Anda di halaman 1dari 4

1.

Aspek Utama Reformasi Manajemen Keuangan Daerah

Aspek utama reformasi manajemen keuangan daerah meliputi perubahan sistem


anggaran, perubahan kelembagaan pengelolaan keuangan daerah, perubahan sistem
akuntansi, dan perubahan basis akuntansi (Mahmudi, 2010). Reformasi keuangan daerah
bertujuan untuk mewujudkan good governance.

1.1 Perubahan Sistem Anggaran

1.2 Perubahan system anggaran


traisional menjadi system
anggaran berbasis
1.3 prestasi kerja. Perubahan
system penganggaran ini
meliputi perubahan dalam
1.4 proses penganggaran dan
perubahan struktur
anggaran. Perubahan
system ini
1.5 tidak hanya menyangkut
proses penganggarannya
saja, tapi juga perubahan
1.6 struktur anggaran. Struktur
anggaran dirubah dari
struktur anggaran tradisional
1.7 menjadi penganggaran
berbasis kinerja.
Perubahan system anggaran traisional menjadi system anggaran berbasis prestasi kerja.
Perubahan system penganggaran ini meliputi perubahan dalam proses penganggaran dan
perubahan struktur anggaran. Perubahan system ini tidak hanya menyangkut proses
penganggarannya saja, tapi juga perubahan struktur anggaran. Struktur anggaran dirubah dari
struktur anggaran tradisional menjadi penganggaran berbasis kinerja.

Penggunaan system penganggaran kinerja pada pemerintah daerah telah membawa


perubahan yang radikal terkait dengan perubahan dalam perencanaan anggaran, pengisian
anggaran, serta pelaporan anggaran. Secara manajerial perubahan struktur ini berpengaruh
terhadap perubahan paradigma anggaran, sedangkan secara teknis berpengaruh pada kode
rekening anggaran dan tata cara pencatatannya.

Pada anggaran tradisional, kinerja anggaran diukur dari sisi inputnya, yakni dilihat dari
kemampuannya dalam penyerapa anggaran. Anggaran yang tidak terserap (sisa anggaran)
harus dikembalikan lagi ke rekening kas Negara dan sebagai konsekuensinya anggaran satuan
kerja tersebut untuk tahun berikutnya terancam tidak akan ditambah bahkan bisa dikurangi.

1.2 Perubahan Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Perubahan kelembagaan pengelolaan keuangan daerah dari system sentralisiasi pada


bagian keuangan sekretariat daerah menjadi system desentralisasi ke masing-masing satuan
kerja. Penataan ulang kelembagaan pengelolaan keuangan daerah itu bukan saja untuk
menyesuaikan system anggaran yang baru, tapi juga dimaksudkan untuk mendukung
tercapainya tujuan desntralisasi fiscal. Beberapa perubahan kelembagaan pengelolaan
keuangan daerah tersebut antara lain :
a) Perubahan pengelolaan keuangan di pemerintah daerah dari system sentralisasi pada
Bagian Keuangan Sekretariat Daerah menjadi system desentralisasi ke masing-
masing satuan kerja. Konsekuensinya setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan satuan kerja
bersangkutan yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan
Keuangan. Bagian Keuangan (BPKD) selanjutnya bertugas mengkonsolidasikan
laporan keuangan seluruh satuan kerja yang ada menjadi Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.

b) Pejabat yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah meliputi :

1) Kepala Daerah selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah


2) Sekretariat Daerah selaku Kuasa Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah sekaligus merupakan Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
3) Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (Biro/Bagian Keuangan) selaku
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sekaligus merupakan Bendahara
Umum Daerah (BUD)
4) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna
Barang
5) Kuasa Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Barang
6) Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD)
7) Bendahara Penerimaan/Pengeluaran SKPD
8) Bendahara Penerimaan/ Pengeluaran Pembantu
9) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

1.3 Perubahan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Perubahan system akuntansi dari system tata buku tunggal (single entry book keeping)
menjadi sistem tata buku berpasangan (double entry book keeping). Untuk meningkatkan
transparasi dan akuntabilitas public dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah
dan desentralisasi fiscal, maka diperlukan reformasi akuntansi sector public di Indonesia.
Aspek yang diperlukan dalam reformasi akuntansi adalah perlunya memiliki standar
akuntansi pemerintahan dan perlunya dilakukan perubahan system akuntansi, yaitu
perubahan dari single entry menjadi double entry.
Single entry pada awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan dipemerintahan
karena cukup mudah dan praktis. Namun karena single entry tidak dapat memberikan
informasi yang komprehensif dan mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Maka
beralihlah dari sistem single entry ke double entry.

Double entry ditujukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih mudah untuk
dilakukan audit dan pelacakan antara bukti transaksi, catatan, dan keberadaan akan kekayaan,
utang, dan ekuitas organisasi. Dengan sistem ini maka pengukuran kinerja dapat dilakukan
secara lebih komprehensif.

Sumber :

https://www.studocu.com/id/document/institut-pertanian-bogor/manajemen-agribisnis/
perkembangan-reformasi-manajemen-keuangan-daerah/30337904

Anda mungkin juga menyukai