Setelah mengalami proses yang panjang, Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang
telah lama dinantikan oleh berbagai pihak telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Dengan
ditetapkannya PP SAP maka untuk pertama kali Indonesia memiliki standar akuntansi
pemerintahan. Menandai Dimulainya Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan, Wakil
Presiden RI meluncurkan Standar Akuntansi Pemerintahan di Istana Wakil Presiden pada tanggal
6 Juli 2005. Acara ditandai dengan penyerahan Standar Akuntansi Pemerintahan Kepada Ketua
BPK, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Gubernur DKI Jakarta, Bupati Toli-Toli dan
Walikota Pangkal Pinang. Dalam sambutannya Wakil presiden menyatakan keharusan
implementasi SAP bagi pemerintah pusat dan daerah.

Anda mungkin juga menyukai