Stambuk: C30120122
2. Bandingkan kelebihan dan kelemahan sistem manajemen keuangan daerah sebelum dan
sesudah otonomi daerah!
Jawab:
Otonomi daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
undang-undang. Pemberian otonomi dan desentralisasi tentunya dapat mengurangi
tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap pusat sehingga mengurangi beban
anggaran pemerintah untuk belanja transfer. Disisi lain, dengan adanya otonomi daerah,
manajemen dalam pengelolaan daerah lebih terfokus seperti, prioritas pembangunan agar
tepat sasaran, mudah menyesuaikan kebutuhan, dan secara tidak langsung akan
membangun kerja sama antara pemerintah dan juga rakyat dengan begitu pun akan
mudah mengatur berbagai masalah dan problematika yang dialami oleh daerah, sehingga
masalah lebih mudah untuk teratasi.
Namun tidak selamanya otonomi daerah memunculkan kelebihan-kelebihan. Ada
beberapa kelemahan-kelemahan pelaksanaan otonomi daerah, diantaranya dapat
timbulnya kesenjangan antardaerah, rentan terjadi korupsi,kolusi dan nepotisme sebagai
bentuk penyalahgunaan wewenang pemegang kuasa untuk kepentingan pribadi, dan tidak
menutup kemungkinan, karena pengawasan yang lemah dari pemerintah pusat akan
timbul kesemena-menaan penguasa dalam mengelola keuangan daerah.
4. Diskusikan mengapa double entry accounting dan accrual basis menjadi salah satu
agenda utama reformasi keuangan daerah. Apa saja syarat yang harus dipenuhi agar
pelaksanaan akuntansi basis akrual berhasil diterapkan pada pemerintah daerah di
Indonesia!
Jawab:
Double entry accounting dan accrual basis menjadi salah satu agenda utama reformasi
keuangan daerah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas public dalam rangka
mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Seiring dengan
semakin tingginya tuntutan adanya tata kelola pemerintahan yang baik, yang
mensyaratkan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan public,
maka perubahan dari sistem pembukuan tunggal menjadi sistem pembukuan berpasangan
dipandang sebagai solusi strategis yang mendesak untuk diterapkan. Hal ini disebabkan
penggunaan pembukuan tunggal tidak dapat memberikan informasi yang komprehensif
sehingga tidak dapat mencerminkan kinerja sesungguhnya. Perubahan dari pembukuan
tunggal menjadi pembukuan berpasangan akan lebih cepat memberikan pengaruh
terhadap penguatan akuntabilitas public apabila diikuti dengan perubahan pencatatan
akuntansi. Perubahan teknik akuntansi dari basis kas menjadi akrual bertujuan agar
pemerintah daerah dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya,
akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan
politik. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pelaksanaan akuntansi basis
akrual berhasil diterapkan pada pemerintah daerah di Indonesia antara lain:
• Perlu dilakukan perubahan yang bertahap dalam sistem pencatatan akuntansi yaitu
dari basis kas modifikasian terlebih dahulu yang mana dalam penggunaan basis
kas modifikasian tersebut mulai dikenalkan basis akuntansi akrual.
• Penerapan secara langsung basis akrual membutuhkan daya dukung teknologi
serta sumber daya manusia (SDM) yang memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi yang memadai.
• Melaksanakan sosialisasi, pemantauan dan evaluasi atas peraturan yang telah
ditetapkan untuk memitigasi risiko jangka waktu yang pendek dalam memahami
peraturan yang baru dalam penerapan SAP berbasis akrual.
5. Berikan evaluasi anda tentang reformasi kelembagaan pengelolaan keuangan daerah yang
dilakukan pemerintah daerah. Apa saja yang menjadi kendala dan permasalahan dalam
reformasi kelembagaan pengelolaan keuangan daerah tersebut!
Jawab:
Reformasi kelembagaan pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan pemerintah daerah
berhubungan dengan perubahan sistem penganggaran berupa penggunaan anggaran
berbasis kinerja. Penataan ulang kelembagaan pengelolaan keuangan daerah bukan saja
untuk menyesuaikan sistem anggaran yang baru, tetapi juga untuk mendukung
tercapainya tujuan desentralisasi fiskal. Perubahan-perubahan atau refornasi akan
kelembagaan pengelola keuangan daerah membawa dampak yang cukup baik terhadap
pemerintah daerah dimana hal ini akan mendukung perencanaan dan pengendalian
keuangan daerah menjadi lebih mudah dilakukan,komprehensif, dan tidak terfragmentasi.
Adapun mungkin yang menjadi kendala dalam reformasi kelembagaan pengelolaan
keuangan daerah ini adalah dengan adanya perubahan pengelolaan keuangan
dipemerintah, dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi ke masing-masing
satuan kerja, mengharuskan setiap SKPD menyelenggarakan akuntansi dan menyusun
laporan keuangan satuan kerja berupa Neraca, Laporan Operasional, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan, dimana hal
ini belum didukung oleh teknologi informasi yang memadai dan sumber daya manusia
yang mempunyai pendidikan akuntansi yang memadai. Disamping itu perubahan yang
ada tidak serta merta langsung berjalan dengan baik, tentunya diperlukan penyesuaian
dengan perubahan baru ini. Tingginya ancaman korupsi sistematik didaerah juga dapat
menggagalkan tujuan baik dari reformasi-reformasi yang dilakukan.