Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengelolaan Keuangan Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan bagian dari pengelolaan
keuangan daerah secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, dengan ini memberikan kewenangan yang cukup besar bagi pemerintah
daerah untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
masyarakat. Tujuan utama dari kedua Undang-undang tersebut bukan hanya
keinginan untuk melimpahkan kewenangan pembiayaan dari Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih penting adalah peningkatan efisiensi dan
efektikitas pengelolaan sumber daya keuangan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Semangat desentralisasi,
demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas menjadi sangat dominan dalam
mewarnai proses penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses
pengelolaan keuangan daerah pada khususnya.
Dalam PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
disebutkan bahwa Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam

rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang


termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut, dengan ruang lingkup sebagai berikut:
a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman;
b. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan daerah;
d. Pengeluaran daerah;
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
Selanjutnya dalam PP Nomor 58 tahun 2005 juga dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan daerah. Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat
pada peraturan peruandang-undangan, efisien, ekonomis, efektif transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatuhan, dan manfaat
untuk masyarakat. Terwujudnya pelaksanaan desentralisasi fiskal secara efektif dan
efisisen, salah satunya tergantung pada pengelolaan keuangan daerah.

Berdasarkan kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13


Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan
daerah tak lagi bertumpu atau mengandalkan Bagian Keuangan Sekretariat Daerah
(Setda) Kabupaten/Kota saja. Tapi, dalam Permendagri itu juga disebutkan, setiap
Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) kini wajib menyusun dan melaporkan posisi
keuangannya, yang kemudian dikoordinasikan dengan Bagian Keuangan
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu laporan keuangan yang
handal dan dipercaya agar dapat menggambarkan sumber daya keuangan daerah
berikut dengan analisis prestasi pengelolaan sumber daya keuangan daerah itu
sendiri. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah serangkaian prosedur yang
dimulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan
pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang
dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan aplikasi komputer.
Oleh karena itulah sistem akuntansi menjadi suatu tuntutan sekaligus kebutuhan
bagi tiap Pemerintah Daerah.

2. Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD


Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun 2006 (pasal 241
sampai dengan pasal 258) mengatur prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran
kas, dan aset pada SKPD yang meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas,
pengeluaran kas, dan atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi dan
penyusutan

terhadap

aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau


dengan menggunakan aplikasi komputer.
Sedangkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun
2006 (pasal 259 sampai dengan pasal 264) mengatur prosedur akuntansi selain kas
pada SKPD yang meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran,
sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau
kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan
aplikasi komputer.
Kegiatan akuntansi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) meliputi
pencatatan atas pendapatan, belanja, aset, dan selain kas. Proses tersebut
dilakukan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD berdasarkan dokumendokumen sumber yang diserahkan oleh bendahara.

3. Proses Penyusunan Laporan Keuangan pada SKPD


Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah
ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas
pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Proses akuntansi dapat dijelaskan secara rinci melalui Accounting Cycle. Accounting
Cycle adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam sistem akuntansi. Lita Epstein (2011) dalam
Herman et al (2014) menyebut proses akuntansi sebagai suatu siklus yang bermula dari step
pertama dan kembali lagi ke step awal disebut sebagai The eight steps of the accounting
cycle. Step tersebut dimulai dari Transaksi, Jurnal, Posting ke Buku Besar, Neraca Saldo,
Neraca Lajur, Jurnal Penyesuaian, Laporan Keuangan, dan Jurnal Penutup.

Selanjutnya Halim (2007) menyatakan akuntansi disamping merupakan sistem, juga


merupakan siklus. Artinya, akuntansi terdiri atas tahap-tahap tertentu, dan setelah selesainya
tahap-tahap tersebut, kegiatan terulang kembali sesuai dengan urutan tersebut. Tahap-tahap
yang terdapat dalam siklus akuntansi adalah analisis transaksi, jurnal, posting, neraca saldo,
penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian, laporan keuangan, penutupan, dan neraca
saldo setelah penutupan.
1. Analisis transaksi
Analisis transaksi merupakan kegiatan yang dilakukan pertama kali dalam suatu
siklus akuntansi. Setiap transaksi keuangan yang dilakukan akan memunculkan bukti
transaksi, bukti transaksi tersebut harus dianalisis sebelum dilakukan pencatatan dalam jurnal
umum yang selanjutnya dari analisis ini akan menghasilkan informasi keuangan diakhir tahap
siklus akuntansi. Transaksi ini biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen.
Menurut Soemarso (2009) bukti transaksi adalah dokumen yang berisi data
transaksi untuk kebutuhan pencatatan keuangan. Sedangkan menurut Suhanda (2007)
dalam Fauziah (2011) dokumen atau bukti transaksi adalah formulir-formulir yang
digunakan sebagai tanda bukti terjadinya suatu transaksi atau adanya suatu peristiwa
keuangan yang menjadi dasar pencatatan dalam akuntansi. Lebih lanjut Suhanda (2007)
dalam Fauziah (2011) juga menyebutkan dokumen yang terkait dengan pendapatan,
diantaranya adalah:
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)


Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)
Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)
Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB)
Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)
Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD)
Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)
Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar (SKRDLB)
Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD)
Kas pada bendahara pengeluaran
Selanjutnya dokumen yang terkait dengan kas pada bendahara pengeluaran dan

belanja menurut Suhanda (2007) antara lain adalah:


a
b
c
d
e

Surat Penyediaan Dana (SPD)


Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Surat Perintah Membayar (SPM)
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
Bukti pengeluaran lainnya

Antara lain adalah kwitansi pembayaran, faktur belanja, daftar penerimaan honor
pegawai, nota bank, bukti pengesahan SPJ, bukti tanda terima barang/jasa, dan lain2.

lain.
Jurnal
Menurut Bastian (2006) jurnal adalah media pencatatan transaksi secara urut waktu

(kronologis). Jurnal dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menampung transaksi beserta
keterangan-keterangan dan kodisi-kondisi yang menyertainya dengan menunjukan rekening
yang harus di debit dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masing-masing. Keberadaan jurnal
dalam siklus akuntansi tidak menggantikan peranan perkiraan dalam mencatat transaksi,
tetapi merupakan sumber utama untuk mencatat ke buku besar suatu perkiraan. Dengan
bantuan jurnal, maka pencatatan ke masing-masing perkiraan akan menjadi lebih mudah,
karena jurnal sudah memisahkan suatu perkiraan dalam debit dan kredit. Penjurnalan dapat
dilakukan pada buku jurnal baik secara harian maupun bulanan sesuai dengan terjadinya
transaksi. Contoh format buku jurnal yang digunakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota,
sebagai berikut:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.........
BUKU JURNAL
SKPD: ..
Tanggal

Halaman:
Nomor

Kode

Bukti

Rekening

Uraian

Debit

Kredit

Sumber: peraturan menteri dalam negeri republik indonesia nomor 64 tahun 2013

3.

Buku besar
Langkah selanjutnya setelah melakukan jurnal adalah melakukan posting ke buku

besar masing-masing perkiraan. Bastian (2006) mendefenisiskan buku besar sebagai sebuah
buku yang berisi kumpulan rekening atau perkiraan (accounts). Rekening-rekening tersebut
digunakan untuk mencatat secara terpisah aktiva, kewajiban, dan ekuitas, dengan demikian
rekening merupakan kumpulan informasi dalam suatu sistem akuntansi. Buku besar
mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
a

Untuk mencatat semua transaksi akuntansi secara akurat dan benar.

b
c
d
e

Untuk memposting transaksi-transaksi ke akun yang tepat


Untuk menjaga keseimbangan debit dan kredit pada akun
Untuk mengakomodasi entry jurnal penyesuaian yang dibutuhkan
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan tepat waktu untuk
setiap periode akuntansi.

Berikut ini adalah format buku besar yang diatur oleh permendagri, yaitu:

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.........
BUKU BESAR
SKPD

KODE REKENING

NAMA REKENING

PAGU APBD

PAGU PERUBAHAN APBD

Tanggal

Uraian

Ref

Debit

Kredit

Saldo

Sumber: peraturan menteri dalam negeri republik indonesia nomor 64 tahun 2013
3.1 Buku besar pembantu
Halim (2007) mengungkapkan bahwa rekening rekening yang terdapat dalam buku
besar apabila memerlukan rincian maka rincianya akan dibuat dalam buku besar pembantu
atau buku pembantu. Lebih lanjut halim juga mendefinisikan buku pembantu adalah buku
yang digunakan untuk mencatat rincian rekening tertentu yang ada di buku besar. Buku
pembantu bukan merupakan catatan akuntansi permanen. Hal ini disebabkan oleh fungsi
utama buku pembantu, yaitu untuk merinci rekening buku besar. Berikut adalah format buku
besar pembantu.

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.........

BUKU BESAR PEMBANTU


SKPD

KODE REKENING

:(RINCIAN PROYEK)

NAMA REKENING

:(RINCIAN PROYEK)

PAGU APBD

PAGU PERUBAHAN APBD

Tanggal

Nomor

Uraian

Ref

Debit

Kredit

Saldo

bukti

Sumber: peraturan menteri dalam negeri republik indonesia nomor 13 tahun 2006

4. Neraca Saldo dan Daftar Saldo Buku Pembantu


4.1 Neraca Saldo
Pada akhir periode akuntansi disusun neraca saldo. Neraca saldo adalah daftar yang
berisi kumpulan seluruh rekening/perkiraan buku besar beserta saldo yang menyertainya.
Neraca Saldo biasanya disiapkan pada akhir periode atau juga disiapkan kapan saja untuk
memastikan keseimbangan buku besar.
Halim (2007) menyatakan bahwa Neraca saldo disusun untuk memastikan bahwa
buku besar secara sistematis adalah akurat dengan pengertian bahwa jumlah saldo-saldo
debet selalu sama dengan saldo-saldo kredit. Namun keseimbangan bukan berarti catatancatatan akuntansi benar-benar akurat. Untuk menyiapkan neraca saldo, saldo tiap perkiraan
harus ditentukan terlebih dahulu. Format neraca saldo yang sudah diatur dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.........
NERACA SALDO PER TANGGAL
SKPD: ..
Kode rekening

Halaman:
Nama Rekening

Jumlah
Debit

Kredit

Sumber: peraturan menteri dalam negeri republik indonesia nomor 64 tahun 2013

4.2 Daftar Saldo Buku Pembantu


Mengikuti penelitian sebelumnya yang menyajikan daftar saldo buku pembantu dalam
penelitian, peneliti juga mencoba untuk mendapatkan data mengenai daftar saldo buku
pembantu. Fess et al (1990) dalam Herman et al (2014)menjelaskan tentang daftar saldo buku
pembantu sebagai berikut:
when subsidiary ledgers are used, each subsidiary ledger is represented in the
general ledger by a summarizing account, called a controlling account. The sum of
the balances of the accounts in a subsidiary ledger of the accounts in a subsidiary
ledger must agree with the balance of the related controlling account
Contoh dari daftar saldo buku pembantu yang disajikan oleh Fess et al (1990) dalam
Herman et al (2014) dapat dilihat pada gambar
Contoh Daftar Saldo Buku Pembantu

5.

Jurnal penyesuaian
Setelah neraca saldo, tahapan selanjutnya adalah melakukan penyesuaian terhadap

perkiraan-perkiraan tertentu dengan membuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian adalah


jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo rekening-rekening ke saldo yang sebenarnya
sampai dengan akhir periode akuntansi, atau untuk memisahkan antara pendapatan dan beban
dari suatu periode dengan periode lain. Disamping itu, jurnal penyesuaian juga diperlukan
untuk penyesuaian terhadap transaksi transaksi non kas pada akhir tahun anggaran.

Sehubungan dengan itu, jurnal penyesuaian dapat dilakukan diantaranya pada


pemakaian aktiva tetap seperti tanah, gedung, kendaraan dan sebagainya yang pada saat
perolehan dicatat sebesar harga pokok dan selama pemakaian mengalami penurunan nilai
atau penyusutan. Penurunan nilai ini merupakan biaya sehingga dalam prakteknya perlu
dilakukan penyesuaian karna tentunya nilainya tidak sebesar harga perolehan lagi. Salah satu
contoh dari jurnal penyesuaian dapat dilihat pada gambar

Sumber: Abdul Halim (2007)


6.

Neraca Lajur
Neraca Lajur (worksheet) disiapkan sebagai alat bantu yang digunakan dalam

proses pembuatan laporan keuangan. Neraca lajur berguna untuk mempermudah proses
pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan secara manual. Penggunaan format neraca
lajur sebagaimana yang dinyatakan pada peraturan menteri dalam negeri republik indonesia
nomor 64 tahun 2013 disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang dimana informasi
minimal yang harus ada diantaranya adalah neraca saldo, jurnal penyesuaian, dan neraca
saldo setelah penyesuaian.
7.

Laporan keuangan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan, disebutkan bahwa laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi


yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan
untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan

efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan
terstruktur

pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen,

transparansi, dan keseimbangan antar generasi.


Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 (pasal 265)
diketahui

bahwa

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun maupun

masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. Aset diklasifikasikan ke dalam aset
lancar dan aset nonlancar.
i Aset Lancar
Digolongkan sebagai aset lancar jika diharapkan segera dapat direalisasikan,
dimiliki, dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan. Yang masuk dalam kategori ini adalah kas dan setara kas,
ii

investasi jangka pendek, piutang dan persediaan.


Aset nonlancar
Merupakan aset-aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kategori aset
lancar, yang mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak
berwujud yang digunakan langsung maupun tidak langsung oleh pemerintah
daerah maupun masyarakat, terdiri dari:
a Investasi Jangka Panjang
Yaitu investasi untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan/atau sosial untuk
periode lebih dari satu periode akuntansi. Investasi ini dapat digolongkan
menjadi

dua,

yaitu

investasi

permanen

misalnya penyertaan modal

pemerintah, dan investasi non permanen misalnya investasi dalam Surat


b

Utang Negara (SUN) dan penyertaan modal dalam proyek pembangunan.


Aset Tetap
Misalnya tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi
dan jaringan, serta konstruksi dalam pengerjaan.

Dana Cadangan
Yaitu dana yang

disisihkan

untuk

menampung

kebutuhan

yang

memerlukan dana yang relatif besar yang tidak dapat disediakan dalam
d

satu tahun anggaran.


Aset Lainya
Misalnya aset kerja sama (kemitraan), termasuk di dalamnya aset tidak
berwujud.

Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah. Dalam
pemerintahan kewajiban dapat muncul karena penggunaan pembiayaan pinjaman
untuk menutup defisit anggaran. Pembiayaan pinjaman tersebut dapat berasal dari
masyarakat,

lembaga keuangan,

pemerintah

negara

lain,

atau

dari

lembaga

internasional. Kewajiban juga bisa muncul karena perikatan dengan pegawai yang bekerja
pada pemerintah, misalnya dalam bentuk gaji, tunjangan atau dengan pemberian jasa
lainnya.
Kewajiban dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kewajiban
kewajiban jangka panjang.
i Kewajiban jangka

pendek

adalah

kelompok

jangka pendek dan

kewajiban

yang

harus

diselesaikan dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
ii

pelaporan.
Kewajiban

jangka

panjang adalah

kelompok

kewajiban

yang waktu

penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal


2

pelaporan.
Ekuitas Dana
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah daerah. Ekuitas dana dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu:
laporan keuangan yang meliputi:

7.1 Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu. Neraca ini menyajikan
informasi mengenai posisis keuangan SKPD pada tanggal tertentu, unsur yang dicakup dalam
neraca terdiri dari:
3

Aset
Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah
Ekuitas dana lancar, adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka
pendek.

Ekuitas dana investasi, mencerminkan kekayaan pemerintah daerah yang


tertanam dalam aset nonlancar selain dana cadangan, dikurangi dengan

ii

kewajiban jangka panjang.


Ekuitas dana cadangan, mencerminkan kekayaan pemerintah daerah yang
dicadangkan untuk

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.
7.2 Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang
dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari:
1

Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas dana
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah

daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.


Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas dana
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.


Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah
daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran.
Format dari laporan realisasi anggaran ini dapat dilihat pada gambar berikut:

7.3 Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan SKPD meliputi penjelasan naratif atau rincian
dari angka yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran dan neraca. Catatan atas
Laporan

Keuangan SKPD juga

dipergunakan

oleh

pemerintah

berisi
daerah

informasi
dan

tentang

informasi

kebijakan akuntansi yang

lain

yang diharuskan

dan

dianjurkan, serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian


laporan keuangan secara wajar. Berikut ini merupakan contoh format catatan atas laporan
keuangan SKPD:

Sehubugan dengan itu ketentuan mengenai CALK juga diungkapkan oleh herman et
al (2014) yang mengacu pada heckert dan Wilson (1963) dengan mengatakan bahwa apa
yang harus dimasukan kedalam CALK adalah segala sesuatu yang menjadi kepentingan atau
perhatian masyarakat luas dan harus ditekankan atau dikedepankan. Oleh karna laporan
keuangan pemerintah ini merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada
masyarakat maka sudah seharusnya pengungkapan dilakukan dengan transparan.

8. Jurnal Penutup

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah
Daerah, Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal
(temporary) menjadi nol pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan
yang digunakan untuk laporan realisasi anggaran, yaitu pendapatan dan belanja. Jurnal
penutup diperlukan agar semua perkiraan yang bersifat nominal tidak ikut atau tidak
terbawa pada periode berikutnya, sehingga saldo perkiraan tersebut perlu dinihilkan.
Pada dasarnya, jurnal penutup adalah mendebetkan perkiraan yang bersaldo kredit dan
mengkreditkan perkiraan yang bersaldo debit dan selisihnya merupakan surplus atau defisit.
Jurnal penutup akan mempengaruhi nilai SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) di neraca
menjadi jumlah yang benar.

9. Jurnal Balik
Martani et al (2012) mengungkapkan beberapa transaksi yang dibayarkan pada
periode berikutnya sering kali terkait dengan transaksi yang diakui pada periode sebelumnya,
bila pencatatan tidak dilakukan dengan baik hal ini tentu akan menimbulkan ketidaktepatan,
untuk mengurangi resiko tersebut maka ditawarkan solusi yang sifatnya opsional yaitu
dengan membuat jurnal balik.
Sejalan dengan itu Soemarso (2009) mendefenisikan jurnal balik adalah jurnal yang
dibuat pada awal suatu periode akuntansi untuk membalik jurnal penyesuaian tertentu yang
dibuat periode sebelumnya dan jurnal balik bukan merupakan suatu keharusan.

Anda mungkin juga menyukai