PEMBAHASAN
A. Definisi dan Karakteristik
Musyarakah berasal dari kata syirkah, syirkah artinya pencampuran
atau interaksi. Secara terminologi, syirkah adalah persekutuan usaha untuk
mengambil hak atau untuk beroperasi.1[1]
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu. Dalam musyarakah, masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan, sedangkan risiko berdasarkan porsi kontribusi dana.2[2]
Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai
suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan
maupun yang baru. Selanjutnya, mitra dapat mengembalikan dana tersebut
dan bagi hasil
1[1] Dwi Suwiknyo. Pengantar Akuntansi Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010,
h. 150
2[2] Rizal yahya, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah (Teori dan Praktik Kontemporer.
Jakarta: Salemba Empat. 2009, h. 103
B.
a.
Transaksi Musyarakah
Ketentuan Syari Transaksi Musyarakah
Transaksi musyarakah secara syari terdiri atas dua jeis, yaitu
musyarakah hak milik (syirkatul amlak) dan musyarakah akad (syirkatul
uqud). Musyarakah hak milik adalah persekutuan antara dua orang atau
lebih dalam kepemilikan salah satu barang dengan salah satu sebab
kepemilikan seperti jual beli, hibah, atau warisan. Sementara itu, musyaraka
akad adalah akad kerja sama dua orang atau lebih yang bersekutu dalam
modal atau keuntungan.
Berdasarkan perbedaan peran dan tanggung jawab para mitra yang
terlibat, musyarakah akad dapat diklasifikasikan atas musyarakah inan,
musyarakah abdan, musyarakah wujuh, dan musyarakah muwafadhah.
Musyarakah inan adalah kerja sama antar dua orang atau lebih dengan
modal yang mereka miliki bersama untuk membuka usaha yang mereka
lakukan sendiri, lalu berbagi keuntungan bersama. Praktik musyarakah
dalam dunia perbankan umumnya didasarkan atas konsep musyarakah
inan.4[4]
Berdasarkan
perubahan
porsi
dana
para
mitra,
musyarakah
dapat
masing-masing Rp 20.000.000.
Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha), yaitu musyarakah
dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara
3[3] Ibid. h, 104-105
4[4] Dwi Suwiknyo. Pengantar Akuntansi Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010,
h. 150
bertahap kepada mitra lainnya, sehingga bagian dananya akan menurun dan
pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha
musyarakah tersebut.
akad
menanamkan
Rp
20.000.000.
Seiring
berjalannya
kerja
sama
akad
Tahun
2000
tentang
musyarakah
disebutkan bahwa modal yang diberikan dapat berupa kas atau aset non kas.
Modal kas dapat dalam bentuk uang tunai emas, perak, dan setara kas
lainnya yang dapat dicairkan secara cepat menjadi uang. Adapun modal
5[5] Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
2009, h.138
6[6] Dwi Suwiknyo. Pengantar Akuntansi Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010,
h. 151
berupa aset non-kas dapat berupa barang pedagangan, properti, aset tetap,
dan lainnya yang digunakan dalam proses usaha. Jika modal berbentuk aset,
harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakai oleh para mitra.
2. Kerja
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8 tentang musyarakah, partisipasi para mitra
dalam pekerjaan merupkan dasar pelaksanaan musyarakah. Akan tetapi,
kesamaan porsi kerja bukanlah syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan
kerja lebih banyak dari yang lain, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian
keuntungan tambahan bagi dirinya.
3. Keuntungan dan kerugian
Dalam hal keuntungan musyarakah, DSN mewajibkan para mitra untuk
menghitung secara jelas keuntungannya untuk menghindarkan perbedaan
dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan maupun ketika penghentian
musyarakah.
Dalam hal kerugian, DSN mewajibkan kerugian dibagi di antara para mitra
secara proporsional menurut bagian masing-masing. Apabila rugi disebabkan
oleh kelalaian mitra pengeloal, maka rugi tersebut ditanggung oleh mitra
syariah;
Memastikan adanya persetujuan para pihak dalam perjanjian investasi
musyarakah;
4. Memastikan terpenuhinya rukun dan syarat musyarakah;
5.
6.
Keterangan:
1. Mitra 1 dan Mitra 2 menyepakati akad musyarakah
2. Proyek usaha sesuai akad musyarakah dikelola bersama
3. Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi
4. Jika untung, dibagi sesuai nisbah. Jika rugi, dibagi sesuai proporsi modal. 7[7]
D. Cakupan Standar Akuntansi Transaksi Musyarakah bagi Bank
Syariah (Mitra Pasif)
Menurut PSAK 106, mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha
musyarakah, baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama
7[7] Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
2009, h.136
mitra tersebut. Adapun mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola
usaha musyarakah. Berdasarkan pembedaan jenis mitra tersebut, bank
syariah dalam skema investasi musyarakah yang diberikan cenderung
masuk dalam kategori mitra pasif, karena tidak ikut mengelola usaha
musyarakah.
E. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Musyarakah
Transaksi Investasi Musyarakah
Pada tanggal 2 Februari 20XA, Bu Nasibah menandatangani
akad
beras)
dengan
Bank
Murni
Syariah
(BMS)
dengan
Rp 80.000.000
Rp 60.000.000 (pembayaran
tahap
pertama
sebesar
Rp
Februari,
tahap
kedua
pembayaran
sebesar
Rp.
2 Maret
Rp 20.000.000
Bu Nasibah 75% dan BMS
Periode
Biaya Administrasi
25%
6 Bulan
Rp
600.000
pembiayaan bank)
Laba bruto (selisih harga jual
beras
(1%
dikurangi
dari
harga
pembelian)
Skema Pelaporan dan Pembaya Setiap tiga bulan (dua kali
Porsi Bank
pada
saat
akad
skema
Rekening
Db. Pos lawan komitmen
Kredit
(Rp)
60.000.0
(Rp)
administratif pembiayaan
Kr. Kewajibann komitmen
administratif pembiayaan
Db. Kas/rekening nasabah Bu
Nasbibah
Kr. Pendapatan administrasi
Debit
00
60.000.0
00
600.000
600.000
Rekening
Db. Investasi musyarakah
Debit
Kredit
(Rp)
35.000.0
(Rp)
00
Kr. Kas/Rekening nasabah
35.000.0
00
Db.
Kewajiban
komitmen 35.000.0
administratif pembiayaan
00
Kr. Pos lawan komitmen
35.000.0
02/03/X
administratif pembiayaan
Db. Investasi musyarakah
00
25.000.0
00
Kr. Kas/rekening nasabah
25.000.0
00
Db.
Kewajiban
komitmen 25.000.0
administrasi pembiayaan
00
Kr. Pos lawan komitmen
25.000.0
administratif pembiayaan
00
periode
Masa Panen
1.
I
Masa Panen
2.
1.
II
Tanggal
Jumlah laba
Porsi Bank
bruto (Rp)
(Rp)
14.000.000
3.500.000
02 Mei
16.000.000
4.000.000
12 Ags
pembayaran
bagi hasil
Rekening
Db. Kas/rekening nasabah
Kr. Pendapatan bagi hasil
musyarakah
Debit
Kredit
(Rp)
3.500.00
(Rp)
0
3.500.0
00
Rekening
Debit
Kredit
(Rp)
4.000.00
(Rp)
hasil musyarakah
Kr. Pendapatan bagi hasil
0
4.000.0
musyarakah-akrual
02/08/X
A
00
4.000.00
4.000.0
hasil musyarakah
00
Rekening
Db. Kas/rekening nasabah
Debit
Kredit
(Rp)
60.000.0
(Rp)
00
60.000.0
Nasabah
pembiayaan
tidak
mampu
00
mengembalikan
modal
musyarakah
Misalkan Bu Nasibah tidak mampu melunasi modal musyarakah bank, maka
jurnal pada saat jatuh tempo tersebut adalah sebagai berikut.
Rekening
Db. Piutang investasi musyarakah jatuh
tempo
Kr. Investasi musyarakah
Debit (Rp)
Kredit
(Rp)
60.000.00
0
60.000.0
00
Debit (Rp)
Kredit
(Rp)
60.000.00
0
60.000.0
00