Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AUDITING 1

STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing 1

Dosen Pengampu : Reni Yustien, S.E.,M.Si, Ak., C.A

Disusun Oleh :

Kelompok 2 (Ganjil)

Fiona Agnesia Br Sidauruk C1C020121


Sabrina Audre Yasmin C1C020137
Paula Agustina Sitorus C1C020163
Cantika Apriliani C1C020165
Indah Maharani Putri C1C020167
Muhammad Fiqih Julian Rizki C1C020171

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Auditing 1 dengan judul “ Srategi Audit Keseluruhan dan
Program Audit”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Reni
Yustien, S.E.,M.Si, Ak., C.A selaku dosen pengajar yang telah memberikan
bimbingannya kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah wawasan dan
pengalaman bagi pembaca mengenai Strategi Audit Keseluruhan dan Program
Audit.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik
dalam materi maupun cara penulisan. Oleh karena iu, kami harap kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 31 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Penulisan Makalah....................................................................1

C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pemilihan Jenis Pengujian Audit Yang Akan Dilakukan..........................3

B. Dampak Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit................................9

C. Kombinasi Bukti Perancangan Program Audit.......................................11

BAB III KESIMPULAN........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Auditor sangat dituntun kemampuannya dalam memberikan jasa yang terbaik


dalam setiap pengauditan, dan sesuai dengan yang dibutuhkan serta diperintahkan
oleh pimpinan tertinggi instansi atau badan. Agar audit dapat bermanfaat bagi
penggunanya, auditor indenpenden memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan
pendapat yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki
obyektivitas yang tinggi. Oleh karena itu sebelum menjalankan proses audit harus
direncanakan terlebih dahulu.

Perencanaan Audit (audit planning) adalah suatu tahapan yang rinci mengenai
prosedur dan rencana auditor yang akan digunakan dalam pelaksanaan suatu audit.
Tujuan audit, jadwal kerja audit, dan staf yang akan diikutsertakan dalam proses
audit, harus diterangkan dengan jelas dalam perencanaan audit. Audit planning
bertujuan untuk menentukan pada area mana, bagaimana, kapan serta oleh siapa
(anggota tim yang mana) audit akan dilakukan. Langkah penting dalam audit
planning adalah mengidentifikasi faktor resiko.

Auditor perlu menyiapkan rencana kerja audit (audit program) mengenai


batas, jadwal, dan prosedur untuk mencapai sasaran audit. Setelah menyusun audit
program dan team auditor sudah dibentuk, selanjutnya para anggota tim harus
melakukan pengenalan terhadap system yang akan diaudit.

B. Rumusan Penulisan Makalah

1. Bagaimana Pemilihan Jenis Pengujian Audit Yang Akan Dilakukan?

2. Bagaimana Dampak Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit?

3. Bagaimana Kombinasi Bukti Perancangan Program Audit?

1
C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pemilihan Jenis Pengujian Audit Yang Akan


Dilakukan.

2. Untuk Menjelaskan Dampak dari Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit.

3. Untuk Mengetahui Kombinasi Bukti Perancangan Program Audit.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemilihan Jenis Pengujian Audit Yang Akan Dilakukan

Biasanya, auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan


audit atas laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan
penekanan yang lebih dibandingkan yang lain, tergantung pada kondisi. Ingat
kembali bahwa prosedur analitis diharuskan dalam semua audit untuk menilai
resiko salah saji majerial sementara keempat jenis pengujian lainnya dilakukan
untuk menghadapi resiko yang teridentifikasi untuk memberikan dasar bagi opini
auditor.

Beberapa faktor yang memengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian


yang dipilih, termasuk untuk ketersediaan kedelapan bukti audit, biaya relatif
untuk setiap pengujian, efektifitas pengendalian internal serta risiko bawaan.

 Ketersediaan Jenis-Jenis Bukti

Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan


beberapa jenis bukti audit (konfirmasi, dokumentasi, dan seterusnya).

3
Hubungan antara Prosedur audit lebih lanjut dengan Bukti
Prosedur Jenis Bukti
audit lebih Pemeriksaan Permintaan Pelaksanaan Prosedur
lanjut konfirmasi Dokumentasi Pengamatan Rekalkulasi
Fisik Keterangan ulang Analitis

Pengujian
pengendalian
(termasuk
prosedur    
untuk
memperoleh
pemahaman

Pengujian
substantive
   
golongan
transaksi

Prosedur
 
analitis

Pengujian
     
rinci saldo

Table diatas meunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pengujian rinci saldo membutuhkan jenis bukti paling banyak (enam jenis)
dibandingkan dengan jenis pengujian lainnya.

2) Hanya pengujian rinci saldo yang membutuhkan jenis bukti pemeriksaan fisik
dan konfirmasi.

3) Permintaan keterangan kepada klien digunakan pada semua jenis pengujian.

4) Dokumentasi digunakan untuk setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis.

5) Pelaksanaan ulang digunakan untuk setiap jenis pengujian, kecuali prosedur


analitis. Auditor memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari penelusuran atas
transaksi untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal, auditor
sering kali mengerjakan ulang pengendalian untuk menyakinkan bahwa
pengendalian telah diterapkan.

6) Penghitungan ulang (rekalkulasi) digunakan untuk memeriksa akurasi


perhitungan atas transaksi ketika dilakukan pengujian substansif transaksi dan
saldo akun ketika melakukan akun pengujian atas perincian saldo.

4
 Biaya Pelaksanaan Pengujian

Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih
untuk mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk
dipertimbangkan. Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut
berdasarkan urutan biaya yang terendah ke yang tertinggi.

1) Prosedur analitis

Prosedur analitis memakan biaya yang paling rendah karena relatif lebih
mudah untuk membuat perhitungan dan perbandingan-perbandingan. Sering
kali, informasi yang penting mengenai kemungkinan salah saji dapat diperoleh
hanya dengan membandingkan dua atau tiga angka.

2) Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan


pemahaman atas pengendalian internal.

Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan


pemahaman atas pengendalian internal, tidak semahal pengujian audit
lainnnya karena auditor dapat denagn mudah melakukan tanya jawab dan
pengamatan serta melakukan perencanaan prosedur analisis. Juga, pengujian
terhadap sesuatu seperti dokumen yang mengikhtisarkan kegiatan operasi
bisnis dan manajemen klien serta struktur tata kelolanya relatif lebih mudah
dibandingkan dengan pengujian audit lainnya.

3) Pengujian pengendalian

Pengujian pengendalian juga melibatkan tanya jawab, pengamatan dan


pemeriksaaan, biaya relatifnya juga rendah dibandingkan dengan pengujian
subtantif. Namun demikian, pengujian pengendalian juga lebih mahal
dibandingkan dengan prosedur penilaian resiko karena lebih luas dari pada
pengujian yang diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian
telah berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian pnegendalian
internal tersebut melibatkan pengerjaan ulang.

5
Auditor dapat melakukan sejumlah besar pengujian pengendalian dengan
cepat menggunakan perangkat lunak audit. Perangkat lunak semacam itu dapat
menguji pengendalian dalam sistem akuntasni komputerisasi yang secara
otomatis mengesahkan penjualan kepada pelanggan yang ada dengan
membandingkan jumlah penjualan yang diminta dan saldo piutang dagang
yang ada dengan batas kredit pelanggan.

4) Pengujian subtantif transaksi

Pengujian subtantif transaksi lebih mahal dibandingkan dengan pengujian


pengendalian yang tidak melibatkan pengerjaan ulang, karena yang
sebelumnya sering kali melibatkan perhitungan ulang dan penelusuran.
Namun, dalam lingkungan yang terkomputerisasi, auditor sering kali dapat
melakukan pengujian subtantif transaksi dengan cepat untuk suatu sampel
transaksi yang besar.

5) Pengujian terperinci saldo

Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal di bandingkan dengan


jenis prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi
dan perhitungan persediaan. Karena biaya yang tinggi untuk menguji
perincian saldo, auditor biasanya mencoba untuk membuat perencanaan audit
dengan meminimalkan penggunaan kedua prosedur tersebut.

Biasanya, biaya untuk setiap jenis bukti berbeda dalam situasi yang berbeda.
Sebagai contoh, biaya yang dikeluarkan auditor untuk menguji perhitungan
persediaan (pengujian subtantif perincian saldo persediaan) sering kali bergantung
pada jenis dan jumlah rupiah persediaan tersebut, lokasinya, serta banyaknya
jenis-jenis persediaan.

6
 Hubungan Antara Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif

Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian subtantif dengan


lebih baik, mari kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu penyimpangan dalam
pengujian pengendalian hanya mengindentifikasikan kemungkinan salah saji yang
memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu penyimpangan
dalam pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan
suatu salah saji dalam laporan keuangan. Penyimpangan dalam pengujian
pengendalian dinamakan deviasi pengujian pengendalian.

Tiga tingkat defisiensi yaitu : defisiensi, defisiensi signnifikan dan kelemahan


material. Auditor meyakini salah saji rupiah yang material terjadi dalam laporan
keuangan ketika deviasi uji pengendalian dianggap sebagai kekurangan signifikan
atau kelemahan material. Sehingga, selanjutnya auditor harus melakukan
pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan
apakah salah saji rupiah yang material telah terjadi.

Sebagai contoh, misalnya pengendalian klien mengharuskan seorang petugas


independen untuk memverifikasi kuantitas, harga, dan penjumlahan dari setiap
faktur penjualan, yang mana setelahnya petugas tersebut harus menuliskan inisial
dalam salinan faktur penjaualan untuk menandai verifikasi telah dilakukan. Salah
satu prosedur pengujian pengendalian yang dilakukan adalah untuk memeriksa
sebuah sampel salinan faktur penjualan untuk inisial orang yang memverifikasi
informasi tersebut. jika tidak ada inisial pada sejumlah besar dokumen, maka
auditor harus mempertimbangkan dampaknya terhadap audit pengendalian
internal laporan keuangan dan menindak lanjutinya dengan melakukan pengujian
subtantif untuk audit laporan keuangan. Hal itu dapat dilakukan dengan
memperluas pengujian salinan faktur penjualan untuk memasukkan harga,
penjumlahan dan jumlah total (pengujian subtantif transaksi) atau dengan
menambah ukuran sampel untuk konfirmasi saldo akun piutang dagang
(pengujian subtantif perincian saldo). Meskipun pengendalian tidak berjalan
dengan efektif, fakutr tersebut mungkin tetap benar, khususnya jika orang yang

7
awalnya meyiapkan faktur penjualan tersebut telah melakukan pekerjaan dengan
hati-hati dan kompeten.

Di sisi lain, jika tidak ada dokumen, atau hanya beberapa dokumen yang tidak
memiliki inisial, maka pengendalian akan dianggap efektif sehingga auditor dapat
mengurangi pengujian subtantif transaksi dan pengujian terperinci saldo. namun,
beberapa pengerjaan ulang dan perhitungan ulang pengujian subtantif tetap
diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa petugas yang melakukkan
verifikasi tidak menuliskan inisial dalam dokumen tanpa benar-benar melakukan
prosedur pengendalain atau melakukkannya dengan asal-asalan. Karena
pentingnya melakukan beberapa pengujian dengan pengerjaan ulang dan
perhitungan ulang, banyak auditor yang melakukannnya sebagai bagian dari
pengujian pengendalian. Tidak sedikit auditor yang menunda hal tersebut,
menunggu hasil dari pengujian pengendalian dan kemudian menentukan ukuran
sampel yang di perlukan.

 Hubungan Antara Prosedur Analitis Dengan Pengujian Substantif

Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya


mengindikasikan kemungkinan salah penyajian yang berpengaruh pada nilai
rupiah laporan keuangan. Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan sebuah akun
dengan akun lainnya, atau dengan informasi non keuangan, dapat
mengindikasikan adanya peningkatan kemungkinan terjadinya salah saji tanpa
perlu membuktikan bukti langsung atas penyajian material tersebut. ketika
prosedur analitis tersebut mengindentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor
harus melakukkan pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo
untuk menentukan apakah salah penyajian rupiah benar-benar telah terjadi. Jika
auditor melakukan prosedur analitis subtantif dan meyakini bahwa kemungkinan
terjandinya salah penyajian kecil, pengujian subtantif lainnya dapat dikurangi.
Untuk akun-akun dengan saldo yang kecil, seperti misalnya akun perlengkapan
dan akun-akun beban dibayar dimuka, auditor sering kali membatasi pengujian
mereka hanya sapai ke prosedur analitis.

8
 Pilihan Antara Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substanstif

Terdapat dilema antara pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif.


Selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai resiko
pengendalian dibawah maksimum. Jika mereka melakukannya, mereka kemudian
harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan tingkat resiko
pengendalian yang dinilai tersebut dapat dibenarkan (mereka harus selalu
melakukan pengujian pengendalian dalam suatu audit pemgendalian internal
laporan keuangan). Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian resiko
pengendalian, resiko deteksi yang direncanakan dalam model resiko audit
meningkat, sehingga pengujian direncanakan dapat dikurangi.

B. Dampak Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit

PSA 07 (SA 326) dan PSA (SA 319) memberikan panduan bagi auditor dari
entitas-entintas yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atau mengakses
informasi penting secara elektronik. Bukti pelaksanaan pengendalian otomatis,
seperti perbandingan komputer atas permintaan penjualan dengan batas kredit
pelanggan, juga dapat berupa format elektronik.

Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul
dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi
risiko deteksi hingga ke tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan
pengujian substantif. Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan,
auditor dapat secara signifikan mengurangi pengujian substantive jika hasil
pengujian pengendalian mendukung efektivitas pengendalian. Dalam audit atas
suatu perusahaan publik, pengendalian yang dilakukan oleh komputer (yang
disebut dengan pengendalian otomatis) harus diuji jika auditor menganggapnya
sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji material
dalam laporan keuangan.

9
Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi
informasi, auditor mungkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis.
Sebagai contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir dipastikan
berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah. Jika auditor
memutuskan bahwa pengendalian otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat
memfokuskan pada pengujian selanjutnya untuk menilai apakah setiap perubahan
yang terjadi akan membatasi efektivitas pengendalian.Pendekatan ini dapat
mengakibatkan efisiensi audit yang signifikan ketika auditor memutuskan bahwa
pengendalian otomatis yang diuji di periode audit sebelumnya belum berubah dan
terus menjadi pengendalian yang efektif. Jika keberadaan pengendalian umum
yang efektif akan menyebabkan efisiensi audit yang signifikan, standart 2 PCAOB
mengharuskan auditor perusahaan publik untuk menguji pengendalian setiap
tahun.

Untuk menguji pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin


memerlukan teknik audit yang dibantu oleh komputer atau menggunakan laporan
yang dihasilkan oleh teknologi untuk menguji efektivitas pengendalian umum
teknologi informasi seperti pengendalian untuk perubahan program-program dan
pengendalian atas akses. Ketika auditor meguji pengendalian manual yang
berdasarkan pada laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor harus
mempertimbangkan baik efektivitas review yang dilakukan manajemen maupun
pengendalian otomatis terhadap akurasi informasi dalam laporan tersebut.

10
C. Kombinasi Bukti Perancangan Program Audit

 Kombinasi Bukti

Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan memadai untuk menghadapi risiko
risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan
kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi inisering kali
dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix).

 Perancangan Program Audit

Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan


penekanan yang tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit
yang spesifik untuk setiap jenis pengujian harus dirancang. Prosedur audit ini
kemudian digabungkan untuk membentuk suatu program audit. Setelah bukti
gabungan disetujui, auditor yang bertugas menyiapkan program audit atau
memodifikasi program yang sudah ada untuk memenuhi semua tujuan audit.
Auditor tersebut harus mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas, bukti
gabungan, risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan
lainnya, demikian pula dengan kebutuhan untuk suatu audit terintegrasi bagi
perusahaan publik.

Perlu diingat bahwa auditor juga merancang program audit untuk memenuhi
tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Sebagai tambahan di bagian
progam audit yang berisi prosedur penilaian risiko yang dilakukan dalam tahap
perencanaan, program audit bagi sebagian besar pengauditan dirancang dalam tiga
bagian utama. Ketiga bagian itu adalah pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi, prosedur analitis, dan pengujian perincian saldo.

11
Setiap siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat
sub-program audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan,
misalnya. Auditor dapat menggunakan :

1) Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi


untuk penjualan dan penerimaan kas

2) Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan fisik

3) Program audit pengujian terperinci saldo untuk kas, piutang dagang, beban
piutang tak tertagih, penyisihan piutang tak tertagih dan piutang lain-lain.

 Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi

Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi


biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman
terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur
penilaian risiko.

 Prosedur Audit

Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi,


auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor
mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko
pengendalian.

1) Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok transaksi


yang sedang diuji, seperti penjualan.

2) Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko


pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.

3) Mengmbangkan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian


internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko pengendalian
dibawah tingkat maksimum (pengendalian-pengendalian kunci).

12
4) Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing
tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi yang
tepat, dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam
pengendalian internal dan ekspektasi hasil pengujian pengendalian.

 Prosedur Analitis

Dikarenakan prosedur analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang


melakukannya padas semua pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama
pegujian substanti. Selama perencanaan , auditor dapat menghitung persentase
margin kotor untuk penjualan total, sementara selama pengujian substantif akun
piutang dagang, auditor dapat menghitung persentase margin kotor berdasarkan
bulan atau berdasarkan lini usaha, atau mungkin keduanya. Penghitungan
prosedur analitis berdasarkan jumlah bulanan biasanya lebih efektif dalam
mendeteksi salah saji dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan jumlah
tahunan, dan perbandingan berdasarkan lini usaha biasanya lebih efektif daripada
perbandingan berdasarkan perusahaan secara keseluruhan.

Ketika auditor merencanakan untuk menggunakan prosedur analitis untuk


memberikan keyakinan substantif mengenai suatu saldo akun, data yang
digunakan dalam perhitungan tersebut harus dapat diandalkan. Hal ini juga
berlaku untuk semua data, khususnya untuk data non keuangan.

 Pengujian Terperinci Saldo

Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor


menggunakan suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo.
Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi
tujuan tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi untuk piutang
dagang. Rancangan prosedur ini biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari
keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya yang sangat subjektif dan
memerlukan pertimbangan profesional yang besar.

13
Berikut keputusan-keputusan kunci dalam merancang prosedur audit
pengujian terperinci

 Mengidentifikasi Risiko-Risiko Bisnis Klien yang Berpengaruh pada


Akun Piutang Dagang

Sebagai bagian dari mendapatkan pemaharnan atas bisnis dan industri


klien, auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien
yang signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut
mengakibatkan meningkatnya risiko salah saji material dalam laporan
keuangan.

 Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Mengukur Risiko


Bawaan Piutang Dagang

Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara


keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk
mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang
signifikan.Risiko bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari
sejarah, lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan
salah saji yang tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan. Pertimbangan
yang memengaruhi risiko bawaan yang dapat diterapkan pada akun piutang
dagang yang membentuk jumlah total saldo piutang dagang, sifat bisnis klien,
perikatan awal, dan faktor risiko bawaan lainnya. Risiko bawaan juga dapat
diperluas untuk masing-masing tujuan audit terkait saldo. Risiko bawaan dapat
tetap rendah untuk semua tujuan lainnya.

 Menilai Risiko Pengendalian Siklus Penjualan dan Penagihan

Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik


pada penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang.
Pengendalian yang elektif akan mengurangi risiko pengendalian dan, demikian
pula jumlah bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan

14
pengujian terperinci saldo akan berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang
tidak memadai akan rnenaikkan jumlah bukti substantif yang diperlukan.

 Merancang dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substantif Transaksi Siklus Penjualan dan Penagihan

Pengujian pengendalian dan pengujian sübstantif transaksi dirancang


dengan harapan bahwa beberapa basil tertentu akan didapatkan. Hasil yang
diharapkan ini akan berpengaruh pada rancangan pengujian terperinci
transaksi. Sebagai contoh, biasanya auditor merencanakan untuk melakukan
pengujian meluas atas pengendalian ketika risiko pengendalian dinilai rendah.
Hal ini akan memungkinkan dilakukan pengujian substantif yang lebih sedikit
pada saldo akun piutang dagang.

 Merancang dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang


Dagang

Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk akun-.akun seperti


piutang dagang untuk dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan
salah saji dalam saldo akun tersebut dan untuk nengurangi pengujian audit
yang terperinci.

 Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang untuk


Memenuhi Tujuan Audit Terkait Saldo

Pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit,


ukuran sampel, unsur yang dipilih dan penentuan waktu. Prosedur harus
dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit terkait-saldo
dalam setiap akun.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalarn merancang pengujian terperinci
saldo adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dan pengujian pengendalian,
pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum
pengujian-pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus
merancang pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun

15
ketepatan rancangan tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian
lainnya.

 Ilustrasi Program Audit

Standar audit mengharuskan auditor untuk menggunakan program audit


tertulis. Sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan, dan bahwa
lebih dari satu prosedur audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur audit dapat
ditambahkan atau dihapuskan jika dipandang perlu oleh auditor. Untuk sebagian
besar prosedur audit, ukuran sampel unsur yang dipilih serta pernilihan waktu
juga dapat diubah.

Pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi serta prosedur analitis


substantif. Sebagaimana diindikasikan, jika asumsi-asumsi tersebut benar secara
material, program audit yang direncanakan kemungkinan perlu direvisi. Sebagai
contoh, prosedur analitis yang dilakukan mendekati akhir audit dapat
mengindikasikan potensi salah saji untuk beberapa tujuan audit terkait saldo.

Program audit sering kali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana


adalah dengan mengetik program audit dalam program pengolah kata dan
menyimpannya dalam arsip dan tahun yang satu ke tahun berikutnya untuk
memfasilitasi perubahan dan pemutakhiran. Pendekatan yang lebih canggih adalah
dengan menggunakan perangkat lunak audit yang membantu auditor berpikir
melalui pertimbangan rencana dan rnemilih prosedur yang tepat dari suatu basis
data prosedur audit. Prosedur-prosedur tersebut kernudian diorganisasikan ke
dalarn suatu program audit

16
BAB III

KESIMPULAN

Prosedur pengukuran dilakukan untuk menialai risiko salah saji material


dalam laporan keuangan. auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian
subtantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam
melakukan penilaian terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam
PSA 26 (SA350). Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis
dapat mencakup jenis bukti berikut ini perlu dicatat bahwa ketiga prosedur yang
pertama sama seperti yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal.

1) Melakukan Tanya jawab yang memadai dengan personel klien

2) Memeriksa dokumen , catatan dan laporan

3) Mengganti aktivitas terkait pengendalian

4) Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.

Pengujian subtantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji


salah saji rupiah (sering kali disebut salah saji moneter) yang secara langsung
berpengaruh pada ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga
jenis pengujian subtantif, ketiga jenis itu adalah pengujian subtantif transaksi,
prosedur analitis subtantif, serta pengujian terperinci saldo.

Pengujian subtantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam


tujuan audit terkait transaksi penjualan adalah transaksi penjualan benar-benar
terjadi (tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan
kelengkapan). Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut
berdasarkan urutan biaya yang rendah ke yang tinggi.

1) Prosedur analitis.

2) Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman


atas pengendalian internal.

17
3) Pengujian pengendalian.

4) Pengujian substansif transaksi.

5) Pengujian terperinci saldo.

Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi


risiko-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini
sering kali dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix).

Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan


menggunakanseperangkat subprogram audit yang terpisah. Dalam siklus
penjualan dan penagihan, misalnya. Auditor dapat menggunakan subprogram-
subprogramdibawah ini.

1) Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksiuntuk


penjualan dan penerimaan kas.

2) Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan fisik.

3) Program audit pengujian terperinci saldo untuk kas, piutang dagang, beban
piutang tak tertagih, penyisihan piutang tak tertagih dan piutang lain-lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al Haryono. 2014. AUDITING Edisi II. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

https://www.academia.edu/34931807/
strategi_audit_keseluruhan_dan_program_audit

http://kartikayogiswari.blogspot.com/2017/03/pengujian-dalam-audit.html?m=1

http://okta-wiskey.blogspot.com/2013/11/keseluruhan-perencanaan-dan-
program.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai