Anda di halaman 1dari 28

1.

 Pendahuluan
Bukan suatu yang sulit ketika kita mencari orang yang faham mengenai akuntansi.  Akuntansi memang sudah diajarkan sejak di SMA,
bahkan ada yang mendapatkan materi akuntansi sejak SMP dalam pelajaran keterampilan jasa.  Ditingkat perguruan tinggi, jurusan
akuntansi juga bukan jurusan yang sulit ditemukan. Namun, jika kita melihat kurikulum akuntansi saat ini, kurikulum yang diadopsi
dalam pendidikan akuntansi diberbagai tingkat, baru mengakomodir materi-materi akuntansi komersial, sedikit sekali porsi yang
diberikan untuk mata kuliah akuntansi pemerintahan.

Akuntansi dikelompokan dalam beberapa konsentrasi keilmuan, Baswir (1995) mengelompokan akuntansi menjadi 3 bidang, yaitu :
akuntansi perusahaan, akuntansi nasional dan akuntansi pemerintahan. Sedangkan Kusnadi, dkk (1999) mengelompokan akuntansi
menjadi 11 bidang, yaitu :  Akuntansi Keuangan, Pemeriksaan, Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen, Akuntansi Perpajakan, Sistem
Akuntansi, Akuntansi Anggaran, Akuntansi Internasional, Akuntansi Non Profit, Akuntansi Sosial, Instruksi Akuntansi.

Berapapun banyaknya pembagian konsentrasi akuntansi, sebenarnya hanya bermuara pada 2 kelompok akuntansi, yaitu akuntansi
komersial dan akuntansi pemerintahan.  Sebagian orang mengelompokkannya sebagai akuntansi sektor publik, tetapi untuk konsistensi
bahasa dalam artikel ini penulis hanya akan menyebutnya dengan istilah akuntansi pemerintahan.

Akuntansi komersial memang lebih beruntung, kurikulum yang ada sekarang mendukung penuh lestarinya keilmuan akuntansi
komersial.  Berbeda dengan akuntansi pemerintahan yang hanya dipelajari 3 sks dari 144 sks wajib, itupun dengan silabus yang belum
terstruktur dengan baik, karena sampai dengan tahun 2005, Pemerintah Indonesia belum pernah menerbitkan Standar Akuntansi
Pemerintahan, oleh sebab itu materi yang diberikan dibangku kuliah diadopsi dari materi akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat,
yang tentu saja belum tentu cocok digunakan di Indonesia.

Hawa segar mulai muncul ketika akhirnya diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).  Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tulisan ini mencoba membahas berbagai aspek yang berhubungan dengan
akuntansi pemerintahan.

2. Pembahasan
2.1. Pengelolaan Keuangan Negara di Indonesia
Mungkin ada yang tidak percaya bahwa selama 60 tahun Indonesia merdeka, keuangan negara ini dikelola dengan sebuah aturan yang
diterbitkan oleh Belanda pada tahun 1864.  Tidak perlu heran, karena memang begitulah kenyataannya, selama ini keuangan negara
dikelola berdasarkanIndonesische Comptabiliteitswet Stbl. 1864 No. 106, dan diundangkan lagi teks nya yang telah diperbaharui untuk
ketiga kalinya terakhir dalam Stbl. 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembara Negara 1954 No. 6, 1955 Np. 49
dan terakhir Undang-undang No.9 tahun 1968.
Dalam perjalanannya memang terjadi beberapa kali perubahan, tetapi pada dasarnya peraturan yang dipakai adalah peraturan produksi
Belanda, oleh karena itu istilah Stbl 1925 sangat populer dikalangan pengelola keuangan pemerintah sampai dengan era millenium
baru.  Begitu kuatnya peraturan ini dibenak para pengelola keuangan pemerintah, sehingga ketika akhirnya terbit peraturan baru yang
mengatur hal yang sama, “sifat-sifat” bawaan dari Stbl 1925 masih agak sulit dihilangkan.

Walaupun saat itu belum ditetapkan SAP, bukan berarti dalam pengelolaan keuangan negara tidak dilakukan pencatatan sama sekali,
selama ini pencatatan transaksi keuangan dilakukan dengan metode pencatatan tunggal (single entry) sebagaimana yang dahulu banyak
dianut oleh negara-negara kontinental (Eropa), maklum saja karena peraturannyapun diadopsi dari sana (Belanda).
Jadi, meskipun tidak secara resmi dikatakan sebagai SAP, Indonesia sebenarnya sudah memiliki Sistem Akuntansi Pemerintahan sejak
dulu, hanya saja sistem yang digunakan pada saat itu dapat dikatakan sebagai ‘akuntansi tradisional’ yang hanya menghasilkan laporan
perhitungan anggaran pendapatan dan belanja.  Perhitungannya cukup sederhana, pendapatan berapa ? belanja berapa ? sisanya adalah
surplus atau defisit.

Ada lagi yang paling “khas” jika kita berbicara mengenai pengelolaan keuangan negara.  Selama masa orde baru, negara kita dapat
dikatakan tidak pernah mengalami surplus atau defisit, karena pemerintahan saat itu menganut sistem anggaran berimbang, namun
demikian istilah berimbang itu sendiri memiliki arti semu, karena defisit yang terjadi selalu ditutupi dengan hutang luar negeri, yang
dikemudian hari menjadi bumerang.bagi pemerintah itu sendiri.
Reformasi yang dimulai tahun 1998, telah mempengaruhi semua bidang kehidupan.  Bidang yang menjadi sorotan utama dalam
penyelenggaraan reformasi adalah bidang birokrasi pemerintahan, termasuk didalamnya mengenai hubungan antara pemerintah pusat
dan pemerintahan daerah, yang kemudian melahirkan sebuah ‘produk’ fenomenal yang dinamai otonomi daerah.

Perbaikan-perbaikan dalam bidang birokrasi akhirnya menyentuh juga pada bidang pengelolaan keuangan negara, baik yang dikelola
pemerintah pusat atau pemerintahan daerah. Halim (2004) memberikan beberapa poin penting reformasi pengelolaan keuangan negara,
diantaranya :

1. Anggaran Tradisional Menjadi Anggaran Kinerja


Anggaran tradisional disusun dengan pendekatan inkremental dan line item dengan penekanan pada pertanggungjawaban setiap input
yang dialokasikan. Dengan anggaran kinerja, pertanggungjawaban tidak hanya pada input tetapi juga pada output dan outcome.
2. Pengendalian Audit Keuangan dan Kinerja
Sebelum reformasi audit keuangan dan kinerja memang sudah dilakukan, tetapi karena sistem anggaran belum memasukan kinerja,
maka proses audit kinerja tidak bisa berjalan dengan baik.  Saat ini, karena sistem penganggaran yang menggunakan sistem
penganggaran kinerja maka pelaksanaan pengendalian dan audit keuangan dan kinerja menjadi lebih baik.

3. Menerapkan Konsep Value for Money


Konsep Value for Money atau lebih dikenal dengan 3E (Ekonomis, Efisisien dan Efektif) mulak dilakukan dalam pengelolaan keuangan
negara, sehingga baik pusat maupun daerah dituntut untuk selalu menerapkan 3E dalam pengelolaan keuangannya.
4. Penerapan Pusat Pertanggungjawaban
Penerapan pusat pertanggungjawaban ditujukan untuk memudahkan pengukuran kinerja setiap unit organisasi, misalnya pusat
pendapatan adalah Dinas Pendapatan, Pusat Biaya adalah Bagian Keuangan, Pusat labab dan investasi adalah BUMD atau Perusahaan
Daerah.

5. Perubahan Sistem Akuntansi Pemerintahan


Untuk mendukung perubahan-perubahan yang akan dilakukan, maka perlu juga dilakukan perubahan dalam sistem akuntansi.  Jika
selama ini digunakan sistem pencatatan tunggal (single entry system), maka harus diubah dengan sistem pencatatan ganda (Double
Entry System).  Selain itu pencatatan atas dasar basis kas harus diubah pula dengan basis akrual.
 

2.2. Jalan Panjang Menuju Standar Akuntansi Pemerintahan


Meskipun lembaga pemerintahan bukanlah organisasi yang memiliki tujuan menghasilkan laba, tetapi dalam aktivitasnya lembaga
pemerintahan ternyata melakukan transaksi pengeluaran dan menerima pendapatan, maka dari itu lembaga pemerintahan juga
memerlukan akuntansi untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.  Wacana untuk
menerbitkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebenarnya sudah cukup lama mengemuka, tetapi untuk menerbitkan SAP yang
mendekati sempurna memang bukanlah pekerjaan yang ringan.  Dengan perjalanan yang cukup panjang, akhirnya pemerintah
menerbitkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.  Terbitnya PP ini sekaligus juga membuka sejarah baru
dalam pengelolaan keuangan negara, karena untuk pertama kalinya Indonesia memiliki SAP.

Penyusunan SAP sendiri dipicu oleh semakin berkembangnya akuntansi komersial, dengan diterbitkannya standar akuntansi keuangan
(SAK) oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun 1994.  Terpacu oleh hal itu, Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)
Departemen Keuangan RI mulai memprakarsai penyusunan SAP.  Bergulirnya reformasi di Indonesia semakin menambah kuat dorongan
untuk segera disusunnya SAP, hal ini sejalan dengan tuntutan masyarakat Indonesia yang menginginkan transparansi dan akuntanbilitas
pengelolaan keuangan negara.

Diterbitkannya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah adalah salah satu peraturan
yang menjadi tonggak perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia, didalamnya secara jelas dikatakan tentang perlunya standar
akuntansi pemerintahan dalam pertanggunjawaban keuangan daerah.  Kemudian pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk
Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang ditugaskan untuk menyusun Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan
Daerah.

Setelah itu kembali terbit peraturan lainnya yang semakin menguatkan untuk segera diterbitkannya SAP, yaitu UU Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa laporan pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun sesuai dengan
standar akuntansi Pemerintahan, dan standar tersebut disusun oleh suatu komite standar yang indenden dan ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.  Kemudian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan
penyusunan laporan pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, bahkan
mengamanatkan pembentukan komite yang bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan dengan keputusan presiden.

Penyusunan SAP sendiri akhirnya dilakukan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang dibentuk oleh Menteri Keuangan
yang kemudian ditetapkan kembali dengan sebuah Keputusan Presiden sesuai dengan amanat UU Nomor 1 Tahun 2004.  KSAP
melakukan penyusunan SAP atas dasar konsep-konsep yang berlaku umum dan berlaku secara internasional yang disesuaikan dengan
kondisi yang ada di Indonesia.

Atas koordinsi berbagai unsur terkait, akhirnya SAP ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang ditetapkan pada tanggal 13 Juni 2005, yang terdiri dari 11 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP),
yaitu :

PSAP 01        : Penyajian Laporan Keuangan;

PSAP 02        : Laporan Realisasi Anggaran;

PSAP 03        : Laporan Arus Kas;

PSAP 04        : Catatan atas Laporan Keuangan;

PSAP 05        : Akuntansi Persediaan;

PSAP 06        : Akuntansi Investasi;

PSAP 07        : Akuntansi Aset Tetap;

PSAP 08        : Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;

PSAP 09        : Akuntansi Kewajiban;

PSAP 10        : Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa:

PSAP 11        : Laporan Keuangan Konsolidasian.

PP SAP kemudian menjadi pedoman dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah, berupa :  Neraca, Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas  dan Catatan atas Laporan Keuangan.  Dalam SAP tidak ada Laporan Perubahan Modal seperti
halnya dalam akuntansi komersial, karena kepemilikan modal dalam pemerintahan adalah modal publik yang tidak bisa dideteksi
kepemilikannya, sehingga keberadaanya hanyalah sebagai penyeimbang antara aset dan hutang..
Lebih jauh dari itu, penetapan SAP diharapkan dapat menjadi tonggak lahirnya transparansi, partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara guna mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Sehingga diperlukan langkah-langkah strategis yang
perlu segera diupayakan dan diwujudkan bersama dalam rangka implementasi Standar akuntansi Pemerintahan.
Salah satu usaha untuk mewujudkan sistem akuntansi yang mengacu pada SAP adalah dengan diterbitkannya peraturan turunan
sebagai penjabaran dari PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP.  Ditingkat pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 59/PMK.06/2005tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.  Sedangkan  untuk pemerintahan daerah
telah terbit PP Nomr 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang kemudian dijabarkan oleh Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomr 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Penerapan SAP ternyata bukan tanpa tantangan, menurut Simanjuntak ada beberapa tantangan dalam implementasi akuntansi
pemerintahan, yaitu :

1. Komitmen dari pimpinan


Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Diundangkannya tiga paket keuangan negara
serta undang undang pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak eksekutif dan pihak legislatif untuk
memperbaiki sistem keuangan negara yang di dalamnya juga termasuk perbaikan atas akuntansi pemerintahan. Yang menjadi ujian
sekarang adalah bagaimana penerapan dari perubahan akuntantansi pemerintahan dalam pencatatan dan pelaporan oleh
Departemen/Lembaga di pemerintah pusat dan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat
mengacu kepada pedoman yang disusun oleh Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu kepada peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi
pemerintah pusat dan daerah disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Karena pengaturan yang jelas dalam
perundang-undangan, nampaknya penerapan akuntansi pemerintahan akan memperoleh dukungan yang kuat dari para pimpinan
Departemen/Lembaga di pusat dan Gubernur/Bupati/Walikota di

daerah.

2. Tersedianya SDM yang kompeten


Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada
BPK selambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Presiden kepada DPR dan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada
saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, apalagi untuk masa awal penerapan akuntansi pemerintahan. Untuk itu, pemerintah pusat
dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya memberikan
sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan akuntansi
pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang
kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.

3. Resistensi terhadap perubahan


Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk
mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan akuntansi
pemerintahan dapat berjalan dengan baik.

4. Lingkungan/masyarakat
Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan dari penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu
didorong untuk mampu memahami laporan keuangan pemerintah sehingga dapat mengetahui dan memahami penggunaan atas
penerimaan pajak yang yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan dukungan yang positif
dari masyarakat akan mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan pemerintahan.

2.3. Perbandingan Akuntansi Pemerintahan dan Akuntansi Komersial


Akuntansi pemerintahan dan akuntansi komersial memiliki persamaan dan perbedaan yang menurut BPKP (2002 : 40) persamaan
akuntansi pemerintahan dan akuntansi komersial adalah :

1. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil operasi.


2. Mengikuti prinsip-prinsip dan standar akuntansi yang diterima secara umum.
3. Merupakan bagian terpadu dari sistem ekonomi yang sama dan juga menggunakan sumber daya yang langka untuk
mencapai tujuan.
4. Menggunakan dan mengkonversi sumber daya yang langka yang akan diolah untuk menghasilkan barang dan jasa dalam
bentuk yang lebih berguna ;
5. Menghasilkan laporan keuangan.
6. Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan informasi yang sangat bergunan bagi proses pengambilan keputusan.
7. Memerlukan informasi yang akurat.
Sedangkan perbedaan akuntansi pemerintahan dan akuntansi komersial menurut BPKP (2002 : 41) adalah sebagai berikut :

Perbedaan Akuntansi Pemerintahan dengan Akuntansi Komersial


Akuntansi Pemerintahan Akuntansi Komersial

Tujuannya adalah peningkatan pelayanan dan Tujuannya adalah laba atau keuntungan.
kesejahteraan masyarakat

Terdapat akuntansi untuk anggaran (Budgetary Tidak mengenal akuntansi anggaran.


Accounting)

Mendahulukan aturan daripada substansi kejadian. Mendahulukan substansi kejadian daripada bentuk
formalnya.

Tidak mengenal modal pemilik, ekuitas dana adalah Mengenal adanya modal pemilik, dan setiap perubahannya
merupakan selisih antara asset dan hutang, yang mencerminkan perubahan kekayaan pemiliknya.
fungsinya hanya sebagai penyeimbang.

Ekuitas dana tidak dapat dibagikan kepada pemiliknya. Modal pemilik dapat diambil sewaktu-waktu oleh
pemiliknya.
Meskipun memiliki perbedaan, pada dasarnya fungsi akuntansi dalam bidang apapun adalah sama yaitu menyajikan informasi bagi
berbagai pihak tentang kejadian-kejadian ekonomi sebagai dasar pengambilan keputusan .  Namun selain fungsi umum, menurut
Kusnadi, dkk (1999 : 20) akuntansi pemerintahan memiliki fungsi khusus, yaitu :

1. Menghitung layanan yang dicapai oleh pemerintah


2. Membantu mengamankan dan mengawasi semua hak dan kewajiban pemerintah khususnya dari segi ukuran finansial.
3. Memberikan informasi yang sangat berguna kepada para pihak yang berkepentingan.
4. Mengukur efektifitas dan efisiensi kinerja eksekutif di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Pendapat lain dikemukakan oleh BPKP (2002 : 39-40), yang menyebutkan bahwa fungsi dari akuntansi pemerintahan adalah :

1.        Pertanggungjawaban
Akuntansi pemerintahan bertujuan memberikan informasi keuangan yang lengkap, cermat dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang
berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan dengan unit-unit pemerintahan.

2.        Manajerial

Akuntansi pemerintahan juga harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah.

3.        Pengawasan

Akuntansi pemerintahan harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan
efisien.

Dari 2 pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi akuntansi pemerintahan adalah untuk memberikan jaminan kepada
masyarakat bahwa pemerintahan berjalan dalam koridor yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.4. Contoh Kasus Perbedaan Akuntansi Pemerintahan dan Akuntansi Komersial


Akuntansi pemerintahan memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan akuntansi komersial.  Salah satu keunikannya terletak
pada perlakuan kepada setiap transaksi yang harus mengakomodir kebutuhan 2 laporan utama dari akuntansi pemerintahan, yaitu
Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran.  Berikut ini satu contoh kasus keunikan akuntansi pemerintahan jika dibandikan dengan
akuntansi komersial.

Misalnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan melakukan pembelian alat angkutan darat berupa mobil dengan cara tunai senilai Rp.
5.000.000.000, yang diperuntukan sebagai kendaraan dinas bagi para anggota DPRD.  Tansaksi dilakukan pada tanggal 5 Mei 2008,
maka jurnal yang biasa dilakukan dalam akuntansi komersial adalah :

Tanggal Uraian Debet Kredit

5 Mei 2008 Aset Tetap : Mobil 5.000.000.000,- –

Kas – 5.000.000.000,-

Jurnal diatas tidak bisa dilakukan dalam akuntansi pemerintahan, karena jurnal tersebut hanya akan mengakomodir akun-akun yang
ada pada neraca, padahal mobil dibeli dari anggaran yang terdapat dalam APBN/D, sehingga pembelian mobil harus dilaporkan juga
dalam Laporan Realisasi Anggaran.  Dalam akuntansi pemerintahan pembelian mobil diatas harus dijurnal dengan cara sebagai berikut :

Tanggal Uraian Debet Kredit

5 Mei 2008 Belanja Modal :  Mobil 5.000.000.000,- –

Kas – 5.000.000.000,-

5 Mei 2008 Aset Tetap : Mobil 5.000.000.000,- –

Diinvestasikan dalam Aset Tetap – 5.000.000.000,-

Jurnal diatas dikenal dengan istilah jurnal korolari.  Dengan model jurnal tersebut pengeluran kas akan tercatat dalam neraca sedangkan
dalam Laporan Realisasi Anggaran akan tercatat bahwa pemerintah telah melakukan Belanja Modal berupa pengadaan mobil. 
Keberadaan mobil juga diakui sebagai aset tetap dalam neraca dan sebagai penambah Ekuitas dalam akun “diinvestasikan dalam aset
tetap”.

2.5. Strategi Pengembangan Akuntansi Pemerintahan


Seperti yang sudah dibahas dalam pendahuluan diatas, bahwa akuntansi pemerintahan tidak seberuntung akuntansi komersial yang
terus mengalami perkembangan.  Mata kuliah akuntansi pemerintahan seolah hanya pelengkap transkrip nilai untuk menggenapkan
jumlah sks wajib ditempuh oleh seorang mahasiswa jurusan akuntansi.  Objektif dari pembelajarannya tidak terlalu jelas, sehingga
timbul pertanyaan dari sebagian mahasiswa, untuk apa sebenarnya mata kuliah ini diajarkan ? toh sebagian besar mahasiswa jurusan
akuntansi bercita-cita setelah lulus kuliah akan bekerja sebagai akuntan publik, akuntan manajemen, auditor atau menjadi dosen, hal ini
pulalah yang menyebabkan ketertarikan mahasiswa terhadap mata kuliah akuntansi pemerintahan sangat minim.

Selain itu, tidak adanya standar pengajaran yang menjadi acuan seorang dosen untuk mengajar materi akuntansi pemerintahan juga
menyulitkan transfer ilmu dari dosen ke mahasiswanya.  Sebelum terbitnya PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, walaupun tidak sebanyak buku-buku akuntansi komersial, sebenarnya ada juga beberapa buku akuntansi pemerintahan
yang disusun oleh kalangan akademisi di Indonesia, tetapi dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada para penyusunnya, buku-buku
itu cenderung hanya berisi aspek-aspek pengelolaan keuangan negara, aspek akuntansinya sendiri sedikit sekali dibahas.  Akuntansi
pemerintahan disuatu negera sangat tergantung pada peraturan yang berlaku di negara tersebut, sehingga akuntansi permerintahan di
Indonesia sangat mungkin berbeda dengan akuntansi pemerintahan di negara lain. Jadi walaupun kondisinya demikian, sangat bisa
dimengerti karena memang pada saat itu tidak ada peraturan yang menjadi acuan para penyusun buku dalam mengembangkan
materinya.

Menurut penulis, pengembangan akuntansi pemerintahan jangan berhenti pada pembentukan KSAP dan menerbitkan Peraturan
Pemerintah beserta peraturan turunannya, tetapi harus diiringi dengan tindakan-tindakan strategis lainnya, seperti :

1. Para akademisi terutama yang aktif menyusun buku, untuk turut serta mengembangkan akuntansi pemerintahan lewat
tulisan-tulisannya.  Dengan demikian, keilmuan akuntansi pemerintahan di Indonesia dapat disampaikan dengan sebagaimana mestinya
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. KSAP bekerjasama dengan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas untuk mengembangkan kurikulum akuntansi pemerintahan,
misalnya dengan menyususun kurikulum dan silabus mata kuliah akuntansi pemerintahan menjadi mata kuliah wajib dengan jenjang
Akuntansi Pemerintahan Dasar, Akuntansi Pemerintahan Menengah dan Akuntansi Pemerintahan Lanjutan yang masing-masing berbobot
3 sks, sehingga lulusan sarjana akuntansi setidaknya pernah belajar akuntansi pemerintahan dengan bobot 9 sks.
3. Lebih jauh dari sekedar mewajibkan 9 sks mata kuliah pemerintahan, Perguruan Tinggi dapat juga bisa menawarkan
konsentrasi akuntansi pemerintahan sebagai konsentrasi alternatif dari konsentrasi yang sudah ada.  Dalam konsentrasi akuntansi
pemerintahan dapat diajarkan mata kuliah seperti :  Sistem Pengendalian Pemerintahan, Audit Lembaga Pemerintahan, Manajemen
Keuangan Pemerintahan, Sistem Informasi Akuntansi Pemerintahan.  Mengenai bahan ajarnya tentu saja kembali ke poin 1, ini menjadi
tugas para akademisi untuk mengembangkan cabang-cabang ilmu dari akuntansi pemerintahan tersebut.
4. Sebuah peraturan disusun tentu saja bukan untuk menjadi pajangan dilemari kaca, tetapi harus diketahui oleh khalayak
umum, sehingga sosialisasi SAP yang intensif adalah sesuatu yang mutlak.  Hal inilah yang masih dirasakan kurang sampai saat ini,
sehingga penerapan SAP di Indonesia masih pada tahap jalan ditempat.
5. Penyelenggaran Training of Trainer SAP juga bernasib sama dengan sosialisasi SAP, frekuensinya masih sangat kurang,
sehingga kuantitas tenaga pengajar yang siap untuk mentransfer keilmuan akuntansi pemerintahan masih sangat terbatas.  Dengan
demikian penambahan jumlah trainer bersertifikat juga harus menjadi perhatian serius.
Mungkin masih banyak ide-ide strategis lainnya yang keluar dari para peminat akuntansi pemerintahan, hal ini menjadi tugas
pemerintah untuk menampung, mengolah dan mengembangkan ide-ide tersebut sehingga menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi
perkembangan keilmuan akuntansi pemerintahan di Indonesia.

2.6. Peluang Karir Lulusan Akuntansi di Lembaga Pemerintahan


Sawarjuwono dalam Se Tin (2007) menyampaikan bahwa banyak sarjana akuntansi yang meniti karir pada sektor publik, yang didukung
oleh kebutuhan akuntansi yang sangat tinggi di sektor ini.  Pendapat Sawarjuwono tersebut memang bukan sekedar omong kosong, ini
adalah kenyataan bahwa saat ini kebutuhan sarjana akuntansi di lembaga-lembaga pemerintahan memang sangat tinggi.  Jika
kebetulan anda membaca koran dan kebetulan sedang ada musim rekrutmen Pegawai Negeri Sipil, silakan amati formasi yang
dibutuhkan oleh setiap lembaga pemerintahan, maka anda akan menemukan nyaris disetiap lembaga yang membuka penerimaan PNS,
membutuhakan sarjana akuntansi untuk bekerja dilembaganya.

Cukup banyak peluang karir bisa ditempuh oleh seorang lulusan akuntansi di lembaga pemerintahan, diantaranya :

1. Ditingkat pemerintah pusat, lulusan akuntansi bisa menempuh karir pada Inspektorat Jenderal (Irjen) yang ada di setiap
departemen di Indonesia, selain itu bisa juga menjadi auditor pada BPK atau BPKP.
2. Ditingkat pemerintahan daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota, lulusan akuntansi bisa menempuh karir sebagai auditor
di Badan Pengawasan Daerah (Bawasda), bisa juga menjadi akuntan  di setiap unit kerja Pemda, karena saat ini setiap unit kerja di
pemda diwajibkan menyelenggarakan pengakuntansian sendiri.
3. Menjadi pengajar atau instruktur pada diklat-diklat yang diselenggarakan pemerintah, yang dikalangan pemerintahan profesi
ini dikenal dengan istilah widyaiswara.
4. Pekerjaan lainnya yang membutuhkan skill seorang sarjana akuntansi.  Lembaga pemerintahan memiliki banyak kecabangan
tugas yang membutuhkan seorang sarjana akuntansi terlibat didalamnya, sehingga sampai saat ini kebutuhan tersebut belum dapat
terpenuhi semua.
Banyaknya peluang karir bagi sarjana akuntansi dilembaga pemerintahan tentu saja harus dipandang sebagai peluang, baik oleh para
penyelengara pendidikan tinggi maupun oleh para mahasiswa untuk mengasah kemampuannya dibidang akuntansi pemerintahan sejak
dibangku kuliah.

3. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan :

1. Belakangan ini sudah terjadi pembenahan-pembenahan pengelolaan keuangan negara kearah yang lebih baik yang ditandai
dengan penerbitan beberapa peraturan perundang-undangan yang mendukung terwujudnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara ;
2. Terbitnya PP Nomror 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjadi tonggak perubahan sistem akuntansi
pemerintahan di Indonesia.  Namun demikian masih ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi para peminat akuntansi
pemerintahan baik dikalangan akademisi maupun praktisi ;
3. Terdapat persamaan dan perbedaan antara akuntansi pemerintahan dan akuntansi komersial, tetapi intinya fungsinya hampir
sama, yaitu menyediakan informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan ;
4. Diperlukan tindakan-tindakan strategis untuk lebih mengembangkan akuntansi pemerintahan, yang salah satunya dengan
memperkuat dunia pendidikan tinggi akuntansi dengan kurikulum dan silabus akuntansi pemerintahan yang disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku.
5. Terdapat banyak peluang karir bagi lulusan sarjana akuntansi yang berminat meniti karir dilembaga pemerintahan.  Hal ini
harus dilihat sebagai peluang oleh para penyelenggara pendidikan tinggi dan para sarjana akuntansi untuk memupuk kemampuan
akuntansi pemerintahan sejak dibangku kuliah.
 

Daftar Pustaka
Baswir, Revrisond. (1995). Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta : BPFE.

BPKP. (2002). Modul Pelatihan Dasar-Dasar Akuntansi 1.  Jakarta : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Kusnadi, dkk. (1999). Akuntansi Keuangan (Prinsip, Prosedur dan Metode). Malang : Universitas Brawijaya Malang.

Halim, Abdul. (2004). Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Se Tin. 2007. Pertimbangan dalam Merancang Kurikulum Strata 1 Akuntansi : Sebuah Pandangan. Bandung : Jurnal Ilmiah Akuntansi
Universitas Maranatha Vol. 6 No. 2.

Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
www.ksap.org. Simanjuntak, Binsar. Artikel 7, Menyongsong Era Baru Akuntansi Pemerintahan di Indonesia.
https://akuntansipemerintahan.wordpress.com/akuntansi-pemerintahan-di-indonesia/
 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Akuntansipemerintahmerupakansalahsatucabangdaribidangakuntansi yang sudahcukup lama
vdikenal di Negara-negaramaju, khususnya di Amerikaserikat, karenasejak 1921,
AmerikaserikattelahmemilikiUndang-Undang (budget and Accounting Act tahun 1921) yang
kemudianpadatahun 1950 disempurnakanmenjadi Budget and Accounting Procedure Act tahun
1950. padaintinyadalamUndang-
Undangtersebuttelahdiaturmengenaiberbagaihalyagberkaitandenganpelaksanaanpraktikak
untansipemerintah di AmrikaSerikat, misalnyaadanyaketentuan yang mengahruskankepadakepala
GAO (Govermental Accounting Office/Computer General) untukmenetapkan: a. Formulir, system
danprosedurmengenaipenyediaandanadanakuntansidanapadabadan-badab federal; b. Prinsip-
prinsip, standard dan persyaratanakuntansilainnya yang harusdilaksanakanolehbadan-badan
federal, termasukintegrasiakuntansiantaraeksekusidan Treasury Departement.
Selamainipraktikakuntansipemerintah yang dikenal di Indonesia lebihbanyakbersumberpada ICW
(IndischeComptabiliteits Wet), yang
dalamhalinitidakdapatdilepaskanketerkaitannyadenganpelaksanaan APBN
(AnggaranpendapaatndanBelanja Negara).Sedangkanakuntansipemerintahdalamartiakuntansidana,
barudikenal di Indonesia padatahun 1980.
Sejakituperhatianterhadapperkembanganakuntansipemerintahmulaiterlihatmenonjol. Di
berbagailembagapendidikantinggi,
baikpendidikannegerimaupunpendidikantinggiswastamulaidikenalmatakuliahakuntansipem
erintah (akuntansidana)
danpadasaatinimatakuliahakuntansipemerintahtelahmenjadimatakuliahwajibbagisetiapmah
asiswayang mengambilbidangstudiekonomijurusan akuntansi. Selainitu,
matakuliahakuntansipemerintahanpadasaatinijugatelahdiujikansebagaimataujian Negara
bagiparamahasiswaperguruantinggiswastadanmataujianNegara akuntasi (UNA)
bagiparamahasiswa yang akanmengambilgelarprofesi. Sehinggamulaisaatitumulaidikenal pula
berbagaibuku yang
 5. berkaitandenganbidangakuntansipemerintahan.Berbagaikondisitersebutjelassangatmendor
ongsemakindikenalnyaakuntansipemerintah di Indonesia. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa
yang dimaksud dengan akuntansi pemerintahan? 2. Apa sajakah perbedaan akuntansi komersial
dengan akuntansi pemerintahan? 3. Apa sajakah persamaan akuntansi komersial dengan akuntansi
pemerintahan? 4. Apa sajakah yang termasuk ke dalam lingkunngan akuntansi pemerintahan? 5.
Apa sajakah karakteristik akuntansi pemerintahan? 6. Apa sajakah yang termasuk sumber-sumber
akuntansi pemerintahan? 7. Bagaimana prinsip dasar akuntansi pemerintahan? 1.3 TUJUAN 1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akuntansi pemerintahan 2. Untuk mengetahui apa
sajakah perbedaan akuntansi komersial dengan akuntansi pemerintahan 3. Untuk mengaetahui apa
sajakah persamaan akuntansi komersial dengan akuntansi pemerintahan 4. Untuk mengaetahui apa
sajakah yang termasuk ke dalam lingkunngan akuntansi pemerintahan 5. Untuk mengaetahui apa
sajakah karakteristik akuntansi pemerintahan 6. Untuk mengaetahui apa sajakah yang termasuk
sumber-sumber akuntansi pemerintahan 7. Untuk mengaetahui bagaimana prinsip dasar akuntansi
pemerintahan
 6. BAB I PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Akuntansi Pemerintahan Akuntansi pemerintahan,
termasuk di dalamnya adalah akuntansi untuk organisasi nirlaba lainnya (nonprofit organization),
adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga
lainnya yang tidak bertujuan untuk mencari laba. Sedangkan menurut International Federation of
Accountants (IFAC), yang dimaksud dengan "sektor publik" (public sector) mengacu pada
pemerintah pusat (national government) pemerintahan daerah (regional government) misalnya
propinsi, negara bagian, atau teritorial, pemerintahan lokal (local governments) misalnya kota
(city, town) dan unit pemerintahan lain yang terkait, misalnya badan atau lembaga. Dari
pembagian yang tercantum dalam Gambar 1.1, tampaklah bahwa istilah akuntansi pemerintahan
mengacu pada penerapan teori, prinsip atau standar akuntansi pada organisasi yang tidak mencari
laba (nonprofit organization), khususnya unit organisasi pemerintahan. Sedangkan perbedaan yang
lebih terperinci antara akuntansi komersial dengan akuntansi pemerintahan akan diuraikan pada
bagian selanjutnya. Gambar 1.1 Bidang-bidang Akuntansi Akuntansi Auditing Akuntansi Makro
Mikro Eskternal Akuntansi Akuntansi Internal Akuntansi Pemerintahan Akuntansi Komersial
Akuntansi Sosial Akuntansi Biaya Akuntansi Keuangan
 7. 2.2 . Perbedaan Akuntansi Komersial dengan Akuntansi Pemerintahan Menurut Kerry Soetjipto
(1994), kegiatan pemerintah dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu: 1. yang kegiatannya tidak
bertujuan mencari laba melainkan meningkatkan pelayanan untuk masyarakat, 2. yang
kegiatannya mirip dengan perusahaan, walaupun mencari laba bukan tujuan utamanya, melainkan
untuk mempertinggi penyediaan jasa bagi masyarakat. Organisasi jenis ini memperoleh
pendapatannya dari menjual jasa kepada masyarakat dan dikenal sebagai organisasi quasi nirlaba.
Untuk golongan kedua ini, akuntansinya lebih mirip dengan akuntansi komersial, antara lain
adanya basis akrual, terdapat Laporan Laba/Rugi (Income Statement) walaupun bukan tujuan
utamanya mencari keuntungan, serta berlakunya penandingan beban dengan pendapatan
(matching cost against revenue). Oleh karena itu, pembedaan antara akuntansi komersial dengan
akuntansi pemerintahan terutama adalah membandingkan antara kegiatan pemerintah golongan
pertama dengan akuntansi komersial. Perbedaan antara akuntansi komersial dengan akuntansi
pemerintahan pertama-tama yang bersifat umum atau universal, dan selanjutnya akan dilanjutkan
dengan perbedaan yang lebih spesifik untuk kasus akuntansi pemerintahan di Indonesia. 1)
Perbedaan Tujuan Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan tujuan, yaitu untuk pemerintah
mempunyai tujuan nirlaba, sedangkan bagi perusahaan bisnis jelas tujuannya adalah mencari laba.
Perbedaan ini menimbulkan perbedaan data akuntansinya, yaitu: a. Tidak adanya perhitungan
laba-rugi pada pemerintahan, sedangkan pada perusahaan bisnis, bottom line (angka laba atau
rugi) sangat penting. Pada umumnya, di pemerintahan terdapat perhitungan anggaran-realisasi dan
perhitungan pendapatan-belanja, yang akan menghasilkan angka surplus atau defisit. b. Tidak
adanya masalah penilaian kembali (revaluasi) atas aktiva atau aset pada pemerintahan; dimana
pada akuntansi komersial dimungkinkan adanya penilaian kembali aktiva dengan syarat-syarat
tertentu. c. Masalah penyusutan atau depresiasi (maupun deplesi dan amortisasi) atas aktiva tetap
tidak penting pada akuntansi pemerintahan; sedangkan pada akuntansi komersial terdapat hal
tersebut.
 8. d. Prinsip penandingan beban dengan pendapatan (matching cost against revenue) pada
akuntansi pemerintahan tidak ada; yang ada adalah penandingan anggaran-realisasi dari
pendapatan-belanja. 2) Masalah Pendapatan Pada pemerintahan, pendapatan diperoleh secara
berulangkali (reflektif) untuk membiayai belanja pada tahun anggaran tertentu, sedangkan untuk
tahun berikutnya, pendapatan serupa dapat diperoleh lagi. Pendapatan di sini tidak bersifat
revolusing, yang maksudnya tidak dapat diputar lagi untuk belanja tahun-tahun yang akan datang.
Hal ini sangat berbeda dengan perusahaan dengan motif laba, dimana pendapatan tahun ini dapat
"disimpan" untuk digunakan pada tahun-tahun mendatang. Pendapatan pada pemerintahan
sebagian besar diperoleh dari pendapatan pajak yang bersifat pemaksaan (compulsory) dimana
atas penerimaan tersebut, pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk memberikan imbal balik
yang bersifat langsung kepada para wajib pajak. Sedangkan pada perusahaan bisnis, pendapatan
diperoleh dari pihak-pihak yang secara sukarela memerlukan barang atau jasa, serta terdapat
kewajiban yang langsung dari perusahaan kepada pihak pembeli barang atau jasa. Pengertian
pendapatan pada akuntansi pemerintahan sebagian sama pengertiannya dengan yang berlaku pada
akuntansi keuangan, yaitu "sebagai akibat dari kegiatan operasi". Namun pada akuntansi
pemerintahan termasuk juga penerimaan pinjaman jangka panjang dan penjualan aktiva tetap.
Pada akuntansi keuangan, dua hal tersebut tidak dapat digolongkan sebagai pendapatan (income).
3) Masalah Beban Pada akuntansi keuangan terdapat pengertianexpense (beban), sedangkan pada
akuntansi pemerintahan tidak menggunakan istilah expense melainkan expenditure (kurang lebih
berarti pengeluaran anggaran atau belanja). Pengertian expenditure di sini mempunyai pengertian
yang lebih luas daripada pengertian expense, yaitu selain mempunyai pengertian yang sama
dengan expense, juga termasuk didalamnya adalah pembayaran angsuran atau pelunasan hutang
jangka panjang dan pembelian aset tetap. 4) Masalah Penganggaran Pada pemerintahan terdapat
akuntansi anggaran (budgetory accounting),anggaran tersebut termasuk dalam sistem akuntansi
serta terdapat akun atau rekening (account) "anggaran" dalam bagan rekening (chart of
account).Sedangkan
 9. dalam akuntansi keuangan, walaupun terdapat anggaran, tetapi anggaran tersebut tidak
termasuk dalam sistem akuntansi dan karenanya tidak terdapat rekening "anggaran" pada bagan
atau klasifikasi rekening. Dalam hal ini, penandingan antara anggaran dengan realisasinya
dilakukan di luar akuntansi (extra comptabel). 5) Masalah Tanda Pemilikan Individual Pada
perusahaan bisnis, terdapat tanda kepemilikan individual atas perusahaan tersebut, misalnya
adalah saham. Pemegang tanda kepemilikan tersebut dapat menjual, menghibahkan, atau
menukarkan tanda kepemilikan tersebut dengan pihak lain. Pemilik tanda tersebut dalam akuntansi
dicatat sebagai "modal saham" atau nama lainnya, yang bertindak sebagai pemegang kebijakan
stratejik perusahaan. Pada akuntansi pemerintahan, tanda kepemilikan individual seperti itu tidak
ada,sehingga tidak ada pencatatan "modal saham". Pada hakekatnya, yang bertindak sebagai
pemegang kebijakan stratejik adalah rakyat sebagai pemegang kedaulatan, yang dalam praktiknya
diwakili oleh lembaga legislatif. Selain perbedaan-perbedaan yang berlaku umum atau universal
sebagaimana telah dijelaskan di atas, khusus untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia jika
dibandingkan dengan akuntansi keuangan terdapat perbedaan tambahan, yaitu: 6) Masalah Basis
Akuntansi Pada awalnya, akuntansi pemerintahan Indonesia berlaku basis kas, sedangkan pada
akuntansi keuangan umumnya yang berlaku adalah basis akrual. Secara sederhana, akuntansi
berbasis kas mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran
kas dan tidak mencatat aset dan kewajiban. Sedangkan basis akrual mengakui dan mencatat
transaksi pada saat terjadinya transaksi (baik kas maupun nonkas) dan mencatat aset dan
kewajiban. Memang pada akuntansi keuangan dapat juga memakai basis kas, tetapi pengertian
basis kas pada akuntansi keuangan tersebut juga berbeda dengan basis kas yang dianut pada
akuntansi pemerintahan Indonesia. Pada akuntansi pemerintahan Indonesia, basis kas berarti:
Anggaran dinyatakan sebagai beban anggaran pada waktu pengeluarannya dari kas negara.
Anggaran dinyatakan sebagai menguntungkan anggaran pada waktu penerimaannya oleh kas
negara. Akuntansi berbasis kas mempunyai kelebihan yaitu sederhana penerapannya dan mudah
dipahami. Namun basis ini mempunyai berbagai kekurangan antara lain kurang informatif karena
hanya berisi informasi tentang penerimaan, pengeluaran, dan saldo kas serta tidak memberikan
informasi tentang aset dan kewajiban.
 10. Sebaliknya, informasi yang disusun dengan akuntansi berbasis akrual akan mempermudah
para pemakai untuk: Membandingkan secara berimbang antara alternatif dari pemakaian sumber
daya Menilai kinerja, posisi keuangan, dan arus kas dari entitas pemerintah Melakukan evaluasi
atas kemampuan pemerintah untuk mendanai kegiatannya serta kemampuannya untuk memenuhi
kewajiban dan komitmennya. Melakukan evaluasi atas biaya, efisiensi, dan pencapaian kinerja
pemerintah. Memahami keberhasilan pemerintah dalam mengelola sumber daya Perlu diberikan
catatan bahwa akuntansi pemerintahan Indonesia pada masa lampau memang pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja adalah berbasis kas. Sedangkan saat ini sedang dalam
perubahan dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual (cash toward accrual).
Perubahan ini merupakan bagian dari reformasi keuangan negara seperti yang diamanatkan dalam
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003. Akuntansi berbasis kas menuju akrual yang
dikembangkan di Indonesia saat ini adalah menggunakan basis kas untuk pengakuan pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan menggunakan basis akrual
untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca (Binsar H. Simanjuntak, 2005). Pada
ketentuan peralihan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 disebutkan bahwa pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5
(lima) tahun sejak berlakunya undang-undang tersebut (berarti tahun 2008). Selama pengakuan
dan pengukuran berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran
berbasis kas. Oleh karena itu, untuk menyiapkan perubahan tersebut, sekarang ini yang berlaku
adalah cash toward accrual. Kotak 1.1: Perubahan dari Akuntansi Basis Kas Menjadi Basis Akrual
Banyak negara memilih perubahan secara bertahap. Caranya antara lain dengan: - pertama
mengimplementasikan suatu anggaran yang fokus pada keluaran (output) dan kemudian
mengimplementasikan akuntansi dan penganggaran akrual - mulai dari mengimplementasikan
akuntansi akrual dan pada tahap selanjutnya baru memperkenalkan penganggaran akrual -
mencoba dulu melaksanakan pada beberapa unit baru kemudian mengimplementasikan secara
penuh - melakukan perubahan dari akuntansi kas ke akuntansi akrula dalam beberapa tahap
Sumber: Deloitte dalam Binsar H. Simanjuntak (2005) 7) Masalah Sistem Entry yang Digunakan
 11. Pada awalnya, akuntansi pemerintahan Indonesia menggunakan sistem catatan tunggal (single
entry), yaitu setiap transaksi keuangan hanya dicatat (dijurnal) sekali. Biasanya sistem single entry
ini dalam akuntansi keuangan digunakan untuk organisasi yang kecil atau sederhana. Dengan
digunakan sistem single entry, maka pengertian atau catatan yang biasa terdapat dalam akuntansi
keuangan, misalnya persamaan akuntansi (accounting equation), trial balance, jurnal dan
postingnya ke general ledger, menjadi tidak ada dalam akuntansi pemerintahan Indonesia. Dengan
menggunakan single entry, produk akhir siklus akuntansinya bukanlah neraca, karena yang dicatat
tidak selengkap seperti pada proprietory accounting, yaitu yang mencatat harta, utang, ekuitas,
pendapatan serta beban dalam sistem akuntansinya. Sebagai contoh, akuntansi anggaran mencatat
anggaran dan realisasinya baik sisi pendapatan maupun belanja, tetapi tidak mencatat harta, utang
maupun ekuitas. Demikian pula akuntansi inventaris yang hanya mencatat inventaris beserta
perubaha-perubahannya, juga tidak mencatat hutang, ekuitas, pendapatan maupun belanja; oleh
karena itu, akuntansi dengan sistem single entry ini tidak dapat menghasilkan neraca. Dalam
kaitan ini perlu diberikan catatan bahwa sistem single entry ini (bersama-sama dengan perubahan
basis kas menjadi basis akrual) akan diubah menjadi sistem double entry. 2.3 Persamaan
Akuntansi Komersial dengan Akuntansi Pemerintahan Selain terdapat perbedaan antara akuntansi
komersial dan akuntansi pemerintahan, keduanya juga mempunyai persamaan. Persamaan-
persamaan tersebut menurut Muhammad Gade (2002) adalah sebagai berikut: 1. Secara umum
mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat, dan
tepat waktu. 2. Akuntansi pemerintahan banyak memakai konsep, konvensi, praktek, dan prosedur
akuntansi yang dipakai juga di akuntansi komersial. 3. Keduanya juga memakai siklus akuntansi
yang sama, biasanya satu tahun. Meskipun periode siklus akuntansi kadang-kadang berbeda,
misalnya Jepang tahun anggarannya dimulai dari 1 April sampai dengan 31 Maret tahun
berikutnya, sedangkan perusahaan umumnya periode akuntansinya sama dengan tahun takwim,
yaitu 1 Januari sampai dengan 31 Desember. 4. Keduanya memakai istilah-istilah yang sama,
misalnya buku harian, buku besar, laporan keuangan, dan lain sebagainya. 5. Konsep akuntansi
keuangan yang diakui secara umum, misalnya konsistensi (consistency), obyektifitas (objectivity),
pengungkapan penuh (full
 12. disclosure),materialitas (materiality), dan kehati-hatian (conservatism) digunakan juga dalam
akuntansi pemerintahan. 6. Dalam proses akuntansinya juga sama, yaitu dimulai dari analisa
dokumen, kemudian pencatatan dalam buku harian, klasifikasi dan peringkasan lewat buku besar
dan buku tambahan; kemudian diakhiri dengan penyusunan laporan keuangan. 2.4 Entitas
Akuntansi dan Entitas Pelaporan Dalam akuntansi pemerintahan, entitas akuntansi (accounting
entity) mengacu pada sebuah entitas yang dikukuhkan untuk tujuan akuntansi untuk aktivitas atau
aktivitas- aktivitas tertentu (Engstrom & Copley, 2002), sedangkan entitas pelaporan (reporting
entity) mengacu pada organisasi secara keseluruhan (Freeman & Shoulders, 2003). Penentuan
entitas pelaporan keuangan yang merupakan entitas akuntansi yang menjadi pusat
pertanggungjawaban keuangan, perlu dilakukan untuk memastikan adanya prosedur penuntasan
akuntabilitas (accountability discharge). Entitas pelaporan mengacu pada konsep bahwa setiap
pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan
peraturan (Ihyaul Ulum MD, 2004). Pada akuntansi pemerintahan Indonesia, setiap jenis akuntansi
pada setiap organisasi merupakan suatu entitas akuntansi tersendiri. Ada kemungkinan bahwa
suatu organisasi mempunyai jenis akuntansi lebih dari satu; dan untuk ini umumnya entitas
akuntansi tetap lebih dari satu, karena tiap jenis akuntansi merupakan entitas yang terpisah. Pada
akuntansi keuangan, walaupun terdapat entitas akuntansi lebih dari satu, namun akan disatukan.
Mekanisme penyatuannya bisa lewat konsolidasi laporan keuangan. Dalam hal ini, perlu diketahui
mana yang merupakan subsistem dari suatu sistem akuntansi tertentu. Sedangkan pada akuntansi
pemerintahan, konsolidasi memang dilakukan, meskipun mekanismenya bukan seperti konsolidasi
antara kantor pusat dengan kantor cabang, tetapi berjenjang (Sony Loho, 2004). Misalnya adalah
sebagai berikut: a. Presiden menyampaikan laporan ke DPR dalam bentuk konsolidasi laporan
kementerian negara atau lembaga, b. Antara menteri dengan direktorat jenderal dan kantor-
kantornya laporannya juga harus dikonsolidasikan c. Eselon I mengkonsolidasikan laporan Eselon
II dan Kanwil di bawah kewenangannya, demikian pula Kanwil mengkonsolidasikan satuan-
satuan kerja (satker) di
 13. bawahnya. Dari Presiden sampai dengan satuan kerja masing-masing melakukan akuntansi
(jadi merupakan entitas akuntansi). Walaupun semuanya merupakan entitas akuntansi, tetapi
hanya Presiden dan Menteri (lebih tepatnya adalah kementerian atau departemen) yang laporannya
diaudit oleh BPK. Jadi hanya Presiden dan kementerian yang merupakan entitas pelaporan. Hal
penting yang dapat disimpulkan bahwa tidak semua entitas akuntansi menjadi entitas pelaporan.
Dalam hal keuangan pemerintah daerah, Ihyaul Ulum MD (2004) menulis bahwa entitas
pelaporan dan entitas akuntansinya adalah: a. Pemerintah Derah secara keseluruhan sebagai entitas
pelaporan b. DPRD, Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota, Dinas-dinas pada pemerintah Propinsi/
Kabupaten/Kota, Lembaga Teknis pada Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota sebagai entitas
akuntansi. Penetapan Dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah karena dinas merupakan
unit kerja pemerintah daerah yang paling mendekati gambaran suatu fungsi pemerintah daerah.
Padahal, pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu fungsi. Konsolidasi laporan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah tidak direncanakan untuk dilakukan. Presiden tidak
akan melaporkan laporan konsolidasi APBN dan seluruh APBD ke DPR. Jika dilakukan
konsolidasi, akan menjadi masalah: a. Siapa yang berwenang memeriksa? b. Opini hasil
pemeriksaan akan ditujukan kepada siapa, apakah presiden atau kepala daerah? Jika ada
konsolidasi atau penggabungan laporan keuangan pusat dan daerah, hal itu hanya untuk
kepentingan analisa fiskal dan makro ekonomi. 2.5 Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
Pemerintah mempunyai lingkungan yang berbeda dengan sektor swasta. Hal ini harus menjadi
pertimbangan dalam mengembangan sistem akuntansi pemerintahan. Prinsip-prinsip dan standar
akuntansi dan pelaporan harus dipahami dalam hubungannya dengan lingkungan tempat prinsip
itu diterapkan, selain harus juga mempertimbangkan para calon pengguna laporan keuangan.
Governmental Finance Officers Association mengemukakan bahwa untuk dapat memahami model
akuntansi pemerintahan dengan tepat diperlukan pemahaman mengenai tiga hal, yaitu struktur
pemerintahan, sifat dari sumber daya, dan proses politik (Muhammad Gade, 2002). Sedangkan
Revrisond Baswir (2000) juga mengemukakan tiga hal, meskipun redaksi yang agak berbeda,
yaitu sifat lembaga
 14. pemerintahan, sistem pemerintahan suatu negara, dan mekanisme pengurusan keuangan dan
sistem anggaran negara. 1. Struktur Pemerintahan Struktur pemerintahan pada umumnya
diperlukan untuk melindungi dan melayani kebutuhan warga negaranya. Pada pemerintahan
demokrasi, struktur pemerintahan berdasarkan sistem check and balances yang dilakukan dengan
pemisahan fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kesuksesan suatu pemerintahan tidak
ditentukan dari jumlah laba yang maksimal, tetapi diukur dari mutu pelayanan dan efisiensi dalam
penggunaan anggaran. Padahal, ketiga lembaga dalam sistem trias politika tersebut bisa jadi
memandang dengan berbeda mengenai bagaimana warga negara dilayani dan dilindungi dengan
sebaik-baiknya. Dengan demikian, apakah suatu pemerintahan mempunyai keuangan yang baik
atau buruk tidak dapat dijelaskan dengan mudah hanya dari melihat data-data akuntansi dan
laporan keuangan saja. Dalam klasifikasi Mumammad Gade, penjelasan yang mirip dengan hal
tersebut di atas dimasukkan dalam klasifikasi "Proses Politik Memagang Peranan Penting".
Intinya mirip dengan penjelasan di atas, bahwa dalam negara demokrasi, rakyat melalui wakil-
wakilnya yang berada dalam lembaga perwakilan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah
dalam pemberian pelayanan kepada rakyat. Umumnya, masyarakat meminta kepada pemerintah
agar memberikan jasa atau pelayanan maksimum dengan jumlah pembayaran yang minimum. 2.
Sifat Lembaga Pemerintahan Sebagaimana telah cukup banyak dijelaskan dalam penjelasan
sebelumnya, sifat lembaga pemerintahan yang tidak mencari laba adalah salah satu alasan penting
dibedakannya akuntansi pemerintahan dari akuntansi komersial. Meskipun demikian, sebenarnya
dalam proses kegiatan akuntansi pemerintahan juga meliputi kegiatan mencatat, menggolongkan
(klasifikasi), meringkas, melaporkan, dan menafsirkan transaksi keuangan suatu lembaga
pemerintahan. Menurut Edward S. Lyn sebagaimana dikutip oleh Revrisond Baswir (2000), sifat
khusus lembaga pemerintahan yang berbeda dengan perusahaan adalah sebagai berikut: a.
Keinginan mengejar laba tidak termasuk dalam usaha dan kegiatannya b. Lembaga pemerintah
tidak dimiliki secara pribadi, tetapi dimiliki secara bersama (kolektif) oleh seluruh warga negara,
dan kepemilikan tersebut tidak dibuktikan dengan bukti kepemilikan (misalnya saham). c.
Sumbangan masyarakat terhadap pemerintah, seperti pajak, tidak ada
 15. hubungannya secara langsung dengan jasa yang akan diterima oleh masyarakat dari
pemerintah. Dalam klasifikasi oleh Muhammad Gade, penjelasan seperti di atas dimasukkan
dalam klasifikasi "sifat sumber daya". Intinya adalah sama, yaitu tidak terdapat hubungan
langsung antara barang dan jasa yang diberikan dengan harga yang harus dibayar oleh pembeli.
Sangat sulit diidentifikasikan hubungan antara pajak yang dibayar dengan jasa yang diterima.
Misalnya, suatu individu tidak akan pernah menerima jumlah barang dan jasa yang sama dengan
jumlah pajak yang telah dibayar kepada pemerintah. Selain itu, berkaitan dengan sumber daya,
pemerintah harus menginvestasikan sebagian penerimaannya dalam aktiva yang tidak secara
langsung menghasilkan pendapatan, seperti jalan, jembatan, bangunan umum, dan lainnya. Hal ini
tentunya berbeda dengan perusahaan, dimana aktivanya umumnya dapat menghasilkan
penerimaan. Jika diperhatikan, tiga sifat lembaga pemerintahan ini sudah banyak dijelaskan dalam
bagian yang menjelaskan perbedaan antara akuntansi pemerintahan dengan akuntansi komersial.
3. Bentuk Negara Bentuk akuntansi pemerintahan berbeda dari suatu negara dengan negara lain,
antara lain juga dipengaruhi oleh bentuk negara yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi dapat
disampaikan perbedaan antara akuntansi pemerintahan di Indonesia dan di Amerika Serikat. Di
Indonesia, bentuk negaranya adalah negara kesatuan, sehingga karakter akuntansi
pemerintahannya juga bersifat sentralisasi. Apabila kita membicarakan akuntansi pemerintahan,
biasanya yang dimaksud adalah akuntansi pemerintahan untuk pemerintah pusat, bukan untuk
pemerintah daerah. Sedangkan di Amerika Serikat, bentuk negaranya adalah negara federal, yang
ditandai dengan banyaknya negara bagian (state) yang bersifat otonom. Federalisme ini juga
mempengaruhi akuntansi pemerintah sehingga menjadi bersifat desentralisasi. Di Amerika
Serikat, bila kita berbicara mengenai akuntansi pemerintahan, terutama yang dimaksudkan adalah
akuntansi pemerintahan untuk pemerintah negara bagian, bukan untuk negara federal. 4.
Mekanisme Pengurusan Keuangan dan Sistem Anggaran Negara pemerintahan pada hakekatnya
berfungsi mencatat dan melaporkan realisasi pelaksanaan anggaran suatu negara. Karena anggaran
negara adalah unsur dari keuangan negara, maka akuntansi pemerintahan sebenarnya adalah
penerapan
 16. akuntansi dalam pengelolaan keuangan negara. Sebagai akibat dari eratnya kaitan antara
akuntansi pemerintahan dengan pengelolaan keuangan negara, khususnya dalam pelaksanaan
anggaran negara, maka akuntansi pemerintahan tidak dapat dipisahkan dari mekanisme
pengurusan keuangan dan sistem anggaran suatu negara. Berbagai undang-undang dan ketentuan
yang mengatur mekanisme pengelolaan keuangan dan sistem anggaran suatu negara, dengan
sendirinya berpengaruh pula terhadap penyelenggaraan akuntansi pemerintahan. Dalam kasus
Indonesia, paradigma baru dalam pengelolaan keuangan negara menyangkut tiga aspek (Hekinus
Manao, 2004), yaitu: a. Reformasi perencanaan dan penganggaran b. Reformasi pelaksanaan
anggaran c. Reformasi akuntansi dan pertanggungjawaban. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan.
Dalam reformasi akuntansi dan pertanggungjawaban menyangkut akuntabilitas dan transparansi.
Prosesnya dimulai dari setiap unit pemerintah yang mendapatkan alokasi anggaran, dan dengan
demikian menyelenggarakan akuntansi. Memang penyajian laporan keuangan disusun berdasarkan
standar akuntansi pemerintahan, tetapi dalam prosesnya sangat berkaitan dengan aspek
perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaan anggaran. 2.6 Karakteristik Akuntansi
Pemerintahan Lingkungan akuntansi pemerintahan seperti yang telah dijelaskan di atas sangat
mempengaruhi karakteristik akuntansi pemerintahan. Demikian pula penjelasan dalam bagian
perbedaan antara akuntansi pemerintahan dengan akuntansi komersial juga sangat berkaitan
dengan penjelasan dalam bagian ini. Menurut Revrisond Baswir (2000), karakteristik akuntansi
pemerintahan adalah sebagai berikut: a. tidak terdapat pencatatan laba-rugi karena tujuan utama
lembaga pemerintah bukanlah mencari laba. b. tidak perlu dilakukan pencatatan pemilikan pribadi
karena lembaga pemerintah adalah milik seluruh rakyat, dan kepemilikan itu tidak dituliskan
dalam sebuah surat bukti kepemilikan. c. bentuk akuntansi pemerintahan berbeda antara suatu
negara dengan negara yang lain tergantung dari bentuk negara yang bersangkutan. d.
penyelenggaraan akuntansi pemerintahan tidak dapat dipisahkan dari mekanisme
pengurusankeuangan dan sistem anggaran tiap negara karena fungsi akuntansi
 17. pemerintahanadalah untukmenyediakan informasi tentang realisasi pelaksanaan anggaran
suatu negara. Sedangkan menurut Muhammad Gade (2002), karakteristik akuntansi pemerintahan
adalah sebagai berikut: a. menggunakan istilah dana (fund) sehingga akuntansi pemerintahan
sering juga disebut sebagai akuntansi dana. Pengertian "dana" di sini adalah satuan akuntansi dan
fiskal (fiscal and accounting entity) dengan seperangkat buku besar yang mencatat kas, sumber-
sumber keuangan selain kas, kewajiban-kewajiban, sisa atau saldo modal beserta perubahan-
perubahannya yang dipisahkan untuk melaksanakan kegiatan khusus atau mencapai kegiatan
tertentu. b. tidak ada model atau disain tunggal untuk akuntansi pemerintahan karena sangat
dipengaruhi oleh peraturan dan hukum yang berlaku dalam negara tersebut. Selain itu,
dimasukkan pula tujuan akuntansi pemerintahan dalam karakteristik akuntansi pemerintahan.
Penjelasan lebih lanjut atas tujuan akuntansi pemerintahan dimasukkan dalam kategori berikut ini.
2.7 Tujuan Pelaporan Akuntansi dan Keuangan Pemerintahan Meskipun tujuan utama antara
perusahaan dan pemerintah berbeda, pada prinsipnya tujuan akuntansi pemerintahan dan akuntansi
komersial adalah sama, yaitu memberikan informasi keuangan atas transaksi keuangan yang
dilakukan oleh organisasi tersebut dalam periode tertentu dan juga melaporkan posisi keuangan
(neraca) pada tanggal tertentu kepada para penggunanya dalam rangka untuk mengambil
keputusan. Menurut Muhammad Gade (2002), akuntansi pemerintahan secara umum mempunyai
dua tujuan, yaitu sebagai media akuntabilitas dan menyediakan informasi untuk manajemen.
Sedangkan Bachtiar Arif, Muchlis, dan Iskandar (2002) menyebutkan bahwa akuntansi
pemerintahan mempunyai tiga tujuan, yaitu akuntabilitas, manajerial, dan pengawasan. Penjelasan
selengkapnya adalah sebagai berikut: 1. Akuntabilitas Fungsi akuntabilitas lebih luas daripada
sekedar ketaatan pada peraturan perundangan yang berlaku, tetapi juga mempertimbangkan
penggunaan sumber daya secara bijaksana, efisien, efektif, dan ekonomis. Tujuan sebagai alat
akuntabilitas ditetakankan karena setiap pengelola atau manajemen dapat menyampaikan
akuntabilitas keuangan dengan menyampaikan suatu laporan keuangan. Keuangan negara yang
dikelola oleh pemerintah harus dapat
 18. dipertanggungjawabkan sesuai perintah konstitusi. Di Indonesia, pelaksanaan fungsi tersebut
dicantumkan dalam Undang-undang Dasar 1945. Pasal 23E UUD 1945 mengamanatkan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan keuangan
negara. Menurut Penjelasan Pasal 9 huruf g Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, penyusunan
dan penyajian laporan keuangan oleh kementerian atau lembaga adalah dalam rangka akuntabilitas
dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, termasuk prestasi kerja yang dicapai unit
yang bersangkutan atas penggunaan anggaran. 2. Manajerial Akuntansi pemerintahan
menyediakan informasi keuangan bagi pemerintah untuk melakukan fungsi manajerial. Jika
ditinjau dari fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling), maka
fungsi manajerial akuntansi pemerintahan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. akuntansi
pemerintahan memungkinkan pemerintah melakukan perencanaan berupa penyusunan RAPBN
dan strategi pembangunan lainnya, b. akuntansi pemerintahan sangat berperan dalam proses
pelaksanaan APBN karena perannya mencatat penerimaan dan pengeluaran dalam tahun anggaran
yang bersangkutan, c. akuntansi pemerintahan sangat berperan dalam pengendalian kegiatan
pemerintah agar dalam rangka pencapaian ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, serta
efisiensi dan efektifitas dari kegiatan tersebut. 3. Pengawasan Akuntansi pemerintahan yang baik
memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atas pengurusan keuangan negara oleh aparat
pemeriksaan eksternal, yaitu BPK. Tujuan pemeriksaan ini menurut Undang-undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan negara adalah: a.
untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan (DPR), b.
dangkan bagi pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan
keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien, serta memenuhi sasarannya
secara efektif. 2.8 Sumber-sumber Standar Akuntansi Pemerintahan Berdasarkan Lampiran I
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005
 19. tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), bahwa dalam menyusun SAP, Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menggunakan materi atau referensi yang dikeluarkan
oleh: 1. International Federation of Accountants (IFAC) 2. International Accounting Standard
Committee (IASC) 3. International Monetary Fund (IMF) 4. Ikatan Akuntan Indonesia 5.
Financial Accounting Standard Board (FASB) dari Amerika Serikat 6. Governmental Accounting
Standard Board (GASB) dari Amerika Serikat 7. Pemerintah Indonesia, berupa peraturan-
peraturan di bidang keuangan negara 8. Organisasi profesi lainnya dari berbagai negara yang
membidangi pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan 2.9 Prinsip Dasar Akuntansi
Pemerintahan Governmental Accounting Standard Board (GASB) di Amerika Serikat ketika
menerbitkan Codification of Governmental Accounting and Financial Reporting Standards
mencatat bahwa akuntansi pemerintahan memiliki cukup banyak persamaan konsep dasar,
konvensi, dan karakteristik akuntansi komersial. Meskipun demikian, tujuan dasar dari akuntansi
komersial dan akuntansi pemerintahan adalah berbeda. Sebagai akibatnya, prinsip-prinsip dasar
akuntansi dan pelaporan yang berlaku di akuntansi pemerintahan dapat dibedakan dengan jelas
dengan yang berlaku pada kauntansi komersial (Freeman & Shoulders, 2003). Lebih lanjut
Freeman dan Shoulders menyatakan bahwa tiga belas prinsip dasar GASB dapat dibagi menjadi
tujuh golongan sebagai berikut: (1) prinsip akuntansi yang diterima secara umum (generally
accepted accounting principles, GAAP) dan kepatuhan hukum, (2) akuntansi dana (fund
accounting), (3) aktiva modal dan kewajiban jangka panjang, (4) fokus pengukuran dan basis
akuntansi, (5) penganggaran, pengendalian anggaran, dan pelaporan anggaran, (6) klasifikasi dan
terminologi, (7) pelaporan keuangan. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut (Freeman &
Shoulders, 2003; Baldric Siregar & Bonni Siregar, 2001): 1. Prinsip akuntansi yang diterima
secara umum dan kepatuhan hukum Prinsip 1: Kemampuan Akuntansi dan Pelaporan Sistem
akuntansi pemerintahan harus memungkinkan untuk: (a) menyajikan secara wajar dan dengan
pengungkapan penuh (full disclosure) tentang dana dan aktivitas unit pemerintah yang sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum, dan (b) untuk menentukan dan
menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan yang
 20. berlaku, khususnya yang berkaitan dengan keuangan, dan syarat- syarat kontrak. 2. Akuntansi
dana Prinsip 2: Sistem Akuntansi Dana (1) Sistem akuntansi pemerintahan harus diorganisasikan
dan dilaksanakan denganbasis dana. (2) Dana didefinisikan sebagai suatu entitas fiskal dan entitas
akuntansi dengan seperangkat rekening-rekening(atauakun-akun) yang bersifat swaimbang(self-
balancing) untukmencatat kas dan sumber daya keuangan lain (dan termasukjuga sumberdaya
nonkeuangan dalam proprietory funds dan trust fund) bersama-sama dengan semua kewajiban
yang terkait dan saldo dana atau ekuitas,dan perubahan-perubahannya; yang dipisahkanuntuk
suatu aktivitas atautujuantertentu, denganmemperhatikan peraturan atau pembatasan yang terkait.
(3) laporan keuangan dana seharusnya digunakan untuk melaporkan rincian informasi tentang unit
pemerintah utama, termasuk unit- unit yang terkait. (4) fokus dari laporan keuangan dana
pemerintah dan proprietary funds adalah pada dana utama (major funds). Prinsip 3: Jenis Dana
Dana pemerintah (government funds): fokus pelaporan terutama pada sumber, penggunaan, dan
saldo dari sumberdaya. Dana pemerintah mencakup kategori: a. Dana umum (general funds)yaitu
dana untuk mempertanggungjawabkan sumber- sumber yang tidak dipertanggungjawabkan dalam
dana lain, b. Dana penerimaan khusus (special revenue funds),yaitu dana untuk
mempertanggungjawabkan penerimaan sumber- sumber tertentu (selain yang
dipertanggungjawabkan dalam trust fund dan capital project fund), yang ditujukan untuk aktivitas
tertentu, c. Dana proyek modal (capital projects funds),yaitu dana untuk
mempertanggungjawabkan sumber-sumber yang digunakan untuk tujuan perolehan atau
pembangunan fasilitas modal (selain yang dipertanggungjawabkan melalui dana kepemilikan dan
dana trust). d. Dana pelunasan pinjaman (debt service funds) yaitu dana untuk mengumpulkan
atau mengakumulasikan sumber- sumber yang digunakan untuk tujuan membayar pokok dan
bunga utang jangka panjang. e. Dana permanen (permanent funds) yaitu dana yang hanya hasilnya
(earning) saja yang boleh digunakan, sedangkan dana pokoknya tidak boleh digunakan. Dana
kepemilikan (proprietary funds): fokus pelaporan pada
 21. penentuan pendapatan operasi, perubahan aset bersih, posisi keuangan, dan arus kas. Dana
proprietari mencakup kategori: f. Dana perusahaan (enterprise funds)yaitu dana untuk
mempertanggungjawabkan aktivitas bisnis atau komersial yang dilakukan pemerintah. g. Dana
layanan internal (internal service funds)yaitu dana untuk mempertanggungjawabkan barang dan
jasa yang disediakan oleh suatu unit pemerintah kepada unit pemerintah itu sendiri atau unit
pemerintah lainnya, Dana fidusiari: fokus pelaporan pada aset bersih dan perubahan- perubahan
pada aset bersih. Dana fidusiari terdiri dari dua jenis, yaitu: (1) Dana trust (trust fund) yaitu dana
untuk mempertanggung jawabkan aktiva milik pihak lain yang dikelola oleh pemerintah sebagai
pihak yang dipercaya atau trustee, (2) Dana keagenan (agency fund) yaitu dana untuk
mempertanggungjawabkan aktiva milik pihak lain yang dikelola oleh pemerintah yang bertindak
selaku agen. Dana fidusiari mencakup kategori: h. Dana trust pensiun (pension and other
employee benefit trust funds) i. Dana trust untuk tujuan privat (private-purpose trust funds) j.
Dana trust investasi (investment trust funds) k. Dana keagenan (agency funds) Prinsip 4: Jumlah
Dana a. unit pemerintah harus menyediakan dan menjaga dana-dana yang dipersyaratkan oleh
hukum danadministrasi keuangan yang baik. b. hanya jumlah minimal dana yang sesuaidengan
peraturan hukum dan persyaratan operasi yang seharusnya disediakan, karena dana yang
berlebihan (unnecessary) akan menyebabkan tidak fleksible, kompleksitas, dan administrasi
keuangan yang tidak efisien. 3. Aktiva modal dan kewajiban jangka panjang Prinsip 5: Pelaporan
Aset Modal (Capital Asset) Pembedaan yang jelas harus dilakukan antara aset modal dana
kepemilikan, aset modal dana fidusiari, dan aset modal umum. Aset modal adalah aset jangka
panjang yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas pemerintah. Aset modal meliputi antara
lain tanah, peningkatan tanah (improvement to land), bangunan, perbaikan bangunan
(improvement to building), kendaraan, mesin, benda seni dan benda bersejarah, infrastruktur, dan
aset berwujud atau tak berwujud laiinya yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas
 22. pemerintah dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi . Prinsip 6:
Penilaian Aktiva tetap a. Aktiva tetap seharusnya dilaporkan berdasarkan nilai historis (atau jika
tidak dapat ditentukan, yang dipakai adalah estimasi biaya). b. Biaya aktiva tetap mencakup
pengeluaran-pengeluaran tambahan (ancillary charges) yang diperlukan untuk memindahkan ke
lokasi yang diinginkan dan menyiapkan sampai kondisi aset tersebut siap digunakan. c. Aktiva
tetap donasi seharusnya dilaporkan pada nilai perkiraan wajar pada saat perolehan dan biaya
tambahan (jika ada). Prinsip 7: Penyusutan/depresiasi Aktiva tetap a. Aktiva tetap disusutkan
selama estimasi masa manfaat aset yang bersangkutan, kecuali aset yang (1) tidak dapat habis,
atau (2) merupakan aset infrastruktur yang menggunakan pendekatan yang dimodifikasi. b. Aset
yang tidak dapat habis, seperti tanah atau pematangan tanah, tidak disusutkan. c. Beban
penyusutan (depreciation expense) dilaporkan dalam (1) laporan aktivitas pemerintah, (2) laporan
kepemilikan pada penghasilan, beban, dan perubahan-perubahan aset bersih, dan (3) laporan
perubahan pada aset bersih fidusiari. Prinsip 8: Akuntansi kewajiban jangka panjang Pembedaan
yang jelas harus dilakukan antara (a) kewajiban jangka panjang dari dana dan (b) kewajiban
jangka panjang yang bersifat umum. a. Kewajiban jangka panjang yang terkait langsung dan
diharapkan untuk dibayar dari dana proprietari dicantumkan pada laporan dana proprietari dari
aset bersih dan kolom aktivitas-mirip-bisnis pada laporan pemerintah secara keseluruhan
(government-wide) dari aset bersih. b. Kewajiban jangka panjang yang terkait langsung dan
diharapkan untuk dibayar dari dana fidusiari dilaporkan pada laporan aset bersih fidusiari. c.
Semua kewajiban jangka panjang yang lain yang belum jatuh tempo dilaporkan pada kolom
aktivitas pemerintah pada laporan aset bersih dari pemerintah secara keseluruhan. Kewajiban yang
jatuh tempo (selain dari kewajiban yang terkait dengan dana proprietari dan dana fidusiari)
dilaporkan sebagai kewajiban dana pemerintah.
 23. 4. Fokus pengukuran dan basis akuntansi Prinsip 9: Fokus pengukuran dan basis akuntansi
Esensi dari prinsip ini adalah bahwa dalam akuntansi pemerintahan: a. Fokus pengukuran sumber
daya ekonomi dan basis akrual mengacu pada pengakuan pendapatan dan beban dari dana
proprietary dan dana kepercayaan (trust fund), dan pada laporan keuangan pemerintah secara
keseluruhan, adalah mirip dengan akuntansi komersial. b. Fokus pengukuran sumberdaya
keuangan dan basis akrual yang dimodifikasi mengacu pada pengakuan pendapatan dan beban
dengan menggunakan alur sumberdaya keuangan: 1) pendapatan harus tersedia 2) pengeluaran
(bukan beban) untuk operasi, pengeluaran modal, dan pemenuhan hutang, diakui ketika (1) terjadi
pembayaran atas kewajiban operasi atau kewajiban pengeluaran modal yang harus dibayardari
dana pemerintah dan (2) terjadi jatuh tempo pembayaran hutang pemerintah. c. Transfer antar
dana (interfund transfers) seharusnya dicatat ketika muncul hutang dan tagihan tersebut, meskipun
kas (atau aset nonkas) belum dikirimkan dari suatu dana ke dana lain. 5. Penganggaran,
pengendalian anggaran, dan pelaporan anggaran Prinsip 10: Penganggaran, pengendalian
anggaran, dan pelaporan anggaran a. Setiap unit pemerintahan harus menggunakan anggaran
tahunan. b. Sistem akuntansi harus menyediakan dasar untuk pengendalian melalui anggaran yang
tepat. c. Penandingan anggaran seharusnya disajikan sebagai informasi tambahan atau sebagai
laporan keuangan dasar.Penandingan anggaran seharusnya menyajikan: (1) anggaran awal, (2)
anggaran yang disetujui, (3) realisasi penerimaan, pengeluaran, dan saldo, dalam basis anggaran
pemerintah. 6. Klasifikasi dan terminologi Prinsip 11: Klasifikasi rekening Transfer, Pendapatan,
Pengeluaran, dan Biaya Prinsip 12: Terminologi dan Klasifikasi Umum Pada prinsip ke-11 dan
ke-12 ini dijelaskan tentang perlunya (1) menggolongkan atau mengklasifikasikan data akuntansi
dengan cara yang berbeda-beda untuk memenuhi kebutuhan informasi akuntansi yang berbeda-
beda, (2) antara perpindahan-sumberdaya-dalam-lingkup-internal dan hutang- jangka-panjang
 24. perlu dibedakan dengan pendapatan, pengeluaran, dan beban; dan (3) menggunakan klasifikasi
dan terminologi yang konsisten. 7. Pelaporan keuangan Prinsip 13: Laporan Keuangan Tahunan a.
Laporan keuangan interim yang meliputi laporan posisi keuangan, hasil usaha, serta informasi
lainnya harus disusun untuk tujuan pengendalian manajemen, pengawasan badan legislatif, dan
bila perlu untuk tujuan pelaporan eksternal. Laporan Keuangan Tahunan Komprehensif b.
(Comprehensive Annual Financial Report, CAFR) harus disusun dan diterbitkan, mencakup
semua aktivitas pemerintah dan memberikan overview semua entitas pelaporan. Dalam prinsip ini,
dijelaskan juga unsur-unsur dari laporan, mulai dari pendahuluan sampai penjelasan naratif dan
statistik. Diantara unsur-unsur tersebut dijelaskan juga mana yang merupakan syarat minimal.
Selanjutnya, prinsip ini menerangkan tiga jenis entitas pelaporan
 25. BAB III KESIMPULAN Akuntansi pemerintahan, termasuk di dalamnya adalah akuntansi
untuk organisasi nirlaba lainnya (nonprofit organization), adalah bidang akuntansi yang berkaitan
dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga lainnya yang tidak bertujuan untuk mencari
laba. Perbedaan tujuan, antarapemerintaahdanperusahaanbisnisyaitu untuk pemerintah mempunyai
tujuan nirlaba, sedangkan bagi perusahaan bisnis jelas tujuannya adalah mencari laba. Meskipun
tujuan utama antara perusahaan dan pemerintah berbeda, pada prinsipnya tujuan akuntansi
pemerintahan dan akuntansi komersial adalah sama, yaitu memberikan informasi keuangan atas
transaksi keuangan yang dilakukan oleh organisasi tersebut dalam periode tertentu dan juga
melaporkan posisi keuangan (neraca) pada tanggal tertentu kepada para penggunanya dalam
rangka untuk mengambil keputusan. Selain terdapat perbedaan antara akuntansi komersial dan
akuntansi pemerintahan, keduanya juga mempunyai persamaan yaitu : 1. Secara umum
mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat, dan
tepat waktu. 2. Akuntansi pemerintahan banyak memakai konsep, konvensi, praktek, dan prosedur
akuntansi yang dipakai juga di akuntansi komersial. 3. Keduanya juga memakai siklus akuntansi
yang sama, biasanya satu tahun. Meskipun periode siklus akuntansi kadang-kadang berbeda,
misalnya Jepang tahun anggarannya dimulai dari 1 April sampai dengan 31 Maret tahun
berikutnya, sedangkan perusahaan umumnya periode akuntansinya sama dengan tahun takwim,
yaitu 1 Januari sampai dengan 31 Desember. 4. Keduanya memakai istilah-istilah yang sama,
misalnya buku harian, buku besar, laporan keuangan, dan lain sebagainya. 5. Konsep akuntansi
keuangan yang diakui secara umum, misalnya konsistensi (consistency), obyektifitas (objectivity),
pengungkapan penuh (full disclosure),materialitas (materiality), dan kehati-hatian (conservatism)
digunakan juga dalam akuntansi pemerintahan. Dalam proses akuntansinya juga sama, yaitu
dimulai dari analisa dokumen, kemudian pencatatan dalam buku harian, klasifikasi dan
peringkasan lewat buku
Recommended
More from this author

Akuntansi pemerintahan
Hisma Yuliet Abu Sopyan
9,736 

Akuntansi Pemerintahan
Ari Cah Bogares
3,444 


Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan
Muhammad Anshar
10,011 

Sejarah Perkembangan Akuntansi di Indonesia


Fajar Dawn'Virgo
3,750 

Catatan atas laporan keuangan


Ulan Safitri
118 

prinsip akuntansi
Muhammad Anshar
10,177 

Kebijakan akuntansi pemerintahan persediaan


SUMBAWA REGENCY
4,379 

Pertemuan 8 akuntansi pendapatan


Kementerian Dalam Negeri
3,061 

Latihan Soal Akuntansi Pemerintah II


Muhammad Amri
4,421 


Catatan atas laporan keuangan
Adi Jauhari
11,963 

akuntansi pemerintahan
Hanna Febriani
2,550 

Pegadaian syari’ah
Gus Alwy Muhammad
21,607 


Standar akuntansi pemerintahan
Anggun Jayanti
11,047 

sumber daya alam 1


Mia Mancani
11,151 

Bab 8 Zakat Fitrah dan Zakat Mal


Nurul Muhson
5,696 


perkembangan akuntansi pemerintahan
Astri Yulia
966 

Pemeriksaan Keuangan Negara - Keuangan Negara


Deady Rizky Yunanto
1,160 

PSAP 05 Akuntansi Persediaan (Akrual) Lampiran 1 PP 71/2010


Mohammad Ramadhan
3,339 

Perkembangan akuntansi dan organisasi akuntansi


Namla Elfa Syariati
6,097 


Makalah zakat
Fadhillah Harahap
29,828 

Teori Akuntansi: Pendapatan


ghiyats dewantara
19,257 

Dampak Peningkatan Perekonomian Yang Mempengaruhi Kesenjangan


Pembangunan antar……
Bisow Reall
2,284 


Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Dadang SOLIHIN
127,974 

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi


Operator Warnet Vast Raha
22,639 

Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono


hernaferari
9,157 


Grand Design dan Road Map Reformasi Birokrasi Pemda
Tri Widodo W. UTOMO
6,840 

Ruang Lingkup Keuangan Negara


Arfan Fahmi
3,029 

CONTOH SKRIPSI - PRODI KOMPUTERISASI AKUNTANSI


Fenny Nur Handayani
13,636 

Makalah analisis pertumbuhan ekonomi timor leste


Marobo United
13,513 

PP 71 Tahun 2010
Rizki Amalia
5,127 

Pertumbuhan Ekonomi (Pengertian, Unsur Pertumbuhan Ekonomi, Perbedaan


dengan Pe……
SMA BRUDERAN PURWOREJO
9,184 

Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono


hernaferari
12,404 


Anggaran perencanaan dan pengendalian
Ismha Mhanyun
8,740 

Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam


perencanaa……
DIANTO IRAWAN
26,254 

Penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah


PT. waluh bajarang
14,274 


Laporan keuangan sektor publik dan elemennya
Nasta Listi
17,081 

Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia


Dadang SOLIHIN
73,859 

Penyusunan Anggaran
iyonZ
10,198 

Strategi perencanaan sumber daya manusia yang efektif


tandurpaica
78,500 

Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik


MiRuu Resty
24,224 

Anda mungkin juga menyukai