Disusun Oleh :
NPM : 51622220027
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Jl. PPh. Mustofa No. 59, Neglasari Kec. Cibeunying Kaler Kota Bandung
Jawa Barat 40124
PENDAHULUAN
Cost Volume Profit Analysis atau CVP analysis, juga biasa disebut sebagai
Analisis Break Even, adalah cara bagi perusahaan untuk menentukan bagaimana
perubahan biaya (baik variabel maupun tetap) dan volume penjualan mempengaruhi
laba perusahaan. Dengan informasi ini, perusahaan dapat lebih memahami kinerja
secara keseluruhan dengan melihat berapa banyak unit yang harus dijual untuk
mencapai titik impas atau untuk mencapai ambang batas keuntungan atau margin
keselamatan tertentu.
Ada beberapa komponen berbeda yang bersama-sama membentuk analisis
CVP. Komponen-komponen ini melibatkan berbagai perhitungan dan rasio, komponen
utama analisis CVP adalah sebagai berikut:
1. Rasio CM dan rasio biaya variable
2. Breakeven point (dalam satuan atau dolar)
3. Margin keamanan
4. Perubahan laba bersih
5. Tingkat leverage operasi
Untuk mengimplementasikan analisis CVP dengan benar, pertama-tama kita
harus melihat format margin kontribusi dari laporan laba rugi. Laporan laba rugi
reguler mengikuti urutan pendapatan dikurangi harga pokok penjualan dan
memberikan margin kotor, sedangkan pendapatan dikurangi biaya menghasilkan laba
bersih. Laporan laba rugi margin kontribusi mengikuti konsep yang sama tetapi
menggunakan format yang berbeda dengan memisahkan biaya tetap dan variabel.
Margin kontribusi adalah harga jual produk, dikurangi biaya variabel yang terkait
dengan produksi produk tersebut. Nilainya dapat diberikan dalam dolar total atau per
unit.
Contoh Laporan Laba Rugi Contribution Margin (CM) berikut untuk
menghitung komponen penting. Perusahaan XYZ memiliki laporan laba rugi margin
kontribusi sebagai berikut:
TOTAL PER UNIT
Penjualan 20,000 unit $ 1,200,000 $ 60
Dikurangi : Biaya Variabel - $ 900,000 -$ 45
Contribution Margin $ 300,000 $15
Dikurangi : Biaya Tetap - $240,000
Pendapatan Besih $ 60,000
Tabel 1. Laporan Laba Rugi Contribution Margin (CM)
Rasio CM yang tinggi dan rasio biaya variabel yang rendah menunjukkan rendahnya
tingkat biaya variabel yang dikeluarkan.
2. Titik Impas
Titik impas (BEP) dalam satuan adalah jumlah produk yang harus dijual
perusahaan untuk menutupi semua biaya produksi. Demikian pula, titik impas dalam
dolar adalah jumlah penjualan yang harus dihasilkan perusahaan untuk menutupi
semua biaya produksi (biaya variabel dan tetap).
Rumus breakeven point (BEP) adalah:
Menurut Ekpeyong & Nyong (1992), mengenai definisi SME (Small and
Medium Enterprises) dan hubungan antara biaya, volume, dan keuntungan dalam
konteks bisnis tidak ada definisi SME yang diterima secara universal karena klasifikasi
usaha kecil dan besar bersifat subyektif. Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam
definisi SME, seperti jumlah karyawan, kekuatan keuangan, nilai penjualan, ukuran
relatif, modal awal, dan jenis industri.
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Britania Raya, dan negara-negara
Eropa lainnya, definisi SME didasarkan pada omzet dan jumlah karyawan. Namun, di
Nigeria, definisi dan klasifikasi SME didasarkan pada modal yang digunakan, omzet,
dan jumlah karyawan. Salah satu definisi yang digunakan di Nigeria adalah usaha
dengan basis aset antara N5 juta hingga N500 juta dan tenaga kerja antara 11 hingga
300 termasuk dalam subsektor SME.
Artikel ini juga menyoroti hubungan erat antara biaya, volume, dan keuntungan
dalam bisnis. Ketika volume meningkat, biaya per unit cenderung menurun dan
keuntungan per unit meningkat. Hal ini mengindikasikan hubungan langsung antara
volume dan keuntungan, namun hubungan terbalik antara volume dan biaya. Analisis
hubungan ini berguna bagi akuntan biaya dan manajemen dalam perencanaan
keuntungan, pengendalian biaya, evaluasi kinerja, dan pengambilan keputusan. Dalam
konteks penelitian ini, usaha kecil didefinisikan sebagai bisnis yang memiliki
setidaknya dua karyawan.
Terdapat hubungan erat antara biaya, volume, dan keuntungan. Jika volume
meningkat, biaya per unit akan berkurang dan keuntungan per unit akan meningkat.
Dengan demikian, terdapat hubungan langsung antara volume dan keuntungan, tetapi
hubungan terbalik antara volume dan biaya. Analisis hubungan ini telah menjadi
menarik dan bermanfaat bagi akuntan biaya dan manajemen. Analisis ini dapat
diterapkan untuk perencanaan keuntungan, pengendalian biaya, evaluasi kinerja, dan
pengambilan keputusan.
KESIMPULAN
Bagian tersulit dalam situasi ini melibatkan penentuan bagaimana perubahan ini akan
memengaruhi pola penjualan – apakah penjualan akan tetap relatif sama, akan naik,
atau akan turun? Setelah perkiraan penjualan menjadi cukup masuk akal, ini hanya
masalah menghitung angka dan mengoptimalkan profitabilitas perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA