Anda di halaman 1dari 13

TOTAL QUALITY MANAGEMENT

(TQM)

A. PENGERTIAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Konsep Total Quality Management berasal dari tiga kata yaitu total, quality, dan
management.

 Fokus utama dari TQM adalah kualitas/mutu. Mutu sebagai tercukupinya kebutuhan
(conformance to requirement). Mendefinisikan mutu/kualitas memerlukan pandangan
yang komprehensif. Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni;

1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan


2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat
ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
4. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

 Kata selanjutnya adalah Total, yang dalam bahasa Indonesia sering dipakai kata
menyeluruh atau terpadu. Kata total (terpadu) dalam Total Quality Management
menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam organisasi harus terlibat aktif dalam
upaya peningkatan secara terus menerus.
 Unsur ketiga dari Total Quality Management, adalah kata management, yang merupakan
konsep awal dari TQM itu sendiri. Ada banyak definisi manajemen yang telah
dikemukakan oleh para pakar. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa
Inggris management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan.

Menurut Tjiptono dan Anastasia (2003 : 4) “TQM merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa TQM adalah suatu sistem manajemen kualitas yang
berfokus pada Pelanggan (Customer focused) dengan melibatkan semua level karyawan
secara aktif dalam melakukan peningkatan atau perbaikan produk,pelayanan dan manajemen
perusahaan secara berkesinambungan (secara terus-menerus).
B. ELEMEN-ELEMEN POKOK TQM

Terdapat 8 Elemen Pokok dalam Sistem Manajemen TQM (Total Quality


Management). Kedelapan elemen pokok tersebut diantaranya adalah :

1. Fokus pada Pelanggan (Customer Focussed)

Pelanggan merupakan pihak yang menentukan apakah kualitas produk maupun jasa
yang dihasilkan perusahaan tersebut memenuhi kebutuhan atau tingkatan kualitas yang
diinginkannya. Apapun yang dilakukan oleh sebuah organisasi/perusahaan seperti
pelatihan karyawan, perbaikan proses, penggunaan mesin canggih ataupun adopsi
teknologi terbaru yang pada akhirnya Pelangganlah yang menentukan apakah upaya-
upaya yang dilakukan tersebut bermanfaat atau tidak.

2. Keterlibatan Karyawan secara keseluruhan (Total Employee Involvement)

Karyawan merupakan sumber daya perusahaan yang penting dalam mencapai tujuan
yang direncanakannya. Oleh karena itu, keterlibatan karyawan secara keseluruhan dapat
mendukung perusahaan dalam melakukan peningkatan proses dan kualitas yang
berkesinambungan yang kemudian menghasilkan produk dan layanan yang terbaik untuk
pelanggannya. Dalam pemberdayaan karyawan, diperlukan pelatihan dan peningkatan
terhadap keterampilan karyawan dalam mengerjakan tugasnya.

3. Pemusatan perhatian pada Proses (Process-centered)

Perhatian pada peningkatan proses merupakan pondasi dasar dalam sistem


manajemen TQM. Proses merupakan serangkaian langkah yang dimulai dari penerimaan
INPUT dari supplier (internal maupun eksternal) dan meng-transformasi-nya menjadi
OUTPUT yang akan dikirimkan ke pelanggan (internal maupun Eksternal).

4. Sistem yang Terintegrasi (Integrated System)

Meskipun terdapat banyak keahlian dan ruang lingkup kerja dalam suatu perusahaan
yang membentuk departementalisasi secara vertikal maupun horizontal. Semuanya
memerlukan suatu sistem yang terintegrasi dengan baik agar visi, misi, strategi,
kebijakan, tujuan dan sasaran perusahaan dapat dikomunikasikan dengan baik dan jelas
kepada semua karyawan.

5. Pendekatan Strategi dan Sistematik (Strategy and Systematic Approach)

Salah satu bagian yang penting dalam Manajemen Kualitas adalah pendekatan
Strategi dan Sistematik dalam mencapai Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan. Proses
tersebut biasanya disebut dengan Perencanan Strategi ataupun Manajemen Strategi yang
melakukan perumusan dan perencanaan strategi dalam mengintegrasikan konsep kualitas
ke dalam Strategi Perusahaan secara keseluruhan.
6. Peningkatan yang berkesinambungan (Continual Improvement)

Peningkatan yang berkesinambungan mendorong perusahaan untuk melakukan


analisis dan menciptakan cara-cara yang lebih bersaing dan efektif dalam mencapai
tujuan perusahaan dan memenuhi harapan semua pihak yang berkepentingan.

7. Keputusan berdasarkan Fakta (Fact-based decision making)

Untuk mengetahui sejauh mana kinerja suatu perusahaan, diperlukan data untuk
mengukurnya. TQM mewajibkan perusahaan tesebut untuk mengumpulkan dan
melakukan analisis data secara berkesinambungan agar keputusan ataupun kebijakan
yang diambil benar-benar akurat dan tepat sasaran. Dengan adanya data, kita dapat
menarik kesimpulan berdasarkan kejadian ataupun hasil sebelumnya.

8. Komunikasi (Communications)

Dalam operasional sehari-hari, perusahaan pasti akan mengalami perubahan baik


perubahan dalam strategi, kebijakan, jadwal maupun metode pelaksanaan. Perubahan
tersebut perlu dikomunikasikan dengan baik kepada semua karyawan yang bersangkutan.
Komunikasi yang baik juga akan menimbulkan motivasi dan semangat kerja dalam
mencapai tujuan perusahaannya. Selain itu komunikasi yang baik diantara pihak eksternal
seperti lembaga-lembaga pemerintah dan masyarakat sekitarnya juga harus dijalin dan
dibina dengan baik.

C. PILAR TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Bill Creech, 1996, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus dibangun
atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen.
Lima Pilar TQM tersebut, yakni:

1. Produk,
2. Proses,
3. Organisasi,
4. Pemimpin,
5. Komitmen

Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk
tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada
tanpa organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang
memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua
yang lain. Setiap pilar tersebut saling terkait satu sama lain sehingga apabila salah satu pilar
tersebut melemah maka akan mengakibatkan pilar yang lain juga melemah.
D. FOKUS PADA PELANGGAN

1. Konsep Mengenai Pelanggan.


Dalam pendekatan TQM, pelanggan dan pemasok ada di dalam dan di luar organisasi.
Pelanggan eksternal adalah orang yang membeli dan menggunakan produk perusahaan.
Pemasok eksternal adalah orang diluar organisasi yang menjual bahan mentah/bahan
baku, informasi, atau jasa kepada organisasi. Sedangkan di dalam organisasi juga ada
pelanggan internal dan pemasok internal.
Pada hakikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan
para pelanggan. Dalam pendekatan TQM, kualitas ditentukan oleh pelanggan. Oleh
karena itu, hanya dengan memahami proses dan pelanggan maka organisasi dapat
menyadari dan menghargai makna kualitas. Semua usaha manajemen dalam TQM
diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu terciptanya kepuasan pelanggan. Menurut Kotler
(2004 : 42), “Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu
produk dan harapan-harapannya.”
Tjiptono dan Anastasia (2003:102) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan dapat
memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :

 Hubungan antara perusahaan dan para pelanggannya menjadi harmonis.


 Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.
 Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan.
 Membentuk suatu rekomendasi yang menguntungkan bagi perusahaan.
 Reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan.
 Laba yang diperoleh dapat meningkat.

2. Analisis Kebutuhan Pelanggan


Dalam pendekatan TQM, kebutuhan pelanggan diidentifikasi dengan jelas sebagai
bagian dari pengembangan produk.Tujuan organisasi yang menggunakan pendekatan ini
adalah untuk melampaui harapan pelanggan, bukan sekedar memenuhinya. Untuk itu,
perlu dikumpulkan informasi yang akurat mengenai kebutuhan dan keinginan pelanggan
atas produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan dapat digunakan suatu pendekatan yang terdiri atas enam langkah, yaitu :

 Memperkirakan hasil,
 Mengembangkan rencana untuk mengumpulkan informasi,
 Mengumpulkan informasi,
 Menganalisis hasil,
 Memeriksa kesahihan (validitas) kesimpulan,
 Mengambil tindakan.
3. Pembentukan Fokus Pada Pelanggan
Karakteristik perusahaan-perusahaan yang sukses dalam membentuk fokus pada
pelanggan adalah sebagai berikut :
a. Visi, Komitmen dan Suasana
Manajemen menunjukkan, baik dengan kata-kata maupun dalam tindakan
bahwa pelanggan itu penting bagi organisasi, organisasi memiliki komitmen besar
terhadap kepuasan pelanggan, dan kebutuhan pelanggan lebih diutamakan daripada
kebutuhan internal organisasi. Salah satu cara untuk menunjukkan komitmen ini
adalah menjadikan fokus pada pelanggan sebagai faktor utama dalam pertimbangan
promosi dan kompensasi.

b. Penjajaran dengan pelanggan


Perusahaan yang bersifat customer-driven menyejajarkan dirinya dengan para
pelanggan. Hal ini tercermin dalam beberapa hal berikut:

 Pelanggan berperan sebagai penasihat dalam penjualan,


 Pelanggan tidak pernah dijanjikan sesuatu yang lebih daripada yang dapat
diberikan,
 Karyawan memahami atribut produk yang paling dihargai pelanggan,
 Masukan dan umpan balik dari pelanggan dimasukkan dalam proses
pengembangan produk.

c. Kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan pelanggan.


Hal ini tercermin dalam hal berikut :
o Keluhan pelanggan dipantau dan dianalisis,
o Selalu mengupayakan adanya umpan balik dari pelanggan,
o Perusahaan berusaha mengidentifikasi dan menghilangkan proses, prosedur, dan
sistem internal yang tidak menciptakan nilai bagi para pelanggan.

d. Memanfaatkan informasi dari pelanggan


Pemanfaatan informasi pelanggan tercermin dalam hal :
 Semua karyawan memahami bagamana pelanggan menetukan kualitas,
 Karyawan pada semua level diberi kesempatan untuk bertemu dengan pelanggan,
 Karyawan mengetahui siapa yang menjadi pelanggan sesungguhnya,
 Karyawan dan manajer memahami kebutuhan dan harapan pelanggan.

e. Mendekati para pelanggan


Mendekati pelanggan berarti melakukan hal-hal berikut :
Memudahkan para pelanggan untuk menjalankan bisnis.
Berusaha untuk mengatasi semua keluhan pelanggan.
Memudahkan para pelanggan dalam menyampaikan keluhannya, misalnya
lewat surat, telepon, atau datang langsung.
E. MANFAAT PROGRAM TOTAL QUALITY MANAGEMENT

TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.

 Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:

1. Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
2. Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3. Kepuasan pelanggan terjamin.

 Manfaat TQM bagi institusi adalah:

1. Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan


2. Staf lebih termotivasi
3. Produktifitas meningkat
4. Biaya turun
5. Produk cacat berkurang
6. Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.

 Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:

1. Pemberdayaan.
2. Lebih terlatih dan berkemampuan.
3. Lebih dihargai dan diakui.

 Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi
di masa yang akan datang adalah:

1. Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar


pengikut (follower),
2. Membantu terciptanya tim work,
3. Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan,
4. Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan,
5. Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah.
BIAYA KUALITAS
A. PENGERTIAN BIAYA KUALITAS

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Total Quality Management berfokus pada peningkatan kualitas
secara terus menerus di segala aspek demi kepuasan pelanggan. Ada beberapa istilah lain seperti kemampuan
daya tahan, kemampuan melayani, dan kemampuan mempertahankan kadang-kadang dipergunakan sebagai
pengertian dari kualitas produk. (Feigenbaum,1991:7)

Tetapi, dalam menghasilkan suatu produk ataupun jasa yang berkualitas tidak
menutupkemungkinan bahwa perusahaan dalam proses dapat melakukan kesalahan. Kegagalan
perusahaan dalam membuat produk yang sesuai dengan keinginan konsumen menimbulkan suatu biaya
bagi perusahaan, yakni berupa biaya kualitas. Biaya kualitas adalah biaya yang timbul karena
kualitas yang kurang baik atau bahkan buruk. “Jadi biaya kualitas merupakan biaya yang timbul
semata-mata oleh produk rusak yang meliputi biaya untuk membuat, menemukan, memperbaiki
atau menghindarkan produk rusak” (Supriyono, 1994:379).
Oleh karena itu TQM dan Biaya Kualitas memilki hubungan yang sangat erat. Biaya
kualitas berkaitan dengan dua subkategori dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
kualitas yaitu aktivitas kontrol dan aktivitas gagal.
Aktivitas kontrol adalah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk
menghindari atau mendeteksi kualitas buruk. Jadi aktivitas kontrol terdiri dari aktivitas
pencegahan dan aktivitas penilaian. Dan biaya kontrol adalah biaya yang ditimbulkan akibat
dari dilakukannya aktivitas kontrol.
Aktivitas gagal adalah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau
pelanggannya dalam menanggapi kualitas buruk. Dalam menanggapi kualitas yang
muncul sebelum pengiriman suatu produk yang jelek ke pelanggan, aktivitas ini
diklasifikasikan sebagai aktivitas gagal internal, jika tidak demikian maka aktivitas tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas gagal eksternal. Biaya kegagalan adalah biaya yang
dikeluarkan atau dimunculkan oleh sebuah organisasi karena dilakukannya aktivitas gagal.

B. PENGELOMPOKAN BIAYA KUALITAS

Definisi-definisi aktivitas yang berkaitan dengan kualitas ini mengimplikasikan


empat kategori dari biaya kualitas yaitu:

1. Biaya pencegahan (Prevention Cost)


Biaya ini muncul untuk mencegah terjadinya kualitas buruk dalam produk atau jasa
yang dihasilkan. Ketika biaya pencegahan meningkat, maka diharapkan biaya kegagalan
akan menurun.
Biaya ini meliputi:
 Biaya riset pasar. Biaya ini terjadi dalam pengumpulan dan evaluasi yang terus
menerus tentang kebutuhann dan persepsi kualitas pelanggan dan pengguna
mempengaruhi kepuasan pemakai produk atau jasa perusahaan.
 Biaya perencanaan kualitas, adalahbiaya menetapkan target kualitas yang diinginkan,
biaya merencanakan bagaimana cara melakukan pengendalian supaya target kualitas
yang ditetapkan dapat tercapai.
 Biaya merancang produk dan proses produksi. Biaya ini terjadi untuk
menerjemahkan kebutuhan pelanggan dan pengguna menjadi standar-standar dan
syarat-syarat kualitas yang reliable.
 Biaya program pelatihan, adalah biaya untuk mengembangkan dan pelatihan yang bertujuan
meningkatkan dan mencapai standar kualitas.
 Biaya kajian spesifikasi produk baru dan evaluasi rancangan, adalah biaya untuk
menyiapkan usulan, penawaran, menilai design baru, menyiapkan program pengujian dan
percobaan, dan aktivitas kualitas yang berhubungan dengan memperkenalkan produk baru.
 Biaya kerja sama dengan pemasok untuk meningkatkan kualitas dari bahan baku
yang dikirimkan dan biaya menyeleksi pemasok. Sub elemen dari biaya ini adalah
supplier review, supplier rating, review data teknis order pembelian dan perencanaan
kualitas pemasok.
 Biaya perawatan peralatan dan mesin untuk membuat produksi.

2. Biaya penilaian(Apraisal Cost)


Biaya ini muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan
kebutuhan pelanggan atau spesifikasi mereka. Dengan kata lain, biaya yang terjadi karena
usaha untuk memastikan bahwa bahan baku dan produk memenuhi standar kualitas.
Tujuan utama dari fungsi penilaian adalah menghindari dikirimnya barang-barang yang
tidak sesuai dengan kualitas kepada para pelanggan.
Berikut contoh dari apraisal cost:
o Biaya inspeksi dan pengujian bahan, adalah biaya-biaya untuk mengecek kesesuaian
produk selama design dan produksi, termasuk pengujian di tempat pelanggan.
o Biaya penerimaan proses, adalah biaya-biaya untuk melihat apakah proses yang
sedang berlangsung berada dalam kendali dan menghasilkan produk yang tidak rusak.
o Biaya penerimaan produk (testing cost), adalah biaya untuk menentukan apakah produk
tersebut memenuhi tingkat kualitas yang ditetapkan.
o Biaya Laboratorium, adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pengujian yang dilakukan
dilaboratorium.

3. Biaya kegagalan internal(Internal failure costs)


adalah biaya-biaya yang terjadi sebagai akibat dari memproduksi produk yang tidak
memenuhi standar kualitas dan ditemukan sebelum dikirim ke pelanggan. Biaya-biaya ini
tidak ada jika barang cacat tidak ada. Biaya ini antara lain:
 Biaya scrap, adalah kerugian bersih dalam tenaga kerja dan bahan baku yang berasal
dari produk yang tidak dapat dapat diperbaiki atau digunakan secara ekonomis.
 Biaya desain ulang(rework), adalah biaya-biaya untuk memperbaiki kembali produk yang
rusak untuk membuat produk itu dapat digunakan.
 Biaya pengetesan kembali, adalah biaya-biaya untuk inspeksi dan pengujian kembali produk
yang telah dikerjakan.
 Biaya dihentikannya proses produksi atau biaya perbaikan fasilitas produksi karena
terjadinya kegagalan produk.
 Product or Service Design Failure Costs (Internal). Biaya ini umumnya dianggap
sebagai biaya yang tidak direncanakan yang diakibatkan oleh desain yang tidak
memadai dalam dokumentasi yang dikeluarkan untuk proses produksi.
 Biaya potongan penjualan untuk produk yang tidak memenuhi standar kualitas.
4. Biaya gagal eksternal.
Biaya ini timbul karena produk dan jasa gagal memenuhi persyaratan atau memenuhi
kebutuhan pelanggan setelah dikirim ke pelanggan. Dari semua biaya, kategori ini
merupakan biaya yang paling menghancurkan perusahaan. Seperti halnya biaya gagal
internal, biaya ini tidak akan timbul jika tidak ada barang cacat
Biaya ini antara lain meliputi:
 Biaya penanganan keluhan dan klaim pelanggan. Biaya ini mencakup biaya total
untuk menginvestigasi, memecahkan persoalan, dan menanggapi pelanggan individual
atau komplain atau pertanyaan pemakai, termasuk jasa tertentu yang diperlukan.
 Biaya penggantian garansi (Returned Goods). Biaya ini mencakup biaya total dalam
mengevaluasi dan memperbaiki atau mengganti barang-barang yang tidak diterima
oleh pelanggan karena masalah yang berhubungan dengan kualitas.
 Biaya perbaikan dan ongkos kirim produk yang dikembalikan. Biaya ini mencakup
total biaya atas klaim yang dibayarkan kepada pelanggan atau pemakai setelah
persetujuan untuk menutup biaya-biaya, termasuk biaya perbaikan, seperti
memindahkan hardware yang rusak dari suatu sistem, kemudian Biaya retur, adalah
biaya-biaya yang timbul berhubungan dengan pengembalian produk.
 Biaya tuntutan lebih jauh dari pelanggan karena menerima produk yang tidak
memenuhi standar kualitas. Biaya yang dibayar perusahaan karena klaim
pertanggungjawaban, termasuk biaya asuransi produk atau jasa.
 Penalties. Penalty costs adalah biaya yang terjadi karena pelaksanaan jasa atau produk
yang tidak mencapai ketentuan yang diterapkan dalam kontrak dengan pelanggan, atau
peraturan pemerintah.
 Lost Sales. Lost sales adalah nilai kontribusi kepada profit yang hilang karena
berkurangnya penjualan yang disebabkan oleh masalah kualitas.

C. MANFAAT BIAYA KUALITAS

Adapun penjelasan mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:


1. Quality cost serve as measurement tool
Dengan adanya biaya kualitas dapat diperoleh pengukuran dalam nilai uang
untuk setiap aktivitas kualitas. Selain itu juga biaya kualitas dapat dijadikan sebagai pengukuran yang
komparatif untuk mengevaluasi program kualitas dibandingkan dengan hasil yang dicapai.

2. Quality cost serve as a programming tool


Suatu analisis menyediakan dasar bagi pelaksanaan suatu tindakan melalui program yang
dibentuknya. Salah satu fungsi penting dari program adalah penugasan sumber daya untuk
melaksanakan tindakan. Demikian juga analisis terhadap biaya kualitas akan dapat digunakan
sebagai alat untuk mengidentifikasi tindakan mana yang akan memberikan keuntungan terbesar
sehingga dapat diprioritaskan.

3. Quality cost serve as a budgeting tool


Biaya kualitas dapat dijadikan sebagai penunjuk terhadap penganggaran pengeluaran yang
diperlukan untuk mencapai kualitas yang diinginkan.
4. Quality cost serve as a predictive tool
Data mengenai biaya kualitas dapat digunakan untuk mengevaluasi dan
meyakinkan prestasi yang berhubungan dengan pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan. Selain itu
juga untuk memperkirakan besarnya biaya dalam usaha menghadapi persaingan di pasar dan
sebagai alat evaluasi produk.

D. PELAPORAN BIAYA KUALITAS

Menurut Supriyono (1994:387) Pelaporan biaya kualitas mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan dan memungkinkan perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan manajerial.

Penentuan biaya kualitas menurut Fegeinbum (1991:114) terdiri dari tiga langkah, yaitu:

1. Pengindentifikasian unsur biaya kualitas.


2. Membuat struktur pelaporan biaya kualitas meliputi hal yang berhubungan analisis dan
pengendalian.
3. Pemeliharaan yang berkelanjutan dari program untuk memastikan usaha pada kualitas yang tinggi
dengan biaya yang rendah.”

Pelaporan biaya kualitas dapat dikeluarkan secara periodik baik bulanan, mingguan
sesuai dengan yang diperlukan. Pelaporan ini meliputi pengeluaran komponen-komponen dari biaya kualitas.
Pelaporan ini juga meliputi data biaya kualitas untuk periode sebelumnya agar bisa dilihat kecenderungannya.
(Fegeinbum,1991:123) Agar manajemen dapat mengetahui informasi biaya kualitas maka sistem
akuntansi perlu disesuaikan dengan kebutuhan tersebut yang secara garis besar dapat
dilakukan dengan:
1. Mengelompokkan biaya kualitas ke dalam empat kelompok rekening biaya pencegahan, biaya
apraisal, biaya kerusakan internal, dan biaya kerusakan eksternal.
2. Merancang dokumen dasar, hingga biaya kualitas yang terjadi dapat dicatat dan selanjutnya diolah
ke dalam sistem akuntansi perusahaan.
3. Merancang bentuk laporan biaya kualitas sesuai kebutuhan perusahaan.” (Rusmayana, 1999:23)

Laporan biaya kualitas berisi informasi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan berkaitan
dengan produk cacat. Biaya-biaya tersebut terdiri atas biaya pencegahan, biaya apraisal, biaya kerusakan
internal dan biaya kerusakan eksternal. Berikut adalah contoh format laporan biaya kualitas.
Laporan Biaya kualitas
Yang Berakhir 31 Desember 200X
Jenis biaya Besar biaya % dari total biaya kualitas
Pencegahan:
Pelatihan Karyawan Rp xx x%
Perawatan Mesin Xx x%
Riset dan Pengembangan Xx x%
Rekayasa dan keandalan Xx x%
Total Pencegahan Xx x%
Apraisal
Pemeriksaan Bahan Xx x%
Pengujian Produk Xx x%
Pengetesan Xx x%
Laboratorium Xx x%
Total Apraisal x%
Kerusakan Internal Xx
Scrap Xx x%
Rework Xx x%
Pengerjaan kembali Xx x%
Total Kerusakan Internal Xx x%
Kerusakan Eksternal

Retur Xx x%
Garansi Xx x%
Klaim Produk Liability Xx x%
Total kerusakan eksternal Xx x%
TOTAL BIAYA KUALITAS Xx x%
Sumber: Manajemen Accounting, Don R Hansen 1990
PT. TERBANG TINGGI
LAPORAN BIAYA KULITAS
Per 31 Desember 2014
RANGKUMAN MATERI
AKUNTANSI MANAJEMEN
“TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)”

DISUSUN OLEHKELOMPOK 7

Angreni Efendi A31116535

Nur Afni Jabir A31116329

Nur Hadiyatullah A31116530

Anggraeni Dwi Riyanti A31115010

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

Anda mungkin juga menyukai