negara untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan
Penyelenggara Negara yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-
sungguh dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan asas-asas penyelenggaraan negara.
Salah satu azas penyelenggaraan good governance yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan
dalam bentuk Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan integrasi dari sistem
perencanaan, sistem penganggaran dan sistem pelaporan kinerja yang selaras dengan
pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan. Dalam hal ini, setiap organisasi diwajibkan
mencatat dan melaporkan setiap penggunaan keuangan negara serta kesesuaiannya dengan
ketentuan yang berlaku.
Cikal bakal lahirnya SAKIP dan LAKIP adalah berasal dari Inpres No.7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Instansi Pemerintah dimana didalamnya disebutkan Mewajibkan setiap Instansi
Pemerintah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas pokok, dipandang perlu adanya pelaporan akuntabilitas kinerja instansi
Pemerintah.
Dengan adanya sistem SAKIP dan LAKIP bergeser dari pemahaman "Berapa besar dana yang
telah dan akan dihabiskan" menjadi "Berapa besar kinerja yang dihasilkan dan kinerja
tambahan yang diperlukan, agar tujuan yang telah ditetapkan dalam akhir periode bisa
tercapai".
SAKIP mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan, yaitu sebagai alat untuk memperbaiki kebijakan serta mendorong instansi
pemerintah untuk melakukan inovasi dalam mendisain program dan kegiatan. Selanjutnya,
SAKIP pun seharusnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan reward dan
punishment yang bisa dikaitkan dengan kinerja individu. Manfaat tersebut baru bisa dipetik jika
ada komitmen yang kuat dari pimpinan untuk memberikan pemahaman yang kuat akan
pentingnya SAKIP yang tak hanya bisa berfungsi sebagai media pertanggunjawaban kinerja
tetapi juga sebagai alat pengendalian.
Mengacu pada Rekomendasi dalam Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tahun 2019
berdasarkan Surat Kemenpan RB Nomor : B/533/RB.06/2019, bahwa perlu menyelaraskan
indikator kinerja individu dengan kinerja organisasi, serta menjadikan hasil pengukuran kinerja
individu sebagai dasar pengembangan karir. Oleh karena itu penyusunan Sasaran Kerja
Pegawai diperlukan.
Setiap Pegawai Negeri Sipil(PNS) dalam sebuah intansi memiliki tugas pokok yang harus
dilaksanakan dan diselesaikan. Pelaksanaan tugas PNS berada didalam sebuah pengendalian
yang bertujuan agar setiap kegiatan pelaksanaan tugas pokok oleh setiap PNS, selaras dengan
tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra dan Rencana Kerja Organisasi. Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai (PPKP) merupakan alat kendali untuk hal tersebut, dimana PPKP memiliki dasar
acuan sebagai berikut :
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai (PPKP) : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
Penilaian Kinerja (PK) : Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Permenpan Nomor 53 Tahun 2014 : Petunjuk Teknis Penilaian Kinerja, pelaporan kinerja dan
tata cara review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.