Pendahuluan
Era reformasi di Indonesia diawali pada pertengahan tahun 1998, tepatnya dikala Presiden
Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 serta digantikan wakil presiden BJ. Habibie.
Hingga segala aspek kehidupan berbangsa serta bernegara menjajaki arus reformasi tersebut.
Demikian juga masa reformasi sudah membuka wacana pergantian manajemen keuangan
pemerintah. Reformasi tersebut awal mulanya dicoba dengan mengubah Undang- Undang(
UU) No 5 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Pemerintahan di Wilayah dengan UU No 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Wilayah, serta UU No 25 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat serta Wilayah dan ketentuan penerapannya spesialnya Peraturan
Pemerintah no 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan serta Pertanggungjawaban Keuangan
Wilayah yang mengambil alih UU No 32 Tahun 1956 menimpa keuangan negeri serta wilayah
hingga terhitung tahun anggaran 2001, sudah terjalin update didalam manajemen keuangan.
Pengelolaan keuangan wilayah yang diatur dalam PeraturanMenteri Dalam Negara No 13
Tahun 2013 Pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan wilayah, asaz universal serta
struktur Anggaran Pemasukan serta Belanja Wilayah( APBD), penataan rancangan APBD,
penetapan APBD untuk wilayah yang belum mempunyai Dewan Perwakilan Rakyat Wilayah(
DPRD), penerapan APBD, pembinaan serta pengawasan pengelolaan keuangan wilayah,
kerugian wilayah, serta pengelolaan keuangan Tubuh Layanan Universal Wilayah( BLUD).
Pengelolaan keuangan wilayah wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang–
undangan, efisien, efektif, murah, transparan serta bertanggungjawab dengan mencermati
azas keadilan, kepatuhan, sertakhasiat buat warga.
Permasalahan
Pembahasan
keuangan negeri diawali tahun 2003 dengan terbitnya paket UU dibidang Keuangan Negeri.
Paket UU tersebut ialah UU di bidang Keuangan Negeri. Paket UU tersebut ialah UU Nomor.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negeri, UU Nomor. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negeri serta UU Nomor. 15 Tahun 2004 tentang Pengecekan atas Pengelolaan serta Tanggung
Jawab Keuangan Negeri. Ketiga paket UU ini mendasari pengelolaan keuangan negeri
mengacu pada international best practices ialah akuntabilitas berorientasi pada hasil,
profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negeri serta
pemeriksa keuangan oleh tubuh pemeriksa yang leluasa serta mandiri. Bermacam pergantian
mendasar yang terjalin sehabis itu antaralain pelaksanaan anggaran terpadu yang tidak lagi
memisahkan anggaran teratur serta pembangunan. Pemerintah pula memperkenalkan
mekanisme pembiayaan Laporan Realisasi Anggaran( LRA) dimana utang ataupun dorongan
luar negara dicatat selaku penerimaan bayaran yang mesti dibayar kembali. Segala aktivitas
entitas pemerintahan pula lagi diupayakan buat dibiayai dari sumber- sumber Anggaran
Pemasukan serta Belanja Negeri( APBN) dengan menertibkan dana non budgeter pada tiap
lembaga.
1. Penafsiran wilayah merupakan propinsi serta kota ataupun kabupaten. Sebutan pemda
tingkatan I serta II sera kotamadyatidak lagi digunakan.
2. Penafsiran pemda merupakan kepala wilayah beserta fitur yang lain. Pemda yang
diartikan disini merupakan tubuh eksekutif, lagi tubuh legislatifnya merupakan DPRD(
Pasal 14 UU No 22 Tahun 1999). Jadi, ada pembelahan yang nyata antara lembaga
legislatif serta eksekutif.
3. Perhitungan APBD jadi satu dengan pertanggungjawaban kepala wilayah( Pasal 5 PP No
108 Tahun 2000).
Wujud laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri atas:
a. Laporan Perhitungan APBD
d. Neraca Daerah
Kesimpulan
Masa reformasi sudah membuka wacana baru tehadap pengelolaan keuangan wilayah.
Reformasi tersebut melahirkan perundang- undangan serta peraturanperaturan teknisnya buat
menanggapi tantanganpengelolaan keuangan yang lebih baik guna kemajuan bangsa. Dengan
terdapatnya UU otonomi wilayah hingga wilayah diberikan kewenangan yang luas buat
mengelola sumber dayanya demi kepentingan warga. Tetapi realitas tidak senantiasa
berbanding lurus dengan harapan ini dibuktikan dengan hasil audit yang menciptakan opini
yang diberikan BPK nyatanya masih banyak wilayah yang mengelola keuangannya tidak
cocok dengan amanat undang- undang. Sebab itu Proses reformasi pengelolaan keuangan
wilayah masih ialah tanggung jawab yang diletakan dipundak kita saat ini buat dikerjakan
sehingga kesejahteraan bisa dinikmati oleh segalamasyarakat.
Daftar Pustaka
https://siimettablebh.blogspot.com/2012/07/perbandingan-system- keuangan-pada-
masa.html/
https://pdfcoffee.com/makalah-reformasi-keu-daerahdocx-3-pdf- free.html
https://djpk.kemenkeu.go.id/elearning-
djpk/pluginfile.php/9315/mod_page/content/3/Akuntansi.pdf