PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai proses audit atas laporan
keuangan yang dilakukan oleh BPK terhadap Instansi Pemerintah yaitu dengan sampel
Pemda P dan BUMN dengan sampel BUMN JS. Proses audit atas laporan keuangan
yang dilaksanakan oleh BPK terdiri atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
berdasarkan penugasan pemeriksaan dan arahan dari pemberi tugas yaitu Badan sebagai
berdasarkan IHPS I BPK RI diketahui bahwa audit atas laporan keuangan Pemda paling
banyak dilaksanakan dengan total sebanyak 363 di tahun 2011 dan sebanyak 350 ditahun
2010. Hal ini dikarenakan penugasan audit atas laporan keuangan Pemda dilaksanakan
oleh auditor BPK secara berkala setiap tahunnya. Sedangkan pemilihan sampel BUMN
keuangan BUMN yang tidak dilaksanakan oleh auditor BPK secara berkala setiap
tahunnya, namun tugas audit atas laporan keuangan BUMN diserahkan kepada salah
satu KAP yang berada di Indonesia untuk kemudian direviu kembali oleh BPK sebelum
hasil laporan audit diserahkan ke DPR. Untuk BUMN JS sendiri saat ini sedang
diberikan penugasan oleh DPR untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan BUMN
40
Langkah-langkah yang diambil oleh penulis dalam mengumpulkan data dan
informasi mengenai proses audit atas laporan keuangan Pemda P dan laporan keuangan
1. Studi literatur
Penulis mengumpulkan teori-teori, Petunjuk Pelaksanaan pemeriksaan keuangan
Petunjuk Teknis (Juknis), serta materi lainnya yang berhubungan dengan tahap
anggota tim untuk memperoleh data dan informasi mengenai pelaksanaan audit
oleh tim auditor BPK pada bulan Januari 2012. Pemeriksan pendahuluan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) P untuk tahun anggaran 2011 dilaksanakan pada
auditor melaksanakan pemeriksaan terinci pada bulan April 2012 selama 30 hari
dilapangan.
Jangka waktu pelaksanaan audit pada Pemda P ditetapkan oleh Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
41
negara dalam jangka waktu dua bulan setelah laporan keuangan Pemda P tersebut
diterbitkan. Pemda P menyerahkan LKPD tahun anggaran 2011 pada akhir bulan Maret
2012. LHP atas LKPD Pemda P tahun anggaran 2012 harus diserahkan oleh perwakilan
BPK RI didaerah tingkat I yaitu Gubernur paling lambat akhir bulan Mei 2012.
Langkah-langkah dari tahap perencanaan audit atas laporan keuangan Pemda P,
yaitu :
1. Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang diberikan oleh
oleh pemberi tugas (Badan) dilaksanakan tim auditor pada saat pemeriksaan
memberikan opini atas laporan keuangan Pemda P yang disajikan apakah telah
sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
ketua tim, pengendali teknis, penanggung jawab dan pemberi tugas (Badan). Hal
ini dikarenakan Badan tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaaan audit
dengan tujuan untuk memberikan keyakinan bahwa ketua tim, pengendali teknis,
oleh tim auditor dengan cara membaca dan memahami pedoman, buku petunjuk,
dokumentasi dan kerangka acuan dari pemberi kerja yang sebelumnya telah
memperoleh pemahaman atas entitas melalui website Pemda P, melihat LHP dan
Pemda yang bersangkutan untuk meminta kelengkapan atas data yang diperlukan
jika merasa data atas pemahaman atas entitas yang diperoleh masih belum
mencukupi.
Informasi-informasi yang perlu diperoleh pada pemahaman atas entitas
antara lain :
a. Gambaran jelas mengenai entitas
Gambaran jelas mengenai entitas misalnya berapa jumlah Satuan Kerja
43
menentukan unit-unit yang terdapat pada Pemda P. Pemahaman atas
Asli daerah (PAD) dalam bentuk pajak hotel, pajak reklame atau pajak
sebelumnya.
c. Tren yang signifikan
Tren yang signifikan misalnya yang terjadi pada anggaran maupun
website.
d. Hubungan dengan Pemerintah Pusat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
44
Pemahaman mengenai faktor sosial dan politik yang mempengaruhi
yang diperoleh auditor melalui media masa dan koran ini nantinya
i. Dampak dari lingkungan entitas terhadap risiko bidang kerja dan laporan
keuangan
Pemahaman mengenai dampak dari lingkungan Pemda P terhadap risiko
melalui LHP dan KKP pada tahun-tahun sebelumnya dan melalui website
Pemda P.
3. Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya.
Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya dilaksanakan
oleh tim auditor pada saat pemeriksaan pendahuluan. Pemantauan tindak lanjut
dilakukan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh BPK dan
dibuktikan dengan meminta dokumen tindak lanjut dari entitas. Dokumen tindak
lanjut misalnya bukti setor ke kas daerah, action plan, dan surat teguran terhadap
45
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Action plan adalah program kerja yang disusun
saat pemeriksaan terinci. Hal ini dikarenakan oleh LKPD yang baru terbitkan
yang terdapat dalam neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus
Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yaitu dengan melalui
analisis data baik secara vertikal maupun secara horizontal, teknif prediktif, serta
hubungan akun dalam satu jenis laporan keuangan yaitu analisis antar akun
dalam necara, antar akun dalam LRA atau antar akun dalam LAK saja. Sebagai
melihat hubungan antar akun neraca dengan akun LRA atau kesesuaian dengan
nilai yang disajikan dalam LAK apakah sudah cukup diungkapkan dalam CaLK.
Sebagai contoh analisis data horizontal antara LRA dengan neraca yaitu :
pengeluaran pembiayaan untuk pembiayaan untuk penyertaan modal daerah
realisasi dan anggaran akun-akun di LRA. Analisis tren yang dimaksud adalah
46
dengan membandingkan akun yang sama untuk periode lebih dari dua tahun
yang diperiksa. Apabila hasil SPI dinilai oleh auditor rendah, perlu
apabila hasil SPI dinilai baik atau efektif auditor cukup melakukan pengujian
substantif terbatas.
Auditor menggunakan pendekatan COSO dalam pemahaman dan
dengan :
a. Lingkungan pengendalian (Control environment)
Auditor mendapatkan pemahaman dan melakukan pengujian atas
47
yang dapat membangun lingkungan pengendalian. Kegiatan atau aspek-
pegawai secara rutin pada saat apel. Selain itu auditor juga
pegawai.
2) Komitmen terhadap kompetensi
Auditor memperoleh pemahaman atas komitmen terhadap
48
kompetensi untuk menempati setiap jabatan terkait pengelolaan
Pemda P.
Pengujian kepemimpinan yang kondusif dilaksanakan
Peraturan Menteri.
5) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
Auditor mendapatkan pemahaman dan melakukan
pegawai.
Pengujian dilakukan oleh auditor melalui wawancara dan
efektif
Auditor memahami dan melakukan pengujian terhadap
50
Auditor memperoleh pemahaman dan pengujian terkait
pelaksanaan APBD.
Auditor memperoleh pemahaman dan pengujian terkait
dan ditetapkan.
Auditor melakukan pengujian atas aktivitas pengendalian dengan
reviu atas indikator dan ukuran kinerja, pemisahan fungsi dalam struktur
pencatatan yang akurat dan tepat waktu, pembatasan akses atas sumber
pencatatannya, serta dokumentasi yang baik atas SPI serta transaksi dan
atasannya.
e. Pemantauan (Monitoring)
Auditor mendapatkan pemahaman mengenai pemantauan dengan
inspektorat.
6. Penilaian risiko.
Penilaian risiko ditetapkan menjadi tiga macam yaitu rendah, menengah,
52
Auditor menetapkan AAR dengan pendekatan kuantitatif. Dalam
Terdapat tiga skor untuk setiap faktor yang mempengaruhi tingkat AAR.
tingkat gaji masih sangat rendah. Oleh karena itu, auditor menilai
kecil. Oleh karena itu, auditor menilai AAR pada tingkat tinggi
(3)
7) Jumlah satker atau SKPD
Semakin besar jumlah satker yang dimiliki Pemda P maka bobot
jumlah satker atau SKPD Pemda lainnya relatif besar. Oleh karena
54
Pemda P mendapatkan opini wajar dengan pengecualian. Oleh
sedang (2).
Setelah menilai faktor-faktor yang menjadi pertimbangan AAR,
Tabel IV.1
Contoh perhitungan AAR dengan metode pembobotan nilai
55
Hasil pemeriksaan tahun
8. Tinggi 3
sebelumnya
Sistem informasi yang
9. Sedang 2
digunakan
Sub Total 2 4 15
Total 21
Kesimpulan AAR 3% (sedang)
b. Menilai risiko bawaan (IR)
Dalam menetapkan IR auditor menggunakan metode pembobotan
skor untuk setiap faktor yang mempengaruhi tingkat IR. Nilai satu
56
Penugasan pertama pemeriksaan suatu entitas akan ditetapkan
rendah (1).
5) Hubungan dengan pihak-pihak terkait
Semakin Pemda P bertransaksi dengan pihak yang mempunyai
tinggi (3).
6) Jenis-jenis transaksi (apakah tergolong rutin atau tidak rutin) dan
tingkat kompleksitasnya
Semakin tidak rutin dan kompleks transakasinya maka IR
(2).
7) Dorongan dan motivasi manajemen
Semakin tinggi taget realisasi belanja maka IR semakin tinggi.
tinggi (3).
8) Tingkat subjektivitas sesuai persyaratan standar akuntansi.
57
Semakin subjektif akun tersebut maka IR semakin tinggi. Masalah
skala berikut :
1) 10 – 16 : rendah (30%)
2) 17 – 23 : sedang (70%)
3) 24 – 30 : tinggi (100%)
Sebagai contoh gambaran mengenai metode pembobotan IR,
Tabel IV.2
Contoh perhitungan IR dengan metode pembobotan nilai
58
Faktor-faktor yang Bobot penilaian
No. Kriteria
memperngaruhi 1 2 3
1. Sifat entitas Rendah 1
Hasil pemeriksaan
2. Rendah 1
sebelumnya
Integritas personil
3. Tinggi 3
kunci
Penugasan pertama vs
4. Rendah 1
penugasan berulang
Hubungan dengan
5. Tinggi 3
pihak terkait
6. Jenis-jenis transaksi Sedang 2
Dorongan dan motivasi
7. Tinggi 3
manajemen
Tingkat subjektivitas
8. sesuai persyaratan Rendah 1
standar akuntansi
Tingkat kerentanan
9. terhadap pencurian atau Tinggi 3
penyalahgunaan aset
Kemungkinan adanya
10. Tinggi 3
kecurangan
Sub Total 4 2 15
Total 21
Kesimpulan IR 70% (Sedang)
c. Identifikasi dan menilai risiko pengendalian (CR)
Auditor mengidentifikasi dan menilai CR dengan menggunakan
59
DR = AAR / (IR x CR)
Berdasarkan DR yang telah ditentukan dengan model risiko audit
skala berikut :
1) 1% - 9% : rendah
2) 10% - 40% : sedang
3) 41% - 56% : tinggi
e. Mengidentifikasi strategi pemeriksaan yang akan dilakukan.
Strategi pemeriksaan digunakan untuk menentukan sifat, saat,
transaksi.
Jika dibandingkan dengan teori, penilaian risiko audit yang digunakan
oleh auditor sama dengan teori, yaitu dengan menggunakan model risiko audit
auditor dengan melihat hasil opini laporan keuangan entitas tahun sebelumnya
dan hasil penilaian risiko. Setiap hasil opini, seperti WTP (Wajar Tanpa
60
Pengecualian), WDP (Wajar Dengan Pengecualian), adverse dan disclaimer
Opini Tahun
% Penilaian Risiko Bawaan Entitas
Sebelumnya
Adverse / Disclaimer 0,5% s/d 1% Rendah 91% s/d 100%
WDP 1% s/d 3% Sedang 66% s/d 90%
WTP 3% s/d 5% Tinggi 50% s/d 65%
Kemudian tingkat PM dikalikan dengan total anggaran belanja. Rumus
penetapan PM yaitu :
dialokasikan ke tingkat saldo akun yang jumlah totalnya sama dengan nilai PM.
Sampel kemudian dipilih secara acak oleh auditor, namun sampel yang dipilih
tersebut yaitu nilai-nilai yang besar dan memiliki risiko yang tinggi agar dapat
Cakupan audit diklasifikasikan kedalam tiga skala yaitu rendah (20% hingga
30%), sedang (lebih besar dari 30% hingga 50%), dan tinggi (lebih besar dari
61
9. Pemenuhan kebutuhan pemeriksa.
Berdasarkan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang telah
dietapkan oleh Badan sebelumnya perlu disusun tim auditor untuk melaksanakan
audit atas laporan keuangan Pemda P. Penanggung jawab audit atas LKPD harus
profesional. Tim auditor pada pelaksanaan audit atas laporan keuangan Pemda P
terdiri dari satu orang penanggung jawab dan satu orang pengendali teknis yang
membawahi dua ketua tim auditor dengan entitas yang berbeda dimana satu
orang ketua tim terdiri dari empat orang anggota tim. Total keseluruhan dari
pemeriksaan, jangka waktu pemeriksaan, dan susunan tim pemeriksa. Hal ini
dilakukan dengan sosialiasi ketua tim kepada entitas melalui expose dan meeting
internal. Selain itu juga menunjukan surat penugasan dari pemberi tugas kepada
Pemda P.
11. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kegiatan Perorangan
(PKP).
P2 disusun berdasarkan pedoman pemeriksaan yang diterbitkan oleh BPK
RI, kemudian disesuaikan dengan kondisi entitas yang akan diperiksa. Setelah
62
disusun oleh ketua tim. Bentuk PKP dan P2 mengacu pada PMP (Panduan
Manajemen Pemeriksaan).
Program pemeriksaan (P2) membicarakan hal-hal yang bersifat umum,
penilaian risiko pemeriksaaan, dan jangka waktu serta susunan tim pemeriksa.
untuk menyusun PKP berdasarkan P2 yang telah dibuat yang nantinya akan
bertujuan untuk mengetahui karakteristik proses bisnis entitas, siklus akuntasi dan
keuangan, serta sistem pengendalian internal entitas saat ini untuk kemudian disusun
dilaksanakan pada bulan Januari 2012 yang dilaksanakan selama 90 hari hingga akhir
bulan April 2012. Setelah pemeriksaan terinci selesai, kemudian disusun laporan audit
(audit report). Sesuai dengan pemintaan pemberi tugas, audit report diharapkan telah
diselesaikan pada bulan Juni 2012. Penyelesaian laporan audit atas BUMN tertuang
dalam Rencana Kerja dan Anggaran Pemeriksaan (RKAP) yang akan digunakan sebagai
indikator kinerja dari penugasan audit. Langkah-langkah dari tahap perencanaan audit
63
Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan ditetapkan oleh Badan sesuai
dengan ketentuan yang ada. Tujuan pemeriksaan adalah memberikan opini atas
laporan keuangan BUMN JS yang disajikan apakah telah sesuai dengan prinsip
secara tertulis oleh pemberi tugas dan ditandatangani oleh ketua tim, pengendali
teknis, penanggung jawab dan pemberi tugas (Badan). Hal ini dikarenakan
ketua tim, pengendali teknis, serta penanggung jawab dengan tujuan untuk
inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, serta Indeks Harga Saham
BUMN dan swasta sebagai pelanggan dari BUMN JS, hubungan dengan
manajemen.
f. Dasar hukum dan peraturan yang mempengaruhi
Auditor memperoleh pemahaman mengenai dasar hukum dan peratuan
h. Pengaruh stakeholder
Pengaruh stakeholder misalnya pemerintah dan pelanggan. Pengaruh
keuangan
66
Auditor memperoleh pemahaman mengenai dampak lingkungan entitas
temuan yang terdapat ditahun sebelumnya telah dilakukan tindak lanjut sesuai
dengan rekomendasi yang telah diberikan oleh BPK RI dan dibuktikan dengan
action plan dari auditee. Action plan adalah program kerja yang disusun entitas
dengan membandingkan neraca yang telah diaudit pada tahun 2009 dan 2010.
Dari hasil neraca yang telah diaudit pada tahun 2009 dan 2010 kemudian akan
dilaksanakan
Pengujian dan pemahaman SPI entitas diperoleh auditor melalui reviu
dan analisa dokumen dan catatan pendukung, wawancara dengan pihak terkait,
dari pengujian SPI diperoleh hasil bahwa risiko pengendalian rendah, auditor
efektivitas SPI. Namun, apabila hasil penilaian risiko awal diperoleh hasil bahwa
risiko pengendalian sedang atau tinggi, maka auditor perlu melakukan pengujian
substantif mendalam.
Pemahaman dan pengujian SPI atas masing-masing komponen COSO
peraturan.
2) Komitmen terhadap kompetensi
68
Auditor memahami komitmen terhadap kompetensi
69
dilakukan dengan membandingkan melalui observasi dan
perekrutan karyawan.
7) Kegiatan pengawasan
Auditor memperoleh pemahaman dan pengujian mengenai
ukuran kinerja, pemisahan tugas dan fungsi, pencatatan yang akurat dan
pemantauan.
6. Penilaian risiko
Penilaian risiko ditetapkan menjadi tiga macam yaitu rendah, menengah,
dan tinggi. Penilaian risiko ditetapkan oleh auditor dengan judgment berdasarkan
teknis, dan ketua tim auditor. Penilaian risiko dilakukan dengan menetapkan
risiko bawaan (IR) dan risiko pengendalian (CR) terhadap masing-masing akun
kelemahan yang terdapat pada saham untuk menentukan besarnya residual risk
yang melekat dan CR pada saham yaitu kemungkinan adanya risiko dalam
menetapkan IR, CR dan residual risk pada saham dengan kriteria tinggi. Setelah
menetapkan IR, CR dan residual risk, selanjutnya auditor yaitu merancang teknik
72
Penilaian risiko berdasarkan teori yaitu dilakukan dengan menetapkan
AAR, IR, CR, dan DR yang dapat menggunakan model risiko audit dengan
rumus :
AAR = IR x CR x DR
Namun pada pelaksanaannya, auditor hanya menetapkan IR dan CR dalam
entitas yang bertujuan untuk mencari laba. Sehingga ditetapkan rate antara 0,5%
Total keseluruhan TE yaitu sejumlah 100% dari PM. Rumus untuk alokasi TE
yaitu :
TE = PM x (N/T)
73
Dengan N adalah nilai saldo akun yang bersangkutan, dan T adalah jumlah
keuangan yang dapat diterima oleh auditor yang nantinya akan mempengaruhi
hasil opini atas laporan keuangan. Sedangkan tujuan dari TE adalah mengetahui
salah saji minimum di tingkat kelas-kelas transaksi dan saldo akun yang dapat
diterima oleh auditor yang nantinya akan mempengaruhi kewajaran atas akun
Hal pertama yang dilakukan oleh auditor adalah melakukan identifikasi apakah
akun termasuk kedalam skala tinggi, sedang, atau rendah. Hasil dari identifikasi
akun tersebut nantinya akan menentukan cakupan audit yaitu rendah (20%
hingga 30%), sedang (lebih besar dari 30% hingga 50%), dan tinggi (lebih besar
dari 50% hingga100%). Sebagai contoh : dalam periode satu tahun BUMN JS
sampel yang diambil minimal harus 50% dari 15 triliun yaitu sebesar 7.5 triliun.
9. Pemenuhan kebutuhan pemeriksa
Berdasarkan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang telah
RKAP, diketahui berapa banyak jumlah anggota tim yang diperlukan untuk
mengaudit BUMN JS. Apabila ketua tim dan penanggung jawab merasa perlu
menambahkan anggota tim ketika melaksanakan audit, maka jumlah tim dapat
disesuaikan dengan kebutuhan tim auditor yaitu dengan menambahkan dari unit
74
Misalnya dari RKAP diketahui bahwa jumlah anggota tim auditor BUMN
usulan penambahan anggota tim kepada pimpinan sesuai jumlah kebutuhan tim
auditor. Tim auditor pada pelaksanaan audit atas laporan keuangan BUMN JS
terdiri dari satu orang penanggung jawab, dua orang wakil penanggung jawab
dan dua orang pengendali teknis, empat orang ketua tim dimana tiga ketua tim
memiliki empat orang anggota tim dan satu orang ketua tim memiliki tiga orang
anggota tim. Total keseluruhan dari anggota tim auditor yaitu 24 orang.
10. Pengkomunikasian perencanaan pemeriksaan kepada manajemen entitas
Hasil perencanaan pemeriksaan disampaikan kepada entitas pemeriksaan
yaitu BUMN JS. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang
lain : latar belakang, tujuan, lingkup, jangka waktu, dan susunan tim pemeriksa.
tim kepada BUMN JS melalui expose dan meeting internal. Selain itu juga
penilaian risiko pemeriksaaan, dan jangka waktu serta susunan tim pemeriksa.
dibuat oleh masing-masing anggota tim auditor dan nantinya akan direviu oleh
ketua tim auditor. P2 dan PKP diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah
digunakan auditor.
75
IV.3. Perbedaan Perencanaan Audit BPK dengan Teori Audit
perencanaan audit atas laporan keuangan Pemda P dan BUMN JS yang telah
Perbedaan langkah-langkah perencanaan audit BPK dengan teori dapat dilihat melalui
tabel berikut :
Tabel IV.4
Perbandingan langkah perencanaan audit BPK dengan teori audit
perencanaan audit oleh BPK yang tidak ada jika dengan teori audit, antara lain :
Akuntan Publik (KAP) jika dijelaskan menurut teori adalah untuk memberikan
76
pendapat apakah laporan keuangan entitas telah disajikan secara wajar sesuai
keuangan yang dilaksanakan oleh BPK adalah selain untuk memberikan opini
atas laporan keuangan entitas apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan
pelaksanaan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan oleh tim auditor
BPK berdasarkan arahan dan penugasan yang diberikan oleh Badan yang terdiri
dari ketua, wakil ketua dan anggota BPK selaku pemberi tugas. Penugasan
atau menolak klien baru, atau dapat melanjutkan perikatan dengan klien
klien.
Sedangkan, penugasan pelaksanaan audit pada BPK berdasarkan arahan
dan penugasan yang diberikan oleh pemberi tugas yaitu Badan atau DPR. Oleh
karena itu dalam tahap perencanaan audit BPK diperlukan adanya langkah
pemberi tugas. Hal ini ditujukan agar tim auditor BPK yang nantinya akan
melaksanakan penugasan audit, dapat mengetahui hasil akhir dan sasaran audit
kinerja penugasan.
77
Ketika pemberi tugas memberikan penugasan audit terhadap suatu
entitas, maka entitas tersebut wajib untuk diaudit oleh tim auditor BPK dan tidak
dapat menolak. Apabila entitas menolak untuk diaudit oleh tim auditor BPK,
ditindaklanjuti.
2. Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya.
Langkah pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya
merupakan salah satu ciri khas dari perencanaan audit BPK dimana pada teori
dan saran BPK sesuai dengan rekomendasi atau saran yang diberikan.
c. Mengidentifikasi dampak tindak lanjut atas rekomendasi atau saran dari
auditor BPK untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan entitas. Selain itu,
tindak lanjut atas rekomendasi atau saran BPK wajib untuk dilaksanakan oleh
dalam prosedur dari langkah-langkah perencanaan audit BPK jika dibandingkan dengan
79
pembiayaan, dasar hukum dan peraturan yang mempengaruhi, faktor
mengamati letak kantor wilayah dan cabang yang dimiliki BUMN JS.
80
Auditor Pemda P mereviu kertas kerja tahun lalu untuk
Tabel IV.6
Perbandingan prosedur analitis
lainnya yang sejenis atau dengan acuan yang telah ditetapkan oleh
81
Departemen Keuangan sebagai alternatif perbandingan untuk rata-rata
industri.
Auditor BUMN JS tidak dapat membandingkan data klien dengan
b. Membandingkan data klien dengan data klien yang sejenis pada periode
sebelumnya
Auditor Pemda P menggunakan analisis tren dan common-size
financial statement analysis dan analisa tren pada tahun 2010 dan 2009.
c. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien
Auditor Pemda P membandingkan data Pemda P dengan data
82
oleh penulis diatas. Sedangkan auditor BUMN JS tidak membandingkan
saldo akun. Namun terdapat beberapa perbedaan antara Pemda P dengan BUMN
laporan keuangan (PM) berdasarkan hasil opini tahun sebelumnya dan hasil
penilaian risiko saat ini. Sedangkan auditor untuk BUMN JS menentukan rate
materialitas pada tingkat laporan keuangan (PM) berdasarkan tujuan dari entitas
pelaksanaan BPK jika dibandingkan dengan teori dapat dilihat melalui tabel
dibawah ini :
83
Tabel IV.7
Perbandingan penilaian risiko
84
Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan yang
Setelah auditor melakukan pengujian SPI, kemudian baik auditor untuk Pemda P
menurut teori yaitu dengan menilai kelima komponen COSO yaitu control
kelima komponen COSO ini seperti yang telah dijelaskan oleh penulis
sebelumnya.
7. Penentuan metode uji petik
Penentuan uji petik atau sampling menurut teori dapat dilakukan dengan
menggunakan metode statistik atau metode non statistik. Baik auditor untuk
auditor.
tujuh orang.
Sedangkan untuk auditor BUMN JS, pemenuhan kebutuhan pemeriksa
dipenuhi dengan jumlah anggota tim auditor sebanyak 24 orang. Pada awalnya
lainnya. Perbedaan antara jumlah anggota tim auditor pada Pemda P dengan
yang dimiliki oleh entitas serta kompleksitas proses inti dari bisnis entitas
pemeriksaan.
9. Pengkomunikasian perencanaan pemeriksaan kepada manajemen entitas yang
diperiksa
Sama halnya seperti yang dijelaskan dalam teori, pengkomunikasian hasil
dijelaskan didalam surat perikatan yang sebelumnya telah dibuat. Hal ini
dalam bentuk formal maupun informal. Bentuk formal yaitu melalui sosialiasi
ketua tim kepada entitas melalui expose dan meeting internal. Bentuk informal
yaitu dengan memberikan surat penugasan dari pemberi tugas kepada entitas
yang bersangkutan.
10. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kegiatan Perorangan
(PKP)
Program pemeriksaan sama halnya dengan audit program yang akan
penilaian risiko pemeriksaan, jangka waktu serta susunan tim pemeriksa. Hasil
86
dari P2 nantinya akan dibagi kedalam PKP yang dibuat oleh masing-masing
anggota tim yang nantinya akan direviu oleh ketua tim. P2 dan PKP ditujukan
perencanaan audit yang telah dibahas sebelumnya oleh penulis, dapat diketahui
beberapa kelemahan yang terjadi dalam proses perencanaan audit atas laporan keuangan
1. Pemda P
Perencanaan audit atas laporan keuangan Pemda P pada dasarnya sudah
terdapat beberapa prosedur yang seharusnya dapat digunakan oleh auditor tetapi
atas entitas.
b. Pemahaman atas nama-nama pejabat Pemda P yang bersangkutan salah
melalui wesbite.
87
c. Tidak menentukan keberadaan pihak-pihak yang memiliki hubungan
media masa dimana terkadang informasi yang berikan oleh media masa
Pemda P dalam memahami dan menguji SPI Pemda P yang terkait dengan
komponen pemantauan.
f. Tidak menggunakan ratio analysis dalam pelaksanaan prosedur analitis awal.
prosedur analitis awal. Rasio yang dapat digunakan oleh auditor yaitu Rasio
88
Jika dibandingkan antara perencanaan audit BUMN JS dengan Pemda P
dan teori terdapat beberapa prosedur perencanaan audit yang seharusnya dapat
meminta izin pada KAP yang melakukan audit atas laporan keuangan BUMN
hanya menggunakan perbandingan data selama dua tahun yaitu pada tahun
89
2010 dan 2009. Auditor BUMN JS dapat menambahkan analisis rasio dalam
menambahkan data tahun perbandingan menjadi lebih dari dua tahun dan
sebelumnya.
f. Tidak membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien
oleh auditor. Misalnya dengan laporan keuangan yang telah disajikan BUMN
90
menambahkan prosedur analitis ini setelah laporan keuangan BUMN JS
diterbitkan.
h. Tidak membandingkan data klien dengan hasil perkiraan dengan
penggunaan model risiko audit dalam penilaian risiko. Hal ini dikarenakan
model risiko audit dalam penilaian risiko. Selain itu auditor dapat
95%.
b. 3%, yang artinya bahwa keyakinan auditor terhadap opininya sebesar
97%.
c. 1%, yang artinya bahwa keyakinan auditor terhadap opininya sebesar
99%.
Auditor BUMN JS dapat menambahkan penentuan tingkat DR untuk
91