Anda di halaman 1dari 1

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DI ERA REFORMASI

Reformasi yang terjadi tidak hanya dalam bidang politik, namun keseluruhan bidang
kehidupan termasuk keuangan dan penganggaran. Dari adanya reformasi pula, sistem
pemerintahan yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi yang melahirkan otonomi
daerah. Hal tersebut pula yang menjadi dasar adanya pengembangan masing-masing
kepala daerah untuk daerah yang dipimpinnya. Peraturan baru pun muncul untuk dijadikan
sebuah pedoman dalam pencatatan keuangan negara dan daerah.

Perbedaan yang terjadi antara lain:

1. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa Laporan Perhitungan APBD


dibahas oleh DPRD dan kepala daerah tidak dapat dijatuhkan hanya karena
pengelolaan APBD.
2. Bentuk Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Anggaran terdiri atas:
 Laporan Perhitungan APBD;
 Nota Perhitungan APBD;
 Laporan Aliran Kas; dan
 Neraca Daerah.
3. Pinjaman APBD tidak masuk pos pendapatan akan tetapi masuk ke dalam pos
penerimaan.
4. Proses penyusunan APBD melibatkan masyarakat.
5. Bentuk dan susunan APBD terdiri atas tiga bagian, yaitu pendapatan, belanja, dan
pembiayaan.
6. Indikator kinerja Pemda meliputi juga pada standar pelayanan.
7. Dikeluarkannya PP Nomor 105 Tahun 2000 dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun
2002 yang menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan angaaran.
8. Lebih diterapkannya sistem akuntansi meskipun masih terdapat kebingungan terkait
standar tetap pengelolaan.

Kemudian pada tanggal 13 Juni 2005, pemerintah menetapkan PP Nomor 24 Tahun


2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang menjadi acuan dalam
penyusunan laporan keuangan, pemeriksaan laporan keuangan, dan pengguna laporan
keuangan. Selain itu, terjadi perubahan pencatatan pembukuan APBN yang semula
berbasis kas menjadi berbasis akrual.

Perubahan yang dapat dilihat antara lain:

1. Diadakannya kembali bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk


mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaran anggaran.
2. Pengelompokan belanja terdiri dari belanja langsung dan tidak langsung; bergantung
pada konteks keterkaitan.
3. Diterapkannya multi terms expenditure framework (MTEF).
4. Penggunaan dua basis yang berbeda pada masing-masing pos.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menjadi entitaas akuntansi yang harus
melaksanakan akuntansi sebagai bagian dari enriras pelaporan dikarenakan
perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi.

Anda mungkin juga menyukai