BAB III
AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA
Undang-Undang
Nomor
17
Tahun
2003
menegaskan
bahwa
laporan
Selanjutnya di dalam
Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 dipertegas kembali bahwa Laporan Keuangan dimaksud
harus disusun berdasarkan proses akuntansi yang wajib dilaksanakan oleh setiap
48
Pengguna Anggaran dan kuasa Pengguna Anggaran serta pengelola Bendahara Umum
Negara/Daerah. Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun setiap pemerintah daerah
perlu menyelenggarakan akuntansi dalam suatu sistem yang pedomannya ditetapkan oleh
Menteri Keuangan untuk lingkungan pemerintah pusat dan oleh Menteri Dalam Negeri
untuk lingkungan pemerintah daerah.
Salah satu hal yang amat penting dalam praktek akuntansi dan pelaporan keuangan di
lingkungan pemerintah berhubungan dengan penetapan satuan kerja instansi yang
memiliki tanggung jawab publik secara eksplisit di mana laporan keuangannya wajib
diaudit dengan opini dari lembaga pemeriksa yang berwenang. Instansi demikian
digolongkan
sebagai
Entitas
Pelaporan.
Sementara
instansi
lain
yang
wajib
disampaikan
kepada
pihak
legislatif
sesuai
dengan
kewenangannya.
49
tanggung
jawab
atas
Laporan
Keuangan
yang
bersangkutan.
Menteri/pimpinan
atau
rancangan
peraturan
daerah
tentang
pertanggungjawaban
dalam
pasal
35,
PP
105/2000
disebutkan
bahwa
penatausahaan
dan
pertanggungjawaban
pengelolaan
keuangan
daerah.
Oleh
karena
itu,
penyelenggara akuntansi di pemerintah daerah tidak cukup hanya memahami SAP tetapi
juga harus memahami dan/atau memperhatikan peraturan-peraturan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah,
50
58/2005 dan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan terakhir dengan Permendagri No. 21
Tahun 2011 (revisi kedua).
2
penyajian/pengklasifikasian
dan
pengungkapan/penjelasan
Prinsip pengkuran berkaitan dengan penetapan nilai uang yang harus dicatat di dalam
pos-pos laporan keuangan sebagai pengaruh dari terjadinya transaksi. Prinsip ini
menjawab pertanyaan: pada nilai berapa transaksi akan dicatat?. Beberapa prinsip
51
pengukuran yang dapat digunakan dijelaskan di dalam SAP, namun yang umum
digunakan adalah prinsip harga perolehan (cost).
SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dan
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP), Interpretasi
SAP (IPSAP) dan Buletin Teknis. SAP berbasis CTA terdiri dari 11 PSAP (menjadi
Lampiran II PP No. 71/2010) dan sampai saat ini sudah dilengkapi dengan 10 Buletin
Teknis. Sementara itu PSAP berbasis akrual, termuat di dalam Lampiran I PP No.
71/2010, terdiri dari 12 PSAP.
KKAP adalah prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan pengembangan SAP bagi
KSAP dan merupakan rujukan penting bagi KSAP, penyusun laporan keuangan, dan
pemeriksa dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur secara
jelas dalam PSAP. Apabila terjadi pertentangan antara PSAP dan KKAP, maka PSAP
diunggulkan secara relatif terhadap KKAP.
IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas PSAP yang diterbitkan
oleh KSAP. Buletin Teknis adalah informasi yang diterbitkan oleh KSAP yang memberikan
arahan/pedoman secara tepat waktu untuk mengatasi masalah-masalah akuntansi
maupun pelaporan keuangan yang timbul namun belum diatur secara khusus atau detil di
dalam PSAP.
3
Suatu
sistem
akuntansi
pemerintahan
setidak-tidaknya
mengatur
mengenai format laporan keuangan, kebijakan akuntansi, prosedur akuntansi, bagan akun
standar, jurnal standar, entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dokumen transaksi yang
digunakan.
Sistem akuntansi pemerintah pusat (SAPP) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara (Pasal 7, UU 1/2004). Sedangkan sistem akuntansi pemerintah
daerah (SAPD) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah (Pasal 96 PP 58/2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah). Selanjutnya berdasarkan PP 71/2010, pembentukan
52
sistem akuntansi pemerintahan tsb harus mengacu kepada Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintah (PUSAP) yang pada saat ini telah ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011.
Proses akuntansi adalah serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi,
posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo, jurnal penyesuaian, hingga penyusunan
laporan keuangan. Proses akuntansi akan dapat berjalan bila sistem akuntansi sudah
dibangun. Proses akuntansi tersebut dapat diselenggarakan secara manual maupun
dengan bantuan software aplikasi komputer akuntansi.
Proses akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan pelaksanaan anggaran
yang dimulai sejak awal tahun anggaran hingga dihasilkannya laporan keuangan sebagai
bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran untuk setiap akhir tahun anggaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan pemerintah
disusun dengan berpedoman kepada SAP dan dihasilkan melalui suatu sistem akuntansi.
Berikut ini digambarkan suatu konstruksi yang menghubungkan antara pengguna laporan,
dasar hukum penyusunan laporan keuangan, SAP, sistem akuntansi dan laporan
keuangan yang dihasilkan.
4
Akuntansi Pemerintahan
Pengertian akuntansi bila dilihat dari prosesnya (aktivitasnya) baik di sektor komersial
maupun di sektor pemerintahan pada prinsipnya adalah sama. Namun demikian, terdapat
sejumlah perbedaan dari jenis transaksi yang menjadi objek akuntansinya sehingga hal
tersebut menyebabkan sejumlah perbedaan antara laporan keuangan sektor komersial
dengan laporan keuangan sektor pemerintahan. Hal ini bisa kita cermati dari beberapa
definisi akuntansi di bawah ini dan penjelasan-penjelasan pada bagian berikutnya.
Menurut American Institute of Certified Public Accountants-AICPA (1970), akuntansi
didefinisikan sbb.:
Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative information,
primarily financial in nature, about economic entities that is intended to be useful in
making economic decision in making reasoned choises among alternative course of
action.
Definisi akuntansi dari AICPA di atas adalah dalam konteks pengertian secara umum,
yang bila diterjemahan secara bebas, akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa
yang bertujuan untuk menyajiakan informasi yang bersifat keuangan dari suatu entitas
(organisasi), yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
Sugijanto, dkk (1995) memberikan definisi akuntansi pemerintahan, lebih kepada
prosesnya, sebagai berikut:
Akuntansi
pemerintahan
meliputi
aktivitas
pencatatan,
pengklasifikasian,
53
Pengertian akuntansi yang diberikan oleh Sugijanto, dkk tersebut mengacu kepada
pengertian akuntansi yang disarankan oleh Committee on Terminology dari AICPA (1941)
sebagai berikut:
Accounting is the art of recording, classifying and summarizing, in a significant manner
and in terms of money, transactions and events, which are in part at least, of financial
character, and interpreting the results there of.
Berdasarkan beberapa pengertian akuntansi di atas, kiranya dapat diikhtisarkan beberapa
kata kunci yang dapat menjelaskan pengertian akuntansi pemerintahan, sbb:
akuntansi
adalah
aktivitas
pencatatan,
pengklasifikasian,
pengikhtisaran
dan
pelaporan;
Akuntansi
keuangan
daerah
dimaksudkan
sebagai
aktivitas
akuntansi
yang
diselenggarakan baik oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) selaku pengguna
anggaran maupun oleh pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) selaku pengguna
anggaran dan sekaligus selaku bendahara umum daerah (BUD) yang bertujuan untuk
menghasilkan laporan keuangan untuk tujuan umum. Laporan keuangan tersebut sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran (APBD).
Selanjutnya bila dilihat dari tujuannya, Sugijanto, dkk (1995) menyebutkan tiga tujuan
pokok dari akuntansi pemerintahan, yaitu: pertanggungjawaban, manajerial dan
pengawasan. Mengingat pentingnya tujuan akuntansi pemerintahan tsb, dapat dipahami
bahwa penyelenggaraan akuntansi di sektor pemerintah menjadi aspek yang sangat
penting sebagai bagian yang tak terpisahkan dari reformasi di bidang pengelolaan
keuangan negara/daerah.
54
Sebutkan dasar hukum penyusunan laporan keuangan pemerintah baik dalam bentuk
undang-undang maupun peraturan pemerintah!
Jelaskan perbedaan antara basis akuntansi kas menuju akrual dengan basis akuntansi
akrual di dalam akuntansi pemerintahan !
Apabila
terdapat
pertentangan
antara
PSAP
dan
KK-AP,
manakah
yang
diunggulkan/diterapkan ?
7
Apakah dengan terbitnya PP No. 71/2010 tentang SAP (baru) berarti secara otomatis
pemerintah harus menerapkan basis akuntansi akrual ? jelaskan!
tetapi
55
Neraca;
Neraca merupakan komponen
pada
tanggal tertentu.
2
56
A Neraca
Format Neraca untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri
Keuangan sedangkan format neraca untuk pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang
diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri yang mengatur tentang format Neraca mengacu pada Standar Akuntansi
Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan
pemerintah pusat/pemerintah daerah.
B Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
LRA menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisitLRA, dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam
satu periode. Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos
sebagai berikut:
a
Pendapatan-LRA;
Belanja;
Transfer;
Surplus/Defisit-LRA;
Penerimaan pembiayaan;
Pengeluaran pembiayaan;
Pembiayaan neto;
Format Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang
diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Realisasi Anggaran untuk
57
pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan
Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format
Laporan Realisasi Anggaran mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan
ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah
pusat/pemerintah daerah.
C
Pendapatan-LO;
Beban;
c
Surplus/Defisit-LO.
Format Laporan Operasional untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh
Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Operasional untuk pemerintah daerah
mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format Laporan Operasional
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang
berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.
D Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas
Ekuitas awal;
58
2
d
Ekuitas akhir.
Format Laporan Perubahan Ekuitas untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang
diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Perubahan Ekuitas untuk
pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri.
Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur
tentang format Perubahan Ekuitas mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan
dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah
pusat/pemerintah daerah.
Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pospos sebagai berikut:
a
Lain-Lain;
59
Penjelasan Umum LO
E.2
E.3
Penjelasan Umum
F.2
60
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
sumber
pembiayaan,
sisa
dan
penggunaan
lebih/kurang
sumber
pelaksanaan
daya
keuangan/ekonomi,
anggaran,
saldo
transfer,
anggaran
lebih,
surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu
entitas pelaporan.
61
memenuhi tujuannya.
peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan
atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan
keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
Informasi dikatakan relevan bila memenuhi karakteristik berikut:
(1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi
mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
62
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
(2) Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan
yang tidak berbeda jauh.
(3) Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak
tertentu.
(c) Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan
entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal.
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan
bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila
entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada
kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut
diungkapkan pada
Sebutkan komponen laporan keuangan yang wajib disusun oleh pemda baik
dengan basis CTA maupun basis akrual ! dan jelaskan pengertiannya masingmasing !
63
Apakah saldo akhir kas di Neraca harus selalu sama dengan saldo akhir kas di
Laporan Arus Kas? jelaskan!
6
3
1
Penyusunan laporan keuangan harus dihasilkan melalui suatu sistem dan prosedur yang
dibakukan/ditetapkan dalam bentuk peraturan perundang - undangan. Di dalam Pasal 6,
PP 8/2006 dinyatakan bahwa laporan keuangan pemerintahan dihasilkan dari suatu
sistem akuntansi pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
pemerintah.
Dari pengeritan sistem akuntansi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua
komponen laporan keuangan yang dihasilkan secara langsung dari sistem (proses)
akuntansi yaitu neraca dan laporan operasional (LO) atau laporan realisasi anggaran
(LRA). Sementara itu, LAK (laporan arus kas), LPE, LP SAL, dihasilkan melalui suatu
proses lanjutan dan analisis dari neraca, LO dan LRA; sementara itu, CaLK nyata-nyata
tidak dapat dihasilkan secara langsung (otomatis) dari sistem (proses) akuntansi, karena
informasi di dalam CaLK bersifat kuantitatif/keuangan maupun kualitatif/deskriptif. Bahkan
informasi dalam CaLK juga mencakup informasi non-akuntansi dan bisa dilengkapi
dengan berbagai macam tabel maupun grafik yang dianggap relevan.
Suatu sistem akuntansi pemerintahan setidak-tidaknya mengatur mengenai format laporan
keuangan, kebijakan akuntansi, prosedur akuntansi, bagan akun standar, jurnal standar,
entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar
pencatatan suatu transaksi. Penyusunan sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD)
tersebut harus mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan ketentuan
perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.
2
64
keuangan dan menyampaikannya kepada kepala daerah melalui PPKD. Oleh karena
itu, SKPD menyelenggarkan SA-SKPD untuk menghasilkan laporan keuangan SKPD
yang terdiri dari LRA, LO, Neraca, LPE (Lap Perubahan Ekuitas), dan CaLK. Namun
perlu diingat bahwa CaLK tidak dapat dihasilkan secara langsung dari sistem (proses)
akuntansi karena CaLK harus diolah secara manual berdasarkan data keuangan
maupun non keuangan.
b. Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (SA-PPKD)
SA-PPKD terbagi ke dalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:
1
SA-PPKD
sebagai
pengguna
anggaran
(entitas
akuntansi)
yang
akan
menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD, LP-SAL, LOPPKD, Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.
2
Sistem Pembukuan
Untuk mencatat transaksi yang melibatkan pos-pos neraca dan LO (basis akrual),
yaitu aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO, dan beban, menggunakan double
entry dalam suatu buku jurnal sebagaimana biasanya; dan
Untuk mencatat transaksi pos-pos LRA (basis akrual) yaitu pendapatan-LRA, belanja
dan pembiayaan menggunakan single entry (semacam pembukuan bendahara untuk
mencatat pendapatan LRA dan belanja LRA secara terpisah).
Dengan demikian, laporan keuangan berupa Neraca dan LO dihasilkan dari proses
akuntansi sebagaimana biasanya yang dimulai dari penjurnalan (pembukuan double
entry). Sedangkan LRA dihasilkan dari pembukuan single entry yang mirip dengan Buku
Kas Umum yang diselenggarakan oleh
pengeluaran.
Berdasarkan konsep double entry, setiap pengaruh transaksi yang dicatat (dibukukan)
akan selalu berada dalam suatu keseimbangan antara sisi kiri (debit) dan sisi kanan
(kredit). Hal ini dapat dicerminkan dalam suatu persamaan dasar akuntansi berikut.
65
ASET
ASET
AKTIVA
=
=
=
=
=
KEWAJIBAN + EKUITAS
HAK KREDITOR + HAK RESIDUAL PEMERINTAH
Untuk memberikan ilustrasi lebih lanjut dari persamaan dasar akuntansi pemerintah di
atas, berikut ini dikembangkan beberapa kondisi persamaan akuntansi pemerintahan.
PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
SISI KIRI
SISI KANAN
(DEBIT)
(KREDIT)
Aset
Ekuitas
Keterangan
Persamaan 1: posisi neraca
dimana pemerintah tidak
memiliki utang
Aset
Kewajiban + Ekuitas
Aset
Aset + Beban
Kewajiban + Ekuitas +
Pendapatan LO Beban
ATAU
Kewajiban + Ekuitas +
Pendapatan LO
sebagai
implementasi dari double entry system. Suatu transaksi yang berakibat bertambahnya
aset, maka akun aset akan dicatat pada sisi debit; dan sebaliknya jika transaksi
mengakibatkan berkurangnya aset, maka akun aset akan dicatat pada sisi kredit. Hal yang
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
66
DEBIT
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
KREDIT
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
SALDO NORMAL
DEBIT
KREDIT
KREDIT
KREDIT
DEBIT
Kebijakan Akuntansi
Instrumen sistem akuntansi lainnya yang harus disiapkan oleh pemda adalah kebijakan
akuntansi. Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi pemda dimaksudkan sebagai pedoman teknis akuntansi tambahan
yang bersifat yang mengacu kepada SAP dan ketentuan perundang-undangan mengenai
keuangan daerah. Sebagai contoh, di dalam PSAP No. 7 dinyatakan bahwa aset tetap
dapat disusutkan dengan tiga metode pilihan, yaitu: 1) metode garis lurus, 2) metode
menurun ganda, dan
menerapkan penyusutan untuk aset tetapnya, maka harus dirumuskan di dalam kebijakan
akuntansinya mengenai metode penyusutan yang akan dipilih berikut estimasi masa
manfaat dari aset yang akan disusutkan. Contoh lain di dalam PSAP yang sama
disebutkan bahwa pemerintah harus menentukan batas nilai minimal dari sebuah aset
untuk dikapitalisasi sebagai aset tetap (capitalization threshold), maka pemda harus
menentukan batas minimal kapitalisasi itu di dalam kebijakan akuntansinya.
Seperti halnya yang diatur di dalam SAP, pada dasarnya kebijakan akuntansi mengatur
hal-hal menyangkut pengakuan transaksi, pengukuran, pelaporan dan pengungkapan
secara spesifik yang dipilih oleh entitas pelaporan yang bersangkutan. Kebijakan
akuntansi tersebut ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dengan berpedoman
kepada SAP, PUSAP dan peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah.
5
Bagan Akun
67
Instrumen sistem akuntansi lainnya yang harus disiapkan oleh pemda adalah bagan akun
(chart of accounts). Bagan akun berisi nama dan kode akun yang akan digunakan untuk
mencatat dan mengklasifikasikan setiap jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama
dan kode akun dapat dikembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin
dihasilkan oleh pemda sesuai dengan SAP dan mengacu pada PUSAP.
Daftar akun untuk akuntansi pemda dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual
mengacu ke Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP) sebagaimana
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011 adalah sebagai
berikut:
Akun Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber
daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum
dan sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Klasifikasi akun aset dapat dilihat pada LAMPIRAN I.
Akun Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana tercantum pada LAMPIRAN II.
Akun Ekuitas
Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada tanggal laporan. Klasifikasi Akun
Ekuitas sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN III.
Akun Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah daerah.
Klasifikasi Akun Pendapatan-LRA sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN IV.
Akun Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.
68
Akun Transfer-LRA
Transfer adalah pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan kepada entitas
pelaporan lain. Pada Pemerintah Daerah, transfer dapat diklasifikasikan ke dalam
LAMPIRAN VI.
Surplus/Defisit
Surplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja
selama satu periode. Penghitungan Surplus/Defisit tidak diberikan kode akun
tersendiri. Angka ini merupakan selisih lebih/kurang antara Total Pendapatan
dikurangi dengan total belanja plus transfer
[S/D = Pendapatan (Belanja + Transfer)].
Akun Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan
atau memanfaatkan surplus anggaran.
a
SILPA/SIKPA
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang
antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan dalam APBD selama satu periode pelaporan.
Akun Pendapatan-LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali.
Klasifikasi Akun Pendapatan-LO sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN IX.
Akun Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Menurut SAP, Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi
ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban.
69
Akun Pendapatan-LRA
Akun Pendapatan-LRA yang dimulai dengan kodefikasi angka 4 sebagaimana
LAMPIRAN XV.
Surplus/Defisit
Surplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja
selama satu periode.
Penghitungan Surplus/Defisit tidak diberikan kode akun tersendiri. Angka ini
merupakan selisih lebih/kurang antara Total Pendapatan dikurangi dengan total
belanja plus transfer [S/D = Pendapatan (Belanja + Transfer)].
Akun Pembiayaan
Pembiayaan (Financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan
maupun
tahun-tahun
anggaran
berikutnya,
yang
dalam
70
SILPA/SIKPA
Sisa
Lebih/Kurang
Pembiayaan
Anggaran
(SiLPA/SiKPA)
adalah
selisih
Akun Pendapatan-LO
Akun Pendapatan LO KONSOLIDASI diklasikasikan dalam LAMPIRAN XIX
Akun Beban-LO
Akun Beban - LO KONSOLIDASI diklasikasikan dalam LAMPIRAN XX
Pemerintah Propinsi
Pemerintah Kab./Kota
Pemberian
Pinjaman/Penerusan Pinjaman
kepada Pemerintah Propinsi
Penerimaan Pembiayaan
pinjaman dari Pemerintah
Pusat
Pemberian
Pinjaman/Penerusan Pinjaman
kepada Pemerintah Kab/Kota
Transfer Dana Perimbangan ke
Pemerintah Propinsi
Penerimaan Pembiayaan
pinjaman dari Pemerintah
Pusat
Pendapatan Dana
Perimbangan
Pendapatan Dana
Perimbangan
71
Pemerintah Pusat
Transfer Dana Otsus dan
Penyesuaian kepada
Pemerintah Propinsi
Pemerintah Propinsi
Pendapatan Dana Otsus dan
Penyesuaian
Pemerintah Kab./Kota
Pemerintah Propinsi
Pemerintah Kab./Kota
Piutang dari
Pinjaman/Penerusan Pinjaman
kepada Pemerintah Propinsi
Pemerintah Pusat
Pemerintah Propinsi
Piutang dari
Pinjaman/Penerusan Pinjaman
kepada Pemerintah Kab/Kota
Pemerintah Kab./Kota
Utang kepada Pemerintah
Pusat
___________________________________________________________________
Pertanyaan Sub-Bab 3.3. :
1
Sebutkan unsur-unsur yang secara umum harus ada di dalam pengembangan sistem
akuntansi pemerintahan !
Sebutkan komponen laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh Sistem akuntansi
SKPD ?
Sebutkan komponen laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh Sistem akuntansi
PPKD dalam kapasitas sebagai entitas akuntansi?
Sebutkan komponen laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh Sistem akuntansi
konsolidator (entitas pelaporan) ?
72
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa meskipun pemerintah sudah
menerapkan SAP Akrual, LRA tetap harus disusun karena Undang-Undang mensyaratkan
agar LRA tetap disusun/disajikan (statutory report). Oleh karena itu, berdasarkan SAP
Akrual (PP No. 71 Tahun 2010), akun pendapatan secara garis besarnya dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu pendapatan LRA (pendapatan yang akan dilaporkan di
Laporan Realisasi Anggaran) dan pendapatan LO (pendapatan yang akan dilaporkan di
Laporan Operasional). Oleh karena itu, pembahasan tentang akuntansi belanja dan
pembiayaan, karena sama-sama merupakan komponen LRA, maka secara otomatis tetap
relevan untuk dibahas di dalam bab ini. Dengan demikian, di dalam bab ini akan dibahas
secara berurutan mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang mencakup pos-pos LRA, LO
dan Neraca.
1
Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah.
penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari
pemerintah provinsi.
pendapatan diakui
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non- recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA
dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama.
73
Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah.
Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari -hari pemerintah
pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi
antara lain
meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal
meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,
peralatan, aset tak berwujud.
Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.
74
Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan
lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi
hasil oleh pemerintah daerah.
Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode
yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran
belanja dibukukan dalam pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lain-lain-LRA.
Akun-akun pembiayaan hanya ada di LRA, sementara di LO tidak ada akun pembiayaan.
Prinsip-prinsip akuntansi pembiayaan (LRA) berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun
2010) adalah sbb:
Pembiayaan (financing)
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran.
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Daerah.
75
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Daerah.
Pendapatan-LO
yang
diperoleh
berdasarkan
peraturan
perundang-
Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah
diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
76
Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan. Dalam hal
badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Prinsip-prinsip akuntansi beban-LO berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun 2010)
adalah sbb:
Beban
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi
aset atau timbulnya kewajiban.
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak
lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah.
Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum
dibayar pemerintah.
Saat terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak
lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset
nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.
Saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah saat
terjadi penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset
77
dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di
samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada
Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang
relevan mengenai bentuk dari beban tersebut. Transaksi beban dalam bentuk
barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa
konsultansi.
Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi pada periode
beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama. Apabila
diterima pada periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan dalam pendapatan
lain-lain.
Dalam
hal
mengakibatkan
penambahan
beban
dilakukan
dengan
Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan (LO) dan
beban selama satu periode pelaporan.
78
Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara pendapatan dan
beban selama satu periode pelaporan.
Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri
dalam kegiatan non operasional.
Catatan:
Prinsip-prinsip akuntansi pos luar biasa-LO berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun
2010) adalah sbb:
Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional
dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.
Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
(a) kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran; (b)
tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan
(c) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.
Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
Prinsip-prinsip akuntansi aset dalam bab ini hanya bersifat umum yang bersumber pada
Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01 (prinsip akuntansi aset secara spesifik dapat dilihat
pada Lampiran I PP 71/2010: PSAP 05, 06, 07, 08 dan buletin teknis terkait) sbb:.
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
79
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga)
sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pospos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan
ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal pelaporan.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, obat-obatan; barang
tak habis
pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset
diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
80
Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi
dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan
karakteristik aset tersebut. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan
cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan
biaya
tidak
langsung
termasuk
biaya
perencanaan
dan
pengawasan,
perlengkapan, tenaga istrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang
terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
g
Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah.
81
a)
jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;
b)
c)
(refinancing),
atau
penjadualan
kembali
terhadap
Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya mungkin
diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan (roll over) berdasarkan
kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan segera menyerap dana
entitas. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari
pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas
(seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan
kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini
diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian
pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa
substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang. Beberapa
perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu (covenant) yang menyebabkan
kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand)
jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar.
Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang hanya jika: a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta
pelunasan sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan b) tidak mungkin terjadi
pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) 6 bulan setelah tanggal
pelaporan.
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan
perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat
kewajiban timbul.
Kewajiban dalam
rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca.
10
Prinsip akuntansi ekuitas berdasarkan SAP Akrual, Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01,
adalah sbb :
82
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.
Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan
Ekuitas.
AKUNTANSI SKPD
Aspek hubungan keuangan; hubungan antara SKPD dan PPKD dapat dipandang
sebagai hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang. PPKD diperlakukan
sebagai kantor pusat, sementara itu SKPD-SKPD diperlakukan sebagai kantor
cabang.
Hubungan kantor pusat dan cabang yang diaplikasikan pada akuntansi di SKPD dan
PPKD ini dapat dilihat dengan digunakannya akun Rekening Koran PPKD (RK-PPKD)
pada setiap SKPD. Sementara itu, PPKD menggunakan akun Rekening Koran SKPD (RKSKPD). Dengan demikian, akun RK-SKPD dan akun RK-PPKD merupakan akun
resiprokal yang mencerminkan hubungan timbal-balik keuangan antara PPKD (selaku
BUD) dan SKPD (selaku pengguna anggaran). Akuntansi SKPD dan PPKD di dalam
bahan ajar ini menggunakan pendekatan akuntansi kantor pusat dan kator cabang (Home
83
Akuntansi
Keuangan
Daerah,
dan
Surat
Edaran
Nomor
Untuk mencatat transaksi yang melibatkan pos-pos neraca dan LO (basis akrual), yaitu
aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO, dan beban, menggunakan double entry
dalam suatu buku jurnal sebagaimana biasanya; dan
Untuk mencatat transaksi pos-pos LRA (basis kas) yaitu pendapatan-LRA, belanja dan
pembiayaan menggunakan single entry (semacam pembukuan bendahara untuk
mencatat pendapatan LRA dan belanja LRA secara terpisah).
Dengan demikian, laporan keuangan berupa Neraca dan LO dihasilkan dari proses
akuntansi sebagaimana biasanya yang dimulai dari penjurnalan (pembukuan double
entry). Sedangkan LRA dihasilkan dari pembukuan single entry yang mirip dengan Buku
Kas Umum yang diselenggarakan oleh
pengeluaran.
2
Transaksi anggaran apa saja yang akan terjadi di SKPD, hal itu sudah tergambar di dalam
anggaran (DPA) SKPD yang bersangkutan. Dengan adanya pembagian kewenangan
yang jelas dalam hal penganggaran dan pelaksanaannya antara PPKD dan Kepala SKPD,
maka tidak akan terjadi tumpang tindih (overlap) penganggaran antara PPKD dan SKPD.
Penganggaran pendapatan dan belanja yang tidak dianggarkan di dalam DPA PPKD,
akan dianggarkan di dalam DPA SKPD. Sementara itu, penganggaran pembiayaan
seluruhnya merupakan kewenangan PPKD sehingga anggaran pembiayaan tidak akan
muncul di dalam DPA SKPD.
Dengan demikian struktur anggaran SKPD sebagaimana tertuang di dalam DPA SKPD
terdiri dari:
a
Perlu diingat bahwa tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk memungut PAD.
Kewenangan untuk memungut PAD berupa pajak daerah berada pada SKPKD sedangkan
SKPD tertentu memiliki kewenangan untuk memungut retribusi.
3
84
akuntansi pemda berbasis akrual untuk SKPD, berikut ini akan langsung diberikan ilustrasi
soal dan jawabannya secara komprehensif mulai dari jurnal, buku besar, neraca saldo
sampai disusunnya laporan keuangan SKPD. Adapun untuk menyederhanakan ilustrasi,
transaksi akan dibuat secara ringkas per jenis transaksi, bukan per tanggal transaksi
karena penekanannya di sini adalah pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk
setiap jenis transaksi yang biasa terjadi pada SKPD, hingga akhirnya dihasilkan laporan
keuangan SKPD.
Ilustrasi Akuntansi SKPD-berbasis akrual
Pemkab Adil Makmur mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual berdasarkan
PP No. 71 Tahun 2010, yang mulai diterapkan sejak T.A. 2011. Berikut ini adalah data-data
akuntansi pada Dinas Perhubungan Kabupaten Adil Makmur.
Pemkab Adil Makmur
Dinas Perhubungan
Neraca
Per 1 Januari 2011
(dalam ribuah rupiah)
ASET
Rp
KEWAJIBAN
Aset Lancar
Kas di Bendahara Pengeluaran*)
Persediaan
Total Aset Lancar
EKUITAS
250.000
Gedung/Bangunan
240.000
TOTAL ASET
1.500
2.000
Tanah
500
Aset Tetap
Rp
Ekuitas**
639.500
149.000
639.000
641.000
641.000
*) Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPn yang belum disetor ke Kas Negara sd akhir
tahun 2010.
**)Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana
Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan Ekuitas yg bersifat full accrual.
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Perhubungan untuk T.A. 2011
adalah sbb. :
Uraian
Jumlah
Retribusi
Rp 24.000.000
Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Total Belanja Langsung
Total Belanja
Rp 1.500.000.000
Rp 65.000.000
150.000.000
120.000.000
Rp 335.000.000
Rp 1.835.000.000
85
Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2011 di
Dinas Perhubungan diringkaskan sbb:
a
Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar Rp1.487.500.000
berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan Tunjangan.
Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan peralatan dan mesin
sebesar Rp110.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Belanja Barang
dan Jasa.
Total realisasi belanja barang dan jasa untuk konsumsi yang dibayar secara LS sebesar
Rp55.000.000 berdasarkan SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa.
f Surat Ketetapan Retribusi (SKR) yang diterbitkan selama T.A 2011 sebesar Rp27.000.000.
Dari jumlah tersebut, pendapatan retribusi yang diterima bendahara penerimaan
sebesar Rp25.500.000. Pendapatan tsb telah disetor seluruhnya ke rekening Kas
Daerah, berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat Tanda Setoran).
g
Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan meliputi pengesahan belanja yang
dibayar dengan UP dan sekaligus pengisian kembali UP yang terpakai dengan rincian
sbb:
Belanja Langsung
Belanja Pegawai (honor-honor)
Belanja Barang dan Jasa
Total
Jumlah
Rp 53.750.000
Rp 62.500.000
Rp116.250.000
Catatan:
a
Pada
saat
SPJ
UP
telah
disahkan
oleh
PA
dan/atau
SPJ
Belanja UP yang terakhir telah disahkan dengan diterimanya SP2D GU Nihil (bukti
transaksi pengesahan belanja UP tanpa pengisian UP yang terpakai) untuk belanja sbb:
86
Belanja Langsung
Belanja Pegawai (honor-honor)
Belanja Barang dan Jasa
Total
Jumlah
Rp 11.000.000
Rp 27.500.000
Rp 38.500.000
Catatan: Bagi Pemda yang tidak menggunakan bukti berupa SP2D GU Nihil ataupun SP2D
TU Nihil, akan menggunakan bukti pengesahan SPJ penggunaan UP/GU/TU berupa SPJ
UP/GU/TU dan/atau SPJ Administratif/Fungisonal Bendahara Pengeluaran.
i Sisa UP telah disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas Daerah sebesar Rp
11.500.000. Berdasarkan bukti transaksi berupa STS.
j PPh/PPN yang dipotong/dipungut oleh bendahara pengeluaran selama tahun berjalan
telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Negara sebesar Rp 19.750.000. Berdasarkan
bukti transaksi berupa SSP.
Data akuntansi untuk penyesuaian akhir tahun 2011:
k
Diketahui dari jumlah belanja barang dan jasa selama T.A. 2011, belanja persediaan
selama tahun berjalan sebesar Rp7.700.000. Adapun nilai persediaan yang masih
tersisa pada akhir tahun diestimasi sebesar Rp1.000.000.
Berdasarkan kebijakan akuntansi Pemkab Adil Makmur, penyusutan aset tetap mulai
diterapkan terhitung T.A. 2011. Semua aset tetap yang dapat disusutkan dihitung
penyusutannya dengan metode garis lurus dengan asumsi nilai residu nol (nihil).
Gedung dan Bangunan disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 2,5% per tahun,
sedangkan peralatan dan mesin disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 10% per
tahunnya. Semua aset tetap (kecuali tanah dan KDP) yang diperoleh pada tahun
berjalan dianggap telah dapat disusutkan untuk setahun penuh.
m Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan jasa untuk bulan
Desember 2011 sebesar Rp15.325.000 belum terbayarkan.
Jawaban ilustrasi soal di atas akan diberikan dengan sistematika berikut:
Bagian I: (dapat dikatakan sebagai Entitas Akuntansi Keuangan)
Pencatatan secara double entry, mulai dari jurnal, buku besar, neraca saldo hingga
dihasilkan laporan keuangan berupa Laporan Operasional (LO) dan Neraca SKPD.
Bagaian II: (dapat dikatakan sebagai Entitas Akuntansi Anggaran)
Pencatatan secara single entry, untuk mencatat pendapatan LRA dan Belanja hingga
dihasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) SKPD.
BAGIAN I:
ILUSTRASI PENCATATAN DOUBLE ENTRY (ENTITAS AKUNTANSI KEUANGAN)
JURNAL UMUM
(Pencatatan Double Entry)
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
87
Tanggal
(No.
Transaksi)
A
B
C
D
E
F
Rekening / uraian
Ref.
Debit
Utang PPh/PPN
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran
RK-PPKD
(Jurnal untuk mencatat SP2D-UP
maupun SP2D-TU adalah sama
seperti jurnal pada huruf (b) di atas)
Beban Gaji dan Tunjangan
RK-PPKD
Peralatan dan Mesin
RK-PPKD
Kredit
1.500.000
1.500.000
50.000.000
50.000.000
1.487.500.000
1.487.500.000
110.000.000
110.000.000
55.000.000
Piutang Retribusi
Pendapatan Retribusi
Penjelasan:
Cara untuk mengakui pendapatan
dapat dilakukan dengan dua cara:
1 Pada
saat
diterbitkan
SKP/SKR; atau
2 Pada
saat
diterima
pendapatan,
sedangkan
pengakuan pendapatan yang
masih harus diterima diakui
pada akhir tahun melalui
jurnal penyesuaian, dengan
mendebit akun Piutang dan
mengkredit
akun
Pendapatan... yang terkait.
Di dalam ilustrasi ini digunakan
pendekatan (1)
27.000.000
25.500.000
RK-PPKD
Kas di Bendahara Penerimaan
(Penyetoran pendapatan ke Kasda)
25.500.000
Beban Pegawai-Honor
Beban Barang dan Jasa
RK-PPKD
53.750.000
62.500.000
Beban Pegawai-Honor
Beban Barang dan Jasa
Kas di Bendahara Pengeluaran
(Jurnal untuk mencatat SPJ/SP2DGU Nihil. Jurnal untuk mencatat
SPJ/SP2D TU Nihil pun sama
seperti jurnal huruf (h) di atas)
11.000.000
27.500.000
55.000.000
27.000.000
25.500.000
25.500.000
116.250.000
38.500.000
88
Tanggal
(No.
Transaksi)
i
Rekening / uraian
Ref.
Debit
RK-PPKD
Kas di Bendahara Pengeluaran
(Pengembalian sisa UP akhir tahun.
Jurnal
untuk
mencatat
pengembalian sisa TU pun sama
seperti jurnal huruf (i) di atas)
11.500.000
19.750.000
Kredit
11.500.000
19.750.000
19.750.000
19.750.000
500.000
500.000
31.900.000
15.325.000
31.900.000
15.325.000
89
No. Rek.
Tgl
F
Uraian
Ref
Penerimaan Retribusi
Penyetoran Retribusi ke
Debit
Kredit
Saldo
Debit
Kredit
25.500.000
25.500.000
25.500.000
-
Debit
Kredit
Kasda
Nama Rek.
No. Rek.
Tgl
Uraian
Ref
Jan 1
A
B
Saldo awal
Penyetoran PPh/PPN
Penerimaan UP
38.500.00
Saldo
Debit
Kredit
1.500.000
50.000.00
1.500.000
50.000.00
0
Jasa
Penyetoran sisa UP ke
Kasda
Pemotongan dan
11.500.000
19.750.00
19.750.00
penyetoran PPH/PPN
Nama Rek.
No. Rek.
: Piutang Retribusi
:
Tgl
F
0
11.500.000
Uraian
Penerbitan SKR
Ref
Debit
Kredit
Saldo
Debit
Kredit
27.000.00
27.000.00
0
Penerimaan retribusi
0
1.500.000
25.500.00
0
Nama Rek.
: Persediaan
No. Rek.
Tgl
Jan 1
K
Uraian
Ref
Saldo awal
Kenaikan persediaan akhir
Debit
Kredit
Saldo
Debit
Kredit
500.000
1.000.00
500.000
0
Nama Rek.
: Tanah
No. Rek.
Tgl
Jan 1
Uraian
Ref
Debit
Kredit
Saldo awal
Saldo
Debit
Kredit
250.000.00
0
Nama Rek.
: Gedung
90
No. Rek.
Tgl
Jan 1
Uraian
Ref
Debit
Kredit
Saldo
Debit
Kredit
240.000.00
Saldo awal
Nama Rek.
No. Rek.
Tgl
Jan 1
Uraian
Ref
Debit
Kredit
Saldo
Debit
Kredit
149.000.00
Saldo awal
Pengadaan peralatan dan
0
259.000.00
110.000.000
mesin
Nama Rek.
No. Rek.
Tgl
Uraian
Ref
Debit
Kredit
Saldo
Debit
Jan 1
l
Saldo awal
Penyusutan tahun 2011
Nama Rek.
No. Rek.
Tgl
Uraian
Ref
31.900.00
31.900.00
Debit
Kredit
Saldo
Debit
Kredit
1.500.00
Jan 1
Saldo awal
a
j
Penyetoran PPh/PPN
Pemotongan dan
1.500.000
19.750.00
19.750.00
penyetoran PPh/PPN
Nama Rek.
No. Rek.
Tgl
Uraian
Ref
Debit
0
-
Kredit
15.325.00
Saldo
Kredit
15.325.00
Debit
m
Utang/tagihan langganan
daya dan jasa
Nama Rek.
: Ekuitas
No. Rek.
Tgl
Uraian
Kredit
Ref
Debit
Kredit
Saldo
91
Debit
Jan 1
Saldo awal
Kredit
639.500.00
0
Nama Rek.
: RK-PPKD
No. Rek.
Tgl
Uraian
Ref
Debit
Kredit
50.000.000
1.487.500.000
Saldo
Kredit
50.000.000
1.537.500.000
110.000.000
55.000.000
1.647.500.000
1.702.500.000
Debit
b
c
Penerimaan UP
Belanja gaji dan
d
e
tunjangan
belanja modal
belanja barang dan
jasa (LS)
Penyetoran retribusi
ke Kasda
SPJ GU Belanja
25.500.000
1.677.000.000
116.250.000
1.793.250.000
11.500.000
Nama Rek.
: Pendapatan Retribusi-LO
No. Rek.
Tgl
Uraian
Ref
1.781.750.000
Debit
Kredit
Debit
Penerbitan SKR
27.000.00
Saldo
Kredit
27.000.000
Nama Rek.
No. Rek.
Tgl
c
Uraian
Ref
Debit
Kredit
1.487.500.00
Saldo
Debit
1.487.500.00
tunjangan
Kredit
92
Nama Rek.
: Beban Pegawai-Honor
No. Rek.
Tgl
Uraian
Ref
Debit
Kredit
SPJ GU
53.750.00
Saldo
Debit
Kredit
53.750.00
SPJ GU Nihil
0
11.000.000
0
64.750.00
0
Nama Rek.
No. Rek.
Tgl
e
55.000.00
Saldo
Debit
Kredit
55.000.000
LS
SPJ GU
0
62.500.00
117.500.000
SPJ GU Nihil
0
27.500.00
145.000.00
Uraian
Ref
Debit
Kredit
0
500.000
0
144.500.00
Utang/tagihan belum
15.325.00
0
159.825.00
Nama Rek.
No. Rek.
Tgl
L
Uraian
Ref
Debit
Kredit
31.900.00
Saldo
Debit
Kredit
31.900.00
c) Neraca Saldo
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
Dinas Perhubungan
Neraca Saldo*-Entitas Akuntansi Keuangan
Per 31 Desember 2011
No. Rek.
1.xxx
1.xxx
1.xxx
1.xxx
1.xxx
Nama Rekening
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang Retribusi
Persediaan
Tanah
Debit
Kredit
1.500.000
1.000.000
250.000.000
93
No. Rek.
1.xxx
1.xxx
1.xxx
2.xxx
3.xxx
3.xxx
3.xxx
Nama Rekening
Gedung
Peralatan dan Mesin
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Utang PPh dan PPN
Utang Beban Barang dan Jasa
Ekuitas
RK-PPKD
8.xxx
9.xxx
Pendapatan Retribusi-LO
Beban Pegawai - Gaji dan Tunjangan
9.xxx
9.xxx
9.xxx
Debit
240.000.000
259.000.000
Kredit
31.900.000
15.325.000
639.500.000
1.781.750.00
0
27.000.000
1.487.500.00
0
64.750.000
159.825.000
31.900.000
2.495.475.00
0
2.495.475.00
0
Jumlah
27.000
1.552.250
159.825
31.900
1.743.975
(1.716.975)
94
Rp
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Beban Barang dan Jasa
1.500
1.000 EKUITAS
Ekuitas Awal Tahun
2.500
Ekuitas untuk Konsolidasi:
Surplus (Defisit)-LO
RK-PPKD
250.000
Selisih Surplus (Defisit)-LO dan
240.000
RK-PPKD
259.000
Ekuitas
Akhir Tahun*)
(31.900)
717.100
Rp
15.325
639.500
(1.716.975
)
1.781.750
64.775
704.275
Uraian/Akun
Pendapatan Retribusi,
Bukti
STS No...
No Akun
4.xxx
Debit
Kredit
25.500.00
Uraian/Akun
Bukti
No Akun
Debit
Kredit
95
Belanja Pegawai-Gaji
SP2D-LS
5.xxx
1.487.500.000
dan Tunjangan
Belanja Modal-Peralatan
No...
SP2D-LS
5.xxx
110.000.000
dan Mesin
Belanja Barang dan
No...
SP2D-LS
5.xxx
55.000.000
Jasa-Konsumsi
Belanja Pegawai-Honor2
No...
SP2D
5.xxx
53.750.000
GU No...
SP2D
5.xxx
62.500.000
Belanja Pegawai-Honor2
GU No...
SP2D
5.xxx
11.000.000
5.xxx
27.500.000
GU Nihil
h
No...
SP2D
GU Nihil
No...
: Pendapatan Retribusi-LRA
No. Rek.
Tgl
Uraian
Ref
Debit
Penyetoran retribusi ke
25.500.00
Nama Rek.
No. Rek.
Tgl
c
Kredit
Uraian
Ref
1.487.500.00
tunjangan-SP2D LS
: Belanja Pegawai-Honor
No. Rek.
Tgl
Uraian
Ref
Debit
Kredit
Saldo
Kredit
25.500.000
Saldo
Debit
1.487.500.00
Nama Rek.
Debit
Debit
Kredit
Kredit
SPJ/SP2D- GU
53.750.00
Saldo
Debit
Kredit
53.750.00
SPJ/SP2D- GU Nihil
0
11.000.000
0
64.750.00
0
Nama Rek.
No. Rek.
Tgl
Uraian
Ref
Debit
Kredit
Saldo
96
55.000.00
Debit
55.000.000
LS
SPJ/SP2D- GU
0
62.500.00
117.500.000
SPJ/SP2D- GU Nihil
0
27.500.00
145.000.00
Nama Rek.
: Belanja Modal
No. Rek.
Tgl
d
Uraian
Belanja Modal-Peralatan
Ref
Debit
Kredit
110.000.000
Kredit
Saldo
Debit
Kredit
110.000.000
97
Nama Akun/Rek
Debit
Kredit
Pendapatan Retribusi-LRA
Belanja Pegawai - Gaji dan Tunjangan
1.487.500.00
25.500.000
0
64.750.000
145.000.000
110.000.000
1.807.250.00
(Kredit)
25.500.000
0
Defisit LRA
1.781.750.00
1.807.250.00
0
1.807.250.00
Uraian
(1)
Anggaran
(Rp)
(2)
Realisasi
(Rp)
(3)
Selisih
(Rp)
(4)=(3)
(2)
Capaian
(5)=(3)/
(2)
PENDAPATAN
Pendapatan Retribusi
24.000
25.500
1.500
106%
1.500.000
1.487.500
(12.500
)
99,16%
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai-Honor2
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
65.000
150.000
120.000
64.750
145.000
110.000
99,61%
96,67%
91,67%
335.000
319.750
1.835.000
1.807.250
(1.811.000)
(1.781.750)
(250)
(5.000)
(10.000
)
(15.250
)
(27.750
)
(29.250
)
BELANJA
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan
Total Belanja
Surplus (Defisit)
95,44%
98,49%
98
(1)
(Rp)
(2)
Realisasi
Selisih
(Rp)
(3)
(Rp)
(4)=(3)
Capaian
(5)=(3)/
(2)
(2)
PENDAPATAN
Pendapatan Retribusi
24.000
25.500
1.500
106%
1.565.000
1.552.250
(12.750
99,19%
150.000
145.000
96,67%
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai (Gaji, Tunjangan
dan Honor2)
Belanja Barang dan Jasa
(5.000)
Belanja Modal
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Total Belanja
Surplus (Defisit)
120.000
110.000
(10.000
91,67%
1.835.000
1.807.250
)
(27.750
98,49%
(1.811.000)
(1.781.750)
)
(29.250
)
TUGAS:
Untuk meningkatkan pemahaman atas akuntansi SKPD, Silahkan Anda mengerkan
soal berikut ini !
99
Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bahari menerima DPA T.A. 2010 dengan
ringkasan anggaran sbb.:
Pendapatan Retribusi
Rp
450.000.000
Rp
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan
1.020.000.000
Rp
Belanja Pegawai-Belanja Honor
100.000.000
Rp
Belanja Barang dan Jasa
280.000.000
Rp
Belanja Modal
200.000.000
Rp
Total Anggaran Belanja
1.600.000.000
Adapun Neraca awal Dinas Pariwisata per 1 Januari 2010 adalah sbb:
Dinas Pariwisata - Pemkab Bahari
NERACA
Per 1 Januari 2010
Uraian
ASET
Aset Lancar
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang
Persediaan
Total Aset Lancar
Jumlah (Rp)
550.000
550.000
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Total Aset Tetap
600.000.000
750.000.000
800.000.000
2.150.000.000
TOTAL ASET
2.150.550.000
Uraian
KEWAJIBAN
Kewajiban jk Pendek
Jumlah (Rp)
-
EKUITAS
Ekuitas
2.150.550.000
2.150.550.000
EKUITAS DANA
Rp
Rp
Rp
Rp
747.000.000
13.000.000
243.000.000
150.000.000
Belanja gaji dan tunjangan dan belanja modal harus dibayar secara langsung (LS),
sedangkan belanja honor dan belanja barang dan jasa dapat dibayarkan dengan
100
UP/TU.
Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 300.710.000
Diterima SP2D-LS untuk pembelian 5 unit komputer dengan nilai total sebesar
Rp44.000.000.
Dibayar honor nara sumber sebesar Rp 75.000.000 dan honor panitia sebesar
Rp 10.000.000. Dari pembayaran honor tersebut telah dipotong PPh sebesar
Rp11.750.000.
101
Persediaan yang masih ada pada akhir tahun yaitu ATK dan persediaan obatobatan dengan total sebesar Rp1.200.000. Adapun total pembelian persediaan
selama tahun berjalan sebesar Rp16.500.000
Pendapatan retribusi yang sudah menjadi hak pemda (telah diterbitkan Surat
Ketetapan Retribusi-nya) tetapi belum diterima pembayarannya dari wajib
retribusi sampai akhir tahun 2010 sebesar Rp2.500.000.
Beban penyusutan aset tetap, yang mulai diterapkan tahun ini, telah dihitung
berdasarkan metode garis lurus sebesar Rp53.750.000
DIMINTA:
Susun LO
Susun LRA
102
AKUNTANSI PPKD
Di dalam Pasal 98 Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri
No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dinyatakan sebagai
berikut:
1
Pada SKPKD disusun RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) -SKPD dan RKA-PPKD.
belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja
bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga; dan
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.
Akuntansi untuk SKPKD dalam kapasitasnya sebagai SKPD tidak ada perbedaan dengan
akuntansi pada SKPD lainnya. Oleh karena itu, pembahasan di dalam bab ini adalah
akuntansi untuk PPKD dalam rangka pelaksanaan DPA-PPKD. Di samping itu, sistem
pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke
rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas Umum Daerah
(Kasda). Pengelola Kasda adalah PPKD yang secara otomatis adalah BUD. OLeh karena
itu, di dalam akuntansi PPKD meliputi juga akuntansi transaksi resiprokal antara PPKD
(selaku BUD) dengan SKPD (selaku pengguna anggaran).
Akuntansi transaksi resiprokal (transaksi timbal-balik) antara PPKD dan SKPD tersebut
diselenggarakan dengan metode akuntansi hubungan kantor pusat dan cabang (Home
Office-Branch Accounting). Untuk mencatat transaksi resiprokal tsb, SKPD menggunakan
akun RK-PPKD, sedangkan PPKD akan menggunakan akun RK-SKPD (ditulis sesuai
dengan nama SKPD-nya masing-masing). Selanjutnya, mekanisme akuntansi untuk
PPKD pun tetap menggunakan triple entry record system, sehingga konsisten dengan
pembahasan pada bab sebelumnya.
103
Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif tentang penerapan
akuntansi pemda berbasis akrual untuk PPKD, berikut ini akan langsung diberikan ilustrasi
soal dan jawabannya. Adapun untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat
secara ringkas per jenis transaksi, bukan per tanggal transaksi karena penekanannya di
sini adalah pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk setiap jenis transaksi yang
biasa terjadi pada PPKD, hingga akhirnya dihasilkan laporan keuangan PPKD.
Nama Rek
Kas di Kas Daerah
Penyertaan
Modal
Perusahaan Daerah
Ekuitas
Jumlah
pada
Debit
35.750.654.000
10.000.000.000
45.750.654.000
Kredit
45.750.654.000
45.750.654.000
Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar,
Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan
Ekuitas yg bersifat full accrual.
PPKD selaku BUD tidak memilik utang jangka pendek, seperti utang PFK, karena
potongan pajak pusat maupun iuran taspen, askes, dsb, telah disetor seluruhnya ke
para fihak yang terkait.
Semua sisa UP di Bendahara Pengeluaran SKPD telah disetor sd. akhir tahun lalu (31
Des 2010).
Informasi Tambahan:
104
2
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
3.
3.1.
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
Uraian
(2)
PENDAPATAN
Pendapatan Dana Perimbangan
Pendapatan Dana Bagi Hasil
Pendapatan Dana Alokasi Umum
Pendapatan Dana Alokasi Khusus
Jumlah Dana Perimbangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Pendapatan Hibah
Jumlah Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
Surplus /Defisit: [1]-[2]
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto [3.1] [3.2]
SiLPA Tahun Anggaran
Anggaran
stlh Perubahan
(3)
54.350.000.000
255.000.000.000
45.500.000.000
354.850.000.000
354.850.000.000
3.500.000.000
2.000.000.000
2.500.000.000
8.000.000.000
346.850.000.000
35.750.654.000
25.000.000.000
60.750.654.000
5.000.000.000
2.500.000.000
7.500.000.000
53.250.654.000
400.100.650.000
105
No.
Urut
Anggaran
stlh Perubahan
Uraian
Berkenaan*) [Surplus/Defisit +
Pembiayaan Neto]
*)
Perlu diingat bahwa SiLPA pada DPA PPKD belum mencerminkan SiLPA Pemda yang
sebenarnya, karena SiLPA di DPA PPKD bukan SiLPA dari APBD secara keseluruhan.
C. Ringkasan transaksi PPKD selama T.A. 2011 adalah sbb.:
a
Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan T.A. 2011 berdasarkan Nota
Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp dengan rincian sbb.:
No. Rek
Uraian
Jumlah
Pendapatan DBH
Pendapatan DAU
Pendapatan DAK
Jumlah
(Rp)
55.850.000.000
250.000.000.000
45.500.000.000
351.350.000.000
STS
dan
Nota
Kredit
Rekening
Koran
Bank
adalah
Rp
35.467.546.000
c
Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah Rp.
390.756.540.000
Jumlah potongan dan penyetoran PFK yang dilakukan oleh BUD atas SP2D LS
yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah sbb:
No.
Uraian
Rek
Potongan PPh dan PPN
Potongan Taspen
Potongan Askes
Jumlah
e
Jumlah
Jumlah
Dipotong/dipungut
Disetor
(Rp)
(Rp)
32.650.386.000 32.540.654.000
18.120.000.000 18.120.000.000
1.560.430.000
1.560.430.000
52.330.816.000 52.221.084.000
Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah
Rp 3.576.000.000
Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh SKPD ke
rekening Kasda adalah Rp 124.760.000
Jumlah total SP2D LS realisasi belanja tidak langsung PPKD terdiri dari:
106
No.
Uraian
Jumlah
Rek
(Rp)
3.500.000.000
2.000.000.000
5.500.000.000
Beban bunga yang terutang atas pinjaman jangka panjang sebesar Rp250.000.000
Tgl
a)
Uraian/Nama Akun
Kas di Kas Daerah
Debit
351.350.000.00
0
Pendapatan DBH LO
Pendapatan DAU LO
55.850.000.000
250.000.000.00
0
45.500.000.000
Pendapatan DAK LO
b)
c)
Kredit
35.467.546.000
RK-SKPD
390.756.540.00
0
35.467.546.000
390.756.540.00
0
107
Tgl
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
Uraian/Nama Akun
(Transaksi resiprokal)
Kas di Kas Daerah
Utang PPh dan PPN
Utang Iuran Taspen
Utang Iuran Askes
Debit
52.330.816.000
32.650.386.000
18.120.000.000
1.560.430.000
32.540.654.000
18.120.000.000
1.560.430.000
RK-SKPD
Kas di Kas Daerah
(Transaksi resiprokal)
3.576.000.000
52.221.084.000
3.576.000.000
124.760.000
124.760.000
3.500.000.000
2.000.000.000
5.500.000.000
25.000.000.000
25.000.000.000
Dana Cadangan
Kas di Kas Daerah
5.000.000.000
2.500.000.000
Kredit
5.000.000.000
2.500.000.000
5.000.000.000
5.000.000.000
250.000.000
250.000.000
Setelah seluruh jurnal di atas diposting ke buku besar, diperoleh neraca saldo akhir tahun
(setelah ayat jurnal penyesuaian) sbb.:
108
Nama Akun
Debit
Kredit
1.xxx
40.470.152.000
1.xxx
Piutang DAU
1.x.xx
1.xxx
Dana Cadangan
1.xxx
R/K SKPD
2.xxx
2.xxx
2.xxx
Utang Bunga
3.xxx
Ekuitas
45.750.654.000
8.xxx
Pendapatan DBH LO
55.850.000.000
8.xxx
Pendapatan DAU LO
255.000.000.00
0
8.xxx
Pendapatan DAK LO
45.500.000.000
9.xxx
Beban Bunga
9.xxx
3.500.000.000
9.xxx
2.000.000.000
5.000.000.000
12.500.000.000
5.000.000.000
358.740.234.00
0
109.732.000
25.000.000.000
250.000.000
250.000.000
Jumlah Total
427.460.386.00 427.460.386.00
0 0
Jumlah
PENDAPATAN TRANSFER
Pendapatan Dana Bagi Hasil (Pusat)
55.850.000.000
Pendapatan DAU
255.000.000.000
Pendapatan DAK
45.500.000.000
Jumlah Pendapatan
356.350.000.000
BEBAN
Beban Bunga
250.000.000
3.500.000.000
2.000.000.000
Jumlah Beban
SURPLUS (DEFISIT) KEGIATAN OPERASIONAL
5.750.000.000
350.600.000.000
109
110
Rp
Investasi Jk Panjang
Penyertaan Modal pada BUMD
Dana Cadangan
RK-SKPD
40.470.152
5.000.000
45.470.152
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang PPh/PPN
Utang Bunga
Total Kewajiban Jangka Pendek
12.500.000
5.000.000
358.740.234
TOTAL ASET
421.710.386
Rp
109.732
250.000
359.732
25.000.000
Total Kewajiban
25.359.732
EKUITAS
Ekuitas Awal Tahun
Surplus (Defisit)-LO
Ekuitas Akhir Tahun
TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS
45.750.654
350.600.000
396.350.654
421.710.386
BAGIAN II:
ILUSTRASI PEMBUKUAN SINGLE ENTRY (ENTITAS AKUNTANSI ANGGARAN)
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
PPKD
Buku Pendapatan-LRA (Basis Kas)
T.A. 2011
Tgl
a
Uraian/Akun
Pendapatan DBH
Pendapatan DAU
Bukti
No Akun
4.xxx
Debit
Kredit
55.850.000.000
250.000.000.00
0
45.500.000.000
Pendapatan DAK
Uraian/Akun
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Bukti
No Akun
Debit
3.500.000.000
2.000.000.000
Kredit
111
Uraian/Akun
Penerimaan
PembiayaanPenarikan Pinjaman Kepada
Pemerintah Pusat
Pengeluaran
PembiayaanPembentukan
Dana
Cadangan
Pengeluaran PembiayaanPenyertaan Modal pada
BUMD
Bukti
No
Akun
Debit
Kredit
25.000.000.00
0
5.000.000.00
0
2.500.000.00
0
Nama Akun
Pendapatan DBH
Pendapatan DAU
Pendapatan DAK
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
SiLPA Awal Tahun
Penerimaan Pembiayaan-
Debit
Kredit
55.850.000.000
250.000.000.000
45.500.000.000
3.500.000.000
2.000.000.000
35.750.654.000
25.000.000.000
Pemerintah Pusat
Pengeluaran Pembiayaan-
5.000.000.000
7.2xx
2.500.000.000
13.000.000.000
412.100.654.000
SILPA*)
399.100.654.000
412.100.654.000
412.100.654.000
*)
seluruh SKPD.
112
Anggaran
(Rp)
(2)
Realisasi
(Rp)
(3)
Selisih
(Rp)
(4)=(3) (2)
54.350.000
255.000.000
45.500.000
354.850.000
55.850.000
250.000.000
45.500.000
351.350.000
1.500.000
(5.000.000)
(3.500.000)
3.500.000
2.000.000
2.500.000
8.000.000
346.850.000
3.500.000
2.000.000
5.500.000
345.850.000
(2.500.000)
(2.500.000)
(1.000.000)
35.750.654
25.000.000
35.750.654
25.000.000
60.750.65
4
60.750.654
Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan5.000.000
5.000.000
Pembentukan
Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan2.500.000
2.500.000
Penyertaan
Modal pada BUMD
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
7.500.000
7.500.000
Pembiayaan Neto
53.250.654
53.250.654
*)
SILPA Akhir Tahun
400.100.654
399.100.654
(1.000.000)
*)
SILPA tersebut merupakan SILPA sebelum memperhitungkan surplus (defisit) dari
seluruh SKPD.
113
Realisasi
(Rp)
(3)
54.350.000
255.000.000
45.500.000
354.850.000
55.850.000
250.000.000
45.500.000
351.350.000
1.500.000
(5.000.000)
(3.500.000)
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Tak Terduga
3.500.000
2.500.000
3.500.000
-
(2.500.000)
2.000.000
2.000.000
8.000.000
346.850.000
5.500.000
345.850.000
(2.500.000)
(1.000.000)
35.750.654
25.000.000
35.750.654
25.000.000
60.750.65
4
60.750.654
Uraian
(1)
PENDAPATAN TRANSFER DARI
PEMERINTAH PUSAT
Pendapatan DBH
Pendapatan DAU
Pendapatan DAK
Total Pendapatan Transfer
Total Belanja
Surplus (Defisit)
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA awal tahun
Penerimaan Pembiayaan-Penarikan
Pinjaman Kepada Pemerintah
Pusat
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Selisih
(Rp)
(4)=(3) (2)
Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan5.000.000
5.000.000
Pembentukan
Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan2.500.000
2.500.000
Penyertaan
Modal pada BUMD
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
7.500.000
7.500.000
Pembiayaan Neto
53.250.654
53.250.654
SILPA Akhir Tahun*)
400.100.654
399.100.654
(1.000.000)
*)
SILPA tersebut merupakan SILPA sebelum memperhitungkan surplus (defisit) dari
seluruh SKPD.
114
TUGAS:
Untuk meningkatkan pemahaman
berikut ini.
A. Neraca Saldo Awal Tahun Anggaran 2011
Pemerintah Kabupaten Langit Biru
PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2011
Nama Rek
Kas di Kas Daerah
Piutang DAU
Penyertaan Modal pada Perusahaan Daerah
Ekuitas
Jumlah
Debit
(Rp)
45.750.765.000
15.000.000.000
25.000.000.000
85.750.765.000
Kredit
(Rp)
85.750.765.000
85.750.765.000
2
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
3.
3.1.
3.1.1
Uraian
(2)
PENDAPATAN
Pendapatan Dana Perimbangan
Pendapatan Dana Bagi Hasil
Pendapatan Dana Alokasi Umum
Pendapatan Dana Alokasi Khusus
Jumlah Dana Perimbangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Pendapatan Hibah
Jumlah Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
Surplus /Defisit: [1]-[2]
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA Tahun Anggaran
sebelumnya*)
Anggaran
stlh Perubahan
(3)
40.350.000.000
275.000.000.000
25.000.000.000
340.350.000.000
340.350.000.000
5.000.000.000
2.500.000.000
4.500.000.000
12.000.000.000
328.350.000.000
45.750.765.000
115
No.
Urut
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
Uraian
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto [3.1] [3.2]
SILPA PPKD Akhir Tahun
Anggaran [Surplus/Defisit +
Pembiayaan Neto]
Anggaran
stlh Perubahan
20.000.000.000
65.750.765.000
2.500.000.000
2.500.000.000
63.250.765.000
391.600.765.000
Jumlah
(Rp)
Pendapatan DBH
38.500.000.000
Pendapatan DAU*)
290.000.000.000
Pendapatan DAK
22.500.000.000
Jumlah
351.000.000.000
*) Keterangan: dari jumlah pendapatan DAU tersebut termasuk penerimaan
Piutang DAU sebesar Rp15.000.000.000.
b
Jumlah total pendapatan SKPD yang telah masuk ke rekening Kasda berdasarkan
STS dan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp 145.430.875.000
adalah
Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah
Rp45.000.000.000
Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh SKPD ke
rekening Kasda adalah Rp 250.760.000
Jumlah total SP2D LS untuk belanja tidak langsung PPKD terdiri dari:
116
Uraian
Jumlah
(Rp)
5.000.000.000
2.500.000.000
1.500.000.000
9.000.000.000
Pada akhir tahun diakui piutang atas DBH yang masih harus diterima. Sementara
untuk sisa anggaran DAK tidak dapat diklaim lagi mengingat progres kegiatan
sampai akhir tahun tidak mencapai 100%.
Diminta:
1
PENYUSUNAN
LAPORAN
KEUANGAN
KONSOLIDASIAN
LAPORAN
KEUANGAN PEMDA
1
Di dalam strukstur sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD), yang bertindak sebagai
entitas pelaporan adalah level pemerintah daerah (kepala daerah), sementara entitas
akuntansi adalah entitas-entitas pengguna anggaran yaitu SKPD dan SKPKD (termasuk
PPKD dalam kapasitas sebagai pengguna anggaran). Setiap entitas akuntansi, karena
sebagai pengguna anggaran, wajib menyelenggarakan akuntansi untuk menghasilkan
laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaranya,
dan menyampaikannya kepada kepala daerah selaku entitas pelaporan, untuk selanjutnya
digabungkan/dikonsolidasikan sehingga menjadi laporan keuangan (di tingkat) pemerintah
daerah. Sebagaimana telah dijelaskan di bab sebelumnya, bahwa entitas pelaporan dalam
konteks tugasnya untuk penyusuan laporan keuangan di tingkat pemerintah daerah
dilakukan oleh PPKD.
Opini atas laporan keuangan yang diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
hanya diberikan pada tingkat entitas pelaporan, bukan per entitas akuntansi (Dinas,
Badan, Satker lainnya). Sistem pengendalian intern dalam hal ini memegang peranan
MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
117
penting untuk menjamin agar laporan keuangan gabungan di tingkat pemda menjadi andal
dan tepat waktu disajikan. Salah satu prosedur pengendalian intern yang umum dilakukan
adalah melakukan verifikasi dan rekonsiliasi laporan keuangan SKPD-SKPD dengan
catatan akuntansi dan/atau laporan yang dihasilkan oleh PPKD sendiri.
Proses
penyusunan
laporan
keuangan
konsolidasian
sesungguhnya
merupakan
pekerjaan yang sederhana secara logika, karena pada dasarnya hanya menjumlahkan
akun-akun yang sifatnya sama di dalam laporan keuangan dari seluruh SKPD ditambah
dengan
akun-akun
yang
ada
dalam
laporan
keuangan
PPKD.
Khusus
untuk
penggabungan neraca, ada akun yang harus dielimasi yaitu akun resiprokal yang hanya
mencakup dua akun, yaitu akun RK-PPKD lawan RK-SKPD. Problem dalam penyusunan
laporan keuangan konsolidasian lebih kepada volume pekerjaan yang relatif besar,
sehingga membutuhkan energi yang relatif besar pula dalam hal kecermatan, ketelitian
dan tentunya kesabaran dalam melakukan verifikasi dan rekonsiliasi. Problem tsb mungkin
bisa diatasi secara signifikan dengan menggunakan software aplikasi akuntansi, namun
perlu diingat bahwa software itu hanya sekedar tools atau alat bantu yang tidak
sepenuhnya bisa menggantikan tugas-tugas para petugas akuntansi. Oleh karena, para
petugas akuntansi tetap harus memahami proses akuntansinya dari awal hingga
dihasilkannya laporan keuangan yang sesuai dengan SAP.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif berikut ini langsung
disajikan ilustrasinya, dengan suatu penyederhanaan asumsi bahwa di dalam setiap
kertas kerja yang disajikan seolah-olah hanya terdiri dari dua entitas akuntansi yaitu,
entitas akuntansi PPKD dan entitas akuntansi gabungan seluruh SKPD.
Ilustrasi akan disajikan dengan sistematika sbb.:
No
Rek
Uraian
4
4.1.
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan pajak daerah
Pendapatan retribusi daerah
Pendapatan
hasil
pengelolaan
Kekayaan
daerah
yang
Dipisahkan
PPKD
(Realisasi)
SKPD
(Realisasi)
23.659.500
7.674.400
3.500.000
Saldo
Gabungan
(Realisasi)
23.659.500
7.674.400
3.500.000
118
4.2
5
5.1.
5.2.
7
7.1
7.2
633.646
633.646
35.467.546
35.467.546
55.850.000
250.000.000
45.500.000
351.350.000
55.850.000
250.000.000
45.500.000
351.350.000
351.350.000
35.467.546
386.817.546
3.500.000
2.000.000
5.500.000
215.567.500
-
215.567.500
3.500.000
2.000.000
215.567.500
221.067.500
5.500.000
345.850.000
1.576.000
12.064.280
165.000.000
178.640.280
394.207.780
(358.740.234)
1.576.000
12.064.280
165.000.000
178.640.280
399.707.780
(12.890.234)
35.750.654
25.000.000
60.750.654
35.750.654
25.000.000
60.750.654
5.000.000
2.500.000
7.500.000
53.250.654
399.100.654
(358.740.234)
5.000.000
2.500.000
7.500.000
53.250.654
40.360.420
Keterangan:
*)Untuk mengecek apakah SILPA gabungan (SILPA Final) sebesar Rp40.360.420.000
sudah benar atau belum ? Silahkan Anda lihat pada Neraca PPKD per 31 Desember
2011, jumlah Kas di Kas Daerah akhir tahun 2011 dikurangi dengan Utang PPh/PPN, dan
selisihnya sama dengan SILPA gabungan (SILPA Final) sebesar Rp40.360.420.000.
119
No
Rek
8.
8.1
8.2
8.3
9.
PPKD
(Realisasi)
Uraian
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan pajak daerah1)
Pendapatan retribusi daerah2)
Pendapatan hasil pengelolaan Kekayaan
daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah
Jumlah PAD
Pendapatan Transfer
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum3)
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN
BEBAN
Beban Pegawai-Gaji dan Tunjangan
Beban Pegawai-Honor
Beban Barang dan Jasa 4)
Beban Bunga5)
Beban Bantuan Sosial
Beban Bantuan Keuangan
Beban Tak Terduga
Belan Penyusutan6)
JUMLAH BEBAN
SURPLUS/(DEFISIT)
KEGIATAN
OPERASIONAL7)
Saldo
Gabungan
(Realisasi)
SKPD
(Realisasi)
23.700.000
7.686.900
3.500.000
23.700.000
7.686.900
3.500.000
633.646
633.646
35.520.546
35.520.546
55.850.000
255.000.000
45.500.000
356.350.000
356.350.000
35.520.546
55.850.000
255.000.000
45.500.000
356.350.000
391.870.546
250.000
3.500.000
2.000.000
5.750.000
350.600.000
215.567.500
1.576.000
12.139.690
215.567.500
1.576.000
12.139.690
250.000
3.500.000
2.000.000
45.750.000
275.033.190
(239.512.644
)
45.750.000
280.783.190
111.087.356
Keterangan LO:
1
akrual, dari jumlah retribusi yang diterima tersebut ditambah dengan piutang
retribusi tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar
Rp12.500.000, sehingga jumlah pendapatan retribusi yang dilaporkan di LO
seluruhnya berjumlah Rp7.686.900.000.
120
Jumlah pendapatan DAU yang dilaporkan di LRA adalah jumlah yang telah
diterima (basis kas). Sementara di dalam LO, jumlah pendapatan DAU yang
diakui adalah jumlah yang seharusnya diterima tahun berjalan yaitu sebesar
Rp255.000.000.000 (basis akrual).
Di LRA tidak terdapat belanja bunga, karena belum ada belanja bunga yang
sudah dibayar. Namun bunga yang terutang pada tahun berjalan atas pinjaman
jangka panjang kepada pemerintah pusat sebesar Rp250.000.000 sudah dapat
diakui di LO sebagai beban bunga tahun berjalan.
Dalam ilustrasi ini diasumsikan tidak ada transaksi surplus/defisit dari kegiatan
non operasional dan juga tidak ada transaksi luar biasa. Di samping itu di LO
tidak akan pernah disajikan pos transaksi pembiayaan, karena pemibiayaan itu
bukan pendapatan maupun beban. Sehingga LO dalam ilustrasi di atas hanya
disajikan sampai Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
121
Ayat Eliminasi
Nama Rekening
ASET
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang Pajak Daerah
Piutang Retribusi
Piutang DAU
Persediaan
Total Aset Lancar
PPKD
40.470.152
SKPD
Debit
Kredit
Neraca
Konsolidasian
45.470.152
40.500
12.500
235.000
288.000
40.470.152
40.500
12.500
5.000.000
235.000
45.758.152
12.500.000
5.000.000
17.500.000
358.740.234
915.000.000
(45.750.000)
869.250.000
350.000
869.600.000
-
12.500.000
915.000.000
(45.750.000)
869.250.000
5.000.000
350.000
887.100.000
-
TOTAL ASET
421.710.386
869.888.000
5.000.000
122
358.740.23
4
932.858.152
Ayat Eliminasi
No.
Rek
Nama Rekening
PPKD
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang PFK3)
Utang Belanja
Utang Bunga
Total Kewajiban jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
TOTAL KEWAJIBAN
EKUITAS
Ekuitas Awal Tahun
Surplus (Defisit)-LO
RK-PPKD1)
TOTAL EKUITAS AKHIR TAHUN
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
109.732
SKPD
Debit
Kredit
Neraca
Konsolidasian
250.000
359.732
110.410
110.410
109.732
110.410
250.000
470.142
25.000.000
25.359.732
110.410
25.000.000
25.470.142
45.750.654
350.600.000
396.350.654
750.550.000
(239.512.644)
358.740.234
869.777.590
796.300.654
111.087.356
907.388.010
421.710.386
869.888.000
358.740.234
932.858.152
Keterangan:
1)
RK-SKPD = RK-PPKD = Total SP2D LS SKPD (+) Total SP2D UP/GU/TU SKPD (-) Pengembalian Sisa UP/GU/TU dari SKPD (-)
Pendapatan SKPD yang telah disetor ke Kasda. Data angka-angka nya sudah disajikan pada soal ilustrasi.
2)
Penyusutan aset tetap di asumsikan baru diakui tahun ini, sehingga jumlah akumulasi penyusutan sama dengan jumlah beban
Utang PFK adalah uang potongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara.
123
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit
organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
umum
negara/daerah
dan/atau
kuasa
bendaharawan
umum
negara/daerah.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Terdapat sedikit
perbedaan pada klasifikasi dan unsur LAK versi SAP berbasis CTA (PP 24/2005) dan
LAK versi SAP berbasis akrual (PP 71/2010). Perbedaan itu secara ringkas dapat
digambar berikut ini.
Uraian
Klasifikasi
Aktivitas
Investasi
Non- 2
Aktivitas Pembiayaan
Aktivitas Investasi
Keuangan
3
Aktivitas
Aktivitas Pendanaan
4 Aktivitas Non-Anggaran
4 Aktivitas Transitoris
Investasi Mencakup
penerimaan .-
Non-Keuangan
Aktivitas Investasi
Mencakup
penerimaan/pengeluaran
dari
kas
transaksi
investasi
jangka
panjang,
pembentukan/pencairan
dana
cadangan
Aktivitas
Mencakup penerimaan/
Pembiayaan
Aktivitas
cadangan.
-
Mencakup
transaksi
124
penerimaan/pengeluaran
dari
kas
transaksi
penarikan/pembayaran
Aktivitas
non
anggaran
Mencakup
pinjaman.
Substansi sama hanya beda
istilah,
transaksi
PFK,
contoh
di sini menggunakan
iuran
taspen, askes.
Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan
operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas
operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan
dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
(a) Penerimaan Perpajakan;
(b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)/Retribusi;
(c) Penerimaan Hibah;
(d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya;
(e) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
(f) Penerimaan Transfer.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
a
Pembayaran Pegawai;
Pembayaran Barang;
125
pengeluaran kas
bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan
untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di
masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
(a) Penjualan Aset Tetap;
(b) Penjualan Aset Lainnya;
(c) Pencairan Dana Cadangan;
(d) Penerimaan dari Divestasi;
(e) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
(a) Perolehan Aset Tetap;
(b) Perolehan Aset Lainnya;
(c) Pembentukan Dana Cadangan;
(d) Penyertaan Modal Pemerintah;
(e) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang
jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang
jangka panjang dan utang jangka panjang.
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
a
b
126
mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas
transitoris
antara
lain
transaksi
Perhitungan
Fihak
Ketiga
(PFK),
127
2011
2010
23.659.500
7.674.400
3.500.000
Xxx
Xxx
Xxx
633.646
55.850.000
250.000.000
45.500.000
-
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
386.817.546
xxx
217.143.500
12.064.280
3.500.000
2.000.000
234.707.780
152.109.766
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
165.000.000
5.000.000
2.500.000
172.500.000
xxx
xxx
xxx
xxx
128
(172.500.000)
xxx
25.000.000
xxx
xxx
25.000.000
xxx
xxx
52.330.816
52.330.816
xxx
Xxx
52.221.084
52.221.084
109.732
Xxx
Xxx
Xxx
4.719.498
35.750.654
40.470.152
Xxx
Xxx
35.750.654
TUGAS:
Berdasarkan kertas kerja penyusunan laporan keuangan konsolidasian di atas,
silahkan Anda menyusun laporan keuangan Pemkab Adil Makmur untuk akhir T.A 2011
berikut ini:
1
LO
Neraca
129