Anda di halaman 1dari 16

NAMA : ISNAENI

NIM : A21114013
JURUSAN : MANAJEMEN

PEMBANGUNAN PERTANIAN

MELALUI INFRASTRUKTUR YANG MEMADAI

OLEH

ISNAENI

A21114013

Pembangunan Pertanian mungkin adalah salah satu


istilah yang sering kali kita dengar atau baca baik melalui
media cetak maupun media elektronik. Pemerintah
Indonesia melalui kementerian pertanian memang terus
berupaya untuk mewujudkan pembangunan pertanian
secara berkelanjutan dan berkesinambungan melalui
kebijakan dan program sebagai sarana untuk mewujudkan
pembangunan pertanian tersebut. Namun, sebelum
membahas lebih jauh mengenai pembangunan pertanian
maka akan dipaparkan terlebih dahulu kondisi sektor
pertanian Indonesia saat ini

Indonesia adala negara Agraris. Kata-kata tersebut


mungkin sudah sangat familiar di telinga sebagian besar
rakyat Indonesia. Meskipun pemerintah terus berupaya
untuk melakukan pertumbuhan pada sektor lain dan
mendorong agar masyarakat Indonesia bekerja pada
bidang lain selain sektor pertanian, namun tetap saja fakta
bahwa sebagian besar rakyat Indonesia
bermatapencaharian sebagai petani tak dapat dinafikan
begitu saja. Lahan pertanian Indonesia yang masih
tergolong luas menjadi salah satu faktor sebagian besar
rakyat Indonesia masih senang bekerja sebagai petani.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan sebagian


besar rakyat Indonesia memilih menjadi seorang petani
yaitu tingkat pendidikan yang rendah, skill atau
keterampilan yang tidak memadai atau karena petani
memang pekerjaan secara turun-temurun dalam keluarga
tersebut. Berbagai macam faktor tersebut menjadi alasan
masih banyaknya rakyat Indonesia bermatapecaharian
sebagai petani.

Berikut ini adalah data Jumlah petani menurut


subsektor dan jenis kelamin berdasarkan hasil sensus
pertanian pada tahun 2013.
Sumber : http://www.bps.go.id

Berdasarkan data tersebut maka dapat dilihat bahwa


jumlah petani di Indonesia adalah 31.705.337 orang atau
sekitar 12% dari total penduduk Indonesia.

Penduduk Indonesia yang bekerja sebagai petani


umumnya tinggal di wilayah pedesaan karena memang
lahan pertanian di wilayah pedesaan masih luas
dibandingkan dengan wilayah perkotaan yang telah
didominasi oleh gedung bertingkat dan kawasan
perumahan. Faktanya, berdasarkan data BPS tingkat
kemiskinan di Indonesia masih lebih tinggi di wilayah
pedesaan daripada perkotaan seperti yang disajikan dalam
tabel berikut ini.

Semester 1 (Maret Semester 2


2016) (September 2016)
Persentase Persentase
Penduduk Miskin Penduduk Miskin
Provinsi
Menurut Provinsi Menurut Provinsi
(Persen) (Persen)
Perko Perde Juml Perko Perde Juml
taan saan ah taan saan ah
ACEH 10.82 19.15 16.7 10.79 18.80 16.4
3 3
SUMATERA 10.3 10.2
9.75 10.97 9.69 10.86
UTARA 5 7
SUMATERA
5.54 8.16 7.09 5.52 8.27 7.14
BARAT
RIAU 6.40 9 7.98 6.38 8.51 7.67
JAMBI 10.86 7.32 8.41 10.73 7.30 8.37
SUMATERA 13.5 13.3
12.74 13.99 12.73 13.77
SELATAN 4 9
17.3 17.0
BENGKULU 16.19 17.85 16.16 17.43
2 3
14.2 13.8
LAMPUNG 10.53 15.69 10.15 15.24
9 6
KEP. BANGKA
2.78 7.72 5.22 2.67 7.57 5.04
BELITUNG
KEP. RIAU 5.16 10.43 5.98 4.99 10.47 5.84
DKI JAKARTA 3.75 - 3.75 3.75 0 3.75
JAWA BARAT 7.67 11.80 8.95 7.55 11.72 8.77
JAWA 13.2 13.1
11.44 14.89 11.38 14.88
TENGAH 7 9
DI 13.3 13.1
11.79 16.63 11.68 16.27
YOGYAKARTA 4 0
12.0 11.8
JAWA TIMUR 7.94 16.01 7.91 15.83
5 5
BANTEN 4.51 7.45 5.42 4.49 7.32 5.36
BALI 3.68 5.23 4.25 3.53 5.21 4.15
NUSA
16.4 16.0
TENGGARA 18.20 15.17 17.55 14.82
8 2
BARAT
NUSA
22.1 22.0
TENGGARA 10.58 25.17 10.17 25.19
9 1
TIMUR
KALIMANTAN
5.16 9.11 7.87 4.97 9.38 8
BARAT
KALIMANTAN
4.60 6.23 5.66 4.49 5.83 5.36
TENGAH
KALIMANTAN
3.48 5.89 4.85 3.43 5.37 4.52
SELATAN
KALIMANTAN
3.93 10.05 6.11 3.86 10.15 6
TIMUR
KALIMANTAN
3.78 9.47 6.23 4.50 10.29 6.99
UTARA
SULAWESI
5.34 10.97 8.34 5.22 10.82 8.20
UTARA
SULAWESI 14.4 14.0
10.18 15.91 10.07 15.48
TENGAH 5 9
SULAWESI
4.51 12.46 9.40 4.47 12.30 9.24
SELATAN
SULAWESI 12.8 12.7
6.74 15.49 6.87 15.31
TENGGARA 8 7
17.7 17.6
GORONTALO 5.84 24.41 5.78 24.30
2 3
SULAWESI 11.7 11.1
8.59 12.56 8.43 12
BARAT 4 9
19.1 19.2
MALUKU 7.66 26.82 7.86 26.88
8 6
MALUKU
3.32 7.44 6.33 3.76 7.43 6.41
UTARA
25.4 24.8
PAPUA BARAT 6.14 37.48 5.69 37.33
3 8
28.5 28.4
PAPUA 4.42 37.14 4.21 37.07
4 0
INDONESIA 7.79 14.11 10.8 7.73 13.96 10.7
6 0
Sumber : http://www.bps.go.id

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tingkat


kemiskinan di wilayah pedesaan adalah 14.11 % pada
maret 2016 dan 13.96% pada bulan september di tahun
yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa kesejahteraan
petani belum dapat dikatakan berada pada taraf yang
sejahtera.

Bukan hanya itu saja, nampaknya sektor pertanian


Indonesia belum mampu memberikan kontribusi yang
cukup signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia secara keseluruhan.

Berikut ini adalah data Produk Domestik Bruto


Indonesia per sektor pada tahun 2015-2016.

SEKTOR 2015 2016 2015 2016


A. Pertanian,
1171 1209 13.04 12.82
Kehutanan, dan
579 687 289 3946
Perikanan
B. Pertambangan dan 7673 7754 8.542 8.220
Penggalian 27.2 85.6 457 9559

1934 2017 21.53 21.38


C. Industri Pengolahan
533 555 666 8188
D. Pengadaan Listrik 9489 1000 1.056 1.060
dan Gas 4.8 09.9 44 2092
E. Pengadaan Air,
7634. 0.082 0.080
Pengelolaan Sampah, 7369
6 037 9347
Limbah dan Daur Ulang
8791 9250 9.787 9.806
F. Konstruksi
63.9 62.5 507 627
G. Perdagangan Besar
1207 1255 13.44 13.30
dan Eceran; Reparasi
751 225 558 6693
Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan 3487 3757 3.882 3.983
Pergudangan 73.8 64.4 809 4944
I. Penyediaan
2689 2822 2.993 2.991
Akomodasi dan Makan
22.4 00.4 844 6185
Minum
J. Informasi dan 4217 4591 4.695 4.867
Komunikasi 41.4 69.6 139 6765
K. Jasa Keuangan dan 3473 3782 3.866 4.009
Asuransi 08.6 34.7 498 6822
2669 2784 2.972 2.952
L. Real Estate
79.6 72.9 216 1031
1483 1593 1.652 1.688
M,N. Jasa Perusahaan
95.5 21.7 049 9761
O. Administrasi 3100 3199 3.451 3.391
Pemerintahan, 54.2 53 754 8354
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
6528 6949 0.726 0.736
P. Jasa Pendidikan
7.1 9.6 825 7682
Q. Jasa Kesehatan dan 2331 2393 0.259 0.253
Kegiatan Sosial 4.6 7.6 555 7635
3513 3584 0.391 0.379
R,S,T,U. Jasa lainnya
9.4 2.3 198 9658
A. NILAI TAMBAH BRUTO 8700 9096
ATAS HARGA DASAR 179 191
B. PAJAK DIKURANG 2823 3368
SUBSIDI ATAS PRODUK 32.4 43.5
C. PRODUK DOMESTIK 8982 9433
BRUTO 511 034
Sumber : http://www.bps.go.id

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa PDB yang


disumbangkan oleh sektor Pertanian,kehutanan dan
perikanan sebesar 13 % pada tahun 2015 dan 12.8 % pada
tahun 2016. Jumlah PDB yang disumbangkan oleh sektor
pertanian tersebut jauh lebih rendah daripada PDB yang
berasal dari sektor industri pengolahan.

Selain itu,banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang


menempati urutan keempat dunia atau berkisar pada
angka 250 juta jiwa tentunya kebutuhan pangan terutama
beras dan produk pertanian lainnya juga akan berbanding
lurus dengan jumlah tersebut sehingga pemerintah harus
terus berupaya agar kebutuhan pangan dalam negeri
dapat terpenuhi.

Indonesia adalah lumbung padi. Lagi-lagi adalah kata-


kata yang sering kita dengar sebagai bangsa Indonesia.
Namun, benarkah seperti itu ? faktanya Indonesia masih
melakukan impor produk-produk pertanian terutama beras
padahal kita sering menggembor-gemborkan bahwa
negara kita adalah negeri lumbung padi.

Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah ada apa


dengan kondisi pertanian di Indonesia ? Mengapa negara
yang seharusnya menyuplai produk-produk pertanian
justru harus mengimpor dari negara lain demi memenuhi
kebutuhan dalam negeri ? Apakah ada kebijakan
pemerintah yang menghambat pertumbuhan pertanian
ataukah memang kondisi pertanian Indonesia yang
memang tidak efisien ?

Pertanyaan tersebut memang sudah selayaknya kita


pertanyakan namun tentunya bukan hanya harus
dipertanyakan tetapi juga untuk dicari solusi secara
bersama-sama sehingga dapat membawa perubahan
kondisi pertanian Indonesia ke arah yang lebih baik.

Dalam upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan


tersebut maka timbul istilah pembangunan pertanian
dimana Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang
ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk
tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi
pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani
dengan jalan menambah modal dan skill untuk
memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam
perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan.Oleh A. T.
Mosher di dalam bukunya Getting Agriculture Moving,
bahwa pembangunan pertanian adalah suatu bagian
integral daripada pembangunan ekonomi dan masyarakat
secara umum.Secara luas pembangunan pertanian bukan
hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian
melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan
sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan
sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang
lebih baik (Dikutip dari laman http://www.wikipedia.org ).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa pembangunan pertanian adalah usaha peningkatan
hasil produksi pertanian secara berkelanjutan dalam upaya
peningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang
lebih baik. Pembangunan pertanian menjadi penting
dilakukan karena Pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN) tahap-3 (2015-2019), sektor pertanian
masih menjadi sektor penting dalam pembangunan
ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut
digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
penyedia bahan pangan dan bahan baku industri,
penyumbang PDB, penghasil devisa negara, penyerap
tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga
perdesaan, penyedia bahan pakan dan bioenergi, serta
berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca
(Dikutip dari Rencana strategis Kementerian
Pertanian tahun 2015-2019).
Namun, pembangunan pertanian bukanlah hal yang
dapat serta-merta diwujudkan dalam jangka waktu singkat.
Hal tersebut disebabkan karena masih banyak kendala dan
masalah yang dihadapi. Berdasarkan hasil evaluasi
terhadap pembangunan pertanian tanaman pangan yang
telah dilaksanakan sampai saat ini, persoalan mendasar
yang diperkirakan masih dihadapi sektor pertanian di masa
yang akan datang, khususnya jangka waktu 2015-2019,
mencakup aspek seperti: kerusakan lingkungan dan
perubahan iklim, infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan
air; kepemilikan lahan; sistem perbenihan dan perbibitan
nasional; akses petani terhadap permodalan kelembagaan
petani dan penyuluh; keterpaduan antar sektor, dan kinerja
pelayanan birokrasi pertanian (Dikutip dari Rencana
strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019).
Berdasarkan uraian diatas,ada berbagai permasalahan
yang dihadapi dalam upaya pembangunan pertanian
namun disini penulis hanya akan membahas mengenai
masalah infrastruktur dalam kaitannya dengan
pembangunan pertanian di Indonesia.
Tidak ada yang bisa menyangkal peranan infrastruktur
dalam pembangunan karena infrastrukur merupakan unsur
vital dan fundamental dalam proses pembangunan baik
secara mikro maupun makro. Semua sektor ekonomi pun
tidak terlepas kaitannya dengan infrastruktur.
Perdagangan, pariwisata, industri pengolahan, jasa, dan
begitu pun dengan sektor pertanian. Bagaimana jadinya
sektor pertanian kita tanpa adanya infrastruktur yang baik?
Sepertinya sebuah pertanyaan retorika yang tidak perlu
mendapat jawaban tapi perlu mendapat alasan jelas.
Infrastruktur yang kurang baik seperti sarana transportasi
dan irigasi yang kurang akan menjadi kendala serius bagi
petani yang tentunya menjadi kendala eksternal yang sulit
dipecahkan olehnya sendiri ( Hermanto Siregar dan
Heni Hasanah : 5 dalam Infrastruktur sebagai pilar
pembangunan pertanian yang efisien ).
Berbicara tentang infrastruktur tentu sangat luas
cakupannya dan oleh karena itu sebagai batasan penulis
hanya akan membahas mengenai infrastruktur transportasi
dan irigasi dalam kaitannya dengan pembangunan
pertanian Indonesia.
Infrastruktur irigasi merupakan kebutuhan yang
sangat fundamental bagi petani karena sukses atau gagal
panen tergantung kepada pengairan lahan pertanian. Dan
oleh karena itu dibutuhkan sumber pengairan yang cukup
bagi para petani di suatu daerah. Petani bisa saja
mengandalkan air hujan untuk mengairi lahan pertanian
mereka,namun mengingat di Indonesia terdapat dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau serta
kondisi cuaca yang tidak menentu maka menjadi suatu hal
yang penting untuk menyediakan sumber pengairan yang
tersedia kapan saja sehingga petani tidak akan kelabakan
ketika hujan yang mereka harapkan tak kunjung turun.
Infrastruktur Transportasi adalah salah satu sarana
yang sangat dibutuhkan oleh setiap negara dalam proses
pembangunan pertanian yang lebih efisien dan
efektif.Infrastruktur transportasi yang dimaksud disini
adalah berupa jalan dari satu daerah ke daerah yang lain.
Infrastruktur transportasi dibutuhkan petani mulai dari
penyediaan input, melakukan proses dan menghasilkan
output hingga distribusi produk pertanian kepada
konsumen. Infrastruktur transportasi yang tidak memadai
dapat menghambat proses produksi produk pertanian atau
menyebabkan biaya produksi yang tinggi.
Ketika penyediaan input,petani membutuhkan bahan
baku dan mesin yang akan digunakan dalam proses
produksi.Ketika bahan baku berupa bibit dan mesin yang
dibutuhkan tersedia di daerah mereka, hal tersebut tentu
tidak menjadi masalah namun tentu menjadi berbeda
ketika bahan baku dan mesin tersebut tidak tersedia
sehingga mereka harus pergi ke luar daerah untuk
memperolehnya dan hal tersebut hanya dapat terlaksana
jika infrastruktur transportasi di daerah tersebut memadai.
Begitu pula dalam proses produksi misalnya pada usia
tertentu tanaman harus diberikan pupuk agar
pertumbuhannya baik. Dengan adanya infrastruktur
transportasi yang memadai maka penyaluran pupuk
khususnya pupuk bersubsidi dapat berjalan dengan lancar
sehingga biaya produksi juga pasti akan lebih rendah. Hal
tersebut pastinya akan sangat membantu petani apalagi
petani kecil yang tidak bermodal besar.
Setelah panen, petani biasanya akan mencari pembeli
untuk hasil panen mereka. Jika memungkinkan mereka
akan langsung menjual hasil panen mereka di kota dan
tentu saja untuk melakukan hal tersebut dibutuhkan sarana
infrastruktur yang memadai.Jika tidak,mereka biasanya
terpaksa menjual hasil panen tersebut kepada pedagang di
kampung tentunya dengan harga yang jauh lebih murah
dibandingkan jika mereka menjual langsung di kota.
Jadi disinilah kita bisa melihat betapa pentingnya
peranan infrastruktur irigasi,transportasi dan infrastruktur
lainnya dalam menunjang pembangunan pertanian secara
berkelanjutan menuju kesejahteraan petani Indonesia yang
lebih baik.
Sebagai kesimpulan Infrastruktur merupakan unsur
vital dalam suatu proses pembangunan, begitupun pada
pembangunan pertanian. Baik dari sisi makro maupun
mikro, peranan pentingnya tidak dapat terbantahkan.
Penyediaan infrastruktur pertanian yang berkualitas dapat
mendorong konektivitas sehingga dapat menurunkan biaya
transportasi serta biaya logistik yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi sektor pertanian. Infrastruktur yang
baik dapat meningkatkan daya saing produk dan
mempercepat gerak ekonomi. Tentunya tujuan utama yang
diharapkan adalah kesejahteraan petani. Untuk
infrastruktur pertanian baik berupa transportasi jalan
maupun irigasi, semangat pembangunan segera
memang perlu. Tetapi yang tidak kalah penting adalah
pembangunan dengan pola pikir tahan lama. Jangan
sampai pembangunan infrastruktur dilaksanakan dengan
segera tetapi beberapa waktu kemudian rusak
( Hermanto Siregar dan Heni Hasanah : 5 dalam
Infrastruktur sebagai pilar pembangunan pertanian
yang efisien ).

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pertanian. Rencana Strategis Kementerian


Pertanian 2015 2019. Jakarta, Kementerian Pertanian.

Mosher,AT.1969. Getting Agriculture Moving: Essentials for


Development and Modernization.

Siregar,Hermanto dan Heni Hasanah.2011.Infrastruktur


sebagai pilar pembangunan pertanian yang
efisien.Agrimedia.
Kementerian Pertanian. Rencana Strategis Kementerian
Pertanian 2015 2019. Jakarta, Kementerian Pertanian.

http://www.bps.go.id

http://www.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai