Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aga Alfionita

NPM : C1C019083
Kelas : 6A
Mata Kuliah : Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah (SIAKD)
Dosen Pengampuh : Siti Aisyah, SE, MAAC, Ak., CAP, CRP, CRMP
PAPER FLEKSIBILITAS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diberlakukannya prinsip otonomi memberikan kebebasan bagi Pemerintah Daerah
untuk menyelenggarakan pemerintahan melalui perencanaan dan pelaksanaan anggaran yang
tersusun dalam APBD. Prioritas kewenangan tersebut adalah pada pelaksanaan kegiatan
berbasis pelayanan publik untuk mendukung tercapainya tujuan makro nasional yaitu
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penurunan kesenjangan distribusi pendapatan. Di
sisi lain, meski Pemerintah Daerah telah memiliki kebebasan perencanaan anggaran. Di
Indonesia, berbagai peraturan dan pedoman telah diterbitkan terkait dengan penerapan
penganggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting) pada pemerintah daerah.
Termasuk yang diatur dalamnya adalah pencantuman indikator kinerja dalam dokumen-
dokumen perencanaan dan penganggaran serta penggunaan indikator kinerja tersebut dalam
proses penyusunan anggaran pemerintah.

Kondisi keuangan pemerintah daerah mengukur kesehatan keuangan pemerintah


daerah dalam beberapa aspek antara lain aspek keberlanjutan, kerentanan dan fleksibilitas.
Kemampuan fleksibilitas keuangan pemerintah daerah ini biasanya dilakukan melalui
peningkatan sumber-sumber pendapatan dan meningkatkan kapasitas dan preferensi utang.
Fleksibilitas keuangan merupakan kemampuan Pemerintah daerah untuk mengatasi kejadian
yang tak terduga dimasa yang akan datang atau merupakan suatu peningkatan sumber daya
pendanaan anggaran yang bertujuan untuk merespon perubahan situasi dan kondisi. Selain
sebagai dokumen perencanaan dan monitoring, anggaran pemerintah daerah digunakan
sebagai dokumen akuntabilitas dan transparansi keuangan dari pemerintah daerah kepada
publik atau masyarakat. Anggaran keuangan pemerintah daerah menginformasikan segala
aktivitas dan penggunaan dana organisasi pemerintah dalam menjalankan fungsi pelayanan
publik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana model penganggaran T-2 terhadap fleksibilitas anggaran Pemerintah
daerah?
2. Sejauh mana tingkat fleksibilitas anggaran Pemerintah daerah?
3. Sejauh mana seharusnya fleksibilitas anggaran pemerintah daerah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana model penganggaran T-2 terhadap fleksibilitas
anggaran Pemerintah daerah
2. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat fleksibilitas anggaran Pemerintah daerah
3. Untuk mengetahui sejauh mana seharusnya fleksibilitas anggaran Pemerintah daerah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model penganggaran T-2 terhadap fleksibilitas anggaran pemerintah daerah


Dalam terlaksananya penyusunan RKA SKPD, kepala SKPD mengevalusasi hasil
program dan kegiatan dari 2 (dua tahun anggaran sebelumnya (T-2) sampai dengan semester
pertama tahun anggaran berjalan. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai program dan kegiatan
yang belum dapat dilaksanakan atau belum diselesaikan tahun sebelumnya untuk
dilaksanakan atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu) tahun berikutnya
dari tahun yang direncanakan.

2.2 Sejauh mana tingkat fleksibilitas anggaran pemerintah daerah


Aktivitas belanja yang dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan program, apabila hal ini
tidak dipahami oleh setiap penyelenggara negara maka proses penyusunan anggaran dan
belanja menjadi tidak optimal. Sebagai contoh, banyak penyelenggara yang tidak mengetahui
bahwa anggaran berbasis kinerja memiliki prinsip lets the manager manage dan fleksibilitas.
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa para pemimpin sebagai manajer memiliki
fleksibiltas dalam mengelola anggaran, namun kebanyakan penyelenggara negara
menganggap anggaran itu kaku, sehingga ketika mereka tiba-tiba menghadapi kegiatan yang
harus dilaksanakan namun belum dianggarkan mereka mengalami kebingungan dan pada
akhirnya kegiatan tidak berjalan optimal. Sehingga beberapa pemerintah daerah belum
optimal dalam penyerapan anggaran atau masih terbilang rendah dalam fleksibilitas. Oleh
karena itu proses penyusunan anggaran dan pelaksanaan belanja pemerintah masih terdapat
beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut terletak pada dua hal, yaitu ketidakpahaman
penyelenggara negara dalam melakukan proses belanja dan adanya oknum penyelenggara
negara yang secara sengaja melakukan penyelewengan. Hal ini karena masih banyak
masalah terkait realisasi anggaran yang tidak berjalan baik, seperti contoh anggaran covid 19,
sehingga dapat disimpulkan pemerintah daerah belum fleksibel menangaggapi masalah yang
sering berubah-rubah.
2.3 Seharusnya fleksibilitas anggaran pemerintah daerah

Agar bisa merealisasikan anggaran, maka fleksibilitas dalam penganggaran harus


disiapkan. Artinya diberikan keleluasaan untuk penganggaran itu. Yang misalnya dari orange
berubah jadi hijau, anggaran di kesehatan bisa dialihkan untuk jaring pengaman sosial atau
pemulihan ekonomi. Makanya fleksibelitas anggaran itu penting, bila fleksibelitas itu tidak
digunakan, maka kebutuhan anggaran yang sebenarnya memuncak itu tidak terakomodir. Dan
tidak terjadi penyerapan anggaran secara optimal.

Salah satu indikator rencana anggaran yang baik memang ditunjukan dengan
sedikitnya revisi anggaran berjalan. Namun, adakalanya memang dinamika kebutuhan pada
tahun berjalan tidak dapat dihindarkan. Perubahan anggaran atas dinamika kebutuhan
sebenarnya tidak menjadi masalah. Seringnya, perubahan ini tidaklah signifikan karena masih
dalam satu output yang sama. Lalu bagaimana apabila perubahan tersebut merupakan
kegiatan yang benar-benar baru? Hal inilah yang seharusnya kita kurangi.
Penajaman Peran Person In Charge (PIC), penerapan anggaran berbasis kinerja
menuntut adanya PIC anggaran pada setiap unit/divisi. PIC anggaran tersebut bertugas untuk
menyusun RKAKL unit/divisi yang bersangkutan. Prinsip penyusunan detail anggaran adalah
kombinasi antara top down dan bottom up, sehingga anggaran yang disusun benar-benar
merupakan ekspresi keuangan dari rencana kerja bagian/divisi yang bersangkutan. PIC
anggaran harus mencoba menjelaskan bahwa kegiatan atau output baru sebaiknya tidak
dilaksanakan pada tahun berjalan, karena hal ini akan mengganggu stabilitas pelaksanaan
output lainnya. Output baru sebaiknya dilaksanakan pada tahun yang akan datang agar proses
penyusunan rencana anggarannya dapat disiapkan dengan baik.
Hal lain yang perlu dipahamkan kepada staf/pimpinan adalah bahwa realisasi
anggaran harus selalu dipantau. Siwanto dan Rahayu (2010) menyatakan bahwa, salah satu
penyebab rendanya realisasi anggaran adalah keterlambatan pelaksanaan anggaran.
Keterlambatan ini dipicu oleh tidak adanya self-monitoring oleh unit yang bersangkutan.
Kesadaran untuk mereviu dan melihat kembali rencana anggaran yang telah disusun masih
sangat rendah. Oleh karena itu, PIC anggaran mau tidak mau secara periodik harus proaktif
mengingatkan kepada staf/pimpinan pada unitnya untuk melaksanakan rencana anggaran
yang telah diusulkan.

PENUTUP

BAB III

A. Kesimpulan

Dalam terlaksananya penyusunan RKA SKPD, kepala SKPD mengevalusasi hasil


program dan kegiatan dari 2 (dua tahun anggaran sebelumnya (T-2) sampai dengan semester
pertama tahun anggaran berjalan. Banyak penyelenggara yang tidak mengetahui bahwa
anggaran berbasis kinerja memiliki prinsip lets the manager manage dan fleksibilitas. Prinsip
ini mengandung pengertian bahwa para pemimpin sebagai manajer memiliki fleksibiltas
dalam mengelola anggaran, namun kebanyakan penyelenggara negara menganggap anggaran
itu kaku, sehingga ketika mereka tiba-tiba menghadapi kegiatan yang harus dilaksanakan
namun belum dianggarkan mereka mengalami kebingungan dan pada akhirnya kegiatan tidak
berjalan optimal. Sehingga beberapa pemerintah daerah belum optimal dalam penyerapan
anggaran atau masih terbilang rendah dalam fleksibilitas.

Salah satu indikator rencana anggaran yang baik memang ditunjukan dengan
sedikitnya revisi anggaran berjalan. Namun, adakalanya memang dinamika kebutuhan pada
tahun berjalan tidak dapat dihindarkan. Perubahan anggaran atas dinamika kebutuhan
sebenarnya tidak menjadi masalah. Seringnya, perubahan ini tidaklah signifikan karena masih
dalam satu output yang sama. Makanya fleksibelitas anggaran itu penting, bila fleksibelitas
itu tidak digunakan, maka kebutuhan anggaran yang sebenarnya memuncak itu tidak
terakomodir. Dan tidak terjadi penyerapan anggaran secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai