PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralisasi di mulai
pada era reformasi tahun 1998. Perubahan yang sangat signifikan tersebut juga memberi
dampak pada perubahan manajemen pengelolaan keuangan pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Untuk melaksanakan jalannya pemerintahan dan
pengelolaan keuangan pada pemerintahan daerah, maka pemerintah menerbitkan UU
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sebagai
landasan hukum.
Kemudian untuk mendukung teknis pelaksanaan, pemerintah menindaklanjuti
dengan menerbitkan beberapa peraturan, yaitu antara lain : (1) PP Nomor 104 Tahun
2000 tentang Dana Perimbangan, (2) PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, (3) PP Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman
Daerah, (4) PP Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala
Daerah, (5) Surat Mendagri dan Otoda tanggal 17 Nopember 2000 Nomor 903/2735/SJ
tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2001, dan
(6)
Kepmendagri
Nomor
29
Tahun
2002
tentang
Pedoman
Pengurusan
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui defenisi dan konsep dasar akuntansi pemerintah daerah.
2. Untuk mengetahui persamaan dasar akuntansi pemda dan pencatatan transaksi.
3. Untuk mengetahui siklus akuntansi keuangan daerah.
4. Untuk mengetahui struktur dan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
1. Definisi Dan Konsep Dasar Akuntansi
Akuntansi didefinisikan sebagai sebuah proses identifikasi, pencatatan,
pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran atas semua transaksi dan aktivitas
keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Definisi
tersebut diambil dari Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah yang merupakan acuan dasar dalam pelaksanaan akuntansi
di setiap instansi pemerintahan di Indonesia, termasuk di Pemerintah Daerah dan
satuan kerja di dalamnya.
Proses akuntansi ini akan mengolah semua transaksi dan aktivitas
keuangan yang ada di setiap entitas Pemerintah Daerah. Proses tersebut kemudian
menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan
dalam proses evaluasi dan pengambilan keputusan manajerial yang kemudian
akan mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah pada periode
berikutnya. Jadi, input dari proses akuntansi adalah transaksi dan ouputnya berupa
laporan keuangan. Pihak yang melaksanakan proses akuntansi ini dibagi menjadi
dua entitas, yaitu entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Entitas akuntansi
merupakan satuan kerja yang merupakan pengguna anggaran yang berkewajiban
menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar
akuntansi yang diselenggarakannya untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Dalam hal ini, yang dimaksud entitas akuntansi adalah SKPD dan PPKD.
2. Pembukuan Tunggal (Single Entry) Dan Pembukuan Berpasangan (Double Entry)
Sistem pembukuan tunggal (single-entry system) sering disebut juga
dengan sistem tata buku tunggal atau tata buku saja. Dalam sistem ini pencatatan
transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat secara tunggal (tidak berpasangan).
Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan.
Sementara transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi
pengeluaran.
3
SUMBER-SUMBERNYA
ASET
Sisi Kiri
Sisi Kanan
Sisi Debit
Sisi Kredit
KEWAJIBAN
EKUITAS
Persamaan dasar ini akan mendasari seluruh proses dalam siklus akuntansi, mulai
dari pencatatan transaksi, pengklasifikasian, sampai pada penyusunan laporan
keuangan seperti neraca. Secara garis besar, laporan neraca menyajikan informasi
tentang posisi aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah daerah pada tanggal
tertentu.
Berdasarkan neraca dapat dilihat jumlah kekayaan pemerintah daerah,
sedangkan kewajiban dan ekuitas menunjukkan sumber dana atas kepemilikan
aset atau kekayaan tersebut.
a. Aturan Debit dan Kredit
Aturan debit dan kredit akan membantu dalam mencatat informasi ke
dalam buku besar. Secara ringkas dapat digambarkan kaidah debit-kredit dan
saldo normal dari masing-masing akun yang digunakan dalam pencatatan
transaksi keuangan pemerintah sebagai berikut :
DEBIT
KREDI
SALDO
5
NORMAL
ASET
DEBIT
KEWAJIBAN
KREDIT
EKUITAS
KREDIT
PENDAPATAN-LO/PENDAPATAN-LRA
KREDIT
BEBAN/BELANJA
DEBIT
PEMBIAYAAN PENERIMAAN
KREDIT
PEMBIAYAAN PENGELUARAN
DEBIT
Saldo normal dari suatu akun adalah posisi yang bertambah menurut aturan debit
dan kredit. Sebagai contoh adalah saldo normal dari akun kas adalah saldo debit,
karena suatu aset bertambah dengan mencatat pada posisi debit. Oleh karena itu,
saldo normal adalah pada sisi yang positif.
b. Kodefikasi Akun
Berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP
berbasis akrual pada Pemerintah Daerah, akun dikelompok ke dalam tiga
kelompok akun, sebagai berikut :
1. Akun Neraca
Uraian
Neraca
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan
Belanja
Transfer
Pembiayaan Penerimaan
Pembiayaan Pengeluaran
Laporan Operasional
Pendapatan-LO
6
Beban
Bagan Akun Standar (BAS) untuk pemerintah daerah sesuai lampiran III
Permendagri No. 64 Tahun 2013 terdiri dari 5 level yang terdiri dari kode akun,
kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek.
Panduan penyusunan BAS untuk pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam
Permendagri, diuraikan sebagai berikut :
1. Akun Neraca
Aset, adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan
atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah
maupun masyarakat, serta dapat di ukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Klasifikasi akun aset dapat
dilihat pada tabel berikut :
2. Kewajiban, adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
daerah. Klasifikasi dari akun kewajiban sebagaimana tercantum dalam tabel
berikut:
Tabel 1.5 Kodefikasi Kewajiban
5. Akun Belanja, adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayaran kembali. Klasifikasi akun
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 1.8 Kodefikasi Akun Belanja
9
6. Akun Transfer, Klasifikasi akun transfer sebagaimana tercantum dalam tabel berikut
:
Tabel 1.9 Kodefikasi Akun Transfer
7. Pembiayaan, adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau semua
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran berkenan
maupun pada tahun-tahun berikutnya. Klasifikasi akun pembiayaan sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut :
11
9. Akun Beban, adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi
aset atau timbulnya kewajiban. Klasifikasi akun sebagaimana tercantum dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Kodefikasi Akun Beban
10. Akun Beban Transfer-LO, adalah beban pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Klasifikasi akun sebagai berikut :
Tabel 2.3 Kodefikasi Beban Transfer-LO
11. Akun Beban Non Operasional, merupakan beban yang sifatnya tidak rutin.
Klasifikasi akun sebagai berikut :
Tabel 2.4 Kodefikasi Beban Non Operasional
12
12. Akun Beban Luar Biasa, adalah beban yang terjadi dari kejadian luar biasa.
Klasifikasi akun sebagai berikut :
Tabel 2.5 Kodefikasi Beban Luar Biasa
Adapun urutan langkah-langkah penyusunan laporan keuangan dapat dilihat pada gambar
berikut:
Bagan 1.1 Siklus Akuntansi Pemda
14
15
itu,
SKPD
menyelenggarakan
Sistem
Akuntansi
SKPD
untuk
a. Pada SKPKD disusun RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) -SKPD dan RKAPPKD.
b. RKA-SKPD memuat program/kegiatan yang dilaksanakan oleh PPKD selaku
SKPD;
c. RKA-PPKD digunakan untuk menampung; pendapatan yang berasal dari dana
perimbangan dan pendapatan hibah; belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan,
dan belanja tidak terduga; dan penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan daerah.
Berdasarkan aturan tersebut di atas, sistem akuntansi yang harus diselenggarakan di
SKPKD terdiri dari:
1. Sistem Akuntansi SKPD (SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD), menghasilkan
laporan keuangan SKPD berupa LRA, LO, LPE dan Neraca serta CaLK selaku
SKPD pada umumnya.
2. Sistem Akuntansi PPKD terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi PPKD sebagai BUD, menghasilkan laporan keuangan PPKD berupa
LRA, LO, LPE, dan Neraca, serta CaLK selaku PPKD.
b. Sistem Akuntansi Konsolidator Pemda, menghasilkan laporan keuangan Pemda (laporan
keuangan gabungan) secara lengkap berupa :
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
2. Laporan Perubahan SAL
3. Laporan Operasional (LO),
4. Neraca,
5. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
6. Laporan Arus Kas (LAK), dan
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
F. SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Pada dasarnya siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti siklus akuntansi yang
telah dijelaskan diatas. Perbedaan yang ada adalah pada proses penyusunan laporan
17
keuangan pemda. Setelah menyusun neraca saldo setelah penyesuaian, dapat disusun
laporan perhitungan APBD. Namun demikian, untuk lebih mempermudah
penyusunan laporan keuangan yang lain, yaitu Laporan Perubahan Ekuitas Dana atau
R/K Pemda, laporan Aliran Kas dan Neraca, biasanya terlebih dahulu dilakukan
proses tutup buku dengan membuat jurnal penutup. Kemudian, setelah jurnal penutup
itu diposting, barulah disusun ketiga laporan dimaksud. Selain itu, perlu diketahui
bahwa siklus tersebut didasari pula dengan konsep artikulasi. Sebenarnya, sangat
mungkin dalam lingkup sektor public ini diterapkan konsep nonartikulasi, mulai dari
proses dan siklus akuntansi hingga tersusunnya laporan keuangan.
SISTEM
AKUNTANSI
KEUANGAN
PEMERINTAH
DAERAH
yang
menyelenggarakan
sistem
akuntansi
pemerintahan
daerah.
Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilaksanakan oleh Pejabat
Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD). Sistem
akuntansi pemerintahan daerah secara garis besar terdiri atas empat prosedur
akuntansi, yaitu: prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, selain kas, dan
asset.
kejadian
keuangan,
hingga
pelaporan
keuangan
dalam
rangka
19
7. Bukti Transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah.
8. Nota kredit bank, dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkkan adanya transfer
uang masuk ke rekening kas.
9. Bukti jurnal penerimaan kas, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan penerimaan kas.
10. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
memosting semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal penerimaan kas ke buku
besar untuk setiap rekening aset, kewajiban ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan.
11. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun buku besar untuk
setiap rekening yang dianggap perlu.
12. Laporan yang dihasilkan
Pada SKPD, terdiri atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Neraca
3. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
Pada SKPKD, terdiri atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
20
besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan.
11. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun buku besar untuk
setiap rekening yang dianggap perlu.
12. Laporan yang dihasilkan
Pada SKPD, terdiri atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Neraca
3. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
Pada SKPKD, terdiri atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Neraca
3.
4.
22
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
3. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan
bukti transaksi dan/atau kejadian melakukan pencatatan ke bukti memorial.
4. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan
bukti memorian mencatat ke dalam buku jurnal umum.
5. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD secara
periodik melakukan posting ke buku besar.
6. Setiap akhir periode, semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan SKPD dan/atau SKPKD.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralisasi di
mulai pada era reformasi tahun 1998. Perubahan yang sangat signifikan tersebut
juga memberi dampak pada perubahan manajemen pengelolaan keuangan
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Untuk
melaksanakan
jalannya
pemerintahan
dan
pengelolaan
keuangan
pada
berharap
dalam
penyusunan
makalah
selanjutnya
kami
akan
ini
kontennya
sangant
jauh
dari
kesempurnaan
maka
kami
27
DAFTAR PUSTAKA
28