PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntansi dikelompokan dalam beberapa konsentrasi keilmuan, Kusnadi, dkk (1999)
mengelompokan akuntansi menjadi 11 bidang, yaitu : Akuntansi Keuangan, Pemeriksaan,
Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen, Akuntansi Perpajakan, Sistem Akuntansi,
Akuntansi Anggaran, Akuntansi Internasional, Akuntansi Non Profit, Akuntansi Sosial,
Instruksi Akuntansi.
Berapapun banyaknya pembagian konsentrasi akuntansi, sebenarnya hanya bermuara
pada 2 kelompok akuntansi, yaitu akuntansi komersial dan akuntansi pemerintahan.
Sebagian orang mengelompokkannya sebagai akuntansi sektor publik, tetapi untuk
konsistensi bahasa dalam artikel ini penulis hanya akan menyebutnya dengan istilah
akuntansi pemerintahan.
Gagasan perlunya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama ada,
namun baru pada sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sektor
komersil yang dipelopori dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (1994), kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali menguat.
Oleh karena itu Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN), Departemen Keuangan
mulai mengembangkan standar akuntansi.
Setelah mengalami proses yang panjang, Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
yang telah lama dinantikan oleh berbagai pihak telah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (PP SAP), yang kemudian PP ini diganti dengan PP No. 71 tahun 2010.
Dengan ditetapkannya PP SAP maka untuk pertama kali Indonesia memiliki standar
akuntansi pemerintahan. Menandai Dimulainya Implementasi Standar Akuntansi
Pemerintahan, Wakil Presiden RI meluncurkan Standar Akuntansi Pemerintahan di Istana
Wakil Presiden pada tanggal 6 Juli 2005. Acara ditandai dengan penyerahan Standar
Akuntansi Pemerintahan Kepada Ketua BPK, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri,
Gubernur DKI Jakarta, Bupati Toli-Toli dan Walikota Pangkal Pinang. Dalam sambutannya
Wakil presiden menyatakan keharusan implementasi SAP bagi pemerintah pusat dan daerah.
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti
dengan aturan-aturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk
pemerintah pusat maupun Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada
yang berbeda antara PP 71 tahun 2010 ini dengan PP-PP lain.
Dalam PP 71 tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I merupakan Standar
Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan dilaksanakan selambat-lambatnya mulai
tahun 2014, sedangkan Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Kas
Menuju Akrual yang hanya berlaku hingga tahun 2014.
Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap
entitas (strategi pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri),
Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk
menerapkan SAP Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan lampiran yang
memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa perubahan sedikit
pun. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tulisan ini mencoba membahas beberapa aspek
yang berhubungan dengan akuntansi pemerintahan.
B. Rumusan Masalah
Apa perbedaan antara Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Standar Akuntansi
Keuangan?
Apa saja isu krusial dalam Standar Akuntansi Pemerintahan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
Mengetahui perbedaan antara Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Standar
Akuntansi Keuangan.
Mengetahui isu krusial dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.
BAB II
PEMBAHASAN
keuangan o Neraca
o Laporan Perubahan
Ekuitas
o Catatan Atas Laporan
Keuangan
Neraca
(LRA)
Neraca
Dengan adanya SAP maka laporan keuangan pemerintah pusat / daerah akan lebih
berkualitas (dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan). Dan laporan
tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh BPK untuk diberikan opini dalam rangka
meningkatkan kredibilitas laporan, sebelum disampaikan kepada para stakeholder antara
lain: pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD (legislatif), investor, kreditor dan masyarakat pada
umumnya dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas keuangan negara.