Bab 6
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan mampu:
1. Memahami Pengembangan Sistem Akuntansi Indonesia
2. Memahami Ruang Lingkup Karakteristik Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
3. Mengetahai Perkembangan Peraturan Sistem Akuntansi Indonesia
4. Menerapkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Sistem Akuntansi Instansi
5. Membuat Laporan Keuangan Pemerintahan Pusat/Daerah
Reformasi manajemen keuangan Indonesia yang dicanagkan melalui satu paket undang-
undang Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 337/KMK.012/2003, Tentang Sistem
Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, yaitu sistem akuntansi yang
mengolah semua transaksi keuangan, meliputi aset, kewajiban dan ekuitas dana
pemerintah pusat, yang menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang
tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh pemerintah
maupun badan diluar pemerintah seperti Legislatif. Definisi Sistem Akuntansi Pemerintah
tidak terlepas dari definisi sistem akuntasi pada umumnya, “sebagai jaringan yang terdiri
dari formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, alat-alat, dan sumberdaya
manusia dalam rerangka menghasilkan informasi pada suatu organisasi pemerintah untuk
keperluan pengawasan, operasi, maupun sebagai dasar kepentingan pengambilan
keputusan organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan (dalam hal ini rakyat diwakili
DPR)”.
Dimana Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara (BUN) mempunyai tugas
antara lain menyusun dan melaporkan Laporan Keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Suatu Negara dapat diketahui apakah sistem keuangannya stabil ataukah tidak dilihat dari dua hal.
Pertama yaitu dilihat dari institusinya yang stabil yaitu tidak adanya bank atau lembaga keuangan
yang ambruk / collaps dan tidak dipertanyakan kredibilitasnya oleh masyarakat, Kedua yaitu
kondisi pasar Negara tersebut yang stabil. Artinya tidak ada kelebihan permintaan maupun
kelebihan penawaran, ada kesesuaian di antara keduanya.
Menteri keuangan dalam menjaga stabilitas keuangan Negara bekerjasama dengan lembaga-
lembaga keuangan lainnya yang berpengaruh dalam stabilitas sistem keuangan melalui Forum
Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).
Itulah beberapa tugas menteri keuangan sebagai salah satu bagian dari pemerintahan yang
membantu kepala Negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam hal pengelolaan
keuangan dan asset Negara.
Sistem single entry ini bisa ditemukan dalam buku kas, dimana catatan tersebut berisi
pengembangan dari daftar pemerikasaan. Di sana Anda juga akan menemukan kolom yang
129
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
akan digunakan untuk mencatat penggunaan dan sumber uang tunai. Sedangkan pada
kolom bagian atas dan bawahnya akan digunakan untuk menampilkan saldo awal dan
akhir.
Pengertian Metode Double Entry
Sistem pembukuan double entry merupakan sistem akuntansi yang saat ini paling banyak
dijadikan dasar dari seluruh aktivitas pembukuan, yang di dalamnya terdapat dua kolom
untuk diisi, yaitu debit dan kredit.
Metode double entry merupakan metode yang dalam setiap transaksi keuangannya akan
menampilkan dua efek secara bersamaan. Efek pertama adalah kolom kredit dan efek
kedua adalah kolom debit, yang mana kedua kolom tersebut harus memiliki total nilai
yang sama atau seimbang.
Saat ini, sebagian kecil orang masih ada yang salah memahami, bahwa kredit adalah
pengurangan dan debit adalah penambahan. Padahal nyatanya tidak selalu demikian,
karena debit tidaklah selalu bertambah, dan kreditpun tidak selamanya harus berkurang.
Setiap akun akan mempunyai posisi normal pada kedua sisi kolomnya. Kolom debit akan
dicatat ketika ada kondisi aset atau adanya peningkatan biaya dan kolom kredit akan diisi
ketika terjadi equitas atau liabilitas yang mengalami peningkatan.
kurang lengkap. Sehingga akan lebih sulit untuk mengontrol dan juga melacak setiap
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, setiap kesalahan yang terjadi akan
lebih sulit untuk dilacak mengenai letak dan asal-muasal kesalahan tersebut.
Selain itu, Sistem pembukan ini memiliki kekurangan antara lain:
Aktiva
Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, bahwa sistem pembukuan ini dilakukan
secara terpisah pada bagian aset yang membuatnya beresiko hilang ataupun dicuri.
Oleh karenanya, pelacakan akan menjadi lebih sulit ketika itu terjadi.
Kewajiban
Sama seperti aktiva, karena kewajiban ditempatkan pada kolom yang terpisah,
maka pada akhirnya akan menuntut perusahaan untuk membuat sistem yang baru
agar bisa tepat waktu ketika membayar setiap kewajiban.
Kesalahan
Dengan menggunakan sistem ini, maka peluang terjadinya kesalahan justru akan
lebih besar, terutama disebabkan karena jumlah total debit ditempatkan pada
bagian yang terpisah, sehingga berpeluang besar menjadi tidak sesuai.
Laporan untuk Audit Keuangan
Sistem ini pun bisa menghambat para akuntan dalam mengaudit, karena biasanya
para auditor selalu menggunakan sistem entri ganda atau double entry. Sehingga
jika perusahaan menggunakan sistem pembukuan ini, maka otomatis akan
mempersulit proses audit karena auditor harus mengubahnya pada sistem entri
ganda terlebih dahulu.
Pelaporan
Hal lainnya yang berpotensi menyebabkan masalah adalah dalam hal laporan,
karena metode ini menampilkan informasi yang jauh lebih sedikit, terutama dalam
hal posisi keuangan perusahaan. Sehingga, bagian direksi akan lebih sulit dalam
mendapatkan gambaran terkait keuangan perusahaan.
kesalahan yang terjadi, walau prosesnya cukup rumit dan memakan waktu lama.
Sedangkan sistem pembukuan single entry lebih cenderung digunakan oleh perusahaan
kecil yang hanya dimiliki oleh satu orang saja, karena sistem ini akan lebih praktis dan
mudah untuk digunakan.
Entri debit adalah pencatatan sistem akuntasi ketika terjadi kondisi dimana adanya
pertambahan aset dan biaya, serta penurunan liabilitas dan ekuitas. Dalam akuntansi, akun
debit akan berada kolom kiri.
Entri kredit adalah sistem pencatatan akuntansi yang terjadi karena adanya tambahan
liabilitas atau ekuitas, atau adanya penurunan aset dan biaya. Kredit berbanding terbalik
dengan debit, posisi kolomnya berada di sisi kanan dalam pembukuan akuntansi.
Penerapan Sistem Pembukuan Double Entry
Agar bisa di deskripsikan lebih terang lagi tentang sistem pembukuan double entry, berikut
ini akan kami berikan beberapa contoh penerapannya yang sering dilakukan dalam suatu
perusahaan:
Membeli berbagai peralatan dengan menggunakan uang tunai akan menunjukkan debit
untuk membeli peralatan dan kredit untuk uang tunai, yang akan berimbas pada penurunan
aset perusahaan.
Jika melakukan penjualan barang dagang secara tunai pada pelanggan, maka debit tersebut
adalah kas, dan kreditnya adalah pendapatan.
Pembayaran tagihan listrik akan dicatat sebagai debit yang letaknya berada di bawah biaya
penggunaan, yang selanjutnya akan mampu menghasilkan biaya. Sedangkan kreditnya
adalah uang tunai.
Menerima bunga ketika ada setoran uang ke bank akan menciptakan debit untuk uang
tunai yang hendak diterima, sedangkan kreditnya adalah pendapatan keuangan. Artinya,
terjadi peningkatan pendapatan pada perusahaan.
Menerima dana pinjaman dari bank akan menjadi debit atas kas yang sudah diterima,
sedangkan kreditnya akan diinput ke rekening sebagai pinjaman bank. Ini artinya, debit
mampu menghasilkan peningkatan aset, sedangkan kredit akan mampu meningkatkan
liabilitas.
Pengeluaran biaya yang dilakukan untuk tujuan investasi saham akan menjadi debit,
sedangknya kreditnya untuk modal saham yang nantinya akan meningkatkan nilai ekuitas.
Itu artinya, debit perusahaan akan mampu menghasilkan aset baru.
Meskipun nampaknya sangat mudah, namun berbagai entri tersebut bisa semakin
kompleks saat terdapat lebih dari dua akun yang terlibat.
Pengaturan dan Praktek Standar untuk Sistem Double Entry
Dalam suatu pembukuan keuangan bisnis, Anda pun harus membuat daftar yang detil yang
biasanya disebut dengan bagan akun. Pada umumnya, beberapa software akuntansi akan
memberikan saran terkait jenis akun yang mungkin akan dibutuhkan oleh bisnis tersebut.
Jika bagan akun ternyata sudah siap, maka bagan akun akan dimanfaatkan sebagai suatu
titik referensi pada tiap dua atau lebih akun yang dipilihnya. Hal tersebut juga akan
dimanfaatkan untuk diinput ke transaksi di dalam buku besar. Sekarang, Anda juga mampu
134
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
menghapus beberapa akun yang sudah dirasa tidak digunakan dan menambah banyak
bagan akun yang Anda rasa berguna.
Pada umumnya, entri pertama akan diisi dengan akun dan jumlah yang harus di debit.
Selanjutnya, kolom beriktunya akan diinput dengan menunjukkan akun serta jumlah yang
memang harus dikreditkan. Pada tiap entri dua baris itu akan dikenal sebagai entri jurnal
umum.
melakukan pencatatan yang dilakukan oleh para PPK SKPD dan SKPKD.
Tujuan dan Fungsi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Sistem akuntansi keuangan daerah dibentuk dengan beberapa tujuan. Berikut ini
adalah penjelasan masing-masing dari tujaun tersebut.
Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan sistem akuntansi pemerintah yang bisa
memberikan berbagai informasi terkait keuangan secara cermat, dalam
waktu dan format yang tepat, dan berguna untuk berbagai pihak yang
bertanggung jawab dan memang berkaitan langsung dengan operasi unit
pemerintah.
Selain itu, tujuan akuntabilitas ini akan mewajibkan pada tiap pegawai
ataupun badan pengelola keuangan negara untuk harus mampu memberikan
tanggung jawab dan perhitungan terhadap laporan keuangan yang telah
dibuatnya.
Manajerial
Akuntansi daerah akan mampu memberikan beragam informasi keuangan
yang dibutuhkan untuk perencanaan penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan, serta penilaian performa pemerintah.
Pengawasan
Akuntansi daerah harus mampu menyelenggarakan pemeriksaan oleh para
aparat pengawasan fungsional secara efisien dan juga efektif.
Menjaga Aset
Sistem akuntansi ini dapat digunakan untuk menjaga aset K/L/PD melalui
metode pencatatan, pemrosesan dan pelaporan keuangan yang dilakukan
secara konsisten sesuai dengan standar serta praktek akuntansi yang mampu
diterima secara umum.
Penyedia Informasi Anggaran dan Keuangan
Sistem akuntansi ini juga berfungsi untuk menyediakan berbagai informasi
yang akurat dan juga tepat waktu terkait anggaran dan kegiatan keuangan
K/L/PD, yang selanjutnya akan berguna sebagai dasar pengukuran performa
guna menentukan tingkat ketaatan pada pihak otorisasi anggaran dan demi
tujuan akuntabilitas.
Selain itu, sistem akuntansi ini dapat dijadikan sebagai media untuk
menyediakan informasi yang valid tentang kondisi keuangan K/L/PD secara
keseluruhan, serta untuk perencanaan pengelolaan dan pengendalian
kegiatan dan keuangan K/L/PD secara efisien.
138
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
dalam jurnal dan buku besar pembantu. Bukti transaksi dibagin menjadi tiga
bagian, yaitu Bukti Penerimaan Kas, Bukti Pengeluaran Kas dan Bukti
Memorial yang kemudian dimasukkan ke Jurnal Umum.
Berdasarkan Permendagri No. 12 tahun 2006 yang sudah dirubah ke Permendari 21
tahun 2011, ada empat proses yang tersedia dalam sistem akuntansi pemerintah
daerah, yaitu akuntansi pengeluraran kas, selain kas, penerimaan kas, dan aset.
Dimana jika terjadi satu transaksi, maka sedikit-dikitnya terjadi perubahan dua
perkiraan dengan cara men-Debet sebuah perkiraan Aset dan meng-Kredit perkiraan
Kewajiban atau Ekuitas Dana sebagai pasangannya.
Basis Kas, adalah mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar melalui Kas Umum Negara dan
Belanja diakuai dan dicatat pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum
Negara, dan
Basis Akrual, adalah pengakuan terhadap aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam
neraca dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, bukan pada
saat atau setara kas diterima atau dibayar.
Perkiraan yang digunakan unit akuntansi dan mata anggaran pada unit operasional
anggaran dan pelaksanaan anggaran sama, baik klasifikasi maupun istilahnya agar dapat
memastikan bahwa anggaran dan laporan realisasinya menggunakan istilah yang sama,
serta meningkatkan kemampuan sistem akuntansi untuk memberikan informasi/laporan
yang relevan, berarti, dan dapat diandalkan. Selain itu dapat digunakan untuk
memudahkan pengawasan atas ketaatan dengan pagu yang ditentukan dalam UU-APBN
dan dalam dokumen allotment (DIK/DIP/SKO), serta memungkinkan perbandingan data
laporan keuangan, baik dalam satu laporan maupun antarlaporan.
Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat, yang selanjutnya disebut SAPP, adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
Pernerintah Pusat. SAPP terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) yang menghasilkan Laporan Keuangan Pernerintah Pusat. SiAP memproses
data transaksi Kas Umum Negara dan Akuntansi Umum, sedangkan SAI memproses data
transaksi keuangan dan barang yang dilaksanakan oleh kementerian negara/ Icmhaga.
Tips 6.3: Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Bendahara Umum Negara
143
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI) merupakan prosedur dalam siklus
akuntansi yang dilaksanakan pada lingkup kementerian negara/lembaga yang dalam
pelaksanaannya memproses transaksi keuangan, barang, dan transaksi lainnya untuk menghasilkan
Laporan Keuangan yang dapat bermanfaat bagi pengguna Laporan Keuangan. SAI akan dapat
berjalan apabila memenuhi unsur-unsur pokok sebagai berikut: 1. Formulir/Dokumen Sumber 2.
Jurnal 3. Buku besar 4. Buku pembantu 5. Laporan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
akan berjalan dengan baik, apabila dalam suatu organisasi selaku unit yang melaksanakan proses
akuntansi dan sekaligus membutuhan informasi yang dihasilkan, dapat mengkoordinasikan unsur-
unsur menjadi satu kesatuan yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
Dengan alasan tersebut maka untuk melaksanakan SAI, kementerian negara/lembaga harus
membentuk Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi sesuai dengan hierarki organisasi
dengan tujuan agar proses akuntansi dapat berjalan dengan baik.
Unit Akuntansi dan Pelaporan Instansi sebagaimana Gambar 6.2 terdiri dari Unit Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan dan Unit Akuntansi dan Pelaporan Barang Milik Negara (BMN).
Pembentukan kedua unit akuntansi dan pelaporan tersebut dimaksudkan agar penyelenggaraan
pencatatan atas transaksi aset berupa BMN terjadi check and balance sebagai bagian dari
penyelenggaraan pengendalian internal di masing-masing unit akuntansi dan pelaporan pada
kementerian negara/lembaga.
Referensi: Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
SA- BUN
SAI
KPPN Khusus
KPPN KPPN KPPN Khusus
Tugas Pinjaman dan
Tipe A1 Tipe A2 Penerimaan
Hibah
3. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke KPPN, penyampaian
SPM beserta dokumen pendukung dan ADK SPM dapat melalui Kantor Pos/ Jasa
Pengiriman resmi ( dengan cara KPA terlebih dahulu menyampaikan
konfirmasi/pemberitahuan kepada Kepala KPPN)
3. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti
setor lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima
Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka atas
perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan:
1. Asli surat jaminan uang muka
2. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan
jaminan uang muka
3. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai Peraturan
Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah
147
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Khusus untuk penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, juga dilampiri
dengan faktur pajak
Penyampaian SPM-KP dilampiri dengan SKPKPP dan SSP
1. Penyampaian SPM-IB dilampiri dengan SKPIB dan SSP
2. Penyampaian SPM-KBC dilampiri dengan SKPBC
Untuk SPM yang sumber dananya dari PNBP untuk satker pengguna PNBP yang tidak
terpusat, Penyampaian SPM UP/TUP/GUP/GUP Nihil/ PTUP/LS, juga dilampiri dengan bukti
setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN dan Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum
Pencairan (MP) dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVII PMK
Nomor 190/PMK.05/2012.
SPM LS BALANJA PEGAWAI GAJI (Aplikasi GPP/BPP)
Kelengkapan SPM
1. SPM-LS Belanja Pegawai Gaji dalam rangkap 2 (dua); Kode Jenis SPM: 01, 02, 03
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM;
3. ADK Perubahan;
4. ADK Gaji;
3. Daftar Gaji Induk lengkap (untuk non gaji induk berupa Daftar Kekurangan Gaji, Daftar
Gaji Susulan, Posekot Gaji dsb);
3. Surat Setoran Pajak (SSP) untuk potongan pajak dan/atau bukti setor lainnya.
4. Faktur Pajak, Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya
Kelengkapan SPM
1. SPM-LS dalam rangkap 2 (dua)
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM
4. Faktur Pajak, Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya
3. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai Peraturan
Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
SPM UP/TUP
Batas Pemberian Uang Persediaan
1. Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP sampai dengan Rp900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah);
2. Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);
3. Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau
4. Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
1. Belanja Barang;
3. Belanja Lain-lain.
3.
4. Dalam hal 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan
150
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Kelengkapan SPM
1. SPM UP / TUP dalam rangkap 2 (dua);
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM;
3. Surat Pernyataan dari KPA dengan format sesuai lampiran XIV PMK
190/PMK.05/2012 (untuk SPM UP); Surat persetujuan pemberian TUP dari Kepala
KPPN (untuk SPM-TUP).
SPM GUP
SPM GUP ISI
Kelengkapan SPM
1. SPM GUP dalam rangkap 2 (dua);
2. ADK SPM yang telah diinjeksi PIN oleh PPSPM;
SPM PNBP
PNBP Terpusat
Penyetoran PNBP terpusat:
SPM UP
151
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
3. Surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format sesuai Lampiran XIV PMK-190
SPM TUP
1. SPM UP yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM;
2. ADK SPM UP yang memuat PIN PPSPM;
3. Surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format sesuai Lampiran XIV PMK-190
SPM LS
1. SPM LS yang diterbitkan melalui system aplikasi SPM;
2. ADK SPM LS yang memuat PIN PPSPM;
3. Surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format sesuai Lampiran XIV PMK-190
4. Bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh olek Seksi Bank KPPN;
5. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format Lampiran
XVII PMK-190
SPM TUP
1. SPM TUP yang diterbitkan melalui system aplikasi SPM;
2. ADK TUP yang memuat PIN PPSPM;
4. Bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh Seksi Bank KPPN;
5. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format Lampiran
XVII PMK-190
3. Bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh Seksi Bank KPPN;
4. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format Lampiran
XVII PMK-190
SPM LS:
1. SPM LS yang diterbitkan melalui system aplikasi SPM;
2. ADK SPM LS yang memuat PIN PPSPM;
5. Data perjanjian/kontrak wajib dicatatkan olek PPK melalui sistem aplikasi dan
disampaikan secara langsung atau email ke KPPN 5 (lima) hari kerja setelah kontrak
ditandatangani;
RETUR SP2D
Alasan terjadi retur SP2D antara lain :
- Kesalahan/perbedaan nama/nomor rekening SP2D
- Kesalahan penulisan nama bank penerima
- Rekening tidak aktif/tutup/pasif
Prinsip dasar penatausahaan dana retur :
- Retur yang diterima selama tahun berjalan (belum disetor ke kas negara) dapat dibayarkan
kembali dengan penerbitan surat ralat rekening SP2D.
- Kesalahan retur yang telah disetorkan ke kas negara dapat dibayarkan kembali melalui
penerbitan SPM-PP/SP2D oleh KPPN setelah ada pengajuan surat permohonan pembayaran
kembali dari KPA/satuan kerja.
Surat ralat/perbaikan dan permohonan perbaikan pembayaran kembali disampaikan
153
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
RALAT SPM
Prosedur mengenai Koreksi/Ralat SPM telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan nomor PER-89/PB/2011 tanggal 21 Desember 2011 tentang Mekanisme
Pengiriman dan Koreksi Data pada KPPN. Satker yang hendak melakukan perubahan atau
Koreksi/Ralat atas SPM yang telah diterbitkan SP2Dnya oleh KPPN wajib berpedoman pada
peraturan tersebut. Prosedur koreksi/ralat SPM yang telah diterbitkan SP2Dnya adalah
sebagai berikut:
Koreksi Data Pengeluaran dan/atau Potongan Melalui SPM/SP2D
Koreksi data yang diajukan pada KPPN berupa:
1. Data setoran penerimaan negara melalui Bank/Pos Persepsi; dan/atau
2. Data pengeluaran dan/atau potongan melalui penerbitan SPM/SP2D.
Persyaratan Koreksi/Ralat SPM:
Mengajukan surat permintaan koreksi data pengeluaran dan/atau potongan SPM/SP2D
kepada KPPN mitra kerja masing-masing. Format surat sebagaimana Lampiran I PER-
89/PB/2011. Surat permintaan koreksi tersebut wajib dilampirkan dengan:
1. Daftar Rincian Koreksi Data yang ditandatangani Kuasa Pengguna Anggaran (bagian tak
terpisahkan dari Lampiran I PER-89/PB/2011);
2. Copy SPM dan SP2D sebelum koreksi;
3. SPM setelah koreksi;
4. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Koreksi/Ralat SPM;
5. ADK Koreksi SPM (SPM yang sudah diperbaiki).
Koreksi/perbaikan/ralat SPM tidak dapat dilakukan terhadap data SPM yang mengakibatkan
perubahan jumlah uang baik pada jumlah total pengeluaran, jumlah total potongan, dan/atau
jumlah bersih dalam SPM.
KPPN akan meneliti/memeriksa koreksi/ralat SPM tersebut apakah benar dan dapat
dilakukan sesuai PER-89/PB/2011. Bila koreksi/ralat SPM dapat dilakukan maka KPPN akan
menerbitkan Nota Penyesuaian. Bila koreksi/ralat SPM tidak dapat dilakukan maka KPPN
akan menerbitkan surat pengembalian atas koreksi/ralat SPM tersebut.
Koreksi Data Setoran Penerimaan Negara Melalui Bank/Pos Persepsi
Koreksi data setoran penerimaan Negara melalui Bank/Pos Persepsi berpedoman pada PER-
65/PB/2007 tentang Tata Cara Pengembalian Pendapatan dan/atau Penerimaan dan Koreksi
Pembukuan Penerimaan.
154
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
SKPP diatas dilampiri Surat Keputusan (SK) Pensiun dari Badan Kepegawaian Negara (BKN)
SKPP dikirim oleh Satuan kerja asal sesuai peruntukannya sebagaimana diatur pada angka 1
dan 2 setelah diberi keterangan oleh Kepala Seksi Pencairan Dana pada KPPN asal bahwa
data pegawai pindah/pensiun telah dinonaktifkan dari database pegawai satuan kerja tersebut
pada KPPN asal.
SAPP dilaksanakan oleh Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) yang
terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang menghasilkan Laporan Arus
Kas Pemerintah Pusat (SAP No. 03), dan
b. Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran
(SAP No. 02), dan Neraca Pemerintah Pusat (SAP No. 01 poin 38-43).
Departemen Keuangan selaku Bendahara Umum Negara atau Chief Financial Officer
(CFO). Selanjutnya SiAP memiliki dua subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Umum (SAU)
dan Sistem Akuntansi Umum Negara (SAKUN). memproses data transaksi Kas Umum
Negara dan Akuntansi Umum.
SAI memiliki dua subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem
Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). SAI dilaksanakan oleh Menteri/Ketua
Lembaga Teknis selaku Chief Operation Officer (COO), yang memproses data transaksi
keuangan dan barang yang dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga.
Untuk lebih jelasnya Gambar 6.1 dibawah ini menggambarkan SAPP sebagai berikut:
SAPP
SiAP SAI
KPPN menyusun:
Laporan Arus Kas (LAK),
Neraca KUN, dan
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) SAU di wilayah kerjanya, dan disampaikan ke
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (selanjutnya disebut Kanwil
Dirjen Pb) setiap bulan.
UAKPA wajib menyampaikan LRA dan Neraca serta ADK (Arsip Data Komputer) setiap
bulan, dan melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan.
UAKPA menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap bulan kepada UAPPA-
W/UAPPA-El, dan menyampaikan laporan keuangan semesteran dan tahunan berupa
LRA, Neraca, dan CaLK.
UAPPA-W melakukan proses penggabungan laporan keuangan yang berasal dari UAKPA
di wilayah kerjanya termasuk LRA Pembiayaan dan Perhitungan yang digunakan oleh
Kementerian Negara/Lembaga, dan menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-W
berdasarkan hasil penggabungan tersebut. UAPPA-W wajib menyampaikan LRA dan
Neraca beserta ADK kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan di wilayah masing-masing
setiap bulan, dan melakukan rekonsiliasi setiap triwulan.
UAPPA-W juga wajib menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK tingkat
wilayahnya kepada UAPPA-El setiap bulan. UAPPA-W menyampaikan laporan keuangan
semesteran dan tahunan berupa LRA, Neraca dan CaLK.
UAPPA-El melakukan proses penggabungan laporan keuangan UAPPA-W yang
berada di wilayah kerjanya termasuk laporan keuangan UAPPA-W Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan, laporan keuangan UAKPA yang langsung berada di bawah UAPPA-
El, dan LRA pembiayaan dan perhitungan yang digunakan oleh kementerian
negara/lembaga, menyusun laporan keuangan tingkat Eselon 1 wilayahnya, dan
melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dimaksud dengan Ditjen Pb c.q. Direktorat
Informasi dan Akuntansi setiap semester. UAPPA-El menyampaikan LRA dan Neraca
159
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
beserta ADK kepada UAPA setiap bulan, dan UAPPA-El menyampaikan laporan
keuangan semesteran dan tahunan berupa LRA, Neraca, dan CaLK.
UAPA melakukan proses penggabungan laporan keuangan UAPPA-El termasuk
laporan keuangan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, dan melakukan proses
penggabungan laporan keuangan anggaran pembiayaan dan perhitungan yang dikelolanya.
UAPA menyusun laporan tingkat Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan hasil
penggabungan laporan keuangan tersebut diatas, dan menyampaikannya kepada Ditjen
Perbendaharaan setiap triwulan. UAPA menyampaikan laporan keuangan semesteran dan
tahunan berupa LRA, neraca, dan CaLK, melakukan rekonsiliasi laporan keuangan
tersebut dengan Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi setiap
semester. Dalam rangka menjaga kesinambungan penyusunan dan keandalan laporan
keuangan, setiap Unit Akuntansi Instansi secara berjenjang berwenang untuk melakukan
pembinaan dan monitoring penyusunan laporan keuangan di wilayah kerjanya.
Keterangan :
BAKUN
: arus data dan laporan
: arus pemeriksaan
: arus rekonsiliasi data dan laporan
160
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
: online
= = : arus data
: arus data dan laporan APP (BA 62 dan 69)
BAKUN : Direktorat Informasi dan Akuntansi Ditjen Perbendaharaan
Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat (SAPKPP) tertanggal 20 Juli 2005.
Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Tujuan LAK untuk memberikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. LAK wajib disusun dan
disajikan hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum. Dan
semuanya yang dilakukan hanyalah ilusi belaka,dan kita semua di tipu-tipu.
f. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE menyediakan informasi
mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau
penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Laporan
Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan
atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas.
1. SAK; subsistem dari SAI yang menghasilkan informasi mengenai LRA, neraca, dan
catatan atas laporan keuangan milik kementrian / instansi
2. SABMN; subsistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling
berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi
untuk menyusun neraca dan laporan Barang Milik Negara serta laporan manajerial lainnya
menurut ketentuan yang berlaku.
Di bawah ini diberikan ilustrasi sederhana Sistem Akuntansi Instansi (SAI) berikut
pemecahannya dengan asumsi belum ada/belum punya neraca awal, jadi tidak ada saldo
awal tahun, saldo aset, saldo kewajiban dan saldo ekuitas dana.
b. Akuntansi
ADK = Arsip Data Komputer
DS = Dokumen Sumber;
LRA = Laporan Realisasi Angg;
LAK = Laporan Arus Kas
Neraca = Laporan Posisi Keuangan;
163
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
c. Sistem Akuntansi
UAKPA = Mencatat Transaksi, menyusun LRA, Neraca, dan CaLK
UAPPA-W = Membuat konsolidasi laporan dari UAKPA di wilayahnya.
UAPPA-E1 = Konsolidasi laporan dari Wilayah, anggota E-1
UAPA = Menyusun laporan keuangan tingkat Kementerian/Lembaga,
konsolidasi laporan dari semua UAE-1 berupa LRA+N+CaLK
BELANJA OPERASI:
51. Belanja Pegawai
511 Gaji dan Tunjangan
512 Honor/Lembur/Vakasi/ Tunj. Khusus/Peg. Transito
513 Kontribusi Sosial (Pensiun, Askes, T.Kesehatan, Veteran)
52. Belanja Barang
521 Belanja Barang
522 Belanja Jasa
523 Belanja Pemeliharaan
524 Perjalanan Dinas
53. Belanja Modal
531 BM.Tanah
532 BM. Mesin dan Peralatan
533 BM. Gedung dan Bangunan
534 BM. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
535 BM. FisikLainnya.
54. Belanja Pembayaran Utang
55. Belanja Subsisi
56. Belanja Hibah
57. Belanja Bantuan Sosial
58. Belanja Lain-lain
Catatan: dibelakang digit tersebut masih dapat dikembangkan untuk digit perincian item
selanjutnya, sampai enam digit.
(a). Waktu Bendahara terima dana UYHD/ SPM-UP dari KPPN, dicatat pada
jurnal:
Uraian Dr Cr
Kas/Bank xxxx
Utang kepada KPPN xxxx
Waktu menerima UP/UYHD dari KPPN
(b) Bendahara membayar
(b.l). Uang Muka Belanja (UM) sesuai MAK, dicatat pada jurnal:
Uraian Dr Cr
165
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Waktu membayar Uang Muka Belanja sesuai MAK tanpa pungutan pajak. (b.2)
Uang Muka Belanja (sesuai MAK) dengan pungutan PPN dan PPh Pasal 22 (sebagai
Wajib Pungut Bendahara Pemerintah), dicatat pada jurnal:
Uraian Dr Cr
UM Belanja .....(MAK.....) xxxx
(c.1) Penerimaan dana GU, dijurnal sebagai penerimaan uang dan pengembalian
uang muka belanja:
Uraian Dr Cr
Bank xxxx
SPM-GU/KUN xxxx
Waktu menerima SPM-GU, giral masuk langsung ke Bank.
(c.2) Jurnal Pengembalian Uang Muka Belanja:
Uraian Dr Cr
Belanja ......MAK...... xxxx
UM Belanja MAK xxxx
(f). Bendahara Setor kembali ke KPPN, jumlah saldo Kas/Bank akhir periode
anggaran (per 31 Desember)
MAK U raian Dr Cr
Utang kepada KPPN xxxx
Kas/bank xxxx
Pada akhir periode, saldo uang tunai atau Bank wajib distorkan ke KPPN sebagai
pengembalian uang UYHD (Utang KPPN)
Tipas 6.6: Apakah SPBy Uang Muka Kerja Memerlukan Lampiran Bukti
Pengeluaran Riil?
Oleh Mukhtaromin
(Widyaiswara Madya Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan)
Abstrak:
Ketentuan umum pembayaran dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pasal 21; Pembayaran atas beban APBN tidak boleh dilakukan
sebelum barang dan/atau jasa diterima. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian
negara/lembaga kepada PA/KPA dapat diberikan uang persediaan (UP) yang dikelola
oleh bendahara pengeluaran. Bendahara pengeluaran dapat melakukan pembayaran UP
yang dikelolanya setelah menerima Surat Perintah Bayar (SPBy) yang ditandatangani
oleh PPK atas nama KPA. SPBy sebagaimana dimaksud dilampiri bukti pengeluaran riil
beserta faktur pajak dan SSP serta bukti penerimaan barang/jasa. Dalam hal SPBy untuk
pembayaran uang muka kerja, maka SPBy harus dilampiri rencana pelaksanaan kegiatan
dan rencana kebutuhan dana.
Kata Kunci: SPBy, Bukti Pengeluaraan Riil, SPBy Uang Muka Kerja
1. Pendahuluan
Pada waktu pembahasan pembayaran uang muka kerja pada diklat bendahara
pengeluaran, salah seorang peserta bertanya apakah benar SPBy untuk pembayaran uang
muka kerja memerlukan lampiran bukti pengeluaran riil berupa kuitansi/bukti pembelian
yang telah disahkan oleh PPK beserta faktur pajak dan SSP sebagaimana tersebut dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162 Tahun 2013?. Kalau benar, bagaimana
mungkin?. Sebelum menjawab pertanyaan peserta diklat tersebut, penulis terlebih dahulu
menerangkan tentang ketentuan umum pembayaran dalam pelaksanaan APBN serta
ketentuan pembayaran melalui bendahara pengeluaran.
2. Ketentuan Umum Pembayaran
Ketentuan umum pembayaran diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, pasal 21:
1) Pembayaran atas beban APBN tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa
diterima.
2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah kepada PA/KPA dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh
bendahara pengeluaran.
Pasal 21 Ayat (1) di atas merupakan prinsip dasar pembayaran, pembayaran hanya dapat
dilakukan jika barang/jasa telah diterima. Berdasarkan ayat tersebut mekanisme dasar
pembayaran adalah langsung (LS), artinya pembayaran dilakukan langsung dari
bendahara umum negara/KPPN kepada yang berhak. Dalam hal tertentu, pembayaran
dapat dilakukan sebelum barang/jasa diterima, dengan syarat penerima terlebih dulu
menyampaikan jaminan atas pembayaran yang akan diterimanya, contohnya uang muka
kontrak pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Dirjen
Perbendaharaan Nomor 31 tahun 2012. Sedangkan Pasal 21 ayat (2) mendasari
pemberian uang persediaan kepada bendahara pengeluaran. Uang persediaan adalah uang
muka kerja yang diberikan kepada bendahara pengeluaran untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan
tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
3. Ketentuan Pembayaran Belanja melalui Bendahara Pengeluaran
Ketentuan pembayaran belanja melalui bendahara pengeluaran diatur dalam UU Nomor
1 Tahun 2004 Pasal 21 ayat (3). Bendahara pengeluaran melaksanakan pembayaran atas
uang yang dikelolanya setelah:
1) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
2) Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran;
3) Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN lebih
168
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
3. PMK 190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan APBN;
4. PMK 162 Tahun 2013 tentang Kedudukan dan Tanggung jawab Bendahara pada Satuan
Kerja Pengelola APBN.
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer (Pem.Pusat, Pem.Pusat
lainnya, Provinsi)
Lain-lain Pendapatan Yang Sah
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Modal
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
TRANSFER
Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Desa
Jumlah Transfer
Jumlah Belanja dan Transfer
SURPLUS/DEFISIT
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Jumlah Penerimaan
Pengeluaran Pembiayaan
Jumlah Pengeluaran
PEMBIAYAAN NETO
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
CONTOH:
I AKTIVA LANCAR:
1. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran:
Dicatat sebagai Aktiva Lancar disebelah debit adalah:
Dr: a. Saldo Kas & Bank,
b. UM. Belanja MAK (belum di SPM.GU-kan)
Sebagai lawannya disebelah kredit adalah:
Kr: Uang Muka (Utang) dari KPPN
174
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
3. Dr: Persediaan
Sebagai lawannya disebelah kredit adalah:
Kr: Cadangan Persediaan
IV KEWAJIBAN
a. Kewajiban Jangka Pendek, kredit:
Kr: Utang KUN / KPPN
Utang Jangka Pajak yang belum disetor *)
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana untuk Pembayaran Utang Jangka Jangka Panjang
b. Kewajiban Jangka Panjang, kredit:
Kr: Kewajiban Jangka Panjang
V. EKUITAS DANA
a. Ekuitas Dana Lancar, kredit: :
175
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Pasal 15
(1) SABMN merupakan subsistem dari SAI;
(2) Kementerian Negara/Lembaga membentuk Unit Akuntansi Barang sebagai berikut:
a. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB)
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang - Eselon I (UAPPB-E1)
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang - Wilayah (UAPPB-W), dan
d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)
Pasal 16
(1) Setiap UAKPB melaksanakan proses akuntansi atas dokumen sumber dalam rangka
menghasilkan data transaksi BMN (Barang MilikNegara), Laporan BMN dan laporan
manajerial lainnya termasuk yang dananya bersumber dari anggaran pembiayaan dan
perhitungan;
(2) Data transaksi BMN sebagaimana dimaksud disampaikan kepada petugas akuntansi
UAKPA setiap bulan dalam bentuk ADK untuk penyusunan neraca;
(3) Laporan BMN sebagaimana dimaksud beserta ADK data transaksi BMN disampaikan
kepada UAPPB-W / UAPPB-E1 setiap semester;
(4) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, laporan BMN tersebut merupakan
bahan penyusunan catatan atas laporan keuangan tingkat UAKPA dan lampiran
laporan keuangan.
Pasal 17
(1) UAPPB-W menyusun laporan BMN tingkat wilayah berdasarkan hasil penggabungan
laporan BMN seluruh UAKPB di wilayah kerjanya.
(2) Laporan BMN tingkat wilayah tersebut beserta ADK data transaksi BMN disampaikan
kepada UAPPB-El dan kantor wilayah Ditjen Perbendaharaan di wilayahnya masing-
masing.
(3) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, laporan BMN tersebut merupakan
bahan penyusunan catatan atas laporan keuangan tingkat UAPPB-W dan lampiran
laporan keuangan.
176
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Pasal 18
(1) UAPPB-El menyusun Laporan BMN tingkat Eselon-I berdasarkan hasil penggabungan
laporan BMN seluruh UAPPB-W di wilayah kerjanya, termasuk UAPPB-W
dekonsentrasi dan tugas pembantuan serta UAKPB yang langsung berada di
bawahnya.
(2) Laporan BMN tersebut beserta ADK data transaksi BMN disampaikan kepada UAPB
setiap semester.
(3) Selain-untuk memenuhi kebutuhan manajerial, laporan BMN tersebut merupakan
bahan penyusunan catatan atas laporan keuangan tingkat Eselon-I dan lampiran
laporan keuangan.
Pasal 19
(1) UAPB menyusun laporan BMN tingkat kementerian negara/lembaga berdasarkan hasil
penggabungan laporan BMN dari seluruh UAPPB-El di wilayah kerjanya.
(2) Laporan BMN tersebut disampaikan' kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan setiap semester.
(3) UAPB melakukan pemutahiran data Laporan BMN semabagaimana dimaksud dengan
Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara
setiap tahun.
(4) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, laporan BMN dimaksud merupakan
bahan penyusunan catatan atas laporan keuangan tingkat kementerian negara/lembaga
dan lampiran laporan keuangan
Pasal 21
(1) Pelaksanaan SABMN sebagaimana dimaksud pasal 15 sampai dengan 20
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV
Peraturan Menteri Keuangan ini
(2) Laporan BMN dibuat sesuai denganbentuk format sebagaimana ditetpkan dalam
Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan ini.
belum siap, tetap dapat menerapkan SAP berbasis Kas menuju Akrual sampai dengan jangka
waktu paling lama empat tahun setelah T.A 2010. Berarti setiap entitas pemerintah/Kementerian
sudah harus menerapkan SAP berbasis akrual pada T.A 2015. SAP Berbasis Akrual adalah prinsip-
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
SAP ini mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis
akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
Perubahan basis kas menuju akrual menjadi basis akrual tentunya akan berpengaruh dalam
pencatatan transaksi Barang Milik Negara (BMN) pada satker pemerintah/Kementerian/Lembaga.
Salah satu proses yang harus diperhatikan adalah perubahan pencatatan jurnal terhadap transaksi
BMN yang terjadi. Satuan kerja, sebagai entitas akuntansi dan entitas pelaporan wajib
menyelenggarakan akuntansi, penyusunan laporan keuangan dan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban keuangan. Dalam pelaksanaanya harus berpedoman pada Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP). Penyelenggaraan akuntansi oleh entitas menggunakan jurnal akuntansi
yang kemudian diposting dalam Buku Besar. Proses ini akan menghasilkan laporan keuangan,
berupa: Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan ekuitas (LPE), Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) BMN dalam laporan keuangan tersaji di Neraca, yaitu pada: Aset lancar :
Persediaan Aset tetap: Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi Dan
Jaringan, Aset Tetap Lainnya, Konstruksi Dalam Pekerjaan (KDP). Untuk mencatat transaksi
keuangan agar tersusun secara sistematis digunakan Jurnal Standar. Jurnal Standar yang digunakan
untuk pencatatan BMN dalam Buku Besar Akrual adalah sebagai berikut :
1. Jurnal Standar Saldo Awal: dilakukan saat penyusunan neraca pertama kali dan dicatat dalam
buku besar akrual oleh satker;
(D) Aset Lancar (persediaan) / Aset tetap
(K) Ekuitas Untuk mencatat saldo awal persediaan dan aset tetap
2. Jurnal Standar Berita Acara Serah Terima (BAST)/Perolehan Aset Tetap dan
persediaan. Dicatat dalam Buku Besar Akrual oleh satker.
•BAST/Perolehan Aset Tetap
(D) Aset tetap yang Belum Diregister
(K) Utang yang Belum Dterima Tagihannya
Untuk mencatat perolehan aset tetap yang berdasarkan BAST atau tanpa BAST yang belum
dilakukan verifikasi
(D) Aset tetap
(K) Aset tetap yang Belum Diregister
Untuk mencatat perolehan aset tetap yang berdasarkan BAST atau tanpa BAST setelah dilakukan
verifikasi
•BAST/Perolehan Persediaan
(D) Persediaan yang Belum Diregister
(K) Utang yang Belum Diterima Tagihannya
Untuk mencatat perolehan Persediaan yang berdasarkan BAST atau tanpa BAST yang belum
178
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
dilakukan verifikasi
(D) Persediaan
(K) Persediaan yang Belum Diregister
Untuk mencatat perolehan Persediaan yang berdasarkan BAST atau tanpa BAST setelah dilakukan
verifikasi
3. Jurnal Standar Resume Tagihan.
Dicatat dalam Buku Besar Akrual oleh satker. •Resume Tagihan Belanja Modal
(D) Utang yang Belum Diterima Tagihannya
(K) Belanja Modal yang Masih Harus Dibayar
Untuk mencatat transaksi pada saat adanya resume tagihan atas belanja Belanja Modal •Resume
Tagihan Belanja Persediaan
(D) Utang yang Belum Diterima Tagihannya
(K) Belanja Persediaan yang Masih Harus Dibayar
Untuk mencatat transaksi pada saat adanya resume tagihan atas belanja barang persediaan
4. Jurnal Standar Realisasi Belanja.
Dicatat dalam Buku Besar Akrual oleh satker.
•Pembayaran Belanja Modal
(D) Belanja Modal yang Masih Harus Dibayar
(K) Ditagihkan ke Entitas Lain Untuk mencatat pembayaran Belanja Modal
Untuk mencatat beban penyusutan dan akumulasi aset tetap sesuai metode penyusutan yang telah
ditetapkan •Penyesuaian Beban Persediaan
(D) Beban Persediaan
(K) Persediaan
Untuk mencatat penyesuaian persediaan berdasarkan hasil inventarisasi fisik dimana hasil
inventarisasi fisik lebih kecil dari catatan persediaan pada metode perpetual
(D) Persediaan
179
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Untuk mencatat penyesuaian persediaan berdasarkan hasil inventarisasi fisik dalam hal hasil
inventarisasi fisik lebih besar dari catatan persediaan. Pada metode perpetual Jurnal standar di atas
merupakan pedoman bagi satker dalam melaksanakan pencatatan terhadap transaksi keuangan
terkait BMN. Kegiatan ini merupakan salah satu proses dalam rangka penyusunan laporan
keuangan satker pemerintah/K/L. Satker diharapkan mampu memahami dan menerapkan
pencatatan sesuai jurnal standar berbasis akrual agar pelaporan keuangan untuk T.A 2015 dapat
tersaji secara benar dan akuntabel sesuai dengan ketentuan yang berlaku. DJKN selaku pengelola
barang diharapkan dapat memberikan bimbingan baik berupa sosialisasi atau pelatihan kepada
satker dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual khususnya terkait dengan transaksi BMN,
dengan harapan penerapannya dapat berjalan dengan lancar .
Daftar pustaka
Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara; Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang
Perbendaharaan Negara; Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah; Peraturan
Menteri Keuangan No.215/PMK.05/2013 tentang Jurnal akuntansi Pemerintah Pada Pemerintah Pusat; Abdul Halim,
M.B.A.,Akt., Prof.D.R. (2007) Akuntansi Keuangan Daerah, Ed.3, Jakarta: Salemba Empat Tim Program Percepatan
Akuntabilitas keuangan Pemerintah (2014), Jurnal Standard dan Ilustrasinya, Jakarta: PPAKP Kemenkeu R.I. Tim
Program Percepatan Akuntabilitas keuangan Pemerintah (2014), Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, Jakarta: PPAKP
Kemenkeu R.I.
5. LAK Pemerintah Pusat merupakan hasil konsolidasi Laporan LAK dari seluruh
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan
6. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dibuat sesuai dengan bentuk dan format
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran V Permenkeu ini.
Aset
Aset Lancar
Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Aset Lainnya
Jumlah Aset
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Jumlah Kewajiban
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Investasi
Jumlah Ekuitas Dana
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
Sumber: Lampiran III A Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor24 tahun 2005 Tanggal 13 Juni
2005(dimodifikasi/disingkat)
Sumber: Lampiran III B Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2005 Tanggal 13 Juni
2005 (dimodifikasi/disingkat)
Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri dari:
3 LRA Pendapatan Negara dan Hibah-Pendapatan Kantor melalui KPPN dan C,G
BUN
4 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui KPPN C, G
5 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui BUN C, G
6 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui KPPN dan BUN C, G
7 Neraca Kantor C, G
8 Neraca Percobaan Kantor G
b. Tingkat Proyek
No Nama Laporan Dikirim ke
1 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui KPPN C, G
2 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui BUN C, G
3 LRA Belanja Rutin – Belanja Kantor melalui KPPN dan BUN C, G
4 Neraca Kantor C, G
5 Neraca Percobaan Kantor G
2 LRA Pendapatan Negara & Hibah - Pendapatan Eselon – I melalui KPPN E,G
3 LRA Pendapatan Negara & Hibah - Pendapatan Eselon – I melalui KPPN E,G
4 LRA Belanja Rutin – Belanja Eselon I melalui KKPN E,G
5 LRA Belanja Rutin – Belanja Eselon I melalui BUN E,G
6 LRA Belanja Rutin – Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN E,G
7 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Eselon I melalui KKPN E,G
8 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Eselon I melalui BUN E,G
9 LRA Belanja Pembangunan – Belanja Eselon I melalui KPPN dan BUN E,G
10 Neraca Eselon – I E,G
11 Neraca Percobaan Eseloni-I G
Contoh 1
Akuntansi Bendahara “Kota Baru” Di Kantor KPPA (Untuk Tahun Pertama)
Contoh Pembukuan Oleh UAKPA
Kantor A. Untuk Tahun Anggaran 200x Mendapat DIPA Sebesar Rp150.000.000,-
Terdiri dari:
Belanja Operasi:
MAK 5111 Gaji / Upah Sebesar Rp 33.000.000,-
MAK 5211 Bahan 12.000.000,-
MAK 5241 Perjalanan Dinas 27.000.000,-
MAK 5811 Lain-Lain 18.050.000,-
Belanja Modal
MAK 5321 Peralatan Dan Mesin Rp 24.750.000,-
MAK 5351 Non Fisik Rp 35.200.000,-
Jumlah Rp 150.000.000,-
A. Mutasi Selama Awal Januari 200x Sampai Dengan Akhir November 200x Dapat
Diringkas Sebagai Berikut:
Rp 7.612.500,-
5. PPh Yang Dipungut Sebesar Rp253.750,- Dan PPN Sebesar Rp250.000,- Belum
Disetor Ke KPPN Pada Akhir Bulan November 200x Melalui Bank.
B. Tidak Terjadi Selisih Pada Penutupan Buku November 200x Antara Saldo BUKU
Dan Saldo Buku Pembantu Kas Dan Bank (BP) Serta Dengan Saldo Fisik Yaitu :
- Saldo Penutupan Buku Besar Rp 7.891.250,-
- Terdapat Pada BP;
- BP, Kas Tunai Sebesar Rp 752.000,-
- BP. Bank 7.139.250,-
Rp7.891.250,-
(Cash Basis)
Belanja Operasi Anggaran Realisasi Selisih + (-)
MAK 5111 Gaji/Upah Rp33.000.000,- Rp30.250.000,- Rp 2.750.000,-
MAK 5211 Bahan 12.000.000,- 7.700.000,- 4.300.000,-
MAK 5241 Perjalanan 27.000.000,- 20.700.000,- 6.300.000,-
MAK 5811 Lain-lain 18.050.000,- 13.537.500,- 4.513.000,-
Total Biaya Operasi Rp90.050.000,- 72.187.500,- Rp17.862.500,-
NERACA
Per 30 November 200x (Accrual Basis)
ASET D K
Aset Lancar
Kas di Bendahara Pengeluaran:
Kas 752.000,-
Bank 7.139.250,-
7.891.250,-
UANG Muka yang belum diganti
SPM-GU:
MAK 5211 2.750.000,-
MAK 5241 2.250.000,-
MAK 5481 2612.500,-
Jumlah 7.612.500,-
Total Aset Lancar 15.503.750,-
Aset Tetap :
Peralatan dan Mesin 15.950.000,-
Aset Nonfisik 24.640.000,-
40.590.000,-
Total asset 56.093.750,-
KEWAJIBAN :
Uang Muka KPPN 15.000.000,-
Pajak Ymh Disetor 503.750,-
EKUITAS :
Diinvestasikasi dlm Aset tetap
Total Kewajiban + Ekuitas 40.590.000,-
56.093.750,-
190
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Belanja Modal
MAK 5321 Peralatan dan Mesin 24.750.000,- 23.650.000,- 1.100.000,-
MAK 5351 Non Fisik 35.200.000,- 31.680.000,- 3.520.000,-
Total Belanja Modal 59.950.000,- 55.330.000,- 4.620.000,-
Total Anggaran 150.000.000,- 144.445.000,- 5.555.000,-
NERACA
Per 31 Desember 200x
ASET Dr Kr
Aset Lancar :
192
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Kas di Bendahara,
Kas Tunai 00
Bank 00
Aset Tetap :
Peralatan dan Mesin 23.650.000,-
Aset Nonfisik 31.680.000,-
55.330.000,-
Total asset 55.330.000,-
KEWAJIBAN :
Uang Muka KPPN 00
Pajak YMH Disetor 00
EKUITAS :
Diinvestasikan dalam A Tetap 53.330.000,-
Total Kewajiban + Ekuitas 53.330.000,-
Contoh 2
Contoh, Lanjutan DIPA TAHUN Ke-2 (20x1) Untuk “Kota Baru”
Problem I
Pada tanggal 1 Januari 20x1 “Kota Baru” menerima DIPA sebesar Rp500.000.000,- dengan
perincian sebagai berikut :
BELANJA OPERASI :
MAK 5111 Belanja Gaji / Upah sebesar Rp 85.000.000,-
MAK 5211 Belanja Bahan 55.000.000,-
MAK 5241 Belanja Perjalanan Dinas 40.000.000,-
MAK 5811 Lain Belanja lain ___20.000.000,-
Jumlah Belanja Operasi Rp 200.000.000,-
BELANJA MODAL:
MAK 5321 Belanja Peralatan dan Mesin Rp 60.000.000,-
MAK 5331 Belanja Gedung dan Bangunan 200.000.000,-
MAK 5351 Belanja Fisik lainnya ___40.000.000,-
Jumlah Belanja Modal __300.000.000,-
Total DIPA 200X1 Rp 500.000.000,-
A. Ikhtisar data transaksi selama Januari sampai dengan Mei 200x1 diringkas sebagai berikut :
1. Jumlah SM-UP yang diterbitkan atas nama Bendaharawan sebesar Rp20.000.000,-
2. SPM-LS yang diterbitkan sebesar Rp75.000.000,- terdiri dari
MAK 5111 Belanja Gaji / Upah sebesar Rp 30.000.000,-
MAK 5211 Belanja Bahan 25.000.000,-
MAK 5241 Belanja Perjalanan Dinas ___20.000.000,-
Rp75.000.000,-
3. SPM-LS yang diterbitkan sebesar Rp 125.000.000,- terdiri dari
MAK 5321 Belanja Peralatan dan Mesin Rp 40.000.000,-
MAK 5331 Belanja Gedung dan Bangunan 60.000.000,-
MAK 5351 Belanja Fisik lainnya ___25.000.000,-
Rp125.000.000,-
193
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
4. Jumlah Uang Muka Belanja yang dibayar oleh Bendaharawan dan belum diganti SPMGU
sebesar Rp 9.000.000,-
Terdiri atas :
MAK 5111 Belanja Gaji / Upah sebesar Rp 4.000.000,-
MAK 5211 Belanja Bahan 3.000.000,-
MAK 5241 Belanja Perjalanan Dinas ___2.000.000,-
Jumlah Rp 9.000.000,-
5. Pungutan pajak yang belum disetor ke kas Negara sebesar Rp 625.000,- terdiri atas PPh.
Sebesar Rp 425.000,- dan PPN sebesar Rp 200.000,-
6. Saldo Kas yang di Bendaharawan pada 31 Mei 20x1 sebesar Rp 11.625.000,- terdiri atas :
Saldo Kas tunai Rp 4.500.000,-
Saldo Bank ____7.125.000,-
Rp11.625.000,-
DIMINTA :
1. Buat Laporan Realisasi Anggaran per 31 Mei 20x1 (periode Januari s/d Mei 20x1)
2. Buat Neraca “Kota Baru” untuk posisi per 31 Mei 20x1.
Problem II
Data ini merupakan kelanjutan dari data Januari s/d Mei 20x1 pada Problem I diatas.
B. Setelah dibuat laporan penutupan pada 31 Mei 20x1 seperti jawaban soal problem I tersebut,
Kantor akan mempersiapkan Laporan Semesteran, yaitu laporan untuk periode Januari sampai
dengan Juni 20x1.
Dibawah ini adalah transaksi Juni 20x1- sebagai berikut :
Juni, tanggal
2. Dibayar per-bank honor pegawai proyek (MAK 5111) sebesar Rp4.000.000,- ditambah PPh
10%, total sebesar Rp4.400.000,-
5. Diterima SPM-GU sebesar Rp9.000.000,- yang terdiri dari MAK 5211 Belanja Bahan sebesar
Rp 4.000.000,- MAK 5241 Perjalanan dinas sebesar Rp3.000.000,- dan MAK 5811 Belanja
lain-lain sebesar Rp2.000.000,-.
8. Dibayar via Bank umum ATK sebesar Rp2.500.000,- tambah PPN 10% dan dipungut PPh
1.5%. (MAK 5211).
10. Dibayar tunai biaya perjalanan dinas (MAk 5241) untuk anggota proyek Rp 2.500.000,-.
12. Dibayar per bank untuk setor pajak, sebesar Rp 1.312.500,- yaitu untuk setor PPN sebesar Rp
450.000,- dan setoran PPh sebesar Rp 862.500,-
14. Diterbitkan SPM-GU untuk UM. MAK 5111 sebesar Rp 4.400.000,-; MAK 5211 sebesar Rp
2.750.000,- dan MAK 5241 sebesar Rp 2.500.000,-; total sebesar Rp 9.650.000,-
15. Diterbitkan SPM-LS untuk pembayaran komputer sebesar Rp31.200.000,- (MAk 5321).
20. Diterbitkan SPM-LS untuk pembayaran termin Bangunan Rp27.500.000,-(MAK 5331)
22. Dibayar tunai untuk pembelian sepoart kendaraan (MAk 5811), tunai sebesar Rp 800.000,-
dan pembelian premium (MAk 5811) secara tunai sebesar Rp450.000,- dan biaya bengkel
untuk perbaikan kendaraan via bank sebesar 3.000.000,- tambah PPN 10% dan dipungut PPh
1.5% (MAK 5811).
25. Diterbitkan SPM-LS untuk pembayaran pembelian bahan-bahan (MAk 5211) sebesar
Rp8.000.000,-.
194
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
DIMINTA :
1. Catat transaksi bulan Juni 20x1 diatas kedalam Buku Jurnal.
2. Berdasarkan data problem-problem diatas buatlah :
a. Daftar Laporan Realisasi Anggaran per 30 Juni 20x1 untuk semester I Tahun 20x1
b. Daftar Neraca “Kota Baru” per 30 Juni 20x1.
Jawaban broblem I
A. Ikhtisar Laporan Keuangan periode 1 Januari 20x1 s/d Mei 20x1.
PROBLEM 1
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN “KOTA BARU”
Periode 1 Januari sampai dengan 31 Mei 20x1
Belanja Operasi Anggaran Realisasi Selisih + (-)
MAK 5111 Gaji / upah 85.000.000,- 30.000.000,- 55.000.000,-
MAK 5211 Bahan 55.000.000 25.000.000 30.000.000
MAK 5241 Perjalanan 40.000.000 20.000.000 20.000.000
MAK 5811 Lain-lain 20.00.000 _________-- 20.000.000
Belanja Operasi 200.000.000 75.000.000 125.000.000
PROBLEM – II
B. Transaksi Juni 20x0, dan Laporan Keuangan bulan Juni 20x1
1. Jurnal Transaksi Juni 20x1
3. NERACA
“KOTA BARU”
Per 31 Mei 20x1 dan 30 Juni 20x1 (Tidak termasuk Aset Desember 20x0)
(Worksheet untuk tiga tahun / tiga periode)
Aset per 31 Des 0x 1/105 s/d 31 1/1/06 s/d
Mei 20x1 30 Juni 20x1
Aset Lancar
Kas 0 4.500.000,- 8.250.000,-
Bank _______0 7.125.000,- 7.545.000,-
11.625.000,- 15.795.000,-
Aset
UM MAK 5211 4.000.000,-
UM MAK 5241 3.000.000,-
UM MAK 5811 2.000.000,- 4.550.000,-
Total Aset Lancar 20.625.000,- 20.345.000,-
Aset Tetap
MAK 5321 Mesin & Per 23.650.000,- 40.000.000,- 53.200.000,-
MAK 5331 Gedung 60.000.000,- 87.500.000,-
MAK 5351 Fisik lain 31.680.000,- 25.000.000,- 25.000.000,-
Total Aset Tetap 55.330.000,- 125.000.000,- 165.700.000,-
Total Aset 55.330.000,- 145.625.000,- 186.045.000,-
NERACA
“KOTA BARU”
Per 30 Juni 20x1 (termasuk Aset 20x0)
Kata-kata kunci
Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, jelaskan.
2. Jelaskan dengan ringkas dasar pertimbangan perubahan dengan melihat dari
perkembangan teori dan praktik akuntansi di Indonesia sampai pra kemerdekaan
Republik Indonesia.
3. Jelaskan beberapa kelemahan sistem akuntansi lama (Continental) tersebut, sebutkan
keuntungannya.
4. Jelaskan tujuan pengembangan akuntansi pemerintah yang baru
5. Sebutkan ruang lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP).
6. Apa yang tidak temasuk dalam ruang lingkup SAPP sesuai Peraturan Menteri
Keuangan (SK.Menteri Keuangan Nomor 337/KMK.012/2003), sebutkan
7. Sebutkan ciri-ciri pokok SAPP (ada 6 pokok ciri-ciri SAPP).
8. Siapa yang melaksanakan tugas SAPP dan tugas tersebut meliputi apa?
9. Tugas Menteri Keuangan sebagai Bendahara Negara meliputi apa saja?
10. Berikan dua alasan apakah sistem keuangan negara stabil ataukah tidak! Dan
bagaimana mengatasinya?
11. Jelaskan isi pokok undang-undang dan peraturan yang menunjukkan adanya reformasi
keuangan Negara, yang dapat memenuhi unsur pengendalian anggaran, pengukuran
dan pelaporan kinerja pada regulasi berikut:
a. Undang-undang No. 17 tahun 2003;
b. Undang-undang No. 1 tahun 2004;
199
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
6. Pencatatan Transaksi:
Bendahara: UM Belanja
7. Terima SPM-GU ;
8. KPPN, SPM-LS
9. Setor PPh/PPN
3. Dr. Persediaan
Kr. Cadangan Persediaan
IV. KEWAJIBAN
a. Kewajiban Jangka Pendek
Kr. Utang KUN/KPPN Cadangan Piutang Cadangan Persediaan Dana
untuk Pembayaran Utang Jangka Jangka Panjang
b. Kewajiban Jangka Panjang
Kr. Kewajiban Jangka Panjang
V. EKUITAS DANA:
a. Ekuitas Dana Lancar :
Cadangan Piutang/
Cadangan Persediaan/ .
Dana untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
b. Ekuitas Dana Investasi :
(Aset Tetap, Aset Lainnya) dikurangi (Kewajiban Jangka Panjang)
c. Ekuitas Dana Cadangan :
Akun lawan dari Dana Cadangan
203
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Kasus 1
Pada tanggal 1 Januari 2017 "Kantor X" menerima DIPA UNTUK PERIODE TAHUN
anggaran 2017 sebesar Rp500.000.000,- dengan perincian sebagai berikut:
BELANJA OPERASI;
MAK. 5111 Belanja Gaji/Upah Rp 85.000.000,-
MAK. 5211 Balanja Bahan 55.000.000,-
MAK. 5241 Belanja Perjalanan Dinas 40.000.000,-
MAK. 5811 Belanja Lain-lain 20.000.000,-
Jumlah belanja operasi Rp200.000.000,-
BELANJA MODAL
MAK. 5321 Belanja Peralatan dan Mesin Rp 60.000.000,-
MAK. 5331 Belanja Gedung dan Bangunan 200.000.000,-
MAK. 5351 Belanja Fisik Lainnya 40.000.000,-
Jumlah Belanja Modal Rp300.000.000,-
Total DIPA 2013 Rp500.000.000,-
Ikhtisar data transaksi selama Januari sampai Mei 2017 diringkas sebagai berikut:
1. Jumlah SPM-UP yang diterbitkan atas nama Bendaharawan sebesar Rp20.000.000,-
2. SPM-LS yang diterbitkan sebesar Rp30.000.000,- terdiri dari
MAK. 5111, Belanja Gaji/Upah sebesar Rp 30.000.000,-
MAK. 5211, Belaja Bahan 25.000.000,-
MAK. 5241, Belanja Perjalanan Dinas 20.000.000,-
3. SPM-LS yang diterbitkan sebesar Rpl25.000.000,- terdiri dari:
MAK. 5321 Belanja Peralatan dan Mesin Rp 40.000.000,-
MAK. 5331 Belanja Ceding dan Bangunan 60.000.000,-
MAK. 5351 BeJanja Fisik Lainnya 25.000.000,-
4. Jumlah Uang Muka Belanja yang dibayar oleh Bendaharawan dan belum diganti
SPMGU sebesar Rp9.000.000,- Terdiri atas:
MAK 5211 Belanja Bahan sebesar Rp4.000.000,-
MAK5241 Penalanan Dinas 3.000.000,-
MAK5811 Belanja Lain-lain 2.000.000,-
Jumlah Rp9.000.000,-
5. Pungutan Pajak yang belum disetor ke Kas Negara sebesar Rp625.000,- terdiri atas
PPh, sebesar Rp425.000,- dan PPN sebesar Rp200.000,-
6. Saldo Kas yang ada di Bendaharawan pada 31 Mei 2013 sebesar Rp1.625.000,- terdiri
atas:
Saldo Kas tunai Rp 4.500.000,-
Saldo Bank 7.125.000,-
Jumlah Rpl 1.625.000,-
DIMINTA:
1. Buat Neraca (Posisi Keuangan) Kantor “X" untuk posisi per 31 Mei 2017
2. Laporan Realisasi Anggaran per 31 Mei 2017
204
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
Kasus 2
Contoh, Bila Dikerjakan Dengan SAPP
(Accrual Basis/Double Entry)
LAPORAN REALISASI ANGGARAN 1 Januari 2018 s/d 30 November 2018 Belanja
Penunjang Anggaran Realisasi Selisih +(-)
MAK5111 Gaji/Upah Rp33.000.000,- Rp30.250.000,- Rp 2.750.000,-
MAK5211 Bahan 12.000.000,- 7.700.000,- 4.300.000,-
MAK 5241 Perjalanan 27.000.000,- 20.700.000,- 6.300.000,-
MAK5811 Lain-lain 18.050.000,- 13.537.500,- 4.513.000,-
Total Biaya Penunjang Rp90.050.000,- Rp72.187.000,- Rp17.862.500,-
Belanja Modal
MAK 5321 Peralatan dan Mesin Rp24.750.000,- Rp15.950.000,- Rp 8.800.000,-
MAK 5351 Non Fisik 35.200.000,- 24.640.000,- 10.560.000,-
Total Belanja Modal 59.950.000,- 40.590.000,- Rp19.360.000,-
Total Anggaran Rp150.000.000,- Rp112.777.500,- Rp37.223.000,-
205
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintahan Indonesia
AsetTetap:
Peralatan dan Mesin 15.950.000
Aset Nonfisik 24.640.000
40.590.000
Total Aset 56.093.750,-
KEWAJIBAN:
Uang Muka KPPN 15.000.000,-
Pajak YMH Disetor 503.750,- 15.503.750,-
EKUITAS:
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 40.590.000,-
Total Kewajiban + Ekuitas Rp 56.093.750,-
4/12 Diterima SPM-GU atas MAK 521 1 sebesar Rp2.750.000,- ; MAK 5241 sebesar
Rp2.250.000,-; dan MAK 5811 sebesar Rp2.612300,- seluruhnya berjumlah
Rp7.612.500,-
5/12 Bayar PPN dan PPh ymh disetor Rp503.750,-
5/12 Pergeseran uang dari bank ke kas tunai sebesar Rp4.000.000,-
6/12 Dibayar (UM) ATK, MAK 521 1 sebesar Rpl.500.000,- tambah PPN 10% dan
dipungut PPh 1,5% (per-bank)
8/12 Dibayar tunai (UM) perjalanan dinas anggota proyek sebesar Rp3.375.000,-
(MAK.5241)
9/12 Dibayar (UM) rekening telepon, tunai sebesar Rp400.000,- (MAK 5811);
perbaikan kendaraan (per-bank) sebesar Rpl.500.000,- tambah PPN 10% dan
dipungut PPh 1,5% (MAK5811); dan beli bensin untuk kendaraan dinas tunai
sebesar Rp200.000,- (MAK.581 1)
11/12 Disetor ke KPPN PPh yang dipungut sebesar Rp538.250,- dan PPN sebesar
Rp480.000,-
12/12 Diterbitkan SPM-LS untuk pembelian alat komputer sebesar Rp7.500.000,-
(MAK 5321)
15/12 Diterbitkan SPM-LS untuk konsultan sebesar Rp8.500.000,- (MAK 535 1 )
20/12 Diterima SPM-GU nihil atas MAK 5111 sebesar Rp3.300.000,-; MAK 5211
sebesar Rpl.650.000,-; dan MAK 5241 sebesar Rp3.375.000,-; serta MAK5811
sebesar Rp2.250.000,- sehingga total Rpl0.575.000,-
25/12 Disetor sisa UYHD ke KPPN
25/12 Disetor PPN dan PPh ymh disetor Rp645.000,-
D. DIMINTA:
1. Buat jurnal transaksi Desember 2018 ;
2. Buat Laporan Realisasi Anggaran akhir tahun 2018;
3. Buat Neraca per 3 1 Desember 2018