Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

BADAN LAYANAN UMUM


Digunakan untuk memenuhi tugas Kelompok dalam menempuh Mata Kuliah Akuntansi
Pemerintahan

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ria Nelly Sari, S.E., MBA., Ak., CA.

KELOMPOK 4

Me Hua (2110247736)
Siti Indah Dhiyavani (2110247708)

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS RIAU

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini pada mata kuliah Akuntansi Pemerintahan ini. Saya
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ria Nelly Sari, S.E., MBA., Ak., CA. selaku
dosen mata kuliah Akuntansi Pemerintahan yang telah memberikan tugas makalah ini
sehingga kami dapat memahami.
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Mengingat keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 21 Desember 2022

Kelompok 4

2
BAB I

PENDAHULUAN

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan keuangan negara yang
baik. Pembentukan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) didukung oleh struktur
standar akuntansi pemerintah berbasis akrual yang diusulkan dalam Lampiran PP 71
Tahun 2010 dengan dua belas Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP).
Namun, kedua belas PSAP tersebut belum memenuhi kebutuhan organisasi
layanan publik yang menganut model Pola Pengelolaan Keuangan.
Suatu satuan kerjadi wilayah pemerintah pusat/daerah yang didirikan dengan
tujuan memberikan fasilitas kepada masyarakat umum dalam bentuk barang
dan/atau jasa yang dipasarkan bukan untuk mencari laba serta melakukan kegiatan
sesuai dengan asas efisiensi dan produktivitas disebut dengan Badan Layanan Umum
(BLU). Kawenas et al., (2018) berpendapat bahwa dalam praktiknya, Pola
Pengelolaan Keuangannya BLU bersifat fleksibel, termasuk pengecualian terhadap
pola pengelolaan keuangan pemerintah secara umum, seperti penerimaan yang
diberikan dapat segera dipakai sebagai pengeluaran BLU tanpa perlu menunggu
persetujuan dan pengesahan oleh BUN/BUD serta juga dapat melakukan
pendanaan jangka pendek. BLU diberi kekuasaan agar dapat menjalankan
pengelolaan penghasilan, pengendalian atas kas, pendanaan dan penetapan standar
biaya pelayanan (Kawenas et al., 2018). Karena BLU merupakan satuan kerja di
lingkungan pemerintahan maka BLU juga wajib untuk menyusun laporan keuangan
tentang kegiatan operasionalnya. Dalam penyusunan laporan keuangan BLU, maka
dikeluarkanlah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
217/PMK.05/2015 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
Nomor 13 tentang Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU).
Dijelaskan dalam peraturan ini bahwa, satuan kerja BLU diharuskan menerapkan
PSAP No. 13 dalam pembuatan laporan keuangannya.
Kawenas et al., (2018), menyatakan bahwa: “BLU mempunyai posisi ganda
sebagai entitas pelaporan maupun entitas akuntansi terkait pelaporan keuangannya.
Pertama sebagai entitas pelaporan, BLU wajib memberikan pelaporan yang
3
menyeluruh atas penggunaan seluruh sumber daya yang dikuasai kepada pihak
pihak yang berkepentingan, terutama pihak eksternal seperi donatur, auditor
eksternal dan lembaga legislatif. Akuntansi dan laporan keuangan BLU sebagai
entitas pelaporan diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia (PP 23 Tahun 2005 pasal 26
ayat 2). Kedua sebagai entitas akuntansi, BLU diwajibkan menyusun laporan
keuangan yang akan dikonsolidasikan dengan entitas akuntansi yang
membawahinya. Jenis laporan yang akan dikonsolidasi ini dilakukan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 23 Tahun 2005 pasal 27 ayat 7)”.
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangannya, BLU harus
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berbasis akrual dan
berbasis kas menuju akrual. Pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas diakui secara
akrual dalam SAP berbasis akrual. Sedangkan, SAP berbasis kas menuju akrual
mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan diakui sebagai kas, dan aset,
utang, dan ekuitas diakui dengan basis akrual dalam penerapan SAP kas menuju
akrual. Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan agar dapat membantu
pemerintah dan memudahkan saat menyusun laporan keuangan. Diterapkannya
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dengan harapan terdapat
kesetaraan atas seluruh laporan keuangan pemerintahan, seperti laporan keuangan
pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah.
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Neraca, Laporan Operasional, LaporanArus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan laporan keuangan yang disusun sebagai
wujud akuntabilitas BLU berdasarkan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
dalam Pernyataan Standar Akuntansi (PSAP) Nomor 13.
Badan Layanan Umum sebagai bagian dari instansi di lingkungan pemerintah
dengan model pengelolaan keuangan yang khas, terlahir sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pada pasal 1
angka 23 dinyatakan bahwa Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Selanjutnya mengenai pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum diatur
4
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum yang diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Kemudian diatur lebih rinci
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.05/2020 tentang Pedoman
Pengelolaan Badan Layanan Umum. Pada pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah ini
ditegaskan bahwa yang dimaksud Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau
daerah. Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/ walikota bertanggung jawab atas
pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya
kepada BLU dengan Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya. Pada
pasalpasal selanjutnya dinyatakan bawa ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan
administratif, tarif, penyusunan, pengajuan, penetapan, perubahan RBA dan dokumen
pelaksanaan anggaran BLU diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Peraturan tentang Badan Layanan Umum Daerah diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang diubah dengan Permendagri 79 Tahun
2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah . Dalam pasal 1 angka 1 disebutkan
bahwa Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
sistem yang diterapkan oleh unit pelaksana teknis dinas/badan daerah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola
pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan daerah pada
umumnya. Dengan demikian, dalam penyusunan laporan keuangannya, BLUD juga
harus menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) (Kawenas et al., 2018).
Pola Pengelolaan Keuangan BLUD mampu memberikan otonomi dan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan Puskesmas (Dewata & Jauhari, 2021). Diharapkan
melalui pelaksanaan BLUD, puskesmas mampu meningkatkan profesionalisme,
menumbuhkan kewirausahaan, menerapkan prinsip keterbukaan, dan prinsip
akuntabilitas dalam rangka kegiatan operasionalnya, yaitu pelayanan publik
(Nadilla et al., 2016).
Dapat disimpulkan bahwa Badan Layanan Umum sebagaimana dimaksud
meliputi semua BLU, baik milik pemerintah pusat (BLU) dan pemerintah daerah
(BLUD). BLU dan BLUD hingga titik ini adalah institusi yang identik dengan
5
perbedaan hanya terkait dengan posisi BLU sebagai unit kerja kementerian sedangkan
BLUD merupakan bagian dari pengeloiaan keuangan daerah, baik provinsi maupun
kabupaten/kota. Beberapa bentuk BLU yang dapat diamati antara lain Rumah Sakit
Pemerintah,Pendidikan terutama Pendidikan Tinggi Negeri. Dilingkungan Pemerintah
Daerah, bentuk penyelenggaraan BLUD sesuai dengan kebutuhan daerah setempat
seperti BLUD Rumah sakit, Blud Puskesmas, Blud Balai Pelayanan Jaminan
Kesehatan dan Sosial, Blud Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) dan lain
sebagainya
Dalam UU Keuangan Negara dan Perbendaharaan Negara, BLU merupakan
bagian dari kekayaan negara yang tidak dipisahkan. Berbeda dengan BUMN yang
merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan untuk BLUD merupakan
bagian dari Pengelolaan Keuangan Daerah.
Sebagai konsekuensi kekayaan negara yang tidak dipisahkan laporan dan
anggaran BLU akan digabung dengan laporan keuangan instansi atau pemerintah
daerah/pusat. Sehingga BLU merupakan entitas pelaporan namun juga sebagai entitas
akuntansi. Sebagai entitas pelaporan BLU menyusun laporan keuangan lengkap dan
untuk akuntabilitas dapat diaudit. Namun karena bagian dari kementerian lembaga /
dinas atau Pemerintah maka BLU juga merupakan entitas akuntansi. Sedangkan untuk
BLUD merupakan entitas Akuntansi dan Entitas pelaporan maka BLUD berkewajiban
untuk menyusun laporan keuangan berbasis akrual.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Badan Layanan Umum


1. Pengertian Badan Layanan Umum (BLU)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara pasal 1 ayat 23 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.05/2020
tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum pada pasal 1 ayat 1, Badan
Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, yang pengelolaan
keuangannya diselenggarakan sesuai dengan peraturan pemerintah terkait.

2. Jenis Badan Layanan Umum


Badan Layanan Umum dibagi menjadi dua, Badan Layanan Umum (pusat) dan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan masing-masing mempunyai pengaturan
sendiri. Untuk instansi pemerintah yang ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum
(pusat), maka pengaturannya mengikuti ketentuan yang ada dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 diubah dengan PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Sedangkan instansi pemerintah yang
ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah mengikuti Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan
Permendagri 79 tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah.

3. Dasar Hukum Badan Layanan Umum


 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5);
 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

7
2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);
 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 220/PMK.05/2016
Tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2142)
 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 129/PMK.05/2020
Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1046)
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2008 Tentang Badan Layanan
Umum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1213)

4. Tujuan dan Asas Badan Layanan Umum


a. Tujuan
Berdasarkan PMK No. 129/PMK.05/2020 Tentang Pedoman Pengelolaan Badan
Layanan Umum pasal 3 BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan
prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan Praktik Bisnis yang Sehat.
b. Asas
Berdasarkan PMK No. 129/PMK.05/2020 Tentang Pedoman Pengelolaan Badan
Layanan Umum pasal 4, Asas Badan Layanan Umum adalah sebagai berikut:
(1) BLU beroperasi sebagai unit kerja Kementerian Negara/Lembaga untuk tujuan
pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan
yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan.
(2) Kementerian Negara/Lembaga tetap bertanggung jawab atas pelaksanaan
kewenangan yang didelegasikannya kepada BLU dan menjalankan peran
pengawasan terhadap kinerja BLU dan pelaksanaan kewenangan yang
didelegasikan.
(3) BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan Kementerian
Negara/Lembaga dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari
Kementerian Negara/Lembaga sebagai instansi induk.
(4) Menteri/Pimpinan Lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan
penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari
segi manfaat layanan yang dihasilkan.

8
(5) Layanan BLU dapat diarahkan untuk menghasilkan manfaat yang mendukung
stabilisasi ekonomi dan fiskal.
(6) Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga.
(7) BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian
keuntungan.
(8) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun
dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan
anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementerian Negara/Lembaga.
(9) BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan Praktik
Bisnis yang Sehat.
(10) Dalam rangka mewujudkan konsep bisnis yang sehat, BLU harus senantiasa
meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang dapat berupa kewenangan
merencanakan dan menetapkan kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan.

5. Karakteristik Badan Layanan Umum


Adapun Karakteristik dari Badan Layanan Umum menurut PP No. 74 Tahun
2012 adalah sebagai berikut :
(1) Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang
dipisahkan), ini sesuai dengan asas BLU dalam PP No. 74 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yaitu BLU merupakan bagian
perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah dan
karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk
(2) Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/sebagian dijual kepada publik, sesuai
dengan salah satu persyaratan substantif dari BLU dalam PP No. 74Tahun 2012
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yaitu Menyelenggarakan
tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan:
1) Penyediaan barang atau jasa layanan umum, seperti pelayanan di bidang
kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, serta pelayanan jasa penelitian dan
pengembangan (litbang);
2) Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum seperti otorita dan Kawasan

9
Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet);
3) Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi atau pelayanan
kepada masyarakat, seperti pengelola dana bergulir untuk usaha kecil dan
menengah.
(3) Tidak bertujuan mencari keuntungan, disini sesuai dengan asas BLU dalam PP No.
74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yaitu BLU
menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
(4) Dikelola secara otonom dengan prinsip efisien dan produktivitas ala korporasi,
disini sesuai dengan asas BLU dalam PP No. 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum yaitu BLU beroperasi sebagai unit kerja
kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan
umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
instansi induk yang bersangkutan.
(5) Rencana kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan pada instansi
induk, sesuai dengan asas BLU dalam PP No. 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum yaitu Rencana kerja dan anggaran serta laporan
keuangan dan kinerja dan BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja
kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.
(6) Pendapatan dan sumbangan dapat digunakan langsung, sesuai dengan PP No. 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Pasal 14 poin
kedua yang berbunyi pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat dan hibah tidak terikat dan dan yan diperoleh dari masyarakat
atau badan lain merupakan pendapatan operasional BLU.
(7) Pegawai dapat terdiri dari PNS dan non-PNS, berdasar pada tata kelola
kepegawaian BLU dalam PP No. 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum yang mana Pejabat pengelola dan pegawai BLU dapat
terdiri dari pegawai negeri sipil (PNS) dan/atau tenaga profesional non-PNS sesuai
dengan kebutuhan BLU. Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat
pengelola dan pegawai BLU yang berasal dari PNS dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan bagi PNS. Pejabat pengelola dan
pegawai BLU yang berasal dari tenaga profesional non-PNS dapat dipekerjakan
secara tetap atau berdasarkan kontrak.

10
(8) Bukan sebagai subjek pajak, sesuai dengan asas BLU dalam PP No.74 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yaitu BLU beroperasi
sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan
pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang
didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan. Jadi BLU bukan merupakan
subjek pajak daerah maupun negara.

6. Persyaratan Badan Layanan Umum


Suatu Satuan Kerja Instansi Pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan
dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) apabila
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.
(1) Persyaratan Substantif
a. Persyaratan substantif akan terpenuhi apabila Satker menyelenggarakan
pelayanan umum berupa:
1) Penyediaan barang dan/ atau jasa pelayanan umum yang dapat berupa
bidang kesehatan, bidang pendidikan, dan bidang lainnya;
2) Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum yang dapat berupa badan
pengusahaan kawasan, otorita, dan kawasan pengembangan ekonomi
terpadu; dan/ atau
3) Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/
atau pelayanan kepada masyarakat yang dapat berupa lembaga/badan
pengelolaan dana investasi, dana bergulir, dan dana abadi pendidikan.
b. Pelayanan umum sebagaimana dimaksud pada poin a di atas merupakan:
1) Pelayanan umum yang bersifat operasional sesuai dengan tugas dan
fungsi Satker; dan
2) Pelayanan umum yang menghasilkan pendapatan.

(2) Persyaratan Teknis


Persyaratan teknis akan terpenuhi apabila Satker memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. Kinerja pelayanan umum layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya
melalui penetapan sebagai BLU; dan
b. Kinerja keuangan sehat.

11
Kinerja pelayanan umum huruf dibuktikan dengan adanya rekomendasi dari
Menteri/Pimpinan Lembaga.

(3) Persyaratan Administratif


Persyaratan administratif akan terpenuhi apabila Satker dapat menyajikan
seluruh dokumen persyaratan administratif yang harus mendapatkan persetujuan
dari Menteri/Pimpinan Lembaga. sebagai berikut:
a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan,
dan manfaat bagi masyarakat;
Pernyataan kesanggupan huruf dibuat oleh pemimpin Satker.
b. Pola Tata Kelola;
 Pola tata kelola merupakan peraturan internal yang paling sedikit meliputi
penetapan organisasi dan tata laksana, akuntabilitas, dan transparansi.
 Peraturan internal terkait organisasi dan tata laksana termasuk memuat
struktur organisasi, serta pengangkatan dan pemberhentian Pejabat
Pengelola dan Pegawai.
 Struktur organisasiberpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh
menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur
negara dan reformasi birokrasi.
c. RSB;
RSB merupakan dokumen perencanaan lima tahunan yang disusun oleh
Pemimpin BLU dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga.
d. Laporan Keuangan Pokok;
Laporan keuangan pokok disusun berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan dan untuk Satker yang baru dibentuk, laporan keuangan pokok
berupa prognosa laporan keuangan tahun berjalan atau berikutnya.
e. Standar Pelayanan Minimum; dan
Standar pelayanan minimum ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.
f. Laporan Audit Terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara
independen.
 Laporan audit terakhir merupakan laporan auditor tahun terakhir sebelum
Satker yang bersangkutan diusulkan untuk menerapkan PPK-BLU.

12
 Pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen dibuat oleh Satker
yang telah maupun belum diaudit secara independen.

7. Penetapan
Menteri/Pimpinan Lembaga mengusulkan Satker yang memenuhi persyaratan
substantif, persyaratan teknis, dan persyaratan administratif untuk ditetapkan sebagai
Satker yang menetapkan PPK-BLU kepada Menteri Keuangan.
Pengusulan penetapan PPK-BLU dapat berupa pengusulan kolektif. Menteri
Keuangan melakukan penilaian terhadap usulan penetapan penerapan PPK-BLU yang
diajukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga. Penilaian oleh Menteri Keuangan meliputi:
a. pengujian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan terhadap
pemenuhan persyaratan substantif, pemenuhan persyaratan teknis, dan pemenuhan
persyaratan administratif; dan
b. penilaian yang dilakukan oleh tim penilai terhadap dokumen persyaratan
administratif.

8. Pencabutan
Menteri Keuangan dapat mencabut penetapan PPK-BLU berdasarkan:
a. Hasil monitoring dan evaluasi serta penilaian kinerja yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan / a tau hasil penilaian pen era pan Tata
Kelola yang Baik; dan/atau
b. Usulan dari Menteri/Pimpinan Lembaga.
Penetapan PPK-BLU dapat dicabut, apabila berdasarkan:
a. Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, BLU tidak lagi memenuhi persyaratan substantif, persyaratan
teknis, dan/ atau persyaratan administratif;
b. Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, BLU tidak mengikuti ketentuan perundangan-undangan di
bidang pengelolaan keuangan BLU; dan/ atau
c. Hasil penilaian kinerja BLU yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan dan/ atau hasil penilaian penerapan Tata Kelola yang Baik, BLU
dikelompokkan dalam kriteria buruk dan/ atau tidak mencapai ambang batas nilai
yang ditentukan.

13
9. Standar Layanan Badan Layanan Umum
BLU dalam memberikan layanan menggunakan standar pelayanan minimum
yang ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga. Standar pelayanan minimum dapat
diusulkan oleh BLUharus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan
kesetaraan layanan, biaya, serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.

10. Tarif Layanan Umum


BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/
jasa layanan yang diberikan dalam bentuk tarif dengan memperhitungkan seluruh
biaya yang dikeluarkan oleh BLU untuk menghasilkan barang/jasa layanan.
Tarif disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi
dana.
Penetapan tarif layanan berupa:
a. Tarif layanan lebih besar dari seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk
menghasilkan barang/jasa layanan;
b. Tarif layanan sama dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk
menghasilkan barang/jasa layanan; dan/ atau
c. Tarif layanan lebih kecil dari seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk
menghasilkan barang/jasa layanan.
Tarif layanan ditetapkan dengan mempertimbangkan aspek:
a. Kontinuitas dan pengembangan layanan, yaitu tarif layanan dapat meningkatkan
kemampuan BLU dalam memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
biaya dalam penyediaan barang/jasa layanan dan mendorong kesinambungan serta
pengembangan bisnis BLU;
b. Daya beli masyarakat, yaitu tarif layanan memperhitungkan kemampuan dan
kemauan masyarakat untuk membeli barang/jasa layanan yang dihasilkan oleh
BLU, berdasarkan pendapatan masyarakat, perubahan harga barang/jasa layanan,
dan nilai mata uang;
c. Asas keadilan dan kepatutan, yaitu tarif layanan menjamin bahwa setiap
orang/pelanggan memperoleh pelayanan yang sama sesuai dengan hak dan
manfaat yang diterima, dan tarif layanan memperhitungkan situasi dan kondisi
sosial masyarakat; dan
d. Kompetisi yang sehat, yaitu tarif layanan mampu menjamin dan menjaga Praktik
Bisnis yang Sehat tanpa menimbulkan gangguan pada industri dan bisnis sejenis.

14
B. PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
BLU menyusun RSB 5 (lima) tahunan dengan mengacu kepada Rencana
Strategis Kementerian Negara/Lembaga yang mencakup:
a. Keterkaitan dengan Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga;
b. Visi, misi, program, sasaran strategis;
c. Evaluasi pelaksanaan RSB sebelumnya;
d. Analisis strategis bisnis BLU; dan
e. RSB yang dirinci 5 (lima) tahun dan indikator kinerja yang terukur.
RSB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Pemimpin
BLU dan Dewan Pengawas. Dalam hal BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas,
RSB ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga. Pemimpin BLU menyampaikan RSB kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga dan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan paling lama 2 (dua) bulan sejak berakhirnya periode RSB.
Dalam hal terjadi perubahan Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga
yang berdampak pada RSB dan/ atau kondisi yang menyebabkan perlunya
penyesuaian target capaian dalam RSB, Pemimpin BLU melakukan revisi RSB
dimaksud paling lama 2 (dua) bulan sejak perubahan Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga. Revisi RSB ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan Dewan
Pengawas. Dalam hal BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas, revisi RSB
ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan pejabat yang ditunjuk oleh Menteri/
Pimpinan Lembaga. Pemimpin BLU menyampaikan RSB kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga dan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan paling lama 5
(lima) hari kerja setelah ditandatanganinya RSB yang telah direvisi.

C. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BLU


1. Tujuan Pedoman Akuntansi BLU
Pedoman akuntansi BLU berguna untuk :
 Acuan dalam pengembangan standar akuntansi BLU dalam hal belum terdapat
standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia yang dapat diterapkan oleh BLU.
 Acuan dalam pengembangan dan penerapan sistem akuntansi keuangan BLU
sesuai dengan jenis industrinya.

15
2. Sistem Akuntansi BLU
Sistem akuntansi adalah serangkaian prosedur baik manual maupun
terkomputerasi mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
sampai denga ntahap pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan. Sistem
akuntansi pada BLU terdiri dari 3 bagian yakni sistem akuntansi keuangan yang
menghasilkan laporan keuangan pokok untuk keperluan akuntabilitas, manajemen dan
tranparansi; sistem akuntansi aset tetap yang menghasilkan laporan aset tetap untuk
keperluan manajemen aset tetap; dan sistem akuntansi biaya, menghasilkan informasi
biaya satuan(unit cost) per unit layanan, pertanggungjawaban kinerja ataupun
informasi lain yakni kepentingan manajerial.
BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi
profesi akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis industrinya. Dalam hal tidak terdapat
standar akuntansi, BLU dapat mengembangkan standar akuntansi industri yang
spesifik dengan mengacu pada pedoman akuntansi BLU sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini. Standar akuntansi industri spesifik
ditetapkan menteri/pimpinan lembaga setelah mendapatkan persetujuan Menteri
Keuangan.
Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib. Periode akuntansi BLU meliputi masa 1 (satu)
tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Sistem akuntansi keuangan BLU dirancang untuk menyajikan informasi posisi
keuangan BLU, informasi kemampuan BLU untuk memperoleh sumberdaya ekonomi
dan beban dalam satu periode, informasi sumer dan penggunaan dana, infomrasi
pelaksaan anggaran, informasi ketaatan peraturan. Laporan keuangan milik BLU harus
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Laporan keuangan yang dihasilkan juga
memiliki karakteristik antara lain :
 Basis akrual
 Pembukuan berpasangan
 Berpedoman pada prinsip pengendalian internal sesuai dengan praktik bisnis yang
berlaku secara umum.
Agar integrasi laporan keuangan BLU menjadi lebih baik maka BLU
mengembangkan sub sistem akuntansi sesuai dengan standar akuntansi pemerintah.
Sistem akuntansi pada aset BLU juga diatur secara khusus. Sistem akuntansi untuk
aset teteap minimal harus mampu untuk menghasilkan laporan yang menyediakan

16
informasi aset menurut jenisnya, kuantitas, nilai mutasi, kondisi aset tetap yang
merupakan milik BLU itu sendiri dan aset tetap yang bukan milik BLU namun
berada di dalam penguasan BLU. Dalam pengelolaan dan pencatatan aset tetap
miliknya, BLU dapat menggunakan sistem pengelolaan BMN milik kementerian
keuangan.
Untuk pengelolaan aset tetap milik BLU ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain:
 Tanah dan atau bangunan disertifikasi atas nama pemerintah pusat atau daerah
 Aset BLU dicatat dan dilaporkan sesuai dengna standar akuntansi keuangan
yang berlaku
 BLU sepanjang belum memiliki sistem pencatatan aset, dapat menggunakan
aplikasi SIMAK-BMN dengan melakukan penyusutan
 Nilai aset tetap dalam laporan konsolidasi K/L/Pemda, dibukukan sebesar nilai
yang tealh dilakukan penyusutan dan amortisasi
Sistem akuntansi biaya pada BLU paling sedikit harus mampu untuk
menghasilkan informasi tentang harga pokok produksi, informasi tentang biaya
satuan per unit layanan yang diberikan, dan juga informasi mengenai analisa varian
( perbedaan antar biaya standar dan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan
organisasi).
Sistem akuntansi biaya dalam BLU menghasilkan informasi yang sangat
berguna untuk :
 Kegiatan perencanaan dan pengendalian kegiatan operasional BLU
 Pengambilan keputusan oleh pimpinan atau pejabat yang berwewang dalam
organisasi BLU tersebut
 Melakukan perhitungan tarif layanan BLU.

3. Komponen Sistem Akuntansi BLU


Sistem akuntansi BLU terdiri atas sub sistem yang terintegrasi untuk
menghasilkan laporan keuangan dan laporan lainnya yang berguna bagi pihak yang
membutuhkan. Komponen ini terdiri dari :
a) Kebijakan akuntansi
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip,dasar, konvensi, peraturan danprosedut
yang digunakan BLU dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Pertimbangan dan atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu disesuaikan dengna
17
kondisi BLU. Sasaran pilihan kebijakan yang tepat akan menggambarkan
kondisi yang tepat pula
Pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi meliputi :
 Penyajian yang wajar
 Substansi mengungguli bentuk
 Materialitas

b) Sub sistem akuntansi


Merupakan bagian dari sistem akuntansi. COntohnya sub sistem penerimaan kas
dan sub sistem pengeluaran kas

c) Prosedur akuntansi
Prosedur yang digunakan untuk menganalisis, mencatat, mengklasifikasi dan
mengikhtisarkan informasi untuk disajikan di laporan keuangan, juga mengacu
pada siklus akuntansi

d) Bagan Akun Standar


BAS merupakan daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara
sistematis oleh pimpinan BLU untuk memudahkan perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan anggaran, serta akuntansi dan pelaporan keuangan. Untuk tujuan
konsolidasi laporan BLU dengan K/L/ Pemda.

4. Laporan Keuangan Badan Layanan Umum


Laporan Keuangan BLU disusun untuk memenuhi tujuan umum pelaporan
keuangan yang menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan
ringkasan transaksi yang dilakukan BLU selama satu periode pelaporan. Laporan
Keuangan BLU yang bertujuan umum tersebut merupakan pertanggungjawaban
keuangan BLU selaku entitas pelaporan yang diberikan kemandirian pengelolaan
keuangan. Lebih lanjut, Laporan Keuangan BLU bertujuan umum disusun secara
sistematis dan terstruktur pada satu periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas,
manajemen, transparansi dan keseimbangan antar-generasi tanpa secara khusus
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai laporan keuangan tertentu.
Komponen Laporan Keuangan BLU bertujuan umum terdiri dari:
(1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
18
(2) Laporan Perubahan Sisa Anggaran Lebih (LP SAL);
(3) Neraca;
(4) Laporan Operasional (LO);
(5) Laporan Arus Kas (LAK);
(6) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
(7) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) .

(1) Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realiasi Anggaran menyajikan realisasi pendapatan-LRA, belanja,
surplus/ defisit-LRA-BLU, pembiayaan BLU, dan sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran BLU yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam
satu periode .
LRA pada BLU paling kurang manyajikan pos-pos antara lain:
a. Pendapatan-LRA;
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Jumlah realisasi pendapatan untuk periode berkenaan dan persentase
realisasi dari estimasi pendapatannya. Penyajian dapat dilakukan dalam
bentuk tabel;
 Jika signifikan, perlu ditambahkan penjelasan mengenai perbedaan antara
anggaran/ estimasi dengan realisasinya;
 Perbandingan realisasi pendapatan periode berjalan dengan periode lalu
disertai penjelasan atas perbedaan tersebut jika signifikan;
 Penjelasan lebih lanjut rincian pendapatan menurut sumber pendapatan;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

b. Belanja;
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Jumlah realisasi belanja untuk periode berkenaan dan persentase realisasi
dari pagu anggarannya. Penyajian dapat dilakukan dalam bentuk tabel;
 Jika signifikan, perlu ditambahkan penjelasan mengenai perbedaan antara
anggaran dengan realisasinya;
19
 Perbandingan realisasi belanja periode berjalan dengan periode lalu disertai
penjelasan atas perbedaan terse but jika signifikan;
 Penjelasan lebih lanjut rincian belanja menurut klasifikasi ekonomi,
organisasi, dan fungsi;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.
c. Surplus/ defisit-LRA;
d. Penerimaan pembiayaan;
Bagian Pembiayaan menjelaskan hal-hal antara lain:
 Jumlah realisasi pembiayaan untuk periode berkenaan dan persentase
realisasi dari pagu anggarannya. Penyajian dapat dilakukan dalam bentuk
tabel;
 Perbandingan realisasi pembiayaan periode berjalan dengan periode lalu
disertai penjelasan atas perbedaan tersebut jika signifikan;
 Penjelasan lebih lanjut penerimaan pembiayaan dan/ atau pengeluaran
pembiayaan;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.
e. Pengeluaran pembiayaan;
Penjelasannya sama dengan Bagian Pembiayaan.
f. Pembiayaan neto; dan
Penjelasannya sama dengan Bagian Pembiayaan.
g. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/ SiKPA)
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Jumlah realisasi pembiayaan untuk periode berkenaan dan persentase
realisasi dari pagu anggarannya. Penyajian dapat dilakukan dalam bentuk
tabel;
 Perbandingan realisasi pembiayaan periode berjalan dengan periode lalu
disertai penjelasan atas perbedaan tersebut;
 Penjelasan mutasi atau pembentukan SiLPA/ SiKPA;
20
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

21
(2) Laporan Perubahan Sisa Anggaran Lebih (LP SAL)
Laporan Perubahan Sisa Anggaran Lebih (LP SAL) dalam Laporan
Keuangan BLU sebagaimana Gambar 5. Laporan Perubahan Sisa Angaran Lebih
menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LP SAL pada BLU
menyajikan antara lain pos-pos berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:

22
 Perbandingan Saldo Anggaran Lebih (SAL) Awal periode berjalan dengan
periode lalu;
 Penjelasan SAL Awal;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;


Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan Penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) Awal periode
berjalan dengan periode lalu;
 Penjelasan lebih lanjut transaksi penggunaan SAL;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;


Sisa Lebih/Kurang Pembiyaan Anggaran (SiLPA/ SiKPA)
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan SiLPA/ SiKPA periode berjalan dengan periode lalu;
 Penjelasan lebih lanjut transaksi penggunaan SiLPA/ SiKPA;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

Sisa Lebih/ Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) Setelah


Penyesuaian
Bagian ini menj elaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan SiLPA/SiKPA setelah penyesuaian periode berjalan dengan
periode lalu;
 Penjelasan lebih lanjut rincian transaksi penyesuaian SiLPA/ SiKPA;
23
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan; dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun sebelumnya;


Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya dan lain-
lain periode berjalan dengan periode lalu;
 Penjelasan lebih lanjut rincian koreksi kesalahan pembukuan tahun
sebelumnya dan lain-lain;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

e. Lain-lain; dan
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir.
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan Saldo Anggaran Lebih (SAL) akhir periode berjalan dengan
periode lalu;
 penjelasan SAL akhir;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

24
(3) Neraca
Neraca dalam Laporan Keuangan BLU sebagaimana menyajikan posisi
keuangan BLU mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Neraca BLU menyajikan antara lain pos-pos berikut:
a. Kas dan setara kas ;
b. Investasi jangka pendek;
c. Piutang dari kegiatan BLU;
d. Persediaan;
e. lnvestasi jangka panjang;
f. Aset tetap;
g. Aset lainnya;
h. Kewajiban jangka pendek;
i. Kewajiban jangka panjang; dan
j. Ekuitas .

Aset
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan aset per tanggal pelaporan tahun berjalan dengan per tanggal
pelaporan periode lalu;
25
 Penjelasan lebih lanjut rincian atas masing-masing akun-akun aset;
 Penjelasan atas perbedaan (mutasi) antara periode berjalan dengan periode
lalu;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

Kewajiban
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan kewajiban per tanggal pelaporan tahun berjalan dengan per
tanggal pelaporan periode lalu;
 Penjelasan lebih lanjut rincian atas masing-masing akun-akun kewajiban;
 Penjelasan atas perbedaan (mutasi) antara periode berjalan dengan periode
lalu;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

Ekuitas
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan ekuitas per tanggal pelaporan tahun berjalan dengan per tanggal
pelaporan periode lalu;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
dan
 Penjelasan atas hal-hal penting yang diperlukan.

26
27
(4) Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional (LO) dalam Laporan Keuangan BLU menyajikan
ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang
dikelola oleh pemerintah pusat untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
dalam satu periode pelaporan. LO pada BLU menyajikan antara lain pos-pos
berikut:
a. Pendapatan-LO;
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan pendapatan operasional periode berjalan dengan periode lalu;
28
 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dengan periode lalu
untuk nilai yang signifikan;
 Penjelasan lebih lanjut rincian pendapatan-LO menurut sumber
pendapatan;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

b. Beban;
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan beban operasional periode berjalan dengan periode lalu;
 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dengan periode lalu
untuk nilai yang signifikan;
 Penjelasan lebih lanjut rincian beban menurut klasifikasi ekonomi,
organisasi, dan fungsi;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

c. Surplus/Defisit dari kegiatan operasional;


d. Kegiatan nonoperasional;
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan surplus /defisit kegiatan non operasional, nilai tukar, dan
kerugian/keuntungan penurunan nilai aset periode berjalan dengan periode
lalu;
 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dengan periode lalu
untuk nilai yang signifikan;
 Penjelasan lebih lanjut rincian pos-pos yang terdapat pada kegiatan non
operasional;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
29
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

e. Surplus /Defisit sebelum Pos Luar Biasa;


f. Pos Luar Biasa; dan
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan pendapatan/beban luar biasa periode berjalan dengan periode
lalu;
 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dengan periode lalu
untuk nilai yang signifikan;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
g. Surplus /Defisit-LO.

30
(5) Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas (LAK) dalam Laporan Keuangan BLU menyajikan
informasi mengenai sumber, penggunaan perubahn kas, dan setara kas selama satu
periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan pada BLU.
Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris .
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan arus kas dari aktivitas operasi periode berjalan dengan
periode lalu, baik arus kas masuk maupun arus kas keluar;
 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dengan periode lalu
untuk nilai yang signifikan;
 Penjelasan lebih lanjut rincian pos-pos arus kas dari aktivitas operasi
menurut arus kas masuk dan arus kas keluar;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

Arus Kas dari Aktivitas Investasi


Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan arus kas dari aktivitas investasi periode berjalan dengan
periode lalu, baik arus kas masuk maupun arus kas keluar;
 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dengan periode lalu
untuk nilai yang signifikan;
 Penjelasan lebih lanjut rincian pos-pos arus kas dari aktivitas investasi
menurut arus kas masuk dan arus kas keluar;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan; dan
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan


Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
31
 Perbandingan arus kas dari aktivitas pendanaan periode berjalan dengan
periode lalu, baik arus kas masuk maupun arus kas keluar;
 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dengan periode lalu
untuk nilai yang signifikan;
 Penjelasan lebih lanjut rincian pos-pos arus kas dari aktivitas pendanaan
menurut arus kas masuk dan arus kas keluar;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan; dan
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan arus kas dari aktivitas transitoris periode berjalan dengan
periode lalu, baik arus kas masuk maupun arus kas keluar;
 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dengan periode lalu
untuk nilai yang signifikan;
 Penjelasan lebih lanjut rincian pos-pos arus kas dari aktivitas transitoris
menurut arus kas masuk dan arus kas keluar;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan; dan
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

Kas pada BLU


Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan pos Kas pada BLU periode berjalan dengan periode lalu;
 Penjelasan mutasi atas penyesuaian dan/ atau reklasifikasi saldo Kas pada
BLU;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

Kas dan Dana yang Dikuasai Diluar Aktivitas Operasi, Investasi,


32
Pendanaan, dan Transitoris
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Penjelasan atas penyajian dan/ atau mutasi kas dan dana yang tidak masuk
dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan, dan
aktivitas transitoris , antara lain berupa kas di bendahara pengeluaran, kas
lainnya di bendahara pengeluaran, dan/ atau dana kelolaan BLU;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan; dan
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

33
34
(6) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dalam Laporan Keuangan BLU menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. LPE pada BLU menyajikan paling kurang pos-pos antara lain:
a. Ekuitas awal;
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas , yang antara
lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:
1) koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya; dan
2) perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
d. Ekuitas akhir.
Bagian ini menjelaskan hal-hal antara lain:
 Perbandingan pos-pos pada LPE periode berjalan dengan periode lalu;
 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dengan periode lalu
untuk nilai yang signifikan;
 Penjelasan pos-pos ekuitas awal, surplus /defisit LO, dampak kumulatif
perubahan kebijakan akuntansi/kesalahan mendasar, koreksi yang
menambah/mengurangi ekuitas , transaksi antar entitas, dan ekuitas akhir;
 Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
 Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

(7) Catatan Atas Laporan Keuangan


Cata tan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah komponen laporan
keuangan yang meliputi penjelasan, daftar rincian dan/ atau analisis atas laporan
keuangan dan pos-pos yang disajikan dalam LRA, LPSAL, Neraca, LO, LAK, dan
LPE. CaLK mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan
oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk
diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Bagian ini mengungkapkan informasi yang bila tidak diungkapkan akan

35
menyesatkan bagi pembaca laporan. Catatan atas Laporan Keuangan harus
mengungkapkan kejadian-kejadian penting selama tahun pelaporan, seperti :
 Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
 Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
 Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca;
 Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan; dan
 Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang
harus ditanggulangi pemerintah.

5. Kebijakan Akuntansi Pendapatan BLU

(1) Definisi dan Jenis Pendapatan BLU

Pendapatan BLU adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas BLU selama satu periode yang mengakibatkan penambahan
ekuitas bersih. Pendapatan BLU dalam kerangka keuangan negara merupakan
kelompok pendapatan negara bukan pajak. Hal transaksi yang menjadi ruang
lingkup pendapatan BLU meliputi:

1. Pendapatan dari alokasi APBN - DIPA RM; merupakan pendapatan dari


realisasi belanja pegawai, barang dan jasa dan/ atau belanja modal atas pagu

36
DIPA yang sumber dananya rupiah murni sesuai dengan SPM/ SP2D.

2. Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari masyarakat - DIPA


PNBP; merupakan imbalan yang diperoleh dari jasa layanan BLU yang
diberikan kepada masyarakat sesuai dokumen sumber penerimaan
pendapatan transaksional.

3. Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari entitas pemerintah


pusat - DIPA PNBP; merupakan imbalan yang diperoleh dari jasa layanan
BLU yang diberikan kepada entitas akuntansi atau entitas pelaporan dalam
kerangka sistem akuntansi pemerintah pusat yang membawahi maupun yang
tidak membawahi organisasi vertikal BLU.

4. Pendapatan hasil kerja sama - DIPA PNBP; merupakan perolehan


pendapatan BLU dari kerjasama operasional, sewa-menyewa, dan usaha
lainnya yang mendukung tugas dan fungsi BLU sesuai dokumen sumber
penerimaan pendapatan transaksional.

5. Pendapatan hibah bentuk uang/barang/jasa dari masyarakat (entitas non


pemerintah pusat) - DIPA PNBP; merupakan pendapatan yang diterima dari
masyarakat, badan lain atau entitas non pemerintah pusat tanpa diikuti
adanya kewajiban bagi BLUuntuk menyerahkan barang/jasa sesuai dengan
dokumen penerimaan hibah atau yang dipersamakan.

6. Pendapatan BLU lainnya - DIPA PNBP; merupakan pendapatan BLU yang


tidak berhubungan secara langsung dengan tugas dan fungsi BLU yang dapat
berupa jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing, komisi, potongan, bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/ atau pengadaan barang/jasa oleh BLU, hasil penjualan
kekayaan yang tidak dipisahkan, dan pengembalian secara kas atas beban
atau biaya yang

a. telah disahkan belanjanya pada tahun anggaran yang lalu.

7. Pendapatan umum PNBP yang disetor ke kas negara - DIPA RM;


merupakan pendapatan dari realisasi PNBP umum yang sumber dananya
rupiah murni dan/ atau untuk keuntungan rekening kas negara dan telah
disetor ke rekening kas negara.

37
(2) Pengakuan Pendapatan BLU

Pendapatan BLU diakui pada saat:

8. Timbulnya hak atas pendapatan untuk menagih; merupakan pendapatan


BLU yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu

e) pelayanan yang telah selesai diberikan dan/ a tau hak BLU untuk
menagihkan beban tagihan kepada alokasi APBN - DIPA RM berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

2. Pendapatan direalisasi; merupakan realisasi pendapatan BLU yang secara


hak telah diterima oleh BLU tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.

Berdasarkan jenis pendapatan BLU, pengakuan pendapatan BLU


diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pendapatan dari alokasi APBN - DIPA RM diakui pada saat pengeluaran


realisasi belanja sesuai dengan SP2D Belanja yang berasal dari pagu DIPA
rupiah murni.

2. Pendapatan umum PNBP yang disetor ke rekening umum kas negara - DIPA
RM diakui pada saat penerimaan masuk ke rekening kas umum negara
sesuai dokumen sumber setoran ke kas negara atau dokumen yang
dipersamakan.

3. Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari masyarakat - DIPA


PNBP; Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari entitas
pemerintah pusat - DIPA PNBP; Pendapatan hasil kerja sama - DIPA PNBP;
dan Pendapatan BLU lainnya - DIPA PNBP; diakui pada saat timbulnya hak
atas pendapatan untuk menagih sesuai dengan dokumen tagihan BLU a tau
yang dipersamakan dan/ atau diakui pada saat realisasi pendapatan BLU
secara hak telah diterima oleh BLU tanpa didahului adanya penagihan
sehubungan dengan adanya penyerahan layanan BLU atau manfaat ekonomi
kepada mitra layanan atau masyarakat, sesuai dengan dokumen penerimaan
pendapatan BLU atau yang dipersamakan dan dilakukan pengesahan secara
periodik sesuai SP3B/ SP2B-BLU.

4. Pendapatan hibah bentuk uang dari masyarakat diakui pada saat dana hibah
diterima oleh BLU sesuai dengan berita acara serah terima hibah, atau

38
dokumen konfirmasi atau dokumen yang dipersamakan dan dan dilakukan
pengesahan secara periodik sesuai SP3B/ SP2B-BLU.

5. Pendapatan hibah bentuk barang dan jasa diakui pada saat berita acara serah
terima sesuai dokumen berita acara serah terima hibah atau dokumen yang
dipersamakan.

(3) Pengukuran Pendapatan BLU

Pengukuran pendapatan BLU diidentifikasi berdasarkan dokumen yang


digunakan dengan memperhatikan jenis pendapatan sebagai berikut:

1. Pendapatan dari alokasi APBN - DIPA RM diukur sebesar nilai realisasi


belanja sesuai dengan SPM/SP2D Belanja yang berasal dari pagu DIPA
rupiah murni.

2. Pendapatan umum PNBP diukur sebesar nilai realisasi pendapatan bukan


pajak sesuai dengan dokumen sumber setoran ke kas negara (SSBP dan/ a
tau SSPB) a tau dokumen yang dipersamakan.

3. Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari masyarakat - DIPA


PNBP; Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari entitas
pemerintah pusat - DIPA PNBP; Pendapatan hasil kerja sama - DIPA PNBP;
dan Pendapatan BLU lainnya - DIPA PNBP diukur sebesar nilai pendapatan
sesuai dengan dokumen sumber transaksional pendapatan BLU atau yang
dipersamakan.

4. Pendapatan hibah bentuk uang dari masyarakat diukur sebesar nilai hibah
yang diterima oleh BLU sesuai dengan dokumen penerimaan hi bah bentuk
uang a tau yang' dipersamakan.

5. Pendapatan hibah bentuk barang dan/ atau jasa dari masyarakat diukur
sebesar nilai pendapatan hibah sesuai dengan dokumen berita acara serah
terima hibah barang/jasa atau dokumen yang dipersamakan.

Dalam rangka pengukuran atas pengakuan pendapatan BLU secara


transaksional, BLU secara mandiri menyusun sistem akuntansi pendapatan
transaksional yang meliputi kebijakan antara lain:

1. Dokumen sumber transaksional pendapatan BLU sesuai dengan karakteristik


39
bisnis BLU disertai nomor register pendapatan yang unik.

2. Pengembangan dan penggunaan akun-akun sesuai dengan kebutuhan


pencatatan pendapatan BLU dan karakteristik bisnis BLU dengan tetap
memperhatikan detail kelompok akun 6 digit yang diatur dalam ketentuan
mengenai kodefikasi segmen akun pada bagan akun standar dalam sistem
akuntansi pemerintah pusat.

3. Jurnal khusus transaksional atas penerimaan/pengembalian dan pengakuan


pendapatan secara kas .

4. Jurnal khusus transaksional atas penerimaan dan pengakuan pendapatan non


kas .

5. Penggunaan buku pembantu pendapatan BLU.

6. Pengaturan mengenai mekanisme peringkasan (summary) pendapatan BLU


yang dicatat dengan akun internal BLU menjadi 6 digit akun pendapatan
BLU sesuai kodefikasi bagan akun standar dalam sistem akuntansi
pemerintah pusat.

(4) Pengesahan Pendapatan BLU secara Periodik

Secara periodik, BLU melakukan pengajuan proses pengesahan


pendapatan BLU ke KPPN mitra kerja. Pengajuan proses pengesahan pendapatan
BLU secara periodik tersebut dilakukan terhadap pendapatan BLU yang secara
transaksionalnya pada tahun anggaran berjalan telah terlebih dahulu diakui
pendapatannya berdasarkan kas yang diterima oleh BLU. Pendapatan BLU yang
dilakukan pengesahan transaksinya meliputi:

1. Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari masyarakat - DIPA


PNBP;

2. Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari entitas pemerintah


pusat - DIPA PNBP;

3. Pendapatan hasil kerja sama - DIPA PNBP;

4. Pendapatan BLU lainnya - DIPA PNBP; dan

5. Pendapatan hi bah bentuk uang dari masyarakat (entitas non pemerintah


40
pusat) - DIPA PNBP

Proses pengesahan pendapatan BLU secara periodik atas transaksional


pendapatan BLU pada KPPN mitra kerja BLU mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:

1. nilai pengesahan pendapatan BLU secara periodik hanya untuk mengesahkan


transaksi pendapatan BLU yang telah diterima atau dikeluarkan secara kas .

2. nilai pengesahan pendapatan BLU yang digunakan adalah berdasarkan nilai


saldo masing-masing buku pembantu pendapatan (secara kas) pada tanggal
pengajuan pengesahan pendapatan BLU, serta dibuat ringkasannya
menggunakan 6 digit akun pendapatan BLU.

3. proses peringkasan menggunakan 6 digit akun pendapatan BLU untuk


kepentingan pengesahan dilakukan menggunakan sistem batch dan/ a tau sistem
lainnya sesuai karakteristik BLU.

4. nilai pengesahan pendapatan BLU secara periodik dilaksanakan berdasarkan


asas bruto yaitu dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran) .

5. dalam hal secara transaksional terdapat pengembalian kas atas pendapatan


BLU, pengesahan pendapatan BLU secara periodik juga dilakukan pengesahan
pengembalian pendapatan BLU.

6. dokumen yang digunakan dalam pengajuan pengesahan pendapatan BLU


secara periodik adalah Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
(SP3B-BLU) .

7. dokumen yang digunakan dalam pencatatan pendapatan BLU yang disahkan


secara periodik adalah Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP2B-
BLU) .

8. mekanisme pengajuan SP3B-BLU dan penerbitan SP2B-BLU mengikuti


ketentuan mengenai mekanisme pengesahan pendapatan dan belanja BLU.

Pendapatan BLU yang tidak dilakukan pengesahan pendapatan meliputi:

1. Pendapatan dari alokasi APBN - DIPA RM; hal ini tidak dilakukan pengesahan
pendapatan karena pendapatan dari alokasi APBN merupakan akun ikutan atas
transaksi realisasi belanja berdasarkan SP2D Belanja.
41
2. Pendapatan umum PNBP yang disetor ke kas negara - DIPA RM; hal ini tidak
dilakukan pengesahari pendapatan karena pendapatan umuhl PNBP telah
tervalidasi dan tercatat sebagai penerimaan negara pada saat diterima di
rekening kas negara.

3. Pendapatan hibah bentuk barang/jasa dari masyarakat (entitas non pemerintah


pusat) - DIPA PNBP; hal ini tidak dilakukan pengesahan pendapatan karena
pendapatan hibah bentuk barang atau jasa berupa transaksi non kas .

4. Pendapatan yang disajikan sehubungan dengan perhitungan akuntansi dan


transaksional pendapatan secara non-kas dan bank BLU; hal ini tidak dilakukan
karena pendapatan sehubungan dengan perhitungan akuntansi merupakan
penyesuaian pendapatan yang tanpa adanya pengaruh ke saldo kas dan bank
BLU. pendapatannya pada periode berikutnya. Penyesuaian pendapatan BLU
dalam transaksi pendapatan deferral berdasarkan memo penyesuaian sesuai
hasil analisis buku pembantu Pendapatan Diterima di Muka.

(5) Penyesuaian Pendapatan BLU pada Periode Pelaporan Semesteran dan


Tahunan

Penyesuaian pendapatan BLU dilakukan secara periodik untuk kebutuhan


penyajian pendapatan pada periode pelaporan semesteran dan tahunan, sehingga
mencerminkan pengakuan Pendapatan BLU pada saat timbulnya hak atas
pendapatan pada periode pelaporan semesteran dan tahunan. Transaksi
penyesuaian pendapatan BLU yang dicatat dan disajikan pada periode pelaporan
semesteran antara lain pengakuan transaksi pendapatan akrual di periode
semesteran tahun anggaran berjalan, misalnya:

1. Pendapatan layanan BLU dan pendapatan non layanan BLU secara akrual
non kas dengan mengakui aset BLU berupa Piutang BLU berdasarkan
dokumen penagihan atau konfirmasi atas pendapatan yang jatuh tempo atau
yang dipersamakan dan dicatat dalam buku pembantu pendapatan layanan
BLU dan pendapatan non layanan BLU secara akrual non kas .

2. Pendapatan non layanan BLU secara akrual non kas dengan mengakui aset
BLU berupa Piutang BLU berdasarkan memo penyesuaian atas pendapatan
yang belum jatuh tempo tetapi menjadi hak akrual atas pendapatan, contoh
42
pendapatan bunga yang belum jatuh tempo. Pada awal periode pelaporan
semesteran berikutnya dilakukan jurnal balik atas pengakuan akrual
Pendapatan Non Layanan BLU dan Piutang BLU.

3. Pendapatan yang berasal dari tuntutan perbendaharaan dan/atau tuntutan


ganti rugi secara akrual non kas dengan mengakui Piutang Tun tu tan
Perbendaharaan dan/ a tau Tun tu tan Gan ti Rugi berdasarkan awal
terjadinya pengakuan sesuai dokumen penetapan piutang tuntutan
perbendaharaan dan/ a tau tun tu tan ganti rugi.

Transaksi penyesuaian pendapatan BLU yang dicatat dan disajikan pada


periode pelaporan tahunan antara lain:

1. pengakuan transaksi pendapatan akrual di periode sampai dengan tahunan


pada tahun anggaran berjalan dengan contoh transaksi sebagaimana
pendapatan akrual di periode semesteran di atas .

2. Pengakuan transaksi pendapatan deferral (ditangguhkan) di periode tahunan


tahun anggaran berjalan, misalnya pendapatan layanan BLU dan pendapatan
non layanan BLU secara kas telah diterima oleh BLU namun prestasi
layanan BLU atau non layanan BLU belum selesai dilakukan pada periode
tahunan tahun anggaran berjalan sehingga pengakuan pendapatannya
ditangguhkan dan akan dicatat

(6) Penyajian Pendapatan BLU

Penyajian pendapatan BLU di Laporan Keuangan sebagai berikut:

1. Nilai pendapatan dari alokasi APBN - DIPA RM sesuai dengan SP2D


Belanja yang berasal dari pagu DIPA rupiah murni disajikan di LO sebagai
Pendapatan dari Alokasi APBN dalam pos Pendapatan Operasional.

2. Nilai pendapatan um um PNBP sesuai dengan dokumen sumber setoran ke


kas negara (SSBP dan/ a tau SSPB) atau dokumen yang dipersamakan
disajikan:

a. di LRA sebagai PNBP dalam pos PNBP Lainnya; dan

b. di LO sebagai PNBP Lainnya dalam pos Pendapatan Operasional.

43
3. Nilai pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari masyarakat -
DIPA PNBP; Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari entitas
pemerintah pusat - DIPA PNBP; Pendapatan hasil kerja sama - DIPA PNBP;
dan Pendapatan BLU lainnya - DIPA PNBP yang telah disahkan sesuai
dengan SP2B-BLU disajikan:

a. di LRA sebagai pendapatan BLU dalam pos PNBP Lainnya; dan

b. di LO sebagai PNBP Lainnya dalam pos Pendapatan Operasional.

4. Nilai pendapatan hibah bentuk uang dari masyarakat yang telah disahkan
sesuai dengan SP2B-BLU disajikan:

a. di LRA sebagai pendapatan BLU dalam pos PNBP Lainnya; dan

b. di LO sebagai PNBP Lainnya dalam pos Pendapatan Operasional.

5. Pendapatan hibah bentuk barang dan/ atau jasa dari masyarakat sesuai
dengan berita acara serah terima hibah barang/jasa atau dokumen yang
dipersamakan disajikan di LO sebagai PNBP Lainnya dalam pos Pendapatan
Operasional, sedangkan beban jasanya disajikan di LO sebagai beban sesuai
definisi bebannya dalam pos Beban Operasional, dan dalam hal berbentuk
persediaan dan/ atau aset tetap, aset tetap lainnya, aset lainnya disajikan di
Neraca sesuai dengan definisi asetnya.

6. Pendapatan BLU secara transaksional kas yang belum dilakukan pengesahan


transaksinya pada periode pelaporan semesteran dan tahunan sesuai dengan
dokumen sumber transaksional pendapatan BLU disajikan:

a. di LO sebagai pendapatan BLU dalam pos PNBP Lainnya; dan

b. di LAK dalam arus masuk kas aktivitas operasi.

7. Pendapatan BLU secara transaksional non kas pada periode pelaporan


semesteran dan tahunan sesuai dengan dokumen sumber transaksional
pendapatan BLU yang dicatat di buku pembantu pendapatan BLU non kas
disajikan:

a. di LO sebagai pendapatan BLU dalam pos PNBP Lainnya; dan

b. di Neraca sebagai Piutang BLU dalam pos Piutang PNBP.

8. Pendapatan sehubungan dengan perhitungan akuntansi misalnya pendapatan


44
selisih kurs belum terealisasi dan pendapatan pelepasan aset disajikan di
Laporan Operasional dalam pos Kegiatan Non Operasional

4. Kebijakan Akuntnasi Beban dan Belanja BLU

(1) Definisi dan Jenis Beban BLU

Beban BLU adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa


dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas BLU, yang dapat
berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Selain
itu, terdapat beban yang timbul sehubungan dengan adanya penyetoran
BLU atas pendapatan PNBP ke Kas Negara. Transaksi yang menj adi
ruang lingkup beban BLU meliputi:

1. Beban Pegawai

Beban pegawai merupakan beban yang timbul dari kompensasi


pemanfaatan pegawai berupa gaji dan tunjangan, serta realisasi belanja
pegawai, baik atas pembebanan pagu DIPA yang sumber dananya
rupiah murni (RM) maupun atas pembebanan pagu yang sumber
dananya dari layanan BLU - DIPA pendapatan negara bukan pajak
(PNBP) .

2. Beban Barang dan Jasa

Beban barang dan jasa merupakan beban sehubungan dengan


perolehan dan/ a tau pemanfaatan barang konsumsi dan
ektrakomptabel, dan perolehan dan/ a tau pemanfaatan jasa dalam
rangka mendukung kegiatan operasional BLU, baik atas pembebanan
pagu DIPA yang sumber dananya rupiah murni maupun atas
pembebanan pagu yang sumber dananya dari layanan BLU - DIPA
PNBP.

3. Beban Persediaan

Beban persediaan merupakan beban sehubungan dengan pemakaian


barang perlengkapan dan persediaan dalam rangka mendukung
kegiatan operasional BLU.

4. Beban Barang untuk Dijual/Diserahkan kepada Masyarakat


45
Beban barang untuk dijual/ diserahkan kepada masayarakat merupakan
beban sehubungan dengan pengeluaran barang persediaan untuk dijual
dalam rangka pelayanan BLU dan/ a tau pemanfaatan barang
persediaan untuk diserahkan kepada masyarakat.

5. Beban Pemeliharaan

Beban pemeliharaan merupakan beban sehubungan dengan


mempertahankan kondisi aset BLU, dan perolehan dan/atau
pemanfaatan barang perlengkapan dan persediaan dalam rangka
memelihara kondisi aset BLU, baik atas pembebanan pagu DIPA yang
sumber dananya rupiah murni maupun atas pembebanan pagu yang
sumber dananya dari layanan BLU - DIPA PNBP.

6. Beban Perjalanan Dinas

Beban perjalanan dinas merupakan beban sehubungan dengan kegiatan


perjalanan dinas dalam rangka menunjang operasional BLU, baik atas
pembebanan pagu DIPA yang sumber dananya rupiah murni maupun
atas pembebanan pagu yang sumber dananya dari layanan BLU -
DIPA PNBP.

7. Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

Beban penyisihan piutang tidak tertagih merupakan beban sehubungan


dengan estimasi piutang tidak tertagih atas saldo piutang dalam rangka
penyajian nilai wajar piutang pada periode pelaporan keuangan.

8. Beban Penyusutan Aset dan Beban Amortisasi

Beban penyusutan aset dan beban amortisasi merupakan beban


sehubungan dengan penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa,
terjadi pada saat penurunan nilai aset akibat penggunaan aset
bersangkutan atau berlalunya waktu. Beban penyusutan merupakan
alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
bersangkutan. Khusus untuk Aset Tidak Berwujud (ATB) , penurunan
manfaat ekonomi atau potensi jasa ini dikenal dengan istilah Be ban
Amortisasi.

46
(2) Pengakuan Beban BLU

Secara umum Beban BLU diakui pada saat:

1. timbulnya kewajiban;

2. terjadinya konsumsi aset; dan/ a tau

3. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

Berdasarkan jenis beban BLU, pengakuan beban BLU diidentifikasi


sebagai berikut:

1. Beban pegawai, beban barang dan jasa, beban pemeliharaan, dan


beban perjalanan dinas yang berasal dari pembebanan realisasi SP2D
DIPA Rupiah Murni diakui pada saat pengeluaran realisasi belanja
sesuai dengan SPM/ SP2D Belanjanya.

2. Beban pegawai, beban barang dan jasa, be ban pemeliharaan, dan


beban perjalanan dinas yang berasal dari pembebanan realisasi DIPA
PNBP diakui pada saat timbulnya kewajiban berdasarkan resume
tagihan, pemakaian konsumsi dan/ atau pembayaran be ban BLU
secara transaksional.

3. Beban persediaan diakui pada saat perlengkapan, bahan atau barang


persediaan digunakan untuk dikonsumsi dalam rangka kegiatan
operasional BLU. Dalam hal terdapat perlengkapan, bahan a tau
barang persediaan diakui dan dinyatakan rusak atau usang pada saat
perhitungan fisik persediaan secara periodik, persediaan rusak atau
usang tersebut disajikan bukan merupakan bagian beban persediaan
tetapi kerugian persediaan rusak atau usang dalam beban
nonoperasional.

4. Beban barang untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat diakui


pada saat mutasi keluar barang persediaan untuk dijual dan/ a tau
diserahkan kepada masyarakat sesuai dengan dokumen serah terima
atau yang dipersamakan.

5. Beban penyisihan piutang tidak tertagih diakui secara periodik


semesteran dan tahunan berdasarkan estimasi atas kualitas saldo
47
piutang per debitur.

6. Beban penyusutan diakui secara periodik semesteran dan tahunan


selama masa manfaat aset.

(3) Pengukuran Beban BLU

Pengukuran beban BLU diidentifikasi berdasarkan dokumen yang


digunakan dengan memperhatikan jenis be ban sebagai berikut:

1. Be ban pegawai, be ban barang dan jasa, beban pemeliharaan, dan be


ban perjalanan dinas yang berasal dari pembebanan realisasi SP2D
DIPA rupiah murni diukur sebesar nilai realisasi belanja sesuai dengan
SPM/ SP2D Belanjanya.

2. Be ban pegawai, beban barang dan jasa, beban pemeliharaan, dan


beban perjalanan dinas yang berasal dari pembebanan DIPA PNBP
diukur sebesar nilai beban sesuai dengan dokumen sumber
transaksional beban BLU.

3. Beban pemeliharaan berupa pemakaian barang perlengkapan, bahan


atau barang persediaan sehubungan dengan pemeliharaan, beban
persediaan, dan be ban barang unutk dijual/ diserahkan kepada
masyarakat diukur sebesar nilai persediaan mutasi keluar sesuai
dengan dokumen mutasi barang keluar atau yang dipersamakan.

4. Beban penyusutan diukur sebesar nilai perhitungan akuntansi terhadap


perolehan atau nilai wajar aset dibagi dengan periode/masa manfaat
aset tersebut.

5. Beban penyisihan piutang tidak tertagih diukur sebesar nilai


perhitungan akuntansi terhadap penentuan kualitas piutang
berdasarkan tarif penyisihan piutang tak tertagih dikalikan dengan nilai
nominal piutang.

Dalam rangka pengukuran atas pengakuan beban BLU


secaratransaksional, BLU secara mandiri menyusun sistem akuntansi beban

transaksional yang meliputi kebijakan internal BLU antara lain:

48
1. Dokumen sumber transaksional beban BLU sesuai dengan karakteristik
bisnis BLU disertai nomor register beban yang unik (tidak termasuk be
ban-be ban yang bersifat periodik seperti be ban penyusutan/ amortisasi,
be ban penyisihan piutang tak tertagih, hanya untuk transaksional beban
yang mengakibatkan pengeluaran kas BLU) .

2. Pengembangan dan penggunaan akun-akun sesuai dengan kebutuhan


pencatatan transaksional beban BLU dan karakteristik bisnis BLU dengan
tetap memperhatikan detail kelompok akun 6 digit yang diatur dalam
ketentuan mengenai kodefikasi segmen akun pada bagan akun standar
dalam sistem akuntansi pemerintah pusat.

3. Jurnal khusus transaksional atas pengeluaran/pengembalian dan


pengakuan beban secara kas .

4. Jurnal khusus transaksional atas pengakuan beban non kas .

5. Penggunaan buku pembantu beban BLU.

6. Pengaturan mengenai mekanisme peringkasan (summary) beban BLU


yang dicatat dengan akun internal BLU menjadi 6 digit akun beban BLU
sesuai kodefikasi bagan akun standar dalam sistem akuntansi pemerintah
pusat.

D. Konsolidasi Laporan Keuangan BLU ke dalam Laporan Keuangan


Kementerian/ Lembaga.

Laporan Keuangan BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga. Dalam rangka konsolidasi Laporan
Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan, kementerian negara/lembaga, BLU
menyampaikan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP setiap Semester dan tahun.
Laporan Keuangan tersebut terdiri dari LRA, neraca, dan catatan atas Laporan
Keuangan sesuai dengan SAP dilampiri dengan Laporan Keuangan yang sesuai
dengan SAK/ standar akuntansi industri spesifik.
BLU membuat Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK). BLU merupakan satker kementerian/lembaga, oleh karena itu laporan
keuangan BLU dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian/lembaga.
49
Konsolidasi laporan keuangan dapat dilakukan jika digunakan prinsip-prinsip
akuntansi yang sama. BLU menggunakan SAK sedangkan laporan keuangan
kementerian negara/lembaga menggunakan SAP, karena itu BLU mengembangkan
sub sistem akuntansi yang mampu menghasilkan laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
Komponen Laporan Keuangan BLU yang dikonsolidasikan ke dalam laporan
keuangan kementerian negara/lembaga meliputi:

 Laporan Realisasi Anggaran/ Laporan Operasional;


 Neraca

Sistem akuntansi BLU memproses semua pendapatan dan belanja meliputi


pendapatan yang bersumber dari pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah,
penerimaan APBN, dan pendapatan usaha lainnya, sehingga laporan keuangan yang
dihasilkan sistem akuntansi tersebut mencakup seluruh transaksi keuangan pada BLU:

a. Transaksi keuangan BLU yang bersumber dari pendapatan usaha dari jasa layanan,
hibah, penerimaan APBN, dan pendapatan usaha lainnya wajib dilaporkan dalam
Laporan Realisasi Anggaran kementerian negara/lembaga dan Pemerintah. Oleh
karena itu transaksi tersebut harus disahkan oleh KPPN dengan mekanisme SPM
dan SP2D setiap triwulan. Dengan demikian pelaksanaan Sistem Akuntansi
Instansi di BLU juga dilakukan secara kumulatif setiap triwulan. BLU melakukan
rekonsiliasi atas pendapatan dan belanja dengan KPPN setiap triwulan
b. Pos-pos neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas juga dikonsolidasikan ke
neraca Kementerian negara/lembaga. Untuk tujuan ini perlu dilakukan reklasifikasi
pos-pos neraca agar sesuai dengan SAP dengan menggunakan Bagan Akun
Standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

Dalam rangka menyiapkan laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi, sistem


akuntansi BLU juga harus menghasilkan data elektronis berupa file Buku Besar/Arsip
Data Komputer (ADK) yang dapat digabungkan oleh UAPPA-E1/UAPA dengan
menggunakan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI) tingkat Eselon I atau
kementerian negara/lembaga. Dengan demikian laporan keuangan yang dihasilkan
pada tingkat Eselon I atau kementerian/ lembaga telah mencakup laporan keuangan
BLU.
Dalam hal sistem akuntansi keuangan BLU belum dapat menghasilkan
50
laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi dengan laporan keuangan
kementerian/lembaga, BLU perlu melakukan konversi laporan keuangan berdasarkan
SAK ke dalam laporan keuangan berdasarkan SAP. Proses konversinya mencakup
pengertian, klasifikasi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan atas akun-akun
neraca dan laporan aktivitas/operasi.

51
BAB III

KESIMPULAN

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU) merupakan konsep baru
dalam pengelolaan keuangan negara. Konsep ini dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dengan fleksibilitas pengelolaan keuangan berdasarkan
prinsip ekonomi, produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat sebagaimana
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 25 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.05/2020 Tentang
Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum.

Pedoman Akuntansi BLU diterbitkan dengan tujuan agar menjadi acuan dalam
pengembangan standar akuntansi BLU di bidang industry yang spesifik khususnya dalam
hal belum terdapat standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi
akuntansi Indonesia yang dapat diterapkan oleh BLU. Lalu, menjadi acuan dalam
pengembangan dan penerapan sistem akuntansi keuangan BLU sesuai dengan jenis
industri sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
220/PMK.05/2016 Tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan
Umum.

52
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5);
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5340);
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 220/PMK.05/2016 Tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2142)
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 129/PMK.05/2020 Pedoman
Pengelolaan Badan Layanan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 1046)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2008 Tentang Badan Layanan Umum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1213)

53

Anda mungkin juga menyukai