A. Tinjauan Teoritis
1. Pengelolaan Keuangan Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan bagian dari pengelolaan
keuangan daerah secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, dengan ini memberikan kewenangan yang cukup besar bagi pemerintah
daerah untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
masyarakat. Tujuan utama dari kedua Undang-undang tersebut bukan hanya
keinginan untuk melimpahkan kewenangan pembiayaan dari Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih penting adalah peningkatan efisiensi dan
efektikitas pengelolaan sumber daya keuangan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Semangat desentralisasi,
demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas menjadi sangat dominan dalam
mewarnai proses penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses
pengelolaan keuangan daerah pada khususnya.
Dalam PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
disebutkan bahwa Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam
terhadap
Antara lain adalah kwitansi pembayaran, faktur belanja, daftar penerimaan honor
pegawai, nota bank, bukti pengesahan SPJ, bukti tanda terima barang/jasa, dan lain2.
lain.
Jurnal
Menurut Bastian (2006) jurnal adalah media pencatatan transaksi secara urut waktu
(kronologis). Jurnal dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menampung transaksi beserta
keterangan-keterangan dan kodisi-kondisi yang menyertainya dengan menunjukan rekening
yang harus di debit dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masing-masing. Keberadaan jurnal
dalam siklus akuntansi tidak menggantikan peranan perkiraan dalam mencatat transaksi,
tetapi merupakan sumber utama untuk mencatat ke buku besar suatu perkiraan. Dengan
bantuan jurnal, maka pencatatan ke masing-masing perkiraan akan menjadi lebih mudah,
karena jurnal sudah memisahkan suatu perkiraan dalam debit dan kredit. Penjurnalan dapat
dilakukan pada buku jurnal baik secara harian maupun bulanan sesuai dengan terjadinya
transaksi. Contoh format buku jurnal yang digunakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota,
sebagai berikut:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.........
BUKU JURNAL
SKPD: ..
Tanggal
Halaman:
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
Uraian
Debit
Kredit
Sumber: peraturan menteri dalam negeri republik indonesia nomor 64 tahun 2013
3.
Buku besar
Langkah selanjutnya setelah melakukan jurnal adalah melakukan posting ke buku
besar masing-masing perkiraan. Bastian (2006) mendefenisiskan buku besar sebagai sebuah
buku yang berisi kumpulan rekening atau perkiraan (accounts). Rekening-rekening tersebut
digunakan untuk mencatat secara terpisah aktiva, kewajiban, dan ekuitas, dengan demikian
rekening merupakan kumpulan informasi dalam suatu sistem akuntansi. Buku besar
mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
a
b
c
d
e
Berikut ini adalah format buku besar yang diatur oleh permendagri, yaitu:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.........
BUKU BESAR
SKPD
KODE REKENING
NAMA REKENING
PAGU APBD
Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
Saldo
Sumber: peraturan menteri dalam negeri republik indonesia nomor 64 tahun 2013
3.1 Buku besar pembantu
Halim (2007) mengungkapkan bahwa rekening rekening yang terdapat dalam buku
besar apabila memerlukan rincian maka rincianya akan dibuat dalam buku besar pembantu
atau buku pembantu. Lebih lanjut halim juga mendefinisikan buku pembantu adalah buku
yang digunakan untuk mencatat rincian rekening tertentu yang ada di buku besar. Buku
pembantu bukan merupakan catatan akuntansi permanen. Hal ini disebabkan oleh fungsi
utama buku pembantu, yaitu untuk merinci rekening buku besar. Berikut adalah format buku
besar pembantu.
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.........
KODE REKENING
:(RINCIAN PROYEK)
NAMA REKENING
:(RINCIAN PROYEK)
PAGU APBD
Tanggal
Nomor
Uraian
Ref
Debit
Kredit
Saldo
bukti
Sumber: peraturan menteri dalam negeri republik indonesia nomor 13 tahun 2006
Halaman:
Nama Rekening
Jumlah
Debit
Kredit
Sumber: peraturan menteri dalam negeri republik indonesia nomor 64 tahun 2013
5.
Jurnal penyesuaian
Setelah neraca saldo, tahapan selanjutnya adalah melakukan penyesuaian terhadap
Neraca Lajur
Neraca Lajur (worksheet) disiapkan sebagai alat bantu yang digunakan dalam
proses pembuatan laporan keuangan. Neraca lajur berguna untuk mempermudah proses
pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan secara manual. Penggunaan format neraca
lajur sebagaimana yang dinyatakan pada peraturan menteri dalam negeri republik indonesia
nomor 64 tahun 2013 disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang dimana informasi
minimal yang harus ada diantaranya adalah neraca saldo, jurnal penyesuaian, dan neraca
saldo setelah penyesuaian.
7.
Laporan keuangan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan
terstruktur
bahwa
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. Aset diklasifikasikan ke dalam aset
lancar dan aset nonlancar.
i Aset Lancar
Digolongkan sebagai aset lancar jika diharapkan segera dapat direalisasikan,
dimiliki, dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan. Yang masuk dalam kategori ini adalah kas dan setara kas,
ii
dua,
yaitu
investasi
permanen
Dana Cadangan
Yaitu dana yang
disisihkan
untuk
menampung
kebutuhan
yang
memerlukan dana yang relatif besar yang tidak dapat disediakan dalam
d
Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah. Dalam
pemerintahan kewajiban dapat muncul karena penggunaan pembiayaan pinjaman
untuk menutup defisit anggaran. Pembiayaan pinjaman tersebut dapat berasal dari
masyarakat,
lembaga keuangan,
pemerintah
negara
lain,
atau
dari
lembaga
internasional. Kewajiban juga bisa muncul karena perikatan dengan pegawai yang bekerja
pada pemerintah, misalnya dalam bentuk gaji, tunjangan atau dengan pemberian jasa
lainnya.
Kewajiban dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kewajiban
kewajiban jangka panjang.
i Kewajiban jangka
pendek
adalah
kelompok
kewajiban
yang
harus
diselesaikan dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
ii
pelaporan.
Kewajiban
jangka
panjang adalah
kelompok
kewajiban
yang waktu
pelaporan.
Ekuitas Dana
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah daerah. Ekuitas dana dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu:
laporan keuangan yang meliputi:
7.1 Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu. Neraca ini menyajikan
informasi mengenai posisis keuangan SKPD pada tanggal tertentu, unsur yang dicakup dalam
neraca terdiri dari:
3
Aset
Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah
Ekuitas dana lancar, adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka
pendek.
ii
peraturan perundang-undangan.
7.2 Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang
dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari:
1
Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas dana
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah
dipergunakan
oleh
pemerintah
berisi
daerah
informasi
dan
tentang
informasi
lain
yang diharuskan
dan
Sehubugan dengan itu ketentuan mengenai CALK juga diungkapkan oleh herman et
al (2014) yang mengacu pada heckert dan Wilson (1963) dengan mengatakan bahwa apa
yang harus dimasukan kedalam CALK adalah segala sesuatu yang menjadi kepentingan atau
perhatian masyarakat luas dan harus ditekankan atau dikedepankan. Oleh karna laporan
keuangan pemerintah ini merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada
masyarakat maka sudah seharusnya pengungkapan dilakukan dengan transparan.
8. Jurnal Penutup
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah
Daerah, Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal
(temporary) menjadi nol pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan
yang digunakan untuk laporan realisasi anggaran, yaitu pendapatan dan belanja. Jurnal
penutup diperlukan agar semua perkiraan yang bersifat nominal tidak ikut atau tidak
terbawa pada periode berikutnya, sehingga saldo perkiraan tersebut perlu dinihilkan.
Pada dasarnya, jurnal penutup adalah mendebetkan perkiraan yang bersaldo kredit dan
mengkreditkan perkiraan yang bersaldo debit dan selisihnya merupakan surplus atau defisit.
Jurnal penutup akan mempengaruhi nilai SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) di neraca
menjadi jumlah yang benar.
9. Jurnal Balik
Martani et al (2012) mengungkapkan beberapa transaksi yang dibayarkan pada
periode berikutnya sering kali terkait dengan transaksi yang diakui pada periode sebelumnya,
bila pencatatan tidak dilakukan dengan baik hal ini tentu akan menimbulkan ketidaktepatan,
untuk mengurangi resiko tersebut maka ditawarkan solusi yang sifatnya opsional yaitu
dengan membuat jurnal balik.
Sejalan dengan itu Soemarso (2009) mendefenisikan jurnal balik adalah jurnal yang
dibuat pada awal suatu periode akuntansi untuk membalik jurnal penyesuaian tertentu yang
dibuat periode sebelumnya dan jurnal balik bukan merupakan suatu keharusan.