Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI

DIFERENSIAL DALAM PERENCANAAN


LABA JANGKA PENDEK
DIATUR UNTUK MEMENUHI TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

DOSEN PENGAMPU : Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.

DI SUSUN OLEH

CANTIKA APRILIANI C1C020165

AKUNTANSI S1

EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan
manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, oleh karena itu tugas manajemen adalah untuk merencanakan
masa depan perusahaannya agar sedapat mungkin semua kemungkinan dan kesempatan dimasa
yang akan datang telah disadari dan telah direncanakan cara menghadapinya sekarang. Kegiatan
pokok manajemen dalam perencanaan perusahaan adalah memutuskan sekarang berbagai
macam alternatif dan perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang.
Dalam perencanaan laba jangka pendek, manajemen mempertimbangkan berbagai
usulan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan perubahan harga jual, volume penjualan,
biaya variable dana atau biaya tetap yang akhirnya akan berdampak pada laba bersih, oleh
karena itu, dalam perencanaan laba jangka pendek manajemen membutuhkan informasi
akuntansi diferensial yang berupa : taksisaran pendapatan diferensial dan biaya diferensial yang
berdampak terhadap laba bersih.

Analisis hubungan biaya – volume – laba merupakan teknik untuk menghitung dampak
perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba, untuk membantu manajemen
dalam perencanaan laba jangka pendek. Kegunaan Informasi Akuntansi Diferensial salah satunya
adalah sebagai alat perencanaan laba jangka pendek. Perencanaan laba jangka pendek dapat
dilakukan dengan melakukan analisis biaya-volume-laba.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan perncanaan laba jangka pendek


2. Apa saja parameter-parameter perencanaan laba jangka pendek

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui perencanaan laba jangka pendek

2. Untuk mengetahui parameter-parameter perencanaan jaba jangka pendek

1
BAB II

PAMBAHASAN

2.1. Perencanaan Laba Jangka Pendek

Perencanaan Laba Jangka Pendek dilakukan sebagai bagian dari proses penyusunan
anggaran perusahaan. Dalam perencanaan laba jangka pendek, manajemen mempertimbangkan
berbagai usulan yang berakibat pada :
1. Harga Jual
2. Volume Penjualan
3. Biaya Variabel
4. Biaya Tetap
5. Laba bersih

Oleh karena itu dalam perencanaan jangka pendek manajemen membutuhkan informasi
akuntansi differensial berupa :
1. Taksiran pendapatan diferensial
2. Taksiran biaya diferensial yang berdampak pada laba bersih

Dampak terhadap laba bersih tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam
memutuskan usulan kegiatan dalam proses perencanaan anggaran.

Alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam proses
penyusunan anggaran dan berbagai parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba jangka
pendek yaitu :
1. Impas
Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya sama dengan
nol. Paramater ini memberikan informasi kepada manajemen, dari jumlah target
pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa pendapatan penjualan minimum yang
harus dicapai agar usaha perusahaan tidak mengalami kerugian.

2. Margin of safety
Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan
penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha tidak menderita rugi.

3. Shut – down point


Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara ekonomis
2
sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat digunakan untuk
menutup biaya tunai saja.

4. Degree of operating leverage


Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan pendapatan
penjualan mengakibatkan perubahan laba bersih.

5. Laba kontribusi perunit (Contribution margin)


Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan sumber daya
yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan
menghasilkan laba (Kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel).

Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen dalam
mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.
Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan informasi akuntansi
diferensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual & biaya
terhadap laba perusahaan. Analisis impas & analisis biaya-volume-laba merupakan teknik untuk
membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.

Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berikut ini diberikan contoh :

Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian (Projected Income Statement )
untuktahun anggaran 20X2 sbb:

PT. X

Laporan Laba Rugi Projeksian

Tahun Anggaran 20X2

Jumlah %

Pendapatan Rp. 500.000.000 100%


penjualan

Biaya Variabel 300.000.000 60%

Laba kontribusi Rp. 200.000.000 40%

Biaya tetap 150.000.000 30%

Laba bersih Rp. 50.000.000 10%

3
Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R yang disusun dengan metode
variable costing yang membantu manajemen puncak dalam mempertimbangkan usulan kegiatan yang
diajukan oleh manajemen menengah. Keputusan jangka pendek umumnya menyangkut penambahan /
pengurangan volume kegiatan.

Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing, manajemen dapat memperoleh
pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu :

1. Impas
Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan perusahaan Rp.500.000.000,
dari target tersebut manajemen memerlukan informasi berapa pendapatan minimum yang harus
dicapai perusahaan untuk tahun anggaran yang akan datang agar tidak rugi. Dari target tersebut
diatas impas dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 (Rp. 500.000.000
/ 40%). Angka tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan penjualan (revenues)
yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan harus dapat menjual Rp.
375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.
Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas, perusahaan baru
dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti semakin besar kemungkinan
perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba.

2. Margin Of Safety
Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi berapa jumlah
maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan tersebut tidak
mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran laba projeksian tahun
anggaran yang akan datang. Dari data dalam contoh 1. karena impas diatas sebesar 375.000.000,
maka jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan
perusahaan mengalami kerugian adalah Rp. 125.000.000 ( Rp. 500.000.000 – Rp. 375.000.000 )
atau 25% (Rp. 125.000.000/Rp.500.000.000).
 Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan memperoleh
laba, semakin kecil margin of safety semakin rawan perusahaan terhadap penurunan
target pendapatan penjualan.
 Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety dan
pendapatan penjualan sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan penjualan
sedikit diatas 25% telah menyebabkan perusahaan menderita kerugian.
4
3. Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )
Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan penjualannnya
tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Dari contoh 1 diketahui bahwa biaya tetap
perusahaan tersebut sebesar Rp. 150.000.000, 100.000.000 merupakan biaya tunai, maka
anggaran thn 20X2, titik penutupan usaha sebesar Rp.250.000.000 (Rp. 100.000.000 / 40%). Hal
ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000, usaha perusahaan secara
ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan dibawah jumlah terebut akan
mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.

4. Degree of Operating Leverage


Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai dampak terjadinya sekian
persen perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh diatas DOL dihitung adalah 4 x (Rp.
200.000.000 / Rp. 50.000.000) yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan
mengakibatkan 4% (4 x 1%) kenaikan laba bersih.
Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5% maka
dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan mengalami kenaikan 20% (4 x 5%).

5. Laba kontribusi perunit


 Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variable
 Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap &
menghasilkan laba.
 Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh perusahaan
untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba.
Laba kontribusi perunit merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume penjualan. Jika informasi
laba kontribusi perunit dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce resources),
manajemen akan memperoleh informasi kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan
laba. Informasi ini memberikan landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan
laba tertinggi.

2.2. Parameter untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek


1. Impas
Titik impas yaitu menentukan volume penjualan dimana jumlah pendapatan sama dengan
jumlah beban sehingga laba sama dengan nol. Titik impas dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaa matematis atau menggunakan margin kontribusi. Metode persamaan matematis
5
memanfaatkan data-data dari laporan laba rugi yang disusun dengan format margin
kontribusi. Metode ini menggunakan pendekatan matematis untuk menggambarkan
perubahan unsur-unsur biaya, volume dan laba. Dalam metode ini, diasumsikan bahwa
harga jual dan biaya variabel per unit adalah kostan sedangkan biaya tetap secara konstan
tetap tetapi biaya tetap perunit akan berubah tergantung tingkat kegiatan, akibatnya
laba/unit akan berbeda pula.

Persamaannya : Laba = Penjualan – (Biaya Variabel + Biaya Tetap) atau Penjualan =


biaya variabel + biaya tetap + laba

Untuk menentukan berapa unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas dapat
dihitung dengan cara :

 Titik impas (unit) = Biaya Tetap


Margin kontribusi perunit
 Titik impas dengan margin kontribusi dapat juga dinyatakan berdasarkan nilai
penjualan:
Titik impas (penjualan) = Biaya Tetap
Rasio Margin kontribusi

2. Margin Of Safety
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan
minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka impas dihubungkan
dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu,
akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan
penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume
penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of
safety.
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan
dengan marginal income ratio (profit-volume ratio)
 Laba = Profit volume ratio x Margin of safety ratio
 Laba = Laba kontribusi x Margin of safety
Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan

Margin Of Safety dapat dihitung dengan menggunakan rumus matematis :


MOS = Total anggaran penjualan – penjualan impas
6
Atau dapat pula dinyatakan dalam bentuk persentase
Persentase MOS = Margin of safety
Penjualan

3. Titik Penutupan Usaha ( Shut Down Point )


Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha dilakukan
dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cashcost atau out
atau out of pocket cost atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah biaya-biaya yang
memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Dalam pengambilan keputusan untuk
menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya keluar dari saku (out of pocket cost)
dengan biaya terbenam (sunk cost), yaitu pengeluaran yang dilakukan pada masa yanglalu,
yang manfatnya masih dinikmati sampai sekarang). Contoh biaya terbenam adalah biaya
depresiasi, amortasi dan deplesi. Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini :
Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai
Contribution margin ratio

4. Degree Of Operating Leverage (DOL)

Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan


penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini,
manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang
menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :
DOL = Laba kontribusi
Laba bersi

7
BAB III
PENUTUP

Perencanan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasional untuk mencapai sasaran dan
tujuan. Laba penting dalam perencanaan karena rencana yang diharapkan adalah laba yang
memuaskan. Anggaran adalah merupakan suatu rencana yang di curahkan kedalam keuangan dan
istilah kuantitaf lain. Perencanaan laba jangka pendek dapat dilaksanakan dengan mudah jika
didasarkan pada laporan laba-rugi projeksian, yang disusun berdasarkan metode variable costing.

8
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2001. Akuntansi manajemen konsep, manfaat & rekayasa edisi 3.Jakarta : Salemba
Empat (PT Salemba Empan Patria)

akuntansi-manajemen-mulyadi-bab-1-10.pdf

https://rahmatsuharjana.blogspot.com/2013/02/penggunaan-informasi-akuntansi_14.html

https://www.academia.edu/36167115/Makalah_Perencanaan_Laba

Anda mungkin juga menyukai