BAB I
PENDAHULUAN
I. Struktur Pemerintahan
1. Pemerintahan Pusat
a. MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau cukup
disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (disingkat MPR-RI atau MPR)
adalah lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Sebelum Reformasi, MPR
merupakan lembaga tertinggi negara. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam
lima tahun di ibukota negara.
b. DPR Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau sering disebut
Dewan Perwakilan Rakyat (disingkat DPR-RI atau DPR) adalah salah satu
lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik
peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
c. DPD Dewan Perwakilan Daerah (disingkat DPD), sebelum 2004 disebut
Utusan Daerah, adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang
dipilih melalui Pemilihan Umum. DPD memiliki fungsi: Pengajuan usul, ikut
dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan
bidang legislasi tertentu Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang
tertentu. Anggota DPD dari setiap provinsi adalah 4 orang. Dengan demikian
jumlah anggota DPD saat ini adalah 132 orang. Masa jabatan anggota DPD
adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPD yang baru
mengucapkan sumpah/janji.
d. MA Mahkamah Agung adalah lembaga peradilan tertinggi pada suatu negara.
segala urusan mengenai peradilan, baik organisasi maupun finansial berada di
bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Wewenang Mahkamah Agung: 1.
Mengadili pada tingkat kasasi 2. Menguji peraturan perundangan undangan
dibawah undang undang terhadap undang undang dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan undang undang
e. MK Mahkamah Konstitusi (disingkat MK) adalah lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung.
f. KY Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU
no 22 tahun 2004 yang berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan
nama calon hakim agung.
g. BPK Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD
1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. Hasil pemeriksaan
keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD (sesuai dengan
kewenangannya).
h. Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia) adalah
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala
negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai
kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-
menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan
tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat
selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang
sama untuk satu kali masa jabatan. Ia digaji sekitar 60 juta per bulan
i. Wakil Presiden Wakil Presiden adalah jabatan pemerintahan yang berada
satu tingkat lebih rendah daripada Presiden. Biasanya dalam urutan suksesi,
wakil presiden akan mengambil alih jabatan presiden bila ia berhalangan
sementara atau tetap.
2. Pemerintah Daerah
Tingkat daerah I
a. DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Provinsi adalah bentuk
lembaga perwakilan rakyat (parlemen) daerah (provinsi/kabupaten/kota) di
Indonesia yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah bersama dengan pemerintah daerah. DPRD diatur dengan undang-
undang, terakhir melalui Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.
DPRD berkedudukan di setiap wilayah administratif, yaitu:
Dewan perwakilan rakyat daerah provinsi (DPRD provinsi), berkedudukan
di ibukota provinsi.
Dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten (DPRD kabupaten),
berkedudukan di ibukota kabupaten.
Dewan perwakilan rakyat daerah kota (DPRD kota), berkedudukan di
kota.
b. Provinsi adalah nama sebuah pembagian wilayah administratif di bawah
wilayah nasional di pimpin oleh gubernur.
Gubernur adalah jabatan politik di Indonesia. Gubernur merupakan kepala
daerah untuk wilayah provinsi. Gubernur dipilih bersama wakilnya dalam
satu paket pasangan yang dipilih secara langsung oleh rakyat di provinsi
setempat untuk masa jabatan 5 tahun, sehingga dalam hal ini gubernur
bertanggung jawab kepada rakyat.
Daerah Tingkat II
a. Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah
provinsi, yang dipimpin oleh seorang bupati. Selain kabupaten, pembagian
wilayah administratif setelah provinsi adalah kota. Secara umum, baik
kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah
bawahan dari provinsi, karena itu bupati atau wali kota tidak bertanggung
jawab kepada gubernur. Kabupaten maupun kota merupakan daerah
otonom yang diberi wewenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahannya sendiri.
b. Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh
kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki
berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri.
c. Kecamatan Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia di bawah kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa
atau kelurahan-kelurahan. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah
kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota (PP. 19 tahun 2008).
Kedudukan kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota
sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja
tertentu dan dipimpin oleh camat.
d. Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kecamatan. Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia, Kelurahan
merupakan wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten atau
kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
e. Desa atau udik, menurut definisi “universal”, adalah sebuah aglomerasi
permukiman di area perdesaan. Di Indonesia, istilah desa adalah
pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang
dipimpin oleh Kepala Desa.
BAB III
JURNAL TRANSAKSI AKUNTANSI PEMERINTAH
Jurnal diatas tidak bisa dilakukan dalam akuntansi pemerintahan, karena jurnal
tersebut hanya akan mengakomodir akun-akun yang ada pada neraca, padahal
mobil dibeli dari anggaran yang terdapat dalam APBN/D, sehingga pembelian
mobil harus dilaporkan juga dalam Laporan Realisasi Anggaran. Dalam akuntansi
pemerintahan pembelian mobil diatas harus dijurnal dengan cara sebagai berikut :
Jurnal diatas dikenal dengan istilah jurnal korolari. Dengan model jurnal tersebut
pengeluran kas akan tercatat dalam neraca sedangkan dalam Laporan Realisasi
Anggaran akan tercatat bahwa pemerintah telah melakukan Belanja Modal berupa
pengadaan mobil. Keberadaan mobil juga diakui sebagai aset tetap dalam neraca
dan sebagai penambah Ekuitas dalam akun “diinvestasikan dalam aset tetap”.
Jurnal diatas adalah untuk menghapus piutang pendapatan karena kas sudah
diterima di BUN, namun bukan akun KUN yang akan muncul di sisi debit
karena sesuai dengan penjelasan sebelumnya, bahwa akun KUN hanya akan
muncul pada entitas yang menyelenggarakan fungsi perbendaharaan yang
dalam hal ini adalah BUN. Sebagai alternatif pengganti KUN maka akun
Utang Kepada KUN akan berkurang karena adanya pengurangan kewajiban
entitas atas realisasi pendapatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Jurnal diatas juga mampu untuk menghasilkan LRA dengan melihat
pendebitan dari akun Utang Kepada KUN. LRA dapat dilihat ketika K/L
melakukan penjurnalan atas transaksi yang mendebit akun Utang Kepada
KUN dalam hal terjadi realisasi pendapatan dan sebaliknya ketika terjadi
pengkreditan akun Piutang Dari KUN dalam hal terjadi realisasi belanja.
Untuk lebih memudahkan penyusunan LRA maka sebaiknya dibuatkan buku
besar pembantu untuk akun Utang Kepada KUN dan Piutang dari KUN untuk
masing-masing item dalam LRA. Apabila LRA sudah berhasil disusun maka
akan lebih mudah juga menentukan SAL sehingga Laporan Perubahan SAL
juga dapat disusun untuk masing-masing K/L meskipun peraturan perundang-
undangan mengharuskan SAL untuk ditransfer ke BUN.
BUN
KUN xxx
Pendapatan-LRA xxx
Sementara pada BUN, ketika kas baru diterima oleh bendahara penerimaan
BUN belum melakukan penjurnalan namun ketika BUN sudah menerima
transfer kas maka BUN akan menjurnal sbb:
KUN xxx
Pendapatan-LRA xxx
Jika rugi
Piutang…. xxx
Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx
Akumulasi Penyusutan-Aset…. xxx
Aset tetap…. xxx
Ketika pihak ketiga tersebut telah melakukan pembayaran ke KUN maka K/L
akan mencatat sbb:
Utang Kepada KUN xxx
Piutang… xxx
Pada saat yang sama dengan penerimaan di KUN maka BUN akan mencatat
sbb:
KUN xxx
Pendapatan-LRA PNBP Lainnya xxx
D. Pengembalian pendapatan
Mengingat bahwa terdapat 2 jenis pendapatan yaitu pendapatan-LRA dengan
pendapatan-LO maka terjadi sedikit kompleksitas dalam menentukan apakah
pengembalian terjadi pada periode yang sama dengan pengakuan pendapatan-
LRA dan pendapatan-LO. Menurut hemat penulis, dengan mempertimbangkan
cost benefit dan materialitas, maka untuk pengembalian pendapatan ini
sebaiknya diakui (dan dijurnal) dengan berdasarkan pada basis kas sehingga
pengembalian baru akan dicatat ketika sudah dikeluarkan dari KUN.
Untuk pengembalian yang bersifat recurring baik yang diterima pada periode
yang sama atau berbeda dan pengembalian yang bersifat non-recurring yang
diterima pada periode yang sama maka K/L akan mencatat sbb:
Pendapatan-LO xxx
Utang kepada KUN xxx
Sesuai dengan draft akrual maka beban diakui ketika timbulnya kewajiban,
terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomis
atau potensi jasa. Ketika peristiwa tersebut terjadi maka beban harus
diakui dan dicatat dengan jurnal sebagai berikut (di K/L):
Beban…..(dirinci menurut klasifikasi xxx
ekonomi)
Utang beban……(dirinci) xxx
Jurnal apabila pengembalian pada periode yang sama adalah (di K/L):
Piutang dari KUN xxx
Beban…. xxx
Jurnal apabila pengembalian pada periode yang berbeda adalah (di K/L):
Utang Kepada KUN xxx
Pendapatan lain-lain-LO xxx
Secara akrual utang diakui ketika kemungkinan besar akan terjadi arus keluar
sumber daya di masa datang sebagai akibat adanya transaksi di masa lalu.
Untuk konteks pemerintah, ketika perjanjian pinjaman ditandatangani maka
seketika itu pula harus ada pengakuan utang di K/L dengan jurnal sbb:
Piutang penerimaan utang LN xxx
Utang LN xxx
Ketika utang tersebut terealisasi maka K/L akan melakukan pencatatan sbb:
Utang Kepada KUN xxx
Piutang penerimaan utang LN xxx
Sesuai dengan draft akrual PSAP nomor 6 maka pengakuan investasi sebagai
salah satu contoh dari pengeluaran pembiayaan diakui ketika adanya transaksi
pertukaran atau pembelian yang dalam hal ini ditandai dengan keluarnya kas
dari KUN. Sehingga ketika pemerintah melakukan pengeluaran pembiayaan
(dalam hal ini pembelian investasi) maka di K/L akan dicatat sbb:
Dalam hal ini muncul masalah baru karena transaksi untuk hibah harus tercatat
dalam laporan realisasi anggaran sebagai bagian dari pendapatan-LRA dan
sekaligus sebagai belanja modal sementara di sisi lain jurnal di atas hanya
akan menghasilkan neraca dan LO. Untuk mengatasi masalah ini maka akun
utang kepada KUN harus didebit bersamaan dengan pengkreditan akun
piutang dari KUN sbb:
Utang kepada KUN xxx
Piutang dari KUN xxx
Pada saat yang bersamaan dengan pencatatan jurnal tadi maka di BUN akan
mencatat jurnal sbb:
Belanja Modal….. xxx
Pendapatan Hibah-LRA xxx
7. Jurnal Penutup
Apabila realisasi belanja lebih kecil daripada yang dianggarkan maka jurnal
penutupnya adalah sbb (berlaku sebaliknya jika terjadi kondisi sebaliknya):
Ekuitas Dana-Belanja xxx
Piutang dari KUN xxx
8. Akuntansi Persediaan
Persediaan xxx
Piutang dari KUN xxx
Belanja xxx
KUN xxx
Sesuai dengan draft akrual PSAP nomor 5 maka metode yang digunakan
untuk mengakui beban persediaan adalah metode periodik dimana setiap akhir
tahun akan dihitung berapa persediaan yang tersisa, sehingga jurnal untuk
akhir tahun (di K/L):
Jumlah yang dijurnal pada jurnal di atas adalah sebesar jumlah persediaan
yang digunakan selama satu periode tersebut sehingga di neraca nantinya akan
muncul persediaan yang masih tersisa.
9. Akuntansi Investasi
Untuk lebih memahami akuntansi untuk investasi maka akan dijelaskan dalam
bentuk ilustrasi kasus. Pada tanggal 1 Januari 2009 pemerintah membeli 5%
saham PT X senilai 50 jt. Pada tanggal 1 November 2009 PT X
mengumumkan laba sebesar 30 jt dan deviden tunai total sebesar 20 jt dan
dibayarkan pada 1 februari 2010 maka jurnal akrualnya (di K/L) adalah
sebagai berikut
1 Jan 09
Penyertaan Modal Pemerintah 50 jt
Piutang dari KUN 50 jt
(mencatat pembelian investasi)
1 Nov 09
Piutang Deviden 1 jt
Pendapatan bagian pemerintah atas laba 1 jt
(Mencatat pendapatan deviden yang diumumkan namun untuk pengumuman
laba tida terpengaruh)
1 Feb 2010
Utang kepada KUN 1 jt
Piutang Deviden 1 jt
(mencatat penerimaan deviden tunai 5% x 20 jt)
Namun apabila kepemilikan pada soal di atas bukan 5% melainkan 25% maka
ada sedikit perbedaan jurnal terutama untuk jurnal tanggal 1 Nov 09 dan 1 Feb
2010 (jurnal untuk 1 Jan 09 tetap sama)
1 Nov 09
Penyertaan Modal Pemerintah 7,5 jt
Pendapatan bagian pemerintah atas laba 7,5 jt
(mencatat bagian atas laba PT X sebesar 25% x 30 jt berdasarkan metode
ekuitas)
Piutang Deviden 1 jt
Penyertaan Modal Pemerintah 1 jt
(Mencatat pendapatan deviden yang diumumkan yang mengurangi investasi)
1 Feb 2010
Utang kepada KUN 1 jt
Piutang Deviden 1 jt
(mencatat penerimaan deviden tunai 5% x 20 jt)
Untuk kasus apabila terjadi pelepasan investasi yang harga jualnya berbeda
dengan nilai tercatatnya (carrying value) maka harus diakui
keuntungan/kerugian yang timbul melalui perkiraan Surplus Penjualan Aset
Nonlancar atau Defisit Penjualan Aset Nonlancar. Jurnalnya kira-kira akan
berbentuk sbb:
Utang kepada KUN xxx
Defisit Penjualan Aset Nonlancar (jika rugi) xxx
Surplus Penjualan Aset Nonlancar (jika xxx
untung)
Investasi…(sesuai jenisnya) xxx
Dalam hal terjadi penilaian kembali aset tetap maka sesuai dengan draft akrual
PSAP nomor 7, selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap
dibukukan dalam akun ekuitas dana sehingga jurnalnya adalah sebagai berikut
(jika nilai revaluasi lebih besar dari nilai tercatat, jika tidak maka jurnal ini
dibalik) :
Aset Tetap……….. xxx
Ekuitas Dana xxx
Apabila suatu aset tetap dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah dan
tidak memenuhi definisi aset tetap maka harus dipindahkan ke pos aset lainnya
sesuai dengan nilai tercatatnya dengan jurnal sebagai berikut:
Aset Lainnya xxx
Aset Tetap….. xxx
Jika aset tetap telah dilepaskan atau secara permanen dihentikan
penggunaannya dan tidak ada menfaat ekonomi maka aset tetap tersebut harus
dihapuskan dan ada pengakuan kerugian di LO dengan jurnal sbb:
Defisit dari Kegiatan Operasional Lainnya xxx
Aset Tetap….. xxx
Dengan jurnal di atas maka nilai buku obligasi per 1 Januari 2007 adalah
sebesar 1,08T. Apabila pada tanggal 1 Januari 2007 obligasi itu ditebus
dengan harga 1,1T maka akan diakui kerugian dan jurnalnya adalah sbb (di
K/L):
1 Januari 2007
Obligasi 1T
Premium Obligasi 0,8 T
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka 0,2 T
Panjang
Piutang dari KUN 1,1 T
BAB IV
KESIMPULAN