Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran merupakan salah satu komponen utama dalam melaksanakan

suatu program atau agenda. Sebelum merealisasikan suatu program sangat

dibutuhkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan dari program

tersebut. Salah satunya adalah anggaran. Menurut Septiriane, (2014), anggaran

merupakan suatu rencana manajemen mengenai perolehan dan penggunaan

sumber daya perusahaan yang dinyatakan secara formal dan terperinci dalam

bentuk kuantitas dan dalam suatu periode tertentu.

Karena anggaran memiliki kedudukan yang penting, maka suatu unit

organisasi sektor publik harus mencatat anggaran serta melaporkan realisasinya

sehingga pada nantinya hasil yang diperoleh akan dapat diperbandingkan, serta

melakukan upaya-upaya perbaikan yang diperlukan sebagai tindak lanjut

terhadap anggaran. Tidak hanya itu anggaran juga diperlukan dalam

pengelolaan sumber daya dengan baik untuk mencapai kinerja yang diharapkan

oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat.

Kebijakan akuntabilitas di Indonesia diawali sejak tahun 1998 pengaruh

paradigm good governance oleh World Bank dan UNDP (United National

Development Programme) dengan salah satu asasnya yakni akuntabilitas. Hal ini

diikuti dengan terbitnya regulasi-regulasi terkait baik akuntabilitas keuangan

maupun kinerja, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 yang

mengatur khusus tentang Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP).

Akuntabilitas kinerja merupakan garda terdepan dalam perwujudan tata

kelola pemerintahan yang baik (good governance) berkaitan dengan instansi

1
2

pemerintah yang mampu mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran

negara untuk menghasilkan pelayanan publik secara optimal. Perubahan cara

pandang penyelenggaraan birokrasi yang semula berorientasi kerja (output)

menuju birokrasi yang berorientasi hasil (outcome) merupakan titik berat dalam

konteks akuntabilitas kinerja.

Untuk mencapai akuntabilitas kinerja pemerintah yang baik dan

berorientasi hasil, maka pemerintah harus terlebih dahulu menetapkan hasil yang

jelas berupa kondisi yang ingin diwujudkan, menentukan indikator kinerja

keberhasilannya yang dapat diukur dan relevan. Selanjutnya, menentukan target

dari tiap indikator yang digunakan dengan mempertimbangkan harapan

masyarakat dan ketersediaan sumber daya, menentukan program dan kegiatan

yang akan dilakukan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Pemerintah

harus pula membangun budaya organisasi yang berorientasi kinerja.

Perubahan sistem penganggaran di Indonesia mulai dilaksanakan sejak

pelaksanaan reformasi secara menyeluruh dalam tatanan sistem pemerintahan

sehingga berdampak pada sistem penganggaran dengan menggunakan sistem

anggaran berbasis kinerja. Reformasi pada sistem penganggaran telah

berlangsung kurang lebih dari 17 (tujuh belas) tahun telah dan memberikan

warna tersediri dalam menentukan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah. Kebijakan yang telah dilaksanakan yang cukup banyak, dengan

menentukan tiga pilar sistem penganggaran yang diterapkan yakni, sistem

anggaran terpadu, sistem penganggaran berbasis kinerja dan kerangka

pengeluaran jangka menengah.

Reformasi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah mengakibatkan

perubahan struktur anggaran dan perubahan proses penyusunan anggaran


3

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk menciptakan transparansi dan

meningkatkan akuntabilita publik. Bentuk reformasi anggaran dalam upaya

memperbaiki proses penganggaran adalah penerapan anggaran berbasis kinerja

(peformance based budgeting).

Penerapan anggaran berbasis kinerja diatur dalam pemendagri Nomor 17

Tahun 2006 dan diubah lagi dengan pemendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang

pedoman pengelolaan keuangan daerah. Dalam peraturan ini, disebutkan

tentang penyusunan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

(RKA-SKPD). Adanya RKA-SKPD ini berarti telah terpenuhi kebutuhan tentang

anggaran berbasis kinerja menurut adanya aoutput optimal atau pengeluaran

yang dialokasikan sehingga setiap saat pengeluaran hanya berorientasi atau

bersifat ekonomi, efisien, dan efektif.

Peraturan presiden Republik Indonesia No. 29 Tahun 2014 memberikan

pengertian, bahwa akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan daerah adalah

perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program

dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka

mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang

telah ditetapkan melalui pengelolaan pemerintahan daerah yang berakuntabilitas,

juga tidak lepas dari anggaran pemerintah daerah.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Daryoto Muslih

Utomo (2018) dengan judul Analisis Efisiensi dan Efektivitas Pelaksanaan

Anggaran Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249 Tahun 2011

(Studi Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Malang Periode 2015 -

2017). Hasil yang diperoleh yaitu (1) nilai kinerja KPPN Malang tahun 2015,
4

2016, dan 2017 adalah “Sangat Baik”, (2) tingkat efektivitas pelaksanaan

anggaran KPPN Malang tahun 2015, 2016, dan 2017 adalah “Sangat Baik”, dan

(3) tingkat efisiensi pelaksanaan anggaran KPPN Malang tahun 2015 berkategori

“Kurang”, tahun 2016 berkategori “Sangat Baik”, sedangkan tahun 2017

berkategori “Baik”. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan KPPN Malang

dapat meningkatkan efisiensinya.

Penelitian lain dilakukan oleh Eka Puspasari (2016) dengan judul

Efektivitas Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Dinas

Kependudukan dan pencatatan Sipil Kabupaten Purworejo. Hasil penelitian

menunjukkan SAKIP di Didukcapil belum efektif karena terdapat kendala seperti

sarana dan prasarana yang kurang memadai, kualitas SDM rendah, belum

adanya kesadaran masyarakat untuk mengakses pelayanan adminduk dan capil

dengan alasan tidak penting, data adminduk dan capil belum valid, belum

terbentuk petugas registrasi kependudukan di tingkat Desa, kualitas SDM

Perangkat Desa dalam pelayanan masih rendah, belum ada Indikator Kepuasan

Masyarakat (IKM) sebagai evaluasi pelayanan masyarakat, koordinasi antara

Didukcapil dan Bagian Organisasi dan Aparatur Daerah Sekda Kabupaten

Purworejo belum optimal.

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada Lingkup Polda Sultra

sesuai dalam ketentuan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor

14 Tahun 2018 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Kepolisian

Daerah. Berikut merupakan realisasi anggaran Polda Sultra T.A. 2021:

Tabel 1.1. Data Alokasi Anggaran dan Realisasi Anggaran


Polda Sultra T.A. 2021
No Jenis Belanja DIPA 2021 Realisasi %
.
1 Pegawai 546.352.088.000 546.241.694.295 99,98
2 Barang 305.093.891.000 304.115.430.877 99,68
5

3 Modal 111.454.608.000 110.862.533.250 99,83


Jumlah 962.900.587.000 961.219.658.422 99,83
Sumber: LKIP Polda Sultra Tahun 2021

Tabel di atas telah menggambarkan bahwa penyerapan anggaran Polda Sultra

T.A. 2021 sebesar Rp.961.219.658.422,- dari total pagu sebesar

Rp.962.900.587.000,- atau terserap sebesar Rp. 99,8 %. Penyerapan anggaran

Polda Sultra T.A. 2021 sudah melampaui dari target penyerapan yang telah

ditetapkan oleh Teppra, Kemenkeu dan Polri dimana target penyerapan yang

ditetapkan sebesar 95 %.

Indikator kinerja pelaksanaan anggaran selama ini hanya dilihat dari

angka realisasi atau penyerapan anggaran. Padahal, pengukuran berdasarkan

angka realisasi tidak dapat menggambarkan kinerja yang sesungguhnya

mengingat angka realisasi anggaran tersebut merupakan hasil akhir.

Dalam implementasi anggaran belanja berbasis kinerja, penilaian atas

pelaksanaan anggaran tidak hanya dilakukan dengan memperhatikan

penyerapan atas belanja semata, melainkan juga output dan outcome yang

dihasilkan. Dengan memperhatikan output, pemerintah akan mengupayakan

alokasi belanja yang ada menjadi barang dan jasa publik dalam rangka

pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat untuk meningkatkan pembangunan.

Sedangkan perhatian terhadap outcome akan membuat pemerintah

memperhatikan dampak atas peningkatan jumlah barang dan jasa publik yang

dihasilkan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Efektifitas Anggaran terhadap

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Polda Sultra”.


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang masalah

diatas, maka rumusan masalah yang layak diangkat dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Lembar Kinerja Evaluasi (LKE) yang diukur dengan

perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja dan evaluasi

akutanbilitas kinerja internal mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (AKIP) Polda Sultra?

2. Bagaimana efektivitas anggaran lingkup Kepolisian Daerah Polda Sultra

mempengaruhi Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) Polda

Sultra?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh Lembar Kinerja Evaluasi (LKE) yang diukur dengan perencanaan

kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja dan evaluasi akutanbilitas

kinerja internal terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)

Polda Sultra?

2. Pengaruh efektivitas anggaran lingkup Kepolisian Daerah Polda Sultra

terhadap Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) Polda Sultra.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pihak-pihak

berikut:

1. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi

penelitian yang dapat digunakan bagi penelitian selanjutnya.


7

2. Bagi Polda Sultra

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam

melaksanakan kegiatan penyusunan anggaran berbasis kinerja khususnya

kepada seluruh satuan kerja di Polda Sulawesi Tenggara.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

wawasan penulis mengenai aspek implementasi dan manfaat pada anggaran

berbasis kinerja, dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang

diperoleh selama penulis menempuh pendidikan di bangku perkuliahan serta

mengimplementasikan dalam dunia kerja.

Anda mungkin juga menyukai