Anda di halaman 1dari 5

TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Total quality manajemen (TQM) berasal dari kata


 “Total” yang berarti keseluruhan atau terpadu
 “Quality” yang berarti mutu, dan
 “Management” diartikan dengan pengelolaan.
Manajemen didefinisikan sebagai proses planning, organizing, staffing, dan
controlling terhadap seluruh kegiatan dalam organisasi. Dalam pengertian
mengenai organisasi Total Quality Manajemen, penekanan utama adalah
pada mutu yang didefinisikan dengan mengerjakan segala sesuatu
dengan baik sejak dari awalnya dengan tujuan untuk memenuhi
kepuasan pelanggan. Hal inilah yang melatar belakangi konsep zero defect.
Kesalahan atau cacat (defect) hanya akan terjadi bila sejak dari proses awal tidak
ditekankan masalah mutu. Selain itu, perusahaan harus membayar mahal bila
produk atau jasanya tidak laku karena tidak dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan atau tidak berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Konsep zero defect adalah do it right in the first time

Total quality management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam


menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja,
proses dan lingkungan

Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara


terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global
adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk
menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan
berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan
lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-
komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan
TQM.
Dengan melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus maka perusahaan
dapat meningkatkan labanya melalui dua rute, yaitu:

 Rute pasar. Perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingan


sehingga pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya lebih tinggi.
Kedua hal ini mengarah kepada penghasilan sehingga laba yang diperoleh
Juga semakin besar.

 Perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari


kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan
biaya operasi perusahaan berkurang. Dengan demikian laba yang
diperoleh akan meningkat.

konsep TQM lebih merupakan sikap dan perilaku berdasarkan kepuasan


atas pekerjaannya dan kerja tim atau kelompoknya. TQM menghendaki
komitmen dari manajemen sebagai pemimpin organisasi dimana komitmen ini
harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan dalam semua level atau
departemen dalam organisasi. TQM bukan merupakan program atau

sistem, tapi merupakan budaya yang harus dibangun, dipertahankan, dan


ditingkatkan oleh seluruh anggota organisasi atau perusahaan bila organisasi
atau perusahaan tersebut berorientasi pada mutu dan menjadikan mutu
sebagai way of life.
Pengendalian, sistem, dan teknik-teknik sangat diperlukan dalam
penerapan TQM, tetapi semuanya itu bukan merupakan kebutuhan utama.
Yang terpenting dalam penerapan TQM adalah keterlibatan secara
menyeluruh setiap orang dalam organisasi atau perusahaan tersebut
untuk mengubah budaya (culture) yang lama menjadi budaya baru.
Perubahan tersebut antara lain:
1. Dari kerahasiaan atau sesuatu yang bersifat selentingan menjadi komunikasi
terbuka antar seluruh anggota organisasi atau perusahaan.Dengan keterbukaan
maka kerjasama akan terwujud, dan dengan keterbukaan, maka kesalahpahaman
dapat segera teratasi.
2. Dari pengendalian menjadi pemberdayaan. Karyawan tidak mau kalau
secaraterus menerus dimonitor. Mereka ingin selalu dilibatkan, diajak
berdiskusi,dan berpendapat. Mereka juga harus diserahi tanggung jawab yang
sesuai serta mendapatkan kesempatan untuk berkembang dan
mendapatpenghargaan atas prestasi yang diraih.
3. Dari inspeksi menjadi pencegahan. Inspeksi adalah pemeriksaan terhadap
barang atau produk jadi setelah keluar dari proses produksi. Sehingga bila ada
produk yang cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi pelanggan, akan dibuang
atau diadakan pengerjaan ulang.Hal inilah yang membuat perusahaan harus
membayar mahal. Dalam TQM tidak ada lagi istilah inspeksi, melainkan
pencegahan. Artinya,sejak dari perencanaan produk. Proses produksi hingga
menjadi produk akhir menghasilkan cacat atau kesalahan nol (zero defect).
4. Dari fokus internal dan fokus eksternal, fokus internal adalah perhatian
perusahaan atau organisasi pada kemampuan yang dimiliki saja,sehingga proses
produksi dilaksanakan berdasarkan kemampuan tanpa memperhatikan
permintaan pelanggan (push system) sedangkan TQM menganggap bahwa cara
berproduksi seperti ini adalah pemborosan. TQM lebih memfokuskan pada
kebutuhan dan harapan pelanggan (eksternal fokus) sehingga melaksanakan
proses produksi tarik (pull system).
5. Dari biaya dan penjualan menjadi kesesuaian terhadap mutu. Semula,
perusahaan atau organisasi hanya memperhatikan masalah biaya dan waktu
produksi. Namun kondisi tersebut kemudian berubah menjadi mutu produk yang
menjadi orientasinya.
Mutu produk yang dimaksud di sini adalah dengan memperhatikan
kebutuhan dan harapan pelanggan.
Barang atau jasa dikatakan bermutu bila mampu mengurangi biaya (cost
reduction), menghilangkan pemborosan (eliminating waste),
menyampaikan secara tepat waktu (faster delivery), dan menjual dengan
harga rendah ( lower price). Apabila hal tersebut tercapai, maka profit
meningkat.
6. Dari stabilitas menjadi perubahan dan perbaikan secara terus menerus. Kondisi
yang tidak berubah bukannya membawa keuntungan dan manfaat bagi
perusahaan. Justru perusahaaan atau organisasi yang mau berubah dan mau secara
terus menerus mengadakan perbaikan itulah yang akan berhasil dengan baik.
Dalam kondisi yang serba stabil, orang tidak akan pernah mau belajar. Sementara
dalam organisasi yang menggunakan filosofi TQM dituntut untuk selalu belajar
atau berubah memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya, karena prinsip
TQM yang continuous quality improvement.
7. Dari hubungan yang sifatnya persaingan menjadi hubungan kerjasama. Dalam
organisasi yang menggunakan konsep TQM semua pihak yangberhubungan baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan organisasi tersebut (pemasok,
pelanggan, pesaing, dan lain-lain) adalah teman atau saudara. Hal ini menuntut
adanya kerjasama yang kuat dan saling membantu. Hubungan erat dan
kerjasama yang baik dengan pelanggan akan membuat mereka terbuka
untuk memberikan kritik dan saran untuk peningkatan produk dan jasa
yang dihasilkan perusahaan.
Filosofi cacat nihil tidak terbatas hanya untuk aktivitas produksi, perusahaan
dapat mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak
produktif dan sikap karyawan yang malas.
Batas toleransi terhadap kualitas:
 Pandangan kualitas tradisional.
Pada pandangan ini cacat nihil menggunakan batas toleransi karena
kesalahan tidak dapat dihindari.
Pandangan ini memicu kemalasan karyawan. Missal, berat semen 1 sak
adalah 50 kg. jika batas toleransi cacat nihilnya adalah dibawah atau
diatas 2 kg. karyawan sudah merasa puas apabila jika berat semen yang
dihasilkan adalah 48 atau 52 kg. karyawan tidak terpacu untuk melakukan
perbaikan agar dapat mencapai target semen 50 kg per sak.
 Pandangan kualitas kontemporer/robust quality
Pandangan ini tidak menggunakan batas toleransi. Penyimpangan
terhadap target dianggap cacat. Oleh karena itu karyawan akan berusaha
melakukan perbaikan agar nilai target dapat dicapai.

Anda mungkin juga menyukai