istilah yang sering kali kita dengar atau baca baik melalui media cetak maupun media elektronik. Pemerintah Indonesia melalui kementerian pertanian memang terus berupaya untuk mewujudkan pembangunan pertanian secara berkelanjutan dan berkesinambungan melalui kebijakan dan program sebagai sarana untuk mewujudkan pembangunan pertanian tersebut. Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai pembangunan pertanian maka akan dipaparkan terlebih dahulu kondisi sektor pertanian Indonesia saat ini
Indonesia adala negara Agraris. Kata-kata tersebut
mungkin sudah sangat familiar di telinga sebagian besar rakyat Indonesia. Meskipun pemerintah terus berupaya untuk melakukan pertumbuhan pada sektor lain dan mendorong agar masyarakat Indonesia bekerja pada bidang lain selain sektor pertanian, namun tetap saja fakta bahwa sebagian besar rakyat Indonesia bermatapencaharian sebagai petani tak dapat dinafikan begitu saja. Lahan pertanian Indonesia yang masih tergolong luas menjadi salah satu faktor sebagian besar rakyat Indonesia masih senang bekerja sebagai petani.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan sebagian
besar rakyat Indonesia memilih menjadi seorang petani yaitu tingkat pendidikan yang rendah, skill atau keterampilan yang tidak memadai atau karena petani memang pekerjaan secara turun-temurun dalam keluarga tersebut. Berbagai macam faktor tersebut menjadi alasan masih banyaknya rakyat Indonesia bermatapecaharian sebagai petani.
Berikut ini adalah data Jumlah petani menurut
subsektor dan jenis kelamin berdasarkan hasil sensus pertanian pada tahun 2013. Sumber : http://www.bps.go.id
Berdasarkan data tersebut maka dapat dilihat bahwa
jumlah petani di Indonesia adalah 31.705.337 orang atau sekitar 12% dari total penduduk Indonesia.
Penduduk Indonesia yang bekerja sebagai petani
umumnya tinggal di wilayah pedesaan karena memang lahan pertanian di wilayah pedesaan masih luas dibandingkan dengan wilayah perkotaan yang telah didominasi oleh gedung bertingkat dan kawasan perumahan. Faktanya, berdasarkan data BPS tingkat kemiskinan di Indonesia masih lebih tinggi di wilayah pedesaan daripada perkotaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini.
Semester 1 (Maret Semester 2
2016) (September 2016) Persentase Persentase Penduduk Miskin Penduduk Miskin Provinsi Menurut Provinsi Menurut Provinsi (Persen) (Persen) Perko Perde Juml Perko Perde Juml taan saan ah taan saan ah ACEH 10.82 19.15 16.7 10.79 18.80 16.4 3 3 SUMATERA 10.3 10.2 9.75 10.97 9.69 10.86 UTARA 5 7 SUMATERA 5.54 8.16 7.09 5.52 8.27 7.14 BARAT RIAU 6.40 9 7.98 6.38 8.51 7.67 JAMBI 10.86 7.32 8.41 10.73 7.30 8.37 SUMATERA 13.5 13.3 12.74 13.99 12.73 13.77 SELATAN 4 9 17.3 17.0 BENGKULU 16.19 17.85 16.16 17.43 2 3 14.2 13.8 LAMPUNG 10.53 15.69 10.15 15.24 9 6 KEP. BANGKA 2.78 7.72 5.22 2.67 7.57 5.04 BELITUNG KEP. RIAU 5.16 10.43 5.98 4.99 10.47 5.84 DKI JAKARTA 3.75 - 3.75 3.75 0 3.75 JAWA BARAT 7.67 11.80 8.95 7.55 11.72 8.77 JAWA 13.2 13.1 11.44 14.89 11.38 14.88 TENGAH 7 9 DI 13.3 13.1 11.79 16.63 11.68 16.27 YOGYAKARTA 4 0 12.0 11.8 JAWA TIMUR 7.94 16.01 7.91 15.83 5 5 BANTEN 4.51 7.45 5.42 4.49 7.32 5.36 BALI 3.68 5.23 4.25 3.53 5.21 4.15 NUSA 16.4 16.0 TENGGARA 18.20 15.17 17.55 14.82 8 2 BARAT NUSA 22.1 22.0 TENGGARA 10.58 25.17 10.17 25.19 9 1 TIMUR KALIMANTAN 5.16 9.11 7.87 4.97 9.38 8 BARAT KALIMANTAN 4.60 6.23 5.66 4.49 5.83 5.36 TENGAH KALIMANTAN 3.48 5.89 4.85 3.43 5.37 4.52 SELATAN KALIMANTAN 3.93 10.05 6.11 3.86 10.15 6 TIMUR KALIMANTAN 3.78 9.47 6.23 4.50 10.29 6.99 UTARA SULAWESI 5.34 10.97 8.34 5.22 10.82 8.20 UTARA SULAWESI 14.4 14.0 10.18 15.91 10.07 15.48 TENGAH 5 9 SULAWESI 4.51 12.46 9.40 4.47 12.30 9.24 SELATAN SULAWESI 12.8 12.7 6.74 15.49 6.87 15.31 TENGGARA 8 7 17.7 17.6 GORONTALO 5.84 24.41 5.78 24.30 2 3 SULAWESI 11.7 11.1 8.59 12.56 8.43 12 BARAT 4 9 19.1 19.2 MALUKU 7.66 26.82 7.86 26.88 8 6 MALUKU 3.32 7.44 6.33 3.76 7.43 6.41 UTARA 25.4 24.8 PAPUA BARAT 6.14 37.48 5.69 37.33 3 8 28.5 28.4 PAPUA 4.42 37.14 4.21 37.07 4 0 INDONESIA 7.79 14.11 10.8 7.73 13.96 10.7 6 0 Sumber : http://www.bps.go.id
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tingkat
kemiskinan di wilayah pedesaan adalah 14.11 % pada maret 2016 dan 13.96% pada bulan september di tahun yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani belum dapat dikatakan berada pada taraf yang sejahtera.
Bukan hanya itu saja, nampaknya sektor pertanian
Indonesia belum mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia secara keseluruhan.
Berikut ini adalah data Produk Domestik Bruto
Indonesia per sektor pada tahun 2015-2016.
SEKTOR 2015 2016 2015 2016
A. Pertanian, 1171 1209 13.04 12.82 Kehutanan, dan 579 687 289 3946 Perikanan B. Pertambangan dan 7673 7754 8.542 8.220 Penggalian 27.2 85.6 457 9559
1934 2017 21.53 21.38
C. Industri Pengolahan 533 555 666 8188 D. Pengadaan Listrik 9489 1000 1.056 1.060 dan Gas 4.8 09.9 44 2092 E. Pengadaan Air, 7634. 0.082 0.080 Pengelolaan Sampah, 7369 6 037 9347 Limbah dan Daur Ulang 8791 9250 9.787 9.806 F. Konstruksi 63.9 62.5 507 627 G. Perdagangan Besar 1207 1255 13.44 13.30 dan Eceran; Reparasi 751 225 558 6693 Mobil dan Sepeda Motor H. Transportasi dan 3487 3757 3.882 3.983 Pergudangan 73.8 64.4 809 4944 I. Penyediaan 2689 2822 2.993 2.991 Akomodasi dan Makan 22.4 00.4 844 6185 Minum J. Informasi dan 4217 4591 4.695 4.867 Komunikasi 41.4 69.6 139 6765 K. Jasa Keuangan dan 3473 3782 3.866 4.009 Asuransi 08.6 34.7 498 6822 2669 2784 2.972 2.952 L. Real Estate 79.6 72.9 216 1031 1483 1593 1.652 1.688 M,N. Jasa Perusahaan 95.5 21.7 049 9761 O. Administrasi 3100 3199 3.451 3.391 Pemerintahan, 54.2 53 754 8354 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6528 6949 0.726 0.736 P. Jasa Pendidikan 7.1 9.6 825 7682 Q. Jasa Kesehatan dan 2331 2393 0.259 0.253 Kegiatan Sosial 4.6 7.6 555 7635 3513 3584 0.391 0.379 R,S,T,U. Jasa lainnya 9.4 2.3 198 9658 A. NILAI TAMBAH BRUTO 8700 9096 ATAS HARGA DASAR 179 191 B. PAJAK DIKURANG 2823 3368 SUBSIDI ATAS PRODUK 32.4 43.5 C. PRODUK DOMESTIK 8982 9433 BRUTO 511 034 Sumber : http://www.bps.go.id
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa PDB yang
disumbangkan oleh sektor Pertanian,kehutanan dan perikanan sebesar 13 % pada tahun 2015 dan 12.8 % pada tahun 2016. Jumlah PDB yang disumbangkan oleh sektor pertanian tersebut jauh lebih rendah daripada PDB yang berasal dari sektor industri pengolahan.
Selain itu,banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang
menempati urutan keempat dunia atau berkisar pada angka 250 juta jiwa tentunya kebutuhan pangan terutama beras dan produk pertanian lainnya juga akan berbanding lurus dengan jumlah tersebut sehingga pemerintah harus terus berupaya agar kebutuhan pangan dalam negeri dapat terpenuhi.
Indonesia adalah lumbung padi. Lagi-lagi adalah kata-
kata yang sering kita dengar sebagai bangsa Indonesia. Namun, benarkah seperti itu ? faktanya Indonesia masih melakukan impor produk-produk pertanian terutama beras padahal kita sering menggembor-gemborkan bahwa negara kita adalah negeri lumbung padi.
Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah ada apa
dengan kondisi pertanian di Indonesia ? Mengapa negara yang seharusnya menyuplai produk-produk pertanian justru harus mengimpor dari negara lain demi memenuhi kebutuhan dalam negeri ? Apakah ada kebijakan pemerintah yang menghambat pertumbuhan pertanian ataukah memang kondisi pertanian Indonesia yang memang tidak efisien ?
Pertanyaan tersebut memang sudah selayaknya kita
pertanyakan namun tentunya bukan hanya harus dipertanyakan tetapi juga untuk dicari solusi secara bersama-sama sehingga dapat membawa perubahan kondisi pertanian Indonesia ke arah yang lebih baik.
Dalam upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut maka timbul istilah pembangunan pertanian dimana Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan.Oleh A. T. Mosher di dalam bukunya Getting Agriculture Moving, bahwa pembangunan pertanian adalah suatu bagian integral daripada pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum.Secara luas pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih baik (Dikutip dari laman http://www.wikipedia.org ).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pembangunan pertanian adalah usaha peningkatan hasil produksi pertanian secara berkelanjutan dalam upaya peningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih baik. Pembangunan pertanian menjadi penting dilakukan karena Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahap-3 (2015-2019), sektor pertanian masih menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam penyedia bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga perdesaan, penyedia bahan pakan dan bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (Dikutip dari Rencana strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019). Namun, pembangunan pertanian bukanlah hal yang dapat serta-merta diwujudkan dalam jangka waktu singkat. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak kendala dan masalah yang dihadapi. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pembangunan pertanian tanaman pangan yang telah dilaksanakan sampai saat ini, persoalan mendasar yang diperkirakan masih dihadapi sektor pertanian di masa yang akan datang, khususnya jangka waktu 2015-2019, mencakup aspek seperti: kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air; kepemilikan lahan; sistem perbenihan dan perbibitan nasional; akses petani terhadap permodalan kelembagaan petani dan penyuluh; keterpaduan antar sektor, dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian (Dikutip dari Rencana strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019). Berdasarkan uraian diatas,ada berbagai permasalahan yang dihadapi dalam upaya pembangunan pertanian namun disini penulis hanya akan membahas mengenai masalah infrastruktur dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian di Indonesia. Tidak ada yang bisa menyangkal peranan infrastruktur dalam pembangunan karena infrastrukur merupakan unsur vital dan fundamental dalam proses pembangunan baik secara mikro maupun makro. Semua sektor ekonomi pun tidak terlepas kaitannya dengan infrastruktur. Perdagangan, pariwisata, industri pengolahan, jasa, dan begitu pun dengan sektor pertanian. Bagaimana jadinya sektor pertanian kita tanpa adanya infrastruktur yang baik? Sepertinya sebuah pertanyaan retorika yang tidak perlu mendapat jawaban tapi perlu mendapat alasan jelas. Infrastruktur yang kurang baik seperti sarana transportasi dan irigasi yang kurang akan menjadi kendala serius bagi petani yang tentunya menjadi kendala eksternal yang sulit dipecahkan olehnya sendiri ( Hermanto Siregar dan Heni Hasanah : 5 dalam Infrastruktur sebagai pilar pembangunan pertanian yang efisien ). Berbicara tentang infrastruktur tentu sangat luas cakupannya dan oleh karena itu sebagai batasan penulis hanya akan membahas mengenai infrastruktur transportasi dan irigasi dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian Indonesia. Infrastruktur irigasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi petani karena sukses atau gagal panen tergantung kepada pengairan lahan pertanian. Dan oleh karena itu dibutuhkan sumber pengairan yang cukup bagi para petani di suatu daerah. Petani bisa saja mengandalkan air hujan untuk mengairi lahan pertanian mereka,namun mengingat di Indonesia terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau serta kondisi cuaca yang tidak menentu maka menjadi suatu hal yang penting untuk menyediakan sumber pengairan yang tersedia kapan saja sehingga petani tidak akan kelabakan ketika hujan yang mereka harapkan tak kunjung turun. Infrastruktur Transportasi adalah salah satu sarana yang sangat dibutuhkan oleh setiap negara dalam proses pembangunan pertanian yang lebih efisien dan efektif.Infrastruktur transportasi yang dimaksud disini adalah berupa jalan dari satu daerah ke daerah yang lain. Infrastruktur transportasi dibutuhkan petani mulai dari penyediaan input, melakukan proses dan menghasilkan output hingga distribusi produk pertanian kepada konsumen. Infrastruktur transportasi yang tidak memadai dapat menghambat proses produksi produk pertanian atau menyebabkan biaya produksi yang tinggi. Ketika penyediaan input,petani membutuhkan bahan baku dan mesin yang akan digunakan dalam proses produksi.Ketika bahan baku berupa bibit dan mesin yang dibutuhkan tersedia di daerah mereka, hal tersebut tentu tidak menjadi masalah namun tentu menjadi berbeda ketika bahan baku dan mesin tersebut tidak tersedia sehingga mereka harus pergi ke luar daerah untuk memperolehnya dan hal tersebut hanya dapat terlaksana jika infrastruktur transportasi di daerah tersebut memadai. Begitu pula dalam proses produksi misalnya pada usia tertentu tanaman harus diberikan pupuk agar pertumbuhannya baik. Dengan adanya infrastruktur transportasi yang memadai maka penyaluran pupuk khususnya pupuk bersubsidi dapat berjalan dengan lancar sehingga biaya produksi juga pasti akan lebih rendah. Hal tersebut pastinya akan sangat membantu petani apalagi petani kecil yang tidak bermodal besar. Setelah panen, petani biasanya akan mencari pembeli untuk hasil panen mereka. Jika memungkinkan mereka akan langsung menjual hasil panen mereka di kota dan tentu saja untuk melakukan hal tersebut dibutuhkan sarana infrastruktur yang memadai.Jika tidak,mereka biasanya terpaksa menjual hasil panen tersebut kepada pedagang di kampung tentunya dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan jika mereka menjual langsung di kota. Jadi disinilah kita bisa melihat betapa pentingnya peranan infrastruktur irigasi,transportasi dan infrastruktur lainnya dalam menunjang pembangunan pertanian secara berkelanjutan menuju kesejahteraan petani Indonesia yang lebih baik. Sebagai kesimpulan Infrastruktur merupakan unsur vital dalam suatu proses pembangunan, begitupun pada pembangunan pertanian. Baik dari sisi makro maupun mikro, peranan pentingnya tidak dapat terbantahkan. Penyediaan infrastruktur pertanian yang berkualitas dapat mendorong konektivitas sehingga dapat menurunkan biaya transportasi serta biaya logistik yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi sektor pertanian. Infrastruktur yang baik dapat meningkatkan daya saing produk dan mempercepat gerak ekonomi. Tentunya tujuan utama yang diharapkan adalah kesejahteraan petani. Untuk infrastruktur pertanian baik berupa transportasi jalan maupun irigasi, semangat pembangunan segera memang perlu. Tetapi yang tidak kalah penting adalah pembangunan dengan pola pikir tahan lama. Jangan sampai pembangunan infrastruktur dilaksanakan dengan segera tetapi beberapa waktu kemudian rusak ( Hermanto Siregar dan Heni Hasanah : 5 dalam Infrastruktur sebagai pilar pembangunan pertanian yang efisien ).
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pertanian. Rencana Strategis Kementerian
Pertanian 2015 2019. Jakarta, Kementerian Pertanian.
Mosher,AT.1969. Getting Agriculture Moving: Essentials for
Development and Modernization.
Siregar,Hermanto dan Heni Hasanah.2011.Infrastruktur
sebagai pilar pembangunan pertanian yang efisien.Agrimedia. Kementerian Pertanian. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015 2019. Jakarta, Kementerian Pertanian.