NPM : 22.0102.0032
Pengukuran Kinerja Pemerintah ( Inpres No 7 Tahun 1999 tentang SAKIP dan LAKIP )
Pengukuran kinerja pemerintah merupakan salah satu upaya untuk memastikan bahwa
kinerja pemerintah dapat dipantau dan dievaluasi secara teratur. Pengukuran ini dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik.
Inpres No 7 tahun 1999 tentang SAKIP dan LAKIP adalah kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah untuk mengatur dan menetapkan standar pengukuran kinerja pemerintah. Inpres
ini juga mengharuskan semua instansi pemerintah untuk membuat Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Tujuan SAKIP
Tujuan dari SAKIP adalah untuk memastikan bahwa setiap instansi pemerintah memiliki
sistem pengukuran kinerja yang efektif dan efisien. SAKIP juga bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik.
Dalam SAKIP, setiap instansi pemerintah harus menetapkan visi, misi, tujuan, sasaran,
indikator, target, dan program kerja sebagai dasar pengukuran kinerja. Selain itu, SAKIP juga
harus menyediakan informasi yang relevan dan akurat mengenai kinerja instansi pemerintah
kepada masyarakat.
Komponen SAKIP
SAKIP terdiri dari beberapa komponen, yaitu perencanaan kinerja, pengukuran kinerja,
evaluasi kinerja, pelaporan kinerja, dan peningkatan kinerja. Setiap komponen tersebut memiliki
peran yang penting dalam memastikan bahwa kinerja instansi pemerintah dapat diukur secara
efektif dan efisien.
Perencanaan kinerja meliputi penetapan visi, misi, tujuan, sasaran, indikator, target, dan
program kerja. Pengukuran kinerja melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai
capaian kinerja instansi pemerintah. Evaluasi kinerja dilakukan untuk mengevaluasi hasil
pengukuran kinerja dan menentukan tindakan perbaikan yang diperlukan. Pelaporan kinerja
dilakukan untuk memberikan informasi mengenai kinerja instansi pemerintah kepada
masyarakat. Peningkatan kinerja dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan publik.
Tujuan LAKIP
Tujuan dari LAKIP adalah untuk memberikan informasi mengenai kinerja instansi
pemerintah kepada masyarakat. LAKIP juga bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi dalam pelayanan publik.
Dalam LAKIP, setiap instansi pemerintah harus menyajikan informasi mengenai kinerja
instansi pemerintah secara lengkap dan akurat. Informasi tersebut meliputi capaian kinerja,
tantangan yang dihadapi, tindakan perbaikan yang dilakukan, serta rencana kerja ke depan.
Komponen LAKIP
SAKIP dan LAKIP memiliki manfaat yang sangat penting bagi pemerintah dan
masyarakat. Manfaat SAKIP antara lain meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik,
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pemerintah, serta memudahkan pengambilan
keputusan. Manfaat LAKIP antara lain memberikan informasi mengenai kinerja instansi
pemerintah kepada masyarakat, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pemerintah, serta
memperbaiki kinerja instansi pemerintah melalui tindakan perbaikan yang dilakukan.
Dengan adanya SAKIP dan LAKIP, diharapkan bahwa kinerja pemerintah dapat dipantau
dan dievaluasi secara teratur sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
publik. Selain itu, SAKIP dan LAKIP juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah dan memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik.
Cikal bakal lahirnya SAKIP dan LAKIP adalah berasal dari Inpres No.7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Instansi Pemerintah dimana didalamnya disebutkan Mewajibkan setiap
Instansi Pemerintah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, dipandang perlu adanya pelaporan
akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah. Dengan adanya sistem SAKIP dan LAKIP bergeser
dari pemahaman "Berapa besar dana yang telah dan akan dihabiskan" menjadi "Berapa besar
kinerja yang dihasilkan dan kinerja tambahan yang diperlukan, agar tujuan yang telah ditetapkan
dalam akhir periode bisa tercapai".
Dalam penilaian LAKIP, materi yang dievaluasi meliputi 5 komponen, yaitu Perencanaan
Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Internal dan Pencapaian
Sasaran/Kinerja Organisasi. Perencanaan Kinerja (bobot 30%) terdiri atas dua sub komponen,
yaitu Renstra (10%), yang meliputi Pemenuhan Renstra (2%), Kualitas Renstra (5%),
Implementasi Renstra (3%) dan Perencanaan Kinerja Tahunan (20%), yang meliputi Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) (4%), Kualitas Perencanaan Kinerja Tahunan (10%), Implementasi
Perencanaan Kinerja Tahunan (6%). Pengukuran Kinerja (bobot 25%) terdiri dari tiga sub
komponen, yaitu Pemenuhan Pengukuran (5%), Kualitas Pengukuran (12,5%) dan Implementasi
Pengukuran (7,5%). Pelaporan Kinerja (bobot 15%) terdiri dari tiga sub komponen, yaitu
Pemenuhan Pelaporan (3%), Penyajian Informasi Kinerja (7,5%) dan Pemanfaatan Informasi
Kinerja (4,5%). Evaluasi Internal (bobot 10%) terdiri dari tiga sub komponen, yaitu Pemenuhan
Evaluasi (2%), Kualitas Evaluasi (5%) dan Pemanfaatan Evaluasi (3%). Pencapaian Sasaran/
Kinerja Organisasi terdiri dari dua sub komponen, yaitu Kinerja yang dilaporkan (outcome)
(15%) dan Kinerja Lainnya (5%).