Anda di halaman 1dari 18

Analisa Biaya,Volume & Laba

Anggota Kelompok 5
Era Olivia Risda Noryani
1 4
(203020205020) (203020205025)

Mahmudah Siti Fatimah


2 5
(203030205030) (20302020501)

Rikha Amilia
Sri Agustina
Widdiarsih 3 6
(203010205002) (203030205047)
Pokok Bahasan
1. Model Analisis Pada 2. Analisa Impas Atau Break 3. Marjin Keamanan
Analisa Biaya, Volume Even Point (BEP) (Margin Of Safety)
& Laba

4. Anggapan Yang 5. Analisa Hubungan Biaya, 6. Perencanaan Laba Dan


Mendasari Analisa BEP Volume & Laba Kaitannya Dengan Pajak
Perusahaan
Model Analisa pada Biaya-Volume-Laba
Analisis biaya volume laba merupakan alat analisis bagi manajemen
tentang hubungan antara biaya, volume penjualan, dan laba. Dengan
melakukan analisis biaya, volume dan laba, dapat diketahui
hubungan antara perubahan volume penjualan (pendapatan) dan
perubahan terhadap harga jual (harga sewa) dan jumlah biaya (biaya
tetap dan biaya variabel). Jadi, manajemen dapat menentukan
volume penjualan (pendapatan) dan bauran produk yang dibutuhkan
untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan dengan sumber daya
yang dimiliki.
Analisis biaya-volume-laba, juga dikenal sebagai analisis titik impas,
berupaya menentukan titik impas untuk volume penjualan dan struktur biaya
yang berbeda, yang dapat berguna bagi manajer dalam mengambil keputusan
bisnis jangka pendek. Titik impas adalah jumlah unit yang perlu dijual atau
jumlah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan untuk menutupi biaya
yang diperlukan untuk membuat produk. Rumus volume penjualan titik
impas CVP adalah:
Volume Penjualan Impas = F C_C M
Di mana:
F C = Biaya tetap
C M = Margin kontribusi = Penjualan-Biaya Variabel
Untuk menggunakan rumus di atas guna mengetahui target volume penjualan
perusahaan, cukup tambahkan jumlah target laba per unit ke komponen biaya
tetap rumus tersebut.
Analisis CVP juga mengelola margin kontribusi produk. Margin
kontribusi adalah selisih antara total penjualan dan total biaya variabel.
Agar suatu bisnis memperoleh keuntungan, margin kontribusi harus
melebihi total biaya tetap. Rasio margin kontribusi ditentukan dengan
membagi margin kontribusi dengan total penjualan. Margin kontribusi
digunakan untuk menentukan titik impas penjualan. Dengan membagi
total biaya tetap dengan rasio margin kontribusi, titik impas penjualan
dalam dolar total dapat dihitung.
Misalnya, perusahaan dengan biaya tetap sebesar $100.000 dan margin
kontribusi sebesar 40% harus memperoleh pendapatan sebesar
$250.000 untuk mencapai titik impas
Analisa Titik Impas
Break Even Point (BEP) adalah keseimbangan antara jumlah
pendapatan yang diperoleh dibandingkan dengan jumlah biaya-
biaya yang telah dikeluarkan, dimana tidak terdapat laba
maupun rugi. Atau dengan kata lain suatu perusahaan itu
dikatakan dalam keadaan impas apabila perusahaan tersebut
tidak mendapatkan keuntungan ataupun menderita kerugian.

Mas’ud (1996:296), mengemukakan bahwa :“Titik Impas adalah


suatu keadaan dimana perusahaan dalam kondisi tidak
mendapatkan laba atau tidak menderita kerugian.”
Analisa Impas atau Break Even Point(BEP)
Analisis Break Even Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume
kegiatan. Oleh karena itu, analisa tersebut mempelajari hubungan biaya,
keuntungan dan volume kegiatan, yang biasa disebut dengan “Cost Profit
Volume Analysis, CPV Analysis). Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan
impas yaitu apabila setelah disusun laporan perhitungan rugi laba untuk suatu
periode tertentu perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan tidak
mendapatkan kerugian. Analisis impas (Break Event Point)juga merupakan
suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha
tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain
labanya sama dengan nol).
Marjin keamanan (Margin Of
Safety)
Margin of Safety bisa diterjemahkan secara langsung berarti “batasan
pengaman”. Pengertian secara spesifiknya dalam investasi saham
adalah sebuah batasan atau jarak antara harga saham yang ada pada
pasar dengan nilai intrinsik (harga sesungguhnya) dari saham itu.
Semakin besar jarak antara harga pasar dan nilai intrinsik, maka
semakin besar pula Margin of Safety (MoS) yang terbentuk. Semakin
besar margin of safety saham, maka investor akan lebih nyaman
dalam melakukan investasi.
Cara Menghitung Margin Of Safety
Sebagai contoh, kita telah menghitung nilai intrinsik saham A sebesar Rp 1.456
per lembar. Namun, harga tersebut dirasa masih di atas level risiko yang bisa kita
tanggung. Untuk menghindari kerugian yang tidak bisa ditolerir, kita menentukan
margin of safety sebesar 30%

Harga pembelian = nilai intrinsik x (1 – margin of safety)


= Rp 1.456 x (1 – 30%)
= Rp 1.019,2

Berdasarkan rumus margin of safety, kita bisa membeli saham tersebut ketika
harga saham tersebut berada di level beli kita, atau seharga Rp 1.019 per lembar.
Artinya, jika saham perusahaan A dijual di bawah nilai Rp 1.019, itu adalah
kesempatan bagus untuk kita membeli saham perusahaan A karena harganya
sedang murah.
Anggapan Yang Mendasari Analisa BEP
Break Even Point (BEP) merupakan suatu kondisi perusahaan
yang mana dalam operasionalnya tidak mendapat keuntungan
dan juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, antara
pendapatan dan biaya pada kondisi yang sama, sehingga
labanya adalah nol. Analisa Break Even Point (BEP) adalah
teknik Analisa untuk mempelajari hubungan antara volume
penjualan dan profitabilitas.
Dalam analisis break even point memerlukan informasi mengenai
penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Laba bersih akan diperoleh
bila volume penjualan melebihi biaya yang harus dikeluarkan,
sedangkan perusahaan akan menderita kerugian bila penjualan hanya
cukup untuk menutup sebagian biaya yang dikeluarkan, dapat
dikatakan dibawah titik impas. Analisis break even point tidak hanya
memberikan informasi mengenai posisi perusahaan dalam keadaaan
impas atau tidak, namun analisis break even point sangat membantu
manajemen dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
Analisis Hubungan Biaya, Volume dan Laba
Analisis Biaya Volume Laba (Analisis Titik Impas)
Analisis biaya-volume-laba merupakan suatu teknik / cara untuk mengitung
dampak yang terjadi akibat perubahan harga jual, jumlah volume produk
terjual dan juga biaya produksi terhadap besarnya laba yang diperoleh
perusahaan guna membantu manajemen dalam menyusun perencanaan laba
(profit planning) jangka pendek. Dengan demikian, analisis ini dapat dipakai
untuk menguji bagaimana perilaku dari total biaya, total pendapatan serta
besar laba operasi saat terjadi perubahan dalam jumlah output.
Persamaan Biaya-Volume-Laba (Cost-Volume-
Profit-Equation)
Dengan Analisis Biaya-Volume Laba perusahaan dapat mengambil kebijakan
atau langkah- langkah yang harus diambil dalam rangka untuk mencapai
perolehan laba yang diharapkan.
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi Laba:

1 2 3

Volume produk Harga jual Biaya produksi


yang dijual produk,atau jasa
Perencanaan Laba dan Kaitannya Dengan Pajak
Perusahaan
Terhitungan Laba dengan Menggunakan Tarif Pajak Tunggal

Tarif tunggal dalam PPN memiliki arti hanya terdapat satu tarif yang bersifat
seragam atau uniform rates berlaku dalam sistem Pajak Pertambahan Nilai. Baik itu
wajib pajak yang memiliki penghasilan rendah, menengah, maupun tinggi
dibebankan dengan tarif pajak yang sama tanpa memandang dari jumlah
penghasilan ataupun aset kekayaan yang dimiliki. Tarif ini adalah pajak yang
menggunakan satu tarif, terdiri atas:
(a) Tarif tetap adalah tarif pajak yang besarnya tetap dan tidak bergantung pada
nilai objek yang dikenakan pajak. Contohnya aturan bea materai untuk cek dan
ilyet giro dengan nominal berapapun adalah Rp. 3.000.-; dan
(b) Tarif proporsional (sebanding) adalah dengan menggunakan persentase tetap.
Perhitungan Laba dengan Menggunakan Tarif
Pajak Progresif
Pajak progresif adalah tarif pajak yang akan semakin naik sebanding dengan
naiknya dasar pengenaan pajak. Contoh pajak progresif, yaitu pajak
penghasilan (PPh). Dalam tarif pajak progresif ini, tarif pajak akan sebanding
dengan kewajiban pajak. Apabila Wajib Pajak memiliki kekayaan yang
semakin besar, maka tarif pajak yang dikenakan juga akan meningkat. Tujuan
dari tarif pajak progresif ini adalah untuk mempengaruhi orang-orang atau
Wajib Pajak yang memiliki penghasilan tinggi atau menengah, agar
menyadari bahwa mereka disanggupkan untuk membayar pungutan kepada
negara dengan jumlah yang lebih besar.
Contoh dari tarif pajak progresif ini, yaitu salah satunya adalah Pajak Penghasilan
(PPh). Berikut ini merupakan tarif Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi:

a. Tarif 5% dikenakan bagi Wajib Pajak berpenghasilan hingga Rp 60 juta


b. Tarif 15% dikenakan bagi Wajib Pajak berpenghasilan Rp 60 juta – Rp 250 juta
c. Tarif 25% dikenakan bagi Wajib Pajak berpenghasilan Rp 250 juta – Rp 500 juta
d. Tarif 30% dikenakan bagi Wajib Pajak berpenghasilan di Rp 500 juta - Rp 5 miliar
e. Tarif 35% dikenakan bagi Wajib Pajak berpenghasilan di atas Rp 5 miliar.

Contoh pajak progresif pph 21, yaitu memiliki Penghasilan Kena Pajak (PKP)
setahun lebih dari Rp60 juta, berlaku tarif pajak progresif PPh. Bukan hanya
dipotong dengan tarif PPh di lapisan PPh terendah, tetapi juga kena lapisan lainnya
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai