MANAJERIAL
DOSEN PENGAJAR :
M.Ak
Perusahaan perlu menyusun perencanaan laba agar segala kegiatan dapat terorganisir.
Perencanaan laba berhubungan dengan volume penjualan, hasil penjualan, biaya produksi
serta biaya operasi perusahaan. Apabila kondisi perusahaan dan perekonomian mengalami
perubahan maka perlu dilakukan analisis dalam merealisasikan laba agar tidak menyimpang
dari perencanaan.
Dalam hal ini, UD. MADU MURNI yang bergerak dalam peternakan lebah madu.
Perusahaan ini hanya berpedoman pada semakin tinggi tingkat penjualan semakin banyak
laba yang diperoleh. Dikarenakan perkembangan suatu perusahaan semakin meningkat,
diperlukan manajemen untuk menganalisa biaya produksi, volume penjualan, dan laba yang
digunakan perusahaan untuk mengadakan evaluasi kegiatan yang sudah berjalan maupun
kegiatan yang akan datang. Analisis terbaik adalah dengan analisis biaya-volume-laba.
Berapakah Break Event Point (BEP) atau titik impas dari UD. MADU MURNI?
2. TINJAUAN TEORI
Analisis CVP juga mempermudah para manajer dalam melakukan analisis sensitivitas
dengan meneliti dampak dari beberapa tingkatan harga atau biaya terhadap laba. Karena
analisis CVP memperlihatkan bagaimana pendapatan, beban, dan laba berperilaku saat
volume berubah, analisis CVP biasanya dimulai dengan mencari titik impas perusahaan
dalam unit yang terjual.
Menggunakan Laba Operasi dalam Analisis Biaya-Volume-Laba
Dalam analisis CVP, istilah “biaya” dan “beban” sering digunakan secara bergantian.
Hal ini karena fondasi konseptual dari CVP adalah analisis titik impas ekonomis dalam
jangka pendek. Berdasarkan hal tersebut, diasumsikan bahwa semua unit yang diproduksi
terjual. Rumus laba operasi:
Oleh karena itu, semua biaya produk dan periodic pada akhirnya akan disajikan sebagai
beban dalam laporan laba rugi. Untuk laporan laba rugi, beban dikelompokkan berdasarkan
fungsi; yaitu, fungsi produksi (atau penyediaan jasa), fungsi penjualan, dan fungsi
administrasi. Namun, untuk analisis CVP, akan lebih bermanfaat mengelompokkan biaya-
biaya kedalam komponen tetap dan variabel. Fokusnya adalah pada perusahaan secara
keseluruhan.
Oleh karena itu, biaya mengacu kepada seluruh biaya dari suatu perusahaan-produksi,
penjualan, dan administrasi. Biaya variabel adalah seluruh biaya yang meningkat saat lebih
banyak unit yang terjual, yang terdiri atas:
3. overhead variabel
1. overhead tetap
Format laporan laba yang berdasarkan atas pemisahan biaya menjadi komponen tetap
dan variabel disebut dengan laporan laba rugi margin kontribusi (contribution margin
income statement). Berikut format laporan laba rugi margin kontribusi:
Penjualan Rp. xxx
Margin kontribusi (contribution margin) adalah selisih antara penjualan dan beban
variabel. Margin kontribusi adalah jumlah dari pendapatan penjualan yang tersisa setelah
seluruh beban variabel terpenuhi yang dapat digunakan untuk berkontribusi ke beban tetap
dan laba operasi. Margin kontribusi dapat dihitung secara total atau per unit.
Jika laporan laba rugi margin kontribusi diubah sebagai sebuah persamaan maka
laporan laba rugi margin kontribusi akan lebih bermanfaat dalam memecahkan persoalan
CVP. Persamaan laba operasi adalah:
Persamaan tersebut adalah dasar dari seluruh usaha pada CVP. Kita beranggapan
bahwa total margin kontribusi adalah persamaan CVP dasar. Kita dapat memperluas
persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjualan dan beban variabel dalam
jumlah dolar per unit dan jumlah unit yang terjual. Secara spesifik, pendapatan penjualan
sama dengan harga jual perunit dikalikan dengan jumlah unit yang terjual, dan total biaya
variabel sama dengan biaya variabel per unit dikalikan dengan jumlah yang terjual. Oleh
karena itu, persamaan laba operasi menjadi:
Laba Operasi = (Harga x Jumlah Unit yang Terjual) – (Biaya Variabel per Unit x Jumlah Unit
yang Terjual) - Total Biaya Tetap
Persamaann laba operasi dapat disusun ulang sebagai berikut untuk memperlihatkan
jumalh unit pada titik impas :
Terkadang para manajer yang menggunakan analisis CVP lebih senang menggunakan
pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan, bukan unit yang terjual. Ukuran
unit yang terjual dapat dikonversi menjadi:
Rasio Biaya Variabel. Untuk menghitung titik impas penjualan dalam dolar, total biaya
variabel ditetapkan sebagai sebuah persentase penjualan, bukan sebagai jumlah perunit yang
terjual. Rasio biaya variabel (variable cost ratio) adalah proporsi dari setiap dolar penjualan
yang harus digunakan untuk menutupi biaya variabel. Rasio biaya variabel dapat dihitung
dengan menggunakan data dalam total atau unit.
Penjualan
ATAU
Penjualan
Rasio Margin Kontribusi. Persentase dari penjualan dalam dolar yang tersisa setelah biaya
variabel terpenuhi adalah rasio margin kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution
margin ratio) adalah proporsi dari setiap penjualan dalam dolar yang tersedia untuk menutupi
biaya tetap dan memberikan laba. Rumus:
Penjualan
ATAU
Harga Jual
Unit Dan Penjualan Dalam Dolar Yang Dibutuhkan Untuk Meraih Target
Laba
Untuk mencapai target laba, pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan
pendekatan laba operasi atau pendekatan margin kontribusi. Dalam pendekatan target laba
sebagai sebuah dolar, anggaplah bahwa whittier company ingin memperoleh laba operasi
sebesar $60.000. dalam hal ini, berapakah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk
mencapai hasil ini? Jika menggunakan laporan laba rugi maka hasilnya adalah sebagai
berikut:
Unit = 1.400
Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan target laba
sebesar $60.000 pada biaya tetap dan langsung :
Unit = $105.000/$75
Unit = 1.400
Artinya whitter harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan
laba operasi sebesar $60.000. laporan laba rugi berikut membuktikan hasil ini :
Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik impas.
Seperti yang baru saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput,
atau 800 lebih banyak dari volume impas 600 unit, untuk menghasilkan laba sebesar $60.000.
Margin kontribusi per mesin pemotong rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800
unit mesin pemotong rumput diatas impas akan menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x
800). Hasil ini menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit untuk setiap unit diatas impas
adalah sama persis dengan laba per unit. Karena titik impas telah dihitung, maka jumlah
mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk menghasilkan laba operasi $60.000 dapat
dihitung dengan membagi margin kontribusi per unit ke dalam target laba dan menambahkan
hasilnya dengan volume impas.
Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap
laba perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat dinilai dengan
mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh,
jika 1.500 mesin pemotong rumput, bukan 1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang
akan diperoleh? Perubahan dalam unit yang terjual adalah suatu kenaikan sebanyak 100
mesin pemotong rumput, dan margin kontribusi per unit adalah $75. Dengan demikian, laba
akan meningkat sebesar $7.500 ($75 x 100).
Dalam pendekatan target laba sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan
(after taxes), anggaplah bahwa Whittier Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong
rumput yang harus dijual untuk menghasilkan laba yang sama dengan 15 persen dari
pendapatan penjualan. Pendapatan penjualan adalah harga dikalikan dengan kuantitas.
Dengan menggunakan laporan laba rugi (yang lebih sederhana dalam kasus ini), maka
diperoleh:
Unit = 3.000
Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilkan laba yang
sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan? Untuk 3000 mesin pemotong rumput,
total pendapatan adalah $1,2 juta ($400 x 3.000). Disini laba dapat dihitung tanpa harus
menyusun laporan laba rugi yang formal. Ingat, bahwa diatas impas margin kontribusi per
unit adalah laba per unit. Volume impas adalah 600 mesin pemotong rumput. Jika 3.000
mesin pemotong rumput terjual, maka ada 2.400 (3.000 – 600) mesin pemotong rumput
diatas titik impas yang telah terjual. Jadi, laba sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x 2400),
yang merupakan 15 persen dari penjualan ($180.000/$1.200.000).
Target Laba Setelah Pajak Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak
berperan. Ini disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika
perusahaan ingin mengetahui berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih
tertentu, maka diperlukan beberapa pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba
bersih adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan bahwa angka target laba dinyatakan
dalam kerangka sebelum pajak. Dengan demikian, ketika target laba dinyatakan sebagai laba
bersih, harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba operasi.
Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung
dengan mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).
Atau
Misalkan Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan tarif
pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target laba
sebelum pajak, selesaikanlah langkah-langkah berikut:
Unit = $120.000/$75
Unit = 1.600
Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan sebanyak
1.600 mesin pemotong rumput.
Grafik Laba-Volume
Laba Operasi = (Harga Jual x Unit Terjual) – (Biaya Variabel per Unit x Unit Terjual)
Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel dependen dan unit yang terjual adalah
variabel independennya. Nilai dari variabel independent biasanya diukur sepanjang sumbu
1
Ray H. Garrison, dkk. (2007) Akuntansi Manajerial, Jakarta, Salemba Empat
horizontal dan variabel dependen diukur sepanjang sumbu vertical. Hubungan ini dapat
dinyatakan dalam grafik dengan menempatkan unit sepanjang sumbu horizontal dan laba
(atau rugi) operasi sepanjang sumbu vertical. Diperlukan dua titik untuk menggambarkan
persamaan linearnya. Biasanya, setiap titik dapat menjadi dua titik yang dibutuhkan tersebut,
dua titik yang sering dipilih adalah dua titik yang terhubung dengan jumlah unit yang terjual
sebesar nol dan laba sebesar nol.
Grafik Biaya-Volume-Laba
Total Biaya = (Biaya Variabel per Unit x Jumlah Unit) + Biaya Tetap
1. Terdapat fungsi biaya dan pendapatan yang linear yang dapat ditentukan dan tetap
konstan pada kisaran yang relevan.
2. Harga jual dan biaya-biaya diketahui dengan pasti.
3. Jumlah unit yang diproduksi adalah jumlah unit yang dijual-tidak ada persediaan
barang jadi.
4. Bauran penjualan diketahui dengan pasti untuk situasi titik impas untuk lebih dari satu
jenis produk.
Fungsi biaya dan pendapatan yang linear. CVP mengasumsikan bahwa fungsi biaya dan
pendapatan bersifat linear, yang berarti bahwa keduanya berupa garis lurus. Analisis CVP adalah alat
pengambilan keputusan jangka pendek. Kita hanya perlu menentukan kisaran operasi saat ini, atau
kisaran yang relevan, dimana hubungan biaya dan pendapatan yang linear adalah sahih. Setelah
kisaran yang relevan telah ditentukan maka hubungan biaya dan pendapatan diasumsikan diketahui
dan konstan.
Produksi sama dengan penjualan. CVP mengasumsikan bahwa semua unit yang diproduksi
terjual seluruhnya. Pemikiran bahwa persediaan tidak memiliki pengaruh pada analisis titik
impas masuk akal. Analisis titik impas adalah teknik pengambilan keputusan dalam jangka
pendek sehingga kita mencari sesuatu yang dapat menutupi seluruh biaya pada periode waktu
tertentu. Persediaan mengandung biaya-biaya dari periode sebelumnya dan tidak
dipertimbangkan dalam analisis CVP.
Bauran penjualan konstan. Dalam analisis produk tunggal, bauran produk tentu saja konstan-
satu produk dihitung sebagai penjualan 100 persen. Analisis titik impas untuk lebih dari satu
jenis produk membutuhkan bauran penjualan yang konstan. Namun, tidak mungkin untuk
memperkirakan bauran penjualan dengan pasti. Dengan menggunakan kemampuan analisis
spreadsheet, sensitivitas dari variabel-variabel ke berbagai macam bauran penjualan dapat
segera dinilai.
$35,000
$30,000
$25,000
Axis Title
$20,000
$15,000
$10,000
$5,000
$-
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Panel b
$40,000
$35,000
$30,000
$25,000
Axis Title
$20,000
$15,000
$10,000
$5,000
$-
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
panel c
$40,000
$35,000
$30,000
$25,000
Axis Title
$20,000
$15,000
$10,000
$5,000
$-
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
panel d
$40,000
$35,000
$30,000
$25,000
Axis Title
$20,000
$15,000
$10,000
$5,000
$-
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Kita perlu memahami hubungan diantara variabel-variabel dalam CVP yang terdiri atas harga
jual, biaya variabel per unit, dan total biaya tetap. Perhatikan Lotts Company yang
memproduksi dan menjual satu jenis produk dengan biaya-biaya sebagai berikut.
Hal ini diilustrasikan dalam Panel A. Garis total pendapatan, diperlihatkan dalam warna
oranye, memiliki kemiringan 10 dan garis total biaya diperlihatkan dalam warna biru
memiliki kemiringan sebesar 5. Titik perpotongan garis total pendapatan dan garis total biaya
adalah pada 2.000 unit, yang merupakan titik impas. Jumlah unit yang terjual diatas titik
impas akan menghasilkan laba, jumlah unit yang terjual dibwah titik impas akan
menghasilkan kerugian.
Pengaruh dari perubahan harga jual. Dalam Panel B, harga mengalami kenaikan menjadi
$12, tetapi biaya variabel per unit dan total biaya tetap masih sama. Margin kontribusi per
unit yang baru $7 ($12-$5). Bandingkan garis pendapatan baru yang lebih curam, dengan
kemiringan sebesar $12, ke garis pendapatan awal seperti terlihat di Panel A. Total garis
biaya tetap juga tidak berubah. Perpotongan antara garis pendapatan dan garis biaya telah
bergeser ke kiri yang menghasilkan titik impas baru yang lebih rendah, yaitu 1.429 unit
(pembulatan)
$ 12 - $ 5
Setiap kenaikan harga jual akan menandakan margin kontribusi yang lebih tinggi sehingga
titik impas menjadi lebih rendah.
Pengaruh dari perubahan biaya variabel per unit. Dalam Panel C, biaya variabel per unit
meningkat menjadi $ 6, tetapi harga jual dan total biaya tetap masih sama. Margin kontribusi
yang baru menjadi lebih rendah, yaitu $ 4 ($10 - $6). Garis total pendapatan sama seperti
dalam Panel A. Namun, garis total biaya memiliki kemiringan yang lebih curam sebesar 6
dan memotong garis total pendapatan ke sebelah kanan yang menyebabkan titik impas yang
lebih tinggi. Bandingkan garis total biaya yang baru dengan garis total biaya awal seperti
terlihat dalam Panel A.
$12 - $6
Oleh karena itu, setiap kenaikan dalam biaya variabel per unit akan menandakan bahwa
margin kontribusi yang lebih rendah dan titik impas yang lebih tinggi.
Pengaruh dari perubahan biaya tetap. Terakhir, dalam Panel D, total biaya tetap mengalami
kenaikan menjadi $12.000, tetapi harga jual dan biaya variabel per unit tetap sama. Total
garis biaya baru memotong sumbu vertical pada angka $12.000, bukan pada titik awal
sebesar $10.000. Karena harga jual dan biaya variabel per unit tidak berubah, margin
kontribusi akan tetap sebesar $5 per unit dan garis total pendapatan tidak berubah dalam
Panel A. Namun, garis total biaya telah bergeser ke atas sebesar $2.000 yang mencerminkan
terjadinya kenaikan pada biaya tetap. Titik awal impas yang baru bergeser jauh kekanan jika
dibandingkan dengan titik impas awal dalam Panel A dan memperlihatkan titik impas dalam
unit sebesar 2.400.
($10 - $5)
Oleh karena itu, setiap kenaikan biaya tetap menandakan bahwa titik impasnya menjadi lebih
tinggi. Tentu saja, banyak perubahan yang dapat dilakukan terhadap kelompok data
sederhana Lott Company tersebut untuk mengetahui bagaimana margin kontribusi dan titik
impas dapat dipengaruhi.
Untuk tujuan memaksimumkan laba, perusahaan sering menjual lebih dari satu
produk, untuk itu perusahaan harus menentukan kombinasi produk yang paling
menguntungkan.
Dalam hal tidak ada batasan dalam sumber aconomis, maka contrubution margin total
tertinggi akan tercapai, apabila diproduk yang CM per unit tertinggi.
Analisis biaya volume laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk
tunggal. Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau
jasa. Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi
multiproduk, pengoperasiannya tidak berbeda jauh. Beban tetap langsung (direct fixed
expenses) adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika
produk tersebut tidak ada.
Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan
akan tetap muncul meskipun salah satu produk ditelusuri.
Contoh Whittier Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin pemotong
rumput, yaitu mesin manual dengan harga $400/unit dan mesin otomatis dengan harga
$800/unit. Departemen pemasaran yakin bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan
800 mesin pemotong rumput otomatis dapat terjual tahun depan. Proyeksi Laporan Laba Rugi
terlihat sebagai berikut:
Contoh Berikut:
Total BEP dalam rupiah produk A dan B = Rp 24.000 + Rp. 72.000,= Rp. 96.000,-
Biaya variabel :
Contribution Margin :
= Rp. 96.000 – Rp. 54.000 = Rp. 42.000,-
Laba Rugi :
2
Maryanne M. Mowen, dkk. (2019) Dasar-Dasar Akuntansi Manajerial, Jakarta, Salemba Empat. Hal. 18
2. PT EI Sari menjual tiga macam produk dengan komposisi sebagai berikut: produk A =
10.000 unit; produk B = 15.000 unit; produk C = 10.000 unit. Perhitungan laba kontribusi
untuk masing-masing produk dapat disajikan dengan cara di bawah ini.
Untuk menggambarkan analisis biaya-volume-laba per jenis produk, data diatas dapat
disajikan dengan cara sebagai berikut:
1. Dibuat grafik yang dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi dengan garis penjualan
yang dibuat mendatar. Sumbu tegak menunjukkan jumlah laba dan rugi pada berbagai
tingkat volume penjualan.
2. Dibuat garis rugi-laba yang dimulai dari titik rugi terbesar sebesar Rp500.000 (yaitu
pada volume penjualan sama dengan nol, kerugian sebesar biaya tetapnya), kemudian
ditarik garis lurus ke titik laba total Rp220.000. Titik impas terletak pada titik
perpotongan garis rugi-laba dengan garis penjualan.
3. Dibuat garis rugi-laba untuk tiap-tiap produk, dimulai dari produk yang pendapatan
penjualannya terendah (dalam contoh ini Produk A). Garis rugi-laba dimulai dari titik
biaya dan ditarik garis lurus ke titik rugi Rp400.000 di bawah titik penjualan
Rp250.000. Titik ini menunjukkan bahwa Rp100.000 dari biaya tetap sebesar
Rp500.000 telah ditutup oleh Produk A.
4. Garis rugi-laba untuk Produk B dimulai dari akhir garis rugi-laba Produk A. Garis
rugi-laba Produk B berakhir pada titik rugi Rp130.000 di bawah titik penjualan Rp
700.000 (yaitu jumlah penjualan Produk A dan B). Selisih antara akhir garis rugi-laba
Produk A dengan titik akhir garis rugi-laba Produk B sebesar Rp270.000
menunjukkan bahwa Rp270.000 dari biaya telah ditutup oleh Produk B.
5. Garis rugi-laba Produk C dimulai dari akhir garis rugi-laba Produk B. Garis ini
menyeberangi daerah rugi ke daerah laba ke arah titik laba Rp220.000.
Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya-biaya diketahui dengan
pasti asumsi ini jarang sekali akurat resiko dan ketidakpastian adalah bagian dari
pengambilan keputusan bisnis dan bagaimanapun juga harus dihadapi. Secara formal resiko
berbeda dari ketidakpastian, dimana resiko adalah distribusi probabilitas dari variabel-
variabel yang diketahui sedangkan ketidakpastian tidak diketahui distribusi probabilitasnya.
Namun, untuk kepentingan analisis CVP istilah risiko dan ketidakpastian digunakan secara
bergantian.
Terdapat beberapa jenis metode untuk manajer menghadapi risiko dan ketidakpastian
Pertama, tentu saja, adalah manajemen harus sadar akan sifat ketidakpastian dari masa
depan, harga, biaya, dan kuantitas.
Selanjutnya, para manajer bergerak dari pertimbangan akan titik impas ke apa yang
disebut dengan “break-even band”.
Berikutnya, para manajer dapat melakukan analisis sensitivitas atau analisis waktu
what-if . Dalam contoh ini program spreadsheet sangat membantu karena para
manajer dapat menentukan hubungan titik impas atau (target laba) dan kemudian
melakukan pengecekan untuk melihat pengaruh dari biaya biaya dan harga jual yang
berbeda-beda dan kuantitas yang terjual.
Dua konsep yang berguna bagi manajemen adalah margin of safety dan operating
leverage. Kedua konsep ini dapat dianggap sebagai ukuran-ukuran risiko. Setiap konsep
memberikan pengetahuan tentang biaya tetap dan variabel.
Margin of safety adalah jumlah unit yang terjual atau pendapatan yang diperoleh diatas
volume titik impas. Margin of safety dihitung sebagai berikut :
Margin of safety dapat dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko. Selalu ada
kejadian, yang tidak diketahui saat rencana dibuat, yang dapat menurunkan penjualan
dibawah tingkatan awal yang diharapkan.
Operating Leverage dalam fisika, lever adalah mesin yang digunakan untuk
menggandakan kekuatan. Pada dasarnya, lever menggandakan usaha yang dilakukan untuk
bekerja lebih banyak. Semakin besar muatan yang dipindahkan oleh sejumlah usaha tertentu,
semakin besar manfaat mekanisnya.
Degree of Operating Leverage (DOL) dapat diukur untuk tingkat penjualan yang ada
dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba operasi seperti berikut ini:
Laba Operasi
Degree of Operating Leverage dapat digunakan untuk menghitung perubahan dalam
laba operasi secara langsung yang disebabkan oleh perubahan persentase dalam penjualan.
3. METODE PENULISAN
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan
penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data di internet.
Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data, kemudian diolah
dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif berdasarkan data sekunder.
BIAYA VARIABEL
BIAYA TETAP
N KETERANGAN SATUAN HARGA BIAYA PER KG/BTL
O
1 GAJI KARYAWAN 1 ORANG 2.000.000 24.000.000
2 BEBAN PENY. BULAN 2.000.000 24.000.000
KENDARAAN DAN
PERALATAN
TOTAL BIAYA TETAP 48.000.000
Rasio Variabel:
= 125.000 – 91.250
= 33.750
Rasio Variabel = Biaya Variabel : Penjualan atau Biaya Variabel per Unit : Harga Jual
= 91.500 : 125.000
= 73%
Rasio Margin Kontribusi = Total Margin Kontribusi atau Margin Kontribusi per Unit
= _33.750__
125.000
= 27%
= __48.000.000__
(1,00 – 0,73)
= 177.777.777
Penjualan = 177.777.777
=0
Membuktikan bahwa penjualan senilai 177.777.777 adalah benar menghasilkan laba sebesar
0.
Titik impas dalam unit = Biaya Tetap : (Harga Jual – Biaya Variabel)
= 48.000.000 : (125.000 – 91.250)
= 1.422 Unit
Anggap bahwa UD. MADU MURNI menargetkan laba sebesar 25.000.000, maka
Jumlah Unit = Target Laba + Biaya Tetap : Harga Jual – Biaya Variabel
= 2.163 kg/btl
Pembuktian:
Laba Operasi = (Harga Jual x Unit Terjual) – (Biaya Variabel per Unit x Unit Terjual) –
Memperlihatkan hubungan antara biaya, volume dan laba dengan menggambarkan garis total
pendapatan dam garis total biaya pada grafik.
= 177.750.000
Dari perhitungan diatas membuktikan bahwa total pendapatan berbanding sama dengan total
biaya sehingga menghasilkan laba 0 sehingga merupakan titik impas.
= 270.375.000
= 245.373.750
Dari perhitungan diatas memperlihatkan bahwa terdapat selisih antara titik total pendapatan
dibanding titik total biaya, sehingga selisih tersebut merupakan tingkat laba yang dicapai.
Grafi k biaya-volume-laba
$300,000
$250,000
$200,000
Axis Title
$150,000
$100,000
$50,000
$-
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000
312.500.000
= 0,43
= 43%
Laba Bersih
= 73.001.250_
36.375.000
= 2,01
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Titik impas madu adalah sebesar 1.422 unit dan Rp. 177.777.777. Dan mendapatkan laba
sebesar Rp. 25.001.250, maka UD. MADU MURNI harus memperhatikan Tindakan sesuai
ramalan atau estimasi. Margin kontribusi nya sebesar 73.001.250. Margin of Safety madu
adalah 43%, ini berarti bahwa jika penjualan madu berkurang dari 43%, maka perusahaan
akan menderita kerugian. Degree of operating merupakan ukuran, pada tingkat penjualan
tertentu, berapa persen perubahan volume penjualan akan menghasilkan keuntungan. Jadi
dapat dikatakan bahwa operating leverage UD. MADU MURNI adalah sebesar 2,01 atau
20,1%.
5.2 Saran
https://doi.org/10.21512/bbr.v4i2.1401
Mowen, Maryanne. M., Hansen, Don. R., & Heitger, Dan. L. 2019. Dasar-Dasar Akuntansi
Wahyuni, Sri. 2012. Analisis Biaya Volume Laba Melalui Alokasi Biaya Bersama Sebagai