Anda di halaman 1dari 3

Entitas Akuntansi Pemerintahan dan Entitas Pelaporan

Dalam akuntansi pemerintahan, entitas akuntansi (accounting entity) mengacu


pada sebuah entitas yang dikukuhkan untuk tujuan akuntansi untuk aktivitas
atau aktivitas-aktivitas tertentu (Engstrom & Copley, 2002), sedangkan entitas
pelaporan (reporting entity) mengacu pada organisasi secara keseluruhan
(Freeman & Shoulders, 2003).

Penentuan entitas pelaporan keuangan yang merupakan entitas akuntansi yang


menjadi pusat pertanggungjawaban keuangan, perlu dilakukan untuk
memastikan adanya prosedur penuntasan akuntabilitas (accountability
discharge). Entitas pelaporan mengacu pada konsep bahwa setiap pusat
pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
sesuai dengan peraturan (Ihyaul Ulum MD, 2004).

Dalam menyelenggarakan pemerintahan, daerah mempunyai hak dan kewajiban


yang diwujudkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah, dan dijabarkan dalam
bentuk Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD)

fungsi APBD

Ditinjau dari kebijakan fiskal, APBDmempunyai beberapa fungsi


yang mencakup :

1. Fungsi alokasi
APBN/ APBD dapat digunakan untuk mengatur alokasi dana dari
seluruh pendapatan negara/ daerah kepada pos-pos belanja
untuk pengadaaan barang-barang dan jasa-jasa publik , serta
pembiayaan pembangunan lainnya.
2. Fungsi distribusi.
Bertujuan untuk menciptakan pemerataan atau mengurangi
kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral.
3. Fungsi stabilitas.
APBN/ APBD merupakan salah satu instrumen bagi pengendalian
stabilitas perekonomian negara/ daerah.
4. Fungsi otorisasi.
APBN/ APBD yang ditetapkan menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan
5. Fungsi perencanaan.
APBN/ APBD menjadi pedoman bagi pemerintah dalam
merencanakan kegiatan bagi tahun yang bersangkutan.
6. Fungsi pengawasan
APBN/ APBD menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaran pemerintah pusat/ daerah sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan.

2.4. Tujuan APBD

Tujuan dari dilaksanakan APBD adalah sebagai pedoman


penerimaan negara/ daerah agar terjadi keseimbangan yang dinamis
dalam rangka melaksanakan tugas negara/ daerah untuk tercapainya
peningkatan produksi yang tinggi, kesempatan kerja yang luas, dan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Pada akhirnya, semua itu ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur,
baik material maupun spiritual bedasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta untuk
mengatur pembelanjaandan penerimaan negara/ daerah agar tercapai kesejahteraan dan
pertumbuhan ekonomi secara merata.

2.5. Dasar hukum dari penyusunan APBD

Sedangkan penyusunan APBD, Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk


mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas
berbantuan sesuai dengan Undang-Undang Nomor32 tahun2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
disingkat APBD

2.6. Prinsip penyusunan APBN dan APBD

Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga,


yaitu:
1. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan
penyetoran.
2. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
3. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan
penuntutan denda.

Berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah :


1. Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
2. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
3. Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri
dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

Sedangkan asas penyusunan APBN didasarkan atas :


Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri
Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
Penajaman prioritas pembangunan
Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara

Proses Penyusunan SAP


Proses penyusunan (Due Process) yang digunakan ini adalah proses
yang berlaku umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap
kondisi yang ada di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena
pertimbangan kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna
untuk memahami dan melaksanakan standar yang ditetapkan.

Tahap-tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut:


a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
c. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
d. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
e. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
f. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
g. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
h. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat
Publik (Public Hearings)
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j. Finalisasi Standar

Anda mungkin juga menyukai