Anda di halaman 1dari 10

A.

KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAH PENDUDUKAN


JEPANG

Dalam catatan sejarah, pada tahun 1868, Jepang mulai tumbuh dan berkembang menjadi negara
modern. Hal itu terjadi tepatnya setelah Restorasi Meiji. Pada tahun 1867, Pangeran
Matsuhito dinobatkan sebagai kaisar Jepang dan bergelar Meiji Tenno (1867-1912). Kaisar Meiji
merupakan motor penggerak pembaruan negara Jepang dalam segala bidang. Pembaruan itu berhasil
dengan sangat menakjubkan. Dalam melaksanakan pembaruan-pembaruan, agar setara dengan Negara-
negara barat pemerintahan Meiji memerlukan pengetahuan teknik Barat dengan melaksanakan kebijakan-
kebijakan sebagai berikut :
Banyak ahli-ahli Barat didatangkan ke Jepang dengan gaji besar. Teknologi yang diserap disesuaikan
dengan kondisi atau keperluan bangsa Jepang.
Meletakkan dasar-dasar untuk pembangunan perindustrian modern.
Pemerintah dimodernisasi dengan mengambil model Barat abad ke-19. Kementrian kementerian
dibentuk, misalnya: kementerian keuangan, kementerian angkatan darat, kementerian angkatan laut,
dan kementerian pendidikan umum.
Sistem peradilan dan hukum yang modern mengikuti model Perancis dan Jerman.
Jepang menciptakan sistem perbankan, jaringan telegraf dan jalan kereta api mulai dibangun.
Dalam waktu kira-kira 10 tahun setelah restorasi, proses pembaruan di Jepang telah berjalan dengan
pesat. Kesuksesan khususnya dalam bidang industri inilah yang mendorong Jepang menjadi negara
imperialis, karena tuntutan mendasar untuk memenuhi kebutuhan akan bahan mentah dan pemasaran hasil
industrinya. Faktor lain yang ikut mendorong Jepang menjalankan politik imperialisme adalah:
Ajaran Hokho-Ichiu dalam Shintoisme yang mengajarkan tentang kesatuan keluarga umat manusia. ( ini
alasan idiil ) Sebagai bangsa yang telah maju, Jepang mempunyai kewajiban untuk mempersatukan dan
memajukan bangsabangsa di dunia.
Kedatangan Jepang di Indonesia
Pada tanggal 8 Maret 1942, Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur Jenderal Belanda),
Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima tentara Hindia Belanda), serta pejabat tinggi militer dan seorang
penerjemah pergi ke Kalijati. Dari pihak Jepang hadir Letnan Jenderal Imamura. Dalam pertemuan itu,
Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian, secara resmi masa penjajahan Belanda
di Indonesia berakhir. Jepang berkuasa di Indonesia. Bukan kemerdekaan dan kesejahteraan yang didapat
bangsa Indonesia. Situasi penjajahan tidak berubah. Hanya kini yang menjajah Indonesia adalah Jepang.

Tujuan utama pendudukan Jepang atas Indonesia adalah:


Menjadikan Indonesia sebagai daerah penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan baker bagi
kepentingan industri Jepang.
Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang. Indonesia dijadikan tempat
pemasaran hasil industri Jepang karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak.
Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga buruh yang banyak dengan upah
yang relatif murah.
Dengan tujuan tersebut maka Jepang harus mampu membungkus tujuan yang jelas-jelas merugikan
bangsa Indonesia dengan berbagai propaganda agar diterima oleh bangsa Indonesia. Propaganda Jepang
yang cukup menarik simpati rakyat Indonesia adalah sebagai berikut :

Jepang adalah saudara tua bagi bangsabangsa di Asia dan berjanji membebaskan Asia dari
penindasan bangsa Barat.
Jepang memperkenalkan semboyan Gerakan Tiga A: Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung
Asia, dan Jepang Cahaya Asia.
Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia, seperti janji menunaikan ibadah haji,
menjual barang dengan harga murah.
Jepang memperkenankan pengibaran bendera merah putih bersama bendera Jepang Hinomaru.
Rakyat Indonesia boleh menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama lagu kebangsaan Jepang
Kimigayo.
Pada zaman Jepang Indonesia diperintah oleh tiga pemerintahan militer. Struktur pemerintahan militer
Jepang itu adalah sebagai berikut.

Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara Keduapuluh lima) untuk Sumatera dengan pusatnya
di Bukittinggi.
Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara Keenambelas) untuk Jawa-Madura dengan pusatnya
di Jakarta.
Pemerintahan militer Angkatan Laut (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Sulawesi, Kalimantan,
dan Maluku dengan pusatnya di Makasar.

PENGERAHAN DAN PENDAYAGUNAAN TENAGA KERJA


Roda kehidupan terus berjalan, maka lapangan pekerjaan juga akan terus dibutuhkan. Sama hal-
nya dengan lapangan pekerjaan, tenaga kerja juga pastinya akan terus dibutuhkan. akan tetapi
akhir-akhir ini lapangan pekerjaan semakin sulit dikarenakan lapangan pekerjaan tidak banyak
bertambah, sedangkan tenaga kerja semakin bertambah dari tahun ke tahun. oleh karena itu
dibutuhkan alternatif tempat penyaluran tenaga kerja tersebut. didalam tulisan ini akan kita
jabarkan informasi aspek-aspek yang terkait dengan pengerahan dan pendayagunaan tenaga kerja
di berbagai bidang :

a. Informasi Ketenagakerjaan
Dalam rangka menyalurkan tenaga kerja yang semakin hari semkin bertambah, maka pemerintah
daerah banyak melakukan langkah-langkah kebijaksanaan untuk meningkatkan perencanaan,
evaluasi dan pemantauan tenaga kerja sebagai bagian dari pemanfaatan potensi sumber daya ma-
nusia dalam pembangunan di daerah. pemerintah daerah banyak melakukan kegiatan pelatihan
dan kursus untuk menunjang kemampuan pejabat-pejabat daerah tersebut agar dapat membangun
daerah nya tersebut menjadi lebih maju, juga dengan mencari informasi-informasi tentang
ketenaga-kerjaan dari daerah lain.

b. Penyaluran Tenaga Kerja


Setelah pemerintah daerah menyelengarakan berbagai kegiatan dan mencari informasi maka
pemerintah daerah mulai melakukan penyaluran tenaga kerja diantaranya dengan Kegiatan
penyaluran, pengerahan dan pendayagunaan tenaga kerja antar lokasi, antar kabupaten dan antar
propinsi dalam rangka Antar Kerja Lokal (AKL), Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) maupun
Antar Kerja Antar Negara (AKAN) terus ditingkatkan dalam setiap pemerintahan yang berjalan.

c. Tenaga Kerja Sukarela (TKS) Terdidik


Demi menunjang tumbuh nya perekonomian daerah, pemerintah daerah mulai banyak
meluncurkan Tenaga kerja sukrela(TKS). TKS ini adalah tenaga kerja yang tidak terserap oleh
lapanga kerja formal, Penugasan dan pengabdian TKS terdidik pada dasarnya diarahkan untuk
menjadi pengusaha dan wiraswasta atau konsultan usaha-usaha produktif serta tenaga teknis di
sektor-sektor pembangunan. TKS ini sendiri nantinya diharapkan akan mampu membuat
lapangan kerja baru untuk mengatasi melimpahnya angkatan kerja usia muda terdidik yang tidak
tertampung dalam lapangan kerja formal.

d. Pengembangan Usaha Mandiri dan Sektor Informal


Pengembangan Usaha Mandiri dan sektor informal sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak dulu
guna memperluas lapangan kerja di daerah pedesaan dalam bidang-bidang usaha jasa, industri
rumah tangga, kerajinan rakyat dan sebagainya, terus dikembangkan dalam setiap pemerintahan.
Lewat usah mandiri dan sektor informal inilah nantinya diharapkan mampu menambah lapangan
pekerjaan dan tentunya juga untuk menambah penghasilan warga-warga desa yang masih
kekurangan. dengan adanya usaha mandiri inilah penghasilan warga desa akan lebih baik.
A. Kebijakan Politik Pemerintah Pendudukan Jepang

Penyerahan tanpa syarat Letnan Jenderal H. Ter Poorten, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda
kepada pimpinan tentara Jepang Letnan Jenderal Hitoshi Imamura terjadi pada tanggal 8 Maret 1942.
Hal ini menandai berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia yang kemudian digantikan oleh
pemerintahan pendudukan Jepang. Indonesia memasuki period baru, yaitu periode pendudukan militer
Jepang. Terdapat tiga pemerintahan militer pendudukan, yaitu sebagai berikut.

1. Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara ke-25) untuk Sumatra dengan pusatnya di Bukittinggi

2. Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara ke-16) untuk Jawa-Madura dengan pusatnya di Jakarta

3. Pemerintahan militer Angkatan Laut (Armada Selatan ke-2) untuk daerah Sulawesi, Kalimantan, dan
Maluku dengan pusatnya di Makassar.

Mulanya, tentara Jepang membentuk pemerintahan pendudukan militer di Pulau Jawa yang bersifat
sementara. Hal itu sesuai denganOsamu Sirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara
ke-16) No. 1 Pasal 1 yang dikeluarkan pada tanggal 7 Maret 1942.

Koordinator pemerintahan setempat disebut gunseibu. Misalnya wilayah Jawa Barat pusat koordinator
pemerintahan berada di Bandung. Pada setiap gunseibu ditempatkan beberapa komandan militer.
Mereka mendapat tugas untuk memulihkan ketertiban dan keamanan, menanam kekuasaan, dan
membentuk pemerintahan setempat.

Jepang kekurangan tenaga pemerintahan yang sebenarnya telah dikirimkan, tetapi kapalnya tenggelam
karena diserang oleh Sekutu dengan menggunakan terpedo. Oleh karena itu, dengan terpaksa diangkat
pegawai-pegawai bangsa Indonesia. Hal itu tentunya menguntungkan pihak Indonesia karena
memperoleh pengalaman dalam bidang pemerintahan.

Di Jawa Barat, pembesar militer Jepang menyelenggarakan pertemuan dengan para anggota Dewan
Pemerintahan Daerah dengan tujuan untuk menciptakan suasana kerjasama yang baik. Gubernur Jawa
Barat, Kolonel Matsui, didampingi oleh R. Pandu Suradiningrat sebagai wakil gubernur, sedangkan Atik
Suardi diangkat sebagai pembantu wakil gubernur.

Pada tanggal 19 April 1942, diangkat residen-residen berikut ini.

1. R. Adipati Aria Hilman Djajadiningrat di Banten (Serang)

2. R.A.A Surjadjajanegara di Bogor

3. R.A.A Wiranatakusuma di Priangan (Bandung)

4. Pangeran Ario Suriadi di Cirebon

5. R.A.A Surjo di Pekalongan


6. R.A.A Sudjiman Martadiredja Gandasubrata di Banyumas.

Di kota Batavia, sebelum namanya diubah menjadi Jakarta, H. Dahlan Abdullah diangkat sebagai kepala
pemerintahan daerah kotapraja, sedangkan jabatan kepala polisi diserahkan kepada Mas Sutandoko.

Jepang juga mengeluarkan berbagai aturan. Dalam undang-undang No. 4 ditetapkan hanya bendera
Jepang, Hinomaru, yang boleh dipasang pada hari-hari besar dan hanya lagu kebangsaan
Jepang,Kimigayo, yang boleh diperdengarkan. Selanjutnya mulai tanggal 1 April 1942 ditetapkan harus
menggunakan waktu (jam) Jepang. Mulai tanggal 29 April 1942 ditetapkan bahwa kalender yang dipakai
adalah kalender

Jepang yang bernama Sumera. Tahun 1942, kalender Masehi sama dengan tahun
2602 Sumera. Demikian juga setiap tahun rakyat Indonesia diwajibkan untuk merayakan hari
raya Tencosetsu yaitu hari lahirnya Kaisar Hirohito.

Pada bulan Agustus 1942 pemerintahan militer Jepang meningkatkan penataan pemerintahan. Hal itu
tampak dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan
Undang-Undang No. 28 tentang aturan pemerintahan syu dan tokubutsu syi.

Didepan Sidang Istimewa ke-82 Parlemen di Tokyo, Perdana MenteriTojo pada tanggal 16 Juni 1943
memutuskan bahwa pemerintah pendudukan Jepang memberikan kesempatan kepada bangsa
Indonesia untuk turut mengambil bagian dalam pemerintahan. Selanjutnya, pada tanggal 1 Agustus
1943 keluar pengumuman Saiko Syikikan tentang garis-garis besar rencana mengikutsertakan orang-
orang Indonesia

dalam pemerintahan negara.

Pengikutsertaan bangsa Indonesia tersebut dimulai dengan pengangkatan Prof. Dr. Hoesein
Djajadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama pada tanggal 1 Oktober 1943. Pada tanggal 10
November 1943, Mas Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A Surio masing-masing diangkat sebagai
residen (syucokan) di Jakarta dan Bojonegoro. Selanjutnya, pengangkatan 7 penasehat bangsa Indonesia
dilakukan pada pertengahan bulan September 1943. Mereka disebut sanyo dan dipilih untuk enam

macam departemen (bu), yaitu berikut ini

1. Ir. Soekarno untuk Somubu (Departemen Urusan Umum)

2. Mr. Suwandi dan dr. Abdul Rasyid untuk Naimubu-bunkyoku (Biro Pendidikan dan Kebudayaan
Departemen Dalam Negeri)

3. Prof. Dr. Mr. Supomo untuk shihobu (Departemen Kehakiman)

4. Mochtar bin Prabu Mangkunegoro untuk Kotsubu (Departemen Lalu-Lintas)

5. Mr. Muh. Yamin untuk Sendenbu (Departemen Propaganda)


Badan Pertimbangan Pusat atau Cuo Sangi In adalah suatu badan yang bertugas mengajukan usul
kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah tentang politik dan menyarankan tindakan-
tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintahan militer.

Pada bulan Juli 1944, Kepulauan Saipan yang letaknya sudah berdekatan dengan kepulauan Jepang jatuh
ke tangan Amerika.

Salah satu cara yang dilakukan Perdana Menteri Koiso untuk mempertahankan pengaruh Jepang di
negeri-negeri yang didudukinya adalah dengan menjanjikan kemerdekaan kelak di kemudian hari.
Melalui cara demikian rakyat di negeri-negeri tersebut akan menyambut kedatangan pasukan sekutu
sebagai penyerbu terhadap negerinya.

Tanggal 1 Maret 1945 mengumumksn pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia / BPUPKI(Dokuritsu Junbi Cosakai). Tujuan pembentukan badan itu adalah
untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting menyangkut pembentukan negara Indonesia
merdeka

Berakhirnya Pemerintahan Hindia-Belanda yang digantikan oleh Pemerintahan Jepang tentu


disertai perubahan kebijakan. Pemerintah Jepang sangat memerlukan sumber daya untuk
menunjang militernya dalam Perang Pasifik. Demi kelancaran dalam memperoleh sumber daya,
Pemerintah Jepang pada awal kedatangannya membuat berbagai kebijakan yang menarik simpati
rakyat Indonesia.
Bahasa Indonesia dan bendera merah putih tidak lagi dikekang oleh pemerintah. Pribumi yang
berpendidikan mendapat jabatan di pemerintahan. Ulama pun digandeng oleh pemerintah
Jepang, berbeda dengan pemerintah Hindia-Belanda yang kerap bersitegang dengan ulama.
Upaya-upaya tersebut berhasil membuat rakyat Indonesia bersimpati.

Kebijakan pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang adalah melarang kegiatan
berkumpul dan dan rapat, tertuang dalam UU No. 2 yang diperkuat dalam UU No. 3 pada 20
Maret 1942, yang isinya melarang segala macam perbincangan, pergerakan, atau propaganda
mengenai aturan dan susunan organisasi Negara (Lubis, 2004:150). Pergerakan politik rakyat
Indonesia yang pada pemerintahan Hindia-Belanda begitu gencar menjadi terhambat pada
pemerintahan Jepang. Pemerintah Jepang membuat berbagai badan untuk mengalihkan dan
menumpulkan radikalisme dari partai politik yang ada sebelumnya.

Stratifikasi sosial pada pemerintahan Jepang berubah, Jepang berada di posisi teratas disusul oleh
Timur Asing dan Indonesia pada lapis kedua, dan Belanda serta Eropa pada lapis ketiga,
sebelumnya pada pemerintahan Hindia-Belanda Jepang berada di lapis kedua dan Belanda serta
Eropa di lapis pertama. Penempatan orang Belanda dan Eropa pada lapis ketiga berdampak pada
perkebunan yang telah mereka bangun. Perkebunan milik Belanda dan Eropa disita oleh Jepang.
Berbagai kebijakan yang mengatur perkebunan dikeluarkan, seperti produksi, rehabilitasi, dan
pemberian kredit (Lubis, 2004:152).

D. Kesimpulan

Jepang membutuhkan sumber daya untuk menunjang Perang Pasifik. Indonesia yang berhasil
dikuasai oleh Jepang, merupakan gudang sumber daya, terdapat banyak sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Untuk menjamin kelancaran perang, Jepang berusaha untuk menarik
simpati rakyat Indonesia dengan menampilkan kesan pertama yang begitu baik. Terdapat
kebijakan yang menguntungkan pribumi, dan kebanyakan dari kebijakan lainnya merugikan
pribumi.

Eksploitasi ekonomi merupakan bukti nyata dari kebijakan yang sangat merugikan pribumi.
Bentuk dari kebijakan ini adalah romusha, atau kerja paksa. Sekitar dua ratus ribu rakyat pribumi
menjadi romusha. Pekerjaan yang dilakukan romusha merupakan kerja yang berat, tetapi upah
yang diberikan tidak sebanding dengan pekerjaan dan harga barang-barang kebutuhan.
Pengurangan produksi perkebunan mengakibatkan para petani yang menganggur memilih untuk
menjadi romusha. Lingkaran setan eksploitasi ekonomi ini terus ada sampai tahun 1945, ketika
Jepang menyerah pada sekutu dan Indonesia merdeka.
Kronologi Masuknya Jepang ke
Indonesia
REP | 09 December 2012 | 19:17 Dibaca: 2441 Komentar: 0 Nihil

Tanggal 8 Desember 1941 : secara tiba-tiba Jepang menyerbu ke Asia Tenggara dan membom Pearl
Harbor, yaitu pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika di Pasifik. Lima jam setelah penyerangan atas
Pearl Harbor itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachhouwer menyatakan
perang terhadap Jepang.

Tanggal 11 Januari 1942 : tentara Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur, dan esok harinya
(12 Januari 1942) Komandan Belanda di pulau itu menyerah.

Tanggal 24 Januari 1942 : Balikpapan yang merupakan sumber minyak ke-2 jatuh ke tangan tentara
Jepang

Tanggal 29 Januari 1942 : Pontianak berhasil diduduki oleh Jepang

Tanggal 3 Februari 1942 : Samarinda diduduki Jepang

Tanggal 5 Februari 1942 : sesampainya di Kotabangun, tentara Jepang melanjutkan penyerbuannya ke


lapangan terbang Samarinda II yang waktu itu masih dikuasai oleh tentara Hindia Belanda (KNIL).

Tanggal 10 Februari 1942 : dengan berhasil direbutnya lapangan terbang itu, maka dengan mudah pula
Banjarmasin diduduki oleh tentara Jepang

Tanggal 14 Februari 1942 : diturunkan pasukan paying di Palembang. Dua hari kemudian (16 Februari
1942) Palembang dan sekitarnya berhasil diduduki.

Dengan jatuhnya Palembang itu sebagai sumber minyak, maka terbukalah Pulau Jawa bagi tentara
Jepang. Di dalam menghadapi ofensif Jepang, pernah dibentuk suatu komando gabungan oleh pihak
Serikat, yakni yang disebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang markas
besarnya ada di Lembang, dekat Bandung dengan panglimanya Jenderal H. Ter Poorten diangkat
sebagai panglima tentara Hindia Belanda (KNIL). Pada akhir Februari 1942 Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, Tjarda van Starkenborgh telah mengungsi ke Bandung disertai oleh pejabat-pejabat tinggi
pemerintah. Pada masa itu Hotel Homman dan Preanger penuh dengan pejabat-pejabat tinggi Hindia
Belanda.

Tanggal 1 Maret 1942 : tentara ke-16 Jepang berhasil mendarat di 3 tempat sekaligus yaitu di Teluk
Banten, di Eretan Wetan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Tengah).
Tanggal 1 Maret 1942 : Jepang telah mendaratkan satu detasemen yang dipimpin oleh Kolonel
Toshinori Shoji dengan kekuatan 5000 orang di Eretan, sebelah Barat Cirebon. Pada hari yang sama,
Kolonel Shoji telah berhasil menduduki Subang. Momentum itu mereka manfaatkan dengan terus
menerobos ke lapangan terbang Kalijati, 40 Km dari Bandung. Setelah pertempuran singkat, pasukan-
pasukan Jepang merebut lapangan terbang tersebut.

Tanggal 2 Maret 1942 : tentara Hindia Belanda berusaha merebut Subang kembali, tetapi ternyata
mereka tidak berhasil. Serangan balasan kedua atas Subang dicoba pada tanggal 3 Maret 1942 dan
sekali lagi, tentara Hindia Belanda berhasil dipukul mundur.

Tanggal 4 Maret 1942 : untuk terakhir kalinya tentara Hindia Belanda mengadakan serangan dalam
usaha merebut Kalijati dan mengalami kegagalan.

Tanggal 5 Maret 1942 : ibu kota Batavia (Jakarta) diumumkan sebagai Kota Terbuka yang berarti
bahwa kota itu tidak akan dipertahankan oleh pihak Belanda. Segera setelah jatuhnya kota Batavia ke
tangan mereka, tentara ekspedisi Jepang langsung bergerak ke selatan dan berhasil menduduki
Buitenzorg (Bogor). Pada tanggal yang sama, tentara Jepang bergerak dari Kalijati untuk menyerbu
Bandung dari arah utara. Mula-mula digempurnya pertahanan di Ciater, sehingga tentara Hindia
Belanda mundur ke Lembang dan menjadikan kota tersebut sebagai pertahanan terakhir. Tetapi tempat
ini pun tidak berhasil dipertahankan sehingga pada tanggal 7 Maret 1942 dikuasai oleh tentara Jepang.

Tak lama sesudah berhasil didudukinya posisi tentara KNIL di Lembang, maka pada tanggal 7 Maret
1942, psukan-pasukan Belanda di sekitar Bandung meminta penyerahan lokal dari pihak Belanda ini
kepada Jenderal Imamura tetapi tuntutannya adalah penyerahan total daripada semua pasukan Serikat
di Jawa (dan bagian Indonesia lainnya). Jika pihak Belanda tidak mengindahkan ultimatum Jepang, maka
Kota Bandung akan di bom dari udara Jenderal Imamura pun mengajukan tuntutan lainnya agar
Gubernur Jenderal Belanda turut dalam perundingan di Kalijati yang diadakan selambat-lambatnya pada
hari berikutnya. Jika tuntutan ini dilanggar, pemboman atas Kota Bandung dari udara akan segera
dilaksanakan. Akhirnya pihak Belanda memenuhi tuntutan Jepang dan keesokan harinya, baik Gubernur
Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer maupun Panglima Tentara Hindia Belanda serta beebrapa
pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Di sana mereka kemudian berhadapan
dengan Letnan Jenderal Imamura yang dating dari Batavia (Jakarta). Hasil pertemuan antara kedua belah
pihak adalah kapitulasi tanpa syarat Angkatan Perang Hindia Belanda kepada Jepang.

Dengan penyerahan tanpa syarat oleh Letnan Jenderal H. Terpoorten, Panglima Angkatan Perang Hindia
Belanda atas nama Angkutan Perang Serikat di Indonesia kepada tentara ekspedisi Jepang di bawah
Pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942, berakhirlah peemrintahan
Hindia Belanda di Indonesia dan dengan resmi mulailah kekuatan pendudukan Jepang di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai