Anda di halaman 1dari 53

PPh BADAN

SUBYEK PAJAK BADAN


Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha.

meliputi : - PT
- CV
- BUMN
- BUMD
- Firma
- kongsi,
- koperasi
- dana pensiun
- yayasan
- organisasi massa, sosial politik
- Bentuk Usaha Tetap (BUT)
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat (5)

BENTUK USAHA YANG


DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI BADAN


SEBAGAI SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN SUBJEK PAJAK LN

UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
DI INDONESIA
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat (5)

DAPAT BERUPA

• Tempat kedudukan manajemen


• Cabang perusahaan
• Kantor perwakilan
• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Pertambangan dan penggalian sumber alam,
wilayah kerja pengeboran untuk eksplorasi pertambangan
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
• Proyek konstruksi/instalasi/perakitan
• Pemberian jasa yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12
bulan
• Agen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang menerima
premi atau menanggung resiko di Indonesia
OBJEK PAJAK BUT
Pasal 5 ayat (1)

- USAHA/KEGIATAN BUT
PENGHASILAN - HARTA YANG DIMILIKI/
DARI DIKUASAI BUT

- USAHA ATAU KEGIATAN


PENGHASILAN - PENJUALAN BARANG-BARANG
KANTOR PUSAT DARI - PEMBERIAN JASA

DI INDONESIA

YG SEJENIS DGN
YG DILAKUKAN BUT
DI INDONESIA
PENGHASILAN YG
TERSEBUT DLM
PASAL 26 YG DITERIMA SEPANJANG ADA HUBUNGAN EFEKTIF
ATAU DIPEROLEH ANTARA BUT DGN HARTA/KEGIATAN
YG MEMBERIKAN PENGHASILAN
KANTOR PUSAT
Perbedaan Subjek Pajak Dalam Negeri
dengan Luar Negeri

Kewajiban Subjek Pajak Subjek Pajak


Perpajakan Dalam Negeri Luar Negeri
Negara Sumber Penghasilan dari Indonesia Penghasilan dari Indonesia saja
dan dari luar Indonesia (asas sumber)
(World Wide Income)
Dasar Pengenaan Pajak Dikenakan PPh atas Dikenakan pajak berdasarkan
penghasilan penghasilan bruto dengan tarif
‑ pajak sepadan
Pajak neto dengan tarif
umum
Tarif Pajak Tarif pasal 17 Tarif PPh pasal 26 jika belum ada
Tax Treaty atau sesuai tax
Treaty jika ada Tax Treaty
Kewajiban Wajib menyampaikan SPT tidak Wajib menyampaikan
penyampaian SPT Tahunan penyampaian SPT
TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK BADAN
Pasal 3

BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING

ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU


DGN SYARAT INDONESIA MENJADI ANGGOTANYA DAN TDK
MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH
PENGHASILAN DARI INDONESIA SELAIN PEMBERIAN PINJAMAN
KPD PEMERINTAH YG DANANYA BERASAL DARI IURAN PARA
ANGGOTA

UNIT TERTENTU DG KRITERIA:


1. DIBENTUK BERDASARKAN UU
2. DIBIAYAI DENGAN DANA APBN/APBD
3. PENERIMAAN LEMBAGA TSB DIMASUKKAN DALAM APBN/APBD
4. PEMBUKUAN DIPERIKSA PENGAWASAN FUNGSIONAL NEGARA
Penghitungan PPh Akhir Tahun
2010
Lanjut A A.Penghasilan Neto Fiskal 164.000.950
B.Zakat (sudah ada di Rekonsiliasi Fiskal) 0
Lanjut B C.Kompensasi Kerugian -
D.Pengh Tdk Kena Pajak (PTKP) tidak ada 0
E.Penghasilan Kena Pajak ( PKP ) 164.000.000
Lanjut C F.PPh Terutang 41.000.000
Lanjut D G.PPh yang dipotong / dipungut pihak ketiga
(PPh 22 / 23 / 24) sdngkan PPh 21 tidak ada ( 10.960.000)
H.PPh yg harus dibayar sendiri / 30.040.000
PPh yg lebih dipotong -
H.PPh Yang Dibayar Sendiri :
- PPh Pasal 25 (angsuran)/STP Pokok PPh 25 (8.000.000)
- Fiskal Luar Negeri (Dihapus) -
Lanjut E J. PPh Kurang Bayar / Lebih Bayar (PPh Psl 29) 22.040.000
PEMBUKUAN

Buku Harian /
Dokumen Sumber Buku Besar
Jurnal Harian
Neraca Saldo Setlh Ayat Jurnal Neraca Saldo Seblm
Penyesuaian Penyesuaian Penyesuaian

REKONSILIASI (Penyesuaian)
Rekonsiliasi
L/K
L/K Akuntansi Fiskal
Fiskal
Rekonsiliasi
Perkiraan Akuntansi Fiskal
Positif Negatif

Peredaran Usaha :
1
1 2
Tdk. Final ps 4 (1) = OP
Final/Bukan Objek PPh
300.000.000
100.000.000
-
-
-
100.000.000
300.000.000
-
2 Biaya Usaha sesuai Fiskal terdapat
(Sumbangan 50.000.000)
200.000.000 50.000.00
0
- 150.000.000

4 Laba Operasi 200.000.000 50.000.00


0
100.000.000 150.000.000

Phslan bunga, jasa giro (final) 20.000.000 - 20.000.000 -


2 Phslan Dividen-Saham 50%
(Bukan Objek PPh)
30.000.000 - 30.000.000 -

3 Penghasilan Neto (Laba Bersih) 250.000.000 50.000.00


0
150.000.000 150.000.000
REKONSILIASI FISKAL
Penghasilan

PH NETO 3
Bukan Objek
Objek PPh
FISKAL (Pasal 4 ayat 3)

1 2
Bukan Final Final
(Pasal 4 ayat 1) (Pasal 4 ayat 2)

Biaya
(expenses) KORE
KSI
2 Deductible 1 Non Deductible
(Pasal 6 ayat 1) (Pasal 9 ayat 1 & PP) 11
FISKA
Biaya / Beban

Beban
(cost/expense
)

Dapat Tidak dapat


Dikurangkan dikurangkan

Psl.6 (1) Ps.9 (1)

Sesuai UU Tidak Sesuai


UU

over under

Dalam LKK Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif positif
Penghasilan
Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh Dikecualikan Sbg Objek PPh Bukan Objek


Objek PPh Psl. 4 (1) Final PPh Psl. 4
Psl. 4 (1)
Huruf K Psl. 4 (2) (3)

Sesuai Tidak
UU
Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi Koreksi Koreksi


negatif positif negatif negatif negatif
Koreksi positif dan negatif

• Koreksi positif:
Koreksi yang mengakibatkan penghasilan fiskal bertambah,
biaya fiskal menurun
• Koreksi negatif:
Koreksi yang menyebabkan penghasilan fiskal berkurang dan
biaya fiskal bertambah

14
SKEMA PERHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN
PAJAK PENGHASILAN
PENGHASILAN BRUTO ………………………………………. XXXXXX
(tidak termasuk : - bukan obyek PPh (psl 4 ayat 3)
- obyek PPh Final (psl 4 ayat 2)
BIAYA FISKAL (deductible Expense)……………………….. XXXXXX -
(tidak termasuk : yang tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto; psl 9 ayat 1)
PENGHASILAN NETTO……………………………………...... XXXXXX
PTKP (WP Orang Pribadi)……………………………………… (XXXXX)
KOMPENSASI KERUGIAN…………………………………….. (XXXXX)
PENGHASILAN KENA PAJAK………………………………… XXXXXX

PPh terutang (Tarif x PKP) ……………..…………………….. XXXXXX


KREDIT PAJAK………………………………………………….. (XXXXX)
PPh KURANG/LEBIH BAYAR…………………………………. XXXXXX

15
PENGHASILAN SEBELUM PAJAK LKK

PERBEDAAN PERMANEN PERBEDAAN WAKTU


(KOREKSI POSITIF & NEGATIF) (KOREKSI POSITIF & NEGATIF)
1. PASAL 4 AYAT 3 1. PASAL 6 AYAT 1 HURUF h
2. PASAL 9 AYAT 1 & 2 2. PASAL 10 AYAT 6
3. PASAL 18 3. PASAL 11

PENGHASILAN KENA PAJAK LKF


Beda Tetap dan Beda waktu
(Permanent Different & Timing Different)
• Beda Tetap.
Perbedaan ini terjadi karena berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan,
-ada penghasilan yang bukan obyek pajak, sedangkan secara
komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan.
-ada penghasilan yang pemungutan pajaknya bersifat final,
dimana penghasilan tersebut tidak ikut dihitung dalam PKP,
dan pajaknya bukan kredit pajak.
-ada biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto, sedangkan secara komersial biaya tersebut diakui
sebagai biaya

17
Contoh beda tetap

• Penghasilan:
- penghasilan dividen yang diterima PT apabila
penyertaan saham serendah-rendahnya 25% .
-penghasilan sewa tanah & bangunan, karena bersifat
final
-Biaya yang bersifat natura atau fasilitan kepada
karyawan
-Sanksi perpajakan.

18
• Beda waktu
Perbedaan ini terjadi karena mempunyai kesamaan persepsi
antara undang-undang perpajakan dengan komersial, yaitu
mengakui sebagai biaya, tetapi berbeda dalam waktu
pengakuan.

19
Contoh beda waktu

• Biaya penyusutan dan amortisasi


• Biaya/ kerugian yang ditetapkan berdasarkan taksiran: Biaya
piutang tak tertagih
• Biaya/ kerugian karena turunnya harga pasar suatu aktiva
dipasar pada tanggal neraca
• Perbedaan metode penilaian persediaan

20
1
Objek PPh Bukan Final
Pasal 4 ayat (1) UU PPh

1. Tambahan kemampuan ekonomis • Imbalan karena jaminan pengembalian hutang;


2. berasal dari dalam maupun luar Indonesia, • Dividen,
3. dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan • Royalti;
4. Dg nama & dalam bentuk apapun • Penerimaan/perolehan pembayaran berkala;
• Keuntungan karena pembebasan hutang;
• Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja;
• Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa;
• Sewa & penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
• Tambahan kekayaan neto berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
• Hadiah penghargaan/perlombaan;
• Surplus BI, Imbalan
• Laba usaha;
• Keuntungan karena penjualan/pengalihan harta; Bunga, Penghasilan dari
• Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah usaha berbasis syariah;
dibiayakan; UU 36/2008
• Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; 21
Contoh Penghasilan dikenakan atau 2
dipotong PPh Final
Pasal 4 ayat (2) UU PPh

No Jenis PPh
1. Bunga Tabungan/Deposito, Jasa Giro (kecuali Bank) 20%
2. Transaksi/Penjualan saham di bursa efek 0,1%
3. Hadiah Undian 25%
4. Jasa Konstruksi (Perusahaan Kontraktor) 2% - 6%
5. Sewa tanah dan/atau bangunan (Perusahaan Mall,dll) 10%
6. Revaluasi Aktiva Tetap 10%;18%
7. Pengalihan Hak Tanah/Bangunan (Perusahaan Real Estat) 1%;5%
8. Bunga/Diskonto obligasi 15%
9. Transaksi kontrak berjangka di bursa 2,5%
10. Diskonto SBI/SUN 20%

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah


Penghasilan Bukan Objek PPh Untuk
3
Perusahaan
Dalam Segala Bidang Usaha
Pasal 4 ayat (3) UU PPh
N Jenis Phslan Syarat
1 Bantuan / Sumbangan tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan
2 Hibah PMK diterima oleh badan keagamaan, badan pendidikan, badan
245/PMK.03/
2008
sosial termasuk yayasan, koperasi
3 harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal
4 Dividen yang diterima a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
PT, koperasi, BUMN, b. bagi PT, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen,
atau BUMD, dari kepemilikan saham pada badan yang memberikan
penyertaan modal pada dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
badan usaha yang disetor
berada di Indonesia
5 Utang yang dibebaskan Diterima oleh debitur yang jumlah utangnya tidak lebih
oleh Bank atau dari Rp 350 juta termasuk Kukesra, KUT, KPRSS, KUK,
Lembaga Pembiayaan KUR, Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan
PMK perkreditan Bank Indonesia dalam mengembangkan
105/PMK.03/
usaha kecil dan koperasi PP 130 Thn 2000
2009
PENGELUARAN YANG BUKAN BIAYA FISKAL
( NON DEDUCTIBLE EXPENSES)
UU PPh Pasal 9 Ayat 1 & PERATURAN PEMERINTAH (PP 138/2000
1. BIAYA YANG DIKELUARKAN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN
YANG DIKENAKAN PPh FINAL

2. BIAYA YANG DIKELUARKAN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN


YANG BUKAN OBJEK PAJAK

3. KERUGIAN YANG DIDERITA DI LUAR NEGERI PP


138
4. KERUGIAN ATAU BIAYA PENYUSUTAN AKTIVA YANG TIDAK THN
DIGUNAKAN UNTUK USAHA 2000
5. PPh YANG DITANGGUNG PEMBERI KERJA

6. PAJAK MASUKAN YANG TERKAIT DENGAN PENGELUARAN YANG


BUKAN BIAYA FISKAL SBGMANA DIMAKSUD DALAM PASAL
9 AYAT 1 UU PPh ATAU BUKTI PEMBAYARAN PPN TIDAK ADA

7. PENGELUARAN SBGMANA TERCANTUM DLM PSL 9 AYAT 1 UU PPh


UU
PPh
8. BIAYA YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT DLM PSL 6 AYAT 1 UU PPh
PENGELUARAN YANG BUKAN BIAYA FISKA
PASAL 9 AYAT 1 UU PPh
1. PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA DAN BENTUK APAPUN
2. BIAYA YG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI
PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ANGGOTA

3. PEMBENTUKAN/ PEMUPUKAN DANA CADANGAN

4. PREMI ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAN, DWIGUNA,JIWA,BEA SISWA YANG


DI BAYAR PERUSH. KECULAI SBG PHSLAN
5. PENGGANTIAN/ IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN/ JASA YG
DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA & KENIKMATAN 1
6. JUMLAH YG MELEBIHI KEWAJARAN YG DIBAYARKAN KEPADA PEMEGANG SHM/
PIHAK YANG MEMILIKI HUB. ISTIMEWA

7. HIBAH, BANTUAN, SUMBANGAN, DAN WARISAN SESUAI PSL 4 ayat (3) a & b
KECUALI SUMBANGAN DLM PSL 6 ayat (1) i s.d. m dan ZAKAT

8. PAJAK PENGHASILAN
9. BIAYA YG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WP/
TANGGUNGANNYA
10. GAJI YG DIBAYARKAN KPD ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA/PERSERO
KOMANDITER YG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM
11. SANKSI ADMINISTRASI & SANKSI PIDANA YG BERKENAAN PELAKSANAN UU
PERPAJAKAN
Pemberian
1
Natura/Kenikmatan
PMK-83/PMK.03/2009 jo PER - 51/PJ/2009

JENIS PEMBERI PENERIMA CONTOH


A BUKAN BUKAN PPh 21 Ditanggung Perush., Pengobatan
BIAYA PHSLAN Karyawan, Premi Asuransi
B BUKAN PHSLAN Natura dari Bukan Subjek Pajak atau Dari
BIAYA Subjek PPh yang Dikenakan PPh Final
C BIAYA BUKAN 1. Makan Seluruh Pegawai (t’msk kupon)
PHSLAN 2. Berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan, keamanan, keselamatan
kerja, atau berkenaan dengan situasi
lingkungan kerja misalnya pakaian
seragam pabrik, SATPAM, HANSIP.
3. Daerah ttu dan Bea Siswa
D BIAYA PHSLAN Tunjangan PPh 21, Premi Asuransi
E BIAYA BUKAN HP & Mobil Pegawai ttu
50% PHSLAN
PENGELUARAN YANG BOLEH DIBEBANKAN SBG BIAYA
Pasal 6 ayat (1) huruf a

PENGELUARAN YG MEMPUNYAI HUB. LANGSUNG DENGAN USAHA/KEGIATAN


UTK MENDAPATKAN, MENAGIH,DAN MEMELIHARA (3M) PENGHASILAN

YANG MERUPAKAN OBJEK YANG BUKAN MERUPAKAN


PAJAK BOLEH DIBEBANKAN OBJEK PAJAK TIDAKBOLEH
SEBAGAI BIAYA DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA

CONTOH

PENGHASILAN BRUTO DANA PENSIUN “A”


a. PENGHASILAN BUKAN OBJEK PAJAK PSL 4 (3) g Rp 100.000.000,00
b. PENGHASILAN BRUTO DI LUAR add a) Rp 300.000.000,00
TOTAL PENGHASILAN Rp 400.000.000,00

APABILA TOTAL BIAYA ADALAH Rp 200.000.000,00


MAKA BIAYA YG BOLEH DIKURANGKAN UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN
MEMELIHARA PENGHASILAN ADALAH SEBESAR :
3/4 X Rp 200.000.000,00=Rp 150.000.000,00
TOH PENGELUARAN–PENGELUARAN YANG MERUPAKAN BIA
(DEDUCTIBLE EXPENSES)
PASAL 6 AYAT (1) UU PPh

1. Biaya – biaya untuk 3M termasuk biaya pembelian bahan, biaya administrasi,


premi asuransi, biaya perjalanan, pajak kecuali PPh, biaya pengolahan limbah,
biaya promosi & penjualan, biaya berkaitan dg pekerjaan,dsb.
1
2. Penyusutan dan amortisasi syarat digunakan untuk usaha atau yang berkaitan
dengan 3M. 4
3. Iuran kepada dana pensiun syarat pendiriannya telah disahkan Menkeu
4. Kerugian atas penjualan harta yang dimiliki WP syarat harta tsb digunakan untuk
usaha / 3M
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing (Fiskal mengikuti SAK)
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan syarat dilakukan di Indonesia

7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan 3


8. Piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih syarat ttu 2
9. Sumbangan dengan Syarat Tertentu UU 36/2008 3
Uang Perjalanan Dinas &
Penggantian Pengobatan

No Uraian Pemberi Kerja Karyawan

1 Uang Perjalanan Dinas Biaya Penghasilan hanya


Reimbursement atas uang saku
2 Uang Perjalanan Dinas Bukan Biaya Bukan Penghasilan
Lump Sum Biaya Ph. atas seluruhnya
3 Penggantian Pengobatan Bukan Biaya Bukan Penghasilan

4 Tunjangan Pengobatan Biaya Penghasilan


5 Pengobatan Gratis Bukan Biaya Bukan Penghasilan

Atas penyusutan dan biaya pemeliharaan rumah perusahaan yang


ditempati pegawai tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali
pegawai yang bersangkutan diberikan tunjangan
29
perumahan sebesar biaya
tersebut.
BIAYA PROMOSI & PENJUALAN 1
Biaya Promosi dan/atau Biaya Penjualan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto harus memenuhi kriteria berikut :
 untuk mempertahankan dan atau meningkatkan penjualan;
PMK-02/PMK.03/2010

dapat berupa barang, uang, jasa, dan fasilitas;


diterima oleh pihak lain;
Ada daftar nominatif paling sedikit harus memuat data penerima berupa nama,
NPWP, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, No bukti pemot.
dan besarnya PPh
dilampirkan saat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan

Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto


merupakan akumulasi dari jumlah :
biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya;
biaya pameran produk;
Seluruh biaya pengenalan produk baru;dan/atau
Jenis biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
Usaha
30
PIUTANG TAK TERTAGIH 2
Syarat untuk membiayakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih :
1. Telah dibiayakan dalam laporan laba rugi komersial;
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada DJP; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
PMK-57/PMK.03/2010

pemerintah yang menangani piutang negara; atau ada perjanjian tertulis dengan
debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau ada pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan.

a. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah
piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00 yang
merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang
diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri
sebagai akibat adanya pemberian Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera
(Kukesra), Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Pemilikan Rumah Sangat
Sederhana (KPRSS), Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Usaha Rakyat (KUR),
Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia
dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi
b. Piutang yang nyata-nyata tidak ditagih kepada debitur kecil lainnya yang
jumlahnya tidak melebihi Rp 5.000.000,00 31
SUMBANGAN 3
PP- 93 Th 2010 (sejak Tahun Pajak 2010)

Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, yang merupakan


sumbangan untuk korban bencana nasional yang disampaikan secara langsung
melalui badan penanggulangan bencana atau disampaikan secara tidak langsung
melalui lembaga atau pihak yang telah mendapat izin dari instansi/lembaga yang
berwenang untuk pengumpulan dana penanggulangan bencana
Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, yang merupakan
sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan di wilayah
Republik Indonesia yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan
pengembangan;
Sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan sumbangan berupa fasilitas
pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan;
Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, yang merupakan sumbangan
untuk membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau gabungan
organisasi cabang/jenis olahraga prestasi yang disampaikan melalui lembaga
pembinaan olah raga; dan
Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dan
32
bersifat nirlaba.
SUMBANGAN 3
PP- 93 Th 2010 (sejak Tahun Pajak 2010)

1. Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan Surat


Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
2. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak
sumbangan diberikan;
3. didukung oleh bukti yang sah; dan
4. lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak, kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.

Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur sosial yang


dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
untuk 1 (satu) tahun dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen) dari penghasilan
neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya.
• Sumbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d
dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang.
• Biaya pembangunan infrastruktur sosial sebagaimana dimaksud huruf e
diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana.
33
PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN
PP- 94 Th 2010 (berlaku 30 Desember 2010)

PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN

Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing diakui sebagai penghasilan atau
biaya berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.
Pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham yang diterima oleh Wajib Pajak
berbentuk perseroan terbatas diperkenankan apabila:
1.pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan
bukan berasal dari pihak lain;
2.modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah
disetor seluruhnya;
3.pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi; dan
4.perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan
untuk kelangsungan usahanya.
Dalam hal pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-­Undang Pajak
Penghasilan atau Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan berdasarkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dilakukan pada tahun pajak
yang berbeda dengan tahun pajak pengakuan penghasilan, maka atas Pajak
Penghasilan yang telah dipotong tersebut dapat dikreditkan pada tahun pajak
dilakukan pemotongan.
34
PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH
DIBEBANKAN SEKALIGUS 4
Pasal 9 ayat (2)

PENGELUARAN UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG


MEMPUNYAI MASA MANFAAT LEBIH DARI SATU TAHUN

Dibebankan
melalui
AMORTISASI PENYUSUTAN

SELAIN BANGUNAN USAHA


BANGUNAN TERTENTU

METODE SALDO MENURUN DITETAPKAN


AKHIR MASA MANFAAT DISUSUTKAN SEKALIGUS MENTERI
(CLOSED ENDED) KEUANGAN

METODE GARIS LURUS (TIAP TAHUN SAMA BESARNYA) KBH dengan


PERTAMINA
TANAH TIDAK DAPAT DISUSUTKAN KECUALI TANAH YANG BERSTATUS HAK MILIK,
HGU DAN HGB DAN HAK PAKAI
SAAT MULAI PENYUSUTAN/AMORTISASI
Pasal 11 ayat (3),(4) dan (5)

PADA BULAN PENGELUARAN PADA BULAN HARTA


KECUALI : MULAI DIGUNAKAN/
HARTA YG MASIH DLM MENGHASILKAN DENGAN
PROSES PENGERJAAN, PERSETUJUAN DIRJEN PAJAK

PMK 248 & 249/PMK.03/2008


PADA BULAN SELESAINYA
PENGERJAAN kecuali

DASAR PENYUSUTAN BAGI WP YG MELAKUKAN Bidang usaha tertentu yang dapat


PENILAIAN KEMBALI AKTIVA berproduksi berkali-kali dan baru
menghasilkan setelah lebih dari 1 tahun:
a.bidang usaha kehutanan
b.bidang usaha perkebunan tanaman keras
NILAI SETELAH c.bidang usaha peternakan
DILAKUKAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA

Contoh: Penyusutan 2010


Beli Mobil tgl 31 Desember 2010 = selama 1 bulan
Jual Mobil tgl 25 Januari 2010 = tidak ada
MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN/AMORTISASI
Pasal 11 dan 11A

KEL. HARTA MASA TARIF PENYUSUTAN


BERWUJUD MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
FAAT
1. BUKAN BANGUNAN
BERWUJUD
KEL. HARTA

- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
TIDAK

- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %


- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %

2. BANGUNAN
PERMANEN 20 THN 5 %
TDK PERMANEN 10 THN 10 %
Pasal 11 ayat (11) PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN DITETAPKAN DENGAN
PMK No. 96/PMK.03/2009 NAMUN DAPAT SESUAI MASA MANFAAT SESUNGGUHNYA DENGAN
MENGAJUKAN PERMOHONAN KE DJP

PENENTUAN KELOMPOK HARTA TIDAK BERWUJUD DISERAHKAN KEPADA MANAJEMEN YANG KEMUDIAN
MASA MANFAATNYA DISESUAIKAN DENGAN KELOMPOK TERDEKAT PADA KELOMPOK HARTA TAK BERWUJUD
UU PPh
CONTOH
• Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2000 dengan harga
perolehan sebesar Rp.100.000.000,00. Masa manfaat dari mesin tersebut
adalah 4 (empat) tahun. Metode penyusutannya adalah saldo menurun
sehinggga tarif penyusutannya 50% (lima puluh persen). Penghitungan
penyusutannya adalah sebagai berikut :

• Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku Harga Perolehan


2000 ½x50% 25.000.000 75.000.000 100.000.000
2001 50% 37.500.000 37.500.000
2002 50% 18.750.000 18.750.000
2003 50% 9.375.000 9.375.000
2004 Disusutkan 9.375.000
sekaligus
Contoh Kompensasi Kerugian

Laba (Rugi) Usaha Penghslan


Tahun Kompensasi
Fiskal *) Kena PPh
2002 (400) 0   0
2003 500  400 100 
2004 (600)  0 0
2005 300  300 0
2006 200  200 0
2007 (500) 0  0
2008 700  100+500 100 
2009 400  0 400 
Kompensasi Kerugian 5 tahun berturut-turut atau sesuai skp
TARIF WP BADAN

 Tarif tunggal sebesar 28% untuk tahun pajak 2009 (Pasal 17


ayat (1) huruf b). Mulai tahun 2010 diturunkan menjadi 25%.
P  WP badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka dapat
A memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah dari tarif WP badan
S
yang berlaku sepanjang selama 6 bulan dalam 1 tahun
A
L memenuhi syarat (Pasal17 ayat (2b))
a. Jumlah kepemilikan saham publiknya paling sedikit 40%
17 dari jumlah keseluruhan saham yang disetor dan dimiliki
&
31
paling sedikit 300 pihak
E b. Masing-masing hanya boleh memiliki saham kurang dari 5%
 WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto s.d Rp50 miliar
mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari
tarif normal yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4,8 miliar (Pasal 31E
40
ayat (1))
FASILITAS PASAL 31E AYAT (1)
Fasilitas pengurangan tarif sesuai dengan Pasal 31E ayat (1) UU PPh
dilaksanakan dengan cara self assessment pada saat penyampaian SPT Tahunan
PPh Badan. Dengan demikian, Wajib Pajak tidak perlu menyampaikan
S permohonan untuk dapat memperoleh fasilitas tersebut.
E Batasan peredaran bruto sampai dengan Rp50 M adalah sebagai batasan
- maksimal peredaran bruto yang diterima atau diperoleh WP Badan dalam negeri
6 untuk dapat memperoleh fasilitas pengurangan tarif sesuai dengan Pasal 31E
6/ ayat (1) UU PPh.
P
J/ .Peredaran bruto dalam Pasal 31E ayat (1) UU PPh adalah penghasilan yang
2 diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum dikurangi biaya untuk
0 mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan baik yang berasal dari
1 Indonesia maupun dari luar Indonesia, meliputi :
0
Phslan PPh Final Phslan PPh Tidak Final

Fasilitas Pasal 31E ayat (1) tersebut bukan merupakan pilihan. Wajib Pajak badan
dalam negeri wajib mengikuti ketentuan fasilitas pengurangan tarif sesuai
dengan Pasal 31E ayat (1) UU PPh.. 41
TARIF WP BADAN

No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

P 1 s.d Rp 50.000.000,- 10%


A 2 Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000,- 15%
S 3 Di atas Rp100.000.000,- 30%
A
L No Lapisan Omset Tarif Tarif Dasar
2009 2010
17 1 s.d 4,8 M 14% 12,5% Pasal 31E ayat(1)
&
31 2 di atas 4,8 M s.d. 50 M Pasal 31E ayat(1)
E a) s.d. 4,8 M 14% 12,5% (4,8 M / Total Omset) x PKP
b) Di atas 4,8 M s.d. 50 M 28% 25% Sisa PKP
3 di atas 50 miliar 28% 25% Pasal 17 ayat (1) huruf b
Perseroan terbuka dapat memperoleh tarif sebesar 5%
lebih rendah dari tarif WP badan yang berlaku (Pasal 17
ayat (2b)) 42
FASILITAS PERPAJAKAN
BAGI UMKM
Ketentuan UU No 17 Tahun 2000
P
A
S
A
L

31 E Ketentuan UU No 36 Tahun 2008


(1)
WP Badan dalam negeri dengan peredaran bruto
s.d. Rp 50 miliar mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal
yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8
miliar.
43
PENGHITUNGAN PPh BADAN
Dg. Omset s.d. 4,8 Miliar atau > 50 Miliar
Peredaran bruto Koperasi I dalam tahun pajak 2010 sebesar Rp
di atas 50 miliar

60.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp


500.000.000.
Omset

Penghitungan pajak yang terutang:


Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut
dikenakan tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto
Koperasi I melebihi Rp 50.000.000.000.
Pajak Penghasilan yang terutang:
25% x Rp500.000.000 = Rp125.000.000

Peredaran bruto Koperasi J dalam tahun pajak 2010 sebesar


Rp4.500.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
s.d. 4,8 miliar

Rp500.000.000.
Omset

Penghitungan pajak yang terutang:


Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut
dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku
karena jumlah peredaran bruto Koperasi J tidak melebihi Rp4.800.000.000.
Pajak Penghasilan yang terutang:
50% x 25% x Rp500.000.000 = Rp62.500.000
44
PENGHITUNGAN PPh Badan Dengan Omset
Sethn > 4,8 Miliar s.d. 50 Miliar
Peredaran bruto Koperasi K dalam tahun pajak 2010 sebesar
Rp 30.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp 3.000.000.000.
C Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:
O 1.Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
N memperoleh fasilitas:
T (Rp4,8 miliar : Rp 30 miliar) x Rp3 miliar = Rp 480.000.000
O
H Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp3 miliar – Rp 480.000.000 = Rp 2.520.000.000
3.Pajak Penghasilan yang terutang:
- 50%x 25% x Rp480.000.000 = Rp 60.000.000
- 25% x Rp2.520.000.000 = Rp 630.000.000
Jumlah PPh yang terutang = Rp
690.000.000

45
PENGHITUNGAN FASILITAS UMKM

Peredaran bruto PT J dalam tahun pajak 2009 sebesar


Rp 4.500.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak
C
O
sebesar Rp 500.000.000.
N
T Penghitungan pajak yang terutang:
O
H Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari
peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 50% dari
5 tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah
peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp 4.800.000.000.

Pajak Penghasilan yang terutang:


50% x 28% x Rp 500.000.000 = Rp 70.000.000

46
TARIF WP PERSEROAN TERBUKA
Ketentuan UU No 17 Tahun 2000
P
A
S
A
L

17 Ketentuan UU No 36 Tahun 2008


2(b) WP badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka
dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah dari
tarif dari tarif WP badan yang berlaku sepanjang
memenuhi syarat:
– paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang
disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
– persyaratan tertentu lainnya.
47
PENGHITUNGAN PPh
WP PERSEROAN TERBUKA
Peredaran bruto PT L,Tbk dalam tahun pajak 2009
sebesar Rp 60.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena
C
O
Pajak sebesar Rp 500.000.000,00. Saham PT L, Tbk
N diperdagangkan di bursa efek dan komposisi pemegang
T saham adalah 40% publik dan 60 % induk perusahaan.
O
H Penghitungan pajak yang terutang:
7 Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari
peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 5% lebih
rendah dari tarif WP badan yang berlaku atau sebesar 95%
Pajak Penghasilan yang terutang:
95% x 28% x Rp 500.000.000 = Rp133.000.000
48
ANGSURAN PPh PASAL 25
TAHUN PAJAK BERIKUTNYA

A. PPh Pasal 25 utk bulan Januari s.d. Maret = Angsuran bulan Desember tahun
pajak sebelumnya (kecuali SPT Tahunan sudah dilaporkan)

B. PPh Pasal 25 secara umum untuk bln April s.d. Desember


(PPh TERUTANG – KREDIT PAJAK PPh 22,23,24)
12 bulan

C. Dasar penghitungan angsuran adalah penghasilan neto fiskal tahun pajak


sebelumnya (dalam hal tidak terdapat kompensasi kerugian dan seluruh
penghasilan adalah teratur)

D. Dalam hal terdapat penghasilan tidak teratur, angsuran PPh Pasal 25 dihitung
kembali

E. Dalam hal terdapat kompensasi kerugian, angsuran PPh Pasal 25 dihitung


kembali
9 Perbedaan SPT Tahunan PPh Badan
Tahun Pajak 2009 dan 2010

2
9 Perbedaan SPT Tahunan PPh Badan
Tahun Pajak 2009 dan 2010
3

Pada form 1771 - IV PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG


TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

5
9 Perbedaan SPT Tahunan PPh Badan
Tahun Pajak 2009 dan 2010

9
PALING PPH PPH
LAMBAT BULANAN TAHUNAN
SETOR TGL 15 BB SEBELUM LAPOR SPT
LAPOR TGL 20 BB KHUSUS NIHIL TGL 30 APRIL

Anda mungkin juga menyukai