(TQM)
Konsep Total Quality Management berasal dari tiga kata yaitu total, quality, dan
management.
Fokus utama dari TQM adalah kualitas/mutu. Mutu sebagai tercukupinya kebutuhan
(conformance to requirement). Mendefinisikan mutu/kualitas memerlukan pandangan
yang komprehensif. Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni;
Kata selanjutnya adalah Total, yang dalam bahasa Indonesia sering dipakai kata
menyeluruh atau terpadu. Kata total (terpadu) dalam Total Quality Management
menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam organisasi harus terlibat aktif dalam
upaya peningkatan secara terus menerus.
Unsur ketiga dari Total Quality Management, adalah kata management, yang merupakan
konsep awal dari TQM itu sendiri. Ada banyak definisi manajemen yang telah
dikemukakan oleh para pakar. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa
Inggris management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan.
Menurut Tjiptono dan Anastasia (2003 : 4) “TQM merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa TQM adalah suatu sistem manajemen kualitas yang
berfokus pada Pelanggan (Customer focused) dengan melibatkan semua level karyawan
secara aktif dalam melakukan peningkatan atau perbaikan produk,pelayanan dan manajemen
perusahaan secara berkesinambungan (secara terus-menerus).
B. ELEMEN-ELEMEN POKOK TQM
Pelanggan merupakan pihak yang menentukan apakah kualitas produk maupun jasa
yang dihasilkan perusahaan tersebut memenuhi kebutuhan atau tingkatan kualitas yang
diinginkannya. Apapun yang dilakukan oleh sebuah organisasi/perusahaan seperti
pelatihan karyawan, perbaikan proses, penggunaan mesin canggih ataupun adopsi
teknologi terbaru yang pada akhirnya Pelangganlah yang menentukan apakah upaya-
upaya yang dilakukan tersebut bermanfaat atau tidak.
Karyawan merupakan sumber daya perusahaan yang penting dalam mencapai tujuan
yang direncanakannya. Oleh karena itu, keterlibatan karyawan secara keseluruhan dapat
mendukung perusahaan dalam melakukan peningkatan proses dan kualitas yang
berkesinambungan yang kemudian menghasilkan produk dan layanan yang terbaik untuk
pelanggannya. Dalam pemberdayaan karyawan, diperlukan pelatihan dan peningkatan
terhadap keterampilan karyawan dalam mengerjakan tugasnya.
Meskipun terdapat banyak keahlian dan ruang lingkup kerja dalam suatu perusahaan
yang membentuk departementalisasi secara vertikal maupun horizontal. Semuanya
memerlukan suatu sistem yang terintegrasi dengan baik agar visi, misi, strategi,
kebijakan, tujuan dan sasaran perusahaan dapat dikomunikasikan dengan baik dan jelas
kepada semua karyawan.
Salah satu bagian yang penting dalam Manajemen Kualitas adalah pendekatan
Strategi dan Sistematik dalam mencapai Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan. Proses
tersebut biasanya disebut dengan Perencanan Strategi ataupun Manajemen Strategi yang
melakukan perumusan dan perencanaan strategi dalam mengintegrasikan konsep kualitas
ke dalam Strategi Perusahaan secara keseluruhan.
6. Peningkatan yang berkesinambungan (Continual Improvement)
Untuk mengetahui sejauh mana kinerja suatu perusahaan, diperlukan data untuk
mengukurnya. TQM mewajibkan perusahaan tesebut untuk mengumpulkan dan
melakukan analisis data secara berkesinambungan agar keputusan ataupun kebijakan
yang diambil benar-benar akurat dan tepat sasaran. Dengan adanya data, kita dapat
menarik kesimpulan berdasarkan kejadian ataupun hasil sebelumnya.
8. Komunikasi (Communications)
Bill Creech, 1996, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus dibangun
atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen.
Lima Pilar TQM tersebut, yakni:
1. Produk,
2. Proses,
3. Organisasi,
4. Pemimpin,
5. Komitmen
Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk
tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada
tanpa organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang
memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua
yang lain. Setiap pilar tersebut saling terkait satu sama lain sehingga apabila salah satu pilar
tersebut melemah maka akan mengakibatkan pilar yang lain juga melemah.
D. FOKUS PADA PELANGGAN
Memperkirakan hasil,
Mengembangkan rencana untuk mengumpulkan informasi,
Mengumpulkan informasi,
Menganalisis hasil,
Memeriksa kesahihan (validitas) kesimpulan,
Mengambil tindakan.
3. Pembentukan Fokus Pada Pelanggan
Karakteristik perusahaan-perusahaan yang sukses dalam membentuk fokus pada
pelanggan adalah sebagai berikut :
a. Visi, Komitmen dan Suasana
Manajemen menunjukkan, baik dengan kata-kata maupun dalam tindakan
bahwa pelanggan itu penting bagi organisasi, organisasi memiliki komitmen besar
terhadap kepuasan pelanggan, dan kebutuhan pelanggan lebih diutamakan daripada
kebutuhan internal organisasi. Salah satu cara untuk menunjukkan komitmen ini
adalah menjadikan fokus pada pelanggan sebagai faktor utama dalam pertimbangan
promosi dan kompensasi.
TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
1. Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
2. Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3. Kepuasan pelanggan terjamin.
1. Pemberdayaan.
2. Lebih terlatih dan berkemampuan.
3. Lebih dihargai dan diakui.
Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi
di masa yang akan datang adalah:
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Total Quality Management berfokus pada peningkatan kualitas
secara terus menerus di segala aspek demi kepuasan pelanggan. Ada beberapa istilah lain seperti kemampuan
daya tahan, kemampuan melayani, dan kemampuan mempertahankan kadang-kadang dipergunakan sebagai
pengertian dari kualitas produk. (Feigenbaum,1991:7)
Tetapi, dalam menghasilkan suatu produk ataupun jasa yang berkualitas tidak
menutupkemungkinan bahwa perusahaan dalam proses dapat melakukan kesalahan. Kegagalan
perusahaan dalam membuat produk yang sesuai dengan keinginan konsumen menimbulkan suatu biaya
bagi perusahaan, yakni berupa biaya kualitas. Biaya kualitas adalah biaya yang timbul karena
kualitas yang kurang baik atau bahkan buruk. “Jadi biaya kualitas merupakan biaya yang timbul
semata-mata oleh produk rusak yang meliputi biaya untuk membuat, menemukan, memperbaiki
atau menghindarkan produk rusak” (Supriyono, 1994:379).
Oleh karena itu TQM dan Biaya Kualitas memilki hubungan yang sangat erat. Biaya
kualitas berkaitan dengan dua subkategori dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
kualitas yaitu aktivitas kontrol dan aktivitas gagal.
Aktivitas kontrol adalah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk
menghindari atau mendeteksi kualitas buruk. Jadi aktivitas kontrol terdiri dari aktivitas
pencegahan dan aktivitas penilaian. Dan biaya kontrol adalah biaya yang ditimbulkan akibat
dari dilakukannya aktivitas kontrol.
Aktivitas gagal adalah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau
pelanggannya dalam menanggapi kualitas buruk. Dalam menanggapi kualitas yang
muncul sebelum pengiriman suatu produk yang jelek ke pelanggan, aktivitas ini
diklasifikasikan sebagai aktivitas gagal internal, jika tidak demikian maka aktivitas tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas gagal eksternal. Biaya kegagalan adalah biaya yang
dikeluarkan atau dimunculkan oleh sebuah organisasi karena dilakukannya aktivitas gagal.
Menurut Supriyono (1994:387) Pelaporan biaya kualitas mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan dan memungkinkan perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan manajerial.
Penentuan biaya kualitas menurut Fegeinbum (1991:114) terdiri dari tiga langkah, yaitu:
Pelaporan biaya kualitas dapat dikeluarkan secara periodik baik bulanan, mingguan
sesuai dengan yang diperlukan. Pelaporan ini meliputi pengeluaran komponen-komponen dari biaya kualitas.
Pelaporan ini juga meliputi data biaya kualitas untuk periode sebelumnya agar bisa dilihat kecenderungannya.
(Fegeinbum,1991:123) Agar manajemen dapat mengetahui informasi biaya kualitas maka sistem
akuntansi perlu disesuaikan dengan kebutuhan tersebut yang secara garis besar dapat
dilakukan dengan:
1. Mengelompokkan biaya kualitas ke dalam empat kelompok rekening biaya pencegahan, biaya
apraisal, biaya kerusakan internal, dan biaya kerusakan eksternal.
2. Merancang dokumen dasar, hingga biaya kualitas yang terjadi dapat dicatat dan selanjutnya diolah
ke dalam sistem akuntansi perusahaan.
3. Merancang bentuk laporan biaya kualitas sesuai kebutuhan perusahaan.” (Rusmayana, 1999:23)
Laporan biaya kualitas berisi informasi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan berkaitan
dengan produk cacat. Biaya-biaya tersebut terdiri atas biaya pencegahan, biaya apraisal, biaya kerusakan
internal dan biaya kerusakan eksternal. Berikut adalah contoh format laporan biaya kualitas.
Laporan Biaya kualitas
Yang Berakhir 31 Desember 200X
Jenis biaya Besar biaya % dari total biaya kualitas
Pencegahan:
Pelatihan Karyawan Rp xx x%
Perawatan Mesin Xx x%
Riset dan Pengembangan Xx x%
Rekayasa dan keandalan Xx x%
Total Pencegahan Xx x%
Apraisal
Pemeriksaan Bahan Xx x%
Pengujian Produk Xx x%
Pengetesan Xx x%
Laboratorium Xx x%
Total Apraisal x%
Kerusakan Internal Xx
Scrap Xx x%
Rework Xx x%
Pengerjaan kembali Xx x%
Total Kerusakan Internal Xx x%
Kerusakan Eksternal
Retur Xx x%
Garansi Xx x%
Klaim Produk Liability Xx x%
Total kerusakan eksternal Xx x%
TOTAL BIAYA KUALITAS Xx x%
Sumber: Manajemen Accounting, Don R Hansen 1990
PT. TERBANG TINGGI
LAPORAN BIAYA KULITAS
Per 31 Desember 2014
RANGKUMAN MATERI
AKUNTANSI MANAJEMEN
“TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)”
DISUSUN OLEHKELOMPOK 7
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018