Anda di halaman 1dari 81

126

Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Bab 6

SISTEM PENCATATAN AKUNTANSI


PEMERINTAHAN (Bgn. 2)

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan mampu:
1. Memahami Pengembangan Sistem Akuntansi Indonesia
2. Memahami Ruang Lingkup Karakteristik Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
3. Mengetahai Perkembangan Peraturan Sistem Akuntansi Indonesia
4. Menerapkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Sistem Akuntansi Instansi
5. Membuat Laporan Keuangan Pemerintahan Pusat/Daerah

Reformasi manajemen keuangan Indonesia yang dicanagkan melalui satu paket undang-
undang Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 337/KMK.012/2003, Tentang Sistem
Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, yaitu sistem akuntansi yang
mengolah semua transaksi keuangan, meliputi aset, kewajiban dan ekuitas dana
pemerintah pusat, yang menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang
tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh pemerintah
maupun badan diluar pemerintah seperti Legislatif. Definisi Sistem Akuntansi Pemerintah
tidak terlepas dari definisi sistem akuntasi pada umumnya, “sebagai jaringan yang terdiri
dari formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, alat-alat, dan sumberdaya
manusia dalam rerangka menghasilkan informasi pada suatu organisasi pemerintah untuk
keperluan pengawasan, operasi, maupun sebagai dasar kepentingan pengambilan
keputusan organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan (dalam hal ini rakyat diwakili
DPR)”.

Dasar Pertimbangan Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah


Sejarah teori dan praktik akuntansi sampai pra-kemerdekaan RI dikenal sebagai
tata buku Sistem Kontinental (sistem Belanda). Setelah kemerdekaan baru terjadi
perubahan hubungan sistem politik dengan Belanda, guru besar Belanda kembali ke
negerinya, akibatnya terjadi perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia, khususnya
bidang akuntansi berubah dari sistem kontinental menjadi Sistem Anglo Saxon (Amerika
Serikat). Ditambah dengan dikeluarkannya landasan hukum penguat Sistem Akuntansi
Indonesia,
(1) PP RI No. 53 Tahun 2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Kepres No. 42 Tahun
2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan APBN,
(2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
127
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Dimana Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara (BUN) mempunyai tugas
antara lain menyusun dan melaporkan Laporan Keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Tips 6.1: Tugas Menteri Keuangan Sebagai Bendahara Negara


Dalam suatu Negara, pemerintahan dipimpin oleh Kepala Negara, bisa Presiden atau
Perdana Menteri, atau dengan sebutan lain dan dibantu oleh wakilnya. Kepala Negara harus
mampu mengatur kehidupan masyarakat yang tinggal di Negara yang dipimpin. Dalam
mengemban amanah berat tersebut, Kepala Negara tidak mampu menjalankan tugasnya sendirian
sehingga dibutuhkan susunan yang pas untuk dapat menjalankan periode pemerintahannya dengan
baik.

Di Indonesia kepala negara disebut Presiden. Presiden dalam menjalankan pemerintahannya


terdapat menteri-menteri yang membantu pekerjaannya dalam mengurusi berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah menteri keuangan, dimana tugas menteri keuangan itu
sendiri adalah menyelenggarakan urusan di bidang keuangan dan kekayaan Negara dalam
pemerintahan yaitu menyusun APBN, menyusun kebijakan fiskal serta menjaga stabilitas
keuangan negara. Menteri keuangan ibarat bendahara suatu Negara yang mengelola semua urusan
keuangan di Negara tersebut.

Menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


Sebagai bendahara Negara, menteri keuangan pun bertugas dalam perencanaan pendapatan Negara
dan belanja Negara di setiap tahunnya. APBN disusun sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan keuangan selama tahun anggaran yang bersangkutan. jadi setiap
kali pemerintah akan melakukan transaksi keuangan yang menyangkut keuangan Negara, maka
harus memperhatikan anggaran pendapatan dan belanja Negara yang telah disusun sebelumnya.
APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan disesuaikan dengan
kemampuan Negara dalam menghimpun pendapatan Negara.
Pendapatan Negara terdiri dari pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah. Sedangkan yang
termasuk rencana belanja Negara yaitu penyelenggaraan tugas pemerintah pusat dan
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. belanja dirinci menurut
organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Penyusunan rancangan APBN berpedoman pada rencana
kerja pemerintah dalam mewujudkan tujuan Negara.

Menyusun Kebijakan Fiskal


Keuangan dalam suatu Negara kadang kala mengalami berbagai gejolak yang menghantam
keberlangsungan suatu pemerintahan atau mungkin ternyata anggaran pendapatan dan belanja
Negara yang telah disusun tidak sesuai dengan kenyataan dalam pelaksanaannya di pemerintah
ketika dijalankan. Dalam hal ini tugas menteri keuangan adalah menyusun berbagai langkah untuk
mengatasi hal tersebut. Langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam
pendapatan nasional dan perbelanjaannya disebut dengan kebijakan fiskal.
Beberapa masalah yang diatasi dengan adanya kebijakan fiskal di antaranya yaitu defisit anggaran
pendapatan dan belanja daerah, terjadi inflasi, penurunan nilai mata uang dan lain sebagainya.
Selain untuk mengatasi berbagai masalah yang bersifat negatif, kebijakan fiskal juga dilakukan
dalam rangka mengarahkan kondisi ekonomi suatu Negara menjadi lebih baik, seperti
meningkatkan laju investasi dan meningkatkan kesempatan kerja.
128
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Menjaga Stabilitas Ekonomi Nasional


Pengendalian stabilitas sistem keuangan sangat penting dilakukan karena memiliki pengaruh yang
cukup besar dalam perekonomian suatu bangsa. Stabilitas Sistem Keuangan mempunyai pengaruh
langsung terhadap stabilitas makro dalam sebuah sistem perekonomian Negara begitupun
sebaliknya.

Suatu Negara dapat diketahui apakah sistem keuangannya stabil ataukah tidak dilihat dari dua hal.
Pertama yaitu dilihat dari institusinya yang stabil yaitu tidak adanya bank atau lembaga keuangan
yang ambruk / collaps dan tidak dipertanyakan kredibilitasnya oleh masyarakat, Kedua yaitu
kondisi pasar Negara tersebut yang stabil. Artinya tidak ada kelebihan permintaan maupun
kelebihan penawaran, ada kesesuaian di antara keduanya.

Menteri keuangan dalam menjaga stabilitas keuangan Negara bekerjasama dengan lembaga-
lembaga keuangan lainnya yang berpengaruh dalam stabilitas sistem keuangan melalui Forum
Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).
Itulah beberapa tugas menteri keuangan sebagai salah satu bagian dari pemerintahan yang
membantu kepala Negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam hal pengelolaan
keuangan dan asset Negara.

Kelemahan Sistem Akuntansi Model Kontinental


1. Aktivitas pemerintah berdasarkan UU-APBN.
2. Pencatatan terpisah-pisah berdasarkan single entry (tata buku tunggal)
3. Pengelompokan perkiraan yang digunakan untuk melaporkan penerimaan dan
pengeluaran anggaran, bukan untuk tujuan efektivitas maupun pengendalian.
4. Pada akuntansi aktiva tetap, selain tidak terintegrasi dengan keuangan, tidak dibedakan
antara belanja modal dengan belanja bukan modal (belanja operasional).
5. Penyusunan Perhitungan Anggaran Negara (PAN) atas pelaksanaan APBN
berdasarkan Perhitungan Anggaran (PA) dari Departemen/Lembaga, ternyata sulit dan
terlambat, sehingga harus diambil alih Departemen Keuangan.
6. Tidak ada standar/prinsip akuntansi pemerintah.

Tips: 6.1: Sistem Pembukuan Single Entry dan Double Entry


Pengertian Sistem Pembukuan Single Entry
Sama seperti namanya, pengertian dari sistem pembukuan single entry adalah bahwa setiap
transaksi yang di catat dalam pembukuan dilakukan dengan entri tunggal.
Sistem seperti ini biasanya digunakan untuk melaporkan hasil usaha, seperti laporan laba-
rugi. Terutama ketika perusahaan ingin melakukan pelacakan atas penerimaan kas serta
pembayaran tunai. Sedangkan untuk catatan yang berkaitan dengan kewajiban dan aset,
umumnya akan dipisahkan pada bagian lain.

Sistem single entry ini bisa ditemukan dalam buku kas, dimana catatan tersebut berisi
pengembangan dari daftar pemerikasaan. Di sana Anda juga akan menemukan kolom yang
129
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

akan digunakan untuk mencatat penggunaan dan sumber uang tunai. Sedangkan pada
kolom bagian atas dan bawahnya akan digunakan untuk menampilkan saldo awal dan
akhir.
Pengertian Metode Double Entry
Sistem pembukuan double entry merupakan sistem akuntansi yang saat ini paling banyak
dijadikan dasar dari seluruh aktivitas pembukuan, yang di dalamnya terdapat dua kolom
untuk diisi, yaitu debit dan kredit.
Metode double entry merupakan metode yang dalam setiap transaksi keuangannya akan
menampilkan dua efek secara bersamaan. Efek pertama adalah kolom kredit dan efek
kedua adalah kolom debit, yang mana kedua kolom tersebut harus memiliki total nilai
yang sama atau seimbang.
Saat ini, sebagian kecil orang masih ada yang salah memahami, bahwa kredit adalah
pengurangan dan debit adalah penambahan. Padahal nyatanya tidak selalu demikian,
karena debit tidaklah selalu bertambah, dan kreditpun tidak selamanya harus berkurang.
Setiap akun akan mempunyai posisi normal pada kedua sisi kolomnya. Kolom debit akan
dicatat ketika ada kondisi aset atau adanya peningkatan biaya dan kolom kredit akan diisi
ketika terjadi equitas atau liabilitas yang mengalami peningkatan.

Perbedaan Metode Single Entry dan Double Entry


Perbedaan antar kedua sistem pembukuan ini tentunya sangatlah banyak, karena keduanya
adalah sistem dasar dalam suatu proeses pencatatan transaksi keuangan. Sehingga, kedua
sistem ini memiliki karakteristiknya masing-masing.
Pada sistem single entry, Anda akan menemukan proses pencatatan yang hanya akan
dilakukan satu kali pada setiap akunnya. Di dalamnya pun hanya terdapat daftar transaksi
yang mempengaruhi akun kas secara langsung. Sehingga akan menjadi lebih
membingungkan, apakah kas itu tergolong kas masuk ataukan kas keluar.
Sedangkan pada sistem metode double entry, setiap akun di dalamnya akan melakukan
pencatatan transaksi sebanyak dua kali, yaitu pada kolom kredit dan kolom debit. Hal ini
sangatlah dibutuhkan oleh tiap perusahaan yang harus membuat laporan akun neraca, laba
dan rugi.

Keuntungan dan Kerugian Single entry


Poin utama dari keunggulan penggunaan sistem pembukuan single entry adalah sistem ini
lebih sederhana untuk digunakan, sehingga para penggunanya akan lebih mudah dan
praktis dalam melakukan pembukuan. Sistem ini hanya memiliki dua kolom utama, yaitu
penghasilan dan pengeluaran.
Namun, format yang sederhana seperti ini justru membuat sistem pelaporan menjadi
130
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

kurang lengkap. Sehingga akan lebih sulit untuk mengontrol dan juga melacak setiap
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, setiap kesalahan yang terjadi akan
lebih sulit untuk dilacak mengenai letak dan asal-muasal kesalahan tersebut.
Selain itu, Sistem pembukan ini memiliki kekurangan antara lain:
 Aktiva 
Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, bahwa sistem pembukuan ini dilakukan
secara terpisah pada bagian aset yang membuatnya beresiko hilang ataupun dicuri.
Oleh karenanya, pelacakan akan menjadi lebih sulit ketika itu terjadi.
 Kewajiban
Sama seperti aktiva, karena kewajiban ditempatkan pada kolom yang terpisah,
maka pada akhirnya akan menuntut perusahaan untuk membuat sistem yang baru
agar bisa tepat waktu ketika membayar setiap kewajiban.
 Kesalahan 
Dengan menggunakan sistem ini, maka peluang terjadinya kesalahan justru akan
lebih besar, terutama disebabkan karena jumlah total debit ditempatkan pada
bagian yang terpisah, sehingga berpeluang besar menjadi tidak sesuai.
 Laporan untuk Audit Keuangan
Sistem ini pun bisa menghambat para akuntan dalam mengaudit, karena biasanya
para auditor selalu menggunakan sistem entri ganda atau double entry. Sehingga
jika perusahaan menggunakan sistem pembukuan ini, maka otomatis akan
mempersulit proses audit karena auditor harus mengubahnya pada sistem entri
ganda terlebih dahulu.
 Pelaporan 
Hal lainnya yang berpotensi menyebabkan masalah adalah dalam hal laporan,
karena metode ini menampilkan informasi yang jauh lebih sedikit, terutama dalam
hal posisi keuangan perusahaan. Sehingga, bagian direksi akan lebih sulit dalam
mendapatkan gambaran terkait keuangan perusahaan.

Keuntungan dan Kerugian Double entry


Saat ini, rata-rata sebagian besar bisnis kelas menengah ke atas dan bisnis berskala besar
sudah menggunakan sistem pembukuan double entry untuk melacak pemasukan,
pengeluaran, serta aset dan liabilitas perusahaannya.
Sistem pembukuan double entry ini sangat dibutuhkan oleh semua perusahaan yang
memang diharuskan untuk membuat laporan aset dan liabilitas atau neraca. Dengan sistem
pencatatan ini, maka akan membuat setiap perhitungan transaksi menjadi lebih akurat
karena mampu menunjukan informasi seluruh saldo akun. Sehingga, seluruh kesalahan
yang terjadi akan lebih mudah untuk dilacak setiap jejaknya.
131
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Selain itu, sistem pembukuan double entry pun mampu meminimalisir setiap kesalahan


yang terjadi akibat kesalahan manusia atau human error.
Namun, data yang tertulis dengan jelas tentu saja memiliki kerumitan dalam setiap proses
pembuatannya. Proses pembukuan pada sistem double entry memang sangat rumit karena
harus menyeimbangkan total jumlah debit dan kredit.
Tidak semua orang bisa memliki kemampuan seperti ini, dan tentu saja sebagai pengusaha
Anda harus rela mengeluarkan biaya tambahan untuk merekrut sumber manusia yang
memang kompeten dalam hal ini. Waktu yang dibutuhkan untuk merekrutpun akan lebih
lama karena Anda membutuhkan sumber daya yang memang benar-benar bisa dipercaya.
Selain itu, jika Anda sudah mendapat sumber daya manusia yang sesuai, maka Anda harus
memahami bahwa waktu yang mereka butuhkan pun sangat banyak karena harus
melakukan verifikasi berulang kali, terlebih lagi jika terdapat human error yang cukup
membingungkan.

Penggunaan Metode Single Entry dan Double Entry


Kriteria dari penggunaan metode ini tergantung dari jenis bisnis yang dijalankan. Pada
awalnya, sistem single entry lebih sering digunakan oleh pemerintah, karena mungkin
dinilai lebih praktis dan mudah untuk dijalankan.
Namun, hal ini kemudian berubah karena adanya tuntutan transparansi dari sisi keuangan.
Sehingga, pada akhirnya memang harus menampilkan informasi laporan yang lengkap
agar menjadi lebih mudah dalam proses auditnya. Oleh karenanya, metode pembukan
pemerintah pun berubah menjadi metode double entry.
Metode pembukuan single entry tidak masalah untuk dilakukan jika digunakan pada bisnis
kecil yang kepemilikannya bersifat tunggal. Karena, hanya dirinya sendirilah yang harus
melakukan pengecekan keuangan dan hal ini justru lebih praktis serta lebih mudah
digunakan.
Akan tetapi, sistem pembukuan single entry tidak cukup dijalankan pada perusahaan yang
berskala menengah ke atas yang mempunyai utang, piutang, dan sistem keuangan yang
diperiksa oleh beragam pihak. Oleh karena itu, sistem double entry yang lebih rinci sangat
disarankan, karena akan lebih mudah dalam melacak transaksinya.

Sistem pembukuan single entry dan double entry merupakan dua jenis sistem pembukuan


akuntansi dasar yang keduanya jelas berbeda. Pada dasarnya sistem pembukuan single
entry hanya memiliki entri tunggal dan sistem pembukuan double entry memiliki entri
ganda yang berisi kredit dan debit yang jumlah total keduanya harus sesuai.
Saat ini, kebanyakan perusahaan menengah ke atas dan pemerintahan lebih cenderung
menggunakan sistem double entry karena lebih lengkap dan mudah melacak setiap
132
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

kesalahan yang terjadi, walau prosesnya cukup rumit dan memakan waktu lama.
Sedangkan sistem pembukuan single entry lebih cenderung digunakan oleh perusahaan
kecil yang hanya dimiliki oleh satu orang saja, karena sistem ini akan lebih praktis dan
mudah untuk digunakan.

Tips 6.2: Sistem Pembukuan Double Entry


Pengertian Pembukuan Double Entry
Materi Pembukuan Double Entry adalah matera Dasar Akuntansi Keuangan. Untuk
mengingat kembali sehubungan penerapan Sistem pencatat Akrual Basis pada
Pemerintah. Kita segarkan kembali ingatan kita.
Sistem double entry atau dalam bahasa Indonesianya adalah pencatatan ganda merupakan
sebuah konsep transaksi dimana setiap transaksi di dalamnya akan melibatkan minimal
dua akun. Contohnya, bila pada sebuah perusahaan terjadi transkasi pembelian persediaan
atau stok secara tunai, maka dalam transaksi tersebut akan terjadi dua pengaruh, yaitu
bertambahnya debit persedian dan berkurangnya uang kas atau kredit.
Terciptanya sistem double entry ini adalah guna menjaga keseimbangan atau persamaan
akuntansi. Rumus persamaan akuntansi tersebut adalah:
“Liabilitas + Owner’s Equity/Ekuitas Pemilik = Assets”(Bisnis)
“Liabilitas + Saldo Dana =Asset” (Non Profit)
Jika diperhatikan persamaan tersebut dalam contoh kasus transaksi pembelian persediaan
di atas, maka biaya transaksi, liability, akan menimbulkan penurunan ekuitas pemilik
perusahaan melalui sistem pencairan uang tunai guna membayar transaksi atas pembelian
persediaan stok.
Selain itu, jumlah yang diinput sebagai auditpun harus sesuai dengan yang ditambahkan
sebagai kredit di dalam buku besar.
Dalam konsep sistem pembukuan double entry, setiap transaksi akan selalu menghasilkan
dua efek yang harus diperhitungkan, atau dikenal dengan prinsip dualitas. Artinya,
meskipun perusahaan mengeluarkan sejumlah uang dari akun perusahan, namun
perusahaan akan pendapatkan sesuatu sebagai bentuk imbalan.
Walaupun ada aset yang bisa didapatkan dalam setiap pengeluaran, namun sistem
akuntansi hanya akan memberikan penilaian terbatas terkait bagimana perusahaan tersebut
mengelola sistem keuangannya.
Setiap transaksi pada double entry juga akan dicatat dalam buku besar, akun buku besar
neraca, atau akun buku besar laporan laba rugi, yang mempunyai kolom dalam pembukuan
untuk melakukan entri debit dan kredit. Berikut ini adalah pengertian entri debit dan entri
kredit:
133
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

 Entri debit adalah pencatatan sistem akuntasi ketika terjadi kondisi dimana adanya
pertambahan aset dan biaya, serta penurunan liabilitas dan ekuitas. Dalam akuntansi, akun
debit akan berada kolom kiri.
 Entri kredit adalah sistem pencatatan akuntansi yang terjadi karena adanya tambahan
liabilitas atau ekuitas, atau adanya penurunan aset dan biaya. Kredit berbanding terbalik
dengan debit, posisi kolomnya berada di sisi kanan dalam pembukuan akuntansi.
Penerapan Sistem Pembukuan Double Entry
Agar bisa di deskripsikan lebih terang lagi tentang sistem pembukuan double entry, berikut
ini akan kami berikan beberapa contoh penerapannya yang sering dilakukan dalam suatu
perusahaan:
 Membeli berbagai peralatan dengan menggunakan uang tunai akan menunjukkan debit
untuk membeli peralatan dan kredit untuk uang tunai, yang akan berimbas pada penurunan
aset perusahaan.
 Jika melakukan penjualan barang dagang secara tunai pada pelanggan, maka debit tersebut
adalah kas, dan kreditnya adalah pendapatan.
 Pembayaran tagihan listrik akan dicatat sebagai debit yang letaknya berada di bawah biaya
penggunaan, yang selanjutnya akan mampu menghasilkan biaya. Sedangkan kreditnya
adalah uang tunai.
 Menerima bunga ketika ada setoran uang ke bank akan menciptakan debit untuk uang
tunai yang hendak diterima, sedangkan kreditnya adalah pendapatan keuangan. Artinya,
terjadi peningkatan pendapatan pada perusahaan.
 Menerima dana pinjaman dari bank akan menjadi debit atas kas yang sudah diterima,
sedangkan kreditnya akan diinput ke rekening sebagai pinjaman bank. Ini artinya, debit
mampu menghasilkan peningkatan aset, sedangkan kredit akan mampu meningkatkan
liabilitas.
 Pengeluaran biaya yang dilakukan untuk tujuan investasi saham akan menjadi debit,
sedangknya kreditnya untuk modal saham yang nantinya akan meningkatkan nilai ekuitas.
Itu artinya, debit perusahaan akan mampu menghasilkan aset baru.
Meskipun nampaknya sangat mudah, namun berbagai entri tersebut bisa semakin
kompleks saat terdapat lebih dari dua akun yang terlibat.
Pengaturan dan Praktek Standar untuk Sistem Double Entry
Dalam suatu pembukuan keuangan bisnis, Anda pun harus membuat daftar yang detil yang
biasanya disebut dengan bagan akun. Pada umumnya, beberapa software akuntansi akan
memberikan saran terkait jenis akun yang mungkin akan dibutuhkan oleh bisnis tersebut.
Jika bagan akun ternyata sudah siap, maka bagan akun akan dimanfaatkan sebagai suatu
titik referensi pada tiap dua atau lebih akun yang dipilihnya. Hal tersebut juga akan
dimanfaatkan untuk diinput ke transaksi di dalam buku besar. Sekarang, Anda juga mampu
134
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

menghapus beberapa akun yang sudah dirasa tidak digunakan dan menambah banyak
bagan akun yang Anda rasa berguna.
Pada umumnya, entri pertama akan diisi dengan akun dan jumlah yang harus di debit.
Selanjutnya, kolom beriktunya akan diinput dengan menunjukkan akun serta jumlah yang
memang harus dikreditkan. Pada tiap entri dua baris itu akan dikenal sebagai entri jurnal
umum.

Keunggulan Penggunaan Sistem Double entry


 Lengkapnya Informasi Transaksi Finansial
Terdapat beberapa jenis transaksi keuangan yang memang tidak mampu memengaruhi kas
secara langsung, seperti ketika Anda menjual barang dengan cara kredit, maka tentunya
akan menambah jumlah piutang sekaligus mengurangi stok persediaan, namun kas akan
meningkat bila transaksi sudah sepenuhnya di bayar. Tapi, jika hanya berdasarkan pada
pencatatan bank, maka Anda bisa kehilangan penilaian atau estimasi yang jelas mengenai
transaksi tersebut.
 Catatan Keuangan Lebih Akurat
Di dalam sistem pembukuan double entry, ada dua keseimbangan yang kedua kolom
sisinya berbeda untuk tiap transaksi, yakni kredit dan debit. Jika nantinya pada akhir tahun
ternyata ditemukan ketidak sesuaian antara debit dan kredit, maka kesalahan akan terletak
pada persamaan akuntansi dasar atau neracanya.
Tapi, jika Anda menggunakan sistem pembukuan double entry, maka kesalahan pencatatan
bisa diminimalisir, karena debit dan kredit akan membuahkan suatu keseimbangan.
 Meminimalisir Kesalahan
Sistem double entry mempunyai informasi keuangan yang sangat detail dan bisa
mendeteksi kesalahan dalam matematika. Menerapkan sistem double entry akan
menguntungkan perusahaan Anda karena di dalamnya Anda bisa melacak pendapatan,
pengeluaran, liabilitas dan aset.
Dengan adanya sistem double entry, maka perhitungan yang hendak dilakukan akan lebih
akurat karena mampu memperlihatkan seluruh saldo akun. Jika nantinya ada kesalahan,
maka akan dilacak kesalahannya karena informasi di dalamnya sangat jelas. Oleh karena
itu, berbagai kesalahan pencatatan keuangan bisa diminimalisir dengan sistem double
entry.
 Mendeteksi Adanya Penipuan
Dengan menerapkan sistem double entry, maka Anda akan lebih mudah dalam mendeteksi
kesalahan dan juga penipuan. Sehingga, laporan keuangan Perusahaan/Perintah akan lebih
akurat dan tepat.
135
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Tips 6.3: Akuntansi Keuangan Daerah: Pengertian, Fungsi, dan Metode


Pencatatannya
Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah?
Berdasarkan PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
dijelaskan secara rinci bahwa Sistem Akuntansi Permintahan (SAP) merupakan
berbagai prosedur manual maupun yang sudah terkomputerisasi mulai dari kegiatan
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan serta
operasional pemerintah.
Menurut Abdul Halim dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Keuangan
Daerah tahun 2004 yang diterbitkan oleh Salemba Empat menjelaskan bahwa
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) merupakan suatu sistem akuntansi
yang di dalamnya terdapat proses pencatatan, penggolongan, penafsiran,
peringkasan transaksi atau kejadian keuangan dan laporan keuangan dalam wujud
melaksanakan APBD, yang dilakukan dalam berbagai prinsip akuntansi yang sudah
diterima secara umum.
Berdasarkan dua sudut pandang tentang pengertian Sistem Akutansi Daerah di atas,
maka bisa disimpulkan bahwa sistem akuntansi daerah merupakan suatu serangkaian
prosedur yang dimulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
hingga laporan keuangan dalam hal pertanggungjawaban pelaksana APBD yang bisa
dilakukan secara manual atau memanfaatkan aplikasi komputer.
Output dari Akuntansi Keuangan Daerah
Diberlakukannya sistem akuntansi keuangan daerah telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 dan telah diperbaharui
dengan PP Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, PP
Nomor 58 Tahun 2005 tentang bentuk Pengelolaan Keuangan Daerah yang
sudah dirubah ke Peraturan Pemezuntah Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2O19 dan Permendagri nomor 13 Tahun 2006 yang sudah
dirubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011.
Berbagai output yang akan digunakan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan tersebut adalah:
 Laporan Realisasi Anggaran
 Laporan Neraca
 Laporan Arus Kas
 Laporan Perubahan Ekuitas Dana
136
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

 Catatan atas Laporan Keuangan


Metode Pencatatan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Dalam sistem akuntansi keuangan daerah, terdapat tiga metode pencatatan,
yaitu Single entry, Double entry dan Triple entry.  Saat ini, metode
pencatatan single entry sudah makin ditinggalkan walaupun ada beberapa area
Pemda yang masih menggunakannya.
Hal terserbut terjadi karena metode single entry memiliki beberapa kelemahan
seperti tidak mampu mencerminkan performa secara riil dan tidak mampu
memberikan informasi yang lebih komprehensif. Oleh karena itu, metode double
entry diciptakan untuk menutup sela kelemahan dari metode single entry.
 Single Entry
Dari sekian banyaknya sistem pencatatan buku, salah satunya adalah
pencatatan buku tunggal atau single entry. Pencatatan transaksi ekonomi
yang dilakukan dalam sistem ini hanya dilakukan sebanyak satu kali saja.
Transaksi tersebut akan mengakibatkan adanya pemasukan kas yang akan
diinput dalam kolom penerimaan, sedangkan pengurangan kas akan diinput
dalam kolom pengeluaran.
Beberapa kelebihan yang ada pada sistem single entry ini adalah lebih
mudah dipahami dan juga lebih sederhana. Namun, sistem ini masih kurang
bagus untuk disajikan dalam bentuk laporan karena Anda akan kesulitan
dalam mencari kesalah pembukuan dan mengontrol keuangan.
 Double Entry
Pada prinsipnya, metode pencatatan double entry masih sama dengan
metode pencatatan debit-kredit pada prinsip dasar akuntansi umum. Namun,
yang membedakannya adalah rumus persamaan dasar akuntansi di ruang
lingkup akuntansi keuangan daerah. Rumus persamaan dasar tersebut adalah
“belanja + aset = kewajiban + ekuitas + pendapatan”.
Selain itu, pencatatan yang dilakukan dengan metode double entry juga akan
memanfaatkan basis kas modifikasi. Artinya, pencatatan akuntansi hanya
dilakukan pada pencatatan yang hanya berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas, sedangkan pencatatan yang berasal dari luar penerimaan
dan pengeluaran kas akan diinput pada basis akrual.
 Triple Entry
Metode pencatatan Triple entry  adalah metode yang dikembangkan
dari Double entry. Prinsipnya pun hampir sama dengan double entry yaitu
adanya tambahan pencatatan pada buku anggaran. Sederhananya, ketika
pencatatan double entry sedang dilakukan, maka metode triple entry akan
137
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

melakukan pencatatan yang dilakukan oleh para PPK SKPD dan SKPKD.
Tujuan dan Fungsi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Sistem akuntansi keuangan daerah dibentuk dengan beberapa tujuan. Berikut ini
adalah penjelasan masing-masing dari tujaun tersebut.
 Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan sistem akuntansi pemerintah yang bisa
memberikan berbagai informasi terkait keuangan secara cermat, dalam
waktu dan format yang tepat, dan berguna untuk berbagai pihak yang
bertanggung jawab dan memang berkaitan langsung dengan operasi unit
pemerintah.
Selain itu, tujuan akuntabilitas ini akan mewajibkan pada tiap pegawai
ataupun badan pengelola keuangan negara untuk harus mampu memberikan
tanggung jawab dan perhitungan terhadap laporan keuangan yang telah
dibuatnya.
 Manajerial
Akuntansi daerah akan mampu memberikan beragam informasi keuangan
yang dibutuhkan untuk perencanaan penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan, serta penilaian performa pemerintah.
 Pengawasan
Akuntansi daerah harus mampu menyelenggarakan pemeriksaan oleh para
aparat pengawasan fungsional secara efisien dan juga efektif.
 Menjaga Aset
Sistem akuntansi ini dapat digunakan untuk menjaga aset K/L/PD melalui
metode pencatatan, pemrosesan dan pelaporan keuangan yang dilakukan
secara konsisten sesuai dengan standar serta praktek akuntansi yang mampu
diterima secara umum.
 Penyedia Informasi Anggaran dan Keuangan
Sistem akuntansi ini juga berfungsi untuk menyediakan berbagai informasi
yang akurat dan juga tepat waktu terkait anggaran dan kegiatan keuangan
K/L/PD, yang selanjutnya akan berguna sebagai dasar pengukuran performa
guna menentukan tingkat ketaatan pada pihak otorisasi anggaran dan demi
tujuan akuntabilitas.
Selain itu, sistem akuntansi ini dapat dijadikan sebagai media untuk
menyediakan informasi yang valid tentang kondisi keuangan K/L/PD secara
keseluruhan, serta untuk perencanaan pengelolaan dan pengendalian
kegiatan dan keuangan K/L/PD secara efisien.
138
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Akuntansi Pemerintah Daerah di PPKD dan SKPD 


Sistem akuntansi pemerintah daerah biasanya akan dilakukan oleh dua
subsistem, yaitu:
 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Pemerintah Akuntansi Daerah akan menjadi tanggung jawab para
Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD), yang memiliki tugas
dalam hal mencatat berbagai transaksi yang dilakukan di level pemerintahan
daerah, seperti pendapatan dana perimbangan, belanja bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, dll.
 Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah
Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah akan menjadi tanggung
jawab para Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD. Seluruh transaksi-
transaksi yang ada di dalam lingkungan satuan kerja harus dicatat dan
dilaporkan pada Bendahara Umum Daerah (BUD).
Pencatatan atas berbagai transaksi yang ada di lingkungan satuan kerja
tersebut sangat harus dilakukan, di dalamnya meliputi pencatatan atas
pendapatan, belanja, asset, dan hal lainnya selain kas. Berbagai proses
tersebut dilaksanakan oleh para Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK)
yang berdasarkan pada dokumen-dokumen sumber yang sebelumnya telah
diserahkan oleh bendahara.

Penjelasan Singkat Siklus Akuntansi Keuangan Daerah


Pada umumnya, siklus akuntansi keuangan daerah masih sama dengan siklus
akuntansi pada umumnya, yang membedakan hanya pada tahapan atau alurnya saja.
Pada sistem akuntansi keuangan daerah, laporan perhitungan APBD dibuat jika
penyusunan neraca saldo setelah pengesuaian (NSSP) telah dilakukan.
Agar bisa lebih memudahkan pembuatan laporan, maka setelah NSSP berhasil
dibuat, maka akan ditutup dengan jurnal penutup agar selanjutnya bisa langsung
dibuatkan laporan arus kas, Perubahan Modal (R/K Pemda) dan Neraca.
Berbagai catatan transaksi yang terjadi di dalamnya tentu harus disertakan
dengan berbagai dokumen dan bukti transaksi yang sah agar nantinya bisa
diinput ke dalam junal dan buku besar pembantu.
Selanjutnya, bukti transaksi tersebut akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu
Bukti Pengeluaran, Bukti Penerimaan Kas, dan Bukti Memorial yang
kemudian akan diinput ke jurnal umum.
Tentunya setiap pencatatan transaksi harus disertakan dengan berbagai
dokumen dan bukti transaksi yang valid untuk kemudian bisa diinput ke
139
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

dalam jurnal dan buku besar pembantu. Bukti transaksi dibagin menjadi tiga
bagian, yaitu Bukti Penerimaan Kas, Bukti Pengeluaran Kas dan Bukti
Memorial yang kemudian dimasukkan ke Jurnal Umum.
Berdasarkan Permendagri No. 12 tahun 2006 yang sudah dirubah ke Permendari 21
tahun 2011, ada empat proses yang tersedia dalam sistem akuntansi pemerintah
daerah, yaitu akuntansi pengeluraran kas, selain kas, penerimaan kas, dan aset.

Tujuan pengembangan sistem akuntansi pemerintah yang baru


1. Merancang sistem akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah,
2. Menyusun standar/prinsip Akuntansi Pemerintahan,
3. Membentuk Pusat Pengembangan Akuntansi Pemerintahan di Departemen Keuangan.
4. Melakukan pelatihan, pembinaan, pengawasan dan monitoring serta evaluasi
pelaksanaan sistem akuntansi pemerintahan secara terus menerus.

1.   Sistem yang terpadu


Dalam penyusunan sistem digunakan pendekatan bahwa keseluruh Pernerintah
Pusat merupakan kesatuan akuntansi dan ekonomi tunggal. Presiden sebagai
pengelola utama dan DPR sebagai badan yang bertugas menelaah dan mengevaluasi
pelaksanaannya. Dengan dasar kesatuan tunggal maka sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan dikembangkan dengan terpadu, yang terdiri dari berbagai subsistem.
Subsistem-subsistem ini masing-masing merupakan bagian yang integral dari sistem
yang menyeluruh.

2.   Akuntansi Anggaran


Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara digunakan sebagai
landasan operasional keuangan tahunan Pemerintah dan dengan disahkannya UU-
APBN maka pelaksanaan anggaran dapat dilaksanakan. Untuk itu diperlukan
akuntansi yang membukukan anggaran serta realisasinya. dengan demikian
pertanggung.jawaban dapat cepat serta mudah dalam hal pengawasannya.

3. Sistem tata buku berpasangan


Sistem pembukuan berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntansi berikut:

ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA


140
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Dimana jika terjadi satu transaksi, maka sedikit-dikitnya terjadi perubahan dua
perkiraan dengan cara men-Debet sebuah perkiraan Aset dan meng-Kredit perkiraan
Kewajiban atau Ekuitas Dana sebagai pasangannya.

4.   Basis kas untuk pendapatan dan belanja

Penggunaan basis kas ini sesuai dengan Undang-Undang Perbendarahaan


Indonesia dan Keppres Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.

Basis Kas, adalah mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar melalui Kas Umum Negara dan
Belanja diakuai dan dicatat pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum
Negara, dan
Basis Akrual, adalah pengakuan terhadap aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam
neraca dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, bukan pada
saat atau setara kas diterima atau dibayar.

5. Standar dan Prinsip Akuntansi Akuntansi Pemerintahan


Standar dan prinsip akuntansi adalah norma atau aturan dalam praktek yang dapat
diterima oleh profesi, dunia usaha, dan departemen/lembaga pemerintah yang
berkepentingan dengan laporan keuangan.
SAP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah, yaitu: PP No. 71 Tahun 2010
Tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang merupakan penyempurnaan PP No. 24
Taun 2005. Untuk melakukan; pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan
pengungkapan terhadap transaksi keuangan dalam rangka penyusunan laporan
keuangan. SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah.

1. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi


Sistem dirancang agar pelaksanaan akuntansi dilakukan secara berjenjang dan
dimulai pada sumber data di daerah atau propinsi dan digunakan sebagai pedoman
penyusunan unit-unit akuntansi baik di tingkat wilayah maupun tingkat pusat.

2. Perkiraan Standar yang Seragam

Sesuai Permenkeu No. 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar SAPP


menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku
untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi. BPS adalah daftar perkiraan buku besar
yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan dan
pelaksanaan anggaran, serta pembukuan dan pelaporan keuangan pemerintah.
141
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Perkiraan yang digunakan unit akuntansi dan mata anggaran pada unit operasional
anggaran dan pelaksanaan anggaran sama, baik klasifikasi maupun istilahnya agar dapat
memastikan bahwa anggaran dan laporan realisasinya menggunakan istilah yang sama,
serta meningkatkan kemampuan sistem akuntansi untuk memberikan informasi/laporan
yang relevan, berarti, dan dapat diandalkan. Selain itu dapat digunakan untuk
memudahkan pengawasan atas ketaatan dengan pagu yang ditentukan dalam UU-APBN
dan dalam dokumen allotment (DIK/DIP/SKO), serta memungkinkan perbandingan data
laporan keuangan, baik dalam satu laporan maupun antarlaporan.

Perkembangan Peraturan Sistem Akuntansi


Sesuai dengan S.K.Menteri Keuangan R.I. no. 476/KMK.01/1991 tanggal 21 Mei
1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, maka sistem yang lama dikembangkan dan
sistem baru mulai diimplementasikan. Pelaksanaannya dilakukan secara paralel, yaitu
sementara sistem baru belum bisa dilaksanakan sepenuhnya, maka sistem (lama) yang
sekarang dilaksanakan dinyatakan tetap berlaku.

Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat, yang selanjutnya disebut SAPP, adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
Pernerintah Pusat. SAPP terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) yang menghasilkan Laporan Keuangan Pernerintah Pusat. SiAP memproses
data transaksi Kas Umum Negara dan Akuntansi Umum, sedangkan SAI memproses data
transaksi keuangan dan barang yang dilaksanakan oleh kementerian negara/ Icmhaga.

Tips 6.2: Regulasi Sistem Akuntansi Pemerintahan


Mulai 20 Juli 2005 dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan RI No.
59/PMK.06/2005 Tentang Standar Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat,
maka peraturan yang lainnya mengenai Sistem Akuntansi Pemerintah Indonesia Tidak
berlaku lagi, seperti: Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 337/
KMK.012/2003 tanggal 1 Januari 2003 tentang Sistem Akuntansi dan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat 18 Juli 2003. SK Menteri Keuangan Nomor
476/KMK.01/1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, dan nomor 295/ KMK.012/2001
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan pada Departemen/
Lembaga, dinyatakan tidak berlaku lagi.

Undang- Untuk menunjang pelaporan keuangan yang memenuhi unsur pengendalian


anggaran, pengukuran dan pelaporan kinerja, maka regulasi yang mendasari sebagai
pelaksanaannya adalah:
1. Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
3. Undang-Undang No. 12 Thn 2008 sebagai pengganti Undang-Undang No. 32 thn
2004 tentang Pemerintahan Daerah,
4. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tantang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan
142
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

5. Keputusan Presiden nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara, maka dibuatlah Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar beserta lampiran-
lampirannya.
Bagan Perkiraan Standar, yang selanjutnya disebut BPS, adalah daftar perkiraan
buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan
perencanaan dan pelaksanaan anggaran, serta pembukuan dan pelaporan keuangan
pemerintah. BPS selanjutnya dikelola/ditambah/dikurangi oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan c.q Direktorat Informasi dan Akuntansi.

Pertimbangan dikeluarkannya peraturan di atas adalah untuk menunjang pelaporan


keuangan yang memenuhi unsur pengendalian anggaran, pengukuran dan pelaporan
kinerja, perlu disiapkan bagan perkiraan standar sebagai acuan dalam menyusun laporan
keuangan dilingkungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Negara/Lembaga. BPS
telah diperbaharui lagi dengan PMK Nomor PMK.05/2007 tentang Bagan Akuntansi
Standar (BAS).
Berdasarkan ketentuan pasal 7 ayat (2) huruf (o) Undang-Undang nomor 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, maka Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara mengeluarkan peraturan berupa Peraturan Menteri Keuangan Nomor
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
(SAPKPP, tertanggal 20 Juli 2005, berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dengan keluarnya
peraturan tersebut, maka Keputusan Menteri Keuangan no.337/KMK.012/2003 tentang
Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dinyatakan tidak berlaku

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Departemen Keuangan telah membuat modul Sistem Akuntansi Instansi yang berisi antara
lain seperti disebutkan dibawah ini:
 "Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, menyatakan bahwa agar informasi yang disampaikan
dalam laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan
akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)
yang terdiri dari;
a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan Kementerian Keuangan dan
b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh Kementerian
Negara/Lembaga"

 Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut SAPP, adalah


serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan, dan
operasi keuangan pemerintah pusat.

Tips 6.3: Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Bendahara Umum Negara
143
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara wajib menyelenggarakan akuntansi


sebagai upaya mewujudkan akuntabilitas Keuangan Negara. Seluruh anggaran yang termasuk
dalam Bagian Anggaran BUN wajib dipertanggungjawabkan sesuai dengan Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan BUN.
SABUN dengan struktur seperti Gambar 6.1 di bawah menghasilkan Laporan Keuangan
Bendahara Umum Negara (BUN) yang secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu BUN
sebagai pengelola kas dan BUN sebagai Pengguna Anggaran Bagian Anggaran BUN/pengelola
transaksi BUN lainnya. SiAP diselenggarakan oleh BUN selaku pengelola kas, sedangkan SABUN
selain subsistem SiAP diselenggarakan oleh BUN selaku Pengguna Anggaran BA-BUN/pengelola
transaksi BUN lainnya.

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI) merupakan prosedur dalam siklus
akuntansi yang dilaksanakan pada lingkup kementerian negara/lembaga yang dalam
pelaksanaannya memproses transaksi keuangan, barang, dan transaksi lainnya untuk menghasilkan
Laporan Keuangan yang dapat bermanfaat bagi pengguna Laporan Keuangan. SAI akan dapat
berjalan apabila memenuhi unsur-unsur pokok sebagai berikut: 1. Formulir/Dokumen Sumber 2.
Jurnal 3. Buku besar 4. Buku pembantu 5. Laporan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
akan berjalan dengan baik, apabila dalam suatu organisasi selaku unit yang melaksanakan proses
akuntansi dan sekaligus membutuhan informasi yang dihasilkan, dapat mengkoordinasikan unsur-
unsur menjadi satu kesatuan yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
Dengan alasan tersebut maka untuk melaksanakan SAI, kementerian negara/lembaga harus
membentuk Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi sesuai dengan hierarki organisasi
dengan tujuan agar proses akuntansi dapat berjalan dengan baik.

Unit Akuntansi dan Pelaporan Instansi sebagaimana Gambar 6.2 terdiri dari Unit Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan dan Unit Akuntansi dan Pelaporan Barang Milik Negara (BMN).
Pembentukan kedua unit akuntansi dan pelaporan tersebut dimaksudkan agar penyelenggaraan
pencatatan atas transaksi aset berupa BMN terjadi check and balance sebagai bagian dari
penyelenggaraan pengendalian internal di masing-masing unit akuntansi dan pelaporan pada
kementerian negara/lembaga.
Referensi: Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Gambar 6.1. Struktur Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN)

SA- BUN

SiAP SAUP GambarSAIP


SIKUBAH 6.2: Struktur
SAPPPSistemSATO
AkuntansiSABS
Instansi (SAI)
SABL SATK SAPBL

SAI

Unit Akuntansi & Unit Akuntansi &


Pelaporan Keuangan Pelaporan BUMN
144
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Kerangka Umum SAPP Tujuan SAPP


Pelaporan keuangan pemerintah akan menyajikan informasi yang bermanfaat bagi
para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan
ekonomi, sosial, maupun politik.

Dengan demikian, SAPP bertujuan untuk:


1. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansi melalui pencatatan, pemrosesan
dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar, praktik dan
prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum;
2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang pelaksanaan anggaran
dan kegiatan keuangan pemerintah pusat, instansi dan lembaga yang secara nasional
berguna sebagai dasar penilaian kinerja, menentukan ketaatan otorisasi anggaran dan
untuk tujuan akuntabilitas;
3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan pemerintah
pusat dan Instansi/Lembaga secara keseluruhan;
4. Menyediakan informasi yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien dan efektif.

Tips 6.4: KPPN


Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah instansi vertikal Ditjen
Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kanwil
Ditjen Perbendaharaan, Direktur Pengelolaan Kas Negara, atau Direktur Sistem Manajemen
Investasi. KPPN dipimpin oleh seorang Kepala.[1]
Organisasi dan Tata Kerja
Organisasi dan tata kerja KPPN diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
169/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersebut, KPPN terdiri atas 5 tipe
sebagai berikut:
1. KPPN Tipe A1;
2. KPPN Tipe A2;
3. KPPN Khusus Pinjaman dan Hibah;
4. KPPN Khusus Penerimaan; dan
5. KPPN Khusus Investasi.
Tugas Pokok KPPN
Sesuai  Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 262/PMK.01/2016 tanggal 30 Desember 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) terdiri dari 5 (lima) tipe sebagai berikut:
1. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Tipe A1 ;
2. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Tipe A2 ;
3. Kantor· Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Pinjaman dan Hibah;
4. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Penerimaan; dan
145
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

5. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Investasi.


KPPN Metro merupakah salah satu KPPN Tipe A1 Non Provinsi yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb)
Provinsi Lampung.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Tipe A1 mempunyai tugas melaksanakan
kewenangan perbendaharaan dan Bendahara Umum Negara (BUN) , penyaluran pembiayaan
atas beban anggaran, serta penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan
dari kas negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 262/PMK.01/2016 berlaku, jumlah Instansi
Vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan terdiri dari :
1. 34 (tiga puluh empat) Kantor Wilayah;
2. 182 (seratus delapan puluh dua) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang
terbagi menjadi :
 98 (sembilan puluh delapan) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Tipe A1
 81 (delapan puluh satu) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Tipe
A2
 1 (satu) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Pinjaman dan
Hibah
 1 (satu) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Penerimaan
 1 (satu) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Investasi.

Tugas KPPN seperti yang terlihat pada Tabel 6.1 di bawah

Tabel 6.1: Tugas KPPN

KPPN Khusus
KPPN KPPN KPPN Khusus
Tugas Pinjaman dan
Tipe A1 Tipe A2 Penerimaan
Hibah

Melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan


bendahara umum negara, penyaluran pembiayaan atas
beban anggaran, serta penatausahaan penerimaan dan x x – –
pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Melaksanakan penyaluran pembiayaan atas beban


anggaran untuk dana yang berasal dari luar dan dalam
negeri secara lancar, transparan, dan akuntabel serta
melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan
– – x –
bendahara umum negara, penyaluran pembiayaan atas
beban anggaran, serta penatausahaan penerimaan dan
pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
146
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Melaksanakan penerimaan, pengelolaan, pelaporan, dan


rekonsiliasi transaksi data penerimaan serta
– – – x
penatausahaan penerimaan negara melalui dan dari kas
negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Melaksanakan penatausahaan naskah perjanjian


investasi, penyaluran dana investasi pemerintah,
penghitungan, penagihan, dan penerbitan perintah – – – –
membayar investasi pemerintah, penerusan pinjaman,
kredit program, dan investasi lainnya.

Tips 6.6: Pencairan Dana APBN

Pencairan Dana APBN


Penyampaian SPM dilakukan oleh petugas pengantar SPM yang sah dan ditetapkan oleh
KPA dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Petugas pengantar SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukung dan ADK
SPM yang sudah diinjeksi dengan PINPPSPM melalui Front Office penerimaan SPM
pada KPPN
2. Petugas pengantar SPM harus menunjukkan Kartu Identitas Petugas Satker (KIPS)
pada saat menyampaikan SPM kepada petugas front office

3. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke KPPN, penyampaian
SPM beserta dokumen pendukung dan ADK SPM dapat melalui Kantor Pos/ Jasa
Pengiriman resmi ( dengan cara KPA terlebih dahulu menyampaikan
konfirmasi/pemberitahuan kepada Kepala KPPN)

Kelengkapan Pengajuan SPM ke KPPN


SPM UP/TUP/GUP/GUP Nihil/ PTUP/LS/KP/IB/KBC dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK
SPM disampaikan kepada KPPN dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dari KPA yang dibuat
sesuai format sebagaimana terdapat dalam lampiran XIV PMK Nomor
190/PMK.05/2012
2. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuan pemberian TUP dari
Kepala KPPN

3. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti
setor lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima

Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka atas
perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan:
1. Asli surat jaminan uang muka
2. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan
jaminan uang muka

3. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai Peraturan
Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah
147
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Khusus untuk penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, juga dilampiri
dengan faktur pajak
Penyampaian SPM-KP dilampiri dengan SKPKPP dan SSP
1. Penyampaian SPM-IB dilampiri dengan SKPIB dan SSP
2. Penyampaian SPM-KBC dilampiri dengan SKPBC

Untuk SPM yang sumber dananya dari PNBP untuk satker pengguna PNBP yang tidak
terpusat, Penyampaian SPM UP/TUP/GUP/GUP Nihil/ PTUP/LS, juga dilampiri dengan bukti
setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN dan Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum
Pencairan (MP) dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVII PMK
Nomor 190/PMK.05/2012.

 
SPM LS BALANJA PEGAWAI GAJI (Aplikasi GPP/BPP)
Kelengkapan SPM
1. SPM-LS Belanja Pegawai Gaji dalam rangkap 2 (dua); Kode Jenis SPM: 01, 02, 03
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM;

3. ADK Perubahan;

4. ADK Gaji;

5. Daftar Perubahan Gaji;

6. Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya.

Contoh uraian SPM


Pembayaran…(gaji induk/gaji bulan-13/gaji susulan/terusan)/kekurangan
gaji/UDW/UDT/posekot gaji bulan …untuk ….pegawai / …jiwa
 
SPM LS Belanja Pegawai Gaji (Non Aplikasi GPP/BPP)
Kelengkapan SPM
1. SPM-LS Belanja Pegawai Gaji dalam rangkap 2 (dua); Kode Jenis SPM: 01, 02, 03
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM;

3. Daftar Gaji Induk lengkap (untuk non gaji induk berupa Daftar Kekurangan Gaji, Daftar
Gaji Susulan, Posekot Gaji dsb);

4. Dokumen Pendukung Perubahan Gaji (SK KP, SK KGB,KP4 dsb);

5. Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya.

Contoh uraian SPM


Pembayaran…(gaji induk/gaji susulan/kekurangan gaji/posekot gaji dsb) bulan …untuk
….pegawai / …jiwa
 
148
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

SPM LS KEPADA BENDAHARA


SPM LS kepada bendahara / para pegawai Contoh: Uang lembur, uang makan,
perjalanan dinas, honorarium dsb (pembayaran swakelola)
Kelengkapan SPM
1. SPM-LS dalam rangkap 2 (dua)
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM

3. Surat Setoran Pajak (SSP) untuk potongan pajak dan/atau bukti setor lainnya.

4. Daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima

- Untuk SPM LS kepada Bendahara berupa daftar nominatif;


- Untuk SPM LS kepada pegawai dilampirkan juga Daftar Rekening Terlampir dan ADK
rekening terlampir
Contoh uraian SPM
Pembayaran belanja…(pegawai*1)/barang/modal/lain-lain) sesuai *2) SK/ST/SPD No. …….
Tgl. ……
*1) Untuk jenis belanja pegawai non gaji (akun 51) format uraian mencantumkan bulan dan
jumlah penerima. Misalnya : pembayaran uang makan/ lembur/tunjangan../honor…/vakasi/
dsb bulan…. untuk …pegawai
*2) Diisi dengan nomor dan tanggal SK/ST/SPD/dsb. Untuk beberapa jenis pembayaran
(misalnya honorarium, uang saku, perjalanan dinas, dsb) yang digabung dalam satu SPM,
agar melakukan: menambahkan keterangan “dan lain-lain” setelah nomor dan tanggal
SK/ST/SPD pada uraian SPM mencantumkan tanggal dan nomor SK/ST/SPD/dsb pada
daftar nominatif.
 

SPM LS KEPADA PIHAK KE TIGA


Kelengkapan SPM
1. SPM-LS dalam rangkap 2 (dua)
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM

3. ADK Kontrak (cetak Karwas Kontrak dan Realisasi Kontrak)

4. Faktur Pajak, Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya

Sesuai Pasal 36 PMK 190/PMK.05/2012, data perjanjian/kontrak disampaikan kepada KPPN


paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak untuk dicatatkan
ke dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN.
Contoh uraian SPM
Pembayaran belanja …..(barang/modal/ bantuan sosial / lain-lain) sesuai Kontrak/SK No.
……. Tgl. ……. PMK/Jaminan Uang Muka /BAP /BAST /Jaminan Pemeliharaan No. …….
Tgl…
 
SPM LS kepada pihak ketiga dalam rangka pembayaran Uang Muka atas
perjanjian/kontrak
149
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Kelengkapan SPM
1. SPM-LS dalam rangkap 2 (dua)
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM

3. ADK Kontrak (cetak Karwas Kontrak dan Realisasi Kontrak)

4. Faktur Pajak, Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya

Syarat Khusus berupa :


1. Asli surat jaminan uang muka;
2. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan
jaminan uang muka;

3. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai Peraturan
Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.

Contoh uraian SPM


Pembayaran uang muka belanja …..(barang/modal/lain- lain) sesuai Kontrak No. ……. Tgl.
……. SPMK/Jaminan Uang Muka…….. No. ……. Tgl…
 

SPM UP/TUP
Batas Pemberian Uang Persediaan
1. Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP sampai dengan Rp900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah);
2. Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);

3. Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau

4. Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah).

Pembayaran dengan Uang Persediaan dan Tambahan Uang Persediaan


1. Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran/BPP
kepada 1 (satu) penerima/ penyedia barang/jasa paling banyak sebesar
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honorarium dan
perjalanan dinas.
2. UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:Pengajuan SPM GUP
(Penggantian UP) dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima
puluh persen).

1. Belanja Barang;

2. Belanja Modal; dan

3. Belanja Lain-lain.

3.

4. Dalam hal 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan
150
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

penggantian UP, kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA,

5. Dalam hal setelah 1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan


sebagaimana dimaksud, belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN
memotong UP sebesar 25% (dua puluh lima persen).

Kelengkapan SPM
1. SPM UP / TUP dalam rangkap 2 (dua);
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM;

3. Surat Pernyataan dari KPA dengan format sesuai lampiran XIV PMK
190/PMK.05/2012 (untuk SPM UP); Surat persetujuan pemberian TUP dari Kepala
KPPN (untuk SPM-TUP).

Contoh uraian SPM


- Penyediaan Uang Persediaan (RM / PLN / PNBP) Satker …. ……..Tahun 2013
- Penyediaan Tambahan Uang Persediaan (RM / PLN / PNBP) Satker …. ……..Tahun 2013
 

SPM GUP
SPM GUP ISI
Kelengkapan SPM
1. SPM GUP dalam rangkap 2 (dua);
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM;

Contoh uraian SPM


Penggantian Uang Persediaan untuk keperluan belanja (barang/modal/lain-lain)
SPM GUP NIHIL
Kelengkapan SPM
1. SPM GUP Nihil dalam rangkap 2 (dua)
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM. Bukti setor pengembalian UP/TUP
yang telah dikonfirmasi KPPN (dalam hal potongan GUP Nihil kurang dari UP/TUP)

Contoh uraian SPM Nihil atas UP


1. Penggantian Uang Persediaan untuk keperluan belanja (barang/modal/lain-lain)
setelah diperhitungkan dengan UP sebesar Rp..(diisi sesuai besaran potongan SPM
akun 815111) sebagai pertangungjawaban UP Tahun 201.. Nihil atas TUP.
2. Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan untuk keperluan belanja
(barang/modal/lain-lain) setelah diperhitungkan dengan TUP sebesar Rp..(diisi sesuai
besaran potongan SPM akun 815111).

SPM PNBP
PNBP Terpusat
Penyetoran PNBP terpusat:
SPM UP
151
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

1. SPM UP yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM;


2. ADK SPM UP yang memuat PIN PPSPM;

3. Surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format sesuai Lampiran XIV PMK-190

SPM TUP
1. SPM UP yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM;
2. ADK SPM UP yang memuat PIN PPSPM;

3. Surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format sesuai Lampiran XIV PMK-190

SPM GUP/GUP NIHIL


1. SPM UP yang diterbitkan melalui system aplikasi SPM;
2. ADK SPM UP yang memuat PIN PPSPM;

SPM LS
1. SPM LS yang diterbitkan melalui system aplikasi SPM;
2. ADK SPM LS yang memuat PIN PPSPM;

3. Surat Setoran Pajak (SSP) atau bukti setor lainnya

4. Daftar Nominatif untuk yang lebih dari 1(satu) penerima;

5. Data perjanjian/kontrak wajib dicatatkanolek PPK melalui sistem aplikasi dan


disampaikan secara langsung atau email ke KPPN 5 (lima) hari kerja setelah kontrak
ditandatangani;

6. Khusus untuk SPM LS pembayaran jaminan uang muka ditambah persyaratan:

a. Asli jaminan uang muka;


b. Asli surat kuasa bermeterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN;
c. Asli konfirmasi tertulis dari penerbit jaminan;
 
PNBP Tidak Terpusat
Penyetoran PNBP tidak terpusat:
SPM UP:
1. SPM UP yang diterbitkan melalui system aplikasi SPM;
2. ADK SPM UP yang memuat PIN PPSPM;

3. Surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format sesuai Lampiran XIV PMK-190

4. Bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh olek Seksi Bank KPPN;

5. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format Lampiran
XVII PMK-190

SPM TUP
1. SPM TUP yang diterbitkan melalui system aplikasi SPM;
2. ADK TUP yang memuat PIN PPSPM;

3. Surat persetujuan TUP dari Kepala KPPN


152
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

4. Bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh Seksi Bank KPPN;

5. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format Lampiran
XVII PMK-190

SPM GUP/GUP NIHIL:


1. SPM GUP yang diterbitkan melalui system aplikasi SPM;
2. ADK SPM GUP yang memuat PIN PPSPM;

3. Bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh Seksi Bank KPPN;

4. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format Lampiran
XVII PMK-190

SPM LS:
1. SPM LS yang diterbitkan melalui system aplikasi SPM;
2. ADK SPM LS yang memuat PIN PPSPM;

3. Surat Setoran Pajak (SSP) atau bukti setor lainnya

4. Daftar Nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima;

5. Data perjanjian/kontrak wajib dicatatkan olek PPK melalui sistem aplikasi dan
disampaikan secara langsung atau email ke KPPN 5 (lima) hari kerja setelah kontrak
ditandatangani;

6. Khusus untuk SPM LS pembayaran jaminan uang muka ditambah persyaratan:

- Asli jaminan uang muka;


- Asli surat kuasa bermeterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN;
- Asli konfirmasi tertulis dari penerbit jaminan;
7. Bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh Seksi Bank KPPN;
8. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format Lampiran XVII
PMK-190
 

RETUR SP2D
Alasan terjadi retur SP2D antara lain :
- Kesalahan/perbedaan nama/nomor rekening SP2D
- Kesalahan penulisan nama bank penerima
- Rekening tidak aktif/tutup/pasif
Prinsip dasar penatausahaan dana retur :
- Retur yang diterima selama tahun berjalan (belum disetor ke kas negara) dapat dibayarkan
kembali dengan penerbitan surat ralat rekening SP2D.
- Kesalahan retur yang telah disetorkan ke kas negara dapat dibayarkan kembali melalui
penerbitan SPM-PP/SP2D oleh KPPN setelah ada pengajuan surat permohonan pembayaran
kembali dari KPA/satuan kerja.
Surat ralat/perbaikan dan permohonan perbaikan pembayaran kembali disampaikan
153
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

kepada KPPN dilampiri :


- Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
- Fotocopy buku tabungan/rekening giro yang telah dilegalisir bank/kantor pos penerima.
- Surat pernyataan dari bank/kantor pos penerima bahwa rekening berkenaan masih aktif
minimal sampai dengan 1 (satu) bulan setelah tanggal surat ralat dari KPA/satker.
- Perbaikan resume kontrak dalam hal ralat mengakibatkan perubahan data rekening dalam
kontrak/resume kontrak.
- ADK SPM, Copy SPM dan SP2D sebelum koreksi serta SPM setelah koreksi dalam hal ralat
mengakibatkan perubahan data pada SPM dan SP2D.
 

RALAT SPM
Prosedur mengenai Koreksi/Ralat SPM telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan nomor PER-89/PB/2011 tanggal 21 Desember 2011 tentang Mekanisme
Pengiriman dan Koreksi Data pada KPPN. Satker yang hendak melakukan perubahan atau
Koreksi/Ralat atas SPM yang telah diterbitkan SP2Dnya oleh KPPN wajib berpedoman pada
peraturan tersebut. Prosedur koreksi/ralat SPM yang telah diterbitkan SP2Dnya adalah
sebagai berikut:
Koreksi Data Pengeluaran dan/atau Potongan Melalui SPM/SP2D
Koreksi data yang diajukan pada KPPN berupa:
1. Data setoran penerimaan negara melalui Bank/Pos Persepsi; dan/atau
2. Data pengeluaran dan/atau potongan melalui penerbitan SPM/SP2D.
Persyaratan Koreksi/Ralat SPM:
Mengajukan surat permintaan koreksi data pengeluaran dan/atau potongan SPM/SP2D
kepada KPPN mitra kerja masing-masing. Format surat sebagaimana Lampiran I PER-
89/PB/2011. Surat permintaan koreksi tersebut wajib dilampirkan dengan:
1. Daftar Rincian Koreksi Data yang ditandatangani Kuasa Pengguna Anggaran (bagian tak
terpisahkan dari Lampiran I PER-89/PB/2011);
2. Copy SPM dan SP2D sebelum koreksi;
3. SPM setelah koreksi;
4. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Koreksi/Ralat SPM;
5. ADK Koreksi SPM (SPM yang sudah diperbaiki).
Koreksi/perbaikan/ralat SPM tidak dapat dilakukan terhadap data SPM yang mengakibatkan
perubahan jumlah uang baik pada jumlah total pengeluaran, jumlah total potongan, dan/atau
jumlah bersih dalam SPM.
KPPN akan meneliti/memeriksa koreksi/ralat SPM tersebut apakah benar dan dapat
dilakukan sesuai PER-89/PB/2011. Bila koreksi/ralat SPM dapat dilakukan maka KPPN akan
menerbitkan Nota Penyesuaian. Bila koreksi/ralat SPM tidak dapat dilakukan maka KPPN
akan menerbitkan surat pengembalian atas koreksi/ralat SPM tersebut.
Koreksi Data Setoran Penerimaan Negara Melalui Bank/Pos Persepsi
Koreksi data setoran penerimaan Negara melalui Bank/Pos Persepsi berpedoman pada PER-
65/PB/2007 tentang Tata Cara Pengembalian Pendapatan dan/atau Penerimaan dan Koreksi
Pembukuan Penerimaan.
 
154
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

SURAT KETERANGAN PENGHENTIAN PEMBAYARAN (SKPP)


Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) adalah surat keterangan tentang
terhitung mulai bulan dihentikan pembayaran yang dibuat/dikeluarkan oleh Pengguna
Anggaran/KPA berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan oleh Kementerian
Negara/Lembaga atau satker dan disahkan oleh KPPN setempat.
1. SKPP pegawai pindah diterbitkan rangkap 4 (empat) dengan penjelasan :
 lembar I untuk pegawai yang bersangkutan untuk dilampirkan pada saat pengajuan
gaji pertama kali ditempat yang baru;
 lembar II untuk satuan kerja yang baru, dilampiri dosir kepegawaian dan ADK
pegawai pindah;

 lembar III untuk KPPN asal sebagai pertinggal;

 lembar IV untuk pertinggal satuan kerja yang bersangkutan.

SKPP diatas dilampiri Surat Keputusan (SK) Pindah


2. SKPP pegawai pensiun diterbitkan rangkap 5 (lima) dengan penjelasan:
 lembar I & II kedua untuk kepada PT. Taspen (Persero)/PT. ASABRI (Persero);
 lembar III untuk kepada pegawai yang bersangkutan;

 lembar IV untuk KPPN sebagai Pertinggal;

 lembar V untuk satuan kerja bersangkutan.

SKPP diatas dilampiri Surat Keputusan (SK) Pensiun dari Badan Kepegawaian Negara (BKN)
SKPP dikirim oleh Satuan kerja asal sesuai peruntukannya sebagaimana diatur pada angka 1
dan 2 setelah diberi keterangan oleh Kepala Seksi Pencairan Dana pada KPPN asal bahwa
data pegawai pindah/pensiun telah dinonaktifkan dari database pegawai satuan kerja tersebut
pada KPPN asal.

Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


SAPP terdiri dari dua subsistem, yaitu:
1. Sistem Akuntansi Pusat (SAP), dan
2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI).

SAPP dilaksanakan oleh Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) yang
terdiri dari:

a. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang menghasilkan Laporan Arus
Kas Pemerintah Pusat (SAP No. 03), dan
b. Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran
(SAP No. 02), dan Neraca Pemerintah Pusat (SAP No. 01 poin 38-43).

BAKUN melaksanakan SAPP dalam rangka menyusun laporan keuangan dengan


membentuk dua unit pemrosesan data yaitu:
155
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

1. Kantor Akuntansi Ragional (KAR) memproses data dari Kantor Pelayanan


Perbendaharaan Negara (KPPN).
2. Kantor Akuntansi Khusus (KAK) memproses data dari Kantor Pusat Direktorat
Jendral Anggaran (DJA) dan KPPN Khusus.

BAKUN membuat Laporan Keuangan Pemerintah Pusat berdasarkan laporan keuangan


dari instansi yaitu Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca (Posisi Keuangan) serta dari
KAR berupa Laporan Arus Kas. KAR di seluruh Indonesia menerima data transaksi
penerimaan dan pengeluaran hasil proses computer dari KPKN di wilayahnya setiap hari.
Disamping itu KAR juga menerima dokumen sumber dari KPKN yaitu SPM (Surat
Perintah Membayar) dan Daftar Nominatif Penerimaan sebagai bahan untuk verifikasi.
KAR selanjutnya memperoses data transaksi tersebut dan menghasilkan Laporan Arus
Kas.

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga, dan


terdiri dari:
 Sistem Akuntansi Kantor /Proyek;
 Sistem Akuntansi Wilayah;
 Sistem Akuntansi Eselon-I; dan
 Sistem Akuntansi Kantor Pusat Instansi.

Kementerian Negara/Lembaga melakukan pemrosesan data termasuk bagian


anggaran pembiayaan dan penghitungan pada tingkat kantor/proyek yang akan
menghasilkan laporan keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Dengan
demikian tanggung jawab kebenaran data dan laporan keuangan ada pada Instansi yang
bersangkutan Dokumen sumber yang digunakan dalam melakukan pemrosesan data di
tingkat kantor/proyek adalah dokumen sumber yang diterima dari KPKN, Kanwil DJA,
DJA Pusat dan Instansi terkait lainnya.

Departemen Keuangan selaku Bendahara Umum Negara atau Chief Financial Officer
(CFO). Selanjutnya SiAP memiliki dua subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Umum (SAU)
dan Sistem Akuntansi Umum Negara (SAKUN). memproses data transaksi Kas Umum
Negara dan Akuntansi Umum.

SAI memiliki dua subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem
Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). SAI dilaksanakan oleh Menteri/Ketua
Lembaga Teknis selaku Chief Operation Officer (COO), yang memproses data transaksi
keuangan dan barang yang dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga.
Untuk lebih jelasnya Gambar 6.1 dibawah ini menggambarkan SAPP sebagai berikut:

SAPP

SiAP SAI

SAU SAKUN SAK SABMN


156
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Gambar 6.3: Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Tabel 6.2: Pemahaman SiAP, SAI, SAK, dan SABMN


Sebutan Pemahamannya/artinya
Serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, analisis, pencatatan, pengikhtisaran, interpretasi
SiAP sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada
Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga, yang memproses


data untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi
SAI
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Digunakan untuk memproses transaksi anggaran dan realisasinya,


SAK sehingga menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran.

Memproses transaksi perolehan, perubahan dan penghapusan barang


milik negara untuk mendukung SAK dalam rangka menghasilkan
laporan neraca. Disamping itu, SABMN menghasilkan berbagai
SABMN
laporan, buku-buku, dan kartu-kartu yang memberikan informasi
manajerial dalam pengolahan barang milik negara.

Sistem Akuntansi Pusat


Sistem Akuntansi Pusat (SiAP), dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku
BendaharanUmum Negara (Chief Financial Officer). SiAP memiliki dua subsistem yaitu:

1. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (selanjutnya disebut SAKUN). SAKUN


menghasilkan Laporan Arus Kas (LAK) dan Neraca KUN.
2. Sistem Akuntansi Umum (SAU). SAU menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) dan Neraca.

Dalam rangka pelaksanaan SiAP,


a. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) memproses data transaksi
penerimaan dan pengeluaran,
157
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

b. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus memproses data transaksi


pengeluaran yang berasal dari Bantuan Luar Negari (BLN),
c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (DPKN) memproses data transaksi penerimaan
dari pengeluaran Bendahara Umum Negara (BUN) melalui kantor pusat, dan
d. Direktorat Informasi dan Akuntansi memproses data APBN, serta melaksanakan
verifikasi dan akuntansi untuk data transaksi penerimaan dan pengeluaran BUN
melalui kantor pusat.

KPPN menyusun:
 Laporan Arus Kas (LAK),
 Neraca KUN, dan
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA) SAU di wilayah kerjanya, dan disampaikan ke
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (selanjutnya disebut Kanwil
Dirjen Pb) setiap bulan.

Kanwil Ditjen Perbendaharaan, menyusun:


 laporan keuangan berupa LAK,
 Neraca KUN, dan
 LRA-SAU di tingkat wilayah yang merupakan hasil penggabungan (konsolidasi)
laporan keuangan seluruh KPPN di wilayah kerjanya.

Laporan keuangan dimaksud dilaporkan ke Dirjen Perbendaharaan c.q Direktorat


Informasi dan Akuntansi. Dirjen Perbendaharaan menyusun laporan keuangan berupa
LAK, Neraca KUN, dan LRA yang merupakan hasil penggabungan laporan keuangan
seluruh Unit Dirjen Perbendaharaan baik yang berada di tingkat pusat maupun daerah.

Sistem Akuntansi Pemerintah


Sistem akuntansi instansi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian:
1. Penyelenggaraan Sistem Akuntansi Instansi
2. Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)
3. Sistem Akuntasi Instansi

Sistem Akuntansi Instansi


Setiap Kementerian Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi
(selanjutnya disebut SAI), untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Untuk melaksanakan SAI sebagaimana dimaksud
dibentuk Unit Akuntansi Keuangan (UAK) yang terdiri dari:

a. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA), merupakan unit akuntansi instansi


yang melakukan proses penyusunan laporan keuangan tingkat Kementerian
Negara/ Lembaga.
158
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA-El), adalah unit


akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan
maupun barang seluruh UAPPA-El yang langsung berada di bawahnya;
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W), adalah unit
akuntansi instansi yang melakukan kegiatan konolidasi laporan, baik keuangan
maupun barang seluruh UAKPA yang berada dalam wilayah kerjanya;
d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA), adalah unit akuntansi
instansi yang melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja.

UAKPA wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan laporan keuangan


berupa:
 LRA,
 Neraca, dan
 Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK diatur pada SAP No. 04) satuan kerja.

UAKPA yang menggunakan anggaran pembiayaan dan perhitungan, selain memproses


dokumen: LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan, wajib memproses dokumen
sumber untuk menghasilkan, Laporan Realisasi Anggaran atas Laporan Keuangan
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

UAKPA wajib menyampaikan LRA dan Neraca serta ADK (Arsip Data Komputer) setiap
bulan, dan melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan.

UAKPA menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap bulan kepada UAPPA-
W/UAPPA-El, dan menyampaikan laporan keuangan semesteran dan tahunan berupa
LRA, Neraca, dan CaLK.

UAPPA-W melakukan proses penggabungan laporan keuangan yang berasal dari UAKPA
di wilayah kerjanya termasuk LRA Pembiayaan dan Perhitungan yang digunakan oleh
Kementerian Negara/Lembaga, dan menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-W
berdasarkan hasil penggabungan tersebut. UAPPA-W wajib menyampaikan LRA dan
Neraca beserta ADK kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan di wilayah masing-masing
setiap bulan, dan melakukan rekonsiliasi setiap triwulan.
UAPPA-W juga wajib menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK tingkat
wilayahnya kepada UAPPA-El setiap bulan. UAPPA-W menyampaikan laporan keuangan
semesteran dan tahunan berupa LRA, Neraca dan CaLK.
UAPPA-El melakukan proses penggabungan laporan keuangan UAPPA-W yang
berada di wilayah kerjanya termasuk laporan keuangan UAPPA-W Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan, laporan keuangan UAKPA yang langsung berada di bawah UAPPA-
El, dan LRA pembiayaan dan perhitungan yang digunakan oleh kementerian
negara/lembaga, menyusun laporan keuangan tingkat Eselon 1 wilayahnya, dan
melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dimaksud dengan Ditjen Pb c.q. Direktorat
Informasi dan Akuntansi setiap semester. UAPPA-El menyampaikan LRA dan Neraca
159
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

beserta ADK kepada UAPA setiap bulan, dan UAPPA-El menyampaikan laporan
keuangan semesteran dan tahunan berupa LRA, Neraca, dan CaLK.
UAPA melakukan proses penggabungan laporan keuangan UAPPA-El termasuk
laporan keuangan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, dan melakukan proses
penggabungan laporan keuangan anggaran pembiayaan dan perhitungan yang dikelolanya.
UAPA menyusun laporan tingkat Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan hasil
penggabungan laporan keuangan tersebut diatas, dan menyampaikannya kepada Ditjen
Perbendaharaan setiap triwulan. UAPA menyampaikan laporan keuangan semesteran dan
tahunan berupa LRA, neraca, dan CaLK, melakukan rekonsiliasi laporan keuangan
tersebut dengan Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi setiap
semester. Dalam rangka menjaga kesinambungan penyusunan dan keandalan laporan
keuangan, setiap Unit Akuntansi Instansi secara berjenjang berwenang untuk melakukan
pembinaan dan monitoring penyusunan laporan keuangan di wilayah kerjanya.

Kerangka Umum SAPP


Gambara 6.2 Kerangka SAPP Hubungan SAI dengan SiAP.

Gambar 6.2: Kerangka Umum SAPP

Keterangan :
BAKUN
: arus data dan laporan
: arus pemeriksaan
: arus rekonsiliasi data dan laporan
160
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

: online
= = : arus data
: arus data dan laporan APP (BA 62 dan 69)
BAKUN : Direktorat Informasi dan Akuntansi Ditjen Perbendaharaan

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat (SAPKPP) tertanggal 20 Juli 2005.

Tips 6.5: Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP)


Kerangka Umum SAPP
SAPP terbagi menjadi 2 subsistem, yaitu :
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)  terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-
BUN) dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN dan Pengguna Anggaran Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP).SA-BUN terdiri dari beberapa subsistem,
yaitu: SAKUN, SAU, SA-UP&H, SA-IP, SA-PP, SA-TD, SA-BAPP, SA-ATK, SA-BL
b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)Sistem Akuntansi Instansi (SAI) Sistem Akuntansi Instansi
(SAI) dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga. Kementerian Negara/Lembaga
melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan Keuangan

Jenis Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disampaikan kepada DPR sebagai


pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR, LKPP tersebut
diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK.
Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya keuangan
yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam suatu periode tertentu.
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan hanya disajikan
oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasi.
c. Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
d. Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis
akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. LO
menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan
yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu
entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
e. Laporan Arus Kas
161
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Tujuan LAK untuk memberikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. LAK wajib disusun dan
disajikan hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum. Dan
semuanya yang dilakukan hanyalah ilusi belaka,dan kita semua di tipu-tipu.
f. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE menyediakan informasi
mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau
penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Laporan
Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan
atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas.

Sistem Akuntansi Pusat


Sistem Akuntansi Pusat, yang selanjutnya disingkat SiAP, adalah serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai
dengan pelaporan posisi keuangan, dan operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara.
SiAP dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal Perbendaharan (DJPBN)
terdiri dari:
 Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang menghasilkan Laporan Arus Kas
(LAK) dan Neraca KUN;
 Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan
Neraca SAU.
Pelaksanaan SiAP melibatkan unit pemroses data sebagai berikut:
1. KPPN;
2. Kanwil DJPBN;
3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara
4. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (DAPK)

Sistem Akuntansi Instansi


SAI adalah serangkaian prosedur manual terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada
kementrian negara/lembaga.
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga yang memproses
transaksi keuangan baik arus uang maupun barang. SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan
(SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
Untuk melaksanakan SAI, kementerian negara/lembaga membentuk unit akuntansi instansi sesuai
dengan hirarki organisasi. Unit Akuntansi Instansi (UAI) terdiri dari Unit Akuntansi Keuangan
(UAK) dan Unit Akuntansi Barang (UAB).
SAI terdiri atas dua subsistem, yaitu:
162
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

1. SAK; subsistem dari SAI yang menghasilkan informasi mengenai LRA, neraca, dan
catatan atas laporan keuangan milik kementrian / instansi
2. SABMN; subsistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling
berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi
untuk menyusun neraca dan laporan Barang Milik Negara serta laporan manajerial lainnya
menurut ketentuan yang berlaku.

Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Dana Dekonsentrasi Dan Tugas Perbantuan


Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah menggunakan asas:
1. Desentralisasi; penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Dekosentrasi; pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur
sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertical di wilayah tertentu.
3. Tugas pembantuan; penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemkab/pemkot
kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Dana yang terkait dengan desentralisasi merupakan dana yang bersumber dari APBN dan dalam
pelaksanaannya ditransfer lansung ke Kas Umum Daerah. Dana ini berupa dana pertimbangan
(dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana bagi hasil). Terhadap dana ini, pelaporan dan
pertanggungjawaban dilakukan di masing-masing daerah.
Namun untuk dana dekonsentrasi dan dana tugas perbantuan, satuan kerja yang menerima
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut K/L teknis yang terkait.
Pertanggungjawaban dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan ini akan digabung dengan laporan
keuangan dan laporan barang milik Negara (yang telah dijelaskan SAI) sehingga menjadi laporan
keuangan Kementerian/Lembaga dan laporan barang milik Negara kementerian

Di bawah ini diberikan ilustrasi sederhana Sistem Akuntansi Instansi (SAI) berikut
pemecahannya dengan asumsi belum ada/belum punya neraca awal, jadi tidak ada saldo
awal tahun, saldo aset, saldo kewajiban dan saldo ekuitas dana.

a. Pelaksana Akuntansi yang berada di Unit Akuntansi Instansi bersangkutan


(Peraturan Menkeu no. 59/PMK.O&2005 tentang (SAPKPP))
UAKPA = Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran di Satuan Kerja;
UAPPA-W = Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran di Wilayah;
UAPPA-E1 = Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran di Eselon I
UAPA = Unit Akuntansi Pengguna Anggaran di Kantor Pusat Instansi;

b. Akuntansi
ADK = Arsip Data Komputer
DS = Dokumen Sumber;
LRA = Laporan Realisasi Angg;
LAK = Laporan Arus Kas
Neraca = Laporan Posisi Keuangan;
163
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

CaLK = Catalan atas Laporan Keuangan

c. Sistem Akuntansi
UAKPA = Mencatat Transaksi, menyusun LRA, Neraca, dan CaLK
UAPPA-W = Membuat konsolidasi laporan dari UAKPA di wilayahnya.
UAPPA-E1 = Konsolidasi laporan dari Wilayah, anggota E-1
UAPA = Menyusun laporan keuangan tingkat Kementerian/Lembaga,
konsolidasi laporan dari semua UAE-1 berupa LRA+N+CaLK

Daftar Akun- SAI


(Peraturan Menkeu Nomor 13/PMK.06/2005 tentang BPS (Bagan Perkiraan
Standard) dan telah diperbaharui lagi dengan PMK. Nomor 091/PMK.05/2007 tentang
BAS (Bagan Akuntansi Standar)

BELANJA OPERASI:
51. Belanja Pegawai
511 Gaji dan Tunjangan
512 Honor/Lembur/Vakasi/ Tunj. Khusus/Peg. Transito
513 Kontribusi Sosial (Pensiun, Askes, T.Kesehatan, Veteran)
52. Belanja Barang
521 Belanja Barang
522 Belanja Jasa
523 Belanja Pemeliharaan
524 Perjalanan Dinas
53. Belanja Modal
531 BM.Tanah
532 BM. Mesin dan Peralatan
533 BM. Gedung dan Bangunan
534 BM. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
535 BM. FisikLainnya.
54. Belanja Pembayaran Utang
55. Belanja Subsisi
56. Belanja Hibah
57. Belanja Bantuan Sosial
58. Belanja Lain-lain

Catatan: dibelakang digit tersebut masih dapat dikembangkan untuk digit perincian item
selanjutnya, sampai enam digit.

Sistem Akuntasi Instansi


164
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Dalam Modul Sistem Akuntansi yang dikembangkan oleh Sub Direktorat


Bimbingan Akuntansi Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Departemen Keuangan, dalam Sistem Akuntansi Instansi ada dua
subsistem, yaitu:
(1) Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan
(2) Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN)
(3.1) Bendaharawan, berfungsi sebagai Pengelola Keuangan, bertanggung jawab kepada
Kepala Kantor/ Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran, menerima dana dari KPPN
atas SPM yang diajukannya.
Bendaharawan adalah pejabat fungsi pengelola/pemegang dana UP /UYHD untuk
pengeluaran keuangan di kantor, bertanggung jawab kepada kepala kantor atau
satuan kerja ; sebagai pemegang Kuasa Pengguna Anggaran/Barang, Bendahara juga
sebagai pelaksana akuntansinya.
(3.2) Kuasa Pembantu Pengguna Anggaran (KPPA) menerima anggaran dari
Menteri/Kepala Lembaga, yaitu bagian dari DIPA Kementerian/Lembaga.
Berdasarkan anggaran tersebut, maka Kuasa Pembantu Pengguna Anggaran dapat
mengajukan pengeluaran berdasarkan SPP dari Bendaharawan, mengajukan SPM
(baik UP, TU, LS, atau GU) ke KP^PN sesuai bukti-bukti transaksi yang diajukan.
Berdasarkan permintaan tersebut, KPPN membayar SPM tersebut dengan cara
membuat Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada Bank Umum Negara untuk
mengirimkan giral kepada Bendahara atau Rekanan Kuasa Pembantu Pengguna
Anggaran.
(3.3) Bendahara/Petugas Teknis Akuntansi menganalisis bukti data sumber, mencatat
dalam Jurnal, di posting kedalam buku besar, membuat ikhtisar, dan menyusun
laporan keuangan berupa LRA, Neraca dan CaLK, setiap akhir bulan, membuat
laporan keuangan triwulanan, semesteran, dan tahunan.

4). Sistem Pencatatan dilakukan dengan sistem akuntansi berpasangan, dicatat


pada jurnal, dengan menggunakan basis akrual (accrual basis)

Bendaharawan adalah pejabat fungsi pengelola/pemegang dana Untuk Pembayaran


Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UP)/(UYHD) untuk pengeluaran keuangan di
kantor, bertanggung jawab kepada kepala kantor sebagai pemegang kuasa pengguna
anggaran/barang. Bendahara juga sebagai pelaksana akuntansinya.

(a). Waktu Bendahara terima dana UYHD/ SPM-UP dari KPPN, dicatat pada
jurnal:
Uraian Dr Cr
Kas/Bank xxxx
Utang kepada KPPN xxxx
Waktu menerima UP/UYHD dari KPPN
(b) Bendahara membayar
(b.l). Uang Muka Belanja (UM) sesuai MAK, dicatat pada jurnal:
Uraian Dr Cr
165
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

UM Belanja ......... (MAK......) xxxx


Kas/Bank xxxx

Waktu membayar Uang Muka Belanja sesuai MAK tanpa pungutan pajak. (b.2)
Uang Muka Belanja (sesuai MAK) dengan pungutan PPN dan PPh Pasal 22 (sebagai
Wajib Pungut Bendahara Pemerintah), dicatat pada jurnal:

Uraian Dr Cr
UM Belanja .....(MAK.....) xxxx

PPh yang masih harus (Ymh) Disetor xxxx


PPN Ymh Disetor xxxx
Kas/Bank xxxx
Waktu membayar UM-Belanja dengan pungutan berbagai pajak
Bendahara adalah Wajib Potong atas pajak-pajak yang harus dikenakan terhadap
penghasilan Wajib Pajak, PPN menjadi tanggungan pemerintah sebagai penikmat barang,
menjadi beban yang menambah harga beli (harga perolehan menjadi: (Harga perolehan +
PPN), sedangkan pungutan PPh adalah tanggungan penjual/suplair sehingga jumlah uang
yang dibayarkan kepada rekanan dikurangi dengan jumlah PPh yang dikenakan (harga jual
minus PPh)

(c) Bendahara, Terima SPM-GU


Semua uang muka belanja (UM Belanja) yang dikeluarkan oleh bendahara akan
mengurangi jumlah UYHD yang menjadi tanggungjawabnya, dan belum bisa
dianggap sebagai realisasi anggaran, oleh karenanya, bila saldo uangnya tinggal
sedikit, kewajiban bendahara untuk segera minta penggantian uang kepada KPPN
melalui KPPA, dengan menerbitkan SPM-GU

(c.1) Penerimaan dana GU, dijurnal sebagai penerimaan uang dan pengembalian
uang muka belanja:
Uraian Dr Cr
Bank xxxx
SPM-GU/KUN xxxx
Waktu menerima SPM-GU, giral masuk langsung ke Bank.
(c.2) Jurnal Pengembalian Uang Muka Belanja:
Uraian Dr Cr
Belanja ......MAK...... xxxx
UM Belanja MAK xxxx

Untuk mencatat realisasi belanja dan jurnal balik UM Belanja


(d). Bendahara, terima SPM-LS (tembusan dari KPPN, pembayaran langsung
kepada Rekanan), dijurnal:
(d.l) waktu terima (copy) SPM-LS, dan
MAK Uraian Dr Cr
166
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Belanja Modal, beli aset..... xxxx


SPM-LS/KUN xxxx

(d.2) jurnal pencatatan/penerimaan Aset yang dibeli:


MAK Uraian Dr Cr
Aset.... xxxx
Ekuitas, diinvestasikan ke dalam
Aset Tetep xxxx

Waktu terima SPM-LS, mencatat realisasi belanja (d.2)


Pencatatan Aset yang dibeli (modifikasi pencatatan SABMN)

(e). Bendahara Setor PPh/PPN yang diterima ke Kas Umum Negara


MAK Uraian Dr Cr
PPN/PPh Ymh disetor xxxx
Kas/Bank xxxx
Waktu setor Pajak yang masih harus disetor (Utang Pajak) oleh bendahara

(f). Bendahara Setor kembali ke KPPN, jumlah saldo Kas/Bank akhir periode
anggaran (per 31 Desember)
MAK U raian Dr Cr
Utang kepada KPPN xxxx
Kas/bank xxxx

Pada akhir periode, saldo uang tunai atau Bank wajib distorkan ke KPPN sebagai
pengembalian uang UYHD (Utang KPPN)

(g). Bendahara terima SPM-GU-nihil, sejumlah UM Belanja yang diganti pada


akhir periode, langsung dikembalikan ke KPPN, sebagai setoran, dianggap
GU- nihil.
a) pengembalian dana UYHD
MAK Uraian Dr Cr
Hutang kepada KPPN xxxx
SPM-GU nihil/KUN xxxx

Waktu menerima SPM-GU nihil, sebagai pengembalian Utang KPPN

b). Pengembalian UM Belanja MAK…


MAK Uraian Dr Cr
Belanja....... xxxx
UM Belanja........ xxxx

Mencatat realisasi belanja dan pengembalian/jurnal balik UM Belanja.


167
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Tipas 6.6: Apakah SPBy Uang Muka Kerja Memerlukan Lampiran Bukti
Pengeluaran Riil?
Oleh Mukhtaromin
(Widyaiswara Madya Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan)
Abstrak:
Ketentuan umum pembayaran dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pasal 21; Pembayaran atas beban APBN tidak boleh dilakukan
sebelum barang dan/atau jasa diterima. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian
negara/lembaga kepada PA/KPA dapat diberikan uang persediaan (UP) yang dikelola
oleh bendahara pengeluaran. Bendahara pengeluaran dapat melakukan pembayaran UP
yang dikelolanya setelah menerima Surat Perintah Bayar (SPBy) yang ditandatangani
oleh PPK atas nama KPA. SPBy sebagaimana dimaksud dilampiri bukti pengeluaran riil
beserta faktur pajak dan SSP serta bukti penerimaan barang/jasa. Dalam hal SPBy untuk
pembayaran uang muka kerja, maka SPBy harus dilampiri rencana pelaksanaan kegiatan
dan rencana kebutuhan dana.
Kata Kunci: SPBy, Bukti Pengeluaraan Riil, SPBy Uang Muka Kerja
 
1. Pendahuluan
Pada waktu pembahasan pembayaran uang muka kerja pada diklat bendahara
pengeluaran, salah seorang peserta bertanya apakah benar SPBy untuk pembayaran uang
muka kerja memerlukan lampiran bukti pengeluaran riil berupa kuitansi/bukti pembelian
yang telah disahkan oleh PPK beserta faktur pajak dan SSP sebagaimana tersebut dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162 Tahun 2013?. Kalau benar, bagaimana
mungkin?. Sebelum menjawab pertanyaan peserta diklat tersebut, penulis terlebih dahulu
menerangkan tentang ketentuan umum pembayaran dalam pelaksanaan APBN serta
ketentuan pembayaran melalui bendahara pengeluaran.
2. Ketentuan Umum Pembayaran
Ketentuan umum pembayaran diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, pasal 21:
1) Pembayaran atas beban APBN tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa
diterima.
2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah kepada PA/KPA dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh
bendahara pengeluaran.
Pasal 21 Ayat (1) di atas merupakan prinsip dasar pembayaran, pembayaran hanya dapat
dilakukan jika barang/jasa telah diterima. Berdasarkan ayat tersebut mekanisme dasar
pembayaran adalah langsung (LS), artinya pembayaran dilakukan langsung dari
bendahara umum negara/KPPN kepada yang berhak. Dalam hal tertentu,  pembayaran
dapat dilakukan sebelum barang/jasa diterima, dengan syarat penerima terlebih dulu
menyampaikan jaminan atas pembayaran yang akan diterimanya, contohnya uang muka
kontrak pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Dirjen
Perbendaharaan Nomor 31 tahun 2012. Sedangkan Pasal 21 ayat (2) mendasari
pemberian uang persediaan kepada bendahara pengeluaran. Uang persediaan adalah uang
muka kerja yang diberikan kepada bendahara pengeluaran untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan
tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
3. Ketentuan Pembayaran Belanja melalui Bendahara Pengeluaran
Ketentuan pembayaran belanja melalui bendahara pengeluaran diatur dalam  UU Nomor
1 Tahun 2004 Pasal 21 ayat (3). Bendahara pengeluaran melaksanakan pembayaran atas
uang yang dikelolanya setelah:
1) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
2) Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran;
3) Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN lebih
168
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

lanjut mengatur ketentuan mengenai pembayaran melalui bendahara pengeluaran di pasal


66 ayat 3; Bendahara pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang
dikelolanya setelah melakukan:
1) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh KPA;
2) Pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, paling sedikit meliputi:
a. Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
b. Nilai tagihan yang harus dibayar;
c. Jadwal waktu pembayaran;
3) Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
4) Pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang disebutkan
dalam dokumen peneriman barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam
dokumen perjanjian;
5) Pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan klasifikasi anggaran.
Ketentuan dalam PP 45 tahun 2013 juga sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 190 tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
APBN. Dalam pasal 24 ayat 4; Pembayaran dilaksanakan setelah dilakukan pengujian
atas perintah pembayaran yang meliputi:
1) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;
2) Pemeriksaan kebenaran hak tagih, meliputi:
a. Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
b. Nilai tagihan yang harus dibayar;
c. Jadwal waktu pembayaran; dan
d. Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
3) Pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang disebutkan
dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen
perjanjian/kontrak; dan
4) Pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran
(akun 6 digit).
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162 Tahun 2013 tentang Kedudukan dan Tanggung
jawab Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola APBN pasal 22 juga mengatur
pembayaran melalui bendahara pengeluaran:
1) Bendahara Pengeluaran/BPP  dapat  melaksanakan  pembayaran UP  setelah 
menerima  SPBy  yang  ditandatangani  oleh  PPK  atas nama KPA.
2) SPBy sebagaimana ayat (1) dilampiri dengan bukti pengeluaran berupa:
a. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP; dan
b. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan
dan telah disahkan oleh PPK.
3) Berdasarkan SPBy sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bendahara Pengeluaran/BPP
wajib melakukan pengujian atas:
a. kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;
b. kebenaran atas hak tagih, meliputi:
 pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
 nilai tagihan yang harus dibayar;
 jadwal waktu pembayaran; dan
 ketersediaan dana yang bersangkutan.
c. kesesuaian pencapaian  keluaran  antara spesifikasi  teknis  yang disebutkan  dalam 
penerimaan  barang/jasa  dan  spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen
perjanjian/kontrak;
d. ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit).
Ketentuan dalam pasal 22 berlanjut ke pasal 23 ayat 1 dan 2;
1) Bendahara Pengeluaran/BPP  melakukan  pembayaran  atas tagihan  dalam  SPBy 
apabila  telah  memenuhi  persyaratan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.
2) Dalam hal  pengujian  perintah  bayar  sebagaimana  dimaksud dalam  Pasal  22  tidak 
memenuhi  persyaratan  untuk  dibayarkan, Bendahara Pengeluaran/BPP  harus menolak
SPBy  yang diajukan kepadanya.
169
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

4. Ketentuan Pembayaran Uang Muka Kerja oleh Bendahara


Pengeluaran/BPP
Ketentuan pembayaran uang muka kerja oleh bendahara pengeluaran/BPP diatur dalam
PMK nomor 162 tahun  2013 di pasal 24;
1) Dalam hal  SPBy  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  22  ayat  (1) digunakan 
untuk  pembayaran  uang  muka  kerja,  selain  dilampiri dengan  bukti  pengeluaran 
sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal 22 ayat (2), SPBy dimaksud harus dilampiri:
a. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b. rencana kebutuhan dana; dan
c. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja, dari penerima uang
muka kerja.
2) Atas dasar  rencana  pelaksanaan  kegiatan/pembayaran sebagaimana  dimaksud  pada 
ayat  (1)  huruf  a  dan  rencana kebutuhan  dana  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) 
huruf  b, Bendahara  Pengeluaran/BPP  melakukan  pengujian  ketersediaan dananya.
3) Bendahara Pengeluaran/BPP  dapat  membayarkan  uang  muka kerja  apabila 
pengujian  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2) memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan.
Menurut Pasal 24 ayat 1 di atas, dalam hal SPBy digunakan untuk pembayaran uang
muka kerja, maka SPBy harus dilampiri dengan:
1) rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
2) rencana kebutuhan dana; dan
3) batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja, dari penerima uang
muka kerja.
Hal tersebut sejalan dengan pengertian uang muka, yakni uang yang dibayarkan sebelum 
kegiatan dilaksanakan, sehingga yang diperlukan sebagai lampiran SPBy pembayaran
uang muka adalah rencana kapan pelaksanaan kegiatan, rencana berapa dana yang
dibutuhkan, serta rencana kapan pertanggungjawaban uang muka. Atas dasar itu
kemudian Bendahara  Pengeluaran/BPP  melakukan  pengujian  ketersediaan dananya.
Jika memenuhi persyaratan, maka bendahara pengeluaran/BPP dapat membayarkan uang
muka kerja.
Yang menjadi pertanyaan peserta diklat adalah bunyi pasal 24 ayat 1, Dalam  hal  SPBy 
sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  22  ayat  (1) digunakan  untuk  pembayaran  uang 
muka  kerja,  selain  dilampiri dengan  bukti  pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 22 ayat 2, yakni:
1) Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP; dan
2) Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan
dan telah disahkan oleh PPK.
Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin bukti pengeluaran berupa kuitansi/bukti
pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP-nya serta nota/bukti
penerimaan barang/jasa atau dokumen lainnya yang telah disahkan oleh PPK menjadi
lampiran SPBy pembayaran uang muka kerja? Bukti-bukti pengeluaran tersebut
semestinya baru akan diperoleh ketika kegiatan sudah dilaksanakan. Apabila bukti-bukti
pengeluaran tersebut sudah tersedia pada saat pembayaran uang muka kerja, maka
pembayarannya tidak perlu diakui sebagai uang muka kerja, tetapi langsung sebagai
belanja.
5. Kesimpulan
Menurut pendapat penulis, dalam hal SPBy digunakan untuk pembayaran uang muka
kerja, SPBy dimaksud cukup dilampiri rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran,
rencana kebutuhan dana, dan batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka
kerja dari penerima uang muka kerja. Bukti-bukti pengeluaran riil baru diperlukan
sebagai  lampiran pertanggungjawaban uang muka kerja, bukan pembayaran uang muka
kerja.
Daftar Pustaka:
1. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
2. PP Nomor 45 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN;
170
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

3. PMK 190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan APBN;
4. PMK 162 Tahun 2013 tentang Kedudukan dan Tanggung jawab Bendahara pada Satuan
Kerja Pengelola APBN.

5) Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran


Dalam sistem anggaran (APBN/APBD), setiap penerimaan, akan diakui apabila
sudah diterima masuk di kas umum negara, dan setiap pengeluaran belanja diakui apabila
sudah dikeluarkan dari kas umum negara. Itulah sebabnya, bila bendahara mengeluarkan
uang belanja untuk membeli barang/jasa/pegawai, dicatat dalam jurnal sebagai uang muka
(UM) Belanja, dan baru diakui dan masuk realisasi anggaran apabila sudah diganti dengan
SPM-GU.
Pengeluaran-pengeluaran yang sudah dianggap sebagai realisasi Belanja, dapat
dikategorikan sebagai realisasi anggaran, dengan demikian untuk keperluan pembuatan
laporan realisasi anggaran adalah:
1. Jumlah uang yang dikeluarkan KPPN melalui SPM-LS (untuk MAK......)
2. Jumlah uang yang dikeluarkan KPPN melalui SPM-GU (untuk MAK......), dan SPM-
GU nihil (untuk MAK.....)
Anggaran disusun untuk setiap MAK termasak jumlah Rupiah (Rp) anggarannya,
kemudian dibandingkan dengan jumlah realisasi sesuai dengan anggaran MAK yang
dimaksud, baru dapat dicari selisihnya yang merupakan saldo anggaran pada akhir
periode.

Berikut ini adalah contoh-contoh format Laporan Realisasi Anggaran


3. Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
PEMERINTAH PUSAT
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

No Uraian Anggaran Realisasi % Realisasi


20X1 20X1 20X0
PENDAPATAN
Pendapatan Pajak
Pendapatan Bukan Pajak
Pendapatan Hibah
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Modal
Jumlah Belanja
TRANSFER
Dana Perimbangan
Transfer Lainnya
Jumlah Transfer
Jumlah Belanja dan Transfer
SURPLUS/DEFISIT
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN
Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri
Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri
171
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Jumlah Penerimaan Pembiayaan


PENGELUARAN
Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri
Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
PEMBIAYAAN NETO
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SILPA)

4. Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi


Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
PEMERINTAH PROVINSI
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan
31 Desember 20X1 dan 20X0

No Uraian Anggaran Realisasi % Realisasi


20X1 20X1 20X0
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Modal
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
TRANSFER
Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke
Kabupaten/Kota
Jumlah Transfer
Jumlah Belanja dan Transfer
SURPLUS/DEFISIT
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Jumlah Penerimaan
Pengeluaran Pembiayaan
Jumlah Pengeluaran
PEMBIAYAAN NETO
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SILPA)

5. Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten/Kota


Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

No U r a i an Anggaran Realisasi % Realisasi


20X1 20X1 20X0
172
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer (Pem.Pusat, Pem.Pusat
lainnya, Provinsi)
Lain-lain Pendapatan Yang Sah
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Modal
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
TRANSFER
Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Desa
Jumlah Transfer
Jumlah Belanja dan Transfer
SURPLUS/DEFISIT
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Jumlah Penerimaan
Pengeluaran Pembiayaan
Jumlah Pengeluaran
PEMBIAYAAN NETO
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Gambar 6:3: Aplikasi Akuntansi Keuangan Daerah


6). Penyusunan Neraca Dengan Metode Accrual Basis
Sesuai dengan PP RI Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Neraca
disusun berdasarkan persamaan akuntansi standar:
173
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA

A. Aset terdiri dari:


1. Aset Lancar: 1) Saldo Kas dan Bank,
2) Piutang,
3). Persediaan,
2) Investasi Jangka Panjang, terdiri dari
4) Dana Bergulir
3) Aktiva Tetap, terdiri dari
5) Tanah
6) Peralatan dan Mesin
7) Gedung dan Bangunan
8) Jalan, Irigasi, dan Jaringan
9) Aset Tetap lainnya
10) Konstruksi Dalam Pengerjaan
4. Aset Tetap Lainnya, terdiri dari;
11) Aset Tak Berwujud (Software, Lisensi, Patent)
12) Tagihan Penjualan Angsuran
13) Tuntutan Perbendaharaan (TP)/Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
14) Kemitraan dengan Pihak Ketiga
15) Aset Lain-lain

B. Kewajiban dan Ekuitas Dana:


5. Kewajiban Jangka Pendek, terdiri dari:
16) Kewajiban-kewajiban Jangka Pendek
6. Kewajiban Jangka Panjang, terdiri dari:
17) Utang KUN/KPPN
18) Utang Pajak yang belum disetor *)
19) Cadangan Piutang
20) Cadangan Persediaan
21) Dana untuk Pembayaran Utang Jangka Jangka Panjang
7. Utang Jangka Panjang, terdiri dari:
22) Kewajiban Jangka Panjang
8). Ekuitas Dana, terdiri dari:
23) Ekuitas Dana Lancar
24) Ekuitas Dana Investasi
25) Ekuitas Dana Cadangan

CONTOH:
I AKTIVA LANCAR:
1. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran:
Dicatat sebagai Aktiva Lancar disebelah debit adalah:
Dr: a. Saldo Kas & Bank,
b. UM. Belanja MAK (belum di SPM.GU-kan)
Sebagai lawannya disebelah kredit adalah:
Kr: Uang Muka (Utang) dari KPPN
174
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

2. Dr: a. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran ;


b.Bagian Lancar TP/TGR
c. Piutang Pajak
d. Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ,
e. Piutang Lainnya
Sebagai lawannya disebelah kredit adalah
Kr: Cadangan Piutang

3. Dr: Persediaan
Sebagai lawannya disebelah kredit adalah:
Kr: Cadangan Persediaan

II. INVESTASI JANGKA PANJANG


Dr: Dana Bergulir
Sebagai lawannya disebelah kredit adalah:
Kr: Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang

III. AKTIVA TETAP (disebelah debit), adalah:


Dr: 1. Tanah
2. Peralatan dan Mesin
3. Gedung dan Bangunan
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
5. Aset Tetap lainnya
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Sebagai lawannya disebelah Kredit, adalah
Kr: Diinvestasikan dalam Aset Tetap
IV. ASET TETAP LAINNYA
Dicatat disebelah Debit, adalah:
Dr: 1. Aset Tak Berwujud (Software, Lisesnsi, Patent dll)
2. Tagihan Penjualan Angsuran
3. Tuntutan Perbendaharaan (TP)/Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
4. Kemitraan dengan Pihak Ketiga
5. Aseet Lain-lain :
Sebagai lawannya disebelah Kredit adalah:
Kr: Diinvestasikan dalam Aset Lainnya….

IV KEWAJIBAN
a. Kewajiban Jangka Pendek, kredit:
Kr: Utang KUN / KPPN
Utang Jangka Pajak yang belum disetor *)
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana untuk Pembayaran Utang Jangka Jangka Panjang
b. Kewajiban Jangka Panjang, kredit:
Kr: Kewajiban Jangka Panjang

V. EKUITAS DANA
a. Ekuitas Dana Lancar, kredit: :
175
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Kr: Cadangan Piutang/Persediaan/Dana untuk Pembayaran (Utang jangka


Panjang), lawan dari Debit: Piutang, Persediaan, dsb.
b. Ekuitas Dana Investasi, kredit:
Kr: (Aset Tetap, Aset Lainnya) dikurangi
(Kewajiban Jangka Panjang)
c. Ekuitas Dana Cadangan, kredit:
Kr: Akun lawan dari Dana Cadangan

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN)


Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah pada:

Pasal 15
(1) SABMN merupakan subsistem dari SAI;
(2) Kementerian Negara/Lembaga membentuk Unit Akuntansi Barang sebagai berikut:
a. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB)
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang - Eselon I (UAPPB-E1)
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang - Wilayah (UAPPB-W), dan
d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)

Pasal 16
(1) Setiap UAKPB melaksanakan proses akuntansi atas dokumen sumber dalam rangka
menghasilkan data transaksi BMN (Barang MilikNegara), Laporan BMN dan laporan
manajerial lainnya termasuk yang dananya bersumber dari anggaran pembiayaan dan
perhitungan;
(2) Data transaksi BMN sebagaimana dimaksud disampaikan kepada petugas akuntansi
UAKPA setiap bulan dalam bentuk ADK untuk penyusunan neraca;
(3) Laporan BMN sebagaimana dimaksud beserta ADK data transaksi BMN disampaikan
kepada UAPPB-W / UAPPB-E1 setiap semester;
(4) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, laporan BMN tersebut merupakan
bahan penyusunan catatan atas laporan keuangan tingkat UAKPA dan lampiran
laporan keuangan.

Pasal 17
(1) UAPPB-W menyusun laporan BMN tingkat wilayah berdasarkan hasil penggabungan
laporan BMN seluruh UAKPB di wilayah kerjanya.
(2) Laporan BMN tingkat wilayah tersebut beserta ADK data transaksi BMN disampaikan
kepada UAPPB-El dan kantor wilayah Ditjen Perbendaharaan di wilayahnya masing-
masing.
(3) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, laporan BMN tersebut merupakan
bahan penyusunan catatan atas laporan keuangan tingkat UAPPB-W dan lampiran
laporan keuangan.
176
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Pasal 18
(1) UAPPB-El menyusun Laporan BMN tingkat Eselon-I berdasarkan hasil penggabungan
laporan BMN seluruh UAPPB-W di wilayah kerjanya, termasuk UAPPB-W
dekonsentrasi dan tugas pembantuan serta UAKPB yang langsung berada di
bawahnya.
(2) Laporan BMN tersebut beserta ADK data transaksi BMN disampaikan kepada UAPB
setiap semester.
(3) Selain-untuk memenuhi kebutuhan manajerial, laporan BMN tersebut merupakan
bahan penyusunan catatan atas laporan keuangan tingkat Eselon-I dan lampiran
laporan keuangan.

Pasal 19
(1) UAPB menyusun laporan BMN tingkat kementerian negara/lembaga berdasarkan hasil
penggabungan laporan BMN dari seluruh UAPPB-El di wilayah kerjanya.
(2) Laporan BMN tersebut disampaikan' kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan setiap semester.
(3) UAPB melakukan pemutahiran data Laporan BMN semabagaimana dimaksud dengan
Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara
setiap tahun.
(4) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, laporan BMN dimaksud merupakan
bahan penyusunan catatan atas laporan keuangan tingkat kementerian negara/lembaga
dan lampiran laporan keuangan

Pasal 21
(1) Pelaksanaan SABMN sebagaimana dimaksud pasal 15 sampai dengan 20
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV
Peraturan Menteri Keuangan ini
(2) Laporan BMN dibuat sesuai denganbentuk format sebagaimana ditetpkan dalam
Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan ini.

Tips 6.7: Pencatatan BMN Dalam Akuntansi Berbasis Akrual (SAP)


Pada Tahun Anggaran (T.A) 2015 seluruh entitas pemerintah/Kementerian/Lembaga sudah
harus menerapkan pencatatan atas transaksi keuangan dengan menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) berbasis akrual. Hal ini sesuai amanat Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara, Pasal (1) yang menyatakan “Pendapatan Negara/Daerah adalah
hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.” “Belanja
Negara/Daerah adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih.” Selanjutnya UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dalam Pasal 70 ayat (2)
menyatakan bahwa ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual, dilaksanakan selambat-lambatnya pada T.A. 2008.
Selama pengakuan dan pengukuruan pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan,
digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Peraturan Pemerintah (PP) No.71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang merupakan pengganti PP Nomor 24 tahun 2005
menyatakan SAP berbasis akrual berlaku sejak tanggal 22 Oktober 2010. Terhadap entitas yang
177
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

belum siap, tetap dapat menerapkan SAP berbasis Kas menuju Akrual sampai dengan jangka
waktu paling lama empat tahun setelah T.A 2010. Berarti setiap entitas pemerintah/Kementerian
sudah harus menerapkan SAP berbasis akrual pada T.A 2015. SAP Berbasis Akrual adalah prinsip-
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
SAP ini mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis
akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
Perubahan basis kas menuju akrual menjadi basis akrual tentunya akan berpengaruh dalam
pencatatan transaksi Barang Milik Negara (BMN) pada satker pemerintah/Kementerian/Lembaga.
Salah satu proses yang harus diperhatikan adalah perubahan pencatatan jurnal terhadap transaksi
BMN yang terjadi. Satuan kerja, sebagai entitas akuntansi dan entitas pelaporan wajib
menyelenggarakan akuntansi, penyusunan laporan keuangan dan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban keuangan. Dalam pelaksanaanya harus berpedoman pada Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP). Penyelenggaraan akuntansi oleh entitas menggunakan jurnal akuntansi
yang kemudian diposting dalam Buku Besar. Proses ini akan menghasilkan laporan keuangan,
berupa: Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan ekuitas (LPE), Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) BMN dalam laporan keuangan tersaji di Neraca, yaitu pada: Aset lancar :
Persediaan Aset tetap: Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi Dan
Jaringan, Aset Tetap Lainnya, Konstruksi Dalam Pekerjaan (KDP). Untuk mencatat transaksi
keuangan agar tersusun secara sistematis digunakan Jurnal Standar. Jurnal Standar yang digunakan
untuk pencatatan BMN dalam Buku Besar Akrual adalah sebagai berikut :
1. Jurnal Standar Saldo Awal: dilakukan saat penyusunan neraca pertama kali dan dicatat dalam
buku besar akrual oleh satker;
(D) Aset Lancar (persediaan) / Aset tetap
(K) Ekuitas Untuk mencatat saldo awal persediaan dan aset tetap

(D) Aset Lancar (persediaan) / Aset tetap


(K) Kewajiban Jangka Pendek/Kewajiban Jangka Panjang Untuk mencatat saldo awal persediaan
dan aset tetap yang mempunyai akun lawan kewajiban

2. Jurnal Standar Berita Acara Serah Terima (BAST)/Perolehan Aset Tetap dan
persediaan. Dicatat dalam Buku Besar Akrual oleh satker.
•BAST/Perolehan Aset Tetap
(D) Aset tetap yang Belum Diregister
(K) Utang yang Belum Dterima Tagihannya

Untuk mencatat perolehan aset tetap yang berdasarkan BAST atau tanpa BAST yang belum
dilakukan verifikasi
(D) Aset tetap
(K) Aset tetap yang Belum Diregister

Untuk mencatat perolehan aset tetap yang berdasarkan BAST atau tanpa BAST setelah dilakukan
verifikasi
•BAST/Perolehan Persediaan
(D) Persediaan yang Belum Diregister
(K) Utang yang Belum Diterima Tagihannya

Untuk mencatat perolehan Persediaan yang berdasarkan BAST atau tanpa BAST yang belum
178
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

dilakukan verifikasi
(D) Persediaan
(K) Persediaan yang Belum Diregister

Untuk mencatat perolehan Persediaan yang berdasarkan BAST atau tanpa BAST setelah dilakukan
verifikasi
3. Jurnal Standar Resume Tagihan.
Dicatat dalam Buku Besar Akrual oleh satker. •Resume Tagihan Belanja Modal
(D) Utang yang Belum Diterima Tagihannya
(K) Belanja Modal yang Masih Harus Dibayar
Untuk mencatat transaksi pada saat adanya resume tagihan atas belanja Belanja Modal •Resume
Tagihan Belanja Persediaan
(D) Utang yang Belum Diterima Tagihannya
(K) Belanja Persediaan yang Masih Harus Dibayar

Untuk mencatat transaksi pada saat adanya resume tagihan atas belanja barang persediaan
4. Jurnal Standar Realisasi Belanja.
Dicatat dalam Buku Besar Akrual oleh satker.
•Pembayaran Belanja Modal
(D) Belanja Modal yang Masih Harus Dibayar
(K) Ditagihkan ke Entitas Lain Untuk mencatat pembayaran Belanja Modal

•Pembayaran Belanja Barang Persediaan


(D) Belanja Barang Persediaan yang Masih Harus Dibayar
(K) Ditagihkan ke Entitas Lain Untuk mencatat pembayaran Belanja Barang Persediaan

5. Jurnal Standar Pemakaian Persediaan.


Dicatat dalam Buku Besar Akrual oleh satker
(D) Beban Persediaan
(K) Persediaan Untuk mencatat realisasi beban persediaan karena pemakaian persediaan dengan
metode perpetual

6. Jurnal Standar Penyesuaian.


Digunakan pada saat akhir periode pelaporan Keuangan untuk menyesuaikan pos-pos dalam
laporan keuangan. Dicatat dalam Buku Besar Akrual oleh satker.
•Penyesuaian Beban Penyusutan Aset Tetap
(D) Beban Penyusutan Aset Tetap
(K) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

Untuk mencatat beban penyusutan dan akumulasi aset tetap sesuai metode penyusutan yang telah
ditetapkan •Penyesuaian Beban Persediaan
(D) Beban Persediaan
(K) Persediaan

Untuk mencatat penyesuaian persediaan berdasarkan hasil inventarisasi fisik dimana hasil
inventarisasi fisik lebih kecil dari catatan persediaan pada metode perpetual
(D) Persediaan
179
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

(K) Beban Persediaan

Untuk mencatat penyesuaian persediaan berdasarkan hasil inventarisasi fisik dalam hal hasil
inventarisasi fisik lebih besar dari catatan persediaan. Pada metode perpetual Jurnal standar di atas
merupakan pedoman bagi satker dalam melaksanakan pencatatan terhadap transaksi keuangan
terkait BMN. Kegiatan ini merupakan salah satu proses dalam rangka penyusunan laporan
keuangan satker pemerintah/K/L. Satker diharapkan mampu memahami dan menerapkan
pencatatan sesuai jurnal standar berbasis akrual agar pelaporan keuangan untuk T.A 2015 dapat
tersaji secara benar dan akuntabel sesuai dengan ketentuan yang berlaku. DJKN selaku pengelola
barang diharapkan dapat memberikan bimbingan baik berupa sosialisasi atau pelatihan kepada
satker dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual khususnya terkait dengan transaksi BMN,
dengan harapan penerapannya dapat berjalan dengan lancar .
Daftar pustaka
Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara; Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang
Perbendaharaan Negara; Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah; Peraturan
Menteri Keuangan No.215/PMK.05/2013 tentang Jurnal akuntansi Pemerintah Pada Pemerintah Pusat; Abdul Halim,
M.B.A.,Akt., Prof.D.R. (2007) Akuntansi Keuangan Daerah, Ed.3, Jakarta: Salemba Empat Tim Program Percepatan
Akuntabilitas keuangan Pemerintah (2014), Jurnal Standard dan Ilustrasinya, Jakarta: PPAKP Kemenkeu R.I. Tim
Program Percepatan Akuntabilitas keuangan Pemerintah (2014), Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, Jakarta: PPAKP
Kemenkeu R.I.

Laporan Keuangan Atas Dana Dekonsentrasi


1. SKPD yang mendapatkan alokasi Dana Dekonsentrasi merupakan UAKPA/UAKPB
Dekonsentrasi
2. Penanggungjawab UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi adalah Kepala SKPD
3. Pemerintah Provinsi yang mendapat pelimpahan wewenang dekonsentrasi merupakan
UAPPA-W / UAPPB-W Dekonsentrasi,
4. Penanggungjawab UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi adalah Gubernur

Pelaksanaan Akuntansi dan Pelaporan


1. UAKPA Dekonsentrasi wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan
laporan keuangan berupa LRA, Neraca, dan CaLK;
2. Laporan Keuangan Dekonsentrasi tersebut bersama ADK disampaikan setiap bulan
kepada KPP
3. UAKPA Dekonsentrasi wajib menyampaikan LRA, dan Neraca beserta ADK setiap
bulan kepada UAPPA-W Dekonsentrasi dan UAPPA-El yang mengalokasikan Dana
Dekonsentrasi
4. UAKPA Dekonsentrasi menyampaikan laporan keuangan semesteran dan tahunan
berupa LRA, Neraca, dan CaLK atas Laporan Keuangan

UAPPA-W Dekonsentrasi melakukan penggabungan laporan keuangan yang berasal dari


UAKPA di wilayahnya, menyusun laporan tingkat wilayah Dekonsentrasi, kemudian
menyampaikan LRA dan neraca tingkat wilayah kepada Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan di wilayahnya masing-masing. UAPPA-W Dekonsentrasi wajib
menyampaikan LRA dan Negara tingkat wilayah kepada UAPPA-El setiap bulan UAPPA-
180
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

W Dekonsentrasi menyampaikan laporan keuangan semesteran dan tahunan berupa LRA,


Neraca dan CaLK

Laporan Keuangan Atas Dana Tugas Pembantuan


1. SKPD yang mendapatkan alokasi Dana Tugas Pembantuan merupakan UAKPA /
UAKPB Tugas Pembantuan.
2. Penanggungjawab UAKPA / UAKPB Tugas Pembantuan adalah Kepala SKPD.
3. Pemerintah Daerah yang mendapat pelimpahan wewenang Tugas Pembantuan
merupakan UAKPA-W / UAKPB-W Tugas Pembantuan.
4. Penanggung jawab UAKPPA-W/UAKPPB-W Tugas Pembantuan adalah Kepala
Daerah.

Tugas-tugas UAKPA/UAKPB Tugas Pembantuan, UAPPA-W/UAPPB-W Tugas


Pembantuan, UAPPA-El UAPPB-El, melakukan proses akuntansi, menyusun laporan
keuangan, menggabungkan laporan keuangan dan menyusun laporan keuangan, prosesnya
sama seperti pada Dana Dekonsentrasi.

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga


1. Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan, setiap Kementerian/Lembaga sebagai
entitas pelaporan wajib menyajikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
Semesteran dan Tahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catalan
atas Laporan Keuangan.
2. Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Tahunan, dilampiri Laporan
Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) yang berada di lingkungan Kementerian
Negara/Lembaga. Yang disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan. :.
3. Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga melakukan review atas
laporan keuangan tersebut diatas, dengan membuat dan menanda tangani Pernyataan
Telah Direview
4. Laporan Keuangan yang telah direview disampaikan kepada Menteri Keuangan
c.q.Direktur Jenderal perbendaharaan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun
anggaran berakhir disertai dengan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of
Responsibility) yang ditanda tangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dan Pernyataan
Telah Direview.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat


1. Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan selaku Bendahara Umum
Ncgara menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semesteran dan Tahunan
2. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahunan berupa Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
3. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semesteran berupa LRA
4. LRA dan Neraca merupakan hasil konsolidasi laporan keuangan seluruh entitas
pelaporan
181
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

5. LAK Pemerintah Pusat merupakan hasil konsolidasi Laporan LAK dari seluruh
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan
6. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dibuat sesuai dengan bentuk dan format
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran V Permenkeu ini.

1. Contoh Format Neraca Pemerintah Pusat


NERACA
PEMERINTAH PUSAT
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0

No Uraian 20X1 20X0

Aset
Aset Lancar
Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Aset Lainnya
Jumlah Aset
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Jumlah Kewajiban
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Investasi
Jumlah Ekuitas Dana
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
Sumber: Lampiran III A Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor24 tahun 2005 Tanggal 13 Juni
2005(dimodifikasi/disingkat)

2. Contoh Format Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota


NERACA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0

No. Uraian 20X1 20X0


Aset
Aset Lancar
Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Jumlah Aset
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Jumlah Kewajiban
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Investasi
182
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Ekuitas Dana Cadangan


Jumlah Ekuitas Dana
Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas

Sumber: Lampiran III B Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2005 Tanggal 13 Juni
2005 (dimodifikasi/disingkat)

Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri dari:

(a) Pemerintah Pusat


(b) Pemerintah Daerah
(c) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan. Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu
dipertimbangkan syarat pengelolaan pengendalian, dan penguasaan suatu entitas
pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk
pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya.

Daftar entitas pelaporan dapat dilihat dalam label berikut:

Entitas pelaporan keuangan tingkat Kementerian Negara / Lembaga


Tahun Anggaran 200x adalah:

Kode BA Kementerian Negara / Lembaga


01 Majelis Permusyawaratan Rakyat
02 Dewan Perwakilan Rakyat
03 Dewan Pertimbangan Agung
04 Badan Pemeriksa Keuangan
05 Mahkamah Agung
06 Kejaksaan Agung
07 Kepresidenan
08 Wakil Presiuen
10 Dalam Negeri
11 Luar Negeri
12 Pertahanan
13 Pengadilan dan Hak Asasi Manusia/Hukum dan Perundang-undangan
15 Keuangan
18 Pertanian
19 Perindustrian dan Perdagangan
20 Energi dan Sumber Daya Mineral
22 Perhubungan dan Telekomunikasi
23 Pendidikan Nasional
24 Kesehatan
25 Agama
26 Tenaga Kerja dan Transmigrasi
27 Departemen Sosial
29 Kehutanan
32 Kelautan dan Perikanan
183
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

33 Permukiman dan Prasarana Wilayah


34 Menko Bidang Politik dan Keamanan
35 Menko Bidang Perekonomian
36 Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat
40 Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata
41 Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara
42 Kementerian Negara Riset dan Teknologi
43 Kementerian Negara Lingkungan Hidup
44 Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
47 Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
48 Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara
50 Badan Intelijen Negara
51 Lembaga Sandi Negara
52 Dewan Ketahanan Nasional
53 Badan Urusan Logistik
54 Badan Pusat Statistik
55 Kementerian Negara. PPN / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional /
Bappenas
56 Badan Pertanahan Nasional
57 Perpustakaan Nasional
59 Menteri Negara Komunikasi dan Informasi

Tabel 6.1: ENTITAS PELAPORAN

Entitas pelaporan keuangan tingkat Kementerian Negara / Lembaga


Tahun Anggaran 200x adalah:

Kode BA Kementerian Negara / Lembaga


60 Kepolisian Republik Indonesia
61 Bagian Anggaran Cicilan dan Bunga Utang
62 Bagian Anggaran Subsidi
63 Badan Pengawas Obat dan Makanan
64 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia
65 Badan Koordinasi Penanaman Modal
66 Badan Narkotika Nasional
67 Menteri Negara Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia
68 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
69 Bagian Anggaran Belanja Lain-lain
70 Bagian Anggaran Dana Perimbangan
71 Bagian Anggaran Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
72 Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara
73 Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata
74 KOMNAS HAM
75 Badan Meteorologi dan Geofisika
76 KOMISI PEMILIHAN UMUM
77 MAHKAMAH KONSTITUSI RI
Sumber: Lampiran Permenkeu no. 13/PMK.06/2005 tgl 16 Februari 2005 (BPS, Klasifikasi
menurut Organisasi)
Tabel 6.2: ENTITAS PELAPORAN
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
LAPORAN KEUANGANNYA HARUS DILAMPIRKAN PADA:

01 Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam


02 Otorita Pengembangan Daerah Industri Sabang
184
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

03 Badan Pengelola Gelora Bung Karno


04 Badan Pengelola Komplek Kemayoran
05 Perusahaan Jawatan RRI
06 Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus BHMN
07 Perusahaan Jawatan Rumah Sakit
08 Badan Layanan Umum Lainnya
Tabel: 6.3 BADAN LAYANAN UMUM
Sumber: Lampiran Permenkeu no. 13/PMK.06/2005 tgl 16 Februari 2005 (BPS, Klasifikasi menurut
Organisasi)

Laporan utama yang dihasilkan oleh


Unit Akuntansi Kantor/Proyek seperti yang ditunjukkan tabel 6.4 berikut:
Tingkat Kantor
a. Tingkat Kantor
No Nama Laporan Dikirim ke
1 LRA Pendapatan Negara dan Hibah-Pendapatan Kantor melalui KPPN C,G
2 LRA Pendapatan Negara dan Hibah-Pendapatan Kantor melalui BUN C,G

3 LRA Pendapatan Negara dan Hibah-Pendapatan Kantor melalui KPPN dan C,G
BUN
4 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui KPPN C, G
5 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui BUN C, G
6 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui KPPN dan BUN C, G
7 Neraca Kantor C, G
8 Neraca Percobaan Kantor G
b. Tingkat Proyek
No Nama Laporan Dikirim ke
1 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui KPPN C, G
2 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui BUN C, G
3 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui KPPN dan BUN C, G
4 Neraca Kantor C, G
5 Neraca Percobaan Kantor G

Pelaporan Tingkat Wilayah


Laporan yang dihasilkan UAW adalah :
No Nama Laporan Dikirim ke
1 LRA Pendapatan Negara dan Hibah - Pendapatan Wilayah melalui KPPN D,G
2 LRA Pendapatan Negara dan Hibah - Pendapatan Wilayah melalui BUN D,G
3 LRA Pendapatan Negara dan Hibah - Pendapatan Wilayah melalui KPPN dan D,G
BUN
4 LRA Belanja Rutin – Belanja Wilayah melalui KPPN D,G
5 LRA Belanja Rutin – Belanja Wilayah melalui BUN D,G
6 LRA Belanja Rutin – Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN D,G
7 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Wilayah melalui KPPN D,G
8 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Wilayah melalui BUN D,G
9 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Wilayah melalui KPPN dan BUN D,G
10 Neraca Wilayah D,G
11 Neraca Percobaan Wilayah D

Pelaporan Tingkat Eselon – I


Laporan Utama yang dihasilkan UAE-I adalah :
No Nama Laporan Dikirim ke
1 LRA Pendapatan Negara & Hibah - Pendapatan Eselon – I melalui KPPN E,G
185
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

2 LRA Pendapatan Negara & Hibah - Pendapatan Eselon – I melalui KPPN E,G
3 LRA Pendapatan Negara & Hibah - Pendapatan Eselon – I melalui KPPN E,G
4 LRA Belanja Rutin – Belanja Eselon I melalui KKPN E,G
5 LRA Belanja Rutin – Belanja Eselon I melalui BUN E,G
6 LRA Belanja Rutin – Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN E,G
7 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Eselon I melalui KKPN E,G
8 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Eselon I melalui BUN E,G
9 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN E,G
10 Neraca Eselon – I E,G
11 Neraca Percobaan Eseloni-I G

Laporan Tingkat Kementerian Negara/Lembaga


Laporan utama yang dihasilkan oleh UAKPI adalah :
No Nama Laporan Dikirim ke
1 LRA Kementerian Negara / Lembaga F,G
2 LRA Pendapatan Negara Dan Hibah – Pendapatan Kementerian Negara / F,G
Lembaga melalui KPPN
3 LRA Pendapatan Negara Dan Hibah – Pendapatan Kementerian Negara / F,G
Lembaga melalui BUN
4 LRA Pendapatan Negara Dan Hibah – Pendapatan Kementerian Negara / F,G
Lembaga melalui KPPN dan BUN
5 LRA Belanja Rutin – Belanja Kementerian Negara / Lembaga melalui KPPN F,G
6 LRA Belanja Rutin – Belanja Kementerian Negara / Lembaga melalui BUN F,G
7 LRA Belanja Rutin – Belanja Kementerian Negara / Lembaga melalui KPPN F,G
dan BUN
8 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Kementerian Negara / Lembaga melalui F,G
KPPN
9 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Kementerian Negara / Lembaga melalui F,G
BUN
10 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Kementerian Negara / Lembaga melalui F,G
KPPN dan BUN
11 Neraca Kementerian Negara / Lembaga F,G
12 Neraca Percobaan Kementerian Negara /Lembaga G
Tabel: 6.5: Pelaporan Tingkat Kantor/Proyek

Keterangan : C = UAW D = UAE-I


E = UAKPI F = BAKUN Pusat
G = Arsip
Sumber : Keputusan Menteri Keuangan Nomor 337/KMK.06/2003 tentang SAPP

Jenis-Jenis Laporan Keuangan ditunjukkan pada tabel berikut:


Tabel 6.6
Laporan-laporan keuangan yang dapat dihasilkan secara otomatis dari proses komputerisasi SAPP adalah:
Jenis Laporan Tingkat Laporan Penggunaan Laporan
Laporan Realisasi Anggaran Tingkat Departemen Presiden, Men. Keu
Tingkat Pemerintah Pusat DPR, Presiden
Neraca Pemerintah Pusat Tingkat Pemerintah Pusat Presiden, Men. Keu
LRA Instansi - Tingkat Kantor / Proyek - Kepala Kantor, Pimpro
- Tingkat Wilayah - Ka Kanwil, Gubernur
- Tingkat Eselon – I - Pimpinan Eselon-I
- Tingkat Departemen - Menteri
Neraca - Tingkat Kantor / Proyek - Kepala Kantor, Pimpro
186
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

- Tingkat Wilayah - Ka Kanwil, Gubernur


- Tingkat Eselon – I - Pimpinan Eselon-I
- Tingkat Departemen - Menteri
Tabel 6.7: Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Sumber: Keputusan Menteri Keuangan Nomor 337/KMK.06/2003 tentang SAPP

Contoh 1
Akuntansi Bendahara “Kota Baru” Di Kantor KPPA (Untuk Tahun Pertama)
Contoh Pembukuan Oleh UAKPA
Kantor A. Untuk Tahun Anggaran 200x Mendapat DIPA Sebesar Rp150.000.000,-
Terdiri dari:

Belanja Operasi:
MAK 5111 Gaji / Upah Sebesar Rp 33.000.000,-
MAK 5211 Bahan 12.000.000,-
MAK 5241 Perjalanan Dinas 27.000.000,-
MAK 5811 Lain-Lain 18.050.000,-

Belanja Modal
MAK 5321 Peralatan Dan Mesin Rp 24.750.000,-
MAK 5351 Non Fisik Rp 35.200.000,-
Jumlah Rp 150.000.000,-

A. Mutasi Selama Awal Januari 200x Sampai Dengan Akhir November 200x Dapat
Diringkas Sebagai Berikut:

1. SMP-UP Yang Diterbitkan Sebesar Rp10.000.000,- Dan SPM-TU Sebesar


Rp5.000.000,-
2. Pembayaran Melalui SPM-LS Sebesar Rp 40.590.000,- Dengan Rincian:
a. MAK 5321 Sebesar Rp 15.950.000,-
b. MAK 5351 Sebesar Rp 24.640.000,-
Rp 40.590.000,-
3. SPM-LS Yang Diterbitkan Sebesar Rp72.187.500,- Dengan Rincian:
a. MAK 5111 Sebesar Rp 30.250.000,-
b. MAK 5211 Sebesar 7.700.000,-
c. MAK 5241 Sebesar 20.700.000,-
d. MAK 5811 Sebesar 13.537.500,-
Rp 72.187.500,-

4. Pengeluaran Berupa MAK-MAK Yang Belum Diganti SPM-GU Sebesar


Rp7.612.500,- Terdiri Dari
a. MAK 5211 Sebesar Rp 2.750.000,-
b. MAK 5241 Sebesar 2.250.000,-
c. MAK 5811 Sebesar 2.612.500,-
187
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Rp 7.612.500,-

5. PPh Yang Dipungut Sebesar Rp253.750,- Dan PPN Sebesar Rp250.000,- Belum
Disetor Ke KPPN Pada Akhir Bulan November 200x Melalui Bank.

B. Tidak Terjadi Selisih Pada Penutupan Buku November 200x Antara Saldo BUKU
Dan Saldo Buku Pembantu Kas Dan Bank (BP) Serta Dengan Saldo Fisik Yaitu :
- Saldo Penutupan Buku Besar Rp 7.891.250,-
- Terdapat Pada BP;
- BP, Kas Tunai Sebesar Rp 752.000,-
- BP. Bank 7.139.250,-
Rp7.891.250,-

C. Mutasi / Transaksi Selama Bulan Desember 200x Terdiri :


1/12 Dibayar Per-Bank Honor Proyek Sebesar Rp2.500.000,- Tambah PPh 10%
menjadi sebesar Rp2.750.000,- (MAK 5111)
4/12 Diterima SPM-GU Atas MAK 5211 Sebesar Rp2.750.000,- MAK 5241 Sebesar
Rp2.250.000,- Dan MAK 5811 Sebesar Rp2.612.500,- Seluruhnya Berjumlah
Rp 7.612.500,-
5/12 Pergeseran Uang Dari Bank Ke Kas Tunai Sebesar Rp4.500.000,-
6/12 Dibayar ATK, MAK 5211 Sebesar Rp1.200.000,- Tambah PPN 10% Dan
Dipungut PPh 1.5% (Per-Bank)
8/12 Dibayar Tunai Perjalanan Dinas Anggota Proyek Sebesar Rp3.375.000,-
(MAK.5241)
9/12 Dibayar Biaya Telepon Tunai Sebesar Rp350.000,- (MAK 5811); Perbaikan
Kendaraan (Per-Bank) Sebesar Rp1.100.000,- Tambah PPN 10% Dan Dipungut
PPh 1.5% (MAK 5811), Dan Beli Premium Untuk Kendaraan Dinas Tunai
Sebesar Rp310.000,- (MAK. 5811)
11/12 Disetor Ke KPKN PPh Yang Dipungut Sebesar Rp538.250,- Dan PPN Sebesar
Rp480.000,-
12/12 Diterbitkan SPM-LS Untuk Pembelian Alat Komputer Sebesar Rp7.700.000,-
(MAK 5321)
15/12 Diterbitkan SPM-LS Untuk Konsultan Sebesar Rp70.040.000,- (MAK 5351)
20/12 SPM-GU Nihil Atas MAK 5111 Sebesar Rp2.750.000,- MAK 5211 Sebesar
Rp1.320.00,- Dan MAK 5241 Sebesar Rp3.375.000,- Serta MAK 5811 Sebesar
Rp1.870.000,- Sehingga Total Rp9.315.000,-
25/12 Disetor Sisa UYHD Ke KPPN Sebesar Rp5.685.000,-

Contoh, Bila Dikerjakan Dengan SAPP (SAI)

(Accrual Basis/Double Entry)

Laporan Realisasi Anggaran


1 Januari 200x s/d 30 November 200x
188
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

(Cash Basis)
Belanja Operasi Anggaran Realisasi Selisih + (-)
MAK 5111 Gaji/Upah Rp33.000.000,- Rp30.250.000,- Rp 2.750.000,-
MAK 5211 Bahan 12.000.000,- 7.700.000,- 4.300.000,-
MAK 5241 Perjalanan 27.000.000,- 20.700.000,- 6.300.000,-
MAK 5811 Lain-lain 18.050.000,- 13.537.500,- 4.513.000,-
Total Biaya Operasi Rp90.050.000,- 72.187.500,- Rp17.862.500,-

Belanja Operasi Anggaran Realisasi Selisih + (-)


MAK 5321 Peral dan Mesin Rp24.750.000,- Rp15.950.000,- Rp 8.800.000,-
MAK 5351 Non fisik 35.200.000,- 24.640.000,- 10.560.000,-
Total belanja modal 59.950.000,- 40.590.000,- 19.360.000,-
Total Biaya Operasi Rp150.000.000,- Rp112.777.500,- Rp37.223.000,-
189
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

NERACA
Per 30 November 200x (Accrual Basis)
ASET D K
Aset Lancar
Kas di Bendahara Pengeluaran:
Kas 752.000,-
Bank 7.139.250,-
7.891.250,-
UANG Muka yang belum diganti
SPM-GU:
MAK 5211 2.750.000,-
MAK 5241 2.250.000,-
MAK 5481 2612.500,-
Jumlah 7.612.500,-
Total Aset Lancar 15.503.750,-
Aset Tetap :
Peralatan dan Mesin 15.950.000,-
Aset Nonfisik 24.640.000,-
40.590.000,-
Total asset 56.093.750,-
KEWAJIBAN :
Uang Muka KPPN 15.000.000,-
Pajak Ymh Disetor 503.750,-
EKUITAS :
Diinvestasikasi dlm Aset tetap
Total Kewajiban + Ekuitas 40.590.000,-
56.093.750,-
190
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Transaksi Desember 200x


Jurnal Transaksi

Tanggal Uraian Debet Kredit


Des.01 UM. Belanja, (MAK 5111) 2.750.000,-
Pungutan PPh ymh disetor 250.000,-
Bank 2.500.000,-
Des. 04 a. Bank 7.612.500,-
SPM-GU/KUN 7.612.500,-
Terima SPM-GU, masuk Bank
b. Belanja, honor. MAK 211 2.750.000,-
Belanja, Biaya Perjalanan MAK 5241 2.250.000,-
Belanja, Biaya Lain-lain MAK 5811 2.612.500,-
UM. Belanja (MAK: 5211,5241,5811 7.612.500,-
Mencatat realisasi belanja, dan
pengembalian UM Belanja
Des. 05 Kas, 4.500.000,-
Bank 4.500.000,-
Mencatat pergeseran dana dari bank
ke Kas tunai
Des. 06 UM. Belanja, Beli ATK (MAK 5211) 1.320.000,-
Pajak ymh disetor, PPh 18.000,-
Pajak ymh disetor, PPN 120.000,-
Bank 182.000,-
Mencatat pembelian, ATK, dan
pungutan pajak
Des. 08 UM. Belanja, Perjalanan (MAK 5490) 3.750.000,-
Kas 3.375.000,-
Mencatat pembayaran UM Belanja
untuk perjalanan dinas
Des. 09 UM. Bayar telepon (MAK 5811) 350.000,-
UM. Bayar Bi. Kendaraan (MAK 5811) 1.210.000,-
UM. Beli besin (MAK 5811) 310.000,-
Pajak ymh disetor (PPh) 16.500,-
Pajak YMH disetor (PPN) 110.000,-
Kas 660.000,-
Bank 1.083.500,-
Mencatat pembayaran telepon, bensin,
biaya kendaraan dan pungutan pajak
Des. 11 Pajak ymh disetor (PPh) 538.250,-
Pajak Ymh disetor (PPN) 480.000,-
Kas 1.018.250,-
Pembayatan utang Pajak, per kas
Des. 12 a) Belanja Aset, Komputer (MAK 5321) 7.700.000,-
SPMN-LS via KPPN/BUN 7.700.000,-
(Pembayaran langsung (SPM-LS) kepada
rekanan)
b) Aset tetap, Komputer 7.700.000,-
Ekuitas, diinvestasikan dalam Aset 7.700.000,-
Tetap
191
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Mencatat aset tetap yang dibeli dan


ekuitas (modifikasi pencatatan
SABMN)
Des. 15 a) Belanja Modal Aset, konsultan (MAK 5351) 7.700.000,-
SPM-LS, via KPPN/BUN 7.700.000,-
Pembayaran langsung (SPM-LS) kepada rekanan
Aset Tetap
b) Aset tetap, konsultan Non Fisik 7.040.000,-
Ekuitas, diinvestasikan dalam Aset Tetap 7.040.000,-
Mencatat aset tetap yang dibeli dan ekuitas
(modifikasi pencatatan SABMN)
Des. 20 a) Utang kepada KPPN- 9.315.000,-
GU Nihil, KUN 9.315.000,-
Pembayaran SPM-GU nihil dan sebagai
pembayaran utang kepada KPPN
b) Pengembalian UM 2.750.000,-
Belanja, honor pegawai (MAK 5111) 1.320.000,-
Belanja, bahan (MAK 5211) 3.375.000,-
Belanja, Perj. Dinas (MAk 5241) 1.870.000,-
UM. Belanja MAk (5190, 5290, 5490, 5890) 9.315.000,-
Mencatat realisasi belanja, dan pengembalian UM
Belanja
Des. 25 Hutang Kepada KPPN 5.685.000,-
Kas 198.750,-
Bank 5.486.250,-
Mencatat penyetoran saldo Kas dan Bank kepada
KPPN

LAPORAN REALISAASI ANGGARAN


Untuk periode 1 Januari s/d 31 Desember 200x
Belanja Operasi Anggaran Realisasi Selisih + (-)
MAK 5111 Gaji / upah 33.000.000,- 33.000.000,- 0
MAK 5211 Bahan 12.000.000,- 11.770.000,- 230.000,-
MAK 5241 Perjalanan 27.000.000,- 26.325.000,- 675.000,-
MAK 5811 Lain-lain 18.050.000,- 18.020.000,- 30.000,-
Total Biaya Penunjang 90.050.000,- 89.115.000,- 935.000,-

Belanja Modal
MAK 5321 Peralatan dan Mesin 24.750.000,- 23.650.000,- 1.100.000,-
MAK 5351 Non Fisik 35.200.000,- 31.680.000,- 3.520.000,-
Total Belanja Modal 59.950.000,- 55.330.000,- 4.620.000,-
Total Anggaran 150.000.000,- 144.445.000,- 5.555.000,-

NERACA
Per 31 Desember 200x
ASET Dr Kr
Aset Lancar :
192
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Kas di Bendahara,
Kas Tunai 00
Bank 00
Aset Tetap :
Peralatan dan Mesin 23.650.000,-
Aset Nonfisik 31.680.000,-
55.330.000,-
Total asset 55.330.000,-
KEWAJIBAN :
Uang Muka KPPN 00
Pajak YMH Disetor 00
EKUITAS :
Diinvestasikan dalam A Tetap 53.330.000,-
Total Kewajiban + Ekuitas 53.330.000,-

Contoh 2
Contoh, Lanjutan DIPA TAHUN Ke-2 (20x1) Untuk “Kota Baru”
Problem I
Pada tanggal 1 Januari 20x1 “Kota Baru” menerima DIPA sebesar Rp500.000.000,- dengan
perincian sebagai berikut :
BELANJA OPERASI :
MAK 5111 Belanja Gaji / Upah sebesar Rp 85.000.000,-
MAK 5211 Belanja Bahan 55.000.000,-
MAK 5241 Belanja Perjalanan Dinas 40.000.000,-
MAK 5811 Lain Belanja lain ___20.000.000,-
Jumlah Belanja Operasi Rp 200.000.000,-
BELANJA MODAL:
MAK 5321 Belanja Peralatan dan Mesin Rp 60.000.000,-
MAK 5331 Belanja Gedung dan Bangunan 200.000.000,-
MAK 5351 Belanja Fisik lainnya ___40.000.000,-
Jumlah Belanja Modal __300.000.000,-
Total DIPA 200X1 Rp 500.000.000,-

A. Ikhtisar data transaksi selama Januari sampai dengan Mei 200x1 diringkas sebagai berikut :
1. Jumlah SM-UP yang diterbitkan atas nama Bendaharawan sebesar Rp20.000.000,-
2. SPM-LS yang diterbitkan sebesar Rp75.000.000,- terdiri dari
MAK 5111 Belanja Gaji / Upah sebesar Rp 30.000.000,-
MAK 5211 Belanja Bahan 25.000.000,-
MAK 5241 Belanja Perjalanan Dinas ___20.000.000,-
Rp75.000.000,-
3. SPM-LS yang diterbitkan sebesar Rp 125.000.000,- terdiri dari
MAK 5321 Belanja Peralatan dan Mesin Rp 40.000.000,-
MAK 5331 Belanja Gedung dan Bangunan 60.000.000,-
MAK 5351 Belanja Fisik lainnya ___25.000.000,-
Rp125.000.000,-
193
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

4. Jumlah Uang Muka Belanja yang dibayar oleh Bendaharawan dan belum diganti SPMGU
sebesar Rp 9.000.000,-
Terdiri atas :
MAK 5111 Belanja Gaji / Upah sebesar Rp 4.000.000,-
MAK 5211 Belanja Bahan 3.000.000,-
MAK 5241 Belanja Perjalanan Dinas ___2.000.000,-
Jumlah Rp 9.000.000,-
5. Pungutan pajak yang belum disetor ke kas Negara sebesar Rp 625.000,- terdiri atas PPh.
Sebesar Rp 425.000,- dan PPN sebesar Rp 200.000,-

6. Saldo Kas yang di Bendaharawan pada 31 Mei 20x1 sebesar Rp 11.625.000,- terdiri atas :
Saldo Kas tunai Rp 4.500.000,-
Saldo Bank ____7.125.000,-
Rp11.625.000,-

DIMINTA :
1. Buat Laporan Realisasi Anggaran per 31 Mei 20x1 (periode Januari s/d Mei 20x1)
2. Buat Neraca “Kota Baru” untuk posisi per 31 Mei 20x1.

Problem II
Data ini merupakan kelanjutan dari data Januari s/d Mei 20x1 pada Problem I diatas.

B. Setelah dibuat laporan penutupan pada 31 Mei 20x1 seperti jawaban soal problem I tersebut,
Kantor akan mempersiapkan Laporan Semesteran, yaitu laporan untuk periode Januari sampai
dengan Juni 20x1.
Dibawah ini adalah transaksi Juni 20x1- sebagai berikut :

Juni, tanggal
2. Dibayar per-bank honor pegawai proyek (MAK 5111) sebesar Rp4.000.000,- ditambah PPh
10%, total sebesar Rp4.400.000,-
5. Diterima SPM-GU sebesar Rp9.000.000,- yang terdiri dari MAK 5211 Belanja Bahan sebesar
Rp 4.000.000,- MAK 5241 Perjalanan dinas sebesar Rp3.000.000,- dan MAK 5811 Belanja
lain-lain sebesar Rp2.000.000,-.
8. Dibayar via Bank umum ATK sebesar Rp2.500.000,- tambah PPN 10% dan dipungut PPh
1.5%. (MAK 5211).
10. Dibayar tunai biaya perjalanan dinas (MAk 5241) untuk anggota proyek Rp 2.500.000,-.
12. Dibayar per bank untuk setor pajak, sebesar Rp 1.312.500,- yaitu untuk setor PPN sebesar Rp
450.000,- dan setoran PPh sebesar Rp 862.500,-
14. Diterbitkan SPM-GU untuk UM. MAK 5111 sebesar Rp 4.400.000,-; MAK 5211 sebesar Rp
2.750.000,- dan MAK 5241 sebesar Rp 2.500.000,-; total sebesar Rp 9.650.000,-
15. Diterbitkan SPM-LS untuk pembayaran komputer sebesar Rp31.200.000,- (MAk 5321).
20. Diterbitkan SPM-LS untuk pembayaran termin Bangunan Rp27.500.000,-(MAK 5331)
22. Dibayar tunai untuk pembelian sepoart kendaraan (MAk 5811), tunai sebesar Rp 800.000,-
dan pembelian premium (MAk 5811) secara tunai sebesar Rp450.000,- dan biaya bengkel
untuk perbaikan kendaraan via bank sebesar 3.000.000,- tambah PPN 10% dan dipungut PPh
1.5% (MAK 5811).
25. Diterbitkan SPM-LS untuk pembayaran pembelian bahan-bahan (MAk 5211) sebesar
Rp8.000.000,-.
194
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

DIMINTA :
1. Catat transaksi bulan Juni 20x1 diatas kedalam Buku Jurnal.
2. Berdasarkan data problem-problem diatas buatlah :
a. Daftar Laporan Realisasi Anggaran per 30 Juni 20x1 untuk semester I Tahun 20x1
b. Daftar Neraca “Kota Baru” per 30 Juni 20x1.

Jawaban broblem I
A. Ikhtisar Laporan Keuangan periode 1 Januari 20x1 s/d Mei 20x1.

PROBLEM 1
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN “KOTA BARU”
Periode 1 Januari sampai dengan 31 Mei 20x1
Belanja Operasi Anggaran Realisasi Selisih + (-)
MAK 5111 Gaji / upah 85.000.000,- 30.000.000,- 55.000.000,-
MAK 5211 Bahan 55.000.000 25.000.000 30.000.000
MAK 5241 Perjalanan 40.000.000 20.000.000 20.000.000
MAK 5811 Lain-lain 20.00.000 _________-- 20.000.000
Belanja Operasi 200.000.000 75.000.000 125.000.000

MAK 5321 Peralatan & Mesin 60.000.000 40.000.000 20.000.000


MAK 5351 Gedug & Bang 200.000.000 60.000.000 140.000.000
BAK 5351 Fisik Lainnya 40.000.000 25.000.000 15.000.000
Belanja Modal 300.000.000 125.000.000 175.000.000
Total 500.000.000 200.000.000 30.000.000

2. NERACA “KOTA BARU” Per 31 Mei 20x1 (Worksheet/Draft)


31/12/200x1 1/1-31/5/200x1
Aset
Aset Lancar 00 4.500.000
Kas 00 7.125.000
Bank 00 11.625.000

Uang Muka MAK 5211 4.000.000


Uang Muka MAK 5241 3.000.000
Uang Muka MAK 5811 2.000.000
9.000.000
Total Aset Lancar 00 20.625.000
Aset Tetap
MAK 5321 Mesin & Per 23.650.000 40.000.000
MAK 5331 Gedung 60.000.000
MAK 5351 Fisik Lain 31.680.000 25.000.000
55.330.000 125.000.000
Total Aset 55.330.000,- 145.625.000,-
Kewajiban & Ekuitas
Kewajiban jk. Pendek
195
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Utang KPPN 00 20.000.000


Utang PPN 00 200.000
Utang PPh 00 ___425.000
Total Utang jangka pendek 00 20.625.000
Ekuitas
Kewajiban dlm Aset Tetap 53.330.000 125.000.000
Total Kewajiban & Ekuitas 53.330.000 145.625.000

PROBLEM – II
B. Transaksi Juni 20x0, dan Laporan Keuangan bulan Juni 20x1
1. Jurnal Transaksi Juni 20x1

Tanggal Uraian Debet Kredit


Juni. 01 Uang Muka MAK 5111 4.400.000,-
PPh ymh disetor 400.000,-
Bank 4.000.000,-
Pembayaran uang muka belanja honor
pegawai proyek
Juni 05 a. Bank 9.000.000,-
SPM GU/KUN 9.000.000,-
b. Belanja MAK 5211 4.000.000,-
Belanja MAK 5241 3.000.000,-
Belanja MAK 5811 2.000.000,-
Uang Muka MAK : 5211, 5241, 5841, 5811 9.000.000,-
Mencatat belanja penerimaan SPM-GU dan
jurnal balik UM Belanja

Juni 08 Uang Muka MAk 5211 2.750.000,-


PPh ymh disetor 37.500,-
PPN ymh disetor 250.000,-
Bank 2.462.500,-
Mencatat UM belanja pembelian ATK,
dan pemungutan PPh dan PPN
Juni 10 Uang Muka MAK 5241 2.500.000,-
Bank 2.500.000,-
Mencatat UM Belanja biaya perjalanan
dinas
Juni 12 PPh ymh disetor 862.500
PPN ymh disetor 450.000
Bank 1.312.500
Mencatat penyetoran Pajak-pajak ymh
disetor
Juni 14 a. Bank 9.650.000
SPM-GU/KUN 9.650.000
b. Belanja MAK 52111 4.400.000
MAK 5211 2.750.000
MAK 5241 2.500.000
UM Belanja (MAK 5111; 5211; 9.650.000
5241, total
196
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Mencatat penerimaan Bank, pembebasan
belanja, dan jurnal balik UM Belanja
Juni 15 a. Belanja MAK 5321 13.200.000,-
SMP – LS / KUN 13.200.000,-
Mencatat belanja melalui SPM-LS
b. Aset, Mesin & Peralatan 13.200.000,-
Ekuitas, diinvestasikan dlm 13.200.000,-
Aset Tetap
Mencatat ekuitas, investasi Aset Tetap
(modifikasi pencatatan SABMN)
Juni 16 a. Belanja, Gedung & bang MAK 5331 27.500.000
SPM-LS/AKUN 27.500.000
Mencatat Belanja melalui SPM-LS
b. Aset Tetap, Gedung & Bang 27.500.000,-
Ekuitas, diinvestasikan dalam 27.500.000,-
Aset Tetap
Mencatat Ekuitas, investasi aset tetap
(modifikasi pencatatran SABMN)

Juni 20 Kas 5.000.000,-


Bank 5.000.000,-
Mencatat pemindahan uang tunai dari bank
untuk Kas
Juni 22 Uang Muka MAK 5811 800.000,-
Uang Muka MAK 5811 450.000,-
Uang Muka MAK 5811 3.300.000,-
PPh ymh disetor 45.000,-
PPN ymh disetor 300.000,-
Kas 1.250.000,-
Bank 2.955.000,-
Mencatat pembelian UM.Belanja dan
pungutan pajak-pajak
Juni 22 Belanja MAK 5211 8.000.000,-
SPM-lS /KUN 8.000.000,-
Mencatat belanja via SPM-LS

2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN


“KOTA BARU”
Periode Januari sampai dengan Juni 20x1
Belanja Operasi Anggaran Realisasi Selisih + (-)
MAK 5111 Gaji / upah 85.000.000,- 34.400.000,- 50.600.000,-
MAK 5211 Bahan 55.000.000,- 39.750.000,- 18.000.000,-
MAK 5241 Perjalanan 40.000.000,- 25.500.000,- 17.000.000,-
MAK 5811 Lain-lain 20.000.000,- 2.000.000,- 18.000.000,-
Belanja Operasi 200.000.000,- 101.650,- 103.600.000,-
MAK 5321 Peralatan dan Mesin 60.000.000,- 23.200.000,- 6.800.000,-
MAK 5331 Ged & Bang 200.000.000,- 87.500.000,- 112.500.000,-
MAK 5351 Fisik Lainnya 40.000.000,- 25.000.000,- 15.000.000,-
Belanja Modal 300.000.000,- 221.030.000,- 145.525.000,-
Total 500.000.000,- 322.680.000,- 177.320.000,-
197
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

3. NERACA
“KOTA BARU”
Per 31 Mei 20x1 dan 30 Juni 20x1 (Tidak termasuk Aset Desember 20x0)
(Worksheet untuk tiga tahun / tiga periode)
Aset per 31 Des 0x 1/105 s/d 31 1/1/06 s/d
Mei 20x1 30 Juni 20x1
Aset Lancar
Kas 0 4.500.000,- 8.250.000,-
Bank _______0 7.125.000,- 7.545.000,-
11.625.000,- 15.795.000,-

Aset
UM MAK 5211 4.000.000,-
UM MAK 5241 3.000.000,-
UM MAK 5811 2.000.000,- 4.550.000,-
Total Aset Lancar 20.625.000,- 20.345.000,-

Aset Tetap
MAK 5321 Mesin & Per 23.650.000,- 40.000.000,- 53.200.000,-
MAK 5331 Gedung 60.000.000,- 87.500.000,-
MAK 5351 Fisik lain 31.680.000,- 25.000.000,- 25.000.000,-
Total Aset Tetap 55.330.000,- 125.000.000,- 165.700.000,-
Total Aset 55.330.000,- 145.625.000,- 186.045.000,-

Kewajiban & Ekuitas


Kewajiban jk.Pendek 0
Utang KPPN 20.000.000,- 20.000.000,-
Utang PPN 200.000,- 300.000,-
Utang PPh ___425.000,- ___45.000,-
Total Utang Jk Pendek 0 20.625.000,- 20.345.000,-
Ekuitas
Diinvest dlm Aset Tetap 53.330.000,- 125.000.000,- 165.700.000,-
Total Kewajiban & Ekuitas 53.330.000,- 145.625.000,- 186.045.000,-

NERACA
“KOTA BARU”
Per 30 Juni 20x1 (termasuk Aset 20x0)

Aset Per 30 Juni 200x1


Aset Lancar
Kas Rp 8.250.000,-
Bank 7.545.000,-
Uang Muka MAK 5811 15.795.000,-
Total Aset Lancar 4.550.000,-
20.345.000,-
Aset Tetap
MAK 5321 Mesin & Per 76.850.000,-
MAK 5331 Gedung 87.500.000,-
MAK 5351 Fisik Lain 56.680.000,-
Total Aset Tetap 221.030.000,-
Total Aset 241.375.000,-
198
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Kewajiban & Ekuitas


Kewajiban jk.Pendek
Utang KPPN 20.000.000,-
Utang PPN 300.000,-
Utang PPh __45.000,-

Total Uang Jangka Pendek 20.345.000,-


Ekuitas
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 221.030.000,-
Total kewajiban & Ekuitas Rp 241.375.000,-

Kata-kata kunci

Transaksi Keuangan Negara


Sistem Akuntansi Pemerintah
Bendahara Umum Negara
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Dekonsentrasi
Tugas Pembantu
Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus,
Dana Bagi Hasil

Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, jelaskan.
2. Jelaskan dengan ringkas dasar pertimbangan perubahan dengan melihat dari
perkembangan teori dan praktik akuntansi di Indonesia sampai pra kemerdekaan
Republik Indonesia.
3. Jelaskan beberapa kelemahan sistem akuntansi lama (Continental) tersebut, sebutkan
keuntungannya.
4. Jelaskan tujuan pengembangan akuntansi pemerintah yang baru
5. Sebutkan ruang lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP).
6. Apa yang tidak temasuk dalam ruang lingkup SAPP sesuai Peraturan Menteri
Keuangan (SK.Menteri Keuangan Nomor 337/KMK.012/2003), sebutkan
7. Sebutkan ciri-ciri pokok SAPP (ada 6 pokok ciri-ciri SAPP).
8. Siapa yang melaksanakan tugas SAPP dan tugas tersebut meliputi apa?
9. Tugas Menteri Keuangan sebagai Bendahara Negara meliputi apa saja?
10. Berikan dua alasan apakah sistem keuangan negara stabil ataukah tidak! Dan
bagaimana mengatasinya?
11. Jelaskan isi pokok undang-undang dan peraturan yang menunjukkan adanya reformasi
keuangan Negara, yang dapat memenuhi unsur pengendalian anggaran, pengukuran
dan pelaporan kinerja pada regulasi berikut:
a. Undang-undang No. 17 tahun 2003;
b. Undang-undang No. 1 tahun 2004;
199
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

c. Undang-undang No. 32 tahun 2004;


d. Undang-undang No. 33 tahun 2004;
e. Undang-undang No. 15 tahun 2004;
f. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2004;
g. Peraturan Menteri Keuangan No. 13/PMK.06/2005;
12. Sebutkan tugas UAKPA, UAPPA, dan UAPPA-EI!
13. Jelaskan yang dimaksud dengan azas Desentralisasi, Dekosentrasi; dan Tugas
pembantuan!
14. Sebutkan 4 (empat) tujuan utama SAPP, jelaskan pengertiannya;
15. Sebutkan laporan keuangan yang dihasilkan oleh SAI., dan apa saja laporan keuangan
yang dihasilkan oleh SAPP sebagai laporan pertanggungjawaban pemerintah kepada
DPR.
16. Jelaskan isi Laporan Pertanggungjawaban yang berupa Laporan NERACA.
17. Jelaskan isi Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah berupa Laporan Realisasi
Anggarna (LRA),
18. Jelaskan isi Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah berupa Laporan Arus Kas
(LAK)
19. Jelaskan isi Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah berupa catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK) Pemerintah.

TIPS 6.1:Prosedur Pencatatan dengan Basis Akrual

1. Bendaharawan Pengelola Keuangan  Kepala Kantor/Proyek KPPN


Bendaharawan adalah pejabat fungsi pengelola/pemegang dana UP UYHD untuk laporan
keuangan di kantor, bertanggungjawab kepada kepala kantor sebagai pengguna
anggaran/barang. Bendahara juga sebagai pelaksana akuntansinya.
2. PA  DIPA SPM-UP/GU/LS KPPN SP2D Bank Bendahara.
3. Akuntansi: DS  JURNAL BB/BP  WS (N, LRA, CaLK)
4. Waktu Bendahara terima dana UYHD/UP dari KPPN,
Jurnal: Terima SPM-UP

Tanggal Uraian Debet Kredit


Bank
Hutang KPPN

5. Bendahara: Bayar Persekot (Uang Muka)

Tanggal Uraian Debet Kredit


a. Ambil
UM. Belanja MAK xxxx
Kas/Bank xxxx
b. Kembali
Kas/Bank (SPM-GU) (Dr) xxxx
SPM-GU xxxx
b. Belanja MAK xxxx
UM Belanja, MAK xxxx
200
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

6. Pencatatan Transaksi:
Bendahara: UM Belanja

Tanggal Uraian Debet Kredit


UM.Belanja MAK
UM Belanja (MAK) xxxx
PPN/PPh ymh distor xxxx
Kas/Bank xxxx

7. Terima SPM-GU ;

Tanggal Uraian Debet Kredit


a. Bank xxxx
GU IMAK)/KUN xxxx
b. Belanja (MAK) xxxx
UM Belanja (MAK) xxxx

8. KPPN, SPM-LS

Tanggal Uraian Debet Kredit


Belanja MAK xxxx
LS (MAK)/KUN xxxx

9. Setor PPh/PPN

Tanggal Uraian Debet Kredit


PPN/PPh Ymh distor xxxx
Kas/Bank xxxx

10. Setor ke KPPN

Tanggal Uraian Debet Kredit


Hutang KPPN xxxx
Kas/Bank xxxx

11. Terima GU nihil

Tanggal Uraian Debet Kredit


a. Hutang KPPN xxxx
GU nihi; (MAK) xxxx
b. Belanja (MAK) xxxx
UM Belanja (MAK) xxxx
201
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Pembuatan Neraca (Accrual Basis),


Pos-pos Neraca:
I AKTIVA LANCAR:
1. Saldo Kas di Bendahara pengeluaran:
Dicatat sebagai Aktiva Lancar disebdah debit adalah:
Dr. a. Saldo Kas & Bank,
b. UM. Belanja MAK (belum di SPM.GU-kan) Sebagai lawannya disebelah
kredit adalah:
Kr. Uang Muka (Utang) dari KPPN
2. Dr. a. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
b. Bagian Lancar TP/TGR
c. Piutang Pajak
d. Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
e. Piutang Lainnya
Kr. Cadangan Piutang

3. Dr. Persediaan
Kr. Cadangan Persediaan

II. INVESTASI JANGKA PANJANG


Dr. Dana Bergulir
Kr. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang

III. AKTIVA TETAP (disebelah debit), adalah:


Dr. 1. Tanah
2. Peralatan dan Mesin

3. Gedung dan Bangunan


4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
5. Aset Tetap lainnya
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Sebagai lawannya disebelah Kredit, adalah
Kr. Diinvestasikan dalam Aset Tetap

4. Aset Tetap Lainnya


Dicatat disebelah Debit, adalah:
Dr. 1. Aset Tak Berwujud (Software, Lisensi, Patent dll)
2. Tagihan Penjualan Angsuran
3. Tuntutan Perbendaharaan (TP)/Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
4. Kemitraan dengan Pihak Ketiga
5. Aset Lain-lain
202
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Sebagai lawannya disebelah Kredit adalah:


Kr. - Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

IV. KEWAJIBAN
a. Kewajiban Jangka Pendek
Kr. Utang KUN/KPPN Cadangan Piutang Cadangan Persediaan Dana
untuk Pembayaran Utang Jangka Jangka Panjang
b. Kewajiban Jangka Panjang
Kr. Kewajiban Jangka Panjang

V. EKUITAS DANA:
a. Ekuitas Dana Lancar :
Cadangan Piutang/
Cadangan Persediaan/ .
Dana untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
b. Ekuitas Dana Investasi :
(Aset Tetap, Aset Lainnya) dikurangi (Kewajiban Jangka Panjang)
c. Ekuitas Dana Cadangan :
Akun lawan dari Dana Cadangan
203
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Kasus 1
Pada tanggal 1 Januari 2017 "Kantor X" menerima DIPA UNTUK PERIODE TAHUN
anggaran 2017 sebesar Rp500.000.000,- dengan perincian sebagai berikut:
BELANJA OPERASI;
MAK. 5111 Belanja Gaji/Upah Rp 85.000.000,-
MAK. 5211 Balanja Bahan 55.000.000,-
MAK. 5241 Belanja Perjalanan Dinas 40.000.000,-
MAK. 5811 Belanja Lain-lain 20.000.000,-
Jumlah belanja operasi Rp200.000.000,-

BELANJA MODAL
MAK. 5321 Belanja Peralatan dan Mesin Rp 60.000.000,-
MAK. 5331 Belanja Gedung dan Bangunan 200.000.000,-
MAK. 5351 Belanja Fisik Lainnya 40.000.000,-
Jumlah Belanja Modal Rp300.000.000,-
Total DIPA 2013 Rp500.000.000,-

Ikhtisar data transaksi selama Januari sampai Mei 2017 diringkas sebagai berikut:
1. Jumlah SPM-UP yang diterbitkan atas nama Bendaharawan sebesar Rp20.000.000,-
2. SPM-LS yang diterbitkan sebesar Rp30.000.000,- terdiri dari
MAK. 5111, Belanja Gaji/Upah sebesar Rp 30.000.000,-
MAK. 5211, Belaja Bahan 25.000.000,-
MAK. 5241, Belanja Perjalanan Dinas 20.000.000,-
3. SPM-LS yang diterbitkan sebesar Rpl25.000.000,- terdiri dari:
MAK. 5321 Belanja Peralatan dan Mesin Rp 40.000.000,-
MAK. 5331 Belanja Ceding dan Bangunan 60.000.000,-
MAK. 5351 BeJanja Fisik Lainnya 25.000.000,-
4. Jumlah Uang Muka Belanja yang dibayar oleh Bendaharawan dan belum diganti
SPMGU sebesar Rp9.000.000,- Terdiri atas:
MAK 5211 Belanja Bahan sebesar Rp4.000.000,-
MAK5241 Penalanan Dinas 3.000.000,-
MAK5811 Belanja Lain-lain 2.000.000,-
Jumlah Rp9.000.000,-
5. Pungutan Pajak yang belum disetor ke Kas Negara sebesar Rp625.000,- terdiri atas
PPh, sebesar Rp425.000,- dan PPN sebesar Rp200.000,-
6. Saldo Kas yang ada di Bendaharawan pada 31 Mei 2013 sebesar Rp1.625.000,- terdiri
atas:
Saldo Kas tunai Rp 4.500.000,-
Saldo Bank 7.125.000,-
Jumlah Rpl 1.625.000,-

DIMINTA:
1. Buat Neraca (Posisi Keuangan) Kantor “X" untuk posisi per 31 Mei 2017
2. Laporan Realisasi Anggaran per 31 Mei 2017
204
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

Kasus 2
Contoh, Bila Dikerjakan Dengan SAPP
(Accrual Basis/Double Entry)
LAPORAN REALISASI ANGGARAN 1 Januari 2018 s/d 30 November 2018 Belanja
Penunjang Anggaran Realisasi Selisih +(-)
MAK5111 Gaji/Upah Rp33.000.000,- Rp30.250.000,- Rp 2.750.000,-
MAK5211 Bahan 12.000.000,- 7.700.000,- 4.300.000,-
MAK 5241 Perjalanan 27.000.000,- 20.700.000,- 6.300.000,-
MAK5811 Lain-lain 18.050.000,- 13.537.500,- 4.513.000,-
Total Biaya Penunjang Rp90.050.000,- Rp72.187.000,- Rp17.862.500,-

Belanja Modal
MAK 5321 Peralatan dan Mesin Rp24.750.000,- Rp15.950.000,- Rp 8.800.000,-
MAK 5351 Non Fisik 35.200.000,- 24.640.000,- 10.560.000,-
Total Belanja Modal 59.950.000,- 40.590.000,- Rp19.360.000,-
Total Anggaran Rp150.000.000,- Rp112.777.500,- Rp37.223.000,-
205
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

NERACA Per November 30, 2018


Aset Lancar
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp 15.503.750,-*)

AsetTetap:
Peralatan dan Mesin 15.950.000
Aset Nonfisik 24.640.000
40.590.000
Total Aset 56.093.750,-

KEWAJIBAN:
Uang Muka KPPN 15.000.000,-
Pajak YMH Disetor 503.750,- 15.503.750,-
EKUITAS:
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 40.590.000,-
Total Kewajiban + Ekuitas Rp 56.093.750,-

*) Perincian Kas di Bendahara


Kas tunai Rp 750.000,-
Bank 7.139.250,-
7.891.250,-
Pembayaran dimuka MAK 5290 2.750.000,-
MAK 5490 2.250.000,-
MAK 5890 2.612.500,-
7.612.500,-
*)Total Aktiva Lancar Rp 15.503.750,-

C. Mutasi/transaksi selama bulan Desember 2018 terdiri:


6/12 Dibayar ATK, MAK 5211 sebesar Rp l.200.000,- tambah PPN 10% dan dipungut
PPh 1.5% (per-bank)
1/12 Dibayar (UM) per-bank honor proyek sebesar Rp3.000.000,- tambah PPh 10%
total sebesar Rp3.300.000,- (MAK 5111)
206
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia

4/12 Diterima SPM-GU atas MAK 521 1 sebesar Rp2.750.000,- ; MAK 5241 sebesar
Rp2.250.000,-; dan MAK 5811 sebesar Rp2.612300,- seluruhnya berjumlah
Rp7.612.500,-
5/12 Bayar PPN dan PPh ymh disetor Rp503.750,-
5/12 Pergeseran uang dari bank ke kas tunai sebesar Rp4.000.000,-
6/12 Dibayar (UM) ATK, MAK 521 1 sebesar Rpl.500.000,- tambah PPN 10% dan
dipungut PPh 1,5% (per-bank)
8/12 Dibayar tunai (UM) perjalanan dinas anggota proyek sebesar Rp3.375.000,-
(MAK.5241)
9/12 Dibayar (UM) rekening telepon, tunai sebesar Rp400.000,- (MAK 5811);
perbaikan kendaraan (per-bank) sebesar Rpl.500.000,- tambah PPN 10% dan
dipungut PPh 1,5% (MAK5811); dan beli bensin untuk kendaraan dinas tunai
sebesar Rp200.000,- (MAK.581 1)
11/12 Disetor ke KPPN PPh yang dipungut sebesar Rp538.250,- dan PPN sebesar
Rp480.000,-
12/12 Diterbitkan SPM-LS untuk pembelian alat komputer sebesar Rp7.500.000,-
(MAK 5321)
15/12 Diterbitkan SPM-LS untuk konsultan sebesar Rp8.500.000,- (MAK 535 1 )
20/12 Diterima SPM-GU nihil atas MAK 5111 sebesar Rp3.300.000,-; MAK 5211
sebesar Rpl.650.000,-; dan MAK 5241 sebesar Rp3.375.000,-; serta MAK5811
sebesar Rp2.250.000,- sehingga total Rpl0.575.000,-
25/12 Disetor sisa UYHD ke KPPN
25/12 Disetor PPN dan PPh ymh disetor Rp645.000,-

D. DIMINTA:
1. Buat jurnal transaksi Desember 2018 ;
2. Buat Laporan Realisasi Anggaran akhir tahun 2018;
3. Buat Neraca per 3 1 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai