Anda di halaman 1dari 12

REFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH & LINGKUNGAN

AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH


DOSEN PENGAMPU :
DRS. ISKANDAR SAM, SE, AK, CA, M.AKUN

DISUSUN OLEH :
MUHAMAD IRHAM SEPTRIA
DEA SEPTIANI
NUR AFLAH SARDILLAH
ADILLAH UTAMI
MATA KULIAH :
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI

BAB I
1. Reformasi akuntansi pemerintahan daerah di indonesia
Reformasi akuntansi pemerintahan daerah Indonesia saat ini telah membawa
harapan akan terciptanya good governance yang terbebas dari tindakan korupsi,
kolusi, dan nepotisme, hal itu dapat terbentuk dengan penciptaan sistem
pemerintahan yang lebih berimbang di antara eksekutif, judikatif, dan legislatif.
Partisipasi itu diharapkan menjadi pedoman akan akuntabilitas publik dan
otonomi daerah. Kita dapat melihat beberapa perubahan yang terkait penerapan
akuntansi yang berlaku saat ini, seperti halnya perubahan akuntansi berbasis kas
menuju akrual menjadi penerapan akuntansi berbasis akrual, hal ini telah diatur
dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 tentang standar Akuntansi
Pemerintahan, regulasi yang mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005

ini

menyatakan

bahwa

akuntansi

berbasis

akrual

diberlakukan

selambatlambatnya tahun 2014, melihat hal tersebut sudah seharusnya di


pertengahan tahun 2015 ini pengelola keuangan daerah seharusnya telah
melakukan realisasi hal tersebut, berkaitan dengan perubahan demi perubahan
yang dilakukan tentu tujuan dari semua itu adalah perbaikan menuju arah
pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik. Sejalan dengan hal tersebut Pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa
keuangan daerah harus di kelola secara tertib dan taat pada peraturan perundangundangan, efektif dan efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab
denganmemperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
Pengelolaa keuangan yang bertanggung jawab mengandung makna mewujudkan
kewajiban seseorang untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada
tiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD) dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Selanjutnya di dalam pasal bagian ketiga terkait dengan Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), di sebutkan kepala SKPKD selaku PPKD
mempunyai tugas : (a) menyusun dan melaksanakan kebijakan penpengelolaan
keuangan daerah; (b) menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan

APBD; (c) melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yan telah ditetapkan


dengan peraturan Daerah; (d)melaksanakan fungsi BUD; (e) menyusun laporan
keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban palaksanaan APBD. Pada
point (d) yang menyebutkan tugas Kepala SKPKD untuk melaksanakan fungsi
BUD yang dalam hal ini memiliki salah sat wewenang terkait dengan memberikan
petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas, sehubungan
dengan wewenang yang ada sudah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi
memberikan sistem yang baik untuk terciptanya tujuan reformasi akuntansi
pemerintah daerah saat ini.
DPKAD (Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) merupakan
instansi yang berwenang dalam hal pengelolan keuangan daerah diharapkan dapat
mengimplementasikan peraturan pemerintah demi tercapai tujuan bersama
khususnya terkait pengelolaan keuangan daerah. Dengan harapan yang besar
terhadap pengelolaan keuangan daerah tentu perlu adanya sistem dan prosedur
yang tentunya tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Salah satu sistem dan
prosedur yang penting dan perlu adanya perhatian dalam pengelolaan keuangan
daerah adalah terkait sistem dan prosedur kas, karena sifatnya yang kas
merupakan aktiva lancar yang paling likuid (cepat dijadikan uang dan dapat
digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan/instansi tanpa pembatasan).
Kas memiliki karakteristik yang tidak dimiliki aktiva lancar lainnya yaitu kas
mudah untuk ditransfer dalam kurun waktu yang relatif cepat. Jika dilihat dari
karakteristiknya kas merupakan aktiva yang paling mudah disalah gunakan. Oleh
karenanya bagian pengelola kas di dalam suatu perusahaan harus dapat berfungsi
dengan sebaik-baiknya untuk mencegah terjadinya penyelewengan terhadap kas.
2. Akuntansi pemerintahan daerahpada masa 1994 1999
2.1 Dasar hukum dan praktek akuntansi
Peraturan perundangan yang menjadi landasan

hukum

bagi

pelaksanaan akuntansi pemerintahan sebelum era reformasi antara lain:

Undang-Undang No. 5 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah No. 5 dan 6 Tahun


1976 dan Manual Adminsitrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) Tahun 1981.
Kemudian setelah era reformasi, ditetapkan Undang- Undang No. 22 dan 25
Tahun 1999 yang mengatur tentang pemerintahan daerah dan perimbangan
keuangan Pusat dan Daerah. Selanjutnya ditetapkan Undang- Undang No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara. Dari sinilah tonggak reformasi pengelolaan
keuangan negara mulai dijalankan. Selain itu juga ditetapkan Undang- Undang
No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tangung Jawab
Keuangan Negara.
Seiring dengan reformasi di bidang keuangan negara, maka perlu dilakukan
perubahan-perubahan di berbagai bidang untuk mendukung agar reformasi di
bidang keuangan negara dapat berjalan dengan baik. Salah satu perubahan
yang signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan.
Perubahan di bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui
proses akuntansi dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi berbagai
pihak untuk digunakan sesuai dengan tujuan masing-masing. Karena begitu
eratnya keterkaitan antara keuangan pemerintahan dan akuntansi pemerintahan

maka sistem dan proses yang lama dalam akuntansi pemerintahan banyak
menimbulkan berbagai kendala sehingga tidak mendukung terwujudnya good
governance dalam penyelenggaraan pemerintahan (Simanjuntak, 2012).
Sebelum era reformasi pengelolaan keuangan negara sistem pencatatan pada
akuntansi di sektor pemerintahan masih menggunakan single entry. Pada
sistem pencatatan ini, menurut Abdul Halim (2004) dalam Abdul Hafiz
Tanjung (2008), pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat satu
kali, transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi
penerimaan dan transaksi ekonomi yang berakibat berkurangnya kas akan
dicatat pada sisi pengeluaran.
Akibat dari sistem pencatatan ini, pemerintah tidak memiliki catatan mengenai
aktiva tetap, piutang , utang dan ekuitas dari suatu entitasnya. Sehingga
pemerintah tidak pernah menampilkan neraca sebagai bentuk laporan
keuangan yang umumnya dikenal yang dapat menggambarkan posisi
keuangan pemerintah. Hal ini disebabkan juga karena basis akuntansi yang
digunakan selama ini adalah basis kas. Menurut Indra Bastian (2006) basis kas
hanya mengakui arus kas masuk dan arus kas keluar. Rekening keuangan akhir
akan dirangkum dalam buku kas, sehingga laporan keuangan tidak bisa
dihasilkan karena ketiadaan data tentang aktiva dan kewajiban. Namun dalam
perkembangannya sistem pencatatan akuntansi dari basis kas berubah menjadi
akuntansi berbasis kas menuju akrual.
3. Akuntansi pemerintahan daerah pada masa 2000 2005
3.1 Dasar hukum dan praktek akuntansi
Pada era ini reformasi keuangan daerah mulai dilaksanakan setelah di
berlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999. Sebagai
upaya konkret, pemerintah mengeluarkan PP No. 105 Tahun 2000 tentang
pengeloaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah dan PP No. 108 Tahun
2000 tentang pertanggungjawaban kepala daerah dalam pengelolaan keuangan
daerah. Sementara itu dikeluarkan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan
PP No. 105 Tahun 2000, serta untuk secara bertahap mengganti model tata
buku sebagaimana dalam manual administrasi keuangan daerah menjadi

sistem akuntansi, pemerintah mengeluarkan kepmendagri No. 29 Tahun 2002


kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tsb menandai era transisi otonomi menuju
sistem yang lebih ideal.

4. Akuntansi pemerintahan pada masa 2005 sekarang


praktek akuntansi
Masa ini bisa disebut juga era pascatransisi yaitu masa setelah
diberlakukannya paket peraturan perundang undangan yang merupakan
suatu peraturan menyeluruh dan komprehensif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan, pengauditan dan evaluasi kerja ataspengelolaan
keuangan daerah. Paket perudang undangan yang merupakan omnibus
regulation (komprehensif) itu antara lain :
Dasar hukum
1. Uu no 17 tahun 2003 tentang keuangan negara yang menggantikan
indishe comptabiliteitswet (IWC) warisan pemerintah hidia belanda
2. Uu no 1 tahun 2004 tentenag perbendaharaan negara
3. Uu no 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara
4. Uu no 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan
nasional
5. Uu no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah ( revisi uu no 22 tahun
1999)
6. Uu no 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangaan antara
pemerintah pusat dan daerah(revisi uu no 25 tahun 1999)
7. Pp no 24 tahun 2005 tentang stadar akuntansi pemerintah
8. Pp no 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah
9. Pp no 8 tahun 2006 tentang laporan keuangan dan kinerja instansi
pemerintah
10. Pp no 3 tahun 2007 tentang laporan penyelenggaraan pemerintah
daerah (lppd) dan informasi lpdd kepada masyarakat
11. Permendagri no 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan
daerah
12. permendagri no 59 tahun 2007 tentang perubahaan atas permendagri
no 13 tahun 2006

5. akuntansi pemerintahan berbasis akrual


SAP berbasis Akrual
SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset,
utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
Basis Akrual untuk neraca berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana
diakui dan di catat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
kondisi

lingkungan

berpengaruh

pada

keuangan

pemerintah,

tanpa

memperhatikan saat kas atau setara kas di terima atau di bayar (PP No.71
tahun 2010).
SAP berbasis akrual di terapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan
pemerintah pusat/ daerah, jika menurut peraturan perundang undangan
satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan (PP No.71
Tahun 2010).
SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi
dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah. PSAP dan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual
dimaksud tercantum dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun
2010.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku
penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan
pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam
Lampiran III Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan
memperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup laporan. SAP Berbasis
Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010.
BAB II
Entitas Akuntansi Pemerintahan dan Entitas Pelaporan

Dalam akuntansi pemerintahan, entitas akuntansi (accounting entity) mengacu


pada sebuah entitas yang dikukuhkan untuk tujuan akuntansi untuk aktivitas atau
aktivitas-aktivitas tertentu (Engstrom & Copley, 2002), sedangkan entitas pelaporan
(reporting entity) mengacu pada organisasi secara keseluruhan (Freeman &
Shoulders, 2003). entitas pelaporan keuangan yang merupakan entitas akuntansi yang
menjadi pusat pertanggungjawaban keuangan, perlu dilakukan untuk memastikan
adanya prosedur penuntasan akuntabilitas (accountability discharge). Entitas
pelaporan mengacu pada konsep bahwa setiap pusat pertanggungjawaban harus
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan peraturan (Ihyaul Ulum
MD,2004).
Pada akuntansi pemerintahan Indonesia,setiap jenis akuntansi pada setiap
organisasi merupakan suatu entitas akuntansi tersendiri. Ada kemungkinan bahwa
suatu organisasi mempunyai jenis akuntansi lebih dari satu; dan untuk ini umumnya
entitas akuntansi tetap lebih dari satu, karena tiap jenis akuntansi merupakan entitas
yang terpisah. Pada akuntansi keuangan, walaupun terdapat entitas akuntansi lebih
dari satu, namun akan disatukan. Mekanisme penyatuannya bisa lewat konsolidasi
laporan keuangan. Dalam hal ini, perlu diketahui mana yang merupakan subsistem
dari suatu sistem akuntansi tertentu.
Dari Presiden sampai dengan satuan kerja masing-masing melakukan
akuntansi (jadi merupakan entitas akuntansi). Walaupun semuanya merupakan entitas
akuntansi, tetapi hanya Presiden dan Menteri (lebih tepatnya adalah kementerian
atau departemen) yang laporannya diaudit oleh BPK. Jadi hanya Presiden dan
kementerian yang merupakan entitas pelaporan. Hal penting yang dapat disimpulkan
bahwa tidak semua entitas akuntansi menjadi entitas pelaporan.
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah, yang
terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan
Pemerintah

Daerah

(LKPD),

dalam

rangka

transparansi

dan

akuntabilitas

penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta peningkatan kualitas LKPP dan


LKPD. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

(PSAP), yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Selain itu, SAP juga
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
PSAP dapat dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (IPSAP) atau Buletin Teknis SAP. IPSAP dan Buletin Teknis SAP
disusun dan diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan
diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Rancangan
IPSAP disampaikan kepada BPK paling lambat empat belas hari kerja sebelum IPSAP
diterbitkan. IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna
menghindari salah tafsir pengguna PSAP. Sedangkan Buletin Teknis SAP
dimaksudkan untuk mengatasi masalah teknis akuntansi dengan menjelaskan secara
teknispenerapanPSAPatauIPSAP.

Latar Belakang terbitnya PP SAP


Gagasan perlunya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama ada,
namun baru pada sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sector
komersil yang dipelopori dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh
IAI (1994), kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali menguat. Oleh karena
itu Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN), Departemen Keuangan mulai
mengembangkan standar akuntansi.
Bergulirnya era reformasi memberikan sinyal yang kuat akan adanya
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satunya adalah PP
105/2000 yang secara eksplisit menyebutkan perlunya standar akuntansi pemerintahan
dalam pertanggungjawaban keuangan daerah. Tahun 2002 Menteri Keuangan
membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertugas
menyusun konsep standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah yang tertuang dalam
KMK 308/KMK.012/2002.
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa
laporan pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan
standar akuntansi Pemerintahan, dan standar tersebut disusun oleh suatu komite
standar yang independen dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya,
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan

penyusunan laporan pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan


standar akuntansi pemerintahan, bahkan mengamanatkan pembentukan komite yang
bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan dengan keputusan presiden.
Dalam penyusunan standar harus melalui langkah-langkah tertentu termasuk dengar
pendapat (hearing), dan meminta pertimbangan mengenai substansi kepada BPK
sebelum ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
Proses Penyusunan SAP
Proses penyusunan (Due Process) yang digunakan ini adalah proses yang
berlaku umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di
Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang
mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan standar
yang ditetapkan.
Tahap-tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar


Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public
Hearings)
Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
Finalisasi Standar
Penetapan SAP
Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, Standar dibahas bersama
dengan Tim Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan
pembahasan berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar
kemudian KSAP meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan.
Namun draf SAP ini belum diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan
dengan Keppres. Suhubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan Presiden
Nomor 84 Tahun 2004 dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite ini
segera bekerja untuk menyempurnakan kembali draf SAP yang pernah diajukan
kepada BPK agar pada awal tahun 2005 dapat segera ditetapkan.

SAP yang Berlaku di Indonesia


1.

Pada tanggal 13 Juni 2005 Presiden menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor

2.

24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


Pada tahun 2010 diterbitkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, sehingga sejak saat itu PP No. 24 Tahun 2005 dinyatakan tidak berlaku
lagi. PP No. 71 Tahun 2010 mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan
berbasis akrual.
PP No.71 Tahun 2010
SAP tercantum dalam dua lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010,
yaitu:

SAP Berbasis Akrual


Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual,
serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. SAP Berbasis
Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku
penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan
pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran
III Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Yang membedakan antara Laporan
Keuangan Perusahaan dengan Laporan Keuangan Pemerintahan adalah terletak pada
jenis bidang usaha yaitu pelayanan publik serta nomor rekening perkiraan yang
digunakan.

SAP Berbasis Kas Menuju Akrual


Penerapan SAP

Berbasis

Akrual dilaksanakan

secara

bertahap

dari

penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis
Akrual.

SAP

Berbasis

Kas

Menuju

Akrual

yaitu

SAP

yang

mengakui pendapatan, belanja,

dan pembiayaan berbasis

kas,

serta

mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut
mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai
penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Penerapan SAP Berbasis Akrual secara
bertahap dilakukan dengan memperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup
laporan.
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi
dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Sebelumnya, SAP Berbasis Kas Menuju Akrual digunakan dalam SAP
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran
berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan
paling lambat lima tahun. Karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
digantikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai