Anda di halaman 1dari 52

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai proses audit atas laporan

keuangan yang dilakukan oleh BPK terhadap Instansi Pemerintah yaitu dengan sampel

Pemda P dan BUMN dengan sampel BUMN JS. Proses audit atas laporan keuangan

yang dilaksanakan oleh BPK terdiri atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Namun penulis membatasi ruang lingkup

penelitiannya pada tahap perencanaan. Audit atas laporan keuangan dilakukan

berdasarkan penugasan pemeriksaan dan arahan dari pemberi tugas yaitu Badan sebagai

pimpinan tertinggi di BPK atau DPR.

Penulis memilih sampel Instansi Pemerintah dengan sampel Pemda P karena

berdasarkan IHPS I BPK RI diketahui bahwa audit atas laporan keuangan Pemda paling

banyak dilaksanakan dengan total sebanyak 363 di tahun 2011 dan sebanyak 350 ditahun

2010. Hal ini dikarenakan penugasan audit atas laporan keuangan Pemda dilaksanakan

oleh auditor BPK secara berkala setiap tahunnya. Sedangkan pemilihan sampel BUMN

dengan menggunakan BUMN JS dikarenakan oleh pelaksanaan audit atas laporan

keuangan BUMN yang tidak dilaksanakan oleh auditor BPK secara berkala setiap

tahunnya, namun tugas audit atas laporan keuangan BUMN diserahkan kepada salah

satu KAP yang berada di Indonesia untuk kemudian direviu kembali oleh BPK sebelum

hasil laporan audit diserahkan ke DPR. Untuk BUMN JS sendiri saat ini sedang

diberikan penugasan oleh DPR untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan BUMN

JS terkait dengan pelaksanaan Undang-Undang yang telah disahkan oleh DPR.

40
Langkah-langkah yang diambil oleh penulis dalam mengumpulkan data dan

informasi mengenai proses audit atas laporan keuangan Pemda P dan laporan keuangan

BUMN JS pada tahap perencanaan yaitu sebagai berikut :

1. Studi literatur
Penulis mengumpulkan teori-teori, Petunjuk Pelaksanaan pemeriksaan keuangan

(Juklak pemeriksaan keuangan), Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP),

Petunjuk Teknis (Juknis), serta materi lainnya yang berhubungan dengan tahap

perencanaan audit sebelum melakukan wawancara dengan auditor BPK RI.


2. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan tim auditor BPK yaitu ketua tim dan

anggota tim untuk memperoleh data dan informasi mengenai pelaksanaan audit

yang sebenarnya terjadi dilapangan.


3. Evaluasi dan Analisis
Setelah dilakukannya wawancara dengan tim auditor BPK, selanjutnya penulis

akan mengevaluasi dan menganalisis keseluruhan informasi yang telah

didapatkan pada tahap-tahap sebelumnya.

IV.1. Proses Perencanaan Audit Atas Laporan Keuangan Pemda P

Proses perencanaan audit atas laporan keuangan Pemda P dilaksanakan pada

pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan terinci. Perencanaan mulai dilaksanakan

oleh tim auditor BPK pada bulan Januari 2012. Pemeriksan pendahuluan atas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) P untuk tahun anggaran 2011 dilaksanakan pada

bulan Febuari 2012. Setelah melaksanakan pemeriksaan pendahuluan, selanjutnya tim

auditor melaksanakan pemeriksaan terinci pada bulan April 2012 selama 30 hari

dilapangan.
Jangka waktu pelaksanaan audit pada Pemda P ditetapkan oleh Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

41
negara dalam jangka waktu dua bulan setelah laporan keuangan Pemda P tersebut

diterbitkan. Pemda P menyerahkan LKPD tahun anggaran 2011 pada akhir bulan Maret

2012. LHP atas LKPD Pemda P tahun anggaran 2012 harus diserahkan oleh perwakilan

BPK RI didaerah tingkat I yaitu Gubernur paling lambat akhir bulan Mei 2012.
Langkah-langkah dari tahap perencanaan audit atas laporan keuangan Pemda P,

yaitu :
1. Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang diberikan oleh

pemberi tugas (Badan).


Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang diberikan

oleh pemberi tugas (Badan) dilaksanakan tim auditor pada saat pemeriksaan

pendahuluan. Tujuan pemeriksaan yang diberikan oleh Badan adalah

memberikan opini atas laporan keuangan Pemda P yang disajikan apakah telah

sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,

kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan, serta sistem pengendalian

intern. Dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan, pemberi tugas mempunyai

harapan-harapan penugasan yang harus diperoleh oleh auditor.


Harapan penugasan mengatur mengenai jadwal waktu pelaksanaan dan

penerbitan LHP. Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan ini harus

didokumentasikan secara tertulis oleh pemberi tugas dan ditandatangani oleh

ketua tim, pengendali teknis, penanggung jawab dan pemberi tugas (Badan). Hal

ini dikarenakan Badan tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaaan audit

dilapangan sehingga perlu adanya dokumentasi secara tertulis yang

ditandatangani oleh ketua tim, pengendali teknis, serta penanggung jawab

dengan tujuan untuk memberikan keyakinan bahwa ketua tim, pengendali teknis,

serta penanggung jawab telah memahami tujuan pemeriksaan dan harapan

penugasan yang diberikan oleh Badan.


42
Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan ini nantinya akan menjadi

dasar dalam penyusunan program pemeriksaan dan penentuan kebutuhan

pemeriksa. Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan dilakukan

oleh tim auditor dengan cara membaca dan memahami pedoman, buku petunjuk,

dokumentasi dan kerangka acuan dari pemberi kerja yang sebelumnya telah

disampaikan kepada masing-masing kepala perwakilan daerah.


2. Pemahaman atas entitas.
Pemahaman atas entitas dilaksanakan oleh tim auditor pada saat

pemeriksaan pendahuluan. Pemahaman atas entitas diperoleh tim auditor dengan

cara membaca berkas-berkas mengenai Pemda yang disimpan oleh pemegang

dosir BPK. Tugas dari pemegang dosir adalah mendokumentasikan berkas-

berkas di setiap Pemda. Apabila ada ketentuan baru mengenai peraturan

perundang-undangan atau berita-berita terkait mengenai Pemda P, maka Pemda P

wajib untuk menginformasikan kepada pemegang dosir BPK dan pemegang

dosir harus mendokumentasikannya dalam bentuk kliping. Selain itu, auditor

memperoleh pemahaman atas entitas melalui website Pemda P, melihat LHP dan

Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) tahun sebelumnya, serta menghubungi pejabat

Pemda yang bersangkutan untuk meminta kelengkapan atas data yang diperlukan

jika merasa data atas pemahaman atas entitas yang diperoleh masih belum

mencukupi.
Informasi-informasi yang perlu diperoleh pada pemahaman atas entitas

antara lain :
a. Gambaran jelas mengenai entitas
Gambaran jelas mengenai entitas misalnya berapa jumlah Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) yang dimiliki serta struktur organisasi Pemda

P. Pemahaman atas struktur organisasi diperlukan auditor untuk

43
menentukan unit-unit yang terdapat pada Pemda P. Pemahaman atas

gambaran jelas mengenai entitas diperoleh auditor melalui website,

melihat LHP dan KKP tahun sebelumnya.


b. Kekuatan lingkungan
Kekuatan lingkungan yang dimaksud adalah keunggulan Pemda P jika

dibandingkan dengan Pemda lainnya yang sejenis. Misalnya Pendapatan

Asli daerah (PAD) dalam bentuk pajak hotel, pajak reklame atau pajak

galian C di pemda yang X cukup dominan jika dibandingkan dengan

Pemda lainnya. Pemahaman atas kekuatan lingkungan diperoleh auditor

dengan mempelajari LHP atas LKPD dan KKP pada tahun-tahun

sebelumnya.
c. Tren yang signifikan
Tren yang signifikan misalnya yang terjadi pada anggaran maupun

realisasi pendapatan dan belanja dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pemahaman atas tren yang signifikan diperoleh auditor dari Peraturan

Daerah (Perda) mengenai APBN serta melalui publikasi dalam bentuk

website.
d. Hubungan dengan Pemerintah Pusat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD), BPK RI, serta Pemda lainnya


Pemahaman atas hubungan antara Pemda P dengan Pemerintah Pusat,

DPRD, BPK RI serta Pemda lainnya diperoleh auditor dengan melihat

LHP dan KKP pada tahun-tahun sebelumnya.


e. Sumber pendapatan dan pembiayaan
Pemahaman atas sumber pendapatan dan pembiayaan Pemda P diperoleh

auditor dengan melihat LHP dan KKP pada tahun-tahun sebelumnya.


f. Dasar hukum dan peraturan yang mempengaruhi
Pemahaman mengenai dasar hukum dan peraturan yang mempengaruhi

Pemda P diperoleh auditor melalui Perda dan Peraturan Bupati.


g. Faktor sosial dan politik yang mempengaruhi Pemda

44
Pemahaman mengenai faktor sosial dan politik yang mempengaruhi

Pemda P diperoleh melalui media masa dan koran. Kemudian data-data

yang diperoleh auditor melalui media masa dan koran ini nantinya

didokumentasikan dalam bentuk kliping oleh pemegang dosir BPK.


h. Pengaruh stakeholders (DPRD)
Pemahaman mengenai pengaruh stakeholder terhadap Pemda P diperoleh

auditor melalui media masa.

i. Dampak dari lingkungan entitas terhadap risiko bidang kerja dan laporan

keuangan
Pemahaman mengenai dampak dari lingkungan Pemda P terhadap risiko

bidang kerja dan laporan keuangan diperoleh auditor melalui Peraturan

Pemerintah yang terkait dengan Pemda P. Dengan risiko adanya

Peraturan-Peraturan Pemerintah yang tidak konsisten akan berdampak

pada kewajaran laporan keuangan.


j. Nama-nama pejabat Pemda yang bersangkutan.
Pemahaman mengenai nama-nama pejabat Pemda P diperoleh auditor

melalui LHP dan KKP pada tahun-tahun sebelumnya dan melalui website

Pemda P.
3. Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya.
Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya dilaksanakan

oleh tim auditor pada saat pemeriksaan pendahuluan. Pemantauan tindak lanjut

hasil pemeriksaan sebelumnya dilakukan oleh auditor dengan cara melakukan

evaluasi apakah temuan-temuan yang terdapat pada tahun sebelumnya telah

dilakukan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh BPK dan

dibuktikan dengan meminta dokumen tindak lanjut dari entitas. Dokumen tindak

lanjut misalnya bukti setor ke kas daerah, action plan, dan surat teguran terhadap

45
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Action plan adalah program kerja yang disusun

entitas untuk melaksanakan rekomendasi yang diberikan oleh BPK sebelumnya.


4. Pelaksanaan prosedur analitis awal.
Pelaksanaan prosedur analitis awal dilaksanakan oleh tim auditor pada

saat pemeriksaan terinci. Hal ini dikarenakan oleh LKPD yang baru terbitkan

pada saat auditor melaksanakan pemeriksaan terinci. Untuk melaksanakan

prosedur analitis awal auditor memerlukan informasi dari laporan keuangan

Pemda P yang telah diterbitkan saat ini.


Prosedur analitis dilakukan auditor dengan cara membandingkan data

yang terdapat dalam neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus

Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yaitu dengan melalui

analisis data baik secara vertikal maupun secara horizontal, teknif prediktif, serta

analisis tren dan common-size financial statements.


Analisis data vertikal yang dimaksud disini adalah dengan melihat

hubungan akun dalam satu jenis laporan keuangan yaitu analisis antar akun

dalam necara, antar akun dalam LRA atau antar akun dalam LAK saja. Sebagai

contoh analisis data vertikal dalam neraca yaitu :


aset = kewajiban + ekuitas
Sedangkan yang dimaksud dengan analisis data horizontal disini adalah

melihat hubungan antar akun neraca dengan akun LRA atau kesesuaian dengan

nilai yang disajikan dalam LAK apakah sudah cukup diungkapkan dalam CaLK.

Sebagai contoh analisis data horizontal antara LRA dengan neraca yaitu :
pengeluaran pembiayaan untuk pembiayaan untuk penyertaan modal daerah

(terdapat dalam LRA) = penambahan nilai penyertaan modal Pemerintah Daerah

(terdapat dalam neraca)


Teknik prediktif yang dimaksud disini adalah membandingkan antara

realisasi dan anggaran akun-akun di LRA. Analisis tren yang dimaksud adalah

46
dengan membandingkan akun yang sama untuk periode lebih dari dua tahun

sehingga nantinya akan diperoleh gambaran mengenai kecenderungan dari suatu

akun dalam LKPD.


5. Pemahaman dan pengujian Sistem Pengendalian Intern (SPI) entitas.
Pemahaman dan pengujian SPI entitas dilaksanakan oleh tim auditor pada

saat pemeriksaan pendahuluan. Pemahaman dan pengujian SPI entitas dilakukan

oleh auditor dengan membaca ketentuan Undang-Undang atau Peraturan

Pemerintah yang terkait dengan sistem pengendalian intern pemerintah,

melakukan pengujian atas kelengkapan dokumen pendukung, walktrough test,

melakukan observasi dan wawancara dengan pihak manajemen entitas yang

bersangkutan. Hasil pengujian SPI selanjutnya akan digunakan untuk

menentukan strategi pengujian substantif atas transaksi laporan keuangan entitas

yang diperiksa. Apabila hasil SPI dinilai oleh auditor rendah, perlu

dipertimbangkan untuk dilakukan pengujian substantif mendalam. Sedangkan

apabila hasil SPI dinilai baik atau efektif auditor cukup melakukan pengujian

substantif terbatas.
Auditor menggunakan pendekatan COSO dalam pemahaman dan

pengujian SPI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) diatur dalam

Undang-Undang No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara serta

Peraturan Pemerintah No.60 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Pemahaman dan pengujian SPI atas masing-masing komponen COSO dilakukan

dengan :
a. Lingkungan pengendalian (Control environment)
Auditor mendapatkan pemahaman dan melakukan pengujian atas

lingkungan pengendalian dengan memahami kegiatan atau aspek-aspek

47
yang dapat membangun lingkungan pengendalian. Kegiatan atau aspek-

aspek yang dapat membangun lingkungan pengendalian, misalnya :


1) Penegakan integritas dan nilai etika
Auditor memahami penegakan integritas dan nilai etika

mengacu pada Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2004 tentang

pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS dalam memberikan

pembinaan kepada pegawai di lingkungan Pemda P serta mengacu

pada Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil dalam menegakkan disiplin.


Auditor melakukan pengujian terhadap penegakan

integritas dan nilai etika melalui observasi apakah Pemda P telah

mensosialisasikan pembinaan jiwa korps, kode etik dan disiplin

pegawai secara rutin pada saat apel. Selain itu auditor juga

melakukan wawancara kepada pihak manajemen apakah Pemda P

telah menerapkan sistem sanksi atau penghargaan yang dapat

menunjukan terciptanya lingkungan kerja yang disiplin dan

dibuktikan melalui dokumen teguran atau penghargaan terhadap

pegawai.
2) Komitmen terhadap kompetensi
Auditor memperoleh pemahaman atas komitmen terhadap

kompetensi melalui Peraturan Daerah yang terkait dengan

pembentukan organisasi dan tata kerja. Auditor melakukan

pengujian komitmen terhadap kompetentsi dengan melakukan

observasi dan wawancara apakah Pemda P telah mengidentifikasi

kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas

dan fungsinya serta menetapkan dan melaksanakan standar

48
kompetensi untuk menempati setiap jabatan terkait pengelolaan

keuangan daerah maupun pelaksanaan APBD dan dibuktikan

dengan dokumen organisasi dan tata kerja.


3) Kepemimpinan yang kondusif
Auditor memperoleh pemahaman mengenai

kepemimpinan yang kondusif melalui peraturan yang ditetapkan

oleh Bupati terhadap penilaian keberhasilan SKPD di lingkungan

Pemda P.
Pengujian kepemimpinan yang kondusif dilaksanakan

dengan observasi dan wawancara terkait dengan program dan

kegiatan pembangunan yang dilakukan Pemda P. Dokumen

pendukung yang digunakan misalnya kontrak dan addendum.


4) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
Auditor mendapatkan pemahaman atas pembentukan

struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan melalui

wawancara dengan manajemen Pemda P apakah Pemda P telah

menetapkan organisasi dan tata kerja dengan berpedoman pada

Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri.


Auditor melakukan pengujian dengan melakukan

observasi dan membandingkan dengan dokumen pendukung

misalnya SOP apakah Pemda P telah menetapkan organisasi dan

tata kerja yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah dan

Peraturan Menteri.
5) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
Auditor mendapatkan pemahaman dan melakukan

pengujian atas pendelegasian wewenang dan tanggung jawab

yang tepat dengan melakukan observasi dan wawancara apakah

terdapat wewenang dan tanggung jawab dari kepala daerah


49
kepada kepala SKPD, serta dibuktikan melalui dokumen Laporan

Barang Pengguna Semesteran (LBPS) atau Laporan Barang

Penggunan Tahunan (LBPT).


6) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang

pembinaan sumber daya manusia (SDM)


Auditor memahami penyusunan dan penerapan kebijakan

yang sehat tentang pembinaan SDM mengacu pada ketentuan

Pemerintah Pusat dalam proses perekrutan dan pembinaan

pegawai.
Pengujian dilakukan oleh auditor melalui wawancara dan

observasi mengenai proses perekrutan pegawai dan kegiatan

pembinaan pegawai pada saat apel serta dibuktikan melalui

dokumen perekrutan pegawai dan pembinaan terhadap pegawai

apabila terdapat pegawai yang melanggar disiplin.

7) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang

efektif
Auditor memahami dan melakukan pengujian terhadap

perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang

efektif melalui penelusuran dokumen hasil pemeriksaan, observasi

dan wawancara dengan inspektorat dan manajemen terkait apakah

sudah melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap

pertanggungjawaban keuangan dan aspek kepegawaian serta

pengelolaan barang daerah.


8) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait,

misalnya Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan DPRD

50
Auditor memperoleh pemahaman dan pengujian terkait

dengan hubungan kerja Pemda P dengan Pemerintah Pusat dengan

berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan

oleh Pemerintah Pusat dalam mengatur hak dan kewajiban antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.


Auditor memperoleh pemahaman dan pengujian terkait

dengan hubungan kerja dengan Pemerintah Provinsi melalui

dokumen bagi hasil pajak serta koordinasi dan evaluasi

pelaksanaan APBD.
Auditor memperoleh pemahaman dan pengujian terkait

dengan DPRD melalui Peraturan Undang-Undang mengenai

hubungan antara DPRD dengan Pemda P dalam merumuskan

kebijakan dalam rangka menjalankan roda pemerintahan.


b. Penilaian risiko (Risk assessment)
Auditor mendapatkan pemahaman penilaian risiko dengan

memahami ketetapan tujuan SKPD dan tujuan kegiatan serta kendala-

kendala atau risiko dalam mencapai tujuan tersebut.


Auditor melakukan pengujian atas penilaian risiko dengan

membandingkan apakah Pemda P telah mengidentifikasi risiko dalam

mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan SKPD. Dokumen yang

digunakan yaitu SOP dan manual akuntasi dan operasi.


c. Aktivitas pengendalian (Control activities)
Auditor mendapatkan pemahaman aktivitas pengendalian dengan

memahami aktivitas pengendalian dengan risiko yang telah diidentifikasi

dan ditetapkan.
Auditor melakukan pengujian atas aktivitas pengendalian dengan

mereviu kinerja organisasi Pemda P terkait dengan pemeriksaan rutin

oleh inspektorat, pembinaan terhadap SDM, pengendalian atas


51
pengelolaan sistem informasi, pengendalian fisik atas aset, penetapan dan

reviu atas indikator dan ukuran kinerja, pemisahan fungsi dalam struktur

organisasi Pemda P, otorisasi atas transaksi dan kejadian penting,

pencatatan yang akurat dan tepat waktu, pembatasan akses atas sumber

daya dan pencatatannya, akuntabilitas terhadap sumber daya dan

pencatatannya, serta dokumentasi yang baik atas SPI serta transaksi dan

kejadian penting. Dokumen yang digunakan yaitu SOP dan manual

akuntasi dan operasi.

d. Informasi dan komunikasi (Information and communicatio)


Auditor mendapatkan pemahaman dan pengujian atas informasi

dan komunikasi dengan penelusuran dokumen berupa manual akuntansi

dan manual operasional dan observasi mengenai sistem informasi dan

bagaimana penyampaian hasil informasi disampaikan dari pegawai ke

atasannya.
e. Pemantauan (Monitoring)
Auditor mendapatkan pemahaman mengenai pemantauan dengan

dengan melihat pengawasan misalnya terhadap pengelolaan kas apakah

telah dilakukan secara perodik.


Auditor melakukan pengujian atas pemantauan dengan observasi,

wawancara, dan melihat dokumen pendukung yang berasal dari

inspektorat.
6. Penilaian risiko.
Penilaian risiko ditetapkan menjadi tiga macam yaitu rendah, menengah,

dan tinggi. Penetapan risiko ditetapkan auditor berdasarkan judgment dengan

berbagai faktor-faktor yang menjadi pertimbangan. Langkah-langkah yang

dilakukan oleh auditor dalam menetapkan risiko antara lain :


a. Menetapkan tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima (AAR)

52
Auditor menetapkan AAR dengan pendekatan kuantitatif. Dalam

menetapkan AAR auditor menggunakan metode pembobotan nilai

terhadap faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan tingkat AAR.

Terdapat tiga skor untuk setiap faktor yang mempengaruhi tingkat AAR.

Nilai satu mewakili risiko pemeriksaan terendah, nilai dua mewakili

risiko pemeriksaan sedang, dan nilai tiga mewakili risiko pemeriksaan

tinggi, dengan kriteria faktor-faktor sebagai berikut :


1) Tingkat ketergantungan pengguna terhadap laporan keuangan.
Semakin tinggi tingkat ketergantungan pengguna atas laporan

keuangan Pemda P maka bobot penilaiannya semakin kecil. Para

pemakai laporan keuangan Pemda P adalah Bupati dan DPRD.

Fungsi laporan keuangan bagi Bupati dan DPRD hanya sebagai

sarana pertanggungjawaban dan bukan digunakan sebagai dasar

dalam penetapan besarnya suatu insentif. Oleh karena itu, auditor

menilai AAR ditingkat sedang (2)


2) Going concern.
Semakin tinggi tingkat kepastian going concern maka bobot

penilaiannya semakin besar. Kecil kemungkinan bahwa Pemda P

akan mengalami kebangkrutan karena belanja pegawai

ditanggung oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk Dana Alokasi

Umum (DAU). Oleh karena itu, auditor menetapkan AAR pada

tingkat tinggi (3)


3) Integritas para pejabat, pegawai dan rekan.
Semakin rendah tingkat integritas pejabat maka bobot penilainnya

semakin kecil. Sesuai dengan tingkat persepsi korupsi di

Indonesia melalui survei lembaga-lembaga internasional, para

pegawai dan pejabat secara umum cenderung korup. Hal ini


53
ditunjukkan dengan gaya hidup yang relatif mewah padahal

tingkat gaji masih sangat rendah. Oleh karena itu, auditor menilai

AAR pada tingkat rendah (1).


4) Geografis.
Semakin mudah entitas untuk dijangkau maka bobot penilaiannya

semakin besar. Dari total keseluruhan entitas, hampir semuanya

dapat terjangkau dengan mudah secara fisik. Oleh karena itu,

auditor menilai AAR pada tingkat tinggi (3)


5) Nilai aset.
Semakin kecil nilai aset Pemda P maka bobot penilaiannya

semakin besar. Nilai aset yang dimiliki oleh Pemda P jika

dibandingkan dengan Pemda lainnya masih tergolong kecil. Oleh

karena itu, auditor menilai AAR pada tingkat tinggi (3).


6) Anggaran yang dikelola.
Semakin kecil nilai anggaran yang diperiksa maka bobot

penilaiannya akan semakin besar. Jumlah anggaran yang dikelola

Pemda P jika dibandingkan dengan APBD Pemda P sejenis relatif

kecil. Oleh karena itu, auditor menilai AAR pada tingkat tinggi

(3)
7) Jumlah satker atau SKPD
Semakin besar jumlah satker yang dimiliki Pemda P maka bobot

penilaiannya semakin kecil. Dari total keseluruhan jumlah satker

atau SKPD yang dimiliki Pemda P jika dibandingkan dengan

jumlah satker atau SKPD Pemda lainnya relatif besar. Oleh karena

itu, auditor menilai AAR pada tingkat rendah (1)


8) Hasil pemeriksaan tahun sebelumnya.
Semakin buruk opini tahun sebelumnya maka bobot penilaiannya

semakin kecil. Berdasarkan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya

54
Pemda P mendapatkan opini wajar dengan pengecualian. Oleh

karena itu, auditor menilai AAR pada tingkat tinggi (3).


9) Sistem informasi yang digunakan.
Semakin buruk sistem informasi yang digunakan Pemda P maka

bobot penilaianya semakin kecil. Proses penyusunan laporan

keuangan telah mengunakan aplikasi sistem informasi yang cukup

memadai. Oleh karena itu, auditor menilai AAR pada tingkat

sedang (2).
Setelah menilai faktor-faktor yang menjadi pertimbangan AAR,

kemudian auditor menjumlahkan skor nilai keseluruhan. Berdasarkan

jumlah nilai tersebut akan dikategorikan kedalam tingkat risiko

pemeriksaan dalam skala berikut :


1) 9 – 14 : rendah (1%)
2) 15 – 21 : sedang (3%)
3) 22 – 27 : tinggi (5%)
Sebagai contoh gambaran mengenai metode pembobotan AAR,

dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel IV.1
Contoh perhitungan AAR dengan metode pembobotan nilai

Faktor yang menjadi Bobot Penilaian


No Kondisi
pertimbangan 1 2 3
Tingkat ketergantungan
1. pengguna terhadap laporan Sedang 2
keuangan
2. Going concern Tinggi 3
3. Integritas pejabat Rendah 1
4. Geografis Mudah 3
5. Nilai aset Kecil 3
6. Anggaran yang dikelola Kecil 3
7. Jumlah satker Besar 1

55
Hasil pemeriksaan tahun
8. Tinggi 3
sebelumnya
Sistem informasi yang
9. Sedang 2
digunakan
Sub Total 2 4 15
Total 21
Kesimpulan AAR 3% (sedang)
b. Menilai risiko bawaan (IR)
Dalam menetapkan IR auditor menggunakan metode pembobotan

nilai terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat IR. Terdapat tiga

skor untuk setiap faktor yang mempengaruhi tingkat IR. Nilai satu

mewakili risiko pemeriksaan terendah, nilai dua mewakili risiko

pemeriksaan sedang, dan nilai tiga mewakili risiko pemeriksaan tinggi,

dengan kriteria faktor-faktor sebagai berikut :


1) Sifat entitas
Semakin kompleks struktur bisnis entitas maka semakin tinggi IR

suatu akun-akun tertentu. Struktur kegiatan Pemda P tidak terlalu

kompleks, sehingga auditor menilai IR pada tingkat rendah (1).


2) Hasil pemeriksaan sebelumnya
Semakin banyak temuan pada tahun sebelumnya atas akun maka

IR semakin tinggi. Dari hasil pemeriksaan Pemda P sebelumnya

dengan opini wajar dengan pengecualian, diketahui bahwa tidak

terdapat banyak temuan yang signifikan. Oleh karena itu, auditor

menilai IR pada tingkat rendah (1).


3) Integritas personel kunci
Semakin rendah kompetensi dan pengalaman personil entitas

maka IR semakin tinggi. Bendahara kas pada Pemda P dinilai

belum memiliki keahlian yang akuntansi yang memadai, sehingga

auditor menilai IR pada tingkat tinggi (3).


4) Penugasan pertama vs penugasan berulang

56
Penugasan pertama pemeriksaan suatu entitas akan ditetapkan

lebih tinggi dibandingkan dengan penugasan berulang. Penugasan

terhadap Pemda P merupakan penugasan berulang yang dilakukan

auditor setiap tahunnya, sehingga auditor menilai IR pada tingkat

rendah (1).
5) Hubungan dengan pihak-pihak terkait
Semakin Pemda P bertransaksi dengan pihak yang mempunyai

hubungan istimewa maka semakin rentan transaksi dan akun

terkait. Dalam proses transaksi para personil berhubungan dengan

para rekanan. Antara hubungan pejabat dengan para rekanan

cenderung terdapat hubungan istimewa sehingga risiko bawaan

cenderung tinggi. Oleh karena itu auditor menilai IR pada tingkat

tinggi (3).
6) Jenis-jenis transaksi (apakah tergolong rutin atau tidak rutin) dan

tingkat kompleksitasnya
Semakin tidak rutin dan kompleks transakasinya maka IR

semakin tinggi risikonya. Terdapat transaksi rutin misalnya gaji

dan transaksi yang tidak rutin seperti pengadaan barang/jasa,

perjalanan dinas, dan bantuan sosial. Volume transaksi yang tidak

rutin relatif kecil, sehingga auditor menilai IR pada tingkat sedang

(2).
7) Dorongan dan motivasi manajemen
Semakin tinggi taget realisasi belanja maka IR semakin tinggi.

Para pejabat Pemda P cenderung membelanjakan seluruh

anggaran yang ada, sehingga auditor menilai IR pada tingkat

tinggi (3).
8) Tingkat subjektivitas sesuai persyaratan standar akuntansi.

57
Semakin subjektif akun tersebut maka IR semakin tinggi. Masalah

pengukuran atas transaksi pada umumnya tidak terlalu

membutuhkan estimasi, sehingga tidak terlalu subjektif, sehingga

auditor menilai IR pada tingkat rendah (1).


9) Tingkat kerentanan terhadap pencurian atau penyalahgunaan aset
Semakin rentan suatu akun terhadap risiko pencurian atau

penyalahgunaan aset maka IR semakin tinggi. Pada Pemda P

terdapat aset-aset yang masih banyak disalahgunakan. Oleh

karena itu, auditor menilai IR pada tingkat tinggi (3).


10) Kemungkinan adanya kecurangan
Semakin rentan siklus atau akun terhadap manipulasi atau

kerugian pada saat semakin tinggi risiko bawaannya. Kecurangan

dalam bentuk pemalsuan dokumen, mark up harga, dan

pengurangan volume kemungkinan besar terjadi pada Pemda P,

sehingga auditor menilai IR pada tingkat tinggi (3).


Setelah menilai faktor-faktor yang mempengaruhi IR, kemudian

auditor menjumlahkan skor nilai keseluruhan. Berdasarkan jumlah nilai

tersebut akan dikategorikan kedalam tingkat risiko pemeriksaan dalam

skala berikut :
1) 10 – 16 : rendah (30%)
2) 17 – 23 : sedang (70%)
3) 24 – 30 : tinggi (100%)
Sebagai contoh gambaran mengenai metode pembobotan IR,

dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel IV.2
Contoh perhitungan IR dengan metode pembobotan nilai

58
Faktor-faktor yang Bobot penilaian
No. Kriteria
memperngaruhi 1 2 3
1. Sifat entitas Rendah 1
Hasil pemeriksaan
2. Rendah 1
sebelumnya
Integritas personil
3. Tinggi 3
kunci
Penugasan pertama vs
4. Rendah 1
penugasan berulang
Hubungan dengan
5. Tinggi 3
pihak terkait
6. Jenis-jenis transaksi Sedang 2
Dorongan dan motivasi
7. Tinggi 3
manajemen
Tingkat subjektivitas
8. sesuai persyaratan Rendah 1
standar akuntansi
Tingkat kerentanan
9. terhadap pencurian atau Tinggi 3
penyalahgunaan aset
Kemungkinan adanya
10. Tinggi 3
kecurangan
Sub Total 4 2 15
Total 21
Kesimpulan IR 70% (Sedang)
c. Identifikasi dan menilai risiko pengendalian (CR)
Auditor mengidentifikasi dan menilai CR dengan menggunakan

pendekatan kualitatif yaitu apabila auditor menilai bahwa pengendalian

internal efektif maka penilaian CR ditetapkan sebesar 30% (rendah),

apabila auditor menilai bahwa pengendalian internal cukup terjamin

maka CR ditetapkan sebesar 70% (sedang), apabila auditor tidak terjamin

atas pengendalian internal maka CR ditetapkan sebesar 100% (tinggi).

d. Menentukan tingkat risiko deteksi (DR)


Setelah menentukan AAR, IR, dan CR auditor kemudian

menentukan DR dengan menggunakan model risiko audit dengan rumus :


AAR = IR x CR x DR
Melalui data sebelumnya telah diketahui AAR, IR, dan CR sehingga

untuk menentukan DR dengan rumus :

59
DR = AAR / (IR x CR)
Berdasarkan DR yang telah ditentukan dengan model risiko audit

kemudian akan dikategorikan kedalam tingkat risiko pemeriksaan dalam

skala berikut :
1) 1% - 9% : rendah
2) 10% - 40% : sedang
3) 41% - 56% : tinggi
e. Mengidentifikasi strategi pemeriksaan yang akan dilakukan.
Strategi pemeriksaan digunakan untuk menentukan sifat, saat,

serta seberapa jauh prosedur pengujian substantif dengan didasarkan oleh

tingkat DR. Untuk Pemda P, diketahui bahwa DR tinggi sehingga

membutuhkan strategi pemeriksaan pada tingkat DR tinggi yaitu :


1) Sifat : pengujian pemeriksaan dengan menggunakan prosedur

pemeriksaan sebagai berikut : pemeriksaan fisik (dilakukan pada

tahap interim), prosedur analitis, dan pengujian substantif atas

transaksi dan saldo.


2) Saat: dilaksanakan pada interim dan akhir tahun
3) Luas lingkup : pengujian yang lebih terbatas atas akun atau

transaksi.
Jika dibandingkan dengan teori, penilaian risiko audit yang digunakan

oleh auditor sama dengan teori, yaitu dengan menggunakan model risiko audit

dalam menetukan penilaian risiko.


7. Penetapan batas materialitas.
Penetapan batas materialitas dikategorikan kedalam dua kelompok, yaitu

PM (Planning Materiality) yang berhubungan dengan laporan keuangan secara

keseluruhan dan TE (Tolerable error) yang berhubungan dengan akun-akun

individual. Penetapan tingkat (rate) PM atas laporan keuangan Pemda ditentukan

auditor dengan melihat hasil opini laporan keuangan entitas tahun sebelumnya

dan hasil penilaian risiko. Setiap hasil opini, seperti WTP (Wajar Tanpa

60
Pengecualian), WDP (Wajar Dengan Pengecualian), adverse dan disclaimer

memiliki tingkat PM yang berbeda-beda.


Pertimbangan atas opini tahun sebelumnya terhadap tingkat materialitas

dan penilaian IR dapat dilihat melalui tabel berikut :


Tabel IV.3
Penentuan rate materialitas

Opini Tahun
% Penilaian Risiko Bawaan Entitas
Sebelumnya
Adverse / Disclaimer 0,5% s/d 1% Rendah 91% s/d 100%
WDP 1% s/d 3% Sedang 66% s/d 90%
WTP 3% s/d 5% Tinggi 50% s/d 65%
Kemudian tingkat PM dikalikan dengan total anggaran belanja. Rumus

penetapan PM yaitu :

PM = rate x total anggaran belanja


Setelah mendapatkan nilai PM dari hasil perkalian tersebut, selanjutnya

dialokasikan ke tingkat saldo akun yang jumlah totalnya sama dengan nilai PM.

Rumus untuk TE yaitu :


TE = PM x (N/T)
Dengan N adalah nilai saldo akun yang bersangkutan, dan T adalah jumlah

seluruh nilai saldo akun yang dialokasikan PM.


8. Penetapan metode uji petik.
Penetapan metode uji petik atau sampling dilakukan oleh auditor dengan

menggunakan metode non statistical. Judgment auditor memiliki peran yang

sangat penting dalam pengambilan sampel dengan menggunakan metode ini.

Sampel kemudian dipilih secara acak oleh auditor, namun sampel yang dipilih

tersebut yaitu nilai-nilai yang besar dan memiliki risiko yang tinggi agar dapat

memenuhi cakupan audit (audit coverage) yang telah ditetapkan sebelumnya.

Cakupan audit diklasifikasikan kedalam tiga skala yaitu rendah (20% hingga

30%), sedang (lebih besar dari 30% hingga 50%), dan tinggi (lebih besar dari

50% hingga 100%).

61
9. Pemenuhan kebutuhan pemeriksa.
Berdasarkan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang telah

dietapkan oleh Badan sebelumnya perlu disusun tim auditor untuk melaksanakan

audit atas laporan keuangan Pemda P. Penanggung jawab audit atas LKPD harus

seorang akuntan yang memiliki sertifikasi keahlian yang diakui secara

profesional. Tim auditor pada pelaksanaan audit atas laporan keuangan Pemda P

terdiri dari satu orang penanggung jawab dan satu orang pengendali teknis yang

membawahi dua ketua tim auditor dengan entitas yang berbeda dimana satu

orang ketua tim terdiri dari empat orang anggota tim. Total keseluruhan dari

anggota tim auditor yaitu tujuh orang.


10. Pengkomunikasan hasil perencanaan pemeriksaan kepada entitas.
Komunikasi hasil perencanaan pemeriksaan disampaikan oleh auditor

kepada entitas pemeriksaan yaitu Pemda P. Hal-hal yang disampaikan kepada

entitas yaitu latar latar belakang pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, lingkup

pemeriksaan, jangka waktu pemeriksaan, dan susunan tim pemeriksa. Hal ini

diperlukan agar memberikan pemahaman yang sama antara auditor dengan

entitas yang akan diperiksa. Komunikasi hasil perencanaan pemeriksaan

dilakukan dengan sosialiasi ketua tim kepada entitas melalui expose dan meeting

internal. Selain itu juga menunjukan surat penugasan dari pemberi tugas kepada

Pemda P.
11. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kegiatan Perorangan

(PKP).
P2 disusun berdasarkan pedoman pemeriksaan yang diterbitkan oleh BPK

RI, kemudian disesuaikan dengan kondisi entitas yang akan diperiksa. Setelah

menyusun program pemeriksaan, masing-masing anggota tim ditugaskan untuk

menyusun PKP dengan berpedoman kepada Program Kerja Pemeriksaan yang

62
disusun oleh ketua tim. Bentuk PKP dan P2 mengacu pada PMP (Panduan

Manajemen Pemeriksaan).
Program pemeriksaan (P2) membicarakan hal-hal yang bersifat umum,

misalnya mengenai dasar pemeriksaan, standar pemeriksaan, tujuan, lingkup,

langkah dan metode, hasil-hasil pemahaman SPI, kegiatan-kegiatan perusahaan,

penilaian risiko pemeriksaaan, dan jangka waktu serta susunan tim pemeriksa.

Setelah menyusun program pemeriksaan, masing-masing anggota tim ditugaskan

untuk menyusun PKP berdasarkan P2 yang telah dibuat yang nantinya akan

direviu oleh ketua tim auditor.

IV.2. Proses Perencanaan Audit Atas Laporan Keuangan BUMN JS

Proses perencanaan audit atas laporan keuangan BUMN JS mulai dilaksanakan

sejak bulan November 2011 yang didahului dengan pemeriksaan pendahuluan

(pemeriksaan interim) yang dilaksanakan selama 30 hari. Pemeriksaan pendahuluan

bertujuan untuk mengetahui karakteristik proses bisnis entitas, siklus akuntasi dan

keuangan, serta sistem pengendalian internal entitas saat ini untuk kemudian disusun

kedalam program pemeriksaan terinci. Pemeriksaan terinci (field work) mulai

dilaksanakan pada bulan Januari 2012 yang dilaksanakan selama 90 hari hingga akhir

bulan April 2012. Setelah pemeriksaan terinci selesai, kemudian disusun laporan audit

(audit report). Sesuai dengan pemintaan pemberi tugas, audit report diharapkan telah

diselesaikan pada bulan Juni 2012. Penyelesaian laporan audit atas BUMN tertuang

dalam Rencana Kerja dan Anggaran Pemeriksaan (RKAP) yang akan digunakan sebagai

indikator kinerja dari penugasan audit. Langkah-langkah dari tahap perencanaan audit

atas laporan keuangan BUMN JS, yaitu :


1. Pemahaman atas tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.

63
Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan ditetapkan oleh Badan sesuai

dengan ketentuan yang ada. Tujuan pemeriksaan adalah memberikan opini atas

laporan keuangan BUMN JS yang disajikan apakah telah sesuai dengan prinsip

dan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kepatuhan terhadap

ketentuan perundang-undangan, serta sistem pengendalian intern. Dalam rangka

mencapai tujuan pemeriksaan, Badan mempunyai harapan-harapan penugasan

yang harus diperoleh oleh auditor.


Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan ini harus didokumentasikan

secara tertulis oleh pemberi tugas dan ditandatangani oleh ketua tim, pengendali

teknis, penanggung jawab dan pemberi tugas (Badan). Hal ini dikarenakan

Badan tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaaan audit dilapangan

sehingga perlu adanya dokumentasi secara tertulis yang ditandatangani oleh

ketua tim, pengendali teknis, serta penanggung jawab dengan tujuan untuk

memberikan keyakinan bahwa ketua tim, pengendali teknis, serta penanggung

jawab telah memahami tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang

diberikan oleh Badan.


Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan ini nantinya akan menjadi

salah satu dasar dalam penyusunan program pemeriksaan dan penentuan

kebutuhan pemeriksa. Pemahaman atas tujuan pemeriksaan dan harapan

penugasan diperoleh auditor dengan cara membaca dan memahami pedoman,

buku petunjuk dan kerangka acuan dari pemberi kerja.


2. Pemahaman atas entitas.
Pemahaman atas entitas diperoleh auditor melalui membaca dan

mempelajari ketentuan perundang-undangan, ketentuan internal perusahaan

(Surat Keputusan Direksi, SOP perusahaan), expose (presentasi) dari divisi-divisi

terkait, membandingkan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya, serta


64
meminta dokumen-dokumen dari entitas yang berupa laporan manajemen dan

hasil laporan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).


Apabila auditor merasa data yang diperlukan untuk mendapatkan

pemahaman atas entitas masih kurang, maka dapat melakukan wawancara

dengan pihak manajemen entitas yang bersangkutan. Informasi yang perlu

diperoleh dalam mendapatkan pemahaman atas entitas antara lain :


a. Gambaran jelas mengenai bidang kerja entitas
Gambaran jelas mengenai bidang kerja entitas misalnya tujuan dan visi

misi BUMN JS serta struktur organisasi dan pejabat entitas diperoleh

auditor melalui presentasi dari manajemen atau dengan mempelajari

dokumen-dokumen yang terkait dengan bidang kerja entitas.


b. Kekuatan lingkungan
Kekuatan lingkungan yang dimaksud disini adalah prediksi berdasarkan

indikator ditahun sebelumnya mengenai pertumbuhan ekonomi, tingkat

inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, serta Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) diperoleh auditor

melalui dokumen-dokumen entitas yang berupa laporan manajemen dan

hasil laporan RUPS.


c. Tren yang signifikan
Tren yang signifikan misalnya yang terjadi pada investasi dengan melihat

neraca BUMN JS selama tiga tahun berturut-turut, dari tahun 2008

hingga 2010 diperoleh auditor melalui laporan keuangan BUMN dengan

membandingkan laporan keuangan ditahun-tahun sebelumnya.

d. Hubungan dengan stakeholders entitas


Hubungan dengan stakeholders entitas misalnya hubungan karyawan

BUMN dan swasta sebagai pelanggan dari BUMN JS, hubungan dengan

Kementerian BUMN, serta hubungan Departemen Keuangan diperoleh

auditor melalui ketentuan perundang-undangan.


65
e. Sumber pendapatan dan pembiayaan
Pemahaman mengenai sumber pendapatan dan pembiayaan diperoleh

auditor melalui laporan keuangan BUMN JS dan melalui presentasi dari

manajemen.
f. Dasar hukum dan peraturan yang mempengaruhi
Auditor memperoleh pemahaman mengenai dasar hukum dan peratuan

yang mempengaruhi BUMN JS melalui membaca ketentuan Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, serta membaca Peraturan Menteri yang

terkait dengan BUMN JS.


g. Faktor sosial dan politik yang mempengaruhi entitas
Faktor sosial dan politik yang mempengaruhi entitas seperti peluang dan

ancaman. Peluang misalnya potensi pasar, Undang-Undang yang

mempengaruhi serta kebijakan pemegang saham. Ancaman misalnya

pertumbuhan ekonomi yang melemah, tuntutan, substitusi produk, serta

segmen pasar yang diambil pesaing. Auditor memperoleh pemahaman

mengenai faktor sosial dan politik yang mempengaruhi entitas melalui

membaca ketentuan perundang-udangan, ketentuan internal, laporan

manajemen dan hasil laporan RUPS.

h. Pengaruh stakeholder
Pengaruh stakeholder misalnya pemerintah dan pelanggan. Pengaruh

pemerintah yaitu mengenai penerbitan dan implementasi Undang-

Undang. Pengaruh pelanggan yaitu tingginya tuntutan pelanggan yang

semkin tinggi mengenai manfaat. Auditor memperoleh pemahaman

mengenai pengaruh stakeholder melalui membaca ketentuan Undang-

Undang dan hasil laporan manajemen.


i. Dampak lingkungan entitas terhadap risiko bidang kerja dan laporan

keuangan

66
Auditor memperoleh pemahaman mengenai dampak lingkungan entitas

terhadap risiko bidang kerja dan laporan keuangan melalui Peraturan-

Peraturan Pemerintah yang terkait dengan bisnis entitas. Risiko adanya

peraturan-peraturan yang tidak konsisten akan berdampak pada

kewajaran laporan keuangan.


j. Pejabat
Pejabat yang dimaksud disini adalah mengenai susunan komisaris,

susunan direksi dan mengenai perubahan jabatan dan pengalihan susunan

direksi diperoleh auditor melalui Surat Keputusan dari Menteri BUMN

dan hasil laporan RUPS.


3. Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya.
Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya dilakukan oleh

auditor dengan melakukan pemeriksaan tersendiri (pemeriksaan tindak lanjut).

Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan cara mengevaluasi apakah temuan-

temuan yang terdapat ditahun sebelumnya telah dilakukan tindak lanjut sesuai

dengan rekomendasi yang telah diberikan oleh BPK RI dan dibuktikan dengan

action plan dari auditee. Action plan adalah program kerja yang disusun entitas

untuk melaksanakan rekomendasi yang diberikan oleh BPK sebelumnya.


4. Pelaksanaan prosedur analitis awal
Auditor melaksanakan prosedur analitis awal pada tahap perencanaan

dengan membandingkan neraca yang telah diaudit pada tahun 2009 dan 2010.

Dari hasil neraca yang telah diaudit pada tahun 2009 dan 2010 kemudian akan

dilakukan common-size financial analysis dan analisa tren. Contoh pelaksanaan

prosedur analitis pada aset dapat dilihat pada lampiran 1.


5. Pemahaman dan pengujian sistem pengendalian intern (SPI) entitas
Auditor menggunakan lima komponen pengendalian internal menurut

COSO yaitu control environment, risk assessment, control activities, information

and communication, serta monitoring. Dari masing-masing kelima komponen ini,


67
auditor kemudian mengevaluasi apakah kelima elemen COSO ini telah

dilaksanakan
Pengujian dan pemahaman SPI entitas diperoleh auditor melalui reviu

dan analisa dokumen dan catatan pendukung, wawancara dengan pihak terkait,

serta melakukan observasi mengenai kegiatan pengendalian entitas. Jika hasil

dari pengujian SPI diperoleh hasil bahwa risiko pengendalian rendah, auditor

perlu melakukan TOC (test of control) untuk memperoleh keyakinan atas

efektivitas SPI. Namun, apabila hasil penilaian risiko awal diperoleh hasil bahwa

risiko pengendalian sedang atau tinggi, maka auditor perlu melakukan pengujian

substantif mendalam.
Pemahaman dan pengujian SPI atas masing-masing komponen COSO

dilakukan dengan cara :


a. Lingkungan pengendalian (Control environment)
Pemahaman dan pengujian lingkungan pengendalian diperoleh

auditor melalui reviu dan analisa dokumen dan catatan pendukung,

wawancara dengan pihak terkait, serta melakukan observasi mengenai

kegiatan pengendalian entitas. Kegiatan yang dapat membangun

lingkungan pengendalian, misalnya :


1) Penegakan integritas dan nilai etika
Auditor memahami penegakan integritas dan nilai etika

mengacu pada standar kode etik yang telah ditetapkan BUMN JS

dan disosialisasikan secara luas kepada seluruh karyawan.


Auditor melakukan pengujian terhadap penegakan

integritas dan nilai etika melalui observasi dan wawancara dengan

manajemen mengenai implementasi standar kode etik. Dokumen

yang digunakan yaitu sanksi terhadap pegawai yang melanggar

peraturan.
2) Komitmen terhadap kompetensi
68
Auditor memahami komitmen terhadap kompetensi

melalui Surat Keputusan (SK) Direksi mengenai struktur

organisasi dan tata kerja BUMN JS.


Auditor melakukan pengujian komitmen terhadap

kompetentsi dengan melakukan observasi dan wawancara dengan

manajemen dan karyawan apakah BUMN JS telah

mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas dan fungsinya. Dokumen yang digunakan

yaitu struktur organisasi dan tata kerja.


3) Filosofi manajemen dan gaya operasi
Auditor mendapatkan pemahaman dan pengujian

mengenai filosofi manajemen dan gaya operasi melalui observasi

dan wawancara bagaimana cara manajemen bertindak terhadap

risiko bisnis dan manfaat yang akan diperoleh serta bagaimana

cara manajemen dan pimpinan entitas berinteraksi. Dokumen

yang digunakan misalnya laporan keuangan dan jadwal rapat

antara manajemen dengan pimpinan entitas.


4) Struktur organisasi
Auditor memperoleh pemahaman mengenai struktur

organisasi melalui SK direksi mengenai struktur organisasi dan

tata kerja BUMN JS. Pengujian struktur organisasi yaitu dengan

observasi dan wawancara dengan biro SDM manajemen terkait

dengan kebutuhan karyawan apakah telah memadai. Dokumen

yang digunakan yaitu data dari biro SDM.


5) Tanggung jawab dan wewenang
Auditor memahami tanggung jawab dan wewenang

melalui SK direksi mengenai kode etik jabatan. Pengujian

69
dilakukan dengan membandingkan melalui observasi dan

wawancara antara ketetapan menurut SK direksi dengan

implementasi mengenai tanggung jawab dan wewenang.

Dokumen yang digunakan yaitu data karyawan mengenai

tanggung jawab dan wewenangnya.


6) Kebijakan dan praktek SDM
Auditor memahami kebijakan dan praktek SDM melalui

prosedur dan kebijakan tertulis terkait dengan perekrutan,

pelatihan, promosi, dan penggajian karyawan. Pengujian

dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan manajemen

personalia mengenai proses perekrutan karyawan apakah telah

dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan praktek SDM.

Dokumen yang digunakan yaitu data karyawan dan proses

perekrutan karyawan.
7) Kegiatan pengawasan
Auditor memperoleh pemahaman dan pengujian mengenai

kegiatan pengawasan melalui wawancara dengan manajemen

terkait dengan kegiatan pengawasan dikantor cabang. Dokumen

yang digunakan yaitu data karyawan dan laporan internal audit.


8) Peran komite audit
Auditor memperoleh pemahaman dan melakukan

pengujian terhadap peran komite audit melalui observasi dan

wawancara dengan karyawan dan manajemen apakah peran

komite audit telah memadai dan dilaksanakan dengan efektif.


b. Penilaian risiko (risk assessment)
Auditor memperoleh pemahaman mengenai penilaian risiko

dengan bagaimana manajemen BUMN JS menetapkan tujuan organisasi,

tujuan aktivitas operasi, pertimbangan mengenai risiko yang relevan


70
dengan proses bisnis, menentukan tingkat signifikansi dan dampaknya

serta memutuskan strategi yang harus dilakukan dalam meghadapi risiko.


Auditor melakukan pengujian penilaian risiko melalui reviu

dokumen pendukung dan wawancara dengan pihak manajemen.

Dokumen pendukung yang digunakan yaitu SOP.


c. Lingkungan pengendalian (control activities)
Auditor memperoleh pemahaman mengenai lingkungan

pengendalian melalui desain mengenai bagaimana pelaksanaan aktivitas

bisnis, pengelolaan SDM, pengelolaan informasi, penetapan indikator dan

ukuran kinerja, pemisahan tugas dan fungsi, pencatatan yang akurat dan

tepat waktu, otorisasi, serta pembatasan akses dan sumber daya.


Auditor melakukan pengujian atas lingkungan pengendalian

dengan mereviu dokumen dan wawancara dengan manajemen dan

karyawan terkait dengan aktivitas operasional entitas. Dokumen yang

digunakan yaitu misalnya bukti kas keluar.


d. Informasi dan komunikasi (Information and communication)
Auditor memperoleh pemahaman mengenai sistem informasi

melalui pemahaman bagaimana informasi diperoleh, diidentifikasi, dan

dikelola dalam memberikan laporan yang dapat diandalkan. Pemahaman

mengenai komunikasi melalui pemahaman bagaimana manajemen

memastikan manajemen yang efektif pada BUMN JS dan bagaimana

pengembangan bentuk dan sarana komunikasi.


Auditor melakukan pengujian atas informasi dan komunikasi

melalui wawancara dengan manajemen terkait dan penelusuran dokumen,

yaitu SK direksi mengenai pelaporan, pemrosesan, dan penyampaian

informasi melalui suatu sistem informasi serta adanya komunikasi dengan

pihak internal maupun pihak eksternal BUMN JS.


e. Pemantauan (monitoring)
71
Auditor memperoleh pemahaman atas pemantauan melalui

bagaimana BUMN JS memiliki strategi untuk menjamin pelaksanaan

pemantauan berkelanjutan, bagaimana manajemen BUMN JS

menetapkan ruang lingkup, evaluasi pengendalian intern, metodologi

evaluasi, dan kelemahan dalam evaluasi.


Auditor melakukan pengujian atas pemantauan melalui reviu

dokumen dan wawancara dengan manajemen terkait mengenai

pemantauan.
6. Penilaian risiko
Penilaian risiko ditetapkan menjadi tiga macam yaitu rendah, menengah,

dan tinggi. Penilaian risiko ditetapkan oleh auditor dengan judgment berdasarkan

pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh penanggung jawab, pengendali

teknis, dan ketua tim auditor. Penilaian risiko dilakukan dengan menetapkan

risiko bawaan (IR) dan risiko pengendalian (CR) terhadap masing-masing akun

dalam laporan keuangan yang nantinya akan diidentifikasi atas kelemahan-

kelemahan yang terdapat pada saham untuk menentukan besarnya residual risk

atau risiko audit.


Misalnya pada akun investasi atas saham, auditor mengidentifikasi IR

yang melekat dan CR pada saham yaitu kemungkinan adanya risiko dalam

pencatatan, pengklasifikasian dan pengakuan atas saham sehingga auditor

menetapkan IR, CR dan residual risk pada saham dengan kriteria tinggi. Setelah

menetapkan IR, CR dan residual risk, selanjutnya auditor yaitu merancang teknik

pemeriksaan yang akan dilakukan. Teknik pemeriksaan yang dilakukan pada

saham misalnya dengan melakukan konfirmasi kepada perusahaan sekuritas serta

melakukan evaluasi terhadap transaksi dan kebijakan atas transaksi tersebut..

72
Penilaian risiko berdasarkan teori yaitu dilakukan dengan menetapkan

AAR, IR, CR, dan DR yang dapat menggunakan model risiko audit dengan

rumus :
AAR = IR x CR x DR
Namun pada pelaksanaannya, auditor hanya menetapkan IR dan CR dalam

menetapkan risiko audit. Langkah-langkah penilaian risiko antara lain :


a. Menilai risiko bawaan (IR) dan risiko pengendalian (CR)
Auditor menilai IR dan CR melalui penilaian terhadap masing-masing

akun dalam laporan keuangan yang nantinya akan diidentifikasi atas

kelemahan-kelemahan yang terdapat pada saham untuk menentukan

besarnya risiko audit.


b. Merancang prosedur pemeriksaan substantif
Auditor merancang prosedur pemeriksaan substantif berdasarkan risiko

audit yang telah dietapkan melalui IR dan CR dengan merancang teknik

pemeriksaan misalnya pada saham dengan melakukan konfirmasi kepada

perusahaan sekuritas serta melakukan evaluasi terhadap transaksi dan

kebijakan atas transaksi tersebut.


7. Penetapan batas materialitas
Batas materialitas ditentukan dengan menentukan PM (planning

materiality) pada tingkat laporan keuangan dan menentukan TE (tolerable error)

pada tingkat saldo akun. Penentuan PM pada BUMN JS yaitu dengan

mengalikan rate dengan pendapatan. Hal ini dikarenakan BUMN JS merupakan

entitas yang bertujuan untuk mencari laba. Sehingga ditetapkan rate antara 0,5%

hingga 1% dari total pendapatan. Setelah mengetahui nilai PM, kemudian

menentukan TE dengan mengalokasikan total nilai PM pada tingkat saldo akun.

Total keseluruhan TE yaitu sejumlah 100% dari PM. Rumus untuk alokasi TE

yaitu :
TE = PM x (N/T)

73
Dengan N adalah nilai saldo akun yang bersangkutan, dan T adalah jumlah

seluruh nilai saldo akun yang dialokasikan PM.


Tujuan dari PM adalah mengetahui salah saji minimum di tingkat laporan

keuangan yang dapat diterima oleh auditor yang nantinya akan mempengaruhi

hasil opini atas laporan keuangan. Sedangkan tujuan dari TE adalah mengetahui

salah saji minimum di tingkat kelas-kelas transaksi dan saldo akun yang dapat

diterima oleh auditor yang nantinya akan mempengaruhi kewajaran atas akun

atau transaksi tersebut.

8. Penetapan metode uji petik atau sampling


Metode uji petik yang digunakan oleh auditor menggunakan judgment.

Hal pertama yang dilakukan oleh auditor adalah melakukan identifikasi apakah

akun termasuk kedalam skala tinggi, sedang, atau rendah. Hasil dari identifikasi

akun tersebut nantinya akan menentukan cakupan audit yaitu rendah (20%

hingga 30%), sedang (lebih besar dari 30% hingga 50%), dan tinggi (lebih besar

dari 50% hingga100%). Sebagai contoh : dalam periode satu tahun BUMN JS

memiliki transaksi pembelian investasi sebesar 15 triliun Maka jumlah nilai

sampel yang diambil minimal harus 50% dari 15 triliun yaitu sebesar 7.5 triliun.
9. Pemenuhan kebutuhan pemeriksa
Berdasarkan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang telah

dietapkan oleh Badan sebelumnya, auditor kemudian membuat RKAP. Melalui

RKAP, diketahui berapa banyak jumlah anggota tim yang diperlukan untuk

mengaudit BUMN JS. Apabila ketua tim dan penanggung jawab merasa perlu

menambahkan anggota tim ketika melaksanakan audit, maka jumlah tim dapat

disesuaikan dengan kebutuhan tim auditor yaitu dengan menambahkan dari unit

kerja BUMN lainnya.

74
Misalnya dari RKAP diketahui bahwa jumlah anggota tim auditor BUMN

JS kekurangan lima orang, kemudian kepala sub auditorat akan mengajukan

usulan penambahan anggota tim kepada pimpinan sesuai jumlah kebutuhan tim

auditor. Tim auditor pada pelaksanaan audit atas laporan keuangan BUMN JS

terdiri dari satu orang penanggung jawab, dua orang wakil penanggung jawab

dan dua orang pengendali teknis, empat orang ketua tim dimana tiga ketua tim

memiliki empat orang anggota tim dan satu orang ketua tim memiliki tiga orang

anggota tim. Total keseluruhan dari anggota tim auditor yaitu 24 orang.
10. Pengkomunikasian perencanaan pemeriksaan kepada manajemen entitas
Hasil perencanaan pemeriksaan disampaikan kepada entitas pemeriksaan

yaitu BUMN JS. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang

berimbang antara pemeriksa dengan entitas. Informasi yang disampaikan antara

lain : latar belakang, tujuan, lingkup, jangka waktu, dan susunan tim pemeriksa.

Komunikasi hasil perencanaan pemeriksaan dilakukan dengan sosialiasi ketua

tim kepada BUMN JS melalui expose dan meeting internal. Selain itu juga

menunjukan surat penugasan dari pemberi tugas pada BUMN JS.


11. Penyusunan program pemeriksaan dan program kegiatan perorangan
Program pemeriksaan (P2) membicarakan hal-hal yang bersifat umum,

misalnya mengenai dasar pemeriksaan, standar pemeriksaan, tujuan, lingkup,

langkah dan metode, hasil-hasil pemahaman SPI, kegiatan-kegiatan perusahaan,

penilaian risiko pemeriksaaan, dan jangka waktu serta susunan tim pemeriksa.

Kemudian hasil P2 dibagi kedalam Program Kegiatan Peroangan (PKP) yang

dibuat oleh masing-masing anggota tim auditor dan nantinya akan direviu oleh

ketua tim auditor. P2 dan PKP diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan oleh badan melalui langkah-langkah atau prosedur audit yang

digunakan auditor.
75
IV.3. Perbedaan Perencanaan Audit BPK dengan Teori Audit

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan informasi mengenai proses

perencanaan audit atas laporan keuangan Pemda P dan BUMN JS yang telah

dikemukakan oleh penulis sebelumnya, penulis akan membandingkan serta menganalisa

langkah-langkah perencanaan audit BPK jika dibandingkan berdasarkan teori audit.

Perbedaan langkah-langkah perencanaan audit BPK dengan teori dapat dilihat melalui

tabel berikut :

Tabel IV.4
Perbandingan langkah perencanaan audit BPK dengan teori audit

Tahap Perencanaan Berdasarkan Tahap Perencanaan Audit Berdasarkan


Pelaksanaan Audit Oleh BPK Teori Audit
1. Pemahaman tujuan pemeriksaan dan 1. Memperoleh pemahaman tentang
harapan penugasan. bisnis dan industri klien.
2. Pemahaman atas entitas. 2. Melaksanakan prosedur analitis.
3. Pemantauan tindak lanjut hasil 3. Membuat pertimbangan awal
pemeriksaaan sebelumnya. tentang tingkat materialitas.
4. Pelaksanaan prosedur analitis awal. 4. Mempertimbangkan risiko audit.
5. Pemahaman dan pengujian sistem 5. Mengembangkan strategi audit
pengendalian intern. awal untuk asersi signifikan.
6. Penilaian risiko. 6. Memperoleh pemahaman tentang
7. Penetapan materialitas. pengendalian intern klien.
8. Penentuan metode uji petik.
9. Pemenuhan kebutuhan pemeriksa.
10. Pengkomunikasian perencanaan
pemeriksaan kepada manajemen entitas
yang diperiksa.
11. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2)
dan Program Kegiatan Perorangan
(PKP).
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa terdapat beberapa langkah-langkah

perencanaan audit oleh BPK yang tidak ada jika dengan teori audit, antara lain :

1. Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.


Tujuan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan oleh Kantor

Akuntan Publik (KAP) jika dijelaskan menurut teori adalah untuk memberikan
76
pendapat apakah laporan keuangan entitas telah disajikan secara wajar sesuai

dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan menurut

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) tujuan audit atas laporan

keuangan yang dilaksanakan oleh BPK adalah selain untuk memberikan opini

atas laporan keuangan entitas apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum juga harus melaporkan mengenai

kepatuhan terhadap perundang-undangan dan sistem pengendalian intern.


Berbeda dengan pelaksanaan audit atas laporan keuangan yang

dilaksanakan oleh KAP seperti yang dijelaskan dalam teori-teori audit,

pelaksanaan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan oleh tim auditor

BPK berdasarkan arahan dan penugasan yang diberikan oleh Badan yang terdiri

dari ketua, wakil ketua dan anggota BPK selaku pemberi tugas. Penugasan

pelaksanaan audit di KAP dimulai dengan keputusan auditor untuk menerima

atau menolak klien baru, atau dapat melanjutkan perikatan dengan klien

terdahulu. Setelah adanya keputusan mengenai pertimbangan auditor untuk

menerima klien, kemudian dibuat surat perikatan (engagement letter) dengan

klien.
Sedangkan, penugasan pelaksanaan audit pada BPK berdasarkan arahan

dan penugasan yang diberikan oleh pemberi tugas yaitu Badan atau DPR. Oleh

karena itu dalam tahap perencanaan audit BPK diperlukan adanya langkah

pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang diberikan oleh

pemberi tugas. Hal ini ditujukan agar tim auditor BPK yang nantinya akan

melaksanakan penugasan audit, dapat mengetahui hasil akhir dan sasaran audit

yang diharapkan oleh pemberi tugas serta mengetahui kriteria pengukuran

kinerja penugasan.
77
Ketika pemberi tugas memberikan penugasan audit terhadap suatu

entitas, maka entitas tersebut wajib untuk diaudit oleh tim auditor BPK dan tidak

dapat menolak. Apabila entitas menolak untuk diaudit oleh tim auditor BPK,

entitas tersebut harus membuat surat pernyataan yang menyatakan mengenai

ketidaksediaannya untuk dilaksanakan audit. Kemudian surat pernyataan tersebut

nantinya akan diserakan kepada Badan atau DPR untuk kemudian

ditindaklanjuti.
2. Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya.
Langkah pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya

merupakan salah satu ciri khas dari perencanaan audit BPK dimana pada teori

audit tidak terdapat langkah ini didalam tahap perencanannya. Pemantauan

tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya bertujuan untuk :


a. Mengidentifikasi apakah rekomendasi atau saran yang telah diberikan

oleh BPK pada pelaksanaan audit sebelumnya telah dilaksanakan.


b. Menilai apakah entitas telah melaksanakan tindak lanjut atas rekomendasi

dan saran BPK sesuai dengan rekomendasi atau saran yang diberikan.
c. Mengidentifikasi dampak tindak lanjut atas rekomendasi atau saran dari

BPK pada laporan keuangan yang diperiksa saat ini.


Pemantauan tindak lanjut BPK atas hasil pemeriksaan sebelumnya

dilaksanakan pada tahap perencanaan dikarenakan penugasan audit atas laporan

keuangan entitas yang dilaksanakan secara berulang yang merupakan kewajiban

auditor BPK untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan entitas. Selain itu,

tindak lanjut atas rekomendasi atau saran BPK wajib untuk dilaksanakan oleh

pimpinan entitas yang diperiksa oleh BPK.


Selain perbedaan atas langkah-langkah diatas, terdapat beberapa perbedaan

dalam prosedur dari langkah-langkah perencanaan audit BPK jika dibandingkan dengan

teori, antara lain :


1. Pemahaman atas entitas
78
Perbedaan mengenai prosedur dalam memperoleh pemahaman atas

entitas berdasarkan pelaksanaan BPK jika dibandingkan dengan teori dapat

dilihat melalui tabel dibawah ini :


Tabel IV.5
Perbandingan prosedur pemahaman atas entitas

No Teori Pemda P BUMN JS


a. Mereviu data dan industri  
b. Mereviu informasi bisnis kunci  
c. Mengadakan tinjauan operasi klien  
e. Mengajukan pertanyaan kepada
- -
komite audit
f. Mengajukan pertanyaan kepada
 
manajemen
g. Mereviu kertas kerja tahun lalu  -
h. Menentukan keberadaan pihak-pihak
- -
yang memiliki hubungan istimewa
Jika dibandingkan dengan teori, prosedur pemahaman atas entitas oleh

BPK dapat dijelaskan sebagai berikut :


a. Mereviu data dan industri
Auditor Pemda P mereviu data dan industri melalui Perda,

Peraturan Bupati, serta Peraturan Pemerintah yang terkait dengan Pemda

P. Prosedur ini digunakan auditor dalam memperoleh informasi-informasi

mengenai tren yang signifikan terjadi di Pemda P, dasar hukum dan

peraturan yang mempengaruhi Pemda P serta menentukan dampak dari

lingkungan entitas terhadap risiko bidang kerja dan laporan keuangan.


Auditor BUMN JS mereviu data dan industri melalui ketentuan

perundang-undangan, Peraturan Pemerintah, serta peraturan dan Surat

Keputusan Menteri yang terkait dengan BUMN JS. Prosedur ini

digunakan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai hubungan

antara BUMN JS dengan stakeholders entitas, sumber pendapatan dan

79
pembiayaan, dasar hukum dan peraturan yang mempengaruhi, faktor

sosial dan politik yang mempengaruhi, serta pengaruh stakeholder.


b. Mereviu informasi bisnis kunci
Auditor Pemda P mereviu informasi bisnis kunci melalui website

dan dengan membaca artikel-artikel yang terkait dengan Pemda P.

Prosedur ini digunakan auditor untuk memperoleh informasi-informasi

mengenai gambaran jelas mengenai entitas, tren yang signifikan, faktor

sosial dan politik yang mempengaruhi Pemda, pengaruh shareholder

(DPRD), serta nama-nama pejabat Pemda P.


Auditor BUMN JS mereviu informasi bisnis kunci melalui hasil

laporan RUPS, laporan keuangan BUMN JS. Prosedur ini digunakan

untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan lingkungan, tren yang

signifikan, sumber pendapatan dan pembiayaan, faktor sosial dan politik

yang mempengaruhi entitas, dan nama-nama pejabat BUMN JS.


c. Mengadakan tinjauan operasi klien
Auditor Pemda P mengadakan tinjauan operasi klien dengan

mengamati letak SKPD, dinas atau lembaga yang dimiliki Pemda P.

Ketika melaksanakan audit, auditor selain mengunjungi Pemda P juga

mengunjungi SKPD, dinas atau lembaga yang dimiliki Pemda P.


Auditor BUMN JS mengadakan tinjauan operasi klien dengan

mengamati letak kantor wilayah dan cabang yang dimiliki BUMN JS.

Ketika melaksanakan audit, auditor selain mengunjungi BUMN JS juga

mengunjungi kantor wilayah dan cabang yang dimiliki BUMN JS.


d. Mengajukan pertanyaan kepada manajemen
Auditor Pemda P dan BUMN JS sama-sama mengajukan

pertanyaan kepada manajemen dengan menghubungi manajemen untuk

meminta kelengkapan atas data yang diperlukan.


e. Mereviu kertas kerja tahun lalu

80
Auditor Pemda P mereviu kertas kerja tahun lalu untuk

memperoleh informasi-informasi mengenai gambaran jelas mengenai

entitas, kekuatan lingkungan, hubungan dengan Pemerintah Pusat,

DPRD, BPK, serta Pemda lainnya, sumber pendapatan dan pembiayaan,

serta nama-nama pejabat Pemda. Sedangkan auditor BUMN JS tidak

mereviu kertas kerja tahun lalu.


2. Pelaksanaan prosedur analitis awal
Perbedaan mengenai prosedur pelaksanaan prosedur analitis awal

berdasarkan pelaksanaan BPK jika dibandingkan dengan teori dapat dilihat

melalui tabel dibawah ini :

Tabel IV.6
Perbandingan prosedur analitis

No Teori Pemda P BUMN JS


a. Membandingkan data klien dengan industri  -
Membandingkan data klien dengan data klien
b.  
yang sejenis pada periode sebelumnya.
Membandingkan data klien dengan data yang
c.  -
diperkirakan oleh klien.
Membandingkan data klien dengan data yang
d.  -
diperkirakan auditor.
Membandingkan data klien dengan hasil
e. perkiraan dengan menggunakan data non  -
keuangan.
Jika dibandingkan dengan teori, prosedur analitis awal oleh BPK dapat

dijelaskan sebagai berikut :


a. Membandingkan data klien dengan industri
Auditor Pemda P membandingkan data Pemda P terhadap Pemda

lainnya yang sejenis atau dengan acuan yang telah ditetapkan oleh

81
Departemen Keuangan sebagai alternatif perbandingan untuk rata-rata

industri.
Auditor BUMN JS tidak dapat membandingkan data klien dengan

industri dikarenakan oleh BUMN JS tidak memiliki industri yang sejenis,

sehingga auditor hanya membandingkan dengan laporan keuangan

BUMN JS pada tahun-tahun sebelumnya sebagai alternatif dari

perbandingan dengan data industri.

b. Membandingkan data klien dengan data klien yang sejenis pada periode

sebelumnya
Auditor Pemda P menggunakan analisis tren dan common-size

financial statements untuk membandingkan data akun yang sama untuk

periode lebih dari dua tahun.


Auditor BUMN JS membandingkan data klien dengan data klien

yang sejenis pada periode sebelumnya yaitu menggunakan common-size

financial statement analysis dan analisa tren pada tahun 2010 dan 2009.
c. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien
Auditor Pemda P membandingkan data Pemda P dengan data

yang diperkirakan oleh Pemda P dengan menggunakan teknik prediktif

yaitu membandingkan antara realisasi dan anggaran akun-akun di LRA.

Sedangkan auditor BUMN JS tidak membandingkan data klien dengan

data yang diperkirakan oleh klien.


d. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor
Auditor Pemda P membandingkan data Pemda P dengan data

yang diperkirakan oleh auditor melalui analisis data secara vertikal

maupun analisis data secara horizontal yang sebelumnya telah dijelaskan

82
oleh penulis diatas. Sedangkan auditor BUMN JS tidak membandingkan

data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor.


e. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan dengan menggunakan

data non keuangan.


Auditor membandingkan data keuangan Pemda P yang terdapat

dibagian akuntansi dengan data operasional yang dimiliki oleh unit-unit

teknis pada masing-masing SKPD. Misalnya, PAD dalam bentuk pajak

galian C dibandingkan dengan data operasional yang tedapat pada dinas

pertambangan dalam bentuk berita acara pemeriksaan fisik atas setiap

galian C yang akan dikirim keluar daerah. Sedangkan auditor BUMN JS

tidak membandingkan data BUMN JS dengan hasil perkiraan dengan

menggunakan data non keuangan BUMN JS.


3. Membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
Pada dasarnya pertimbangan awal tentang materialitas antara teori jika

dibandingkan dengan pelaksanaan audit BPK hampir mirip yaitu dengan

menetapkan materialitas pada tingkat laporan keuangan dan materialitas pada

saldo akun. Namun terdapat beberapa perbedaan antara Pemda P dengan BUMN

JS dalam menetukan rate materialitas pada tingkat laporan keuangan yaitu :


Auditor untuk Pemda P menentukan rate materialitas pada tingkat

laporan keuangan (PM) berdasarkan hasil opini tahun sebelumnya dan hasil

penilaian risiko saat ini. Sedangkan auditor untuk BUMN JS menentukan rate

materialitas pada tingkat laporan keuangan (PM) berdasarkan tujuan dari entitas

tesebut apakah untuk mencari laba atau merupakan organisasi nirlaba.


4. Mempertimbangkan risiko audit
Perbedaan mengenai prosedur pertimbangan risiko audit berdasarkan

pelaksanaan BPK jika dibandingkan dengan teori dapat dilihat melalui tabel

dibawah ini :

83
Tabel IV.7
Perbandingan penilaian risiko

No. Teori Pemda P BUMN JS


a. Menggunakan model risiko audit  -
b. Menetapkan AAR  -
c. Menetapkan IR  
d. Menetapkan CR  
e. Menetapkan DR  -
Jika dibandingkan dengan teori, pertimbangan risiko oleh BPK dapat

dijelaskan sebagai berikut :


a. Menggunakan model risiko audit
Auditor Pemda P menggunakan model risiko audit yaitu dengan rumus

AAR = IR x CR x DR seperti yang dijelaskan pada teori sedangkan

auditor BUMN JS tidak menggunakan model risiko audit dalam

menentukan penilaian risiko audit.


b. Menetapkan AAR
Auditor Pemda P menggunakan metode pembototan nilai dalam

menetapkan nilai AAR sedangkan auditor BUMN JS tidak menetapkan

AAR dalam menilai risiko audit.


c. Menetapkan IR
Auditor Pemda P menggunakan metode pembobotan nilai dalam

menetapkan nilai IR sedangkan auditor BUMN JS menggunakan

judgment dalam menetapkan nilai IR.


d. Menetapkan CR
Auditor Pemda P dan auditor BUMN JS sama-sama mengunakan metode

kualitatif atau judgment dalam menetapkan nilai CR.


e. Menetapkan DR
Auditor Pemda P menggunakan model risiko audit untuk menentukan DR

yaitu dengan menggunakan rumus DR = AAR / ( IR x CR) sedangkan

auditor BUMN JS tidak menetapkan DR.


5. Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan

84
Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan yang

dilaksanakan BPK jika dibandingkan berdasarkan teori pada dasarnya sama.

Setelah auditor melakukan pengujian SPI, kemudian baik auditor untuk Pemda P

maupun BUMN JS mengidentifkasi dan merancang strategi pemeriksaan yang

akan dilakukan dengan didasarkan oleh hasil pengujian SPI.


6. Memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern klien
Pemahaman tentang pengendalian intern klien atau entitas jika dijelaskan

menurut teori yaitu dengan menilai kelima komponen COSO yaitu control

environment, risk assessment, control activities, information and communication,

serta monitoring. Auditor untuk Pemda P dan BUMN JS juga mengidentifikasi

kelima komponen COSO ini seperti yang telah dijelaskan oleh penulis

sebelumnya.
7. Penentuan metode uji petik
Penentuan uji petik atau sampling menurut teori dapat dilakukan dengan

menggunakan metode statistik atau metode non statistik. Baik auditor untuk

Pemda P maupun auditor untuk BUMN JS menggunakan metode non statistik

dalam menentukan sampel yang akan dipilih dengan berdasarkan judgement

auditor.

8. Pemenuhan kebutuhan pemeriksa


Menurut teori, langkah-langkah dalam melakukan pemenuhan kebutuhan

pemeriksa yaitu dengan mengidentifikasi peran dan kebutuhan penugasan serta

mendistribusikan penugasan kepada auditor. Untuk auditor Pemda P, pemenuhan

kebutuhan pemeriksa dipenuhi dengan jumlah anggota tim auditor sebanyak

tujuh orang.
Sedangkan untuk auditor BUMN JS, pemenuhan kebutuhan pemeriksa

dipenuhi dengan jumlah anggota tim auditor sebanyak 24 orang. Pada awalnya

jumlah anggota tim auditor untuk BUMN JS diketahui kekurangan sebanyak


85
lima orang anggota, sehingga perlu menambahkan auditor dari unit BUMN

lainnya. Perbedaan antara jumlah anggota tim auditor pada Pemda P dengan

BUMN JS dengan berdasarkan pertimbangan mengenai besarnya jumlah aset

yang dimiliki oleh entitas serta kompleksitas proses inti dari bisnis entitas

pemeriksaan.
9. Pengkomunikasian perencanaan pemeriksaan kepada manajemen entitas yang

diperiksa
Sama halnya seperti yang dijelaskan dalam teori, pengkomunikasian hasil

perencanaan pemeriksaan yang telah dibuat akan di sampaikan kepada pihak

manajemen entitas. Pengkomunikasian perencanaan pemeriksaan menurut teori,

dijelaskan didalam surat perikatan yang sebelumnya telah dibuat. Hal ini

bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sama antara pemeriksa dengan

entitas. Informasi yang disampaikan kepada manajemen antara lain :


a. Latar belakang pemeriksaan
b. Tujuan pemeriksaan
c. Lingkup pemeriksaan
d. Jangka waktu pemeriksaan
e. Susunan tim pemeriksa
Komunikasi hasil perencanaan pemeriksaan dilakukan oleh audit baik

dalam bentuk formal maupun informal. Bentuk formal yaitu melalui sosialiasi

ketua tim kepada entitas melalui expose dan meeting internal. Bentuk informal

yaitu dengan memberikan surat penugasan dari pemberi tugas kepada entitas

yang bersangkutan.
10. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kegiatan Perorangan

(PKP)
Program pemeriksaan sama halnya dengan audit program yang akan

membahas mengenai dasar pemeriksaan, standar pemeriksaan, tujuan, lingkup,

langkah dan metode, hasil-hasil pemahaman SPI, kegiatan-kegiatan perusahaan,

penilaian risiko pemeriksaan, jangka waktu serta susunan tim pemeriksa. Hasil
86
dari P2 nantinya akan dibagi kedalam PKP yang dibuat oleh masing-masing

anggota tim yang nantinya akan direviu oleh ketua tim. P2 dan PKP ditujukan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui langkah-langkah atau

prosedur audit yang digunakan oleh tim auditor.

IV.4. Kelemahan Dan Rekomendasi Perencanaan Audit BPK

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan informasi mengenai langkah-langkah

perencanaan audit yang telah dibahas sebelumnya oleh penulis, dapat diketahui

beberapa kelemahan yang terjadi dalam proses perencanaan audit atas laporan keuangan

oleh BPK, sebagai berikut :

1. Pemda P
Perencanaan audit atas laporan keuangan Pemda P pada dasarnya sudah

dilaksanakan dengan cukup bagus. Namun, pada perencanaan audit Pemda P

terdapat beberapa prosedur yang seharusnya dapat digunakan oleh auditor tetapi

prosedur tersebut tidak digunakan, antara lain :


a. Tidak mengajukan pertanyaan kepada komite audit yaitu inspektorat. Auditor

Pemda P dapat menambahkan prosedur ini untuk mendapatkan pemahaman

atas entitas.
b. Pemahaman atas nama-nama pejabat Pemda P yang bersangkutan salah

satunya diperoleh tim auditor melalui website Pemda P dimana website

Pemda P tersebut terkadang tidak dapat diakses. Auditor Pemda P dapat

menambahkan prosedur membaca SK Bupati mengenai perubahan pejabat-

pejabat pada Pemda P dan laporan hasil RUPS untuk mendapatkan

pemahaman atas nama-nama perjabat pemda yang bersangkutan selain

melalui wesbite.

87
c. Tidak menentukan keberadaan pihak-pihak yang memiliki hubungan

istimewa. Auditor Pemda P dapat menambahkan prosedur untuk menentukan

keberadaan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa untuk

mendapatkan pemahaman atas entitas.


d. Pemahaman mengenai pengaruh stakeholder hanya diperoleh auditor melalui

media masa dimana terkadang informasi yang berikan oleh media masa

kurang dapat diandalkan. Auditor Pemda P dapat menambahkan prosedur

untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengaruh stakeholder dengan

membaca ketentuan Undang-Undang mengenai stakeholder yang terkait.


e. Auditor Pemda P memahami dan melakukan pengujian SPI atas komponen

pemantauan melalui observasi, wawancara dan melihat dokumen pendukung.

Auditor Pemda P dapat menambahkan prosedur pembahasan dengan Badan

Pengawas Daerah (BAWASDA) mengenai rekomendasi hasil audit internal

Pemda P dalam memahami dan menguji SPI Pemda P yang terkait dengan

komponen pemantauan.
f. Tidak menggunakan ratio analysis dalam pelaksanaan prosedur analitis awal.

Auditor Pemda P dapat menambahkan analisis rasio dalam pelaksanaan

prosedur analitis awal. Rasio yang dapat digunakan oleh auditor yaitu Rasio

Kemandirian Keuangan (RKK) dan rasio efisiensi. Dengan menggunakan

RKK dapat membantu auditor dalam mengukur kemampuan Pemda P dalam

membiayai sendiri kegiatannya. Rasio efisiensi dapat membantu auditor

untuk membandingkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

PAD dengan realisasi PAD yang diterima.


2. BUMN JS

88
Jika dibandingkan antara perencanaan audit BUMN JS dengan Pemda P

dan teori terdapat beberapa prosedur perencanaan audit yang seharusnya dapat

digunakan auditor namun tidak dilaksanakan, antara lain :


a. Tidak mengajukan pertanyaan kepada komite audit. auditor BUMN JS dapat

menambahkan prosedur ini untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan

sistem pengendalian intern entitas.


b. Tidak mereviu kertas kerja tahun lalu. Auditor BUMN JS dapat

menambahkan prosedur untuk mereviu kertas kerja tahun lalu dengan

meminta izin pada KAP yang melakukan audit atas laporan keuangan BUMN

JS ditahun sebelumnya untuk mendapatkan pemahaman atas entitas.


c. Tidak menentukan keberadaan pihak-pihak yang memiliki hubungan

istimewa. Auditor BUMN JS dapat menambahkan prosedur untuk

menentukan keberadaan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa

dalam memperoleh pemahaman atas entitas.


d. Auditor BUMN JS memperoleh pemahaman dan pengujian komponen

pemantauan dalam SPI melalui reviu dokumen dan wawancara dengan

manajemen yang terkait dengan pemantauan. Auditor BUMN JS dapat

menambahkan prosedur pembahasan dengan auditor internal BUMN JS

mengenai rekomendasi hasil audit internal BUMN JS dalam memahami dan

menguji SPI BUMN JS yang terkait dengan komponen pemantauan.


e. Tidak membandingkan data klien dengan data klien yang sejenis pada

periode sebelumnya pada pelaksanaan prosedur analitis dengan

menggunakan analisis rasio, seperti rasio profitabilitas, likuiditas, dan

solvabilitas. Selain itu, analisis tren yang digunakan seharusnya

menggunakan perbandingan data lebih dari dua tahun sementara auditor

hanya menggunakan perbandingan data selama dua tahun yaitu pada tahun

89
2010 dan 2009. Auditor BUMN JS dapat menambahkan analisis rasio dalam

pelaksanaan prosedur analitis awal dengan menggunakan rasio profitabilitas,

likuiditas, dan solvabilitas. Dengan menggunakan rasio likuiditas, dapat

membantu auditor dalam mengukur kemampuan jangka pendek entitas untuk

membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. Rasio profitabilitas dapat

membantu auditor untuk mengukur pendapatan atau keberhasilan operasi dari

entitas dalam periode waktu tertentu. Rasio solvabilitas dapat membantu

auditor dalam mengukur kemampuan entitas untuk bertahan dalam periode

waktu yang panjang. Untuk analisa tren, auditor BUMN JS dapat

menambahkan data tahun perbandingan menjadi lebih dari dua tahun dan

membandingkan dengan menggunakan data saat ini dan periode-periode

sebelumnya.
f. Tidak membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien

dalam melaksanakan prosedur analitis awal. Auditor BUMN JS dapat

menambahkan prosedur analitis ini dengan membandingkan anggaran yang

telah ditetapkan BUMN JS dengan realiasi anggaran.


g. Tidak membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor

dalam melaksanakan prosedur analitis. Auditor BUMN JS dapat

menambahkan perbandingan data BUMN JS dengan data yang diperkirakan

oleh auditor. Misalnya dengan laporan keuangan yang telah disajikan BUMN

JS dengan ekspektasi auditor mengenai akun-akun tertentu. Auditor tidak

membandingkan data BUMN JS dengan data yang diperkirakan oleh auditor

dikarenakan oleh laporan keuangan BUMN JS sendiri yang belum diterbitkan

pada saat tahap perencanaan. Namun, seharusnya auditor dapat

90
menambahkan prosedur analitis ini setelah laporan keuangan BUMN JS

diterbitkan.
h. Tidak membandingkan data klien dengan hasil perkiraan dengan

menggunakan data non keuangan. Auditor BUMN JS dapat menambahkan

perbandingan data entitas dengan hasil perkiraan menggunakan data non

keuangan. Misalnya dengan membandingkan data pelanggan dengan

banyaknya pendapatan BUMN JS.


i. Tidak terdapat pertimbangan mengenai penetapan AAR dan DR serta

penggunaan model risiko audit dalam penilaian risiko. Hal ini dikarenakan

oleh keterbatasan pemahaman dan pengalaman auditor dalam melaksanakan

perencanaan audit atas laporan keuangan BUMN JS. Auditor BUMN JS

dapat menambahkan prosedur penetapan AAR dan DR serta penggunaan

model risiko audit dalam penilaian risiko. Selain itu auditor dapat

menambahkan penetapan tingkat AAR melalui pendekatan kualitatif atau

dengan pendekatan kuantitatif melalui metode pembobotan nilai. Menurut

juknis, AAR dapat ditetapkan pada tingkat :


a. 5%, yang artinya bahwa keyakinan auditor terhadap opininya sebesar

95%.
b. 3%, yang artinya bahwa keyakinan auditor terhadap opininya sebesar

97%.
c. 1%, yang artinya bahwa keyakinan auditor terhadap opininya sebesar

99%.
Auditor BUMN JS dapat menambahkan penentuan tingkat DR untuk

menentukan berapa banyak bukti substantif yang akan dikumpulkan oleh

auditor. Banyaknya bukti yang dikumpulkan berbanding terbalik dengan

DR yang ditetapkan oleh auditor.

91

Anda mungkin juga menyukai