Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA: ALAT PERENCANAAN

MANAJERIAL

DOSEN PENGAJAR :

GUSMARILA EKA PUTRI, SE.

M.Ak

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

RITA LISNAYATI 1962201040


MELTHA FIRA 1962201023

NIKEN PARDEDE 1962201038

SRI NENTI 1962201027

YOKA MAWAR DELIMA 1962201105

ADELINA MULYANA 1962201074


WIDYA PRATIWI 1962201014

NOVIA MULYANI PUTRI 1962201162

FAKULTAS EKONOMO PRODI AKUNTANSI


UNIVERSITAS LANCANG KUNING
2021/2022
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Berhasil atau


tidaknya suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan manajemen dalam melihat
kemungkinan dan kemampuan di masa depan. Perencanaan merupakan salah satu factor
penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, perlu bagi perusahaan
mempunyai perencanaan yang baik.

Perusahaan perlu menyusun perencanaan laba agar segala kegiatan dapat terorganisir.
Perencanaan laba berhubungan dengan volume penjualan, hasil penjualan, biaya produksi
serta biaya operasi perusahaan. Apabila kondisi perusahaan dan perekonomian mengalami
perubahan maka perlu dilakukan analisis dalam merealisasikan laba agar tidak menyimpang
dari perencanaan.

Dalam hal ini, UD. MADU MURNI yang bergerak dalam peternakan lebah madu.
Perusahaan ini hanya berpedoman pada semakin tinggi tingkat penjualan semakin banyak
laba yang diperoleh. Dikarenakan perkembangan suatu perusahaan semakin meningkat,
diperlukan manajemen untuk menganalisa biaya produksi, volume penjualan, dan laba yang
digunakan perusahaan untuk mengadakan evaluasi kegiatan yang sudah berjalan maupun
kegiatan yang akan datang. Analisis terbaik adalah dengan analisis biaya-volume-laba.

1.2 Rumusan Masalah

Berapakah Break Event Point (BEP) atau titik impas dari UD. MADU MURNI?
2. TINJAUAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Titik Impas dalam Unit dan Penjualan dalam Dolar


Analisis biaya-volume-laba (cost-volume-pofit) memperkirakan bagaimana
perubahan biaya (baik biaya variabel maupun tetap), volume penjualan, dan harga
memengaruhi laba perusahaan. CVP adalah alat yang sangat baik untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan. Bahkan, CVP adalah salah satu alat yang paling adaptif dan paling
luas penerapannya yang digunakan oleh akuntan manajerial untuk membantu para manajer
dalam mengambil keputusan yang lebih baik.

Perusahaan-perusahaan menggunakan analisis CVP untuk meraih tolak ukur yang


penting, seperti titik impas. Titik impas (break event point) adalah titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya (yaitu, titik saat laba sama dengan nol). Perusahaan-
perusahaan baru biasanya mengalami kerugian (laba operasi yang negative) diawal
operasinya dan memandang periode titik impas mereka sebagai awal yang signifikan. Selain
itu, para manajer menjadi sangat tertarik dengan analisis CVP selama masa ekonomi yang
buruk. Oleh karena itu, analisis CVP membantu para manajer untuk menentukan
permasalahan dan mendapatkan solusinya.

Analisis CVP dapat mengarahkan banyak permasalahan lainnya, termasuk:

1. Jumlah unit yang harus terjual untuk memperoleh titik impas.

2. Pengaruh dari pengurangan biaya tetap pada titik impas.

3. Pengaruh dari peningkatan harga atas laba.

Analisis CVP juga mempermudah para manajer dalam melakukan analisis sensitivitas
dengan meneliti dampak dari beberapa tingkatan harga atau biaya terhadap laba. Karena
analisis CVP memperlihatkan bagaimana pendapatan, beban, dan laba berperilaku saat
volume berubah, analisis CVP biasanya dimulai dengan mencari titik impas perusahaan
dalam unit yang terjual.
Menggunakan Laba Operasi dalam Analisis Biaya-Volume-Laba

Dalam analisis CVP, istilah “biaya” dan “beban” sering digunakan secara bergantian.
Hal ini karena fondasi konseptual dari CVP adalah analisis titik impas ekonomis dalam
jangka pendek. Berdasarkan hal tersebut, diasumsikan bahwa semua unit yang diproduksi
terjual. Rumus laba operasi:

Laba Operasi = Total Pendapatan – Total Beban

Oleh karena itu, semua biaya produk dan periodic pada akhirnya akan disajikan sebagai
beban dalam laporan laba rugi. Untuk laporan laba rugi, beban dikelompokkan berdasarkan
fungsi; yaitu, fungsi produksi (atau penyediaan jasa), fungsi penjualan, dan fungsi
administrasi. Namun, untuk analisis CVP, akan lebih bermanfaat mengelompokkan biaya-
biaya kedalam komponen tetap dan variabel. Fokusnya adalah pada perusahaan secara
keseluruhan.

Oleh karena itu, biaya mengacu kepada seluruh biaya dari suatu perusahaan-produksi,
penjualan, dan administrasi. Biaya variabel adalah seluruh biaya yang meningkat saat lebih
banyak unit yang terjual, yang terdiri atas:

1. bahan baku langsung

2. tenaga kerja langsung

3. overhead variabel

4. biaya penjualan dan administrasi variabel

Demikian pula, biaya tetap terdiri atas:

1. overhead tetap

2. beban penjualan dan administrasi tetap

Format laporan laba yang berdasarkan atas pemisahan biaya menjadi komponen tetap
dan variabel disebut dengan laporan laba rugi margin kontribusi (contribution margin
income statement). Berikut format laporan laba rugi margin kontribusi:
Penjualan Rp. xxx

Total biaya variabel (Rp. xxx)

Total margin kontribusi Rp. xxx

Total biaya tetap (Rp. xxx)

Laba operasi Rp. xxx

Margin kontribusi (contribution margin) adalah selisih antara penjualan dan beban
variabel. Margin kontribusi adalah jumlah dari pendapatan penjualan yang tersisa setelah
seluruh beban variabel terpenuhi yang dapat digunakan untuk berkontribusi ke beban tetap
dan laba operasi. Margin kontribusi dapat dihitung secara total atau per unit.

Titik Impas dalam Unit

Jika laporan laba rugi margin kontribusi diubah sebagai sebuah persamaan maka
laporan laba rugi margin kontribusi akan lebih bermanfaat dalam memecahkan persoalan
CVP. Persamaan laba operasi adalah:

Laba Operasi = Penjualan-Total Beban Variabel-Total Beban Tetap

Persamaan tersebut adalah dasar dari seluruh usaha pada CVP. Kita beranggapan
bahwa total margin kontribusi adalah persamaan CVP dasar. Kita dapat memperluas
persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjualan dan beban variabel dalam
jumlah dolar per unit dan jumlah unit yang terjual. Secara spesifik, pendapatan penjualan
sama dengan harga jual perunit dikalikan dengan jumlah unit yang terjual, dan total biaya
variabel sama dengan biaya variabel per unit dikalikan dengan jumlah yang terjual. Oleh
karena itu, persamaan laba operasi menjadi:

Laba Operasi = (Harga x Jumlah Unit yang Terjual) – (Biaya Variabel per Unit x Jumlah Unit
yang Terjual) - Total Biaya Tetap

Persamaann laba operasi dapat disusun ulang sebagai berikut untuk memperlihatkan
jumalh unit pada titik impas :

Titik Impas dalam Unit = Total biaya tetap______

Harga – Biaya Variabel per Unit


Dengan kata lain, titik impas dalam unit sama dengan biaya tetap dibagi dengan margin
kontribusi per unit. Jadi, jika sebuah perusahaan menjual produknya dalam jumlah unit
sehingga menghasilkan margin kontribusi yang hanya cukup untuk menutup biaya tetap,
perusahaan akan memperoleh laba operasi sebsar nol dan perusahaan berada di titik impas.
Dalam menghitung titik impas, lebih cepat jika kita menggunakan persamaan versi laba
operasi dibandingkan persamaan laba operasi yang asli.

Titik Impas dalam Nilai Penjualan

Terkadang para manajer yang menggunakan analisis CVP lebih senang menggunakan
pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan, bukan unit yang terjual. Ukuran
unit yang terjual dapat dikonversi menjadi:

Pendapatan Penjualan = Harga x Unit Terjual

Rasio Biaya Variabel. Untuk menghitung titik impas penjualan dalam dolar, total biaya
variabel ditetapkan sebagai sebuah persentase penjualan, bukan sebagai jumlah perunit yang
terjual. Rasio biaya variabel (variable cost ratio) adalah proporsi dari setiap dolar penjualan
yang harus digunakan untuk menutupi biaya variabel. Rasio biaya variabel dapat dihitung
dengan menggunakan data dalam total atau unit.

Rasio Biaya Variabel = Total Biaya Variabel

Penjualan

ATAU

Rasio Biaya Variabel = Biaya Variabel per Unit

Penjualan

Rasio Margin Kontribusi. Persentase dari penjualan dalam dolar yang tersisa setelah biaya
variabel terpenuhi adalah rasio margin kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution
margin ratio) adalah proporsi dari setiap penjualan dalam dolar yang tersedia untuk menutupi
biaya tetap dan memberikan laba. Rumus:

Rasio Margin Kontribusi = Total Margin kontribusi

Penjualan
ATAU

Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi per Unit

Harga Jual

Unit Dan Penjualan Dalam Dolar Yang Dibutuhkan Untuk Meraih Target
Laba

Untuk mencapai target laba, pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan
pendekatan laba operasi atau pendekatan margin kontribusi. Dalam pendekatan target laba
sebagai sebuah dolar, anggaplah bahwa whittier company ingin memperoleh laba operasi
sebesar $60.000. dalam hal ini, berapakah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk
mencapai hasil ini? Jika menggunakan laporan laba rugi maka hasilnya adalah sebagai
berikut:

$60.000 = ($400 x unit) – ($325 x unit) - $45.000

$105.000 = $75 x unit

Unit = 1.400

Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan target laba
sebesar $60.000 pada biaya tetap dan langsung :

Unit = ($45.000 + $60.000)/($400 – $325)

Unit = $105.000/$75

Unit = 1.400

Artinya whitter harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan
laba operasi sebesar $60.000. laporan laba rugi berikut membuktikan hasil ini :

Penjualan (1.400 unit @$400) $560.000

Dikurangi : beban variabek 455.000

Margin kontribusi $105.000

Dikurangi : beban tetap 45.000


Laba operasi $60.000

Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik impas.
Seperti yang baru saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput,
atau 800 lebih banyak dari volume impas 600 unit, untuk menghasilkan laba sebesar $60.000.
Margin kontribusi per mesin pemotong rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800
unit mesin pemotong rumput diatas impas akan menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x
800). Hasil ini menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit untuk setiap unit diatas impas
adalah sama persis dengan laba per unit. Karena titik impas telah dihitung, maka jumlah
mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk menghasilkan laba operasi $60.000 dapat
dihitung dengan membagi margin kontribusi per unit ke dalam target laba dan menambahkan
hasilnya dengan volume impas.

Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap
laba perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat dinilai dengan
mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh,
jika 1.500 mesin pemotong rumput, bukan 1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang
akan diperoleh? Perubahan dalam unit yang terjual adalah suatu kenaikan sebanyak 100
mesin pemotong rumput, dan margin kontribusi per unit adalah $75. Dengan demikian, laba
akan meningkat sebesar $7.500 ($75 x 100).

Dalam pendekatan target laba sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan
(after taxes), anggaplah bahwa Whittier Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong
rumput yang harus dijual untuk menghasilkan laba yang sama dengan 15 persen dari
pendapatan penjualan. Pendapatan penjualan adalah harga dikalikan dengan kuantitas.
Dengan menggunakan laporan laba rugi (yang lebih sederhana dalam kasus ini), maka
diperoleh:

0,15 ($400) (Unit) = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$60 x Unit = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$60 x Unit = ($75 x Unit) - $45.000

$15 x Unit = $45.000

Unit = 3.000
Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilkan laba yang
sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan? Untuk 3000 mesin pemotong rumput,
total pendapatan adalah $1,2 juta ($400 x 3.000). Disini laba dapat dihitung tanpa harus
menyusun laporan laba rugi yang formal. Ingat, bahwa diatas impas margin kontribusi per
unit adalah laba per unit. Volume impas adalah 600 mesin pemotong rumput. Jika 3.000
mesin pemotong rumput terjual, maka ada 2.400 (3.000 – 600) mesin pemotong rumput
diatas titik impas yang telah terjual. Jadi, laba sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x 2400),
yang merupakan 15 persen dari penjualan ($180.000/$1.200.000).

Target Laba Setelah Pajak Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak
berperan. Ini disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika
perusahaan ingin mengetahui berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih
tertentu, maka diperlukan beberapa pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba
bersih adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan bahwa angka target laba dinyatakan
dalam kerangka sebelum pajak. Dengan demikian, ketika target laba dinyatakan sebagai laba
bersih, harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba operasi.

Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung
dengan mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).

Laba bersih = laba operasi – pajak penghasilan

= laba operasi – (tarif pajak x laba operasi)

= laba operasi (1 – tarif pajak)

Atau

Laba operasi = Laba bersih/(1- Tarif Pajak)

Misalkan Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan tarif
pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target laba
sebelum pajak, selesaikanlah langkah-langkah berikut:

$48.750 = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)

$48.750 = 0,65 (Laba operasi)

$75.000 = Laba operasi


Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Whittier Company harus
menghasilkan $75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $48.750 setelah pajak
penghasilan. Dengan pengonversian ini, maka dapat dihitung jumlah unit yang harus dijual:

Unit = ($45.000 + $75.000)/$75

Unit = $120.000/$75

Unit = 1.600

Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan sebanyak
1.600 mesin pemotong rumput.

Penjualan (1.600 @$400) $640.000

Dikurangi: Beban Variabel 520.000

Margin kontribusi $120.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 75.000

Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) 26.250

Laba bersih $ 48.7501

Grafik Hubungan Biaya-Volume-Laba

Grafik Laba-Volume

Grafik laba-volume (profit-volume graph) menggambarkan secara visual hubungan


antara laba (laba operasi) dan unit yang terjual. Grafik laba-volume adalah grafik dari
persamaan laba operasi:

Laba Operasi = (Harga Jual x Unit Terjual) – (Biaya Variabel per Unit x Unit Terjual)

- Total Biaya Tetap

Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel dependen dan unit yang terjual adalah
variabel independennya. Nilai dari variabel independent biasanya diukur sepanjang sumbu

1
Ray H. Garrison, dkk. (2007) Akuntansi Manajerial, Jakarta, Salemba Empat
horizontal dan variabel dependen diukur sepanjang sumbu vertical. Hubungan ini dapat
dinyatakan dalam grafik dengan menempatkan unit sepanjang sumbu horizontal dan laba
(atau rugi) operasi sepanjang sumbu vertical. Diperlukan dua titik untuk menggambarkan
persamaan linearnya. Biasanya, setiap titik dapat menjadi dua titik yang dibutuhkan tersebut,
dua titik yang sering dipilih adalah dua titik yang terhubung dengan jumlah unit yang terjual
sebesar nol dan laba sebesar nol.

Grafik Biaya-Volume-Laba

Grafik biaya-volume-laba (cost-volume-profit graph) memperlihatkan hubungan di


antara biaya, volume, dan laba (laba operasi) dengan menggambarkan garis total pendapatan
dan garis total biaya pada grafik. Untuk memperoleh hubungan yang lebih terperinci, perlu
untuk menggambarkan dua garis terpisah-garis total pendapatan dan garis total biaya. Kedua
garis tersebut diwakili oleh dua persamaan berikut:

Pendapatan = Harga Jual per Unit x Jumlah unit

Total Biaya = (Biaya Variabel per Unit x Jumlah Unit) + Biaya Tetap

Asumsi-Asumsi Analisis Biaya-Volume-Laba

Grafik volume-laba dan biaya-volume-laba bergantung pada beberapa asumsi penting.


Beberapa asumsi tersebut adalah:

1. Terdapat fungsi biaya dan pendapatan yang linear yang dapat ditentukan dan tetap
konstan pada kisaran yang relevan.
2. Harga jual dan biaya-biaya diketahui dengan pasti.
3. Jumlah unit yang diproduksi adalah jumlah unit yang dijual-tidak ada persediaan
barang jadi.
4. Bauran penjualan diketahui dengan pasti untuk situasi titik impas untuk lebih dari satu
jenis produk.

Fungsi biaya dan pendapatan yang linear. CVP mengasumsikan bahwa fungsi biaya dan
pendapatan bersifat linear, yang berarti bahwa keduanya berupa garis lurus. Analisis CVP adalah alat
pengambilan keputusan jangka pendek. Kita hanya perlu menentukan kisaran operasi saat ini, atau
kisaran yang relevan, dimana hubungan biaya dan pendapatan yang linear adalah sahih. Setelah
kisaran yang relevan telah ditentukan maka hubungan biaya dan pendapatan diasumsikan diketahui
dan konstan.

Harga dan biaya diketahui dengan pasti. Kenyataannya, perusahaan-perusahaan jarang


mengetahui harga, biaya variabel, dan biaya tetap dengan pasti. Perubahan yang terjadi pada
salah satu variabel biasanya memengaruhi nilai dari variabel lainnya. Seringkali terdapat
distribusi probabilitas yang harus dipertimbangkan.

Produksi sama dengan penjualan. CVP mengasumsikan bahwa semua unit yang diproduksi
terjual seluruhnya. Pemikiran bahwa persediaan tidak memiliki pengaruh pada analisis titik
impas masuk akal. Analisis titik impas adalah teknik pengambilan keputusan dalam jangka
pendek sehingga kita mencari sesuatu yang dapat menutupi seluruh biaya pada periode waktu
tertentu. Persediaan mengandung biaya-biaya dari periode sebelumnya dan tidak
dipertimbangkan dalam analisis CVP.

Bauran penjualan konstan. Dalam analisis produk tunggal, bauran produk tentu saja konstan-
satu produk dihitung sebagai penjualan 100 persen. Analisis titik impas untuk lebih dari satu
jenis produk membutuhkan bauran penjualan yang konstan. Namun, tidak mungkin untuk
memperkirakan bauran penjualan dengan pasti. Dengan menggunakan kemampuan analisis
spreadsheet, sensitivitas dari variabel-variabel ke berbagai macam bauran penjualan dapat
segera dinilai.

Ilustrasi Hubungan Di Antara Variabel-Variabel Dalam CVP


Panel A
$40,000

$35,000

$30,000

$25,000
Axis Title

$20,000

$15,000

$10,000

$5,000

$-
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

Panel b
$40,000

$35,000

$30,000

$25,000
Axis Title

$20,000

$15,000

$10,000

$5,000

$-
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
panel c
$40,000

$35,000

$30,000

$25,000
Axis Title

$20,000

$15,000

$10,000

$5,000

$-
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

panel d
$40,000

$35,000

$30,000

$25,000
Axis Title

$20,000

$15,000

$10,000

$5,000

$-
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

Kita perlu memahami hubungan diantara variabel-variabel dalam CVP yang terdiri atas harga
jual, biaya variabel per unit, dan total biaya tetap. Perhatikan Lotts Company yang
memproduksi dan menjual satu jenis produk dengan biaya-biaya sebagai berikut.

Harga jual per unit $10,00

Biaya per unit 5,00

Biaya tetap 10.000

Margin kontribusi = $10 - $5 =$5


Titik impas dalam unit = $10.000/($10 - $5) = 2.000

Hal ini diilustrasikan dalam Panel A. Garis total pendapatan, diperlihatkan dalam warna
oranye, memiliki kemiringan 10 dan garis total biaya diperlihatkan dalam warna biru
memiliki kemiringan sebesar 5. Titik perpotongan garis total pendapatan dan garis total biaya
adalah pada 2.000 unit, yang merupakan titik impas. Jumlah unit yang terjual diatas titik
impas akan menghasilkan laba, jumlah unit yang terjual dibwah titik impas akan
menghasilkan kerugian.

Pengaruh dari perubahan harga jual. Dalam Panel B, harga mengalami kenaikan menjadi
$12, tetapi biaya variabel per unit dan total biaya tetap masih sama. Margin kontribusi per
unit yang baru $7 ($12-$5). Bandingkan garis pendapatan baru yang lebih curam, dengan
kemiringan sebesar $12, ke garis pendapatan awal seperti terlihat di Panel A. Total garis
biaya tetap juga tidak berubah. Perpotongan antara garis pendapatan dan garis biaya telah
bergeser ke kiri yang menghasilkan titik impas baru yang lebih rendah, yaitu 1.429 unit
(pembulatan)

Titik Impas dalam Unit = $ 10. 000_ = 1.429 (pembulatan)

$ 12 - $ 5

Setiap kenaikan harga jual akan menandakan margin kontribusi yang lebih tinggi sehingga
titik impas menjadi lebih rendah.

Pengaruh dari perubahan biaya variabel per unit. Dalam Panel C, biaya variabel per unit
meningkat menjadi $ 6, tetapi harga jual dan total biaya tetap masih sama. Margin kontribusi
yang baru menjadi lebih rendah, yaitu $ 4 ($10 - $6). Garis total pendapatan sama seperti
dalam Panel A. Namun, garis total biaya memiliki kemiringan yang lebih curam sebesar 6
dan memotong garis total pendapatan ke sebelah kanan yang menyebabkan titik impas yang
lebih tinggi. Bandingkan garis total biaya yang baru dengan garis total biaya awal seperti
terlihat dalam Panel A.

Titik Impas dalam Unit = $10.000_ = 2.500 unit

$12 - $6

Oleh karena itu, setiap kenaikan dalam biaya variabel per unit akan menandakan bahwa
margin kontribusi yang lebih rendah dan titik impas yang lebih tinggi.
Pengaruh dari perubahan biaya tetap. Terakhir, dalam Panel D, total biaya tetap mengalami
kenaikan menjadi $12.000, tetapi harga jual dan biaya variabel per unit tetap sama. Total
garis biaya baru memotong sumbu vertical pada angka $12.000, bukan pada titik awal
sebesar $10.000. Karena harga jual dan biaya variabel per unit tidak berubah, margin
kontribusi akan tetap sebesar $5 per unit dan garis total pendapatan tidak berubah dalam
Panel A. Namun, garis total biaya telah bergeser ke atas sebesar $2.000 yang mencerminkan
terjadinya kenaikan pada biaya tetap. Titik awal impas yang baru bergeser jauh kekanan jika
dibandingkan dengan titik impas awal dalam Panel A dan memperlihatkan titik impas dalam
unit sebesar 2.400.

Titik Impas dalam Unit = $12.000_ = 2.400

($10 - $5)

Oleh karena itu, setiap kenaikan biaya tetap menandakan bahwa titik impasnya menjadi lebih
tinggi. Tentu saja, banyak perubahan yang dapat dilakukan terhadap kelompok data
sederhana Lott Company tersebut untuk mengetahui bagaimana margin kontribusi dan titik
impas dapat dipengaruhi.

Analisis Produk Lebih Dari Satu

Untuk tujuan memaksimumkan laba, perusahaan sering menjual lebih dari satu
produk, untuk itu perusahaan harus menentukan kombinasi produk yang paling
menguntungkan.

Dalam hal tidak ada batasan dalam sumber aconomis, maka contrubution margin total
tertinggi akan tercapai, apabila diproduk yang CM per unit tertinggi.

Analisis biaya volume laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk
tunggal. Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau
jasa. Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi
multiproduk, pengoperasiannya tidak berbeda jauh. Beban tetap langsung (direct fixed
expenses) adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika
produk tersebut tidak ada.

Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan
akan tetap muncul meskipun salah satu produk ditelusuri.
Contoh Whittier Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin pemotong
rumput, yaitu mesin manual dengan harga $400/unit dan mesin otomatis dengan harga
$800/unit. Departemen pemasaran yakin bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan
800 mesin pemotong rumput otomatis dapat terjual tahun depan. Proyeksi Laporan Laba Rugi
terlihat sebagai berikut:

Mesin Manual Mesin Otomatis Total

Penjualan 480.000 640.000 1.120.000


Dikurangi: beban Variabel 390.000 480.000 870.000
Margin Kontribusi 90.000 160.000 250.000
Dikurangi: Beban tetap Langsung 30.000 40.000 70.000
Margin Produk 60.000 120.000 180.000
Dikurangi: Beban tetap Umum 26.250
Laba Operasi 153.750

Contoh Berikut:

1. Perusahaan menjual dua jenis produk A dan B.

 Volume penjualan A sebanyak 40 unit dan B sebanyak 60 unit.


 Harga jual A sebesar Rp. 1.000,- biaya variabel Rp. 750,-
Harga jual produk B sebesar Rp. 2.000,- biaya variabel sebesar Rp. 1.000,-

Biaya tetap perusahaan adalah Rp. 42.000,-

Maka kita dapat menghitung analisis-analisis berikut ini :

#1: Marjin kontribusi :


Produk A = Rp. 1.000 – Rp. 750 = Rp. 250
Produk B = Rp. 2.000 – Rp. 1.000 = Rp. 1.000

Proporsi A = 40 : 100 = 40%


Proporsi B = 60 : 100 = 60%
#2: Breakevenpoint dalam unit :
= 42.000 : (250 x 40%) + (1.000 x 60%)
= 42.000 : 700 = 60 unit

Atau masing-masing terjual :

Produk A = 40% x 60 unit = 24 unit


Produk B = 60% x 60 unit = 36 unit

#3: Breakevenpoint dalam rupiah :


= Unit x Harga jual

Produk A = 24 x Rp. 1.000 = Rp. 24.000,-


Produk B = 36 x Rp. 2.000 = Rp. 72.000,-

Total BEP dalam rupiah produk A dan B = Rp 24.000 + Rp. 72.000,= Rp. 96.000,-

#4: Perhitungan Laba Rugi adalah berikut ini:


Penjualan : Rp. 96.000

Biaya variabel :

Produk A = 24 x Rp. 750 = Rp. 18.000


Produk B = 36 x Rp. 1.000 = Rp. 36.000
Total biaya variabel = Rp. 54.000

Contribution Margin :
= Rp. 96.000 – Rp. 54.000 = Rp. 42.000,-

Laba Rugi :

= Contribution Margin – Biaya Tetap


= Rp. 42.000 – Rp. 42.000 = Rp. 02

2
Maryanne M. Mowen, dkk. (2019) Dasar-Dasar Akuntansi Manajerial, Jakarta, Salemba Empat. Hal. 18
2. PT EI Sari menjual tiga macam produk dengan komposisi sebagai berikut: produk A =
10.000 unit; produk B = 15.000 unit; produk C = 10.000 unit. Perhitungan laba kontribusi
untuk masing-masing produk dapat disajikan dengan cara di bawah ini.

Produk Pendapatan Biaya Laba Persentase Biaya (P/V


Penjualan Variabel Kontribusi Variabel dari Hasil Ratio
Penjualan

A Rp 250.000 Rp 150.000 Rp 100.000 60% 40%


B 450.000 180.000 270.000 40% 60%
C 500.000 150.000 350.000 30% 70%

Rp1.200.000 Rp 480.000 Rp 720.000 40% 60%

Biaya tetap Rp 500.000

Laba bersih Rp 220.000


Rp 500.000
Impas = = Rp 833.333
0,6

Untuk menggambarkan analisis biaya-volume-laba per jenis produk, data diatas dapat
disajikan dengan cara sebagai berikut:
1. Dibuat grafik yang dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi dengan garis penjualan
yang dibuat mendatar. Sumbu tegak menunjukkan jumlah laba dan rugi pada berbagai
tingkat volume penjualan.
2. Dibuat garis rugi-laba yang dimulai dari titik rugi terbesar sebesar Rp500.000 (yaitu
pada volume penjualan sama dengan nol, kerugian sebesar biaya tetapnya), kemudian
ditarik garis lurus ke titik laba total Rp220.000. Titik impas terletak pada titik
perpotongan garis rugi-laba dengan garis penjualan.
3. Dibuat garis rugi-laba untuk tiap-tiap produk, dimulai dari produk yang pendapatan
penjualannya terendah (dalam contoh ini Produk A). Garis rugi-laba dimulai dari titik
biaya dan ditarik garis lurus ke titik rugi Rp400.000 di bawah titik penjualan
Rp250.000. Titik ini menunjukkan bahwa Rp100.000 dari biaya tetap sebesar
Rp500.000 telah ditutup oleh Produk A.
4. Garis rugi-laba untuk Produk B dimulai dari akhir garis rugi-laba Produk A. Garis
rugi-laba Produk B berakhir pada titik rugi Rp130.000 di bawah titik penjualan Rp
700.000 (yaitu jumlah penjualan Produk A dan B). Selisih antara akhir garis rugi-laba
Produk A dengan titik akhir garis rugi-laba Produk B sebesar Rp270.000
menunjukkan bahwa Rp270.000 dari biaya telah ditutup oleh Produk B.
5. Garis rugi-laba Produk C dimulai dari akhir garis rugi-laba Produk B. Garis ini
menyeberangi daerah rugi ke daerah laba ke arah titik laba Rp220.000.

2.2 Analisis Biaya-Volume-Laba Dan Risiko Serta Ketidakpastian

Karena perusahaan-perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, perusahaan-


perusahaan tersebut harus mengetahui perubahan dalam harga jual, biaya-biaya variabel dan
biaya tetap. Perusahaan harus memperhitungkan pengaruh dari jual, margin kontribusi per
unit, dan biaya tetap. Pada manajer dapat menggunakan analisis CVP untuk menangani risiko
dan ketidakpastian.

Berdasarkan bauran penjualan tertentu analisis CVP dapat digunakan seakan-akan


perusahaan hanya menjual satu jenis produk. Namun saat harga suatu produk berubah, bauran
penjualan dapat terpengaruh karena para konsumen mungkin akan membeli produk tersebut
lebih banyak atau mengurangi pembelian. Ingatlah bahwa bauran penjualan yang baru akan
mempengaruhi jumlah ini dari setiap produk yang harus terjual agar memperoleh target laba
yang diinginkan. Jika bauran penjualan untuk periode yang akan datang tidak pasti, mungkin
perlu untuk melihat pada beberapa bauran yang berbeda-beda. Dengan cara ini seorang
manajer akan memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai hasil-hasil yang mungkin
dihadapi oleh perusahaan

Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian

Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya-biaya diketahui dengan
pasti asumsi ini jarang sekali akurat resiko dan ketidakpastian adalah bagian dari
pengambilan keputusan bisnis dan bagaimanapun juga harus dihadapi. Secara formal resiko
berbeda dari ketidakpastian, dimana resiko adalah distribusi probabilitas dari variabel-
variabel yang diketahui sedangkan ketidakpastian tidak diketahui distribusi probabilitasnya.
Namun, untuk kepentingan analisis CVP istilah risiko dan ketidakpastian digunakan secara
bergantian.

Terdapat beberapa jenis metode untuk manajer menghadapi risiko dan ketidakpastian

 Pertama, tentu saja, adalah manajemen harus sadar akan sifat ketidakpastian dari masa
depan, harga, biaya, dan kuantitas.
 Selanjutnya, para manajer bergerak dari pertimbangan akan titik impas ke apa yang
disebut dengan “break-even band”.
 Berikutnya, para manajer dapat melakukan analisis sensitivitas atau analisis waktu
what-if . Dalam contoh ini program spreadsheet sangat membantu karena para
manajer dapat menentukan hubungan titik impas atau (target laba) dan kemudian
melakukan pengecekan untuk melihat pengaruh dari biaya biaya dan harga jual yang
berbeda-beda dan kuantitas yang terjual.

Dua konsep yang berguna bagi manajemen adalah margin of safety dan operating
leverage. Kedua konsep ini dapat dianggap sebagai ukuran-ukuran risiko. Setiap konsep
memberikan pengetahuan tentang biaya tetap dan variabel.

Margin of safety adalah jumlah unit yang terjual atau pendapatan yang diperoleh diatas
volume titik impas. Margin of safety dihitung sebagai berikut :

Margin of safety = Penjualan – Penjualan Titik Impas

Margin of safety dapat dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko. Selalu ada
kejadian, yang tidak diketahui saat rencana dibuat, yang dapat menurunkan penjualan
dibawah tingkatan awal yang diharapkan.

Operating Leverage dalam fisika, lever adalah mesin yang digunakan untuk
menggandakan kekuatan. Pada dasarnya, lever menggandakan usaha yang dilakukan untuk
bekerja lebih banyak. Semakin besar muatan yang dipindahkan oleh sejumlah usaha tertentu,
semakin besar manfaat mekanisnya.

Degree of Operating Leverage (DOL) dapat diukur untuk tingkat penjualan yang ada
dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba operasi seperti berikut ini:

Degree of Operating Leverage = Total Margn Kontribusi

Laba Operasi
Degree of Operating Leverage dapat digunakan untuk menghitung perubahan dalam
laba operasi secara langsung yang disebabkan oleh perubahan persentase dalam penjualan.

Perubahan Persentase dalam Laba = Degree of Operating Leverage

x Perubahan Persentase dalam Penjualan

Analisis Sensitivitas dan Biaya-Volume-Laba

Penggunaan program spreadsheet dalam komputer personal yang semakin meluas


telah menempatkan analisis sensitvitas berada dalam jangkauan sebagian besar manajer.
Sebuah alat yang penting, analisis sensitivitas (sensivity analisis) adalah tehnik “what-if”
yang memeriksa pengaruh dari perubahan dalam asumsi-asumsi mendasar pada jawaban.
Cukup mudah untuk memasukkan data atas harga, biaya,biaya variabel, biaya tetap dan
bauran penjualan dan pembuat persamaan untuk menghitung titik impas dan laba yang
diharapkan. Selanjutnya, data dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan untuk mengetahui
bagaimana perubahan mempengaruhi laba yang diharapkan.

Program spreadsheet, meskipun bagus untuk memperoleh jawaban numerik, tetapi


tidak dapat digunakan untuk mengerjakan tugas analisis CVP yang paling rumit. Tugas rumit
yang dimaksud adalah menentukan data yang akan dimasukkan pertama kali. Akuntan
manajerial harus memperhatikan distribusi biaya dan harga dari perusahaan yang juga
mempengaruhi dari perubahan kondisi ekonomis adalah variabel-variabel tersebut.
Pernyataan bahwa variabel-variabel jarang diketahui dengan pasti tidak dapat dijadikan
sebagai alasan untuk mengabaikan pengaruh dari ketidakpastian pada analisis CVP.
Untungnya analisis sensitifitas juga dapat memberikan kepada para manajer perasaan untuk
tingkatan dimana variabel yang diramalkan dengan kualitas yang tidak baik akan
mempengaruhi jawaban ini juga merupakan keuntungan.

3. METODE PENULISAN
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan
penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data di internet.
Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data, kemudian diolah
dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif berdasarkan data sekunder.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis

DATA UD. MADU MURNI

NO KETERANGAN SATUAN HARGA BIAYA PER KG/BTL


1 MADU KG 80.000 80.000

BIAYA VARIABEL

N KETERANGAN SATUA HARGA BIAYA PER KG/BTL


O N
1 JEREGEN @20 KG PCS 45.000 2.250
2 BOTOL KEMASAN @1 KG PCS 4.000 4.000
3 SABLON MERK PCS 2.000 2.000
4 BIAYA PENGANGKUTAN KG 2.500 2.500
5 BIAYA ISI KE BOTOL DAN BOTOL 500 5000
TIMBANG
TOTAL BIAYA VARIABEL 91.250

BIAYA TETAP
N KETERANGAN SATUAN HARGA BIAYA PER KG/BTL
O
1 GAJI KARYAWAN 1 ORANG 2.000.000 24.000.000
2 BEBAN PENY. BULAN 2.000.000 24.000.000
KENDARAAN DAN
PERALATAN
TOTAL BIAYA TETAP 48.000.000

UD. MADU MURNI

LAPORAN LABA RUGI MARGIN KONTRIBUSI

UNTUK TAHUN 2022

TOTAL PER UNIT


PENJUALAN (125.000 x 2.500 btl/kg) 312.500.000 125.000
TOTAL BIAYA VARIABEL (91.250 x 2.500) 228.125.000 91.250
TOTAL MARGIN KONTRIBUSI 84.375.000 33.750
TOTAL BIAYA TETAP 48.000.000
LABA OPERASI 36.375.000

1. Menentukan Ramalan Penjualan Tahun 2022

Jenis Produk Ramalan Penjualan Harga Jual Rata-Rata Penjualan


Madu 2.500 125.000 312.500.000

Titik Impas Dalam Penjualan

Rasio Variabel:

Margin Kontribusi = Harga – Biaya per Unit

= 125.000 – 91.250

= 33.750

Rasio Variabel = Biaya Variabel : Penjualan atau Biaya Variabel per Unit : Harga Jual

= 91.500 : 125.000
= 73%

Rasio Margin Kontribusi:

Rasio Margin Kontribusi = Total Margin Kontribusi atau Margin Kontribusi per Unit

Penjualan Harga Jual

= _33.750__

125.000

= 27%

Menghitung Titik Impas dalam Penjualan Dolar:

Titik Impas dalam Nilai Penjualan = ___Total Biaya Tetap_____

Rasio Margin Kontribusi

= __48.000.000__

(1,00 – 0,73)

= 177.777.777

Penjualan = 177.777.777

Total Beban Variabel (0,73 x 177.777.777) = 129.777.777

Total Margin Kontribusi = 48.000.000

Total Biaya Tetap = 48.000.000

=0

Membuktikan bahwa penjualan senilai 177.777.777 adalah benar menghasilkan laba sebesar
0.

Titik impas dalam unit = Biaya Tetap : (Harga Jual – Biaya Variabel)
= 48.000.000 : (125.000 – 91.250)

= 1.422 Unit

Unit Yang Harus Terjual Untuk Meraih Target Laba

Anggap bahwa UD. MADU MURNI menargetkan laba sebesar 25.000.000, maka

Jumlah Unit = Target Laba + Biaya Tetap : Harga Jual – Biaya Variabel

= (25.000.000 + 48.000.000) : (125.000 – 91.250)

= 2.163 kg/btl

Pembuktian:

Penjualan (125.000 x 2.163/btl) = 270.375.000

Total Biaya Variabel (91.250 x 2.163 btl) = 197.373.750

Total Margin Kontribusi = 73.001.250

Total Biaya Tetap = 48.000.000

Laba Operasi = 25.001.250

Grafik Laba – Volume

Laba Operasi = (Harga Jual x Unit Terjual) – (Biaya Variabel per Unit x Unit Terjual) –

Total Biaya Tetap

= (125.000 x Unit) – (91.250 x Unit) – 48.000.000

= (33.750 x Unit) – 48.000.000

Grafik Biaya – Volume – Laba

Memperlihatkan hubungan antara biaya, volume dan laba dengan menggambarkan garis total
pendapatan dam garis total biaya pada grafik.

Pendapatan = Harga Unit x Jumlah Unit


= 125.000 x 1.422 botol

= 177.750.000

Total Biaya = (Biaya Variabel x Jumlah Unit) + Biaya Tetap

= (91. 250 x 1.422 botol) + 48.000.000

= 177.757.500 ( efek pembulatan)

Dari perhitungan diatas membuktikan bahwa total pendapatan berbanding sama dengan total
biaya sehingga menghasilkan laba 0 sehingga merupakan titik impas.

Total pendapatan = 125.000 x 2.163 botol

= 270.375.000

Total Biaya = (91.250 x 2.163 botol) + 48.000.000

= 245.373.750

Dari perhitungan diatas memperlihatkan bahwa terdapat selisih antara titik total pendapatan
dibanding titik total biaya, sehingga selisih tersebut merupakan tingkat laba yang dicapai.

Grafi k biaya-volume-laba
$300,000

$250,000

$200,000
Axis Title

$150,000

$100,000

$50,000

$-
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Penentuan Margin of safety


Margin of safety = Penjualan yang direncanakan – Titik impas penjualan x 100%

Penjualan yang direncanakan

= 312.500.000 – 177.777.777 x 100%

312.500.000

= 0,43

= 43%

Penentuan Degree of Operating Leverage

Degree operating leverage = Margin Kontribusi__

Laba Bersih

= 73.001.250_

36.375.000

= 2,01
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai analisis biaya-volume-laba


yang dihubungkan dengan perencanaan laba UD. MADU MURNI dapat disimpulkan sebagai
berikut:

Titik impas madu adalah sebesar 1.422 unit dan Rp. 177.777.777. Dan mendapatkan laba
sebesar Rp. 25.001.250, maka UD. MADU MURNI harus memperhatikan Tindakan sesuai
ramalan atau estimasi. Margin kontribusi nya sebesar 73.001.250. Margin of Safety madu
adalah 43%, ini berarti bahwa jika penjualan madu berkurang dari 43%, maka perusahaan
akan menderita kerugian. Degree of operating merupakan ukuran, pada tingkat penjualan
tertentu, berapa persen perubahan volume penjualan akan menghasilkan keuntungan. Jadi
dapat dikatakan bahwa operating leverage UD. MADU MURNI adalah sebesar 2,01 atau
20,1%.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan analisis data, maka saran yang diperlukan:

1. UD. MADU MURNI harus memperhatikan peningkatan ramalan penjualan untuk


mendapatkan laba yang maksimum.
2. UD. MADU MURNI harus memproduksi diatas titik impas sehingga laba yang
direncanakan dapat terpenuhi.
3. UD. MADU MURNI sebaiknya menerapkan analisis biaya-volume-laba sebagai alat
bantu dalam merencankan laba.
DAFTAR PUSTAKA

Garrison, Ray. H. 2007. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.

Gani, Engelwati. 2013. Analisis Biaya-Volume-Laba Untuk Perencanaan Laba Operasi.


Binus

Business Review 4 (2). Hal: 851-864. Jakarta: Universitas Bina Nusantara.

https://doi.org/10.21512/bbr.v4i2.1401

Mowen, Maryanne. M., Hansen, Don. R., & Heitger, Dan. L. 2019. Dasar-Dasar Akuntansi

Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.

Wahyuni, Sri. 2012. Analisis Biaya Volume Laba Melalui Alokasi Biaya Bersama Sebagai

Perencanaan Laba. EL-MUHASABA: Jurnal Akuntansi (e-Journal) 3 (2). Hal: 5-6.

Malang: STIE Asia Malang. https://doi.org/10.18860/em.v3i2.2342

Anda mungkin juga menyukai