Anda di halaman 1dari 12

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

DAERAH
November 2, 2012 admin Leave a comment

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Dengan bergulirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan ,Daerah dan UU


Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, dan
aturan pelaksanaannya khususnya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah maka terhitung tahun anggaran 2001, telah terjadi
pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah. Dengan adanya otonomi ini, daerah
diberikan kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sesedikit
mungkin campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan
kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah.

Namun demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti bahwa pemerintah
daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sekehendaknya, tanpa
arah dan tujuan yang jelas. Hak dan kewenangan yang luas yang diberikan kepada daerah,
pada hakikatnya merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara akuntabel
dan transparan, baik kepada masyarakat di daerah maupun kepada Pemerintah pusat yang
telah membagikan dana perimbangan kepada seluruh daerah di Indonesia,

Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai dengan
pcrubahan yang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya, perbendaharaan
sampai kepada pertanggungjawaban laporan keuangannya. Sehelum bergulirnya otonomi
daerah, pertanggungjawaban laporan keuangan daerah yang harus disiapkan oleh Pemerintah
Daerah hanya herupa Laporan Perhitungan Anggaran dan Nota Perhitungan dan
sistem yang digunakan untuk menghasilkan laporan tersebut adalah MAKUDA (Manual
Administrasi Keuangan Daerah) yang diberlakukan sejak tahun 1981.

Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa pelaksanaan


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang
sehat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2001, pernerintah daerah
memiliki kewenangan untuk menetapkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah
dalam bentuk Peraturan Daerah. Sistem tersebut sangat diperlukan dalam memenuhi
kewajiban pemerintah daerah dalarn membuat laporan pertanggungjawaban kuangan daerah
yang bersangkutan.

Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan yang harus


dibuat oleh Kepala Daerah adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran, Nota Perhitungan,
Laporan Arus Kas dan Neraca Daerah. Kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan
daerah ini diberlakukan sejak 1 Januari 2001, sampai pada akhirnya saat ini pemerintah sudah
mempunyai standar akuntansi pemerintahan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
pernerintah daerah di dalam membangun sistem akuntansi keuangan daerahnya, yang
tertuang dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 24 Tahun 2005.

Pengertian Sistem Akuntansi

Pemerintah Daerah perlu menjalankan sistem akuntansi yang baik untuk mendukung
pelaksanaan pemerintahannya. Pengertian Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, hingga pelaporan posisi keuangan (neraca) dan operasi keuangan pemerintah
(LRA).
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) dapat dikelompokkan ke dalam dua sub sistem
pokok berikut :

1. Sistem Akuntansi SKPD (SA-SKPD)

SKPD merupaka entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan keuangan dan
menyampaikannya kepada kepala daerah melalui PPKD.

2. Sistem Akuntansi PPKD (SA-PPKD)

SA-PPKD terbagi kedalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:

a. SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan menghasilkan


laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD, Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.

b. SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan mencatat transaksi
resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan melakukan proses konsolidasi lapkeu
(lapkeu dari seluruh SKPD dan PPKD menjadi lapkeu pemda yang terdiri dari Laporan
Realisai APBD (LRA), Neraca Pemda, LAK, dan CaLK Pemda).

Proses Akuntansi

Proses akuntansi adalah serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi
(berdasarkan bukti transaksi), posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo, jurnal
penyesuaian, hingga penyusunan laporan keuangan, dilanjutkan dengan jurnal penutup dan
akhirnya penyusunan neraca saldo setelah tutup buku. Proses akuntansi pemerintahan
diselenggarakan seiring dengan pelaksanaan anggaran.

Sistem Pembukuan Berpasangan


Persamaan akuntansi pemerintahan:

Asset = kewajiban + ekuitas dana

Asset = hak kreditor + hak residual pemerintah

Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan,


dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.

Kebiajakan akuntansi pemda dimaksudkan sebagai pedoman teknis akuntansi tambahan yang
bersifat yang mengacu kepada SAP dan ketentuan perundang-undangan mengenai keuangan
daerah. Kebiajakan akuntansi tersebut ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dengan
berpedoman kepada SAP dan peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah.

Bagan Akun

Bagan akun berisi nama dan kode akun yang akan digunakan untuk mencatat dan
mengklasifikasikan setiap jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama dan kode akun dapat
dikembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin dihasilkan oleh pemda
sesuai dengan SAP.

PEMBAHARUAN DALAM SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Neraca dan laporan arus kas merupakan bentuk laporan yang baru pemerintah daerah dan
untuk dapat menyusunnya diperlukan adanya standar akuntansi. Sistem akuntansi keuangan
pemerintahan yang diterapkan sejak bangsa ini merdeka 59 tahun yang lalu didasarkan
Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (ICW) Staatblads 1928, yang memang tidak
diarahkan atau ditujukan untuk menghasilkan laporan neraca dan laporan arus kas.

Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertangungjawaban keuangan


daerah, sistem lama yang digunakan oleh Pemda baik pernerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota yaitu Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) yang
diterapkan sejak 1981 tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda untuk menghasilkan
laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laporan arus kas. Untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem akuntansi keuangan daerah yang
didasarkan atas standar akuntansi pemerintahan.
Sistem yang lama (MAKUDA) dertgan ciri-ciri antara lain Single Entry(pembukuan
tunggal),Incremental Budgeting (penganggaran secara tradisional) yang:

a. Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh daerah. atau
dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.

b. Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga manajemen
atau publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan adanya kenaikan atau
penurunan kas daerah.

c. Sistem yang lama (MAKUDA) ini juga tidak dapat membantu daerah untuk menyusun
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis kiner‘ja sesuai tuntutan masyarakat

d. Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh daerah, atau
dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.

Pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah sebagaimana yang dikehendaki


ketentuan perundang-undangan yang ada telah direspons oleh pemerintah pusat dan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) sebagai asosiasi profesi yaitu dengan dihentuknya “Kornite Standar
Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah”. Komite ini bertugas untuk merumuskan dan
mengembangkan konsep Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, yang keanggo-
taannya terdiri dari kalangan birokrasi (Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri
dan BPKP), IAI dan kalangan akademisi.

Dengan adanya Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat clan Daerah, isu mcngenai siapa
yang berkewenangan untuk menetapkan standar akuntansi pernerintah pusat dan pemerintah
daerah sudah dapat terpecahkan. Berdasarkan UU Nomor 1 tahun 2004, pemberlakuan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang dihasilkan oleh Komite Standar setelah meminta
pertimbangan BPK ditetapkan dengan Peraturan Petnerintah. Standar akuntansi pemerintahan
yang dihasilkan oleh Komite ini diharapkan dapat memayungi praktek-praktek akuntansi
yang telah diterapkan oleh Pemerintah Daerah saat ini dan untuk masa yang akan datang.

AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Pengembangan akuntansi di tingkat pemerintah daeral telah dilakukan melalui Sistem


Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) sejak tahun 1986. Perubahan penting yang
secara koinsidental terjadi adalah reformasi di bidang keuangan negara. Setelah selama
bertahun-tahun Indonesia menggunakan UU di bidang perbendaharaan negara yang terbentuk
semenjak zaman kolonial maka pada abad 21 ini telah ditetapkan tiga paket perundang-
undangan di bidang keuangan negara yang menjadi landasan hukum reformasi di bidang
keuangan negara, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang
No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan
Negara.
Arti penting akuntabilitas dalam good governance ini tampaknya sangat disadari
sebagaimana terlihat dari aturan vang dituangkan dalam peraturan pemerintah tersebut di
atas.Penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan antara lain hcrisikan Ncraca, Laporan
Perhitungan Anggaranaran dan Laporan Arus Kas

Permasalahan di atas sebenarnya bukan politis, sebagian besar adalah berasal dari
permasalahan teoritis, sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban
keuangan daerah. Masalah teoritis, sistem dan prosedur ini muncul sebagai konsekuensi logis
dari implikasi progresivitas pembaharuan yang dituntut oleh masyarakat. Pembaruan-
pembaruan tersebut, pada dasarnya menyangkut hal-hal sebagai berikut:

1. Pembaruan anggaran, melalui perubahan struktur anggaran, proses pe nyusunananggaran,


perubahan format clan administrasi pelaksanaannya, serta penerapan standar akuntansi;

2. Pembaruan pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam memanfaatkan dana,


prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana pinjaman, dan pembelanjaan defisit, dan

3. Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan, maupun dalam


perhitungannya.

Kata kunci dari seluruh pembaharuan di atas adalah Kinerja. Dan ini memang secara khusus
ditegaskan dalam pasal Peraturan Pemerintah yang mengatur bahwa APBD disusun
berdasarkan kinerja yang tolok ukurnya perlu dikembangkan sehingga dapat dievaluasi atau
diukur.

Perangkat perundang-undangan otonomi daerah sesungguhnya sudah pula melengkapi


manajemen pemerintahan daerah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000
tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Peraturan Pemerintah ini
menyebutkan bahwa Pertanggungjawaban Kepala Daerah dinilai berdasarkan tolok ukur
Rencana Strategis. Setiap daerah wajib menetapkan Rencana Strategis dalam jangka 1 (satu)
bulan setelah Kepala Daerah dilantik. Rencana strategis ini beserta dokumen perencanaan
daerah lainnya memerlukan pengesahan oleh DPRD.

KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH

Terdapat tiga tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah yaitu akuntabilitas, manajerial, clan
transparansi. Akuntabilitas diartikan sebagai upaya untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian
tu_juan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik.
Manajerial berarti menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan
pengelolaan keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh
aset, utang, dan ekuitas dana. Sedangkan transparansi dalam pelaporan keuangan bertujuan
untuk menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Laporan keuangan pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai laporan pertanggungjawaban


merupakan hasil proses akuntansi atas transaksi-transaksi keuangan pemerintah. Laporan
pertanggungjawaban untuk tujuan umum, terdiri dari laporan perhitungan anggaran, neraca,
laporan arus kas dan nota perhitungan anggaran. Tidak tertutup kemungkinan laporan
keuangan dapat dikembangkan untuk tujuan khusus.

ASAS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH

1. Dasar Kas

Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Daerah dan belanja diakui
pada saat dikeluarkan dari Kas Umurn Negara/Daerah.

1. Asas Universalitas

Semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti bahwa anggaran belanja
merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk dapat
membebani APBD.

3. Asas Bruto

Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran. Misalnya Pendapatan Daerah
memperoleh pendapatan dan untuk memperolehnya diperlukan belanja, maka pelaporannya
harus gross income artinya pendapatan dilaporkan sebesar nilai pendapatan yang diperoleh,
dan belanja dibukukan pada pos belanja yang bersangkutan sebesar belanja yang dikeluarkan.

4. Dana Umum

Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang mempertanggungjawabkan
keseluruhan penerimaan dan pengeluaran negara termasuk aset, utang, dan ekuitas dana.
Dana Umum yang dimaksud adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Dana
yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu dipertanggungjawabkan secara khusus
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Dana Umum.

ENTITAS
Untuk memastikan prosedur penuntasan akuntabilitas (accountability discharge), perlu
ditetapkan entitas untuk menunjukkan entitas akuntansi yang menjadi pusat-pusat
pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Entitas pelaporan keuangan mengacu pada
konsep bahwa setiap pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya sesuai dengan peraturan.

Penetapan Dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah didasarkan pada pengertian
bahwa pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu fungsi. Dalam struktur
pemerintah daerah, dinas merupakan suatu unit kerja yang paling mcndekati gambaran suatu
fungsi pemerintah daerah.

KODE REKENING

Akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang meliputi pengumpulan data,
pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan keuangan pemcrintah. Kode perkiraan seragam
dan konsisten mutlak diperlukan sehingga mempermudah dalam penyusunan laporan
keuangan konsolidasi di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Mengingat bahwa Indonesia
merupakan negara kesatuan berarti bahwa daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari negara kesatuan Republik Indonesia, maka dalam era otononipun tetap diperlukan
informasi keuangan per wilayah ataupun secara nasional untuk analisis fiskal maupun
ekonomi makro. Konsekuensi dari tuntutan kebutuhan tersebut adalah diperlukannya
harmonisasi praktek akuntansi antara pemerintah pusat dan daerah. Hal ini diatur melalui
bagan perkiraan standar yang menjadi acuan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam mengembangkan sistem akuniansinya.

Di samping untuk memfasilitasi pengkonsolidasian kinerja keuangan pemerintah daerah atau


pemerintah pusat, klasifikasi perkiraan dan pengkodeannya juga diperlukan untuk
menyelaraskan akuntansi keuangan pemerintah dengan sistem statistik keuangan
Internasional, sebagaimana diusulkan oleh International Monetary Fund dalam
konsepGovernment Finance Statistk (GFS). Satu hal yang mendasar dari klasifikasi menurut
GFS adalah bahwa klasifikasi tersebut harus dapat mengakomodasi pengukuran kinerja
pemerintah.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka klasifikasi perkiraan selan berdasarkan sistem
anggaran lama, yaitu per mata anggaran penerimaar (MAP), mata anggaran pengeluaran
(MAK), maka seluruh aktivitas keuangan pemerintah daerah harus dapat dirinci berdasarkan
organisasi, fungsi dan klasifikasi ekonomi.
Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah
 Pengelolaan Keuangan

Bpkad kabupaten banjar11/09/20170

Pada dasarnya kata system berasal dari bahasa Yunani “Systema” yang berarti kesatuan,
yakni keseluruhan dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan satu sama lain.
Menurut Agus Mulyanto (2009:1) Sistem merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu sebagai satu kesatuan. Sistem merupakan
kumpulan elemen-elemen baik yang berbentuk fisik maupun bukan fisik yang menunjukan
suatu kumpulan saling berhubungan diantaranya dan berinteraksi bersama-sama menuju satu
atau lebih tujuan, sasaran atau akhir dari sistem
Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Akuntansi merupakan aktivitas jasa untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk
pengembilan keputusan. Pada sektor publik, pengambilan keputusan terkait dengan
keputusan baik pada sektor ekonomi, sosial, dan politik. Dalam pengelolaan keuangan
Negara dan Daerah yang besar pemerintah memerlukan suatu sistem akuntansi yang
diperlukan untuk pengelolaan dana, transaksi ekonomi yang semakin besar dan beragam.
Pada dasarnya baik sektor swasta maupun pemerintah, akuntansi dibedakan menjadi dua
bagian yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Dalam hal ini akuntansi yang
dibahas adalah akuntansi keuanhan daerah.
Definisi Sistem Akuntansi Pemerintahan menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntasi Pemerintahan : Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan
pelaporan posisi keuangan dan operasi pemerintah.
Menurut Abdul Halim (2012:35) akuntansi keuangan daerah dapat di definisikan sebagai
berikut : “Suatu proses identifikasi, pengukuran, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan)
dari suatu daerah (Provinsi, kabupaten, Kota) yang dijadikan sebagai informasi dalam
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan”.
Menurut Abdul Hakim mengutip dari Kepmendagri No.29 Tahun 2002 pasal 70 ayat (1)
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah : Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah
sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan
transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan
APBD, dilaksanakan dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.
Menurut Deddi Nordiawan, (2006:5) Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dapat di
definisikan sebagai berikut : “Serangkaian prosedur yang saling berhubungan, yang
digunakan sesuai dengan skema menyeluruh yang ditunjukan untuk menghasilkan informasi
dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan pihak intern dan ekstern pemerintah
daerah untuk mengambil keputusan ekonomi.”
Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 (2006:76) yang terdapat pada pasal 232
menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah merupakan : “serangkaian prosedur
mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan
secara manual atau menggunakan komputer”
Definisi dari Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah menurut Muhammad Gade (2000:95)
adalah : Sistem akuntansi pemerintah adalah sistem akuntansi yang mengolah semua
transaksi keuangan, aset, kewajiaban, dan ekuitas pemerintah yang menghasilkan informasi
akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan, baik
yang diperlukan oleh badan-badan diluar eksekutif, maupun oleh berbagai tingkatan
manajemen pada pemerintahan.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (SAKD) merupakan system akuntansi yang terdiri dari seperangkat
kebijakan, standard an prosedur yang dapat menghasilkan laporan yang relevan, andal dan
tepat waktu untuk menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan
digunakan oleh pihak intern dan ekstern pemerintah daerah untuk mengambil keputusan
ekonomi. Sehingga dimensi dari Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terdiri dari :
1. Kebijakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
2. Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
3. Sistem Akuntansi Sumber Daya Manusia, dan
4. Sistem Teknologi Informasi.

Namun untuk menyusun system akuntansi sector public, menurut Indra Bastian (2010:31)
perlu mempertimbangkan beberapa factor, yaitu :
1. Sistem akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip kecepatan, yaitu bahwa
system akuntansi harus mampu menyediakan informasi yang diperlukan secara tepat
waktu dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan kualitas yang diperlukan.
2. System akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip keamanan. Hal ini berarti
bahwa system akuntansi harus dapat membantu menjaga keamanan harta milik
organisasi. Untuk menjaga keamanan harta milik organisasi, system akuntansi harus
disusun dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pengawasan internal.
3. System akuntansi yang disusun harus memenuhio prinsip keekonomisan. Hal ini
berarti biaya untuk menyelenggarakan system akuntansi harus dapat ditekan sehingga
relative tidak mahal. Dengan kata lain, penyelenggaraan system akuntansi perlu
memprtimbangkan biaya versus manfaat (cost versus benefitdalam menghasilkan
suatu informasi.
Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintahan
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas subsitem-subsistem atau kesatuan yang lebih
kecil, yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai tujuan tertentu. Tujuan Akuntansi
Pemerintah menurut Abdul Halim (2004:28) adalah
1. Pertanggungjawaban (accountability and stewardship)
2. Manajerial
3. Pengawasan
Tujuan-tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pertanggungjawaban (accountability and stewardship)
Tujuan pertanggungjawaban meniliki arti memberikan informasi keuangan yang lengkap
cermat, dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab
yang berkaitan dengan operasi unit- unit pemerintah. Lebih lanjut, tujuan
pertanggungjawaban ini mengharuskan tiap orang atau badan yang mengelola keuangan
negara harus memberikan pertanggungjawaban dan perhitungan
2. Manajerial
Tujuan manajerial berarti bahwa akuntansi pemerintah harus menyediakan informasi
keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan,
pengendalian anggran, perumusan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan, serta penilaian
kinerja pemerintah.
3. Pengawasan
Tujuan pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi pemerintah harus memungkinkan
terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.
Ketiga tujuan tersebut mampu dipenuhi oleh akuntansi dalam prakteknya melalui sistem
akuntansi pemerintah, yang setelah dikeluarkannya undang-undang di era reformasi sistem
yang digunakan pemerintah dulu yaitu tata buku hanya sebagian kecil dari akuntansi dan
tidak mampu memenuhi semangat yang dibawa pada era otonomi daerah.
Menurut Muhammad Gade (2000:112) tujuan sistem akuntansi pemerintah pusat (daerah):
a. Menjaga aset pemerintah dan instansi instansinya melalui pencatatan, pemrosesan
dan pelaporan keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi
yang diterima umum.
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan
keuangan pemerintah pusat (daerah), baik secara nasional(daerah) maupun instansi
yang berguna sebagai dasar pengukuran kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap
otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas.
c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi
dan pemerintah pusat (daerah) secara keseluruhan.
d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan pengelolaan dan
pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.
Dari definisi sistem akuntansi pemerintahan dan tujuan yang dikemukakan diatas dapat
diambil kesimpulan mengenai tujuan sistem akuntansi pemerintahan : 1. Akuntabilitas
Pemerintah 2. Manajerial
Kebijakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Kebijakan dari System Akuntansi Keuangan Daerah menurut Permendagri No.13 tahun 2006
Pasal 239 (2006:77) terdiri dari :
1. Pengakuan Akuntansi
2. Pengukuran Akuntansi
3. Penyajian Akuntansi
Pengakuan Akuntansi
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) memberikan rambu-rambu bagi pemerintah daerah
dalam menyusun laporan keuangan yang berkualitas. SAP tidak menentukan satu kebijakan
yang harus dianut oleh pemerintah daerah, melainkan memberikan kelonggaran bagi
pemerintah daerah untukberkreasi dalam merancang system akuntansi yang sesuai dengan
karakteristik kauangan di masing-masin daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu
membuat kebijakan akuntansi yang berisi system dan prosedur yang telah dipilih oleh
pemerintah daerah dalam rangka menyajikan laporan keuangan. Dengan kata lain, kebijakan
akuntansi ini bisa bervariasi antar daerah.
Poin penting dari kebijakan akuntansi ini berisi pengakuan, pengukuran dan penyajian.
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan kapan suatu transaksi harus dicatat
dalam jurnal. Pengakuan atas transaksi akuntansi terbagi menjadi 2 basis, yaitu Basis kas dan
basis Akrual

Basis Kas (Cash Basis)

Basis kas, menetapkan bahwa pengakuan pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan
apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada kas.Pembukuan basis kas dilakukan
atas dasar penerimaan dan pembayaran tunai, jadi pendapatan diakui sebagai pendapatan
apabila sudah diterima tunai, dan pembelanjaan dianggap sebagai belanja pada saat dibayar
tunai (Indra Bastian, 2010:42).
Dalam Standar Akuntansi pemerintah (SAP) No 01 – Basis Akuntansi, menerangkan bahwa
basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk
pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Basis
kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas
diterima di Rekening Kas Umum Negara/daerah atau entitas pelaporan dan belanja diakui pad
saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas laporan.
Penentuan sisa pembiayaan anggaran baik lebih ataupun kurang untuk setiap periode
tergantung pada selisih relisasi penerimaan dan pengeluaran.Pendapatan dan belanja bukan
tunai seperti bantuan pihak luar asing dalam bentuk barang dan jas disajikan pada Laporan
realisasi Anggaran.
Basis Akrual (Accrual Basis)
Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) No 01 – Basis Akuntansi, Basis akrual
adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan
peristiwa itu terjadi”.
Cara pembuktian akrual basis membukukan pendapatan pada saat timbulnya hak tanpa
memperhatikan kapan penerimaannya terjadi, sudah diterima ataupun sebelum serta
membukukan pembelanjaan pada saat kewajiban terjadi tanpa memperhatikan kapan
pembayaran dilakukan sudak atau belum.
Basis akrual akan mencakup pencatatan terhadap transaksi yang terjadi dimasa lalu dan
berbagai hak dan kewajiban dimasa yang akan dating. Basis akrual akan mempunyai atau
meliputi semua aktivitas dibandingkan dengan basis kas. Dalam laporan keuangan
pemerintah, basis akrual digunakan untuk pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dalam
Neraca.

Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat
pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh
pada keungan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar.

Pengukuran Akuntansi
“Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos
dalam laporan keuangan pemerintah daerah” (USAID 2009). Jadi dapat disimpulkan
pengukuran adalah apakah suatu transaksi atau kejadian akan diukur dengan menggunakan
nilai historis (nilai jual-beli ketika transaksi itu dilakukan) atau menggunakan nilai pasar
(yang didasarkan pada harga pasar yang berlaku).
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu membukukan penerimaan
bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya tentu saja setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran.akuntansi pengeluaran diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis
belanja), organisasi dn fungsi untuk melaksanakan aktivitas seperti belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah,bantuan social , dan belanja tak terduga.
Penyajian Akuntansi
Ikhtisar-ikhtisar atas kebijakan dan pelaksanan akuntansi kemudian dimuat dalam Catatan
Atas Laporan Keuangan (CALK) dan Laporan Realisasi Anggaran. Laporan keuangan yang
dibuat oleh berbagai dinas atau instansi pemerintah daerah lalu disampaikan kepada kepala
pemerintah daerah setempat dan diaudit oleh pemeriksa ekstern atau Badan Pengawas
Keuangan (BPK) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai