Pada anggaran tradisional, kinerja anggaran diukur dari sisi inputnya, yakni dilihat dari
kemampuannya dalam penyerapa anggaran. Anggaran yang tidak terserap (sisa anggaran)
harus dikembalikan lagi ke rekening kas Negara dan sebagai konsekuensinya anggaran satuan
kerja tersebut untuk tahun berikutnya terancam tidak akan ditambah bahkan bisa dikurangi.
Perubahan system akuntansi dari system tata buku tunggal (single entry book keeping)
menjadi sistem tata buku berpasangan (double entry book keeping). Untuk meningkatkan
transparasi dan akuntabilitas public dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah
dan desentralisasi fiscal, maka diperlukan reformasi akuntansi sector public di Indonesia.
Aspek yang diperlukan dalam reformasi akuntansi adalah perlunya memiliki standar
akuntansi pemerintahan dan perlunya dilakukan perubahan system akuntansi, yaitu
perubahan dari single entry menjadi double entry.
Single entry pada awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan dipemerintahan
karena cukup mudah dan praktis. Namun karena single entry tidak dapat memberikan
informasi yang komprehensif dan mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Maka
beralihlah dari sistem single entry ke double entry.
Double entry ditujukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih mudah untuk
dilakukan audit dan pelacakan antara bukti transaksi, catatan, dan keberadaan akan kekayaan,
utang, dan ekuitas organisasi. Dengan sistem ini maka pengukuran kinerja dapat dilakukan
secara lebih komprehensif.
Sumber :
https://www.studocu.com/id/document/institut-pertanian-bogor/manajemen-agribisnis/
perkembangan-reformasi-manajemen-keuangan-daerah/30337904