Anda di halaman 1dari 13

PEMBAHASAN

A. AKUN DAN KELAS TRANSAKSI DALAM SIKLUS PENJUALAN

Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi apakah
saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip – prinsip akuntansi yang diterima umum.
Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai akun
dalam siklus penjualan dan penagihan . gambar tersebut menunjukkan bahwa lima kelas
transaksi dalam siklus penjualan antara lain :
1. Penjualan ( penjualan tunai dan kredit )
2. Penerimaan kas
3. Retur dan pengurangan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Estimasi beban piutang tak tertagih

Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi dan jumlah
yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca, yaitu
akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak tertagih. Untuk mudahnya, kita
mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun
penjualan kredit.
B. FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS DAN DOKUMEN SERTA CATATAN
TERKAIT

Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan untuk
mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk
dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi
bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.

Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk Siklus
Penjualan
Kelas Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen Dan Catatan
Pesanan pelanggan
Pesanan penjualan
Pesanan pelanggan atau
Pemroses pesanan pesanan penjualan
pelanggan Dokumen pengiriman
Pemberian kredit Faktur penjualan
Pengiriman barang File transaksi penjualan
Penagihan Jurnal penjualan atau listing
pelanggan dan File induk piutang usaha
Penjualan piutang pencatatan Neraca saldo piutang usaha
Penjualan usaha penjualan Laporan bulanan
Remittance advice
Prelisting penerimaan kas
File transaksi penerimaan
Kas di bank ( debet Pemroses dan kas
dari penerimaan pencatatan Jurnal penerimaan kas atau
Penerimaan Kas kas ) piutang usaha penerimaan kas listing
Retur Dan Retur dan Pemroses dan Memo kredit
Pengurangan pengurangan pencatatan retur Jurnal retur dan
Penjualan penjualan dan pengurangan pengurangan penjualan
Pitang usaha penjualan
Penghapusan Piutang Usaha Penghapusan Formulir otorisasi piutang
Piutang tak Penyisihan untuk piutang usaha tak tak tertagih
Tertagih piutang tak tertagih tertagih Jurnal umum
Beban piutang tak
tertagih
Beban Piutang tak Penyisihan untuk Penyediaan piutang
Tertagih piutang tak tertagih tak tertagih Jurnal umum

Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang pengujian
pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham fungsi bisnis dan
dokumen serta catatan suatu perusahaan.

1. Pemroses pesanan pelanggan

o Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan.
o Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan
informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.

2. Pemberian kredit

o Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang menunjukkan


deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang relevan lainnya.

 Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang antara
pembawa dan penjual. Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika barang telah
dikirimkan , dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang terkait serta ayat
jurnal dalam jurnal penjualan.
3. Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan

Aspek paling penting dari penagihan yaitu :

 Semua pengiriman telah ditagih ( kelengkapan = completeness )


 Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali ( keterjadian = occurrence )
 Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat ( keakuratan = accuracy )
 Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas
barang yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.
 File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan
semua transaksi penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu
periode, seperti sehari, seminggu, atau sebulan.
 Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file transaksi
penjualan yang cantumkan biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal,
jumlah dan klasifikasi bagi setiap transaksi seperti divisi atau lini produk.
 File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat
penjualan individual , penerimaan kas , serta retur dan penguragan penjualan bagi
setiap pelanggandan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan.
 Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara
elektronik kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang
usahanya.

 Pemroses dan pencatatan penerimaan kas

 Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya
dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas
 Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang
yang tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, kas
dan yang tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.
 Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah
pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga.
 Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat
retur dan pengurangan penjualan.

 Penghapusan piutang usaha tak tertagih

 Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan dalam
lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha
sebagai tak tertagih.

C. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN


PENGUJIAN SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI PENJUALAN

Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal


untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting dalam
pengendalian ini yaitu :
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya bagi
penjualan.
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan .
4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.

 Pemisahan tugas yang memadai

Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan maupun penipuan
atau kecurangan. Untuk mencegah kecurangan, manajemen harus menolak akses ke kas bagi
siapapun yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi penjualan dan
penerimaan kas ke dalam computer.

 Menentukan luas pengujian pengendalian


Luas pengujian pengendlian pada perusahaan nonpublic tergantung pada keefektifan
pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat diandalkan untuk
mengurangi resiko pengendalian.

 Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan

Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya terbatas pada
pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan personil. Mencatat penjualan yang
terjadi untuk tujuan ini, auditor harus memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin
terjadi :
a. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan
b. Penjualan dicatat lebih dari satu kali
c. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.

Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau
kecurangan,sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan. Konsekuensi
potensial dari ketiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar karena akan menimbulkan lebih
saji aktiva dan laba.

 Arah pengujian

Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal dan
memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian pertama adalah untuk
transaksi yang dihilangkan ( tujuan kelengkapan ). Sementara yang kedua adalah untuk
transaksi yang tidak ada ( tujuan keterjadian ).

 Penjualan dicatat dengan akurat

Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal – hal berikut :
a. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
b. Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
c. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.
D. RETUR DAN PENGURANGAN PENJULAN

Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien untuk
mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses memo kredit yang telah
digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah matrealitas.
Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat
mengabaikannya. Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan kejadian. Untuk retur
dan pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi yang
tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi
oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji saldo akun
untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir tahun. Secara
alami , tujuan lainnya tidak boleh diabaikan, akan tetapi, karena tujuan dan metodologi untuk
mengaudit retur dan pengurangan penjualan pada intinya sama seperti untuk penjualan, tidak
dimasukkan studi yang mendalami mengenai hal tersebut. Jika ingin mengaudit retur dan
pengurangan penjualan, harus dapat menerapkan logika yang sma untuk mendapatkan
pengendalian, pengujian pengendalian, dan pengujian substansif atas transaksi yang sesuai guna
memverifikasi jumlahnya.

E. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN


PENGUJIAN SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI PENERIMAAN

Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas seperti yang digunakan untuk penjualan.
Prosedur audit untuk pengujian pengendalian , pengujian substansif atas transaksi penerimaan
kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan,
tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas.
Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut
ini :
a. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
b. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian
c. Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi setiap
tujuan.
d. Penyiapan Bukti Penerimaan Kas

Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang
dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas ( proof
of cash receipts ). Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam jumlah
penerimaan kas selama suatu periode tertentu, seperti bulan, akan direkonsiliasi dengan
deposito atau setoran actual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama. Perbedaan
diantara keduanya mungkin diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan pos – pos
lainnya, tetapi jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.

e. Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha

Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk
menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan seseorang yang menangani
penerimaan kas dan kemudian memasukkannya kedalam system computer.
Penggelapan ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas dan
kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan
kas kedalam system. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah,
dan tanggalyang ditunjukkan pada remmitance advice dengan ayat jurnal penerimaan kas
dan salinan slip setoran terkait.

F. MENENTUKAN APAKAH PENERIMAAN KAS TELAH DICATAT

Penggelapan kas akan sulit untuk dideteksi auditor apabila hal tersebut terjadi sebelum
kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas atau daftar kas lainnya, terutama apabila penjualan dan
penerimaan kas dicatat secara bersamaan. Sebagai contoh, apabila pelayan toko menerima kas
dan pembeli secara sengaja tidak mencatat penjualan dan penerimaan kas tersebut dalam register
kas, maka sangat sulit untuk menemukan pencurian kas tersebut.Untuk mencegah terjadinya
penggelapan kas semacam ini, maka banyak perusahaan menrapkan pengendalian internal seperti
Nampak pada tujuan kedua dalam Tabel 11-3. Sudah barang tentu jenis pengendaliannya yang
akan diterapkan tergantung pada jenis perusahaannya. Sebagai contoh, pengendalian pada sebuah
took pengecer yang penerimaan kasnya dilakukan oleh pegawai yang sama yang telah melayani
penjualan dan mencatatnya dalam register kas, akan berbeda dengan pengendalian pada sebuah
perusahaan dimana semua penerimaan kasnya diterima melalui pos beberapa minggu setelah
penjualan terjadi.

Praktik yang lazim dilakukan auditor adalah menelusur dari pengantar pembayaran
bernomor urut tercetak atau daftar penerimaan kas ke jurnal penrimaan kas dan buku pembantu
piutang usaha sebagai pengujian substantif atas pencatatan penerimaan kas yang terjadi.
Pengujian ini akan efektif hanya apabila pita pencatat dalam register kas atau daftar penerimaan
kas lainnya dibuat pada saat kas diterima.

G. PENGUJIAN PENERIMAAN KAS

Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah seluruh penerimaan kas telah
disetorkan ke dalam rekening di bank adalah pengujian penerimaan kas. Dalam pengujian ini
jumlah penerimaan kas sebagaimana tercantum dalam jurnal penerimaan kas untuk suatu
periode, misalnya satu bulan, direkonsiliasi dengan setoran yang sesungguhnya dilakukan ke
bank pada periode yang sama. Selisih diantara keduanya mungkin disebabkan oleh adanya
setoran dalam perjalanan (deposit in transit) atau hal lain, tetapi jumlah selisih tersebut dapat
direkonsiliasi. Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk menemukan penerimaan kas yang belum
dicatat dalam jurnal penerimaan kas atau ada kesenjangan waktu dalam melakukan penyetoran
ke bank, tetapi bias mengungkapkan penerimaan kas yang telah dicatat tetapi belum disetor ke
bank, setoran yang belum dicatat, pinjaman yang tidak atau belum dicatat, pinjaman dari bank
yang disetor langsung ke rekening perusahaan di bank, dan kesalahan penyajian semacam itu.
Biasanya prosedur yang agak memakan waktu ini hanya dilakukan apabila pengendalian internal
perusahaan lemah. Dalam keadaan yang jarang terjadi, terutama apabila pengendalian sangat
lemah, periode yang dicakup oleh pengujian penerimaan kas bias meliputi satu tahun.
H. PENGUJIAN UNTUK MENEMUKAN LAPPING PIUTANG USAHA

Lapping piutang usaha adalah pengunduran waktu pencatatan penerimaan pengumpulan


piutang dengan maksud untuk menutupi kekurangan kas. Penggelapan dilakukan oleh orang
yang melakukan penerimaan kas dan selanjutnya ia juga yang mencatatnya dalam system
computer. Ia menunda pencatatan penerimaan kas dari seorang debitur (pelanggan) dan menutupi
kekurangan yang terjadi dengan penerimaan dari debitur yang lain. Hal ini kembali akan ditutupi
dengan penerimaan dari debitur ketiga beberapa hari kemudian. Pegawai ini akan secara terus
menerus menutupi kekurangan kas melalui lapping berulang-ulang, mengganti uang yang
dicurinya, atau mencari cara lain untuk menutupi kekurangan kas.

Penggelapan semacam ini akan dapat dicegah dengan mudah melalui pembagian atau
memberlakukan kebijakan kewajiban berlibur bagi pegawai yang menangani penerimaan kas dan
sekaligus pula mencatatnya dalam system computer. Hal semacam ini akan dapat dideteksi
dengan membandingkan nama, jumlah rupiah, dan tanggal yang tercantum dalam pengantar
pembayaran dengan ayat jurnal penerimaan kas yang bersangkutan serta duplikat slip setoran ke
bank. Mengingat bahwa prosedur ini agak memakan waktu, biasanya hanya dilakukan apabila
penggelapan semacam ini diperkirakan terjadi sebagai akibat kelemahan dalam pengendalian
internal.

I. PENGAUDITAN UNTUK PENGHAPUSAN PIUTANG

Seperti halnya untuk retur dan pengurangan harga penjualan, kekhawatiran utama auditor
dalam penghapusan piutang usaha adalah kemungkinan pegawai perusahaan klien melakukan
penggelapan kas dengan cara menghapuskan piutang yang telah diterima (tujuan audit transaksi
– keterjadian). Pengendalian utama untuk mencegah penyelewengan semacam ini adalah dengan
menetapkan otorisasi yang tepat bagi setiap penghapusan piutang dengan menunjuk pejabat
perusahaan tertentu setelah sebelumnya melakukan penyelidikan yang cermat tentang alasan
mengapa debitur tidak membayar.

Verifikasi atas akun yang dihapus biasanya tidak memakan waktu yang lama.Auditor
pada umumnya memeriksa apakah persetujuan diberikan oleh orang yang tepat.Sebagai contoh
penghapusan akun, auditor biasanya juga memeriksa korespondensi yang terdapat dalam arsip
klien untuk mencari informasi tentang tidak dapat ditagihnya piutang.Setelah auditor
berkesimpulan bahwa penghapusan telah dijurnal dengan benar, selanjutnya sejumlah sampel
piutang yang dihapus ditelusuri ke master file piutang usaha untuk menguji apakah penghapusan
telah dicatat dengan benar.

Penaksiran biaya kerugian piutang yang merupakan kelompok transaksi kelima dalam
siklus penjualan dan pengumpulan piutang, jelas berkaitan dengan penghapusan piutang. Namun
karena penaksiran kerugian piutang didasarkan pada saldo piutang akhir tahun, auditor
mengevaluasi penaksiran kerugian piutang sebagai bagian dari pengujian detil saldo piutang
yang akan dibahas pada Bab 13.

J. TAMBAHAN PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SALDO AKUN SERTA


PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Pembahasan di atas ditekankan pada pengendalian internal, pengujian pengendalian, dan


pengujian substantif transaksi untuk lima kelompok transaksi yang mempengaruhi saldo akun
dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang. Apabila pengendalian internal untuk
transaksi-transaksi tersebut telah dinilai efektif dan pengujian substantif transaksi yang
bersangkutan mendukung kesimpulan tersebut, maka kemungkinan terjadinya kesalah penyajian
dalam laporan keuangan dapat dikurangi.

Selain itu pengendalian internal yang berkaitan langsung dengan pengendalian internal serta
penyajian dan pengungkapan bias juga diadakan, bahkan bila belum teridentifikasi atau diuji
sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substantif transaksi. Untuk siklus
penjualan dan pengumpulan piutang, hal ini mungkin sekali mempengaruhi nilai bersih bias
direalisasi dan tujuan audit penyajian dan pengungkapan.

Nilai bersih bisa direalisasi adalah tujuan audit saldo untuk piutang usaha yang penting sekali
karena kolektibilitas piutang sering mencerminkan bagian yang cukup besar dalam laporan
keuangan. Oleh Karena itu, auditor sering kali menetapkan risiko inheren pada tingkat yang
tinggi untuk tujuan nilai bersih direalisasi.Idealnya, klien menetapkan beberapa pengendalian
untuk mengurangi kemungkinan tidak tertagihnya piutang.Kita telah membahas tentang
pemberian otoritasi oleh pejabat yang tepat. Dua pengendalian lainnya adalah:

 Pembuatan daftar umum piutang sebagai dasar untuk review dan ditindaklanjuti oleh
personil manajemen yang tepat.
 Menetapkan suatu kebijakan penghapusan apabila sudah tidak ada kemungkinan untuk
ditagih

Hak & kewajiban dan penyajian dan pengungkapan biasanya bukan merupakan problem
yang signifikan dalam piutang.Oleh karena itu, personil bagian akuntansi yang kompeten
biasanya sudah mencukupi untuk pengendalian dan tujuan pengauditan ini.

K. PENGARUH HASIL PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBSTANTIF TRANSAKSI

Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi mepunyai pengaruh
yang signifikan terhadap tahapan audit selanjutnya, terutama terhadap pengujian rinci substantif
atas saldo. Bagian dari audit yang banyak dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi adalah saldo akun piutang usaha, kas, beban kerugian piutang, dan
cadangan kerugian piutang.

Selain itu, apabila hasil pengujian tidak memuaskan, diperlukan pengujian substantif
tambahan unuk penjualan, retur dan pengurangan harga penjualan, penghapusan piutang, dan
pegolahan penerimaan kas.

Setelah selesai melakukan pungujian pengendalian dan pengujian substantif, auditor


harus memeriksa setiap penyimpangan untuk menetukan penyebab dan implikasi penyimpangan
terhadap penetapan risiko pengendalian yang bisa mempengaruhi risio deteksi dan pengujian
substantif yang akan dilakukan.

Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah dalam konfimasi
piutang.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perancangan pengujian pengendalian


dan pengujian substansif atas transaksi untuk lima kelas transaksi dalam siklus penjualan,
termasuk penjualan, penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang
usaha tak tertagih, serta beban piutang tak tertagih.
Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substansif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi dan mencakup langkah –
langkah berikut :
Memahami pengendalian internal
Menilai resiko pengendalian yang direncanakan
Menentukanluas pengujian pengendalian
Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk memenuhi
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi, auditor berfokus
pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan sebagai senjata untuk mengurangi
resiko pengendalian. Pertama, auditor mengidentifikasi pengendalan internal, jika ada, untuk
setiap tujuan, auditor kemudian menentukan luas pengujian pengendalian yang harus dilakukan.
Auditor juga merancang pengujian substansif atas transaksi bagi setiap kelas transaksi
untuk menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah dicatat dengan benar. Seperti
pengujian pengendalian, pengujian substansif, atas transaksi juga dirancang untuk setiap tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi. Setelah perancangan pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transkasi bagi setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai, auditor
mengorganisasikan prosedur audit ke dalam program audit format kerja.

Anda mungkin juga menyukai