Anda di halaman 1dari 82

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

BAB III
AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

1 OVERVIU AKUNTANSI PEMERINTAHAN


1
Reformasi Pelaporan Keuangan Pemerintahan
Penyelenggaraan akuntansi di instansi-instansi pemerintahan di Indonesia sudah mulai
menjadi keharusan dan tuntutan jaman seiring dengan tuntutan reformasi yang semakin
luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan reformasi dalam hal ini adalah
agar pemerintah mewujudkan transparansi dan akuntabilitas yang memadai kepada
masyarakat. Dalam konteks yang lebih luas pemerintah dituntut untuk mewujudkan good
and clean governance.
Penyelenggaraan akuntansi menjadi sebuah kebutuhan karena adanya reformasi
pelaporan keuangan sebagai bagian dari reformasi di bidang pengelolaan keuangan
negara. Reformasi tersebut ditandai dengan berlakunya paket Undang-Undang di Bidang
Keuangan Negara, yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Di dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintahan dijelaskan bahwa sebelum berlakunya paket
undang-undang di bidang keuangan negara tersebut di atas, ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku mengharuskan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara dalam bentuk perhitungan anggaran negara/daerah. Wujud laporan ini
hanya menginformasikan aliran kas pada APBN/APBD sesuai dengan format anggaran
yang disahkan oleh legislatif, tanpa menyertakan informasi tentang posisi kekayaan dan
kewajiban pemerintah. Laporan demikian, selain memuat informasi yang terbatas, juga
waktu penyampaiannya kepada legislatif amat terlambat. Keandalan (reliability) informasi
keuangan yang disajikan dalam perhitungan anggaran juga sangat rendah karena sistem
akuntansi yang diselenggarakan belum didasarkan pada standar akuntansi dan tidak
didukung oleh perangkat data dan proses yang memadai.
Upaya konkrit dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di lingkungan pemerintah
mengharuskan setiap pengelola keuangan negara untuk menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dengan cakupan yang lebih luas dan tepat
waktu.

Undang-Undang

Nomor

17

Tahun

2003

menegaskan

bahwa

laporan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dimaksud (APBN/APBD) dinyatakan dalam


bentuk Laporan Keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, dan disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Selanjutnya di dalam

Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 dipertegas kembali bahwa Laporan Keuangan dimaksud
harus disusun berdasarkan proses akuntansi yang wajib dilaksanakan oleh setiap

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

48

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pengguna Anggaran dan kuasa Pengguna Anggaran serta pengelola Bendahara Umum
Negara/Daerah. Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun setiap pemerintah daerah
perlu menyelenggarakan akuntansi dalam suatu sistem yang pedomannya ditetapkan oleh
Menteri Keuangan untuk lingkungan pemerintah pusat dan oleh Menteri Dalam Negeri
untuk lingkungan pemerintah daerah.
Salah satu hal yang amat penting dalam praktek akuntansi dan pelaporan keuangan di
lingkungan pemerintah berhubungan dengan penetapan satuan kerja instansi yang
memiliki tanggung jawab publik secara eksplisit di mana laporan keuangannya wajib
diaudit dengan opini dari lembaga pemeriksa yang berwenang. Instansi demikian
digolongkan

sebagai

Entitas

Pelaporan.

Sementara

instansi

lain

yang

wajib

menyelenggarakan akuntansi dan berperan secara terbatas sebagai entitas akuntansi


berperan sebagai penyumbang bagi Laporan Keuangan yang disusun dan disampaikan
oleh Entitas Pelaporan.
Dalam PP No. 8 Tahun 2006 ditetapkan bahwa yang termasuk Entitas Pelaporan adalah
(i) pemerintah pusat, (ii) pemerintah daerah, (iii) setiap Kementerian Negara/Lembaga,
dan (iv) Bendahara Umum Negara. Sementara itu, setiap kuasa Pengguna Anggaran,
termasuk entitas pelaksana Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan, untuk tingkat
pemerintah pusat, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Bendahara Umum Daerah, dan kuasa
Pengguna Anggaran tertentu di tingkat daerah diwajibkan menyelenggarakan akuntansi
sebagai Entitas Akuntansi.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, ditetapkan bahwa Laporan Keuangan
pemerintah pada gilirannya harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
sebelum

disampaikan

kepada

pihak

legislatif

sesuai

dengan

kewenangannya.

Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka pemberian pendapat (opini)


sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004. Dengan
demikian, Laporan Keuangan yang disusun oleh pemerintah yang disampaikan kepada
BPK untuk diperiksa masih berstatus belum diaudit (unaudited financial statements).
Sebagaimana lazimnya, Laporan Keuangan tersebut setelah diperiksa dapat disesuaikan
berdasarkan temuan audit dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh SAP. Laporan
Keuangan yang telah diperiksa dan telah diperbaiki itulah yang selanjutnya diusulkan oleh
pemerintah pusat/daerah dalam suatu rancangan undang-undang atau peraturan daerah
tentang Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah untuk dibahas dengan dan disetujui
oleh DPR/DPRD.

Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada

rancangan undang-undang atau peraturan daerah tentang Laporan Keuangan pemerintah


pusat/daerah disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai Kinerja instansi
pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh Pengguna Anggaran sehubungan
dengan anggaran yang telah digunakan. Pengungkapan informasi tentang Kinerja ini
adalah relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan
dengan mengidentifikasikan secara jelas keluaran (output) dari setiap kegiatan dan hasil
(outcomes) dari setiap program.
Dalam rangka memperkuat akuntabilitas pengelolaan anggaran dan perbendaharaan,
setiap pejabat yang menyajikan Laporan Keuangan diharuskan memberi pernyataan
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

49

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

tanggung

jawab

atas

Laporan

Keuangan

yang

bersangkutan.

Menteri/pimpinan

lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah harus secara


jelas menyatakan bahwa Laporan Keuangan telah disusun berdasarkan Sistem
Pengendalian Intern yang memadai dan informasi yang termuat pada Laporan Keuangan
telah disajikan sesuai dengan SAP.
PP No 8 Tahun 2006 merupakan landasan bagi penyelenggaraan kegiatan akuntansi
mulai dari satuan kerja Pengguna Anggaran, penyusunan Laporan Keuangan oleh Entitas
Pelaporan dan penyajiannya kepada BPK untuk diaudit, hingga penyampaian rancangan
undang-undang

atau

rancangan

peraturan

daerah

tentang

pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBD. Namun, segala hal yang berhubungan dengan pembahasan


laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD oleh legislatif atau penggunaan
laporan tersebut oleh pihak-pihak terkait tidak dicakup pengaturannya dalam Peraturan
Pemerintah tersebut.
Adapun perkembangan akuntansi dan pelaporan keuangan di pemerintah daerah, bahkan
telah didorong sejak keluarnya PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut salah satu
peraturan yang mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah sejak era otonomi
daerah bergulir yang ditandai dengan ditetapkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Di

dalam

pasal

35,

PP

105/2000

disebutkan

bahwa

penatausahaan

dan

pertanggungjawaban keuangan daerah berpedoman pada standar akuntansi keuangan


pemerintah daerah yang berlaku. Selanjutnya di dalam pasal 38 dinyatakan bahwa
laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang harus disusun oleh kepala daerah
terdiri dari laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD, laporan aliran kas dan
neraca. Akan tetapi, standar akuntansi pemerintahan itu sendiri pertama kali baru
ditetapkan pada tahun 2005 dengan PP No. 24 Tahun 2005, sehingga hal ini menjadi
salah satu kendala yang muncul di dalam penerapan akuntansi di pemda.
Perkembangan pada periode berikutnya, seiring dengan keluarnya undang-undang di
bidang keuangan negara sebagaimana telah diuraikan di atas, PP No. 105/2000
direvisi/diganti dengan PP No. 58 Tahun 2005 tentang Keuangan Daerah yang merupakan
turunan dari UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah (pengganti UU No. 22/1999)
dan UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (pengganti UU No. 25/1999). Istilah dan komponen laporan keuangan pemerintah
daerah di dalam PP 58/2005 telah sesuai dengan yang dinyatakan di dalam undangundang di bidang keuangan negara.
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa laporan keuangan pemerintah daerah merupakan
bentuk

pertanggungjawaban

pengelolaan

keuangan

daerah.

Oleh

karena

itu,

penyelenggara akuntansi di pemerintah daerah tidak cukup hanya memahami SAP tetapi
juga harus memahami dan/atau memperhatikan peraturan-peraturan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah,

(terutama misalnya menyangkut struktur APBD,

mekanisme penatausahaan pelaksanaan APBD), sebagaimana diatur dalam PP No.


MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

50

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

58/2005 dan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan terakhir dengan Permendagri No. 21
Tahun 2011 (revisi kedua).
2

Standar Akuntansi Pemerintahan

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa UU No. 17/2003 mengharuskan penyusunan


laporan keuangan pemerintah berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. SAP
tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).
SAP yang pertama ditetapkan adalah SAP dengan basis cash toward accrual (CTA) atau
basis kas menuju akrual, ditetapkan dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Sesungguhnya UU No. 17/2003 dan UU No. 1/2004
mengamanatkan agar pemerintah mengakui pendapatan dan belanja dengan basis akrual
yang harus diterapkan selambat-lambatnya mulai tahun 2008. Namun demikian, kedua
Undang-Undang tersebut masih memberikan toleransi kepada pemerintah untuk
menerapkan basis kas menuju akrual sebelum dapat menerapkan basis akrual (penuh).
SAP dengan basis akrual pada akhirnya lahir pada tahun 2010, ditetapkan dengan PP No.
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Meskipun SAP berbasis akrual
ini telah ditetapkan, akan tetapi di dalam Pasal 7, PP 71/.2010 dinyatakan bahwa SAP
berbasis akrual diterapkan secara bertahap dari SAP berbasis kas menuju akrual menjadi
SAP berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP berbasis akrual
secara bertahap bagi pemerintah pusat ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan,
sedangkan bagi pemerintah daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.
SAP setidaknya mengatur hal-hal yang terkait dengan prinsip pengakuan/pencatatan,
pengukuran/penilaian,

penyajian/pengklasifikasian

dan

pengungkapan/penjelasan

transaksi dan kejadian keuangan pemerintah.

Prinsip pengakuan berkaitan dengan waktu pengakuan dari pengaruh transaksi


terhadap pos-pos laporan keuangan. Prinsip ini menjawab pertanyaan: kapan suatu
transaksi itu akan dicatat/diakui?. Waktu pengakuan suatu transaksi tergantung kepada
basis akuntansi yang digunakan. SAP yang berbasis cash toward accrual mengakui
pendapatan, belanja dan pembiayaan pada saat kas telah diterima/dibayarkan di/dari
rekening kas negara/daerah (basis kas); sedangkan pengakuan aset, kewajiban dan
ekuitas dana diakui pada saat terjadinya (basis akrual). Sedangkan SAP berbasis
akrual mengakui pendapatan, beban, aset, kewajiban dan ekuitas pada saat terjadinya
atau pada saat hak/kewajiban pemerintah telah muncul. Sementara itu, LRA tetap
disusun dengan basis kas dengan alasan bahwa LRA merupakan statutory report.

Prinsip pengkuran berkaitan dengan penetapan nilai uang yang harus dicatat di dalam
pos-pos laporan keuangan sebagai pengaruh dari terjadinya transaksi. Prinsip ini
menjawab pertanyaan: pada nilai berapa transaksi akan dicatat?. Beberapa prinsip

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

51

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

pengukuran yang dapat digunakan dijelaskan di dalam SAP, namun yang umum
digunakan adalah prinsip harga perolehan (cost).

Prinsip Penyajian/Pengklasifikasian berkaitan dengan bagaimana suatu transaksi


diklasifikasikan dan pada akhirnya disajikan dalam lembar/halaman muka laporan
keuangan.

Prinsip Pengungkapan/Penjelasan berkaitan dengan bagaimana pos-pos laporan


keuangan dinyatakan di dalam halaman muka (on the face) laporan keuangan dan
dijelaskan atau diungkapkan di dalam CaLK.

SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dan
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP), Interpretasi
SAP (IPSAP) dan Buletin Teknis. SAP berbasis CTA terdiri dari 11 PSAP (menjadi
Lampiran II PP No. 71/2010) dan sampai saat ini sudah dilengkapi dengan 10 Buletin
Teknis. Sementara itu PSAP berbasis akrual, termuat di dalam Lampiran I PP No.
71/2010, terdiri dari 12 PSAP.
KKAP adalah prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan pengembangan SAP bagi
KSAP dan merupakan rujukan penting bagi KSAP, penyusun laporan keuangan, dan
pemeriksa dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur secara
jelas dalam PSAP. Apabila terjadi pertentangan antara PSAP dan KKAP, maka PSAP
diunggulkan secara relatif terhadap KKAP.
IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas PSAP yang diterbitkan
oleh KSAP. Buletin Teknis adalah informasi yang diterbitkan oleh KSAP yang memberikan
arahan/pedoman secara tepat waktu untuk mengatasi masalah-masalah akuntansi
maupun pelaporan keuangan yang timbul namun belum diatur secara khusus atau detil di
dalam PSAP.
3

Sistem Akuntansi Pemerintahan

Proses akuntansi bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan. Penyelenggaraan


akuntansi tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya jika tidak dibangun sistem
akuntansinya. Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.
Penyusunan sistem akuntansi pemerintahan tersebut mengacu kepada Standar Akuntansi
Pemerintahan.

Suatu

sistem

akuntansi

pemerintahan

setidak-tidaknya

mengatur

mengenai format laporan keuangan, kebijakan akuntansi, prosedur akuntansi, bagan akun
standar, jurnal standar, entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dokumen transaksi yang
digunakan.
Sistem akuntansi pemerintah pusat (SAPP) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara (Pasal 7, UU 1/2004). Sedangkan sistem akuntansi pemerintah
daerah (SAPD) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah (Pasal 96 PP 58/2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah). Selanjutnya berdasarkan PP 71/2010, pembentukan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

52

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

sistem akuntansi pemerintahan tsb harus mengacu kepada Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintah (PUSAP) yang pada saat ini telah ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011.
Proses akuntansi adalah serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi,
posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo, jurnal penyesuaian, hingga penyusunan
laporan keuangan. Proses akuntansi akan dapat berjalan bila sistem akuntansi sudah
dibangun. Proses akuntansi tersebut dapat diselenggarakan secara manual maupun
dengan bantuan software aplikasi komputer akuntansi.
Proses akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan pelaksanaan anggaran
yang dimulai sejak awal tahun anggaran hingga dihasilkannya laporan keuangan sebagai
bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran untuk setiap akhir tahun anggaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan pemerintah
disusun dengan berpedoman kepada SAP dan dihasilkan melalui suatu sistem akuntansi.
Berikut ini digambarkan suatu konstruksi yang menghubungkan antara pengguna laporan,
dasar hukum penyusunan laporan keuangan, SAP, sistem akuntansi dan laporan
keuangan yang dihasilkan.
4

Akuntansi Pemerintahan

Pengertian akuntansi bila dilihat dari prosesnya (aktivitasnya) baik di sektor komersial
maupun di sektor pemerintahan pada prinsipnya adalah sama. Namun demikian, terdapat
sejumlah perbedaan dari jenis transaksi yang menjadi objek akuntansinya sehingga hal
tersebut menyebabkan sejumlah perbedaan antara laporan keuangan sektor komersial
dengan laporan keuangan sektor pemerintahan. Hal ini bisa kita cermati dari beberapa
definisi akuntansi di bawah ini dan penjelasan-penjelasan pada bagian berikutnya.
Menurut American Institute of Certified Public Accountants-AICPA (1970), akuntansi
didefinisikan sbb.:
Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative information,
primarily financial in nature, about economic entities that is intended to be useful in
making economic decision in making reasoned choises among alternative course of
action.
Definisi akuntansi dari AICPA di atas adalah dalam konteks pengertian secara umum,
yang bila diterjemahan secara bebas, akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa
yang bertujuan untuk menyajiakan informasi yang bersifat keuangan dari suatu entitas
(organisasi), yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
Sugijanto, dkk (1995) memberikan definisi akuntansi pemerintahan, lebih kepada
prosesnya, sebagai berikut:
Akuntansi

pemerintahan

meliputi

aktivitas

pencatatan,

pengklasifikasian,

pengikhtisaran, pelaporan transaksi-transaksi keuangan pemerintah sebagai suatu


kesatuan dari unit-unitnya, serta penafsiran atas hasil aktivitas ini.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

53

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pengertian akuntansi yang diberikan oleh Sugijanto, dkk tersebut mengacu kepada
pengertian akuntansi yang disarankan oleh Committee on Terminology dari AICPA (1941)
sebagai berikut:
Accounting is the art of recording, classifying and summarizing, in a significant manner
and in terms of money, transactions and events, which are in part at least, of financial
character, and interpreting the results there of.
Berdasarkan beberapa pengertian akuntansi di atas, kiranya dapat diikhtisarkan beberapa
kata kunci yang dapat menjelaskan pengertian akuntansi pemerintahan, sbb:

akuntansi

adalah

aktivitas

pencatatan,

pengklasifikasian,

pengikhtisaran

dan

pelaporan;

objek akuntansi pemerintahan adalah transaksi-transaksi keuangan pemerintahan


sebagai implikasi dari pelaksanaan APBN/APBD;

output akuntansi pemerintahan adalah laporan keuangan pemerintah yang merupakan


laporan pertanggungjawaban dari pelaksanaan APBN/APBD.

Akuntansi

keuangan

daerah

dimaksudkan

sebagai

aktivitas

akuntansi

yang

diselenggarakan baik oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) selaku pengguna
anggaran maupun oleh pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) selaku pengguna
anggaran dan sekaligus selaku bendahara umum daerah (BUD) yang bertujuan untuk
menghasilkan laporan keuangan untuk tujuan umum. Laporan keuangan tersebut sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran (APBD).
Selanjutnya bila dilihat dari tujuannya, Sugijanto, dkk (1995) menyebutkan tiga tujuan
pokok dari akuntansi pemerintahan, yaitu: pertanggungjawaban, manajerial dan
pengawasan. Mengingat pentingnya tujuan akuntansi pemerintahan tsb, dapat dipahami
bahwa penyelenggaraan akuntansi di sektor pemerintah menjadi aspek yang sangat
penting sebagai bagian yang tak terpisahkan dari reformasi di bidang pengelolaan
keuangan negara/daerah.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

54

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pertanyaan Sub-Bab 3.1. :


1

Sebutkan dasar hukum penyusunan laporan keuangan pemerintah baik dalam bentuk
undang-undang maupun peraturan pemerintah!

Sebutkan komponen laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan PP No.


105/2000 dan PP No. 58/2005!

Jelaskan persamaan dan perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi


pemerintahan !

Jelaskan perbedaan antara basis akuntansi kas menuju akrual dengan basis akuntansi
akrual di dalam akuntansi pemerintahan !

Jelaskan pengertian SAP dan KK-AP ?

Apabila

terdapat

pertentangan

antara

PSAP

dan

KK-AP,

manakah

yang

diunggulkan/diterapkan ?
7

Apakah dengan terbitnya PP No. 71/2010 tentang SAP (baru) berarti secara otomatis
pemerintah harus menerapkan basis akuntansi akrual ? jelaskan!

2 PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


1 Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
Berdasarkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual (PP 24/2005), pemerintah daerah selaku
entitas pelaporan diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan yang sekurangkurangnya terdiri dari:
1. Laporan Realisasi APBD (LRA)
LRA menyajikan informasi mengenai realisasi anggaran pendapatan, belanja dan
pembiayaan dalam satu tahun anggaran tertentu yang diperbandingkan dengan
anggarannya masing-masing dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
2.Neraca
Neraca menyajikan informasi mengenai posisi keuangan pada tanggal tertentu yang
terdiri dari aset, kewajiban (utang) dan ekuitas dana (kekayaan bersih).
3.Laporan Arus Kas (LAK)
LAK menyajikan informasi mengenai sumber penerimaan dan penggunaan kas dari
aktivitas operasi, investasi non keuangan, pembiyaan dan aktivitas non anggaran
selama satu tahun anggaran. LAK akan menjelaskan perubahan (kenaikan/penurunan)
saldo kas yang dilaporkan di Neraca.
4.Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
CaLK menyajikan informasi tambahan ataupun detil informasi dari ketiga komponen
laporan keuangan di atas (LRA, Neraca, LAK), maupun informasi lainnya yang tidak
berhubungan langsung dengan ketiga komponen laporan keuangan di atas

tetapi

dianggap relevan/dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan, contoh: kondisi


makro ekonomi, kebijakan keuangan pemerintah, dsb.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

55

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

2 Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan SAP Berbasis Akrual


Dalam perkembangan berikutnya, sebagaimana amanat UU 17/2003 dan UU 1/2004,
ditetapkan SAP Berbasis Akrual yang ditetapkan dengan PP 71/2010 sebagai pengganti
dari SAP Berbasis Kas Menujua Akrual (PP 24/2005). Komponen laporan keuangan yang
harus disusun oleh pemerintah pusat maupun pemda berdasarkan SAP yang baru
tersebut menjadi terdiri dari:
1

Neraca;
Neraca merupakan komponen

laporan keuangan yang menggambarkan posisi

keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas

pada

tanggal tertentu.
2

Laporan Realisasi Anggaran (LRA);


LRA merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai
realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari
suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.
Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan
ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran.

Laporan Operasional (LO);


LO merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai
seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan
yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

Laporan Arus Kas (LAK);


LAK merupakan komponen laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi
serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);


LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan sekurang-kurangnya
pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; koreksi-koreksi
yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir.

Laporan Perubahan SAL (LPSAL);


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen laporan keuangan
yang menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut
Saldo Anggaran Lebih awal, Penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

56

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pembiayaan Anggaran tahun berjalan, Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun


Sebelumnya, dan Saldo Anggaran Lebih Akhir.
7

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).


CALK merupakan komponen laporan keuangan yang meliputi penjelasan atau daftar
terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan
oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya
yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

3 FORMAT LAPORAN KEUANGAN

A Neraca
Format Neraca untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri
Keuangan sedangkan format neraca untuk pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang
diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri yang mengatur tentang format Neraca mengacu pada Standar Akuntansi
Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan
pemerintah pusat/pemerintah daerah.
B Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
LRA menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisitLRA, dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam
satu periode. Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos
sebagai berikut:
a

Pendapatan-LRA;

Belanja;

Transfer;

Surplus/Defisit-LRA;

Penerimaan pembiayaan;

Pengeluaran pembiayaan;

Pembiayaan neto;

Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).

Format Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang
diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Realisasi Anggaran untuk

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

57

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan
Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format
Laporan Realisasi Anggaran mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan
ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah
pusat/pemerintah daerah.
C

Laporan Operasional (LO)

Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/defisit


dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar
biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar
secara komparatif. Laporan Operasional mencakup pos-pos informasi berikut:
a

Pendapatan-LO;

Beban;
c

Surplus/Defisit dari operasi;

Kegiatan Non Operasional;

Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;

Pos Luar Biasa;

Surplus/Defisit-LO.

Format Laporan Operasional untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh
Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Operasional untuk pemerintah daerah
mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format Laporan Operasional
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang
berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.
D Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas

adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi

penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan


berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Format Laporan Arus Kas untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh
Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Arus Kas untuk pemerintah daerah
mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format Laporan Arus Kas
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang
berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.
E Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:
a

Ekuitas awal;

Surplus/defisit LO pada periode bersangkutan;

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

58

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain


berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya :
1

Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode


sebelumnya;

2
d

Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.

Ekuitas akhir.
Format Laporan Perubahan Ekuitas untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang
diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Perubahan Ekuitas untuk
pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri.
Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur
tentang format Perubahan Ekuitas mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan
dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah
pusat/pemerintah daerah.

Laporan Perubahan SAL

Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pospos sebagai berikut:
a

Saldo Anggaran Lebih Awal;

Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;

Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;

Koreksi kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya;

Lain-Lain;

Saldo Anggaran Lebih Akhir.


Format Laporan Perubahan SAL untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur
oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Perubahan SAL untuk pemerintah
daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri
Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format Perubahan
SAL mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang
berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.
G Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Arus Kas dapat
mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Catatan Atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya memuat:
I. Penjelasan Umum
A.1. Dasar Hukum
A.2. Kebijakan Fiskal/Keuangan dan Ekonomi Makro

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

59

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan


A.4. Kebijakan Akuntansi
II. Penjelasan Atas Pos-Pos LRA
B.1. Penjelasan Umum LRA
B.2. Penjelasan Per Pos LRA
B.3. Catatan Penting Lainnya
III. Penjelasan Atas Pos-Pos Neraca
C.1. Penjelasan Umum Neraca
C.2. Penjelasan Per Pos Neraca
C.3. Catatan Penting Lainnya
IV. Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Arus Kas
D.1. Ikhtisar Laporan Arus Kas
D.2. Penjelasan Per Pos Laporan Arus Kas
D.3. Catatan Penting Lainnya
V. Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Operasional
E.1

Penjelasan Umum LO

E.2

Penjelasan Per Pos LO

E.3

Catatan Penting Lainnya

VI. Penjelasan Atas Laporan Perubahan Ekuitas


F.1

Penjelasan Umum

F.2

Catatan Penting Lainnya

VII. Penjelasan Atas Laporan Perubahan SAL


G.1 Penjelasan Umum
G.2

Catatan Penting Lainnya

4 Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintahan

A Peranan Pelaporan Keuangan Pemerintahan


Di dalam Lampiran I PP 71/2010 tentang SAP (Akrual) dijelaskan bahwa peranan laporan
keuangan adalah sbb.:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara periodik.
b. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

60

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

untuk kepentingan masyarakat.


c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada
periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengluaran
tersebut.
e. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
B

Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintahan


Di dalam Lampiran I PP 71/2010 tentang SAP (Akrual) dijelaskan bahwa pelaporan
keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi,
sosial, maupun politik dengan:
(a)

Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya


keuangan;

(b)

Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk


membiayai seluruh pengeluaran;

(c)

Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan


dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

(d)

Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh


kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

(e)

Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan


berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

(f)

Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,


apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi


mengenai

sumber

pembiayaan,

sisa

dan

penggunaan

lebih/kurang

sumber

pelaksanaan

daya

keuangan/ekonomi,

anggaran,

saldo

transfer,

anggaran

lebih,

surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu
entitas pelaporan.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

61

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

5 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi

akuntansi sehingga dapat

memenuhi tujuannya.

Berdasarkan KKAP terdapat empat karakteristik kualitatif yang merupakan prasyarat


normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki, yaitu:
(a) Relevan;
(b) Andal;
(c) Dapat dibandingkan; dan
(d) Dapat dipahami.
Berikut akan dijelaskan masing-masing dari keempat karakteristik kualitatif tersebut.
(a) Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya
dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan

membantu mereka mengevaluasi

peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan
atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan
keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
Informasi dikatakan relevan bila memenuhi karakteristik berikut:
(1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi

memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi

mereka di masa lalu.


(2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi

dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang

berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.


(3) Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam
pengambilan keputusan.
(4) Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup
semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi
yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan
diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat
dicegah.
(b) Andal
Informasi dalam laporan keuangan

bebas dari pengertian yang menyesatkan dan

kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi
mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

62

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.


Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
(1) Penyajian Jujur
Informasi

menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang

seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
(2) Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan
yang tidak berbeda jauh.
(3) Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak
tertentu.
(c) Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan
entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal.
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan
bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila
entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada
kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut

diungkapkan pada

periode terjadinya perubahan.


(d) Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna,
misalnya bahasa di dalam laporan keuangan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang
disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Namun demikian, pengguna pun
dituntut dan/atau diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk
mempelajari informasi yang dimaksud.

Pertanyaan Sub-Bab 3.2. :


1

Sebutkan komponen laporan keuangan yang wajib disusun oleh pemda baik
dengan basis CTA maupun basis akrual ! dan jelaskan pengertiannya masingmasing !

Sebutkan rumus untuk menentukan surplus/defisit, pembiayaan neto dan SILPA !

Sebutkan klasifikasi yang digunakan di dalam penyusunan Laporan Arus Kas


pemerintahan!

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

63

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Apakah saldo akhir kas di Neraca harus selalu sama dengan saldo akhir kas di
Laporan Arus Kas? jelaskan!

Sebutkan pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pengguna laporan keuangan


pemerintahan? dan kapan laporan keuangan tahunan pemda selambat-lambatnya
harus disampaikan kepada DPRD?

6
3
1

Sebutkan kriteria laporan keuangan untuk dikatakan relevan dan andal!


SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
Pengertian

Penyusunan laporan keuangan harus dihasilkan melalui suatu sistem dan prosedur yang
dibakukan/ditetapkan dalam bentuk peraturan perundang - undangan. Di dalam Pasal 6,
PP 8/2006 dinyatakan bahwa laporan keuangan pemerintahan dihasilkan dari suatu
sistem akuntansi pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
pemerintah.
Dari pengeritan sistem akuntansi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua
komponen laporan keuangan yang dihasilkan secara langsung dari sistem (proses)
akuntansi yaitu neraca dan laporan operasional (LO) atau laporan realisasi anggaran
(LRA). Sementara itu, LAK (laporan arus kas), LPE, LP SAL, dihasilkan melalui suatu
proses lanjutan dan analisis dari neraca, LO dan LRA; sementara itu, CaLK nyata-nyata
tidak dapat dihasilkan secara langsung (otomatis) dari sistem (proses) akuntansi, karena
informasi di dalam CaLK bersifat kuantitatif/keuangan maupun kualitatif/deskriptif. Bahkan
informasi dalam CaLK juga mencakup informasi non-akuntansi dan bisa dilengkapi
dengan berbagai macam tabel maupun grafik yang dianggap relevan.
Suatu sistem akuntansi pemerintahan setidak-tidaknya mengatur mengenai format laporan
keuangan, kebijakan akuntansi, prosedur akuntansi, bagan akun standar, jurnal standar,
entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar
pencatatan suatu transaksi. Penyusunan sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD)
tersebut harus mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan ketentuan
perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.
2

Struktur Sistem Akuntansi Pemda

Sebagaimana diketahui bahwa sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah


pusat (SAPP) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Pasal
7, UU 1/2004). Sedangkan sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah (Pasal 96, PP 58/2005).
Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) dapat dikelompokkan ke dalam dua sub
sistem pokok berikut:
a. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SA-SKPD)
SKPD merupakan entitas akuntansi yang berkewajiban menyusunan laporan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

64

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

keuangan dan menyampaikannya kepada kepala daerah melalui PPKD. Oleh karena
itu, SKPD menyelenggarkan SA-SKPD untuk menghasilkan laporan keuangan SKPD
yang terdiri dari LRA, LO, Neraca, LPE (Lap Perubahan Ekuitas), dan CaLK. Namun
perlu diingat bahwa CaLK tidak dapat dihasilkan secara langsung dari sistem (proses)
akuntansi karena CaLK harus diolah secara manual berdasarkan data keuangan
maupun non keuangan.
b. Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (SA-PPKD)
SA-PPKD terbagi ke dalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:
1

SA-PPKD

sebagai

pengguna

anggaran

(entitas

akuntansi)

yang

akan

menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD, LP-SAL, LOPPKD, Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.
2

SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan mencatat


transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan melakukan proses
konsolidasi laporan keuangan dari laporan keuangan seluruh SKPD dan laporan
keuangan PPKD menjadi laporan keuangan pemda.yang terdiri dari LRA (laporan
realisasi APBD), LP-SAL, LO, Neraca Pemda, LPE, LAK, dan CaLK Pemda.

Sistem Pembukuan

Persamaan dasar akuntansi merupakan konsepsi dasar dalam pencatatan transaksi


berdasarkan sistem pembukuan ganda (double entry system). Namun, sistem pembukuan
double entry tersebut dapat saja dikembangkan sesuai kebutuhan, sebagaimana di dalam
modul ini Penulis mengusulkan sebuah teknik pencatatan yang Penulis sebut sebagai
triple entry record system, yaitu suatu sistem pembukuan yang menggabungkan antara
double entry dan single entry dengan mekanisme sbb:
a

Untuk mencatat transaksi yang melibatkan pos-pos neraca dan LO (basis akrual),
yaitu aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO, dan beban, menggunakan double
entry dalam suatu buku jurnal sebagaimana biasanya; dan

Untuk mencatat transaksi pos-pos LRA (basis akrual) yaitu pendapatan-LRA, belanja
dan pembiayaan menggunakan single entry (semacam pembukuan bendahara untuk
mencatat pendapatan LRA dan belanja LRA secara terpisah).

Dengan demikian, laporan keuangan berupa Neraca dan LO dihasilkan dari proses
akuntansi sebagaimana biasanya yang dimulai dari penjurnalan (pembukuan double
entry). Sedangkan LRA dihasilkan dari pembukuan single entry yang mirip dengan Buku
Kas Umum yang diselenggarakan oleh

bendahara penerimaan dan bendahara

pengeluaran.
Berdasarkan konsep double entry, setiap pengaruh transaksi yang dicatat (dibukukan)
akan selalu berada dalam suatu keseimbangan antara sisi kiri (debit) dan sisi kanan
(kredit). Hal ini dapat dicerminkan dalam suatu persamaan dasar akuntansi berikut.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

65

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

PERSAMAAN AKUNTANSI UMUM

ASET
ASET
AKTIVA

=
=
=

KEWAJIBAN + MODAL PEMILIK


HAK KREDITOR + HAK RESIDUAL PEMILIK
PASSIVA

Berdasarkan persamaan akuntansi umum di atas, dapat diturunkan sebuah persamaan


akuntansi yang spesifik untuk akuntansi pemerintahan dengan berpedoman pada SAP
berbasis akrual (PP 71/2010) sebagai berikut:
PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
ASET
ASET

=
=

KEWAJIBAN + EKUITAS
HAK KREDITOR + HAK RESIDUAL PEMERINTAH

Untuk memberikan ilustrasi lebih lanjut dari persamaan dasar akuntansi pemerintah di
atas, berikut ini dikembangkan beberapa kondisi persamaan akuntansi pemerintahan.
PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
SISI KIRI

SISI KANAN

(DEBIT)

(KREDIT)

Aset

Ekuitas

Keterangan
Persamaan 1: posisi neraca
dimana pemerintah tidak
memiliki utang

Aset

Kewajiban + Ekuitas

Persamaan 2: posisi neraca


dimana pemerintah memiliki
utang

Aset

Aset + Beban

Kewajiban + Ekuitas +
Pendapatan LO Beban
ATAU
Kewajiban + Ekuitas +
Pendapatan LO

Persamaan 3: posisi neraca


setelah dipengaruhi
pelaksanaan APBD (di luar
pembiayaan)

Di dalam proses akuntansi, sebagaimana dijelaskan di atas, transaksi akan dicatat


pertama kali pada buku jurnal dengan menggunakan kaidah debit-kredit

sebagai

implementasi dari double entry system. Suatu transaksi yang berakibat bertambahnya
aset, maka akun aset akan dicatat pada sisi debit; dan sebaliknya jika transaksi
mengakibatkan berkurangnya aset, maka akun aset akan dicatat pada sisi kredit. Hal yang
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

66

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

sama berlaku untuk beban.


Aturan yang sebaliknya dari aturan debit-kredit untuk aset dan beban akan berlaku untuk
akun utang, ekuitas, dan pendapatan. Contoh, apabila suatu transaksi mengakibatkan
bertambahnya utang, maka akun utang akan dicatat di sisi kredit; dan sebaliknya jika
transaksi mengakibatkan berkurangnya utang, maka akun utang tersebut akan dicatat sisi
debit. Cara yang sama berlaku untuk ekuitas, dan pendapatan.
Dengan kaidah debit-kredit seperti diuraikan di atas, berikut ini digambarkan ringkasan
kaidah debit-kredit dan saldo normalnya dari masing-masing akun yang digunakan dalam
pencatatan transaksi keuangan pemerintah.
KAIDAH DEBIT-KREDIT DAN SALDO NORMAL AKUN
AKUN
ASET
KEWAJIBAN
EKUITAS
PENDAPATAN-LO
BEBAN
4

DEBIT
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)

KREDIT
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)

SALDO NORMAL
DEBIT
KREDIT
KREDIT
KREDIT
DEBIT

Kebijakan Akuntansi

Instrumen sistem akuntansi lainnya yang harus disiapkan oleh pemda adalah kebijakan
akuntansi. Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi pemda dimaksudkan sebagai pedoman teknis akuntansi tambahan
yang bersifat yang mengacu kepada SAP dan ketentuan perundang-undangan mengenai
keuangan daerah. Sebagai contoh, di dalam PSAP No. 7 dinyatakan bahwa aset tetap
dapat disusutkan dengan tiga metode pilihan, yaitu: 1) metode garis lurus, 2) metode
menurun ganda, dan

3) metode unit produksi. Selanjutnya apabila pemda ingin

menerapkan penyusutan untuk aset tetapnya, maka harus dirumuskan di dalam kebijakan
akuntansinya mengenai metode penyusutan yang akan dipilih berikut estimasi masa
manfaat dari aset yang akan disusutkan. Contoh lain di dalam PSAP yang sama
disebutkan bahwa pemerintah harus menentukan batas nilai minimal dari sebuah aset
untuk dikapitalisasi sebagai aset tetap (capitalization threshold), maka pemda harus
menentukan batas minimal kapitalisasi itu di dalam kebijakan akuntansinya.
Seperti halnya yang diatur di dalam SAP, pada dasarnya kebijakan akuntansi mengatur
hal-hal menyangkut pengakuan transaksi, pengukuran, pelaporan dan pengungkapan
secara spesifik yang dipilih oleh entitas pelaporan yang bersangkutan. Kebijakan
akuntansi tersebut ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dengan berpedoman
kepada SAP, PUSAP dan peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah.
5

Bagan Akun

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

67

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Instrumen sistem akuntansi lainnya yang harus disiapkan oleh pemda adalah bagan akun
(chart of accounts). Bagan akun berisi nama dan kode akun yang akan digunakan untuk
mencatat dan mengklasifikasikan setiap jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama
dan kode akun dapat dikembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin
dihasilkan oleh pemda sesuai dengan SAP dan mengacu pada PUSAP.
Daftar akun untuk akuntansi pemda dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual
mengacu ke Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP) sebagaimana
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011 adalah sebagai
berikut:

BAGAN AKUN STANDAR UNTUK PEMERINTAH DAERAH


1. Akun Neraca
a

Akun Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber
daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum
dan sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Klasifikasi akun aset dapat dilihat pada LAMPIRAN I.

Akun Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana tercantum pada LAMPIRAN II.

Akun Ekuitas
Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada tanggal laporan. Klasifikasi Akun
Ekuitas sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN III.

2. Akun Laporan Realisasi Anggaran


a

Akun Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah daerah.
Klasifikasi Akun Pendapatan-LRA sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN IV.

Akun Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

68

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Klasifikasi akun belanja pada pemerintah daerah sebagaimana tercantum pada


LAMPIRAN V.
c

Akun Transfer-LRA
Transfer adalah pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan kepada entitas
pelaporan lain. Pada Pemerintah Daerah, transfer dapat diklasifikasikan ke dalam
LAMPIRAN VI.

Surplus/Defisit
Surplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja
selama satu periode. Penghitungan Surplus/Defisit tidak diberikan kode akun
tersendiri. Angka ini merupakan selisih lebih/kurang antara Total Pendapatan
dikurangi dengan total belanja plus transfer
[S/D = Pendapatan (Belanja + Transfer)].

Akun Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan
atau memanfaatkan surplus anggaran.
a

Akun Penerimaan Pembiayaan


Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah
yang dimaksudkan untuk menutup defisit.
Akun Penerimaan Pembiayaan bagi pemerintah dapat dilihat pada LAMPIRAN VII.

Akun Pengeluaran Pembiayaan


Pengeluaran Pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang dimaksudkan untuk memanfaatkan surplus anggaran.
Akun Pengaluaran Pembiayaan Pemerintah diklasifikasikan pada LAMPIRAN VIII.

SILPA/SIKPA
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang
antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan dalam APBD selama satu periode pelaporan.

3. Akun Laporan Operasional (LO)


a

Akun Pendapatan-LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali.
Klasifikasi Akun Pendapatan-LO sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN IX.

Akun Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Menurut SAP, Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi
ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

69

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Klasifikasi Akun Beban sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN X.


c

Akun Beban Transfer-LO


Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain
yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Klasifikasi Beban Transfer sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN XI.

Akun Beban Non Operasional


Beban Non Operasional merupakan beban yang sifatnya tidak rutin.
Klasifikasi Beban Non Operasional sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN
XII.

Akun Beban Luar Biasa


Beban Luar Biasa adalah beban yang terjadi dari kejadian luar biasa.
Klasifikasi Beban Luar Biasa tercantum dalam LAMPIRAN XIII.

4. Bagan Akun Standar Untuk Konsolidasi


a. Akun Neraca KONSOLIDASI
Klasifikasi Akun Neraca KONSOLIDASI sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN
XIV.
b. Akun Laporan Realisasi Anggaran - KONSOLIDASI

Akun Pendapatan-LRA
Akun Pendapatan-LRA yang dimulai dengan kodefikasi angka 4 sebagaimana
LAMPIRAN XV.

Akun Belanja LRA


Akun Pendapatan-LRA yang dimulai dengan kodefikasi angka 5 sebagaimana
LAMPIRAN XVI.

Surplus/Defisit
Surplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja
selama satu periode.
Penghitungan Surplus/Defisit tidak diberikan kode akun tersendiri. Angka ini
merupakan selisih lebih/kurang antara Total Pendapatan dikurangi dengan total
belanja plus transfer [S/D = Pendapatan (Belanja + Transfer)].

Akun Pembiayaan
Pembiayaan (Financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan

maupun

tahun-tahun

anggaran

berikutnya,

yang

dalam

penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau


memanfaatkan surplus anggaran.
Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan
untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Dalam hal
anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan alokasi pembiayaan untuk memanfaatkan
surplus anggaran dalam Undang-undang tentang APBN.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

70

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Akun Penerimaan Pembiayaan


Akun Penerimaan Pembiayaan pemerintah diklasikasikan dalam LAMPIRAN
XVII

Akun Pengeluaran Pembiayaan


Akun Pengeluaran Pembiayaan pemerintah diklasikasikan dalam LAMPIRAN
XVIII

SILPA/SIKPA
Sisa

Lebih/Kurang

Pembiayaan

Anggaran

(SiLPA/SiKPA)

adalah

selisih

lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan


pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu periode pelaporan.
c. Akun Laporan Operasional (LO) KONSOLIDASI

Akun Pendapatan-LO
Akun Pendapatan LO KONSOLIDASI diklasikasikan dalam LAMPIRAN XIX

Akun Beban-LO
Akun Beban - LO KONSOLIDASI diklasikasikan dalam LAMPIRAN XX

d. Akun Resiprokal Dalam Rangka Konsolidasi


Dalam rangka konsolidasi fiskal dan statistik diperlukan identifikasi atas akun-akun
yang akan dieliminasi antara pemerintah pusat dan daerah.
Akun-akun tersebut adalah sebagai berikut: (identifikasi sementara akan ada
tambahan)

Akun Resiprokal LRA dan LO


Pemerintah Pusat

Pemerintah Propinsi

Pemerintah Kab./Kota

Belanja Hibah kepada


Pemerintah Propinsi

Pendapatan hibah dari


Pemerintah pusat

Belanja Hibah kepada


Pemerintah Kab/Kota

Pendapatan hibah dari


Pemerintah Pusat

Pendapatan Hibah dari


Pemerintah Propinsi

Belanja Hibah kepada Instansi


Pemerintah Pusat

Pendapatan Hibah dari


Pemerintah Propinsi

Pemberian
Pinjaman/Penerusan Pinjaman
kepada Pemerintah Propinsi

Belanja Hibah kepada Instansi


Pemerintah Pusat
Belanja Hibah kepada
Pemerintah Kab/Kota

Pendapatan hibah dari


Pemerintah Propinsi

Pendapatan hibah dari


Pemerintah Kab/Kota

Belanja Hibah kepada


Pemerintah Propinsi

Penerimaan Pembiayaan
pinjaman dari Pemerintah
Pusat

Pemberian
Pinjaman/Penerusan Pinjaman
kepada Pemerintah Kab/Kota
Transfer Dana Perimbangan ke
Pemerintah Propinsi

Penerimaan Pembiayaan
pinjaman dari Pemerintah
Pusat
Pendapatan Dana
Perimbangan

Transfer Dana Perimbangan ke


Pemerintah Kab/Kota
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Pendapatan Dana
Perimbangan
71

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pemerintah Pusat
Transfer Dana Otsus dan
Penyesuaian kepada
Pemerintah Propinsi

Pemerintah Propinsi
Pendapatan Dana Otsus dan
Penyesuaian

Transfer Dana Otsus dan


Penyesuaian kepada
Pemerintah Kab/Kota

Dana Otsus dan Penyesuaian

Belanja Dana Bagi Hasil

Pemerintah Kab./Kota

Pendapatan Bagi Hasil dari


Propinsi

Akun Resiprokal Neraca


Pemerintah Pusat

Pemerintah Propinsi

Pemerintah Kab./Kota

Piutang Transfer kepada


Pemerintah Propinsi

Utang Transfer kepada


Pemerintah Pusat

Piutang Transfer kepada


Pemerintah Kab/Kota

Utang Transfer kepada


Pemerintah Pusat

Piutang Transfer kepada


Pemerintah Kab/Kota

Utang Transfer kepada


Pemerintah Pusat

Piutang dari
Pinjaman/Penerusan Pinjaman
kepada Pemerintah Propinsi

Utang kepada Pemerintah


Pusat

Pemerintah Pusat

Pemerintah Propinsi

Piutang dari
Pinjaman/Penerusan Pinjaman
kepada Pemerintah Kab/Kota

Utang (SBN) yang dipegang


oleh Pemerintah Daerah

Pemerintah Kab./Kota
Utang kepada Pemerintah
Pusat

Utang kepada Pemerintah


Kab/Kota

Utang kepada Pemerintah


Propinsi

Piutang kepada Pemerintah


Pusat (SBN)

Piutang kepada Pemerintah


Pusat (SBN)

___________________________________________________________________
Pertanyaan Sub-Bab 3.3. :
1

Apakah laporan keuangan pemerintah harus dihasilkan dari sistem akuntansi?


jelaskan alasan dan dasar hukumnya?

Sebutkan unsur-unsur yang secara umum harus ada di dalam pengembangan sistem
akuntansi pemerintahan !

Jelaskan secara singkat struktur sistem akuntansi pemda !

Sebutkan komponen laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh Sistem akuntansi
SKPD ?

Sebutkan komponen laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh Sistem akuntansi
PPKD dalam kapasitas sebagai entitas akuntansi?

Sebutkan komponen laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh Sistem akuntansi
konsolidator (entitas pelaporan) ?

Komponen laporan keuangan manakah yang dihasilkan langsung dari proses


akuntansi dan yang tidak dapat dihasilkan langsung dari proses akuntansi ?

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

72

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMDA BASIS AKRUAL

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa meskipun pemerintah sudah
menerapkan SAP Akrual, LRA tetap harus disusun karena Undang-Undang mensyaratkan
agar LRA tetap disusun/disajikan (statutory report). Oleh karena itu, berdasarkan SAP
Akrual (PP No. 71 Tahun 2010), akun pendapatan secara garis besarnya dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu pendapatan LRA (pendapatan yang akan dilaporkan di
Laporan Realisasi Anggaran) dan pendapatan LO (pendapatan yang akan dilaporkan di
Laporan Operasional). Oleh karena itu, pembahasan tentang akuntansi belanja dan
pembiayaan, karena sama-sama merupakan komponen LRA, maka secara otomatis tetap
relevan untuk dibahas di dalam bab ini. Dengan demikian, di dalam bab ini akan dibahas
secara berurutan mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang mencakup pos-pos LRA, LO
dan Neraca.
1

Prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LRA


Prinsip-prinsip akuntansi pendapatan-LRA berdasarkan SAP Akrual adalah sbb:

Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang


menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah.

Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut kelompok/jenisnya. Masing-masing jenis


pendapatan dapat dirinci berdasarkan objek dan rincian objek pendapatan. Contoh
bagan akun pendapatan LRA dapat dilihat pada subbab bagan akun.

Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas

pelaporan lain, misalnya

penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari
pemerintah provinsi.

Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan


membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).

Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat


variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.

Dalam hal badan layanan umum,

pendapatan diakui

dengan mengacu pada

peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas


penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan

maupun pada periode

sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non- recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA
dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

73

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas


penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut.

Akuntansi pendapatan-LRA disusun untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban


sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen
pemerintah daerah.

Prinsip Akuntansi Belanja Daerah (LRA)


Akun-akun belanja hanya ada di LRA, sementara di LO menggunakan akun beban.
Prinsip-prinsip akuntansi belanja (LRA) berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun
2010) adalah sbb:

Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah.

Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat


pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan.

Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan


fungsi. Klasifikasi belanja menurut jenisnya, dapat dirinci lebih lanjut berdasarkan
objek dan rincian objek belanja. Contoh bagan akun belanja dapat dilihat pada
subbab bagan akun.

Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis


belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah
daerah meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi,
hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari -hari pemerintah
pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi

antara lain

meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal
meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,
peralatan, aset tak berwujud.

Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

74

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan
lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi
hasil oleh pemerintah daerah.

Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna


anggaran.

Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi


utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Realisasi anggaran belanja dilaporkan

sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan

dalam dokumen anggaran.

Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode
yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran
belanja dibukukan dalam pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lain-lain-LRA.

Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban


sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian
bagi manajemen untuk mengukur efektivitas dan efisiensi belanja tersebut.

Prinsip Akuntansi Pembiayaan Daerah (LRA)

Akun-akun pembiayaan hanya ada di LRA, sementara di LO tidak ada akun pembiayaan.
Prinsip-prinsip akuntansi pembiayaan (LRA) berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun
2010) adalah sbb:

Pembiayaan (financing)

adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran.

Pembiayaan diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu: penerimaan pembiayaan


dan pengeluaran pembiayaan. Contoh bagan akun pembiayaan dapat dilihat pada
subbab bagan akun.

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah


antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil
privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan
kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana
cadangan.

Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Daerah.

Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu


dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).

Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

75

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Daerah


antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah,
pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan
pembentukan dana cadangan.

Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Daerah.

Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan.

Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah


merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatanLRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.

Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi


pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.

Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu


periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.

Prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LO

Prinsip-prinsip akuntansi pendapatan-LO berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun


2010) adalah sbb:

Pendapatan-LO daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai


penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali.

Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan, yaitu pendapatan asli


daerah, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-masing
pendapatan tersebut diklasifikasikan menurut jenis pendapatan, objek, dan rincian
objek pendapatan. Contoh bagan akun pendapatan-LO dapat dilihat pada subbab
bagan akun.

Pendapatan-LO diakui pada saat:


1

Timbulnya hak atas pendapatan;

Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.


o

Pendapatan-LO

yang

diperoleh

berdasarkan

peraturan

perundang-

undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan.


o

Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan


yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih imbalan.

Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah
diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.

Transaksi pendapatan-LO dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan


Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal
transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian
rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

76

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan tersebut. Transaksi


pendapatan dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang
rampasan, dan jasa konsultansi.

Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan


membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).

Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan. Dalam hal
badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas pendapatan-LO


pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang pendapatan.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas


pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan
sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas


pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

Prinsip Akuntansi Beban Daerah-LO

Prinsip-prinsip akuntansi beban-LO berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun 2010)
adalah sbb:

Beban

adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode

pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi
aset atau timbulnya kewajiban.

Beban diakui pada saat:


a. timbulnya kewajiban;
b. terjadinya konsumsi aset;
c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak
lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah.
Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum
dibayar pemerintah.

Saat terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak
lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset
nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.

Saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah saat
terjadi penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

77

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau


potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.

Beban dalam bentuk barang/jasa

harus dilaporkan dalam Laporan Operasional

dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di
samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada
Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang
relevan mengenai bentuk dari beban tersebut. Transaksi beban dalam bentuk
barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa
konsultansi.

Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada


prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban. Klasifikasi ekonomi untuk
pemerintah pusat yaitu beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi,
beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban
transfer, dan beban lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri dari
beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban
bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban
tak terduga. Contoh bagan akun beban dapat dilihat di subbab bagan akun.

Penyusutan/amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat


dikelompokkan menjadi:
(a) Metode garis lurus (straight line method);
(b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);
(c) Metode unit produksi (unit of production method).

Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi pada periode
beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama. Apabila
diterima pada periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan dalam pendapatan
lain-lain.

Dalam

hal

mengakibatkan

penambahan

beban

dilakukan

dengan

pembetulan pada akun ekuitas.


6

Prinsip Akuntansi Surplus/Defisit- LO


Prinsip-prinsip akuntansi surplus/defisit -LO berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71

Tahun 2010) adalah sbb:


1. Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional

Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan (LO) dan
beban selama satu periode pelaporan.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

78

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara pendapatan dan
beban selama satu periode pelaporan.

Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.

2. Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional

Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri
dalam kegiatan non operasional.

Termasuk dalam pendapatan/beban dari kegiatan non operasional antara lain


surplus/defisit penjualan aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban
jangka panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya.

Catatan:

Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan surplus/defisit


dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa.

Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara surplus/defisit


kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian luar biasa. Saldo
Surplus/Defisit-LO pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan
Ekuitas.

Prinsip Akuntansi Pos Luar Biasa LO

Prinsip-prinsip akuntansi pos luar biasa-LO berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun
2010) adalah sbb:

Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional
dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.

Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
(a) kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran; (b)
tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan
(c) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.

Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.

Prinsip Akuntansi Aset

Prinsip-prinsip akuntansi aset dalam bab ini hanya bersifat umum yang bersumber pada
Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01 (prinsip akuntansi aset secara spesifik dapat dilihat
pada Lampiran I PP 71/2010: PSAP 05, 06, 07, 08 dan buletin teknis terkait) sbb:.

Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

79

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan non lancar, sbb:.


Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
a) diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau
b) berupa kas dan setara kas.
Semua aset selain yang termasuk dalam (a) dan (b), diklasifikasikan sebagai aset
nonlancar.

Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga)
sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pospos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan
ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal pelaporan.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, obat-obatan; barang
tak habis

pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai

seperti komponen bekas.


Aset Nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud,
yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau
yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi
jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya (termasuk aset tak
berwujud).
Contoh bagan akun aset dapat dilihat pada subbab bagan akun.

Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset
diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.

Pengukuran aset adalah sebagai berikut:


a

Kas dicatat sebesar nilai nominal;

Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan;

Piutang dicatat sebesar nilai nominal;

Persediaan dicatat sebesar (1) Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan


pembelian;(2) Biaya Standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; (3)
Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

80

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya


tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas
investasi tersebut;

Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi
dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan
karakteristik aset tersebut. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan
cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan
biaya

tidak

langsung

termasuk

biaya

perencanaan

dan

pengawasan,

perlengkapan, tenaga istrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang
terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
g

Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca.

Prinsip Akuntansi Kewajiban


Prinsip-prinsip akuntansi kewajiban dalam bab ini hanya bersifat umum yang
bersumber pada Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01 (prinsip akuntansi kewajiban
secara spesifik dapat dilihat pada Lampiran I PP 71/2010: PSAP 09 dan buletin teknis
terkait) sbb:.

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah.

Kewajiban diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan


dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua
kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset
lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau
utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar
dalam tahun pelaporan berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka
pendek dari fihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar
utang jangka panjang.
Contoh bagan akun kewajiban dapat dilihat pada subbab bagan akun.

Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya,


meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika:

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

81

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

a)

jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;

b)

entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas


dasar jangka panjang; dan

c)

maksud tersebut didukung


kembali

(refinancing),

atau

dengan adanya suatu perjanjian pendanaan


adanya

penjadualan

kembali

terhadap

pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.

Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya mungkin
diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan (roll over) berdasarkan
kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan segera menyerap dana
entitas. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari
pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas
(seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan
kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini
diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian
pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa
substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang. Beberapa
perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu (covenant) yang menyebabkan
kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand)
jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar.
Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang hanya jika: a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta
pelunasan sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan b) tidak mungkin terjadi
pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) 6 bulan setelah tanggal
pelaporan.

Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan
perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat
kewajiban timbul.

Kewajiban diukur/dicatat sebesar nilai nominal.

Kewajiban dalam

mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang

rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca.

10

Prinsip Akuntansi Ekuitas

Prinsip akuntansi ekuitas berdasarkan SAP Akrual, Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01,
adalah sbb :

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

82

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.

Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan
Ekuitas.

AKUNTANSI SKPD

Sistem Akuntansi SKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unit pemerintahan di lingkungan


pemda selaku pengguna anggaran, yang dapat berbentuk dinas, badan, dan kantor
ataupun satuan. Sebagai pengguna anggaran, SKPD harus menyelenggarakan sistem
akuntansi guna menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penggunaan anggaran yang dikelolanya.
Di dalam sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD
disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas
Umum Daerah. Istilah Kas Umum Daerah sering juga disebut Kas Daerah atau sering
disingkat Kasda. Pengelola Kasda adalah PPKD yang secara otomatis adalah BUD.
Dengan demikian, walaupun SKPD telah memiliki dokumen pelaksanaan anggaran (DPA),
aliran kas masuk ke pengguna anggaran yang berasal dari pendapatan daerah harus
disetorkan ke Kas Daerah. Demikian juga untuk setiap pembayaran belanja SKPD, uang
yang digunakan adalah uang yang berasal dari Kas Daerah yang dibayarkan baik dengan
cara pembayaran langsung (LS) oleh BUD ke pihak penerima pembayaran ataupun
melalui bendahara pengeluaran SKPD dengan mekanisme uang persediaan/tambah uang
persediaan (UP/GU/TU).
Mekanisme di atas akan menimbulkan hubungan antara SKPD dengan PPKD (selaku
BUD). Untuk tujuan akuntansi, hubungan antara berbagai SKPD dan PPKD selaku BUD
dapat dipandang dari dua aspek berikut :
1

Aspek hubungan keuangan; hubungan antara SKPD dan PPKD dapat dipandang
sebagai hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang. PPKD diperlakukan
sebagai kantor pusat, sementara itu SKPD-SKPD diperlakukan sebagai kantor
cabang.

Aspek pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; hubungan antara SKPD dan


PPKD sebagai entitas yang mandiri, sehingga SKPD dan PPKD masing-masing
mempunyai tanggung jawab untuk menyusun laporan keuangannya masing-masing.

Hubungan kantor pusat dan cabang yang diaplikasikan pada akuntansi di SKPD dan
PPKD ini dapat dilihat dengan digunakannya akun Rekening Koran PPKD (RK-PPKD)
pada setiap SKPD. Sementara itu, PPKD menggunakan akun Rekening Koran SKPD (RKSKPD). Dengan demikian, akun RK-SKPD dan akun RK-PPKD merupakan akun
resiprokal yang mencerminkan hubungan timbal-balik keuangan antara PPKD (selaku
BUD) dan SKPD (selaku pengguna anggaran). Akuntansi SKPD dan PPKD di dalam
bahan ajar ini menggunakan pendekatan akuntansi kantor pusat dan kator cabang (Home

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

83

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Office-Branch Accounting) sebagaimana mengacu kepada referensi yang diterbitkan oleh


Ditjen BAKD- Kementerian Dalam Negeri. yaitu berdasarkan Surat Edaran Nomor
900/316/BAKD
Penatausahaan

tanggal 5 April 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur


dan

Akuntansi

Keuangan

Daerah,

dan

Surat

Edaran

Nomor

900/743/BAKD tanggal 4 September 2007 tentang Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah


Daerah.
Selanjutnya, penulis mengusulkan metode pencatatan transaksi triple entry record
system, yaitu suatu sistem pembukuan yang menggabungkan antara double entry dan
single entry dengan mekanisme sbb:
a

Untuk mencatat transaksi yang melibatkan pos-pos neraca dan LO (basis akrual), yaitu
aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO, dan beban, menggunakan double entry
dalam suatu buku jurnal sebagaimana biasanya; dan

Untuk mencatat transaksi pos-pos LRA (basis kas) yaitu pendapatan-LRA, belanja dan
pembiayaan menggunakan single entry (semacam pembukuan bendahara untuk
mencatat pendapatan LRA dan belanja LRA secara terpisah).

Dengan demikian, laporan keuangan berupa Neraca dan LO dihasilkan dari proses
akuntansi sebagaimana biasanya yang dimulai dari penjurnalan (pembukuan double
entry). Sedangkan LRA dihasilkan dari pembukuan single entry yang mirip dengan Buku
Kas Umum yang diselenggarakan oleh

bendahara penerimaan dan bendahara

pengeluaran.
2

Struktur Anggaran SKPD

Transaksi anggaran apa saja yang akan terjadi di SKPD, hal itu sudah tergambar di dalam
anggaran (DPA) SKPD yang bersangkutan. Dengan adanya pembagian kewenangan
yang jelas dalam hal penganggaran dan pelaksanaannya antara PPKD dan Kepala SKPD,
maka tidak akan terjadi tumpang tindih (overlap) penganggaran antara PPKD dan SKPD.
Penganggaran pendapatan dan belanja yang tidak dianggarkan di dalam DPA PPKD,
akan dianggarkan di dalam DPA SKPD. Sementara itu, penganggaran pembiayaan
seluruhnya merupakan kewenangan PPKD sehingga anggaran pembiayaan tidak akan
muncul di dalam DPA SKPD.
Dengan demikian struktur anggaran SKPD sebagaimana tertuang di dalam DPA SKPD
terdiri dari:
a

Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD);

Anggaran Belanja Tidak Langsung, hanya Belanja Pegawai; dan

Anggaran Belanja Langsung

Perlu diingat bahwa tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk memungut PAD.
Kewenangan untuk memungut PAD berupa pajak daerah berada pada SKPKD sedangkan
SKPD tertentu memiliki kewenangan untuk memungut retribusi.
3

Proses Akuntansi SKPD Ilustrasi


Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif tentang penerapan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

84

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

akuntansi pemda berbasis akrual untuk SKPD, berikut ini akan langsung diberikan ilustrasi
soal dan jawabannya secara komprehensif mulai dari jurnal, buku besar, neraca saldo
sampai disusunnya laporan keuangan SKPD. Adapun untuk menyederhanakan ilustrasi,
transaksi akan dibuat secara ringkas per jenis transaksi, bukan per tanggal transaksi
karena penekanannya di sini adalah pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk
setiap jenis transaksi yang biasa terjadi pada SKPD, hingga akhirnya dihasilkan laporan
keuangan SKPD.
Ilustrasi Akuntansi SKPD-berbasis akrual
Pemkab Adil Makmur mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual berdasarkan
PP No. 71 Tahun 2010, yang mulai diterapkan sejak T.A. 2011. Berikut ini adalah data-data
akuntansi pada Dinas Perhubungan Kabupaten Adil Makmur.
Pemkab Adil Makmur
Dinas Perhubungan
Neraca
Per 1 Januari 2011
(dalam ribuah rupiah)
ASET

Rp

KEWAJIBAN

Aset Lancar
Kas di Bendahara Pengeluaran*)
Persediaan
Total Aset Lancar

Kewajiban Jangka Pendek


1.500

EKUITAS
250.000

Gedung/Bangunan

240.000

TOTAL ASET

1.500

2.000

Tanah

Total Aset Tetap

Utang PPh dan PPn

500

Aset Tetap

Peralatan dan Mesin

Rp

Ekuitas**

639.500

149.000
639.000
641.000

TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS

641.000

*) Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPn yang belum disetor ke Kas Negara sd akhir
tahun 2010.
**)Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana
Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan Ekuitas yg bersifat full accrual.

Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Perhubungan untuk T.A. 2011
adalah sbb. :
Uraian

Jumlah

Retribusi

Rp 24.000.000

Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Total Belanja Langsung
Total Belanja

Rp 1.500.000.000
Rp 65.000.000
150.000.000
120.000.000
Rp 335.000.000
Rp 1.835.000.000

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

85

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2011 di
Dinas Perhubungan diringkaskan sbb:
a

Bendahara pengeluaran menyetorkan potongan PPh/PPN sebesar Rp1.500.000 ke


rekening Kas Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa SSP (Surat Setoran Pajak
Pusat).

Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD sebesar


Rp50.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP.

Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar Rp1.487.500.000
berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan Tunjangan.

Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan peralatan dan mesin
sebesar Rp110.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Belanja Barang
dan Jasa.

Total realisasi belanja barang dan jasa untuk konsumsi yang dibayar secara LS sebesar
Rp55.000.000 berdasarkan SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa.

f Surat Ketetapan Retribusi (SKR) yang diterbitkan selama T.A 2011 sebesar Rp27.000.000.
Dari jumlah tersebut, pendapatan retribusi yang diterima bendahara penerimaan
sebesar Rp25.500.000. Pendapatan tsb telah disetor seluruhnya ke rekening Kas
Daerah, berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat Tanda Setoran).
g

Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan meliputi pengesahan belanja yang
dibayar dengan UP dan sekaligus pengisian kembali UP yang terpakai dengan rincian
sbb:
Belanja Langsung
Belanja Pegawai (honor-honor)
Belanja Barang dan Jasa
Total

Jumlah
Rp 53.750.000
Rp 62.500.000
Rp116.250.000

Catatan:
a

Pengakuan/pencatatan belanja yang dibayar dari UP selama tahun berjalan dapat


dilakukan dengan dua alternatif berikut:
1

Pada saat diterimanya SP2D GU; atau

Pada

saat

SPJ

UP

telah

disahkan

oleh

PA

dan/atau

SPJ

Administratif/Fungsional Bendahara Pengeluaran yang telah disahkan oleh


PA/KPA.
Di dalam ilustrasi ini digunakan pendekantan (1) di mana pengakuan belanja yang
dibayar dari UP diakui pada saat diterimanya SP2D GU. Hal ini dengan
pertimbangan bahwa pengesahan SPJ UP secara final adalah jika telah
diterbitkannya SP2D GU oleh BUD.
b. Pengakuan belanja akrual yang masih harus dibayar dapat dilakukan pada akhir tahun
melalui jurnal penyesuaian.
h

Belanja UP yang terakhir telah disahkan dengan diterimanya SP2D GU Nihil (bukti
transaksi pengesahan belanja UP tanpa pengisian UP yang terpakai) untuk belanja sbb:

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

86

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Belanja Langsung
Belanja Pegawai (honor-honor)
Belanja Barang dan Jasa
Total

Jumlah
Rp 11.000.000
Rp 27.500.000
Rp 38.500.000

Catatan: Bagi Pemda yang tidak menggunakan bukti berupa SP2D GU Nihil ataupun SP2D
TU Nihil, akan menggunakan bukti pengesahan SPJ penggunaan UP/GU/TU berupa SPJ
UP/GU/TU dan/atau SPJ Administratif/Fungisonal Bendahara Pengeluaran.

i Sisa UP telah disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas Daerah sebesar Rp
11.500.000. Berdasarkan bukti transaksi berupa STS.
j PPh/PPN yang dipotong/dipungut oleh bendahara pengeluaran selama tahun berjalan
telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Negara sebesar Rp 19.750.000. Berdasarkan
bukti transaksi berupa SSP.
Data akuntansi untuk penyesuaian akhir tahun 2011:
k

Diketahui dari jumlah belanja barang dan jasa selama T.A. 2011, belanja persediaan
selama tahun berjalan sebesar Rp7.700.000. Adapun nilai persediaan yang masih
tersisa pada akhir tahun diestimasi sebesar Rp1.000.000.

Berdasarkan kebijakan akuntansi Pemkab Adil Makmur, penyusutan aset tetap mulai
diterapkan terhitung T.A. 2011. Semua aset tetap yang dapat disusutkan dihitung
penyusutannya dengan metode garis lurus dengan asumsi nilai residu nol (nihil).
Gedung dan Bangunan disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 2,5% per tahun,
sedangkan peralatan dan mesin disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 10% per
tahunnya. Semua aset tetap (kecuali tanah dan KDP) yang diperoleh pada tahun
berjalan dianggap telah dapat disusutkan untuk setahun penuh.

m Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan jasa untuk bulan
Desember 2011 sebesar Rp15.325.000 belum terbayarkan.
Jawaban ilustrasi soal di atas akan diberikan dengan sistematika berikut:
Bagian I: (dapat dikatakan sebagai Entitas Akuntansi Keuangan)
Pencatatan secara double entry, mulai dari jurnal, buku besar, neraca saldo hingga
dihasilkan laporan keuangan berupa Laporan Operasional (LO) dan Neraca SKPD.
Bagaian II: (dapat dikatakan sebagai Entitas Akuntansi Anggaran)
Pencatatan secara single entry, untuk mencatat pendapatan LRA dan Belanja hingga
dihasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) SKPD.

BAGIAN I:
ILUSTRASI PENCATATAN DOUBLE ENTRY (ENTITAS AKUNTANSI KEUANGAN)
JURNAL UMUM
(Pencatatan Double Entry)
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

87

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Tanggal
(No.
Transaksi)
A
B

C
D
E
F

Rekening / uraian

Ref.

Debit

Utang PPh/PPN
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran
RK-PPKD
(Jurnal untuk mencatat SP2D-UP
maupun SP2D-TU adalah sama
seperti jurnal pada huruf (b) di atas)
Beban Gaji dan Tunjangan
RK-PPKD
Peralatan dan Mesin
RK-PPKD

Kredit

1.500.000
1.500.000
50.000.000
50.000.000

1.487.500.000
1.487.500.000
110.000.000
110.000.000

Beban Barang dan Jasa-Konsumsi


RK-PPKD

55.000.000

Piutang Retribusi
Pendapatan Retribusi
Penjelasan:
Cara untuk mengakui pendapatan
dapat dilakukan dengan dua cara:
1 Pada
saat
diterbitkan
SKP/SKR; atau
2 Pada
saat
diterima
pendapatan,
sedangkan
pengakuan pendapatan yang
masih harus diterima diakui
pada akhir tahun melalui
jurnal penyesuaian, dengan
mendebit akun Piutang dan
mengkredit
akun
Pendapatan... yang terkait.
Di dalam ilustrasi ini digunakan
pendekatan (1)

27.000.000

Kas di Bendahara Penerimaan


Piutang Retribusi

25.500.000

RK-PPKD
Kas di Bendahara Penerimaan
(Penyetoran pendapatan ke Kasda)

25.500.000

Beban Pegawai-Honor
Beban Barang dan Jasa
RK-PPKD

53.750.000
62.500.000

Beban Pegawai-Honor
Beban Barang dan Jasa
Kas di Bendahara Pengeluaran
(Jurnal untuk mencatat SPJ/SP2DGU Nihil. Jurnal untuk mencatat
SPJ/SP2D TU Nihil pun sama
seperti jurnal huruf (h) di atas)

11.000.000
27.500.000

55.000.000
27.000.000

25.500.000
25.500.000

116.250.000

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

38.500.000

88

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Tanggal
(No.
Transaksi)
i

Rekening / uraian

Ref.

Debit

RK-PPKD
Kas di Bendahara Pengeluaran
(Pengembalian sisa UP akhir tahun.
Jurnal
untuk
mencatat
pengembalian sisa TU pun sama
seperti jurnal huruf (i) di atas)

11.500.000

Kas di Bendahara Pengeluaran


Utang PPh/PPN
(Jurnal pemotongah PPh/PPN)
Utang PPh/PPN
Kas di Bendahara Pengeluaran
(Jurnal penyetoran PPh/PPN)

19.750.000

Kredit

11.500.000

19.750.000
19.750.000
19.750.000

JURNAL PENYESUAIAN AKHIR


TAHUN:
Persediaan
Beban Barang dan Jasa
(Saldo
persediaan
mengalami
kenaikan
sebesar
Rp500.000,
sehingga beban persediaan yang
sudah dicatat dalam akun Beban
Barang dan Jasa harus dikurangi
sebesar jumlah tsb.)

500.000
500.000

Beban Penyusutan Aset Tetap


Akumulasi Penyusutan Aset
Tetap
(untuk menyederhanakan ilustrasi
akun beban dan akum penyusutan
dicatat masing2 dengan satu akun).
Penyusutan gedung:
240 jt x 2,5%
Penyusutan peralatan dan mesin:
(149 jt + 110 jt) x 10%

31.900.000

Beban Barang dan Jasa


Utang Beban Barang dan Jasa
(untuk mencatat utang belanja
langganan daya dan jasa)

15.325.000

31.900.000

15.325.000

b) Buku Besar (asumsi digunakan buku besar bentuk 4 kolom)


BUKU BESAR
Tahun Anggaran 2011
Nama Rek.

: Kas di Bendahara Penerimaan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

89

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

No. Rek.

Tgl
F

Uraian

Ref

Penerimaan Retribusi
Penyetoran Retribusi ke

Debit

Kredit

Saldo
Debit
Kredit
25.500.000
25.500.000
25.500.000
-

Debit

Kredit

Kasda
Nama Rek.

: Kas di Bendahara Pengeluaran

No. Rek.

Tgl

Uraian

Ref

Jan 1
A
B

Saldo awal
Penyetoran PPh/PPN
Penerimaan UP

SPJ Pembayaran Honor

38.500.00

dan Belanja Barang dan

Saldo
Debit
Kredit
1.500.000
50.000.00

1.500.000
50.000.00
0

Jasa
Penyetoran sisa UP ke

Kasda
Pemotongan dan

11.500.000

19.750.00

19.750.00

penyetoran PPH/PPN

Nama Rek.
No. Rek.

: Piutang Retribusi
:

Tgl
F

0
11.500.000

Uraian
Penerbitan SKR

Ref

Debit

Kredit

Saldo
Debit
Kredit
27.000.00

27.000.00
0

Penerimaan retribusi

0
1.500.000

25.500.00
0

Nama Rek.

: Persediaan

No. Rek.

Tgl
Jan 1
K

Uraian

Ref

Saldo awal
Kenaikan persediaan akhir

Debit

Kredit

Saldo
Debit
Kredit
500.000
1.000.00

500.000

0
Nama Rek.

: Tanah

No. Rek.

Tgl
Jan 1

Uraian

Ref

Debit

Kredit

Saldo awal

Saldo
Debit
Kredit
250.000.00
0

Nama Rek.

: Gedung

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

90

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

No. Rek.

Tgl
Jan 1

Uraian

Ref

Debit

Kredit

Saldo
Debit
Kredit
240.000.00

Saldo awal

Nama Rek.

: Peralatan dan Mesin

No. Rek.

Tgl
Jan 1

Uraian

Ref

Debit

Kredit

Saldo
Debit
Kredit
149.000.00

Saldo awal
Pengadaan peralatan dan

0
259.000.00

110.000.000

mesin

Nama Rek.
No. Rek.

: Akumulasi Penyusutan Aset Tetap


:

Tgl

Uraian

Ref

Debit

Kredit

Saldo
Debit

Jan 1
l

Saldo awal
Penyusutan tahun 2011

Nama Rek.

: Utang PPh dan PPn

No. Rek.

Tgl

Uraian

Ref

31.900.00

31.900.00

Debit

Kredit

Saldo
Debit
Kredit
1.500.00

Jan 1

Saldo awal

a
j

Penyetoran PPh/PPN
Pemotongan dan

1.500.000
19.750.00

19.750.00

penyetoran PPh/PPN

Nama Rek.

: Utang Beban Barang dan Jasa

No. Rek.

Tgl

Uraian

Ref

Debit

0
-

Kredit
15.325.00

Saldo
Kredit
15.325.00

Debit
m

Utang/tagihan langganan
daya dan jasa

Nama Rek.

: Ekuitas

No. Rek.

Tgl

Uraian

Kredit

Ref

Debit

Kredit

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Saldo
91

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Debit
Jan 1

Saldo awal

Kredit
639.500.00
0

Nama Rek.

: RK-PPKD

No. Rek.

Tgl

Uraian

Ref

Debit

Kredit
50.000.000
1.487.500.000

Saldo
Kredit
50.000.000
1.537.500.000

110.000.000
55.000.000

1.647.500.000
1.702.500.000

Debit
b
c

Penerimaan UP
Belanja gaji dan

d
e

tunjangan
belanja modal
belanja barang dan

jasa (LS)
Penyetoran retribusi

ke Kasda
SPJ GU Belanja

25.500.000

1.677.000.000
116.250.000

1.793.250.000

Honor dan Barang


dan Jasa
Penyetoran sisa UP

11.500.000

Nama Rek.

: Pendapatan Retribusi-LO

No. Rek.

Tgl

Uraian

Ref

1.781.750.000

Debit

Kredit
Debit

Penerbitan SKR

27.000.00

Saldo
Kredit
27.000.000

Nama Rek.

: Beban Pegawai-Gaji dan Tunjangan

No. Rek.

Tgl
c

Uraian

Ref

Debit

Kredit

Pembayaran gaji dan

1.487.500.00

Saldo
Debit
1.487.500.00

tunjangan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Kredit

92

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Nama Rek.

: Beban Pegawai-Honor

No. Rek.

Tgl

Uraian

Ref

Debit

Kredit

SPJ GU

53.750.00

Saldo
Debit
Kredit
53.750.00

SPJ GU Nihil

0
11.000.000

0
64.750.00
0

Nama Rek.

: Beban Barang dan Jasa

No. Rek.

Tgl
e

Belanja barang dan jasa

55.000.00

Saldo
Debit
Kredit
55.000.000

LS
SPJ GU

0
62.500.00

117.500.000

SPJ GU Nihil

0
27.500.00

145.000.00

Uraian

Ref

Debit

Kredit

0
500.000

0
144.500.00

Kenaikan persediaan akhir

Utang/tagihan belum

15.325.00

0
159.825.00

dibayar sd akhir tahun

Nama Rek.

: Beban Penyusutan Aset Tetap

No. Rek.

Tgl
L

Uraian

Ref

Penyusutan tahun 2011

Debit

Kredit

31.900.00

Saldo
Debit
Kredit
31.900.00

c) Neraca Saldo
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
Dinas Perhubungan
Neraca Saldo*-Entitas Akuntansi Keuangan
Per 31 Desember 2011
No. Rek.
1.xxx
1.xxx
1.xxx
1.xxx
1.xxx

Nama Rekening
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang Retribusi
Persediaan
Tanah

Debit

Kredit

1.500.000
1.000.000
250.000.000

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

93

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

No. Rek.
1.xxx
1.xxx
1.xxx
2.xxx
3.xxx
3.xxx
3.xxx

Nama Rekening
Gedung
Peralatan dan Mesin
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Utang PPh dan PPN
Utang Beban Barang dan Jasa
Ekuitas
RK-PPKD

8.xxx
9.xxx

Pendapatan Retribusi-LO
Beban Pegawai - Gaji dan Tunjangan

9.xxx
9.xxx
9.xxx

Beban Pegawai-Beban Honor


Beban Barang dan Jasa
Beban Penyusutan
JUMLAH

Debit
240.000.000
259.000.000

Kredit

31.900.000
15.325.000
639.500.000
1.781.750.00
0
27.000.000
1.487.500.00
0
64.750.000
159.825.000
31.900.000
2.495.475.00
0

2.495.475.00
0

*Neraca Saldo ini setelah memasukkan ayat jurnal penyesuaian


Ket: Jumlah kolom debit dan kredit pada Neraca Saldo di atas harus seimbang
(balance), apabila tidak, berarti ada kesalahan yang mungkin terjadi pada saat
mencatat jumlah pada jurnal, buku besar, atau pada saat memindahkan saldo
rekening buku besar ke neraca saldo, atau mungkin salah menempatkan posisi saldo,
misalnya yang seharusnya di debit tetapi ditempatkan di kredit, atau sebaliknya.

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


Dinas Perhubungan
Laporan Operasional
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2011
(dalam ribuan rupiah)
Uraian
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Retribusi
BEBAN
Beban Pegawai (Gaji dan Tunjangan + Honor2)
Beban Barang dan Jasa
Beban Penyusutan
Jumlah Beban
SURPLUS (DEFISIT) KEGIATAN OPERASIONAL

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Jumlah
27.000

1.552.250
159.825
31.900
1.743.975
(1.716.975)

94

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


Dinas Perhubungan
Neraca
Per 31 Desember 2011
(dalam ribuah rupiah)
ASET
Aset Lancar
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang Retribusi
Persediaan
Total Aset Lancar
Aset Tetap
Tanah
Gedung/Bangunan
Peralatan dan Mesin
Akum. Penyusutan
Total Aset Tetap

Rp

KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Beban Barang dan Jasa
1.500
1.000 EKUITAS
Ekuitas Awal Tahun
2.500
Ekuitas untuk Konsolidasi:
Surplus (Defisit)-LO
RK-PPKD
250.000
Selisih Surplus (Defisit)-LO dan
240.000
RK-PPKD
259.000
Ekuitas
Akhir Tahun*)
(31.900)
717.100

Rp
15.325

639.500
(1.716.975
)
1.781.750
64.775
704.275

TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS


TOTAL ASET
719.600
719.600
*) Ekuitas Akhir Tahun = Ekuitas Awal Tahun + Selisih antara Surplus (Defisit)-LO dan RKPPKD.
Ekuitas Akhir Tahun (dalam ribuan rupiah)= Rp 639.500 + Rp 64.775 = Rp 704.275.

BAGIAN II: Ilustrasi Pembukuan Single Entry (Entitas Akuntansi Anggaran)


Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
Dinas Perhubungan
Buku Pendapatan-LRA (Basis Kas)
T.A. 2011
Tgl
f

Uraian/Akun
Pendapatan Retribusi,

Bukti
STS No...

No Akun
4.xxx

Debit

Kredit
25.500.00

telah disetor ke Kasda

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


Dinas Perhubungan
Buku Belanja-LRA (Basis Kas)
T.A. 2011
Tgl

Uraian/Akun

Bukti

No Akun

Debit

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Kredit

95

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Belanja Pegawai-Gaji

SP2D-LS

5.xxx

1.487.500.000

dan Tunjangan
Belanja Modal-Peralatan

No...
SP2D-LS

5.xxx

110.000.000

dan Mesin
Belanja Barang dan

No...
SP2D-LS

5.xxx

55.000.000

Jasa-Konsumsi
Belanja Pegawai-Honor2

No...
SP2D

5.xxx

53.750.000

Belanja Barang dan Jasa

GU No...
SP2D

5.xxx

62.500.000

Belanja Pegawai-Honor2

GU No...
SP2D

5.xxx

11.000.000

5.xxx

27.500.000

GU Nihil
h

Belanja Barang dan Jasa

No...
SP2D
GU Nihil
No...

BUKU BESAR ENTITAS AKUNTASI ANGGARAN


Nama Rek.

: Pendapatan Retribusi-LRA

No. Rek.

Tgl

Uraian

Ref

Debit

Penyetoran retribusi ke

25.500.00

Kasda dengan STS No...

Nama Rek.

: Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan

No. Rek.

Tgl
c

Kredit

Uraian

Ref

Pembayaran gaji dan

1.487.500.00

tunjangan-SP2D LS

: Belanja Pegawai-Honor

No. Rek.

Tgl

Uraian

Ref

Debit

Kredit

Saldo
Kredit
25.500.000

Saldo
Debit
1.487.500.00

Nama Rek.

Debit

Debit

Kredit

Kredit

SPJ/SP2D- GU

53.750.00

Saldo
Debit
Kredit
53.750.00

SPJ/SP2D- GU Nihil

0
11.000.000

0
64.750.00
0

Nama Rek.

: Belanja Barang dan Jasa

No. Rek.

Tgl

Uraian

Ref

Debit

Kredit

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Saldo
96

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Belanja barang dan jasa

55.000.00

Debit
55.000.000

LS
SPJ/SP2D- GU

0
62.500.00

117.500.000

SPJ/SP2D- GU Nihil

0
27.500.00

145.000.00

Nama Rek.

: Belanja Modal

No. Rek.

Tgl
d

Uraian
Belanja Modal-Peralatan

Ref

Debit

Kredit

110.000.000

Kredit

Saldo
Debit
Kredit
110.000.000

dan Mesin, SP2D LS

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

97

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


Dinas Perhubungan
Neraca Saldo-Entitas Akuntansi Anggaran
Per 31 Desember 2011
No.
Rek
4.xxx
5.xxx
5.xxx
5.xxx
5.xxx

Nama Akun/Rek

Debit

Kredit

Pendapatan Retribusi-LRA
Belanja Pegawai - Gaji dan Tunjangan

1.487.500.00

25.500.000

Belanja Pegawai-Beban Honor


Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Jumlah Belanja (Debit) dan Pendapatan

0
64.750.000
145.000.000
110.000.000
1.807.250.00

(Kredit)

25.500.000

0
Defisit LRA

1.781.750.00
1.807.250.00

0
1.807.250.00

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


Dinas Perhubungan
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2011
(dalam ribuah rupiah)
1

LRA Format Permendagri 13/2006)

Uraian
(1)

Anggaran
(Rp)
(2)

Realisasi
(Rp)
(3)

Selisih
(Rp)
(4)=(3)
(2)

Capaian
(5)=(3)/
(2)

PENDAPATAN
Pendapatan Retribusi

24.000

25.500

1.500

106%

1.500.000

1.487.500

(12.500
)

99,16%

Belanja Langsung:
Belanja Pegawai-Honor2
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal

65.000
150.000
120.000

64.750
145.000
110.000

99,61%
96,67%
91,67%

Total Belanja Langsung

335.000

319.750

1.835.000

1.807.250

(1.811.000)

(1.781.750)

(250)
(5.000)
(10.000
)
(15.250
)
(27.750
)
(29.250
)

BELANJA
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan

Total Belanja
Surplus (Defisit)

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

95,44%
98,49%

98

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


Dinas Perhubungan
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2011
(dalam ribuah rupiah)
2
Uraian

LRA Format SAP


Anggaran

(1)

(Rp)
(2)

Realisasi

Selisih

(Rp)
(3)

(Rp)
(4)=(3)

Capaian
(5)=(3)/

(2)

(2)

PENDAPATAN
Pendapatan Retribusi

24.000

25.500

1.500

106%

1.565.000

1.552.250

(12.750

99,19%

150.000

145.000

96,67%

BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai (Gaji, Tunjangan
dan Honor2)
Belanja Barang dan Jasa

(5.000)
Belanja Modal
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Total Belanja
Surplus (Defisit)

120.000

110.000

(10.000

91,67%

1.835.000

1.807.250

)
(27.750

98,49%

(1.811.000)

(1.781.750)

)
(29.250
)

TUGAS:
Untuk meningkatkan pemahaman atas akuntansi SKPD, Silahkan Anda mengerkan
soal berikut ini !

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

99

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bahari menerima DPA T.A. 2010 dengan
ringkasan anggaran sbb.:
Pendapatan Retribusi

Rp

450.000.000

Rp
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan
1.020.000.000
Rp
Belanja Pegawai-Belanja Honor
100.000.000
Rp
Belanja Barang dan Jasa
280.000.000
Rp
Belanja Modal
200.000.000
Rp
Total Anggaran Belanja
1.600.000.000
Adapun Neraca awal Dinas Pariwisata per 1 Januari 2010 adalah sbb:
Dinas Pariwisata - Pemkab Bahari
NERACA
Per 1 Januari 2010
Uraian
ASET
Aset Lancar
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang
Persediaan
Total Aset Lancar

Jumlah (Rp)
550.000
550.000

Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Total Aset Tetap

600.000.000
750.000.000
800.000.000
2.150.000.000

TOTAL ASET

2.150.550.000

Uraian
KEWAJIBAN
Kewajiban jk Pendek

Jumlah (Rp)
-

EKUITAS
Ekuitas

2.150.550.000

TOTAL KEWAJIBAN DAN

2.150.550.000

EKUITAS DANA

Transaksi realisasi anggaran selama T.A. 2010 adalah sbb:


A Ringkasan transaksi selama 9 (sembilan) bulan T.A. 2010 adalah sbb.:
Penerimaan Uang Persediaan (UP) pada awal Januari 2010 dengan bukti SP2D-UP
sebesar Rp. 10.000.000.
Ringkasan data mengenai belanja yang dibayar secara langsung (LS) dengan bukti
SP2D-LS dan belanja UP yang telah disahkan pertanggungjawabannya dengan bukti
SP2D-GU selama Januari s.d September 2010 adalah sebagai berikut:

Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan


Belanja Pegawai-Belanja Honor
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal-Gedung

Rp
Rp
Rp
Rp

747.000.000
13.000.000
243.000.000
150.000.000

Belanja gaji dan tunjangan dan belanja modal harus dibayar secara langsung (LS),
sedangkan belanja honor dan belanja barang dan jasa dapat dibayarkan dengan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

100

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

UP/TU.
Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 300.710.000

B Transaksi selama triwulan IV (Oktober-Des) T.A. 2010 adalah sbb.:


Transaksi selama Oktober:
a

Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.000.000

Diterima SP2D-TU (Tambah Uang Persediaan) sebesar Rp 85.000.000. Dana TU


tersebut akan digunakan untuk membayar honor nara sumber kegiatan diklat dan
honor paniti.

Diterima SP2D-LS untuk pembelian 5 unit komputer dengan nilai total sebesar
Rp44.000.000.

Dibayar honor nara sumber sebesar Rp 75.000.000 dan honor panitia sebesar
Rp 10.000.000. Dari pembayaran honor tersebut telah dipotong PPh sebesar
Rp11.750.000.

Potongan PPh sebesar Rp 11.750.000 (butir d) telah disetorkan ke rekening Kas


Negara.

Belanja honor di atas (butir d) telah disahkan pertanggungjawabannya dengan


menerima SP2D-TU Nihil. (Keterangan: SP2D TU Nihil bukan merupakan
pengisian kembali dana TU, tetapi hanya merupakan bukti pengesahan SPJ
pengguna dana TU).

Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 45.500.000

Transaksi selama Nopember:


a

Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.700.000

Dibayar ATK dan penggandaan sebesar Rp 8.800.000 (catat ke Belanja Barang


dan Jasa). Dari pembayaran belanja tsb dipotong PPh sebesar Rp120.000 dan
PPn sebesar Rp 800.000.

Diterima SP2D-GU atas belanja barang dan jasa sebesar Rp8.800.000

Dibayar belanja listrik dan telepon masing-masing sebesar Rp 1.560.000 dan


2.500.000 (catat ke Belanja Barang dan Jasa).

Disetor ke rekening Kas Negara.PPh sebesar Rp120.000 dan PPn sebesar Rp


800.000.

Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 55.650.000

Transaksi selama Desember:


a

Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.700.000

Dibayar biaya pemeliharaan kendaraan sebesar Rp850.000 (catat ke Belanja

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

101

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Barang dan Jasa). (setelah ralat soal)


c

Dibayar belanja listrik dan telepon masing-masing sebesar Rp 1.450.000 dan


2.635.000 (catat ke Belanja Barang dan Jasa).

Diterima SP2D GU-Nihil atas pertanggungawaban penggunaan UP yang terakhir.


Adapun sisa UP yang ada telah disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Daerah.
(Keterangan: SP2D GU Nihil bukan merupakan pengisian kembali UP yang
terpakai, tetapi hanya merupakan bukti pengesahaan SPJ penggunaan UP yang
terakhir di bulan Desember.)

Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 65.850.000

C. Data untuk penyesuaian akhir T.A. 2010:


a

Persediaan yang masih ada pada akhir tahun yaitu ATK dan persediaan obatobatan dengan total sebesar Rp1.200.000. Adapun total pembelian persediaan
selama tahun berjalan sebesar Rp16.500.000

Pendapatan retribusi yang sudah menjadi hak pemda (telah diterbitkan Surat
Ketetapan Retribusi-nya) tetapi belum diterima pembayarannya dari wajib
retribusi sampai akhir tahun 2010 sebesar Rp2.500.000.

Beban penyusutan aset tetap, yang mulai diterapkan tahun ini, telah dihitung
berdasarkan metode garis lurus sebesar Rp53.750.000

DIMINTA:

Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi selama T.A. 2010 di atas

Posting ke buku besar

Susun Neraca Saldo setelah ayat jurnal penyesuaian

Susun LO

Susun Neraca akhir

Buatlah pembukuan single entry untuk mencatat pendapatan-LRA dan belanja

Posting ke buku besar Pendapatan-LRA dan belanja masing-masing

Susun LRA

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

102

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

AKUNTANSI PPKD

Sistem Akuntansi PPKD

Di dalam Pasal 98 Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri
No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dinyatakan sebagai
berikut:
1

Pada SKPKD disusun RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) -SKPD dan RKA-PPKD.

RKA-SKPD memuat program/kegiatan yang dilaksanakan oleh PPKD selaku SKPD;

RKA-PPKD digunakan untuk menampung:


a

pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah;

belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja
bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga; dan
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.

Berdasarkan aturan tersebut di atas, sistem akuntansi yang harus diselenggarakan di


SKPKD terdiri dari:
a

Sistem Akuntansi SKPD (SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD), menghasilkan


laporan keuangan SKPD berupa LRA, LO, Neraca dan CaLK selaku SKPD pada
umumnya.

Sistem Akuntansi PPKD terdiri dari:


1

Sistem Akuntansi PPKD sebagai BUD, menghasilkan laporan keuangan PPKD


berupa LRA, LO, Neraca, dan CaLK selaku PPKD.

Sistem Akuntansi Konsolidator Pemda, menghasilkan laporan keuangan


Pemda (laporan keuangan gabungan) secara lengkap berupa LRA, Laporan
Perubahan SAL, LO, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, LAK, dan CaLK.

Akuntansi untuk SKPKD dalam kapasitasnya sebagai SKPD tidak ada perbedaan dengan
akuntansi pada SKPD lainnya. Oleh karena itu, pembahasan di dalam bab ini adalah
akuntansi untuk PPKD dalam rangka pelaksanaan DPA-PPKD. Di samping itu, sistem
pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke
rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas Umum Daerah
(Kasda). Pengelola Kasda adalah PPKD yang secara otomatis adalah BUD. OLeh karena
itu, di dalam akuntansi PPKD meliputi juga akuntansi transaksi resiprokal antara PPKD
(selaku BUD) dengan SKPD (selaku pengguna anggaran).
Akuntansi transaksi resiprokal (transaksi timbal-balik) antara PPKD dan SKPD tersebut
diselenggarakan dengan metode akuntansi hubungan kantor pusat dan cabang (Home
Office-Branch Accounting). Untuk mencatat transaksi resiprokal tsb, SKPD menggunakan
akun RK-PPKD, sedangkan PPKD akan menggunakan akun RK-SKPD (ditulis sesuai
dengan nama SKPD-nya masing-masing). Selanjutnya, mekanisme akuntansi untuk
PPKD pun tetap menggunakan triple entry record system, sehingga konsisten dengan
pembahasan pada bab sebelumnya.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

103

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Proses Akuntansi PPKD Ilustrasi

Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif tentang penerapan
akuntansi pemda berbasis akrual untuk PPKD, berikut ini akan langsung diberikan ilustrasi
soal dan jawabannya. Adapun untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat
secara ringkas per jenis transaksi, bukan per tanggal transaksi karena penekanannya di
sini adalah pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk setiap jenis transaksi yang
biasa terjadi pada PPKD, hingga akhirnya dihasilkan laporan keuangan PPKD.

Ilustrasi Akuntansi PPKD


Data-data yang tersedia untuk pelaksanaan akuntansi PPKD adalah sbb.:
A. Data Neraca PPKD awal per 1 Januari 2011
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2011
No. Rek
1.1.1.x
1.2.1.x
3.1.1.x

Nama Rek
Kas di Kas Daerah
Penyertaan
Modal
Perusahaan Daerah
Ekuitas
Jumlah

pada

Debit
35.750.654.000
10.000.000.000

45.750.654.000

Kredit

45.750.654.000
45.750.654.000

Keterangan mengenai neraca saldo di atas:

Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar,
Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan
Ekuitas yg bersifat full accrual.

PPKD selaku BUD tidak memilik utang jangka pendek, seperti utang PFK, karena
potongan pajak pusat maupun iuran taspen, askes, dsb, telah disetor seluruhnya ke
para fihak yang terkait.

PPKD tidak memilik utang jangka panjang.

Semua sisa UP di Bendahara Pengeluaran SKPD telah disetor sd. akhir tahun lalu (31
Des 2010).

Semua pendapatan yang diterima bendahara penerimaan SKPD telah disetorkan ke


rek Kasda sd. akhir tahun lalu (31 Des 2010).

Informasi Tambahan:

Saldo SiLPA awal tahun 2011 sebesar Rp35.750.654.000,-

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

104

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

B. Ringkasan DPA PPKD T.A. 2011


Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
Tahun Anggaran 2011
No.
Urut
(1)
1
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
1.3.1

2
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7

3.
3.1.
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Uraian
(2)
PENDAPATAN
Pendapatan Dana Perimbangan
Pendapatan Dana Bagi Hasil
Pendapatan Dana Alokasi Umum
Pendapatan Dana Alokasi Khusus
Jumlah Dana Perimbangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Pendapatan Hibah
Jumlah Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
Surplus /Defisit: [1]-[2]
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto [3.1] [3.2]
SiLPA Tahun Anggaran

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Anggaran
stlh Perubahan
(3)

54.350.000.000
255.000.000.000
45.500.000.000
354.850.000.000

354.850.000.000

3.500.000.000
2.000.000.000
2.500.000.000
8.000.000.000
346.850.000.000

35.750.654.000
25.000.000.000
60.750.654.000
5.000.000.000
2.500.000.000

7.500.000.000
53.250.654.000
400.100.650.000
105

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

No.
Urut

Anggaran
stlh Perubahan

Uraian
Berkenaan*) [Surplus/Defisit +
Pembiayaan Neto]

*)

Perlu diingat bahwa SiLPA pada DPA PPKD belum mencerminkan SiLPA Pemda yang

sebenarnya, karena SiLPA di DPA PPKD bukan SiLPA dari APBD secara keseluruhan.
C. Ringkasan transaksi PPKD selama T.A. 2011 adalah sbb.:
a

Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan T.A. 2011 berdasarkan Nota
Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp dengan rincian sbb.:
No. Rek

Uraian

Jumlah

Pendapatan DBH
Pendapatan DAU
Pendapatan DAK
Jumlah

(Rp)
55.850.000.000
250.000.000.000
45.500.000.000
351.350.000.000

Jumlah total pendapatan SKPD yang telah disetorkan ke rekening Kasda


berdasarkan

STS

dan

Nota

Kredit

Rekening

Koran

Bank

adalah

Rp

35.467.546.000
c

Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah Rp.
390.756.540.000

Jumlah potongan dan penyetoran PFK yang dilakukan oleh BUD atas SP2D LS
yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah sbb:
No.

Uraian

Rek
Potongan PPh dan PPN
Potongan Taspen
Potongan Askes
Jumlah
e

Jumlah

Jumlah

Dipotong/dipungut

Disetor

(Rp)
(Rp)
32.650.386.000 32.540.654.000
18.120.000.000 18.120.000.000
1.560.430.000
1.560.430.000
52.330.816.000 52.221.084.000

Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah
Rp 3.576.000.000

Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh SKPD ke
rekening Kasda adalah Rp 124.760.000

Jumlah total SP2D LS realisasi belanja tidak langsung PPKD terdiri dari:

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

106

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

No.

Uraian

Jumlah

Rek

(Rp)
3.500.000.000
2.000.000.000
5.500.000.000

Belanja Bantuan Sosial


Belanja Bantuan Keuangan
Jumlah
h

Jumlah penerimaan pinjaman jk panjang dari Pemerintah Pusat berdasarkan bukti


transfer dan/atau Nota Kredit Rekening Koran Bank sebesar Rp 25.000.000.000

Jumlah SP2D LS untuk pembentukan dana cadangan sebesar Rp 5.000.000.000

Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di perusahaan daerah


sebesar Rp 2.500.000.000

DAU yang belum diterima sd akhir tahun 2011 sebesar Rp 5.000.000.000

Beban bunga yang terutang atas pinjaman jangka panjang sebesar Rp250.000.000

Jawaban ilustrasi soal di atas akan diberikan dengan sistematika berikut:


Bagian I: (dapat dikatakan sebagai Entitas Akuntansi Keuangan)
Pencatatan secara double entry, mulai dari jurnal hingga dihasilkan laporan keuangan
berupa Laporan Operasional (LO) dan Neraca PPKD.
Bagaian II: (dapat dikatakan sebagai Entitas Akuntansi Anggaran)
Pencatatan secara single entry, untuk mencatat pendapatan LRA dan Belanja hingga
dihasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) PPKD.
BAGIAN I:
ILUSTRASI PENCATATAN DOUBLE ENTRY (ENTITAS AKUNTANSI KEUANGAN)
Jurnal Umum

Tgl
a)

Uraian/Nama Akun
Kas di Kas Daerah

Debit
351.350.000.00
0

Pendapatan DBH LO
Pendapatan DAU LO

55.850.000.000
250.000.000.00
0
45.500.000.000

Pendapatan DAK LO
b)

c)

Kredit

Kas di Kas Daerah


RK-SKPD
(Transaksi resiprokal)

35.467.546.000

RK-SKPD

390.756.540.00
0

35.467.546.000

Kas di Kas Daerah

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

390.756.540.00
0
107

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Tgl

d)

e)

f)

g)

h)

i)

j)

k)

l)

Uraian/Nama Akun
(Transaksi resiprokal)
Kas di Kas Daerah
Utang PPh dan PPN
Utang Iuran Taspen
Utang Iuran Askes

Debit

52.330.816.000
32.650.386.000
18.120.000.000
1.560.430.000

Utang PPh dan PPN


Utang Iuran Taspen
Utang Iuran Askes
Kas di Kas Daerah

32.540.654.000
18.120.000.000
1.560.430.000

RK-SKPD
Kas di Kas Daerah
(Transaksi resiprokal)

3.576.000.000

Kas di Kas Daerah


RK-SKPD
(Transaksi resiprokal)
Beban Bantuan Sosial
Beban Bantuan Keuangan
Kas di Kas Daerah
Kas di Kas Daerah
Utang Kepada Pemerintah
Pusat

52.221.084.000

3.576.000.000

124.760.000
124.760.000

3.500.000.000
2.000.000.000
5.500.000.000
25.000.000.000
25.000.000.000

Dana Cadangan
Kas di Kas Daerah

5.000.000.000

Penyertaan Modal Pada BUMD


Kas di Kas Daerah

2.500.000.000

Ayat jurnal penyesuaian akhir tahun


Piutang DAU
Pendapatan DAU LO
Beban Bunga
Utang Bunga

Kredit

5.000.000.000

2.500.000.000

5.000.000.000
5.000.000.000
250.000.000
250.000.000

Setelah seluruh jurnal di atas diposting ke buku besar, diperoleh neraca saldo akhir tahun
(setelah ayat jurnal penyesuaian) sbb.:

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

108

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


PPKD
Neraca Saldo-Entitas Akuntansi Keuangan
Per 31 Desember 2011
No. Rek

Nama Akun

Debit

Kredit

1.xxx

Kas di Kas Daerah

40.470.152.000

1.xxx

Piutang DAU

1.x.xx

Penyertaan Modal Pemda pada


Perusda

1.xxx

Dana Cadangan

1.xxx

R/K SKPD

2.xxx

Utang PPh dan PPN

2.xxx

Utang kepada Pemerintah Pusat

2.xxx

Utang Bunga

3.xxx

Ekuitas

45.750.654.000

8.xxx

Pendapatan DBH LO

55.850.000.000

8.xxx

Pendapatan DAU LO

255.000.000.00
0

8.xxx

Pendapatan DAK LO

45.500.000.000

9.xxx

Beban Bunga

9.xxx

Beban Bantuan Sosial

3.500.000.000

9.xxx

Beban Bantuan Keuangan

2.000.000.000

5.000.000.000
12.500.000.000
5.000.000.000
358.740.234.00
0
109.732.000
25.000.000.000
250.000.000

250.000.000

Jumlah Total

427.460.386.00 427.460.386.00
0 0

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


PPKD
Laporan Operasional
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2011
Uraian

Jumlah

PENDAPATAN TRANSFER
Pendapatan Dana Bagi Hasil (Pusat)

55.850.000.000

Pendapatan DAU

255.000.000.000

Pendapatan DAK

45.500.000.000

Jumlah Pendapatan

356.350.000.000

BEBAN
Beban Bunga

250.000.000

Beban Bantuan Sosial

3.500.000.000

Beban Bantuan Keuangan

2.000.000.000

Jumlah Beban
SURPLUS (DEFISIT) KEGIATAN OPERASIONAL

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

5.750.000.000
350.600.000.000

109

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

110

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


PPKD
Neraca
Per 31 Desember 2011
(dalam ribuah rupiah)
ASET
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Piutang DAU
Total Aset Lancar

Rp

Investasi Jk Panjang
Penyertaan Modal pada BUMD
Dana Cadangan
RK-SKPD

40.470.152
5.000.000
45.470.152

KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang PPh/PPN
Utang Bunga
Total Kewajiban Jangka Pendek

12.500.000

Kewajiban Jangka Panjang


Utang Pada Pemerintah Pusat

5.000.000
358.740.234

TOTAL ASET

421.710.386

Rp
109.732
250.000
359.732

25.000.000

Total Kewajiban

25.359.732

EKUITAS
Ekuitas Awal Tahun
Surplus (Defisit)-LO
Ekuitas Akhir Tahun
TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS

45.750.654
350.600.000
396.350.654
421.710.386

BAGIAN II:
ILUSTRASI PEMBUKUAN SINGLE ENTRY (ENTITAS AKUNTANSI ANGGARAN)
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
PPKD
Buku Pendapatan-LRA (Basis Kas)
T.A. 2011
Tgl
a

Uraian/Akun
Pendapatan DBH
Pendapatan DAU

Bukti

No Akun
4.xxx

Debit

Kredit
55.850.000.000
250.000.000.00
0
45.500.000.000

Pendapatan DAK

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


PPKD
Buku Belanja-LRA (Basis Kas)
T.A. 2011
Tgl
g)

Uraian/Akun
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

Bukti

No Akun

Debit
3.500.000.000
2.000.000.000

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Kredit

111

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


PPKD
Buku Pembiayaan-LRA (Basis Kas)
T.A. 2011
Tgl

Uraian/Akun

Penerimaan
PembiayaanPenarikan Pinjaman Kepada
Pemerintah Pusat
Pengeluaran
PembiayaanPembentukan
Dana
Cadangan
Pengeluaran PembiayaanPenyertaan Modal pada
BUMD

Bukti

No
Akun

Debit

Kredit
25.000.000.00
0

5.000.000.00
0
2.500.000.00
0

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


PPKD
Neraca Saldo-Entitas Akuntansi Anggaran
Per 31 Desember 2011
No. Rek
4.xxx
4.xxx
4.xxx
5.xxx
5.xxx
7.00
7.1xx

Nama Akun
Pendapatan DBH
Pendapatan DAU
Pendapatan DAK
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
SiLPA Awal Tahun
Penerimaan Pembiayaan-

Debit

Kredit
55.850.000.000
250.000.000.000
45.500.000.000

3.500.000.000
2.000.000.000
35.750.654.000
25.000.000.000

Penarikan Pinjaman Kepada


7.2xx

Pemerintah Pusat
Pengeluaran Pembiayaan-

5.000.000.000

7.2xx

Pembentukan Dana Cadangan


Pengeluaran Pembiayaan-

2.500.000.000

Penyertaan Modal pada BUMD


Jumlah

13.000.000.000

412.100.654.000

SILPA*)

399.100.654.000
412.100.654.000

412.100.654.000

*)

SILPA tersebut merupakan SILPA sebelum memperhitungkan surplus (defisit) dari

seluruh SKPD.

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


PPKD
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2011
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

112

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

(dalam ribuah rupiah)


LRA Format Permendagri 13/2006)
Uraian
(1)
PENDAPATAN DANA
PERIMBANGAN
Pendapatan DBH
Pendapatan DAU
Pendapatan DAK
Total Pendapatan Dana
Perimbangan
BELANJA
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Total Belanja
Surplus (Defisit)
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA awal tahun
Penerimaan Pembiayaan-Penarikan
Pinjaman Kepada Pemerintah
Pusat
Jumlah Penerimaan Pembiayaan

Anggaran
(Rp)
(2)

Realisasi
(Rp)
(3)

Selisih
(Rp)
(4)=(3) (2)

54.350.000
255.000.000
45.500.000
354.850.000

55.850.000
250.000.000
45.500.000
351.350.000

1.500.000
(5.000.000)
(3.500.000)

3.500.000
2.000.000
2.500.000
8.000.000
346.850.000

3.500.000
2.000.000
5.500.000
345.850.000

(2.500.000)
(2.500.000)
(1.000.000)

35.750.654
25.000.000

35.750.654
25.000.000

60.750.65
4

60.750.654

Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan5.000.000
5.000.000
Pembentukan
Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan2.500.000
2.500.000
Penyertaan
Modal pada BUMD
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
7.500.000
7.500.000
Pembiayaan Neto
53.250.654
53.250.654
*)
SILPA Akhir Tahun
400.100.654
399.100.654
(1.000.000)
*)
SILPA tersebut merupakan SILPA sebelum memperhitungkan surplus (defisit) dari
seluruh SKPD.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

113

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


PPKD
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2011
(dalam ribuah rupiah)
LRA Format SAP
Anggaran
(Rp)
(2)

Realisasi
(Rp)
(3)

54.350.000
255.000.000
45.500.000
354.850.000

55.850.000
250.000.000
45.500.000
351.350.000

1.500.000
(5.000.000)
(3.500.000)

BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Tak Terduga

3.500.000
2.500.000

3.500.000
-

(2.500.000)

Transfer Bantuan Keuangan

2.000.000

2.000.000

8.000.000
346.850.000

5.500.000
345.850.000

(2.500.000)
(1.000.000)

35.750.654
25.000.000

35.750.654
25.000.000

60.750.65
4

60.750.654

Uraian
(1)
PENDAPATAN TRANSFER DARI
PEMERINTAH PUSAT
Pendapatan DBH
Pendapatan DAU
Pendapatan DAK
Total Pendapatan Transfer

Total Belanja
Surplus (Defisit)
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA awal tahun
Penerimaan Pembiayaan-Penarikan
Pinjaman Kepada Pemerintah
Pusat
Jumlah Penerimaan Pembiayaan

Selisih
(Rp)
(4)=(3) (2)

Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan5.000.000
5.000.000
Pembentukan
Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan2.500.000
2.500.000
Penyertaan
Modal pada BUMD
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
7.500.000
7.500.000
Pembiayaan Neto
53.250.654
53.250.654
SILPA Akhir Tahun*)
400.100.654
399.100.654
(1.000.000)
*)
SILPA tersebut merupakan SILPA sebelum memperhitungkan surplus (defisit) dari
seluruh SKPD.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

114

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

TUGAS:
Untuk meningkatkan pemahaman

akuntansi PPKD, silahkan Anda mengerjakan soal

berikut ini.
A. Neraca Saldo Awal Tahun Anggaran 2011
Pemerintah Kabupaten Langit Biru
PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2011
Nama Rek
Kas di Kas Daerah
Piutang DAU
Penyertaan Modal pada Perusahaan Daerah
Ekuitas
Jumlah

Debit
(Rp)
45.750.765.000
15.000.000.000
25.000.000.000
85.750.765.000

Kredit
(Rp)

85.750.765.000
85.750.765.000

B. Ringkasan DPA PPKD T.A. 2011


Pemerintah Kabupaten Langit Biru
Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
Tahun Anggaran 2011
No.
Urut
(1)
1
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
1.3.1

2
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7

3.
3.1.
3.1.1

Uraian
(2)
PENDAPATAN
Pendapatan Dana Perimbangan
Pendapatan Dana Bagi Hasil
Pendapatan Dana Alokasi Umum
Pendapatan Dana Alokasi Khusus
Jumlah Dana Perimbangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Pendapatan Hibah
Jumlah Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
Surplus /Defisit: [1]-[2]
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA Tahun Anggaran
sebelumnya*)

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Anggaran
stlh Perubahan
(3)
40.350.000.000
275.000.000.000
25.000.000.000
340.350.000.000
340.350.000.000
5.000.000.000
2.500.000.000
4.500.000.000
12.000.000.000
328.350.000.000

45.750.765.000

115

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

No.
Urut
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Uraian
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto [3.1] [3.2]
SILPA PPKD Akhir Tahun
Anggaran [Surplus/Defisit +
Pembiayaan Neto]

Anggaran
stlh Perubahan
20.000.000.000
65.750.765.000
2.500.000.000
2.500.000.000
63.250.765.000
391.600.765.000

*)Jumlah Si:PA setelah ralat.

C. Ringkasan transaksi PPKD selama T.A. 2011


a

Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan berdasarkan Nota Kredit


Rekening Koran Bank adalah sbb.:
Uraian

Jumlah
(Rp)
Pendapatan DBH
38.500.000.000
Pendapatan DAU*)
290.000.000.000
Pendapatan DAK
22.500.000.000
Jumlah
351.000.000.000
*) Keterangan: dari jumlah pendapatan DAU tersebut termasuk penerimaan
Piutang DAU sebesar Rp15.000.000.000.
b

Jumlah total pendapatan SKPD yang telah masuk ke rekening Kasda berdasarkan
STS dan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp 145.430.875.000

Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah


Rp.445.765.190.000

Jumlah potongan PFK yang berasal dari realisasi anggaran 2011

adalah

Rp52.330.750.000. Uang PFK tersebut telah disetorkan seluruhnya kepada para


fihak ketiga terkait.
e

Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah
Rp45.000.000.000

Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh SKPD ke
rekening Kasda adalah Rp 250.760.000

Jumlah total SP2D LS untuk belanja tidak langsung PPKD terdiri dari:

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

116

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Uraian

Jumlah
(Rp)
5.000.000.000
2.500.000.000
1.500.000.000
9.000.000.000

Belanja Bantuan Sosial


Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah
h

Jumlah penerimaan pinjaman jk panjang dari Pemerintah Pusat berdasarkan bukti


transfer dan/atau Nota Kredit Rekening Koran Bank sebesar Rp 20.000.000.000

Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di perusahaan daerah


sebesar Rp2.000.000.000
Keterangan tambahan untuk penyesuian akhir tahun:

Pada akhir tahun diakui piutang atas DBH yang masih harus diterima. Sementara
untuk sisa anggaran DAK tidak dapat diklaim lagi mengingat progres kegiatan
sampai akhir tahun tidak mencapai 100%.

Diminta:
1

Ayat jurnal yang diperlukan;

LO-PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2011.

Neraca PPKD per 31 Des 2011

Pembukuan single entry

LRA PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2011.

PENYUSUNAN

LAPORAN

KEUANGAN

KONSOLIDASIAN

LAPORAN

KEUANGAN PEMDA
1

Sistem Akuntansi PEMDA

Di dalam strukstur sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD), yang bertindak sebagai
entitas pelaporan adalah level pemerintah daerah (kepala daerah), sementara entitas
akuntansi adalah entitas-entitas pengguna anggaran yaitu SKPD dan SKPKD (termasuk
PPKD dalam kapasitas sebagai pengguna anggaran). Setiap entitas akuntansi, karena
sebagai pengguna anggaran, wajib menyelenggarakan akuntansi untuk menghasilkan
laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaranya,
dan menyampaikannya kepada kepala daerah selaku entitas pelaporan, untuk selanjutnya
digabungkan/dikonsolidasikan sehingga menjadi laporan keuangan (di tingkat) pemerintah
daerah. Sebagaimana telah dijelaskan di bab sebelumnya, bahwa entitas pelaporan dalam
konteks tugasnya untuk penyusuan laporan keuangan di tingkat pemerintah daerah
dilakukan oleh PPKD.
Opini atas laporan keuangan yang diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
hanya diberikan pada tingkat entitas pelaporan, bukan per entitas akuntansi (Dinas,
Badan, Satker lainnya). Sistem pengendalian intern dalam hal ini memegang peranan
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

117

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

penting untuk menjamin agar laporan keuangan gabungan di tingkat pemda menjadi andal
dan tepat waktu disajikan. Salah satu prosedur pengendalian intern yang umum dilakukan
adalah melakukan verifikasi dan rekonsiliasi laporan keuangan SKPD-SKPD dengan
catatan akuntansi dan/atau laporan yang dihasilkan oleh PPKD sendiri.

Proses Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian

Proses

penyusunan

laporan

keuangan

konsolidasian

sesungguhnya

merupakan

pekerjaan yang sederhana secara logika, karena pada dasarnya hanya menjumlahkan
akun-akun yang sifatnya sama di dalam laporan keuangan dari seluruh SKPD ditambah
dengan

akun-akun

yang

ada

dalam

laporan

keuangan

PPKD.

Khusus

untuk

penggabungan neraca, ada akun yang harus dielimasi yaitu akun resiprokal yang hanya
mencakup dua akun, yaitu akun RK-PPKD lawan RK-SKPD. Problem dalam penyusunan
laporan keuangan konsolidasian lebih kepada volume pekerjaan yang relatif besar,
sehingga membutuhkan energi yang relatif besar pula dalam hal kecermatan, ketelitian
dan tentunya kesabaran dalam melakukan verifikasi dan rekonsiliasi. Problem tsb mungkin
bisa diatasi secara signifikan dengan menggunakan software aplikasi akuntansi, namun
perlu diingat bahwa software itu hanya sekedar tools atau alat bantu yang tidak
sepenuhnya bisa menggantikan tugas-tugas para petugas akuntansi. Oleh karena, para
petugas akuntansi tetap harus memahami proses akuntansinya dari awal hingga
dihasilkannya laporan keuangan yang sesuai dengan SAP.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif berikut ini langsung
disajikan ilustrasinya, dengan suatu penyederhanaan asumsi bahwa di dalam setiap
kertas kerja yang disajikan seolah-olah hanya terdiri dari dua entitas akuntansi yaitu,
entitas akuntansi PPKD dan entitas akuntansi gabungan seluruh SKPD.
Ilustrasi akan disajikan dengan sistematika sbb.:

Kertas Kerja Penyusunan LRA Konsolidasian

Kertas Kerja Penyusunan LO Konsolidasian

Kertas Kerja Penyusunan Neraca Konsolidasian


PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
Kertas Kerja
Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian
Untuk TA yang Berakhir 31 Desember 2011
(dalam ribuan rupiah)

No
Rek

Uraian

4
4.1.

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan pajak daerah
Pendapatan retribusi daerah
Pendapatan
hasil
pengelolaan
Kekayaan
daerah
yang
Dipisahkan

PPKD
(Realisasi)

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

SKPD
(Realisasi)

23.659.500
7.674.400
3.500.000

Saldo
Gabungan
(Realisasi)

23.659.500
7.674.400
3.500.000

118

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

4.2

5
5.1.

5.2.

7
7.1

7.2

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah


yang Sah
Jumlah PAD
Pendapatan Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah
Pendapatan
Dana
Perimbangan
Lain-lain
Pendapatan
Daerah
yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Jumlah Belanja Langsung
JUMLAH BELANJA
SURPLUS/(DEFISIT)
PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan Pembiayaan Daerah
SiLPA awal tahun
Penerimaan Pinjaman dari Pempus
Jumlah Penerimaan pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal pada BUMD
Jumlah Pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan Neto
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SILPA)*

633.646

633.646

35.467.546

35.467.546

55.850.000
250.000.000
45.500.000
351.350.000

55.850.000
250.000.000
45.500.000
351.350.000

351.350.000

35.467.546

386.817.546

3.500.000
2.000.000
5.500.000

215.567.500
-

215.567.500
3.500.000
2.000.000

215.567.500

221.067.500

5.500.000
345.850.000

1.576.000
12.064.280
165.000.000
178.640.280
394.207.780
(358.740.234)

1.576.000
12.064.280
165.000.000
178.640.280
399.707.780
(12.890.234)

35.750.654
25.000.000
60.750.654

35.750.654
25.000.000
60.750.654

5.000.000
2.500.000
7.500.000
53.250.654
399.100.654

(358.740.234)

5.000.000
2.500.000
7.500.000
53.250.654
40.360.420

Keterangan:
*)Untuk mengecek apakah SILPA gabungan (SILPA Final) sebesar Rp40.360.420.000
sudah benar atau belum ? Silahkan Anda lihat pada Neraca PPKD per 31 Desember
2011, jumlah Kas di Kas Daerah akhir tahun 2011 dikurangi dengan Utang PPh/PPN, dan
selisihnya sama dengan SILPA gabungan (SILPA Final) sebesar Rp40.360.420.000.

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


Kertas Kerja
Penyusunan Laporan Operasional Konsolidasian
Untuk TA yang Berakhir 31 Desember 2011
(dalam ribuan rupiah)
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

119

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

No
Rek
8.
8.1

8.2

8.3
9.

PPKD
(Realisasi)

Uraian
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan pajak daerah1)
Pendapatan retribusi daerah2)
Pendapatan hasil pengelolaan Kekayaan
daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah
Jumlah PAD
Pendapatan Transfer
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum3)
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN
BEBAN
Beban Pegawai-Gaji dan Tunjangan
Beban Pegawai-Honor
Beban Barang dan Jasa 4)
Beban Bunga5)
Beban Bantuan Sosial
Beban Bantuan Keuangan
Beban Tak Terduga
Belan Penyusutan6)
JUMLAH BEBAN
SURPLUS/(DEFISIT)
KEGIATAN
OPERASIONAL7)

Saldo
Gabungan
(Realisasi)

SKPD
(Realisasi)

23.700.000
7.686.900
3.500.000

23.700.000
7.686.900
3.500.000

633.646

633.646

35.520.546

35.520.546

55.850.000
255.000.000
45.500.000
356.350.000
356.350.000

35.520.546

55.850.000
255.000.000
45.500.000
356.350.000
391.870.546

250.000
3.500.000
2.000.000
5.750.000
350.600.000

215.567.500
1.576.000
12.139.690

215.567.500
1.576.000
12.139.690
250.000
3.500.000
2.000.000

45.750.000
275.033.190
(239.512.644
)

45.750.000
280.783.190
111.087.356

Keterangan LO:
1

Pendapatan pajak daerah tahun berjalan yang telah diterima sebesar


Rp23.659.500.000. Jumlah tsb seluruhnya berasal dari pajak daerah yang
diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari pembayaran
piutang pajak daerah tahun lalu. Untuk pengakuan pendapatan-LO yg berbasis
akrual, dari jumlah pajak daerah yang diterima tersebut ditambah dengan
piutang pendapatan pajak daerah tahun berjalan yang belum diterima
pembayarannya sebesar Rp 40.500.000, sehingga jumlah pendapatan pajak
daerah yang dilaporkan di LO seluruhnya berjumlah Rp23.700.000.000

Pendapatan retribusi daerah tahun berjalan yang ditelah diterima sebesar


Rp7.674.400.000. Jumlah tsb seluruhnya berasal dari retribusi daerah yang
diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari pembayaran
piutang retriubsi tahun lalu.

Untuk pengakuan pendapatan-LO yg berbasis

akrual, dari jumlah retribusi yang diterima tersebut ditambah dengan piutang
retribusi tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar
Rp12.500.000, sehingga jumlah pendapatan retribusi yang dilaporkan di LO
seluruhnya berjumlah Rp7.686.900.000.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

120

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Jumlah pendapatan DAU yang dilaporkan di LRA adalah jumlah yang telah
diterima (basis kas). Sementara di dalam LO, jumlah pendapatan DAU yang
diakui adalah jumlah yang seharusnya diterima tahun berjalan yaitu sebesar
Rp255.000.000.000 (basis akrual).

Belanja barang dan jasa yang dilaporkan di LRA sebesar Rp12.064.280.000


merupakan belanja yang telah dibayar (dipertanggungjawabkan) pada tahun
berjalan. Jumlah tsb seluruhnya merupakan beban tahun berjalan, dalam arti
tidak ada pembayaran untuk membayar utang belanja barang dan jasa tahun
lalu. Oleh karena itu, jumlah beban barang dan jasa yg dilaporkan di LO (basis
akrual) berasal dari jumlah belanja barang dan jasa yang telah dilaporkan di
LRA ditambah dengan belanja barang dan jasa tahun berjalan yang sudah
terjadi tetapi belum dibayar (utang belanja) yaitu sebesar Rp110.410.000, dan
dikurangi dengan kenaikan saldo persediaan akhir sebesar Rp35.000.000,
sehingga total beban barang dan jasa di LO sebesar Rp12.139.690.000
(.Rp12.064.280.000 + Rp110.410.000 Rp35.000.000).

Di LRA tidak terdapat belanja bunga, karena belum ada belanja bunga yang
sudah dibayar. Namun bunga yang terutang pada tahun berjalan atas pinjaman
jangka panjang kepada pemerintah pusat sebesar Rp250.000.000 sudah dapat
diakui di LO sebagai beban bunga tahun berjalan.

Di dalam LO tidak ada belanja modal, karena belanja modal merupakan


belanja untuk memperoleh aset tetap dan aset lain-lain yang memiliki manfaat
lebih dari satu tahun, sehingga di dalam entitas akuntansi keuangan pengaruh
dari transaksi belanja modal langsung dicatat dengan mendebit akun aset yang
bersangkutan (bukan dengan jurnal korolari). Namun di sisi lain, harus ada
pengakuan penyusutan atas aset yang dikapitalisasi tersebut sebagai beban
penyusutan yang harus dilaporkan di LO. Di sisi lain, akumulasi penyusutan
dilaporkan di Neraca sebagai contra account atas pos aset tetap. Beban
penyusutan hanya ada di LO SKPD, karena di Neraca PPKD tidak pernah ada
pos aset tetap.

Dalam ilustrasi ini diasumsikan tidak ada transaksi surplus/defisit dari kegiatan
non operasional dan juga tidak ada transaksi luar biasa. Di samping itu di LO
tidak akan pernah disajikan pos transaksi pembiayaan, karena pemibiayaan itu
bukan pendapatan maupun beban. Sehingga LO dalam ilustrasi di atas hanya
disajikan sampai Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

121

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


Kertas Kerja
Penyusunan Neraca Daerah Konsolidasian
Per 31 Desember 2011
(dalam ribuan rupiah)
No.
Rek

Ayat Eliminasi
Nama Rekening
ASET
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang Pajak Daerah
Piutang Retribusi
Piutang DAU
Persediaan
Total Aset Lancar

PPKD

40.470.152

SKPD

Debit

Kredit

Neraca
Konsolidasian

45.470.152

40.500
12.500
235.000
288.000

40.470.152
40.500
12.500
5.000.000
235.000
45.758.152

Aset Non Lancar


Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap2)
Nilai Buku Aset Tetap
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Total Aset Non Lancar
RK-SKPD1)

12.500.000
5.000.000
17.500.000
358.740.234

915.000.000
(45.750.000)
869.250.000
350.000
869.600.000
-

12.500.000
915.000.000
(45.750.000)
869.250.000
5.000.000
350.000
887.100.000
-

TOTAL ASET

421.710.386

869.888.000

5.000.000

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

122

358.740.23
4

932.858.152

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

Ayat Eliminasi

No.
Rek

Nama Rekening

PPKD

KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang PFK3)
Utang Belanja
Utang Bunga
Total Kewajiban jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
TOTAL KEWAJIBAN
EKUITAS
Ekuitas Awal Tahun
Surplus (Defisit)-LO
RK-PPKD1)
TOTAL EKUITAS AKHIR TAHUN
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS

109.732

SKPD

Debit

Kredit

Neraca
Konsolidasian

250.000
359.732

110.410
110.410

109.732
110.410
250.000
470.142

25.000.000
25.359.732

110.410

25.000.000
25.470.142

45.750.654
350.600.000
396.350.654

750.550.000
(239.512.644)
358.740.234
869.777.590

796.300.654
111.087.356
907.388.010

421.710.386

869.888.000

358.740.234

932.858.152

Keterangan:
1)

RK-SKPD = RK-PPKD = Total SP2D LS SKPD (+) Total SP2D UP/GU/TU SKPD (-) Pengembalian Sisa UP/GU/TU dari SKPD (-)

Pendapatan SKPD yang telah disetor ke Kasda. Data angka-angka nya sudah disajikan pada soal ilustrasi.
2)

Penyusutan aset tetap di asumsikan baru diakui tahun ini, sehingga jumlah akumulasi penyusutan sama dengan jumlah beban

penyusutan yang diakui tahun ini.


3)

Utang PFK adalah uang potongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

123

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA


3

Laporan Arus Kas

Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit
organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.

Unit organisasi yang

mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan sebagai


bendaharawan

umum

negara/daerah

dan/atau

kuasa

bendaharawan

umum

negara/daerah.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Terdapat sedikit
perbedaan pada klasifikasi dan unsur LAK versi SAP berbasis CTA (PP 24/2005) dan
LAK versi SAP berbasis akrual (PP 71/2010). Perbedaan itu secara ringkas dapat
digambar berikut ini.
Uraian
Klasifikasi

LAK versi SAP berbasis CTA


1 Aktivitas Operasi
2

Aktivitas

LAK versi SAP berbasis akrual


1 Aktivitas Operasi

Investasi

Non- 2

Aktivitas Pembiayaan

Aktivitas Investasi

Keuangan
3
Aktivitas

Aktivitas Pendanaan

4 Aktivitas Non-Anggaran
4 Aktivitas Transitoris
Investasi Mencakup
penerimaan .-

Non-Keuangan

/pengeluaran kas dari transaksi


penjualan/pembelian aset tetap.

Aktivitas Investasi

Mencakup
penerimaan/pengeluaran
dari

kas

transaksi

penjualan/pembelian aset tetap,


perolehan/penjualan

investasi

jangka

panjang,

pembentukan/pencairan

dana

cadangan
Aktivitas

Mencakup penerimaan/

Pembiayaan

pengeluaran kas dari transaksi


perolehan/penjualan investasi
jangka panjang,
penarikan/pembayaran pinjaman,
pembentukan/pencairan dana

Aktivitas

cadangan.
-

Mencakup

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

transaksi
124

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA


Pendanaan

penerimaan/pengeluaran
dari

kas

transaksi

penarikan/pembayaran
Aktivitas

non

anggaran

Mencakup

pinjaman.
Substansi sama hanya beda

penerimaan/pengeluaran kas dari

istilah,

transaksi di luar APBD, seperti

istilah Aktivitas Transitoris

transaksi

PFK,

contoh

di sini menggunakan

iuran

taspen, askes.
Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan
operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas
operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan
dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
(a) Penerimaan Perpajakan;
(b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)/Retribusi;
(c) Penerimaan Hibah;
(d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya;
(e) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
(f) Penerimaan Transfer.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
a

Pembayaran Pegawai;

Pembayaran Barang;

(c) Pembayaran Bunga;


(d) Pembayaran Subsidi;
(e) Pembayaran Hibah;
(f) Pembayaran Bantuan Sosial;
(g) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
(h) Pembayaran Transfer.
Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

125

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA


untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk
dalam setara kas.
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan

pengeluaran kas

bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan
untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di
masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
(a) Penjualan Aset Tetap;
(b) Penjualan Aset Lainnya;
(c) Pencairan Dana Cadangan;
(d) Penerimaan dari Divestasi;
(e) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
(a) Perolehan Aset Tetap;
(b) Perolehan Aset Lainnya;
(c) Pembentukan Dana Cadangan;
(d) Penyertaan Modal Pemerintah;
(e) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang
jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang
jangka panjang dan utang jangka panjang.
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
a
b

Penerimaan utang luar negeri;


Penerimaan dari utang obligasi

Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;

Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.

Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:


(a) Pembayaran pokok utang luar negeri;
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

126

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA


(b) Pembayaran pokok utang obligasi;
(c) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah;
(d) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.
Aktivitas Transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas
transitoris mencerminkan penerimaan dan

pengeluaran kas bruto yang tidak

mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas
transitoris

antara

lain

transaksi

Perhitungan

Fihak

Ketiga

(PFK),

pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran,


serta kiriman uang.
PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat
Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan
Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas
umum negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan penerimaan
transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang persediaan dari
bendahara pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan pengeluaran
transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan kepada
bendahara pengeluaran.

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

127

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA


Ilustrasi Penyusunan LAK
Ilustrasi penyusunan LAK berikut ini menggunakan data LRA Konsolidasian yang telah
dibuat di atas, ditambah informasi lain yang relevan, sepert data mengenai arus kas
masuk/keluar dari transaksi transitoris (non anggaran).

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2011
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN

2011

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Arus Kas Masuk
Penerimaan Pajak Daerah
Penerimaan Retribusi daerah
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah
yang Dipisahkan
Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah
Penerimaan Dana Bagi Hasil
Penerimaan Dana Alokasi Umum
Penerimaan Dana Alokasi Khusus
Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah
Jumlah Arus Masuk
Arus Kas Keluar
Pembayaran Pegawai
Pembayaran Barang dan Jasa
Pembayaran Bunga
Pembayaran Bantuan Sosial
Pembayaran Bantuan Keuangan
Pembayaran Tidak Terduga
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktlvitas Operasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Arus Kas Masuk
Penerimaan Penjualan Aset Tetap

2010

23.659.500
7.674.400
3.500.000

Xxx
Xxx
Xxx

633.646
55.850.000
250.000.000
45.500.000
-

Xxx
Xxx
Xxx
Xxx

386.817.546

xxx

217.143.500
12.064.280
3.500.000
2.000.000
234.707.780
152.109.766

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx

165.000.000
5.000.000
2.500.000
172.500.000

xxx
xxx
xxx
xxx

Jumlah Arus Masuk


Arus Kas Keluar
Pembayaran Perolehan Aset Tetap
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal pada BUMD
Jumlah Arus Keluar
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

128

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA


Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Investasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Arus Kas Masuk
Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah Pusat
Jumlah Arus Masuk
Arus Kas Keluar
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Pendanaan
ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS
Arus Kas Masuk
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Masuk
Arus Kas Keluar
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Transitoris
Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode
Saldo Awal Kas
Saldo Akhir Kas

(172.500.000)

xxx

25.000.000

xxx
xxx

25.000.000

xxx
xxx

52.330.816
52.330.816

xxx
Xxx

52.221.084
52.221.084
109.732

Xxx
Xxx
Xxx

4.719.498
35.750.654
40.470.152

Xxx
Xxx
35.750.654

TUGAS:
Berdasarkan kertas kerja penyusunan laporan keuangan konsolidasian di atas,
silahkan Anda menyusun laporan keuangan Pemkab Adil Makmur untuk akhir T.A 2011
berikut ini:
1

LRA dengan format SAP

LO

Neraca

MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

129

Anda mungkin juga menyukai