Anda di halaman 1dari 55

BAB III

Akutabilitas
Kinerja
Perbaikan pemerintahan dan sistem manajemen merupakan agenda
penting dalam reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah saat
ini. Sistem manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan
akuntabilitas serta sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil
(outcome). Maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif yang disebut
dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang dapat


diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban dan berupa laporan
akuntabilitas yang disusun secara periodik

Semakin kompleks dan berkembangnya kebutuhan masyarakat dewasa ini,


menjadikan penyelenggaraan pelayanan publik tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, melainkan juga melibatkan sektor swasta di dalamnya.  Dalam
konteks pemerintah, istilah akuntabilitas kinerja sudah tidak asing lagi didengar
seiring dengan disusunnya Road Map Reformasi Birokrasi.  Road map tersebut
mengamanatkan 3 (tiga) sasaran utama reformasi birokrasi, yaitu (1) birokrasi
yang bersih dan akuntabel; (2) birokrasi yang efektif dan efisien; serta (3) birokrasi
yang memiliki pelayanan publik yang berkualitas.

Akuntabilitas kinerja yang merupakan garda depan menuju good


governance berkaitan dengan bagaimana instansi pemerintah mampu
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran negara untuk sebaik-baiknya
pelayanan publik. Perubahan mindset dan culture-set penyelenggaraan birokrasi
yang semula berorientasi kerja (output) menjadi berorientasi kinerja (outcome)
merupakan titik berat dalam konsep akuntabilitas kinerja.

Hal. 55
Pemerintahan yang berorientasi kinerja atau hasil, mengawali langkah
dengan menentukan tujuan/sasaran, dilanjutkan dengan mengukur tujuan/
sasaran, menentukan target, dan mengaitkan tujuan/sasaran tersebut dengan
program dan kegiatan yang mendukung. Artinya, segala program atau kegiatan
yang dilaksanakan oleh suatu instansi pemerintah harus memiliki hasil dan
dampak yang jelas bagi perbaikan pelayanan publik (program follow result).  Ide ini
selaras dengan konsep performance-based budgeting atau biasa kita sebut dengan
anggaran berbasis kinerja.  Sebaliknya, pemerintahan yang berorientasi kerja,
hanya berfokus pada penyerapan anggaran, dan terlaksananya program/kegiatan
yang telah dilaksanakan.

Dalam rangka menjamin akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, telah


dikembangkan sistem pertanggungjawaban yang jelas, tepat, teratur, dan efektif
yang dikenal dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
SAKIP tersebut kemudian diterapkan melalui pembuatan target kinerja disertai
dengan indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan instansi pemerintah.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu tatanan,
instrumen, dan metode pertanggungjawaban yang intinya meliputi tahap-tahap
sebagai berikut :
1. Penetapan perencanaan stratejik, perencanaan kinerja, dan penetapan
rencana kerja, meliputi pembuatan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan
program. Pada tahap inilah, instansi pemerintah menghasilkan rencana kerja
jangka menengah lima tahunan (RPJM/RPJMD) yang kemudian diturunkan
menjadi rencana kinerja tahunan (RKP/RKPD), rencana anggrannya (RKA),
Perjanjian Kinerja (PK), SOP, dan lain sebagainya;
2. Pengukuran kinerja, meliputi pengukuran indikator kinerja, pengumpulan
data kinerja, membandingkan realisasi dengan recana kerja, kinerja tahun
sebelumnya, atau membandingkan dengan organisasi lain sejenis yang terbaik
di bidangnya;
3. Pelaporan kinerja, berupa pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintahan (LAKIP) dengan format standar laporan yang telah
ditetapkan (rinci dengan berbagai indikator, bukti, dan capaiannya);
4. Pemanfaatan informasi kinerja untuk perbaikan kinerja berikutnya secara
berkesinambungan.
Pada dasarnya, penerapan Sistem AKIP bertujuan agar penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil
guna, bertanggung jawab dan bebas dari praktik-praktik kolusi, korupsi, dan
Hal. 56
nepotisme (KKN). Artinya, SAKIP merupakan salah satu instrument dalam
mewujudkan konsep good governance. Meskipun aparat pemerintah telah cukup
memahami perubahan yang dikehendaki dari sistem ini, namun yang menjadi
persoalan besar adalah adanya kesenjangan antara pemahaman tersebut dengan
kemauan untuk berubah. Isu good governance di kalangan pemerintah sudah
mengemuka, akan tetapi dalam praktiknya masih menghadapi banyak resistensi
dan kendala di beberapa instansi pemerintah.
Keberadaan SAKIP sebagai sistem manajemen kinerja instansi pemerintah
di Indonesia sebenarnya merupakan bentuk amanat Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang didalamnya memberikan amanat
untuk mengintegrasikan informasi keuangan dan kinerja dalam sebuah sistem.
Sistem ini dibutuhkan dalam rangka mendorong terciptanya anggaran berbasis
kinerja yang diyakini sebagai paradigma pengelolaan keuangan paling efektif
untuk mendorong terciptanya pemerintahan yang berkinerja tinggi. SAKIP
mencoba mengintegrasikan berbagai sistem dalam manajemen pemerintahan di
Indonesia. Berbagai sistem tersebut antara lain sistem perencanaan, sistem
penganggaran, sistem pengukuran, sistem pelaporan, dan sistem evaluasi yang
kelimanya diatur dengan berbagai peraturan
Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan,
badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan
atau kegagalan dalam melaksanakan misi organisasi kepada pihak-pihak yang
berwenang menerima pelaporan akuntabilitas/ pemberi amanah
Akuntabilitas Kinerja sebagai komponen manajemen kinerja, merupakan
klarifikasi output dan outcome yang disajikan berdasarkan target-target yang
ditetapkan dalam perjanjian kinerja sesuai dengan indikator-indikator yang sudah
disepakati dalam pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara
kinerja yang (seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran
kinerja ini dilakukan secara berkala (triwulan) dan tahunan. Pengukuran dan
pembandingan kinerja dalam laporan kinerja harus cukup menggambarkan posisi
kinerja instansi pemerintah.
Sedangkan Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan / kegagalan
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Tujuan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah untuk mendorong

Hal. 57
terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu
prasyarat untuk terciptanya pemerintahan yang baik dan terpercaya.
Laporan Kinerja (LKj) Kabupaten Bantaeng Tahun 2019 disajikan
berdasarkan pada hasil pengukuran, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja,
yang mencakup perjanjian kinerja tahun 2019, pengukuran pencapaian sasaran
yang merupakan tingkat pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja
sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023.

A. KERANGKA PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA


Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Bantaeng sesuai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019 tentang RPJMD
Kabupaten Bantaeng 2018-2023, terdapat 7 agenda tujuan pembangunan yang
ditetapkan dengan 14 (empat belas) sasaran strategis dengan 21 indikator kinerja
utama (IKU) untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran RPJMD dimaksud.
Untuk itu, mengingat IKU merupakan komponen yang sangat penting
dalam mengukur pencapaian sasaran dalam RPJMD Kabupaten Bantaeng, maka
telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati Bantaeng tentang tentang Penetapan
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantaeng.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja dan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka
kinerja Pemerintah Kabupaten Bantaeng diukur berdasarkan tingkat pencapaian
sasaran dari program dan kegiatan.
Untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran dari
pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan melalui :
a. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019 ;
b. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
c. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun 2019 dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis RPJMD
kabupaten Bantaeng tahun 2019-2020;
d. Membandingkan realisasi kinerja tahun 2019 dengan standar nasional;
e. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja

Hal. 58
serta altematif solusi yang telah dilakukan;
f. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
g. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja

Untuk pencapaian sasaran diperoleh dengan cara membandingkan target


dengan realisasi indikator sasaran, kemudian dari hasil pengukuran kinerja
tersebut dilakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan
pencapaian sasaran strategis yang terkait dengan pencapaian visi Kabupaten
Bantaeng
“Terwujudnya Masyarakat Bantaeng yang Sejahtera Lahir Batin
berorientasi pada Kemajuan, Keadilan, Kelestarian, dan Keunggulan
berbasis Agama dan Budaya Lokal”

Untuk mempermudah interpretasi atas pencapaian sasaran dari program


dan kegiatan serta indikator makro yang diberlakukan nilai disertai makna dari
nilai tersebut yaitu:
 80 – 100 = Sangat Baik
 61 – 79 = Baik
 51 – 60 = Cukup
 < 50 = Kurang

B. ANALISIS PENGUKURAN

Berdasarkan Capaian Indikator Kinerja tersebut diatas, tergambar


bahwa dari 14 capaian sasaran strategis pada tahun pertama Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantaeng
2018-2023, secara umum bermakna baik dan dicapai sesuai dengan target yang
telah ditetapkan sebelumnya hingga akhir tahun 2019, Pemerintah Kabupaten
Bantaeng telah melaksanakan hampir seluruh kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya.

Adapun Tujuan, Sasaran, Indikator dan Target Pengukuran Kinerja


Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Hal. 59
Tabel 3.1
Tujuan, Sasaran, Indikator dan Target Pengukuran Kinerja Tahun 2019

NO TUJUAN/SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET REALISASI %


1 Meningkatkan kualitas pembangunan
manusia
1.1 Terwujudnya Kualitas Pendidikan 1.1.a. Angka Rata - Rata Lama Tahun 7,59
Masyarakat Sekolah
1.1.b. Harapan Lama Sekolah Tahun 13,14

1.2 Meningkatnya pemerataan 1.2.a. Pengeluaran per kapita Ribu 1.000.000


pendapatan masyarakat
2 Meningkatkan kesejahteraan sosial 2.1.a. Tingkat Pengangguran % 4,81
masyarakat dan investasi daerah
2.1. Meningkatkan Lapangan 2.1.b. Jumlah Wirausaha Baru Orang 200
Pekerjaan Yang Berorientasi
Pada Wirausaha Baru 2.2.a. Nilai Investasi Trilyun 2,50

2.2. Meningkatnya daya saing investasi


daerah 2.3.a. Indeks Gini % 0,414

2.3. Menurunnya ketimpangan


pembangunan wilayah

3 Meningkatkan Derajat Sosial


Kemasyarakatan
3.1. Meningkatnya Pemberdayaan 3.1.a.Indeks Pemberdayaan Gender Indeks 82,77
Perempuan di dalam
Pembangunan

3.2. Meningkatnya Kualitas Derajat 3.1.a. Usia Harapan Hidup Tahun 70,68
Kesehatan Masyarakat

4 Meningkatkan Pemerataan
Pembangunan Infrastruktur Wilayah
4.1. Meningkatkan Aksestabilitas Antar 4.1.a. Panjang Jalan dalam Kondisi Km 401,95
dan inter wilayah Baik

5 Meningkatkan Pembangunan yang


berbasis kelestarian lingkungan
5.1. Meningkatnya Kualitas 5.1.a. Indeks Kualitas Air Indeks 80,08
Lingkungan Hidup
5.1.b. Indeks Kualitas Udara Indeks 89,77

5.1.c.Tutupan Lahan % 47,44

6 Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi


Unggulan Daerah
6.1. Meningkatnya Pertumbuhan 6.1.a. Laju Pertumbuhan Ekonomi % 5,74
Ekonomi Sektor Pertanian Sektor Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan

6.2. Meningkatnya Pertumbuhan 6.2.a. Lama Kunjungan Wisata Hari 3.30


Ekonomi Sektor Pariwisata
6.2.b. Jumlah Kunjungan Wisatawan orang 84.647

7 Meningkatnya Tata Kelola


Pemerintahan yang baik dan bersih
7.1. Meningkatnya Kinerja 7.1.a. Predikat Akuntabilitas Kinerja Predikat CC
Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
1.2. Meningkatnya Penyelenggaraan 7.2.a. Jumlah Kasus Korupsi kali 0
Pemerintahan Yang Bersih dan
Bebas KKN 7.2.b. Opini BPK Predikat WTP
1.3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan
Publik 7.3.a. Rata-Rata Nilai IKM Rata-Rata 76.70

Hal. 60
7.3.b. Indeks SPBE Indeks 2.50

Adapun hasil evaluasi dan analisis pada masing-masing sasaran strategis


dapat di uraian sebagai berikut :

Sasaran 1 Terwujudnya Kualitas Pendidikan Masyarakat

Dalam rangka mewujudkan kualitas pendidikan masyarakat, telah


ditetapkan indikator angka rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah.
Pendidikan dapat menggambarkan kualitas sumber daya manusia dari segi ilmu
pengetahuan. Indikator pendidikan yang menjadi unsur pembentuk IPM yakni
harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) menggambarkan jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan
formal. Angka RLS merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang
pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki, dan pendidikan yang telah
ditamatkan. Angka ini mengindikasikan jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk suatu wilayah dalam mengenyam pendidikan sekolah formal. Adapun
cakupan penduduk yang dihitung dalam RLS adalah penduduk berusia 25 tahun
ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun. Penghitungan ini mengikuti standar
internasional yang digunakan oleh UNDP.
Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang
pernah dijalani dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan
terakhir.
Selain Rata-rata Lama Sekolah (RLS), indikator lain yang memperlihatkan
kualitas pendidikan suatu wilayah adalah harapan lama sekolah. Indikator
Harapan Lama Sekolah merupakan indikator yang menggantikan indikator
sebelumnya yaitu Indikator Angka Melek Huruf yang sudah tidak digunakan lagi
karena sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Harapan Lama Sekolah
(HLS) dapat didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan
akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang Nilai HLS yang
semakin tinggi, dapat menggambarkan bahwa rata-rata lamanya sekolah
seseorang diharapkan akan semakin besar (semakin tinggi pendidikan yang
ditempuh). HLS ini dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti
Kebijakan Pemerintah yaitu program Wajib Belajar.

Hal. 61
Peningkatan harapan lama sekolah ini mengindikasikan meningkatnya
berbagai fasilitas pendidikan di Bantaeng ataupun aksesibilitas pendidikan lebih
mudah untuk mengenyam pendidikan.
Adapun evaluasi pencapaian sasaran terwujudnya kualitas pendidikan
masyarakat dengan indikator angka rata-rata lama sekolah dan harapan lama
sekolah. Angka rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun belajar penduduk
usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak
termasuk tahun yang mengulang). Sedangkan Harapan Lama Sekolah adalah
Lamanya sekolah (dalam setahun yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada
umur tertentu dimasa mendatang HLS dapat digunakan untuk mengetahhui
kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang).
Pencapaian indikator angka rata-rata lama sekolah dan harapan lama
sekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2
Evaluasi Pencapaian Sasaran 1

TAHUN 2019
CAPAIAN
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7

1 Terwujudnya kualitas 1 Angka Rata-rata Lama Sekolah Tahun 7,59 6.48 85.30
pendidikan masyarakat

2 Harapan Lama Sekolah Tahun 13,14 12,03 91,55

Rata-Rata Tingkat Pencapaian Sasaran 88,42

Sumber Data : BPS Tahun 2019

Berdasarkan tabel evaluasi pencapaian sasaran terwujudnya kualitas


pendidikan masyarakat, terlihat bahwa realisasi pencapaian angka rata-rata lama
sekolah pada tahun 2019 ini sebesar 6.48 tahun atau 85.30%. Sedangkan
harapan lama sekolah pencapaiannya dapat direalisasikan sebesar 12,03 Tahun
atau 91.55%.
Rata-Rata Lama Sekolah merupakan kombinasi angka partisipasi sekolah,
jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki dan pendidikan yang
ditamatkan. Sedangkan definisi Lama Sekolah adalah banyaknya tahun seorang
menjalankan pendidikan formal hingga saat dilakukan survey, baik yang sedang
dijalani saat ini (sedang bersekolah) atau pun pendidikan yang ditamatkan.
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Bantaeng Tahun 2018 – 2023 target untuk rata-
rata lama sekolah di tahun 2019 sebesar 7,59 tahun.

Hal. 62
Sedangkan realisasi tahun 2019 sebesar 6,48 tahun dengan angka
ketercapaian sebesar 85,37%. Dibandingkan pada tahun 2018 realisasi untuk
rata-rata lama sekolah sebesar 6,47 tahun.Dengan realisasi angka 6,48 tahun
tersebut dapat diartikan bahwa masyarakat di Kabupaten Bantaeng rata-rata
sudah dapat menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar , ketercapaian rata-rata
lama sekolah sudah mendekati Wajar Pendidikan pendidikan Dasar 9 Tahun pada
tingkat Wajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, pemenuhannya sebesar 2,52 tahun
akan kita intervensi melalui program bersama dengan Pemerintah Propinsi
Sulawesi Selatan.
Harapan Lama Sekolah dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam
bentuk lamanya Pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh
setiap anak. Berdasarkan RPJMD Kabupaten Bantaeng Tahun 2018 - 2023 target
untuk angka Harapan Lama Sekolah di Tahun 2019 sebesar 13,14
tahun.Sedangkan realisasi tahun 2019 sebesar 12,03 tahun dengan angka
ketercapaian sebesar 91,55%. Dibandingkan pada tahun 2018 realisasi untuk
rata-rata lama sekolah sebesar 12,01 tahun. Hal tersebut bisa dikategorikan ada
kenaikan sebesar 0,02 tahun. Dengan realisasi angka 12,03 tahun tersebut dapat
diartikan bahwa peserta didik lulusan SD sekarang di Kabupaten Bantaeng punya
potensi untuk bisa melanjutkan pada tingkat perguruan Tinggi (S.I).
Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah sampai dengan tahun 2019.
Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, angka rata-rata
lama sekolah dan harapan lama sekolah terjadi peningkatan. Hal ini dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3
Perbandingan Capaian Sasaran dari tahun sebelumnya

REALISASI TARGET REALISASI CAPAIAN


NO INDIKATOR SASARAN
2015 2016 2017 2018 2019 2019 KINERJA (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Angka Rata-Rata Lama Sekolah 6,16 6,16 6,17 6,45 7,59 6,48 85.30

2 Harapan Lama Sekolah 11,48 11,67 11,88 11,99 13,14 12,03 91,55

RATA – RATA PENCAPAIAN 88,42

Hal. 63
Dari capaian kinerja sasaran dengan indikator angka rata-rata lama
sekolah dan harapan lama sekolah dari tahun tahun sebelumnya rara-rata
pencapaian indikator sebesar 98,2%.
Pencapaian sasaran terwujudnya kualitas pendidikan masyarakat dengan
indikator angka rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah didukung
dengan berbagai pencapaian sasaran dan indikator yang telah ditetapkan
Perangkat Daerah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang dapat diuraikan
sebagai berikut :

Tabel 3.4
Pencapaian Sasaran Bidang Pendidikan Tahun 2019

Capaian
No. Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi
(%)

1. Angka partisipasi pendidikan anak usia dini % 70,00 83,57 119,38


2. Guru PAUD yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV % 80,00 63,32 79,15
3. Guru PAUD yang bersertifikat Pendidik % 42,00 42,64 101,54
4. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A % 115,00 97,24 84,55
5. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A % 98,00 95,39 97,33
6. Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B % 90,00 96,45 107,16
7. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B % 90,00 90,43 100,47
8. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs % 100,00 114,72 114,72
Guru jenjang pendidikan dasar yang memenuhi
9. % 95,00 88,11 92,74
kualifikasi S1/D-IV
10. Guru SD/MI, SMP/MTs yang bersertifikat Pendidik % 45,00 43,23 96,06
11. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI % 1,00 0,43 0,43
12. Angka Kelulusan (AL) SD/MI % 100 92,90 92,90
13. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs % 1.00 0,52 0,52
14. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs % 100,00 97,69 97,69
Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak
15. % 95,00 96,55 101,63
buta aksara)
16. Pelaku, organisasi dan komunitas seni berkarya % 45,00 45,00 100,00
Nilai sejarah dan karya budaya yang diaktualisasikan
17. % 50,00 50,00 100,00
kedalam masyarakat
18. cagar budaya yang dilestarikan % 50,00 50,00 100,00

Indikator Kinerja yang mendukung sasaran strategis dalam Renstra Dinas


Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng Tahun 2014 - 2019 sebanyak
18 indikator, dan dari jumlah tersebut dapat dibagi berdasarkan kriteria sebagai
berIndikator Kinerja Utama (IKU)

Dari 18 Indikator Kinerja Utama, di atas, kinerja yang dicapai menunjukkan


bahwa 85 % persen telah memenuhi kriteria sangat memuaskan, 5% persen telah
memenuhi kriteria memuaskan, 5 % persen telah memenuhi kriteria cukup
memuaskan, 5 % (persen) telah memenuhi kriteria kurang memuaskan. Analisis
keberhasilan dan kegagalan pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas

Hal. 64
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng Tahun 2019 akan dijelaskan
pada analisis capaian kinerja sasaran strategis di bawah.

Dari hasil pengukuran dan evaluasi kinerja Secara umum Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng Tahun 2019 dapat dikemukakan bahwa
sebagian besar sasaran-sasaran strategis yang telah ditargetkan dapat dicapai,
namun demikian masih terdapat sasaran strategis yang belum mencapai target
yang diharapkan tahun 2019 dengan berbagai kendala. Rincian analisis capaian
masing-masing sasaran strategis dapat diuraikan sebagai berIndikator Kinerja
Utama (IKU)
Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan akan
dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja.
Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk
tahun 2019.
Pencapaian Indikator tahun 2019 secara ringkas ditunjukkan oleh tabel
berikut ini :
Tabel 3.5
Pencapaian Sasaran I Bidang Pendidikan Tahun 2019

Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)
Tersedia dan Angka Partisipasi
Terjangkaunya 1. Pendidikan Anak Usia % 70,00 83,57 119,38
Layanan PAUD yang Dini
berkualitas dengan Guru PAUD yang
memperhatikan 2. memenuhi kualifikasi % 80,00 76,06 95,07
inklusifitas bagi anak S1/D-IVpendidikan
usia prasekolah di Guru PAUD yang
3. % 42,00 33,67 80,16
semua kecamatan bersertifikat Pendidik

Rata-rata capaian 98,20

Dari 3 (tiga) indikator kinerja yang ditetapkan sebagai tolok ukur


keberhasilan sasaran ini, untuk indikator kinerja utama dan pertama (Angka
Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini), Prosentase pencapaian target sebesar
83,57 %. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2018 sebesar 57,83 % maka
terdapat kenaikan APK PAUD sebesar 25.74 %. Kenaikan APK disebabkan
bertambahnya lembaga PAUD dengan jumlah peserta didik sebanyak 4126 siswa
pada PAUD Formal yang tersebar pada TK/RA dan 1490 siswa pada PAUD Non
formal (KB,Tempat Penitipan Anak(TPA) dan Satuan PAUD Sejenis). Tetapi secara
umum rata-rata pencapaian sasaran Tersedia dan Terjangkaunya Layanan
PAUD yang berkualitas dengan memperhatikan inklusifitas bagi anak usia
prasekolah di semua kecamatan ini telah berhasil melampaui target yaitu

Hal. 65
dengan capaian 98,20 persen akan tetapi APK yang telah melampaui target yang
telah ditetapkan antara lain disebabkan adanya siswa diluar kelompok penduduk
usia 5-6 tahun yang telah bersekolah pada jenjang TK/RA . Hal ini ditunjukkan
dengan adanya siswa pada jenjang TK dan jenjang RA yang belum berumur 5-6
tahun.
Tabel 3.6
Perbandingan Pencapaian Sasaran I Bidang Pendidikan

Capaian (%)
Indikator Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019

Angka Partisipasi Pendidikan


1. 64,10 55,52 62,71 57,83 83,57
Anak Usia Dini

Jika dilihat capaian kinerja tahun ini dengan beberapa tahun terakhir, maka
secara umum rata-rata capaian kinerja pada sasaran Tersedia dan
Terjangkaunya Layanan PAUD yang berkualitas dengan memperhatikan
inklusifitas bagi anak usia prasekolah di semua kecamatan ini mengalami
peningkatan. Rata-rata capaian kinerja tahun 2019 mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun lalu.
Tabel 3.7
Perbandingan kinerja dalam perencanaan strategis organisasi.

Rata-rata
Kondisi kinerja
realisasi Capaian
Indikator Kinerja Satuan target jangka
sampai dengan (%)
menengah
tahun ini
Angka Partisipasi Pendidikan Anak Usia
1. % 95,00 83,57 87,97
Dini
Guru PAUD yang memenuhi kualifikasi
2. % 100,00 63,32 63.32
S1/D-IV

3. Guru PAUD yang bersertifikat Pendidik % 70,00 42,64 60.91

Jika melihat perbandingan rata-rata realisasi indikator kinerja sampai


dengan tahun 2019 terhadap target kinerja jangka menengah yang terdapat dalam
Renstra Dinas Pendidikan dan Kebudayaan maka terdapat 3 indikator yang telah
mencapai target jangka menengah target tersebut dioptimalkan agar di Tahun
2019 (tahun terakhir periode Renstra Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Bantaeng ) telah melampaui dari target yang ditetapkan.
Keberhasilan / peningkatan pencapaian beberapa indikator pada sasaran
Tersedia dan Terjangkaunya Layanan PAUD yang berkualitas dengan
memperhatikan inklusifitas bagi anak usia prasekolah di semua kecamatan ini
didukung dengan adanya program pendidikan gratis, dana Bantuan Operasional

Hal. 66
Sekolah (BOP) bagi sekolah jenjang TK dan PAUD dan Bantuan Siswa Miskin
(BSM) bagi siswa yang masuk kategori tidak mampu, serta terpenuhinya alokasi
anggaran baik APBD,APBN maupun DAK dalam rangka menunjang Program
Pendidikan Anak Usia Dini pelaksanaan kegiatan dijenjang Pendidikan PAUD .
Tahun 2019 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng
melaksanakan beberapa kegiatan Program Pendidikan Anak Usia Dini sesuai
anggaran yang tersedia, sebagai indikator Kinerja Utama (IKU) :
1. Pengadaan Perlengkapan Sekolah
2. Pengembangan pendidikan Anak Usia Dini
3. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
4. Pengembangan Kurikulum, Bahan Ajar dan Model Pembelajaran Pendidikan
Anak Usia Dini
5. Monitoring Evaluasi dan Pelaporan
6. Pembangunan Gedung Sekolah
7. Pengadaan Buku – buku dan Alat Tulis Siswa
8. Pengadaan Alat Praktek dan Peraga Siswa
9. Rehabilitasi Sedang / Berat Ruang Kelas Sekolah
10. BOP Paud TK Negeri Pembina
11. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Bisaappu
12. BOP Paud TK Negeri Idhata
13. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Bantaeng
14. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Letta
15. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Banyorang
16. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Biangkeke
17. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Pullaweng
18. BOP Paud TK Negeri Kartini

Sedangkan beberapa indikator yang belum mencapai target lebih


disebabkan pada dinamika penganggaran yang ada di Kabupaten Bantaeng,
anggaran untuk perbaikan Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan
Sarana dan Prasarana dan meubiler sekolah yang tentunya membutuhkan
anggaran yang sangat besar dan waktu yang lama untuk menuntaskan, sehingga
target ini memang tidak untuk pencapaian jangka pendek tetapi dibutuhkan
waktu jangka panjang untuk dapat memasimalkan pencapaian target tersebut.

Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja


tahun 2019 untuk pencapaian sasaran Tersedia dan Terjangkaunya Layanan

Hal. 67
PAUD yang berkualitas dengan memperhatikan inklusifitas bagi anak usia
prasekolah di semua kecamatan ini adalah Dana APBD sebesar Rp.
1.138.092.800 (anggaran pokok) dan setelah perubahan anggaran meningkat
menjadi Rp. 1.302.293.300 dan dari anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp.
985.109.000 atau 94 persen dan Dana DAK Sebesar Rp. 2.234.232.000 (Anggaran
Pokok) dan setelah perubahan anggaran meningkat menjadi Rp. 2.388.370.000
dan dari anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp. 2.089.122.582 atau 87.47
persen.

Program / kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian sasaran


Tersedia dan Terjangkaunya Layanan PAUD yang berkualitas dengan
memperhatikan inklusifitas bagi anak usia prasekolah di semua kecamatan ini
adalah sebanyak 1 program dan 9 kegiatan.

Sasaran Strategis II :
Tersedia, terjangkaunya dan terjaminnya kepastian memperoleh layanan
pendidikan dasar berkualitas dengan memperhatikan inklusifitas dalam rangka
penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.

Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan


akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk
tahun 2019 Pencapaian Indikator tahun 2019 secara ringkas ditunjukkan oleh
tabel berindikator Kinerja Utama (IKU) berikut ini:

Tabel 3.8
Pencapaian Sasaran II Bidang Pendidikan Tahun 2019

Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)
Tersedia, Angka Partisipasi Kasar
1. % 115 97,24 84,56
terjangkaunya dan (APK) SD/MI Paket A
terjaminnya kepastian Angka Partisipasi Murni
2. % 98 95,39 97,34
memperoleh layanan (APM) SD/MI Paket A
pendidikan dasar Angka Partisipasi Kasar
3. % 90 96,45 107,17
berkualitas dengan (APK) SMP/MTs Paket B
memperhatikan Angka Partisipasi Murni
4. % 90 90,43 100,48
inklusifitas dalam (APM) SMP/MTs Paket B
rangka penuntasan 5. Angka Melanjutkan (AM) % 100 114,72 114,72

Hal. 68
dari SD/MI ke SMP/MTs
Angka Melanjutkan (AM)
6. dari SMP/MTs ke % 0 0 0
SMA/SMK/MA
wajib belajar
Guru Jenjang Pendidikan
pendidikan dasar 9
7 Dasar yang Memnuhi % 95 88,11 92,75
tahun
kualifikasi S1
Guru SD/MI, SMP/MTs
8 % 45 43,23 96,07
yang bersertifikat pendidik
Rata-rata capaian 90,43 89,37 99,01

Dari 8 (delapan) indikator kinerja yang ditetapkan sebagai tolok ukur


keberhasilan sasaran ini, untuk indikator kinerja pertama (APK SD/MI paket A) ,
Prosentase pencapaian target sebesar 84,56% yakni APK SD/MI / Paket A telah
mencapai 97,24 % dengan target 115,00 % atau sedikit menurun dibanding
dengan tahun 2018 yang telah mencapai 100,82%. APK yang telah melampaui
target yang telah ditetapkan antara lain disebabkan adanya siswa diluar kelompok
penduduk usia 7-12 tahun yang telah bersekolah pada jenjang SD/MI dan Paket A
Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa pada jenjang SD dan jenjang MI yang
belum berumur 7 tahun. Indikator Angka melanjutkan juga cukup segnifikan
pencapaiannya pada tahun 2019. Angka melanjutkan dari jenjang SD/MI ke
SMP/MTs mencapai 114,72 %, tampak bahwa jumlah siswa SMP/MTs lebih
banyak dari lulusan SD/MI. Hal in disebabkan beberapa sekolah menerima siswa
baru yang berasal dari luar kabupaten, serta menerima siswa yang merupakan
lulusan tahun – tahun sebelumnya

Grafik 3. 1
Pencapaian APK PAUD, SD dan SMP

Grafik APK Jenjang PAUD, SD, SMP, 2015 – 2019


120.00 110.60 110.57
100.82
95.05 97.24
96.45
100.00 87.51 90.10
85.78 85.67 83.57
Angka Partisipasi Kasar (APK) Paud
80.00 Angka Partisipasi Kasar (APK)
64.10
59.91 57.83 SD/MI
55.52
60.00 Angka Partisipasi Kasar (APK)
SD/MI2

40.00

20.00

0.00
2015 2016 2017 2018 2019

Hal. 69
Tabel 3.9
Perbandingan kinerja dengan perencanaan strategis organisasi.

Kondisi Rata-rata
Indikator Kinerja Satuan kinerja target realisasi sampai Capaian (%)
Tahun ini dengan tahun ini
Angka Partisipasi Kasar (APK)
1. % 115,00 97,24 84,55
SD/MI Paket A
Angka Partisipasi Murni (APM)
2. % 98,00 95,39 97,33
SD/MI Paket A
Angka Partisipasi Kasar (APK)
3. % 90,00 96,45 107,16
SMP/MTs Paket B
Angka Partisipasi Murni (APM)
4. % 90,00 90,43 100,47
SMP/MTs Paket B
Angka Melanjutkan (AM) dari
5. % 100,00 114,72 114,72
SD/MI ke SMP/MTs
Angka Melanjutkan (AM) dari
6. % 0,00 0,00 0,00
SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
Guru Jenjang Pendidikan Dasar
7. % 95,00 88,11 92,74
yang Memenuhi kualifikasi S1
Guru SD/MI, SMP/MTs yang
8. % 45,00 43,23 96,06
bersertifikat pendidik

Jika melihat perbandingan rata-rata realisasi indikator kinerja sampai


dengan tahun 2019 terhadap target kinerja tahun 2019 yang terdapat dalam
Renstra Dinas Pendidikan dan Kebudayaan maka terdapat 3 indikator yang telah
mencapai target dan 4 indikator tidak mencapai target .
Belum Tercapainya Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI Paket A ,Belum
Tercapainya Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI Paket A hal ini disebabkan
masih rendanya Tingkat Pemahaman Orang Tua Siswa terkait Peraturan
Permendikbud No. 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru.
Kurangnya Guru Jenjang Pendidikan Dasar yang Memenuhi kualifikasi S1
dan Kurangnya tenaga pendidik guru SD/MI dan SMP/MTs yang bersertifikat
pendidik ini menunjukan rendahnya tingkat kesadaran Tenaga Pendidik untuk
meningkatkan Kualifikasi S.1 atau D4 serta diperlukan Kerjasama dengan
lembaga pendidikan Tinggi dalam peningkatan kualifikasi pendidik.
Keberhasilan / peningkatan pencapaian beberapa indikator pada sasaran
Tersedia, terjangkaunya dan terjaminnya kepastian memperoleh layanan
pendidikan dasar berkualitas dengan memperhatikan inklusifitas dalam rangka
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun ini didukung dengan adanya
program pendidikan gratis, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
Bantuan Siswa Miskin (BSM) bagi siswa yang masuk kategori tidak mampu,
fasilitasi bus sekolah bagi anak sekolah, serta terpenuhinya alokasi anggaran baik
APBN maupun APBD untuk perbaikan sarana dan prasarana Sekolah yang

Hal. 70
sumber dananya baik dana Alokasi Khusus (DAK) maupun dari Dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bantaeng.
Tahun 2019 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng
melaksanakan beberapa kegiatan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun, sebagai berIndikator Kinerja Utama (IKU) :
1. BOS SD Kecamatan Bissappu
2. BOS SD Kecamatan Bantaeng
3. BOS SD Kecamatan Tompobulu
4. BOS SD Kecamatan Uluere
5. BOS SD Kecamatan Eremerasa
6. BOS SD Kecamatan Pa’jukukang
7. BOS SD Kecamatan Sinoa
8. BOS SD Kecamatan Gantarangkeke
9. BOS SMP Kabupaten Bantaeng
10. Pelatihan Penyusunan Kurikulum
11. Penyelenggaraan Akreditasi Sekolah Dasar
12. Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah SD
13. Pengadaan Perlengkapan Sekolah SD
14. Operasional SD
15. Pembinaan Minat, Bakat dan Kreatifitas Siswa SD
16. Penyelenggaraan Ujian Sekolah SD
17. Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah SMP
18. Operasional SMP
19. Pembinaan Minat, Bakat dan Kreatifitas Siswa SMP
20. Penyelenggaraan Ujian Sekolah SMP
21. Pengadaan Buku – buku dan Alat Tulis Siswa SD
22. Pengadaan Alat Praktek dan Peraga Siswa SD
23. Pengadaan Moubiler Sekolah SD
24. Rehabiltasi Sedamg / Berat Ruang Kelas Sekolah SD
25. Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitary SD
26. Rehabilitasi Sedang / Berat Sarana Air Bersih dan Sanitary SD
27. Rehabiltasi Sedang / Berat Perpustakaan Sekolah SD
28. Rehabilitasi Sedang / Berat Ruang Guru Sekolah SD
29. Rehabilitasi Sedang / Berat Laboratorium dan Praktikum Sekolah SMP
30. Pengadaan Buku – Buku dan Alat Tulis Siswa SMP
31. Pengadaan Alat Praktek dan Peraga Siswa SMP

Hal. 71
32. Pengadaan Perlengkapan Sekolah SMP
33. Pembangunan Ruang Kelas Sekolah SMP
34. Pembangunan Laboratorium dan Ruang Praktikum Sekolah SMP
35. Pembangunan Perpustakaan Sekolah SMP
36. Pembangunan Sarana Air Bersih dan Saniraty SMP
37. Rehabilitasi Sedang / Berat Sarana Air Bersih dan Sanitary SMP
38. Rehabilitasi Sedang / Berat Perpustakaan Sekolah SMP
39. Rehabiltasy Sedang / Berat Ruang Guru Sekolah SMP
Penurunan Kinerja ini disebabkan pencapaian beberapa indikator pada
sasaran Tersedia, disebabkan Tingkat Pemahaman Orang Tua Siswa terkait
Peraturan Permendikbud No. 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik
Baru.Orang Tua siswa lebih memilih menunggu anaknya genap berusia 7 tahun
baru menyekolahkannya ke jenjang pendidikan SD/MI dengan alasan Anak Didik
mereka belum bisa masuk ke sistem Dapodik Apabila belum Genap 7 Tahun ,
sementara untuk indikator Pada Kualifikasi Tenaga Pendidikan masih rendahnya
kesadaran Tenaga Pendidikan untuk meningkatkan Kualifikasi S.1 atau D4.
Alternatif Solusi yang telah dilakukan
1. Melakukan Sosialisasi terkait Peraturan Permendikbud No. 14 Tahun 2018
Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru.
2. Melakukan Diklat dan Pelatihan Bagi Pendidik dalam Meningkatkan
Profesionalis Guru/Tenaga Pendidik
Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja
tahun 2019 untuk pencapaian sasaran Tersedia, terjangkaunya dan terjaminnya
kepastian memperoleh layanan pendidikan dasar berkualitas dengan
memperhatikan inklusifitas dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun ini adalah Dana APBD sebesar Rp. 6.691.466.000,- untuk
(Anggaran Pokok) dan setelah perubahan menjadi Rp. 6.767.021.000,- dan dari
anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp. 6.311.866.000 atau 93,27 persen dan
Dana APBN sebesar Rp. 21.948.001.500,- (Anggaran Pokok) dan setelah
perubahan anggaran meningkat menjadi Rp. 22.270.360.000,- dan dari anggaran
tersebut terealisasi Rp. 22.270.360.000,- atau 100 persen dan Dana DAK sebesar
Rp. 18.865.486.475,- untuk (Anggaran Pokok) dan setelah perubahan menjadi
Rp.21.145.426.200,- dan dari anggaran tersebut terealisasi sebesar
Rp.20.312.733.446,- atau 94,85 persen.

Sasaran : Meningkatnya kualitas / mutu layanan pendidikan

Hal. 72
Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan
akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk
tahun 2019 Pencapaian Indikator tahun 2018 secara ringkas ditunjukkan oleh
tabel berikut ini:

Tabel 3.10
Realisasi Pencapaian Sasaran III Bidang Pendidikan

Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)
Angka Putus Sekolah
1. % 1,00 0,43 232,56
(APS) SD/MI
Angka Kelulusan (AL)
Meningkatnya kualitas 2. % 100,00 92,90 92.90
SD/MI)
/ mutu layanan
Angka Putus Sekolah
pendidikan pendidikan 3. % 1,00 0,52 192,31
(APS) SMP/MTs
Angka Kelulusan (AL)
4. % 100,00 97,69 97,69
SMP/MTs
Rata-rata capaian 50,5 47,88 123,09

Indikator kualitas / mutu layanan pendidikan ditunjukkan oleh nilai Angka


Putus Sekolah (APTs) dan Angka Kelulusan (AL). APTs jenjang SD/MI mencapai
232,56% dari target hanya 100 %. Angka Putus terbilang rendah pada jenjang SD
yakni 94 orang siswa putus sekolah dari 21832 orang siswa pada tahun ajaran
sebelumnya. Sementara APTs untuk jenjang SMP/MTs mencapai 192,31 % dari
target 100 % pada jenjang SMP/Mts yakni 52 orang siswa putus sekolah dari 9946
orang siswa.
Tabel 3.11
Perbandingan Antara Capaian Kinerja Tahun ini
dengan beberapa tahun terakhir.

Capaian (%)
Indikator Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019

1. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI 0,76 0,52 0,52 0,62 0,43

2. Angka Kelulusan (AL) SD/MI) 95,49 93,89 93,45 91.23 92,90

3. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs 0,85 0,86 0,99 0,58 0,52

4. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs 95,65 93,02 91,80 92,63 97,69

Rata-rata capaian 38,74 38,04 46,69 46,26 47,88

Berdasarkan dari tabel diatas secara umum dapat dikatakan bahwa terjadi
fluktuasi mutu pada seluruh jenjang pendidikan, bahkan pada jenjang SMP/MTs
cenderung meningkat pada 2 (dua) tahun terakhir, meskipun persentase kelulusan

Hal. 73
masih stabil mendekati angka 100%. Rendahnya sosialisasi dalam menyikapi
perubahan kurikulum melihat kecenderungan rata – rata nilai ujian yang
menurun pada jenjang SMP/MTs, maka perlu pembenahan proses pembelajaran
hingga proses penilaian peserta didik terutama jika dikaitkan dengan potensi
peserta didik. Jika nilai rata – rata ujian cenderung rendah, maka peluang untuk
bersaing dengan lulusan SMA/MA dari daerah lain untuk masuk ke Perguruan
Tinggi akan semakin berat, baik melalui jalur undangan maupun melalui jalur
seleksi peneirmaan mahasiswa baru. Perlu perhatian yang lebih besar terhadap
siswa pada tingkat terakhir di SMP/MTs dan SMA/MA terutama kesiapan dalam
menghadapi ujian nasional baik melalui optimalisasi pembelajaran maupun
melalui proses remedial dan pengayaan mata pelajaran, khususnya mata pelajaran
yang diujikan secara nasional.

Tahun 2019 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng


melaksanakan beberapa kegiatan Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan sesuai anggaran yang tersedia :

1. Pengembangan Sistem perencanaan dan pengendalian program profesi pendidik


dan tenaga kependidikan
2. Pengembangan Sistem penghargaan dan Perlindungan Terhadap Profesi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD
3. Pemberian Jasa Kepada Tenaga Pendidik Non Formal
4. Pengembangan Sistem Penghargaan dan Perlindungan Terhadap Profesi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5. Pemberian Jasa Tenaga Kebudayaan

Sedangkan beberapa indikator yang belum mencapai target lebih


disebabkan pada dinamika penganggaran yang ada di Kabupaten Bantaeng,
anggaran untuk perbaikan Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan yang
tentunya membutuhkan anggaran yang sangat besar dan waktu yang lama untuk
menuntaskan, sehingga target ini memang tidak untuk pencapaian jangka pendek
tetapi dibutuhkan waktu jangka panjang untuk dapat memasimalkan pencapaian
target tersebut.

Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja


tahun 2019 untuk pencapaian sasaran Meningkatnya kualitas / mutu layanan
pendidikan ini adalah sebesar Rp. 1.982.255.000 (anggaran pokok ) dan setelah
perubahan anggaran meningkat menjadi Rp. 2.330.255.000 dan dari anggaran

Hal. 74
tersebut terealisasi sebesar Rp. 2.323.247.322 atau 100 persen. Dibandingkan
rata-rata capaian kinerja berarti tingkat efisiensi anggaran.

Sasaran : Meningkatnya Angka Literasi Penduduk Usia > 15 Tahun

Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan


akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk
tahun 2018 Pencapaian Indikator tahun 2018 secara ringkas ditunjukkan oleh
tabel berikut ini:
Tabel 3.12
Pencapaian Sasaran Angka Literasi

Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)

Meningkatnya Angka Penduduk yang berusia >


Literasi Penduduk 1. 15 tahun melek huruf % 95,00 96,55 101,63
Usia > 15 Tahun (tidak buta aksara )

Rata-rata capaian 95,00 96,55 101,63

Program pemberantasan buta aksara adalah salah satu program


pendidikan yang dilaksanakan pada jalur pendidikan non formal yang merupakan
bagian integral dari upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan,
keterbelakangan dan ketidakberdayaan masyarakat. Program ini bertujuan agar
masyarakat yang masih menyandang status buta aksara memperoleh keterampila
dasar untuk membaca, menulis dan berhitung dan mampu berbahasa indoensia
serta memperoleh ketermapilan fungsional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pendapatn dalam kehidupan sehari – hari.
Buta Aksara di Kabupaten Bantaeng umur 15 – 59 tahun pada akhir tahun
2019 sejumlah 2650 orang. Angka tersebut diupayakan dapat dituntaskan.
Program pemberantasan Buta Aksara melalui keaksaraan fungsional (KF)
sangatlah diharapkan mampu menurunkan tingkat kebutaaksaraan di Indonesia
khususnya di Kabupaten Bantaeng. Harapan ini dapat menjadi kenyataan, jika
program KF dapat dilakukan secara terus menerus serta berkelanjutan. Dari 1
(satu) indikator kinerja yang mendukung sasaran strategis ini capaian melampaui
dari target yang telah ditetapkan. Tetapi secara umum rata-rata pencapaian
sasaran Meningkatnya Angka Literasi Penduduk Usia > 15 Tahun telah berhasil
melampaui target.

Hal. 75
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng melaksanakan
beberapa kegiatan Program Pendidikan Non Formal sesuai anggaran yang tersedia,
sebagai berikut :

1. Pembinaan Pendiidkan Kursus dan Kelembagaan


2. Publikasi dan Sosialisasi Pendidikan Non Formal
3. Pekan Olahraga Antar Warga Belajar Menyambut Hari Aksara Internasional

Sedangkan beberapa indikator yang belum mencapai target lebih


disebabkan pada dinamika penganggaran yang ada di Kabupaten Bantaeng,
anggaran untuk perbaikan Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan yang
tentunya membutuhkan anggaran yang sangat besar dan waktu yang lama untuk
menuntaskan, sehingga target ini memang tidak untuk pencapaian jangka pendek
tetapi dibutuhkan waktu jangka panjang untuk dapat memasimalkan pencapaian
target tersebut.

Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja


tahun 2019 untuk pencapaian sasaran Meningkatnya Angka Literasi Penduduk
Usia > 15 Tahun ini adalah sebesar Rp. 200.114.500,-( anggaran pokok ) dan
setelah perubahan anggaran menurun menjadi Rp. 188.184.500,- dan dari
anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp. 184.986.500,- atau 99 persen.

Program / kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian sasaran


Meningkatnya Angka Literasi Penduduk Usia > 15 Tahun ini adalah sebanyak 1
program dan 3 kegiatan.

Sasaran : Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas pelaku Seni

Optimalisasi pembinaan kesenian dalam berbagai aspek kehidupan


berbangsa dan bernegara dalam bentuk pengembangan kesenian, diharapkan
membangitkan kesadaran pemuda akan potensi kewirausahaan yang mereka
miliki, medorong munculnya atau bangkitnya potensi dan peran aktif mendorong
munculnya atau bangkitnya potensi dan peran aktif pengembangan kesenian serta
mendorong kemandirian berksenian bagi pemuda serta menciptakan lapangan
pekerjaan sektor kesenian.
Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan
akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk

Hal. 76
tahun 2019 Pencapaian Indikator tahun 2 secara ringkas ditunjukkan oleh tabel
berikut ini:
Tabel 3.13
Realisasi Pencapaian Sasaran Kualitas dan Kuantitas Pelaku Seni

Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)
Meningkatnya
Kualitas dan Pelaku, organisasi dan
1. % 45,00 45,00 100
Kuantitas pelaku komunitas seni berkarya
Seni

Rata-rata capaian 45,00 45.00 100

Penyerapan anggaran / Realisasi belanja langsung pada Tahun 2019


sumber dana APBD sebesar Rp. 13.289.579.150,- dari Total Anggaran yang di
Alokasikan sebesar Rp. 12.448.873.858,- jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran,penyerapan anggaran tebesar pada program/kegiatan sebesar 97% dan
Sumber Dana APBN sebesar 22.270.360.000,- dari Total Anggaran yang di
Alokasikan sebesar 22.270.360.000,-Jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran,penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan sebesar 100% dan
Sumber Dana DAK Sebesar Rp. 23.939.996.200,- dari Total Anggaran yang di
Alokasikan sebesar Rp. 22.806.993.149,- jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran, penyerapan anggaran tebesar pada program/kegiatan sebesar 98.88%
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator
yang dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber
daya/input tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk
mencapai keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai
sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada Tahun 2019 secara umum
menunjukkan tingkat efisiensi anggaran yang sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat
bahwa mayoritas dari seluruh sasaran menunjukkan realisasi anggarannya lebih
kecil daripada realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum,
pencapaian kinerja dari aspek program telah dicapai dengan cara yang efisien
karena realiasi anggarannya lebih kecil daripada yang ditargetkan dan juga lebih
kecil daripada realisasi capaian kinerjanya.
Penyelenggaraan asas tugas pembantuan adalah cerminan dari sistem dan
prosedur penugasan Pemerintah pusat kepada daerah dan/atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten dan/atau desa, serta dari pemerintah

Hal. 77
kabupaten kepada desa untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dan
pembangunan yang disertai dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan
mempertanggungjawabkannya kepada yang memberi penugasan.
Tugas pembantuan diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan
tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas desentralisasi
dan asas dekonsentrasi. Pemberian tugas pembantuan dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan,
pengelolaan pembangunan, dan pelayanan umum. Tujuan pemberian tugas
pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian
permasalahan, serta membantu penyelenggaraan pemerintahan, dan
pengembangan pembangunan bagi daerah dan desa.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga Negara yang berusia 7 – 15 tahun
wajib mengIndikator Kinerja Utama (IKU)ti pendidikan dasar. Konsekuensi dari
amanat undang-undang tersebut adalah pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat
pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat.
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005,
telah berperan besar dalam pencapaian program wajib belajar 9 tahun tersebut.
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat
terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang
bermutu.
BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar
sebagai pelaksana program wajib belajar. Salah satu kebijakan Kementerian
Pendidikan Nasional yakni progam buku murah yang dimulai tahun 2008, tetap
menjadi salah satu acuan utama program BOS Tahun 2019.
Dana alokasi khusus bidang pendidikan yang selanjutnya disebut DAK
bidang pendidikan merupakan salah satu dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada Kabupaten
Bantaeng untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program
yang menjadi prioritas Nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana
dan prasarana satuan pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang belum mencapai
standar tertentu atau percepatan pembangunan daerah di bidang pendidikan
dasar. DAK bidang pendidikan tahun Anggaran 2019 adalah dana yang disiapkan
pemerintah dalam upaya peningkatan akses dan mutu pendidikan sebagai salah

Hal. 78
satu prioritas pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan peningkatan
akses bagi masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas.
Alokasi DAK bidang pendidikan per daerah dan pedoman umum DAK
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan penetapan alokasi dan pedoman
umum DAK tersebut, Menteri Pendidikan Nasional menyusun petunjuk teknis
penggunaan DAK bidang pendidikan yang berkoordinasi dengan Menteri Dalam
Negeri.
Selain DAK, dana yang bersumber dari APBN yang ditransfer ke APBD
melalui mekanisme transfer daerah adalah Pembayaran Tunjangan Profesi bagi
guru PNS dan Pembayaran Tambahan Penghasilan bagi Guru Pegawai Negeri Sipil
Daerah Tahun 2018.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pusat Tahun 2019 pada Kabupaten
Bantaeng untuk jenjang Pendidikan Dasar dan menengah dialokasikan sebesar
Rp.22.270.360.000,- untuk 149 sekolah Tingkat SD dan 42 sekolah pada jenjang
SMP. Dana yang terserap hingga akhir tahun anggaran 2019 untuk 149 sekolah
pada jenjang SD adalah Rp. 22.270.360.000,- 100 % dari alokasi awal. Serapan
dana yang berbeda dengan alokasi dana awal tahun, karena adanya perubahan-
perubahan jumlah siswa sehingga transfer dana pada tiap triwulan dilakukan
penyesuaian.
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang pendidikan Tahun 2019, diarahkan
pada Pengadaan Buku – Buku dan Alat Tulis Siswa SD,Pengadaan Alat Praktek
dan Peraga Siswa SD,Pengadaan Moubiler Sekolah SD,Rehabilitasi Sedang / Berat
Ruang Kelas Sekolah SD, Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitary SD,
Rehabilitasi Sedang / Berat Sarana Air Bersih dan Sanitary SD, Rehabiltasi
Sedang / Berat Perpustakaan Sekolah SD, Rehabilitasi Sedang / Berat Ruang
Guru Sekolah SD, Rehabilitasi Sedang / Berat Laboratorium dan Praktikum
Sekolah SMP, Pengadaan Buku – buku dan Alat Tulis Siswa SMP, Pengadaan Alat
Praktek dan Peraga Siswa SMP, Pengadaan Perlengkapan Sekolah SMP,
Pembangunan Ruang Kelas Sekolah SMP, Pembangunan Laboratorium dan Ruang
Praktikum Sekolah SMP, Pembangunan Perpustakaan Sekolah SMP,
Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitary SMP, Rehabilitasi Sedang / Berat
Sarana Bersih dan Sanitary SMP, Rehabilitasi Sedang / Berat Perpustakaan
Sekolah SMP, Rehabilitasi Sedang / Berat Ruang Guru Sekolah SMP.
Alokasi DAK bidang pendidikan pada jenjang SD dan SMP Tahun 2019
adalah Rp. 23.939.996.200,-. Dana yang sudah terserap hingga akhir tahun
Anggaran 2019 adalah Rp. 22.806.993.149,- atau 98,88%.

Hal. 79
Program Subsidi Guru Tahun 2019 berupa Tunjangan Profesi, Tambahan
Penghasilan bagi guru PNSD, Tunjangan Khusus, yang dananya berasal dari dana
transfer pusat ke daerah.
Dana Tunjangan Profesi Tahun 2019 bagi guru dan pengawas yang telah
lulus sertifikasi yang berasal dari APBN melalui mekanisme transfer daerah
dialokasikan sebesar Rp. 61.557.899.440 ( Enam Puluh Satu Milyar Lima Ratus
Lima Puluh Tujuh Juta Delapan Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Empat
Ratus Empat Puluh Rupiah ) ,- dan Silpa tahun 2018 sebesar Rp.
18.990.857.960,-. Tunjangan profesi dibayarkan secara Triwulan dengan serapan
hingga akhir Desember 2019 (Triwulan IV) ditambah pembayaran Carry Over (Co)
sebesar Rp. 80.548.133.060,- atau 82,31%, sisa anggaran tahun 2019 Rp.
624.340,-Selain melalui mekanisme transfer daerah, bagi sebagian guru PNS dan
guru non PNS serta guru SLB yang berjumlah 99 orang, dananya dibayarkan
melalui dana APBN dengan mekanisme transfer langsung dari pusat (Direktorat
PAUD, SD dan SMP ) langsung ke masing-masing rekening guru.
Dana tambahan penghasilan bagi guru PNSD yang belum lulus sertifikasi
yang berasal dari APBN dialokasikan sebesar Rp. 250.000/bulan,- atau total
untuk tahun 2019 sebesar Rp. 679.250.000,-. Tunjangan tersebut telah
dibayarkan dari Triwulan pertama (Januari – Maret) Sebesar Rp. 170.000.000,-
Triwulan Kedua (April – Juni) sebesar Rp. 170.250.000,- Triwulan Ketiga (Juli –
September) sebesar Rp. 168.750.000,- hingga Triwulan IV (Oktober-Desember)
sebesar Rp. 170.250.000,- bagi 224 orang guru PNSD.

Sasaran 2 Meningkatnya Pemerataan Pendapatan Masyarakat

PDRB merupakan suatu gambaran perekonomian makro suatu wilayah


yang identik dengan peningkatan pembangunan perekonomian. Oleh karena itu,
untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat, dapat dilihat berdasarkan PDRB per kapita, yaitu gambaran rata-rata
pendapatan yang diterima oleh penduduk secara makro, sehingga untuk analisis
lebih lanjut diperlukan analisis ketimpangan pendapatan. Meskipun ukuran ini
memiliki kelemahan karena perlakuan yang dibagi rata tersebut, namun dapat
memberikan gambaran awal perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat
secara makro.
PDRB per kapita di Bantaeng mengalami peningkatan signifikan yang
mengindikasikan tingginya peningkatan PDRB tidak diimbangi dengan

Hal. 80
peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2014, PDRB per kapita Bantaeng
sebesar Rp.27,23 juta dan meningkat dalam waktu tiga tahun mencapai Rp.37,46
juta.
Dalam mencapai sasaran meningkatnya pemerataan pendapatan
masyarakat, telah ditetapkan indikator sasaran yaitu Indikator Kinerja (IKU)
Pengeluaran Perkapita. Pengeluaran rata-rata perkapita adalah biaya yang
dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan baik
yang berasal dari pembelian, pemberian maupun produksi sendiri dibagi dengan
banyaknya anggota rumah tangga dalam rumah tangga tersebut.
Adapun pencapaian kinerja sasaran pengeluaran perkapita tahun 2019
dapat dilihat sebagaimana pada tabel tersebut di bawah ini :
Tabel 3.14
Evaluasi Pencapaian Sasaran 2

TARGET REALISASI
NO INDIKATOR SASARAN CAPAIAN KINERJA (%)
2019 2019
1 2 7 8 9

1 Pengeluaran Perkapita 1.000.000 950.000 95,00

RATA-RATA PENCAPAIAN SASARAN 95,00

Berdasarkan hasil evaluasi pencapaian sasaran meningkatnya pemerataan


pendapatan masyarakat dengan indikator pengeluaran perkapita, capaian
kinerjanya sebesar 95,00%.

Meningkatkan Lapangan Pekerjaan Yang berorientasi pada


Sasaran 3
wirausaha baru

Pembangunan ketenagakerjaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 4


Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bertujuan untuk
memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerjasecara optimal dan
manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, untuk
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan,
serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Tingkat pengganguran terbuka Kabupaten Bantaeng memiliki tren fluktuatif
naik turun dalam setiap periodenya. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
merupakan perbandingan antara jumlah penganggur terbuka dengan jumlah
angkatan kerja. Pengangguran terbuka adalah penduduk usia produktif yang
sama sekali tidak mempunyai pekerjaan.

Hal. 81
Ketiadaan pekerjaan itu menurut BPS bisa karena sedang mencari
pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan, serta telah diterima bekerja, namun belum mulai bekerja. TPT bisa
digunakan untuk memantau serta mengevaluasi perkembangan angka
pengangguran.
Dari sasaran meningkatkan lapangan pekerjaan yang berorientasi pada
wira usaha baru, ditetapkan 2 indikator pendukung pencapaian sasaran. Adapun
indikator dimaksud adalah tingkat pengangguran dan jumlah wira usaha
baru. Pencapaian sasaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.15
Evaluasi Pencapaian Sasaran 3

TAHUN 2019
CAPAIAN
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7

3 Meningkatkan Lapangan 1 Tingkat Pengangguran % 4.81 4,01 83.36


Pekerjaan yang
berorientasi pada
wirausaha baru
2 Jumlah Wira Usaha Baru Orang 200 200 100

Rata-Rata Tingkat Pencapaian Sasaran 91,68

Berdasarkan evaluasi pencapaian sasaran pada tahun 2019, dapat dilihat


bahwa rata-rata realisasi pencapaian sasaran sudah cukup baik sebesar 91.68%.
Tingkat pengangguran dari target sebesar 4,81% dapat direalisasikan menjadi
4,01% sehingga dapat dinilai bahwa capaian kinerjanya sangat baik. Demikian
pula dengan penciptaan wira usaha baru capaian kinerjanya sangat baik sebesar
100%.
Capain kinerja yang sangat baik tersebut dapat diuraikan melalui
pencapaian kinerja dibidang ketenagakerjaan dan industri.

Tabel 3.16
Capaian Kinerja Bidang Ketenagakerjaan

No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%)

Jumlah tenaga kerja yang memperoleh


1. Orang 400 356 89,00
pelatihan kerja
2. Meningkatnya kesempatan kerja Persen 30 49,70 165,67

3. Jumlah partisipasi angkatan kerja perempuan Persen 90 66,47 73,85

Hal. 82
Pelatihan kerja yang dilaksanakan merupakan salah satu jalur untuk
meningkatkan kualitas serta mengembangkan karir tenaga kerja. Pelatihan kerja
merupakan salah satu dari tiga pilar utama peningkatan kualitas tenaga kerja,
yaitu : standar kompetensi kerja, pelatihan berbasis kompetensi serta sertifikasi
kompetensi oleh lembaga yang independen. Jumlah tenaga kerja yang memperoleh
pelatihan kerja pada tahun 2019 sebanyak 356 orang atau capaian sebesar
89,00% dari jumlah yang ditargetkan sebanyak 400 orang.
a) Meningkatnya kesempatan kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam
kemajuan kesejahteraan suatu daerah. Jika terdapat kesempatan kerja yang
tinggi, maka tenaga kerja dapat menyejahterakan dirinya. Banyaknya tenaga
kerja tanpa diimbangi dengan kesempatan kerja yang memadai hanya akan
menimbulkan masalah dan menjadi beban bagi suatu daerah. Persentase
tingkat kesempatan kerja dapat dihitung dari jumlah penduduk berumur 15
tahun ke atas yang bekerja dibagi dengan jumlah angkatan kerja dikali 100%.
Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja pada tahun 2018
sebanyak 98.947 orang dan jumlah angkatan kerja sebanyak 199.103 orang.
b) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah proporsi penduduk usia kerja
yang sudah bekerja atau masih mencari pekerjaan terhadap penduduk usia
kerja. Berdasarkan data dari BPS tahun 2019, tingkat partisipasi angkatan
kerja perempuan sebesar 66,47%. Dari TPAK ini dapat dijadikan indikator
sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memberikan ruang bagi
partisipasi kesetaraan gender dan peluang kerja bagi perempuan. Serta dapat
terlihat pula seberapa besar motivasi perempuan untuk bekerja.

Sebagai perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun


ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir disajikan pada tabel di bawah
ini.
Tabel 3.17
Capaian Kinerja Indikator Ketenagakerjaan

Realisasi
Realisasi Realisasi Tahun Realisasi Tahun Realisai Tahun
No Indikator Kinerja Satuan Tahun
Tahun 2016 2017 2018 2019
2015
Jumlah tenaga kerja yang
1. Persen 100 100 100 86,86 89,00
memperoleh pelatihan kerja

2. Meningkatnya kesempatan kerja Persen 70 75 80 80 165,67

Jumlah partisipasi angkatan kerja


3. Persen 100 100 100 85,71 73,85
perempuan

Rata-rata capaian (%) 90,00 91,67 93,33 84,19 115,01

Hal. 83
Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase rata-rata capaian ketiga
indikator, rata-rata capaian tertinggi terjadi pada 2019 dan yang terendah pada
tahun 2018 sebagaimana tergambar pada grafik berikut :

Grafik 3.2
Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Indikator 1

Perbandingan realisasi capaian indikator


"Jumlah Tenaga Kerja yang Memperoleh Pelatihan Kerja"

100
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Grafik Jumlah Tenaga Kerja yang Memperoleh Pelatihan Kerja


Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pada tahun 2019 terjadi
peningkatan jumlah tenaga kerja yang memperoleh pelatihan kerja dibandingkan
dengan tahun 2018.

Adapun pencapaian indikator kinerja meningkatnya kesempatan kerja


dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Grafik 3.3
Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Indikator 2

Hal. 84
Perbandingan realisasi capaian indikator
"MENINGKATNYA KESEMPATAN KERJA"

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Grafik Meningkatnya Kesempatan Kerja

Sedangkan pada grafik capaian indikator meningkatnya kesempatan kerja,


dapat dilihat peningkatan yang cukup besar dari tahun 2019.

Grafik 3.4
Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Indikator 3

Perbandingan realisasi capaian indikator


"Jumlah partisipasi angkatan kerja perempuan"

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Grafik Jumlah Partisipasi Angk. Kerja Perempuan

Pada capaian kinerja dengan indikator jumlah partisipasi angkatan kerja


perempuan, berdasarkan grafik diatas mengalami penurunan pada tahun 2019.
Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan atau peningkatan/ penurunan
kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan. Pada tahun 2018 telah
dilaksanakan beberapa pelatihan kerja bagi calon tenaga kerja dan tenaga kerja,
yaitu :

Hal. 85
- Pelatihan komputer basis perusahaan yang diikuti oleh 40 orang peserta
- Pelatihan berbasis kompetensi yang dilaksanakan di atas kerjasama Pemerintah
Kabupaten Bantaeng dengan BBLK Bekasi diikuti oleh 26 orang peserta.
- Pelatihan padat karya infrastruktur dan Tenaga Kerja Mandiri diikuti oleh 356
tenaga kerja
- Pelatihan berbasis kompetensi di BLK Bantaeng sebanyak 352 peserta.
- Capacity Building Tenaga Kerja Industri Smelter pada Bidang Furnace di
Kendari yang diikuti oleh 32 orang calon tenaga kerja Industri Smelter
Dari beberapa pelatihan yang dilaksanakan di atas memberikan dampak
positif berupa peningkatan persentase jumlah calon tenaga kerja dan tenaga kerja
yang mendapatkan pelatihan kerja selama tahun 2018 dibandingkan dengan
tahun sebelumnya meskipun belum mencapai 100%. Selain pelatihan, para
peserta pelatihan padat karya infrastruktur dan Tenaga Kerja Mandiri juga
diberikan bantuan berupa peralatan penunjang kerja.
a) Adanya perusahaan smelter yang beroperasi di Kabupaten Bantaeng menjadi
salah satu penyebab meningkatnya kesempatan kerja di Kabupaten Bantaeng.
Pada bulan Mei dan Juni tahun 2019 dilaksanakan Capacity Building Tenaga
Kerja Industri Smelter pada Bidang Furnace di Kendari yang diikuti oleh 32
orang calon tenaga kerja Industri Smelter. Beberapa perusahaan, swalayan
dan minimarket, instansi swasta dan pemerintah juga banyak membuka
penerimaan tenaga kerja/pegawai selama kurun waktu tahun 2018.
Selain itu, penyebarluasan dan kemudahan akses informasi bursa tenaga kerja
bagi para pencari kerja juga menjadi penyebab peningkatan kesempatan kerja.
b) Berdasarkan data BPS tahun 2019, tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki
lebih tinggi dari perempuan yaitu 90,16% berbanding 66,47%. Hal ini
disebabkan pada umumnya perempuan lebih memilih untuk menjadi ibu
rumah tangga daripada menjadi seorang pekerja di luar. Selain itu mereka juga
kebanyakan lebih memilih melanjutkan pendidikan.
Adapun program yang menunjang pencapaian kinerja sasaran tersebut
adalah :
a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, dengan
kegiatan antara lain :
- Pendidikan dan Pelatihan ketramplan Bagi Pencari Kerja
- Pelatihan komputer basis perusahaan yang diikuti oleh 40 orang peserta.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan calon tenaga kerja yang terampil
mengoperasikan komputer.

Hal. 86
b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja, dengan kegiatan antara lain :
- Penyebarluasan Informasi Bursa Tenaga Kerja
Penyediaan informasi bursa tenaga kerja dan pelayanan pembuatan kartu
pencari kerja kerja / kartu kuning (AK.1) bagi masyarakat pencari kerja.
Informasi bursa tenaga kerja disebarluaskan melalui berbagai media yang
mudah diakses oleh masyarakat. Selain informasi kerja, informasi yang
disebarluaskan juga ada yang dalam bentuk magang atau pelatihan. Untuk
kartu kuning (AK.1), jumlah pemohon pembuatan kartu kuning (AK.1) dari
bulan Januari s/d Desember 2019 mencapai 252 orang dengan jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat usia yang berbeda-beda.

Sasaran 4 Meningkatnya Daya Saing Investasi Daerah

Iklim investasi di Kabupaten Bantaeng menunjukkan “trend positif”. Hal ini


menunjukkan adanya potensi besar Kabupaten Bantaeng untuk dapat menarik
minat para investor berbagai industri dan pelaku bisnis beragam sektor untuk
turut memajukan perekonomian daerah. Kemudahan berinvestasi di Kabupaten
Bantaeng tidak lepas dariupaya Pemerintah KabupatenBantaeng untuk
menyederhanakan pelayanan perijinan serta mengedepankan pelayanan yang
bersih dan bebas pungli. Terlihat peningkatan yang sangat signifikan pada
perkembangan investasi di Kabupaten Bantaeng.
Pada tahun 2013, realisasi investasi yang diusahakan di Kabupaten
Bantaeng hanya sebesar 52 milyar rupiah, namun seiring berjalannya waktu,
investasi meningkat tajam hingga mencapai hampir 1 trilyun rupiah pada tahun
2019. Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan akan
dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja.
Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja SKPD Dinas Penanaman Modal dan PTSP
untuk tahun 2019.
Pencapaian Indikator tahun 2019 secara ringkas ditunjukkan oleh tabel
berikut ini:

Tabel 3.18
Evaluasi Pencapaian Sasaran 4

TAHUN 2019
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET REALISASI KINERJA
STRATEGIS
(%)

Hal. 87
1 2 3 4 5 6 7
4 Meningkatnya Daya
Saing Investasi 1 Nilai Investasi Trilyun 2.50 1,00 40,0%
Daerah

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 40,0%

Berdasarkan evaluasi sasaran meningkatnya daya saing investasi daerah,


terlihat rata-rata tingkat pencapaian indikator Nilai Investasi yang ditargetkan 2,5
Trilyun berhasil secara optimal dan dapat direalisasikan sebesar 40,0% atau
sebesar 1,00 Trilyun.
Adapun faktor-faktor yng mempengaruhi keadaan tersebut dapat dijelaskan
melalui pencapaian kinerja sasaran satuan kerja Dinas Penanaman Modal dan
PTSP Kabupaten Bantaeng Tahun 2019 sebagai berikut :

SASARAN : Meningkatnya realisasi penanaman modal yang berorientasi pada


pembinaan, pengawasan dan pemantauan

Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan


akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja SKPD DPMPTSP untuk tahun 2019
Pencapaian Indikator tahun 2019 secara ringkas ditunjukkan oleh tabel berikut
ini:
Tabel 3.19
Capaian Indikator Kinerja DPMPTSP Tahun 2019.

Indikator
No Sasaran Strategis Satuan Target Realisasi Capaian
Kinerja
1.
Meningkatnya Jumlah realisasi
Rp 100 Milyar 179.968.038.22 180 %
realisasi pelayanan investasi PMDN
penanaman modal
yang berorientasi
pada pembinaan,
Jumlah realisasi
pengawasan dan Rp 900 Milyar 586.132.101.369 65,1 %
investasi PMA
pemantauan

Rata-rata capaian

Dari 2 indikator kinerja yang mendukung sasaran strategis ini, indikator


kinerja sasaran mencapai target dan secara umum rata-rata pencapaian sasaran
meningkatnya realisasi investasi ini melalui indikator jumlah realisasi PMDN
telah berhasil melampaui target yaitu dengan capaian 180% dan capaian
indikator jumlah realisasi investasi PMA hanya mencapai 65,1%.
Dalam pelaksanaan kegiatan Pelayanan Perizinan DPMPTSP kabupaten
Bantaeng telah menyelenggarakan 61 jenis pelayanan perizinan dan non perizinan

Hal. 88
yang terdiri dari beberapa sektor, dan telah mengeluarkan sebanyak 1441 lembar
izin yang terbit dan 287 lembar non perizinan yang terbit.
Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan peningkatan realisasi
PMDN di Kabupaten Bantaeng pada tahun 2019, antara lain:
1. Terbitnya Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Penanaman Modal
yang diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif,
dimana sinergitas pelayanan penanaman modal dapat diwujudkan sehingga
mampu meningkatkan penyerapan investasi di Kabupaten Bantaeng.
2. Terbitnya Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan tentang Rencana Umum
Penanaman Modal (RUPM) BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2014–2025 serta naskah akademik RUPM Tahun 2014–2025 yang merupakan
pedoman/acuan dalam membuat perencanan jangka panjang baik BKPMD
sendiri maupun intansi penanaman modal kabupaten / kota dan BKPM RI
dalam perencanaan investasi kurun waktu 2014–2025.
3. Keikutsertaan dalam event pameran promosi investasi yang dilaksanakan di
dalam negeri mampu menarik minat banyak calon investor untuk berinvestasi,
baik pada sektor infrastruktur, industri hasil pertanian, industri hasil
perikanan dan juga pertambangan.
4. Pro aktifnya Bidang Pengendalian dan Pengawasan dalam menjemput Laporan
Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dan segera menangani setiap
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan PMDN dan PMA.
5. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh calon investor mengenai potensi
dan peluang investasi di Kabupaten Bantaeng.
Faktor yang menyebabkan kurangnya minat Penanaman Modal Asing di
Kabupaten Bantaeng adalah karena untuk keluarnya izin Penanaman Modal Asing
masih menjadi kewenangan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat di
Jakarta, sedangkan DPMPTSP Kabupaten Bantaeng sebatas berfungsi untuk
memfasilitasi.
Penyerapan anggaran belanja langsung pada Tahun 2019 sebesar 99,49%
dari total anggaran yang dialokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran, penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan di sasaran
Meningkatnya realisasi pelayanan Penanaman modal yang berorientasi pada
pembinaan, pengawasan dan pemantauan 99,95%. Sedangkan penyerapan terkecil
pada program/kegiatan di sasaran Peningkatan kualitas pelayanan perizinan yang
terpadu 99,81%.

Hal. 89
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator
yang dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input
tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai
keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai
sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada Tahun 2019 secara umum
menunjukkan tingkat efisiensi anggaran yang sangat tinggi.Hal ini bisa dilihat
bahwa mayoritas dari seluruh sasaran menunjukkan realisasi anggarannya lebih
kecil daripada realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum,
pencapaian kinerja dari aspek program telah dicapai dengan cara yang efisien
karena realiasi anggarannya lebih kecil daripada yang ditargetkan dan juga lebih
kecil daripada realisasi capaian kinerjanya.Memang terdapat sasaran yang
realisasi kinerjanya lebih rendah daripada realisasi anggarannya, seperti sasaran
Meningkatnya realisasi pelayanan penanaman modal yang berorientasi pada
pembinaan, pengawasan dan pemantauanyang realisasi anggarannya mencapai
99,99% namun realisasi kinerjanya baru mencapai %. Untuk sasaran semacam
ini, perlu mengkaji lebih jauh faktor apa sajakah yang menyumbang kepada
situasi di atas, seperti menguji seberapa baik koordinasi dan sinergi dengan
stakeholder terkait untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Juga
mengidentifikasi, bagaimana membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan
menjadi lebih baik.

Sasaran 5 Menurunnya Ketimpangan Pembangunan Wilayah

Pembangunan baik ekonomi maupun sosial yang dilakukan Pemerintah


suatu wilayah tidak selamanya dapat dinikmati secara merata oleh seluruh
lapisan masyarakat. Peningkatan pembangunan tidak selalu disertai dengan
peningkatan pendapatan penduduk dan kesejahteraan masyarakat secara
horisontal. Beberapa faktor yang menjadi sumber perbedaan pendapatan antara
lain kesempatan, kualitas pendidikan, dan lainnya. Salah satu alat ukur yang
dapat digunakan untuk melihat kesenjangan pendapatan penduduk dalam suatu
wilayah adalah “rasio gini”,rasio ini menganalisis nilai dengan interpretasi semakin
mendekati nilai 1, maka semakin tidak merata pendapatan penduduk suatu
wilayah.Pemerataan kesejahteraan di Bantaeng masih fluktuatif dan tergolong

Hal. 90
belum merata secara baik yang terlihat pada tingginya angka indeks gini sebesar
0,422 pada tahun 2017.

Gambar 3.1
Indeks Gini Kabupaten Bantaeng Tahun 2015-2017

0.44
0.44
0.43

0.42 0.42

0.41

0.4

0.39

0.38 0.38

0.37

0.36

0.35
2015 2016 2017
Sumber Data : BPS Kabupaten Bantaeng, 2019

Untuk mengukur pencapaian sasaran menurunnya ketimpangan


pembangunan wilayah ditetapkan indikator sasaran indeks gini sebagai indikator
kinerja utama.

Tabel 3.20
Evaluasi Pencapaian Sasaran 5

TAHUN 2019
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET REALISASI KINERJA
STRATEGIS
(%)
1 2 3 4 5 6 7
5 Menurunnya
ketimpangan 1 Indeks Gini % 0.414 0.420 98,57%
pembangunan
wilayah
Rata-Rata Tingkat Pencapaian 98,57%

Sasaran 6 Meningkatnya Pemberdayaan Perempuan dalam Pembangunan

Pemberdayaan perempuan dan anak masih menjadi perhatian Pemerintah


Daerah Kabupaten Bantaeng dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender. Kesetaraan dan keadilan gender dapat terjadi apabila porsi dan siklus
sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis.
Perlindungan anak adalah kegiatan untuk menjamin danmelindungi anak dan
Hal. 91
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan, diskriminasi, eksploitasi, pelecehan dan tindakan
salah lainnya.

Capaian pemberdayaan perempuan di Kabupaten Bantaeng mengalami


sedikit fluktuasi dimana pada Indeks Pembangunan Gender (IPG) Bantaeng tahun
2015 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebanyak 0,48 poin menjadi
96,38 dibanding tahun 2014 sebesar 96,86. Namun jika dilihat dari segi Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG), maka setiap tahun mengalami peningkatan hingga
pada tahun 2015 mencapai nilai sebesar 79,24.

Gambar 3.2
Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender
Kabupaten Bantaeng Tahun 2011-2015

100
96.24 96.56 96.62 96.86 96.38
95

90

85

80

75 78.41 79.24
74.73 74.50 75.69
70
2011 2012 2013 2014 2015

IPG IDG
Sumber Data : Kementerian PP dan PA tahun 2019

Gambar 3.3
Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan Dan Anak
Dari Tindakan Kekerasan
Kabupaten Bantaeng Tahun 2013-2017

Hal. 92
30

25 26
22
20

15 15

10 11

5
3
0
2013 2014 2015 2016 2017
Sumber Data : PP-PA tahun 2019

Jika menilik pada kasus terkait perlindungan perempuan dan anak dari tindak
kekerasan, maka terlihat fluktuasi kasus di setiap tahunnya hingga sebesar 15
kasus pada tahun 2017
Tabel 3.21
Evaluasi Pencapaian Sasaran 6

TAHUN 2019
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET REALISASI KINERJA
STRATEGIS
(%)
1 2 3 4 5 6 7
6 Meningkatnya
Pemberdayaan Indeks Pemberdayaan Indeks 82,77 80,00 96.65
1
Perempuan di dalam Gender
pembangunan

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 96,65

Sasaran 7 Meningkatnya Kualitas Derajat Kesehatan

Angka harapan hidup adalah rata-rata lama hidup penduduk di suatu


daerah. Angka harapan hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
daerah dalam pembangunan kesejahteraan rakyat di suatu daerah terutama di
sektor kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan angka usia harapan hidup
dipengaruhi dari beberapa faktor yang dalam hal ini faktor kesehatan lebih
berperan penting selain faktor lain seperti ekonomi, budaya, dan pendidikan.
Peran sektor kesehatan mempengaruhimasyarakat dalam menurunkan angka
kesakitan, peningkatan gizi masyarakat, dan pelayanan kesehatan yang baik.

Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup di Kabupaten Bantaeng dalam


kurun waktu 2013-2017 menunjukkan peningkatan dari sebesar 69,65 tahun
pada tahun 2013 menjadi selama 69,90 tahun pada tahun 2017. Angka ini
mengindikasikan bahwa setiap bayi yang baru lahir pada tahun 2017 memiliki
harapan hidup hingga mencapai usia 69-70 tahun.

Hal. 93
Gambar 3.4
Angka Harapan Hidup
Kabupaten Bantaeng Tahun 2013-2017

69.90
69.84
69.77

69.68
69.65

2013 2014 2015 2016 2017


Sumber Data : Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2018

Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan


akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Kesehatan Kab. Bantaeng untuk
tahun 2019 Pencapaian Indikator tahun 2019 secara ringkas ditunjukkan oleh
tabel berikut ini:

Tabel 3.22
Evaluasi Pencapaian Sasaran 7

TAHUN 2019
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET REALISASI KINERJA
STRATEGIS
(%)
1 2 3 4 5 6 7
Meningkatnya
Kualitas Derajat
7 1 Usia Harapan Hidup Tahun 70,68 69.00 97.62
Kesehatan

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 97.62

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pencapaian sasaran meningkatnya


kualitas derajat kesehatan dengan indikator usia harapan hidup[, pencapaian
kinerja yang direalisasikan sebesar 97.62%.
Pencapaian kinerja sasaran meningkatnya kualitas derajat kesehatan
dipengaruhi oleh pencapaian kinerja satuan kerja Dinas Kesehatan yang dapat
diuraikan sebagai berikut ;

Tabel 3.23
Pencapaian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2019

Hal. 94
TINGKAT
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI
CAPAIAN

Hal. 95
Cakupan kunjungan ibu hamil
98 92,72 94,61
Meningkatnya Meningkatnya K4
pelayanan pelayanan
Cakupan pertolongan persalinan
kesehatan kesehatan ibu
oleh tenaga kesehatan yang 92 90,14 97,9
berdasarkan dan anak
memiliki kompetensi kebidanan
zonasi wilayah
untuk Cakupan pelayanan nifas 96 82,95 86,40
peningkatan
 
layanan Cakupan neonatus dengan
92 100 108
kesehatan ibu komplikasi yang ditangani
dan anak serta
 
gizi Cakupan kunjungan bayi 96 112,06 116
 
Cakupan Pelayanan anak balita 96 55,42 57,72

 
Cakupan peserta KB aktif 88 88,47 100
  Cakupan kunjungan ibu hamil
98 103,54 105
K1
  Cakupan kunjungan neonatus
92 99,27 107
lengkap
 
Cakupan KB pasca salin 88 35,76 42,90
  Pemberantasan Cakupan Desa/ kelurahan
dan Universal Child 100 73,1 73,1
Pencegahan Immunization (UCI)
Penyakit
Penemuan AFP (Accute Flaccid
Paralysis) Rate per 100.000 100 100,00 100,00
penduduk < 15 tahun

Penemuan dan penanganan


100 100,00 100,00
penderita pneumonia balita
   
Penemuan dan penanganan
100 100,00 100,00
pasien baru TB BTA positif
   
Penemuan dan penanganan
100 100,00 100,00
penderita DBD
    Penemuan dan penanganan
100 100,00 100,00
penderita diare
   
Cakupan pelayanan kesehatan
100 100,00 100,00
dasar masyarakat miskin
Meningkatnya Peningkatan Cakupan pemantauan
pelayanan status Gizi 100 100 100,00
pertumbuhan balita BGM
kesehatan masyarakat
berdasarkan Cakupan pemberian ASI
50 62,25 124
zonasi wilayah eksklusif 0-6 bulan
untuk  
peningkatan Cakupan pemberian kapsul
layanan vitamin A dosis tinggi pada bayi 87 95,26 105
kesehatan ibu usia 6-11 bulan
dan anak serta  
Cakupan pemberian kapsul
gizi vitamin A dosis tinggi pada 87 95,1 109
balita usia 6-59 bulan

Cakupan pemberian vitamin A


  95 100 100,00
dosis tinggi pada ibu nifas
  Cakupan pemberian Fe 90
92 92,55 100
tablet pada ibu hamil
  Cakupan balita gizi buruk
100 100,00 100,00
mendapat perawatan
Peningkatan Cakupan penjaringan kesehatan
pelayanan 100 59,67 59,67
siswa SD

Hal. 96
kesehatan gigi Cakupan penjaringan kesehatan
dan mulut 100 63,91 63,91
siswa SMP setingkat
Cakupan penjaringan kesehatan 45,10
100 45,10
siswa SMA setingkat
  Cakupan pembinaan kelompok
92 83,33
lanjut usia
Optimalisasi Fasilitas Cakupan persalinan di fasilitas
sarana dan pelayanan yang 92 99,40 108
kesehatan
prasarana sesuai standar
kesehatan Capaian pembuatan profil
100 100,00 100,00
kesehatan puskesmas
Sarana pelayanan kesehatan
100 92 92
yang terakreditasi
Mewujujudkan Peningkatan Cakupan Desa Siaga aktif 92 100 100,00
pola hidup kesehatan
bersih dan lingkungan Persentase rumah yang
60 71,89 119
sehat berbasis memenuhi syarat kesehatan
pemberdayaan Persentase air minum yang
sebagai upaya 86 86,15 100
memenuhi syarat kesehatan
preventif
dibidang  
Persentase air bersih yang
kesehatan 86 77,9 90,5
memenuhi syarat kesehatan
  Persentase keluarga
64 74,5 116
menggunakan jamban sehat
 
Persentase Desa SBS 34 100 100,00
  Persentase cakupan tempat-
tempat umum (TTU) yang 68 67,9 99,8
memenuhi syarat kesehatan
  Persentase cakupan Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM)
68 39,66 58,32
yang memenuhi syarat
kesehatan
  Peningkatan Cakupan Desa Siaga aktif 92 100 100
Promosi
  Kesehatan Cakupan rumah tangga PHBS 70 71,01 71,01

Keberhasilan/peningkatan pencapaian beberapa indikator pada sasaran


peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ini didukung dengan adanya
pembiayaan Operasional Kesehatan yang menunjang pelaksanaan kegiatan
program preventif dan promotif, dana Kapitasi JKN untuk penunjang pelayanan
kuratif, Brigade Siaga Bencana /PSC untuk melayani rujukan dan Emergency,
serta kerjasama dengan SKPD lain seperti program Pansimas yang mempunyai
pegaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan di Kabupaten Bantaeng

Tabel 3.24
Perbandingan Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 s/d 2019

SASARAN
INDIKATOR KINERJA 2016 2017 2018 2019
STRATEGIS

Hal. 97
Cakupan kunjungan ibu
90,4 94 88,76 92,72
hamil K4
Meningkatnya Cakupan pertolongan
pelayanan persalinan oleh tenaga
kesehatan ibu 102 109,22 95,78 90,14
Meningkatnya kesehatan yang memiliki
dan anak kompetensi kebidanan
pelayanan
kesehatan Cakupan pelayanan nifas 91,84 98,7 95,78 82,95
berdasarkan
zonasi wilayah  
Cakupan kunjungan bayi 109,2 107,67 96,67 112,05
untuk
peningkatan   Cakupan Pelayanan anak
99,7 99,5 85,67 55,42
layanan balita
kesehatan ibu   Cakupan peserta KB aktif 72,73 82,5 74,16 88,47
dan anak serta   Cakupan kunjungan ibu
gizi 95,85 100 96,77 103,54
hamil K1
  Cakupan kunjungan
99,4 96,8 90,56 99,27
neonatus lengkap
  Cakupan KB pasca salin 35,77 35,76
 
Cakupan
Desa/kelurahan Universal 95,5 98,5 100 73,1
Child Immunization (UCI)
Pemberantasan Penemuan AFP (Accute
dan Pencegahan Flaccid Paralysis) Rate per
Penyakit 100 100 100 100
100.000 penduduk < 15
tahun
Penemuan dan penanganan
100,0 100 100 100
penderita pneumonia balita
    Penemuan dan penanganan
88,4 110,5 100 100
pasien baru TB BTA positif
    Penemuan dan penanganan
100,0 100 100 100
penderita DBD
    Penemuan dan penanganan
100,0 100 100 100
penderita diare
    Cakupan pelayanan
kesehatan dasar masyarakat 100,0 100 100 100
miskin
Meningkatnya Pemberantasan Cakupan desa/kelurahan
pelayanan dan Pencegahan mengalami KLB yang
kesehatan Penyakit 100,0 100 100 100
dilakukan penyelidikan
berdasarkan epidemiologi < 24 jam
zonasi wilayah Peningkatan
untuk Cakupan pemantauan
status Gizi 100,0 100 100 1000
peningkatan pertumbuhan balita BGM
masyarakat
layanan   Cakupan pemberian ASI
65,2 65,9 70,17 65,25
kesehatan ibu eksklusif 0-6 bulan
dan anak serta   Cakupan pemberian kapsul
gizi
vitamin A dosis tinggi pada 94,0 94,1 94 95,26
bayi usia 6-11 bulan
 
Cakupan pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi pada 93,9 94,81 94,7 95
balita usia 6-59 bulan

Cakupan pemberian vitamin


  91,8 98,7 100 100
A dosis tinggi pada ibu nifas
 
Cakupan pemberian Fe 90
90,4 92,34 88,76 92,55
tablet pada ibu hamil
 
Cakupan balita gizi buruk
100,0 100 100 100
mendapat perawatan
Peningkatan
pelayanan Cakupan penjaringan
90,2 71 88,9 59,67
kesehatan gigi kesehatan siswa SD

Hal. 98
  dan mulut Cakupan penjaringan
  kesehatan siswa SMP 77,11 63,91
  setingkat
  Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SMA 74,82 45,10
setingkat
   
Cakupan pembinaan
35,1 87,93 83,33
kelompok lanjut usia
Optimalisasi Fasilitas
Cakupan persalinan di
sarana dan pelayanan yang 88,77 99,40
fasilitas kesehatan
prasarana sesuai standar
kesehatan
Capaian pembuatan profil
100,0 100 100 100
kesehatan puskesmas

Sarana pelayanan kesehatan


7,7 46,15 92 100
yang terakreditasi

Cakupan Desa Siaga aktif 100,0 100 100 100


Peningkatan
Persentase rumah yang
kesehatan 71,9 79,85 67,6 71,89
memenuhi syarat kesehatan
lingkungan
Persentase air minum yang
86,15 92,55 86,15
Mewujujudkan memenuhi syarat kesehatan
pola hidup   Persentase air bersih yang
95,2 101,35 74,65 77,9
bersih dan sehat memenuhi syarat kesehatan
berbasis   Persentase keluarga
pemberdayaan 104,4 84,7 89,96 74,5
menggunakan jamban sehat
sebagai upaya
preventif   Persentase Desa SBS 46,3 100
dibidang   Persentase cakupan tempat-
kesehatan tempat umum (TTU) yang 87,0 69,38 64,96 67.9
memenuhi syarat kesehatan
  Persentase cakupan Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM)
67,25 39,66
yang memenuhi syarat
kesehatan
  Peningkatan Cakupan Desa Siaga aktif 100,0 100 100 100
  Promosi
Kesehatan Cakupan rumah tangga
68,2 69,4 60,08 71,01
  PHBS

Jika dilihat capaian kinerja tahun ini dengan beberapa tahun terakhir,
maka secara umum rata-rata capaian kinerja pada sasaran Meningkatnya
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Serta Gizi ini mengalami peningkatan.

Tabel 3.25
Perbandingan target kinerja dengan RPJM tahun 2019

CAPAIAN % (2019)
SASARAN
INDIKATOR KINERJA TARGET
STRATEGIS REALISASI KINERJA
RENSTRA
Meningkatnya Meningkatnya Cakupan kunjungan ibu hamil
92,72 98 95
pelayanan pelayanan K4

Hal. 99
Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan ibu 90,14 92 98
kesehatan yang memiliki
dan anak kompetensi kebidanan
Cakupan pelayanan nifas 82,95 96 86
  Cakupan neonatus dengan
kesehatan 100 92 108
berdasarkan komplikasi yang ditangani
zonasi wilayah  
Cakupan kunjungan bayi 112,06 96 116
untuk
peningkatan   Cakupan Pelayanan anak
layanan 55,42 96 58
balita
kesehatan ibu
dan anak serta   Cakupan peserta KB aktif 88,47 88 100
gizi
  Cakupan kunjungan ibu hamil
103,54 98 105
K1
  Cakupan kunjungan neonatus
99,27 92 107
lengkap
 
Cakupan KB pasca salin 35,76 88 41
  Pemberantasan
Cakupan Desa/ Kelurahan
dan Pencegahan 73
Universal Child Immunization  73,1 100,0
Penyakit
(UCI)
Penemuan AFP (Accute Flaccid
Paralysis) Rate per 100.000 100 100,0 100
penduduk < 15 tahun
Penemuan dan penanganan
100 100,0 100
penderita pneumonia balita
    Penemuan dan penanganan
100 100,0 100
pasien baru TB BTA positif
    Penemuan dan penanganan
100 100,0 100
penderita DBD
    Penemuan dan penanganan
100 100,0 100
penderita diare
    Cakupan pelayanan kesehatan
100 100,0 100
dasar masyarakat miskin
Meningkatnya Pemberantasan Cakupan desa/kelurahan
pelayanan dan Pencegahan mengalami KLB yang
kesehatan Penyakit 100 100,0 100
dilakukan penyelidikan
berdasarkan epidemiologi < 24 jam
zonasi wilayah
untuk Peningkatan
Cakupan pemantauan
peningkatan status Gizi 100 92,0 109
pertumbuhan balita BGM
layanan masyarakat
kesehatan ibu   Cakupan pemberian ASI
dan anak serta 65,25 47,0 138
eksklusif 0-6 bulan
gizi
 
Cakupan pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi pada 95,26 87,0 109
bayi usia 6-11 bulan
 
Cakupan pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi pada 95,1 87,0 109
balita usia 6-59 bulan

Cakupan pemberian vitamin A


  100 95,0 105
dosis tinggi pada ibu nifas
  Cakupan pemberian Fe 90
92,55 92,0 100
tablet pada ibu hamil
  Cakupan balita gizi buruk
100 100,0 100
mendapat perawatan

Hal. 100
Peningkatan
Cakupan penjaringan
pelayanan 59,67 100,0 59,67
kesehatan siswa SD
kesehatan gigi
  dan mulut Cakupan penjaringan
  kesehatan siswa SMP 63,91 100,0 63,91
  setingkat
 
Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SMA 45,10 100,0 45,10
setingkat
    Cakupan pembinaan
83,33 92,0 91
kelompok lanjut usia
Optimalisasi Fasilitas Cakupan persalinan di
sarana dan pelayanan yang 99,40 92,0 108
fasilitas kesehatan
prasarana sesuai standar
kesehatan Capaian pembuatan profil
100 100,0 100
kesehatan puskesmas
Sarana pelayanan kesehatan
92 100,0 92
yang terakreditasi
Mewujujudkan Peningkatan Cakupan Desa Siaga aktif 100 92,0 109
pola hidup kesehatan
bersih dan lingkungan Persentase rumah yang
71,89 60,0 119
sehat berbasis memenuhi syarat kesehatan
pemberdayaan Persentase air minum yang
sebagai upaya 86,15 86,0 100
memenuhi syarat kesehatan
preventif
dibidang   Persentase air bersih yang
77,9 86,0 91
kesehatan memenuhi syarat kesehatan
  Persentase keluarga
74,5 64,0 116
menggunakan jamban sehat
  Persentase Desa SBS 100 34,0 136
 
Persentase cakupan tempat-
tempat umum (TTU) yang 67,9 68,0 99
memenuhi syarat kesehatan
  Persentase cakupan Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM)
39,66 68,0 58
yang memenuhi syarat
kesehatan
  Peningkatan Cakupan Desa Siaga aktif 100 92,0 109
Promosi
  Kesehatan
Cakupan rumah tangga PHBS 71,01 70,0 101

Jika melihat perbandingan rata-rata realisasi indikator kinerja sampai


dengan tahun 2019 terhadap target kinerja jangka menengah yang terdapat dalam
Renstra OPD Dinas Kesehatan, maka terdapat 31 indikator yang telah mencapai
target jangka menengah dan 10 indikator yang belum mencapai taget jangka
menengah namun kedua indikator yang belum mencapai target tersebut
dioptimalkan agar di Tahun 2019 (tahun terakhir periode Renstra OPD/RPJMD
Kabupaten Bantaeng) target tersebut dapat dicapai.
Keberhasilan/peningkatan pencapaian beberapa indikator pada sasaran
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ini didukung dengan adanya
pembiayaan Operasional Kesehatan yang menunjang pelaksanaan kegiatan
program preventif dan promotif, dana Kapitasi JKN untuk penunjang pelayanan

Hal. 101
kuratif, Brigade Siaga Bencana /PSC untuk melayani rujukan dan Emergency,
serta kerjasama dengan SKPD lain seperti program Pansimas yang mempunyai
pegaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan di Kabupaten Bantaeng
Dalam Beberapa tahun terakhir Dinas kesehatan melaksanakan beberapa
kegiatan fisik untuk peningkatan sarana dan prasarana kesehatan sesuai dengan
anggaran yang tersedia, sebagai berikut :

1. Rehabilitasi sedang/ berat Puskesmas /Pustu


2. Pengadaan perlengkapan gedung kantor
3. Pengadaan Mobil Ambulance/ Puskel
4. Pengadaan IPAL
5. Pengadaan obat dan pembekalan kesehatan
6. Standarisasi Pelayanan kesehatan dengan Pelaksanaan Akreditasi
Puskesmas
7. Peningkatan status puskesmas dari Rawat jalan menjadi rawat Inap

Sedangkan beberapa Indikator yang belum mencapai targset seperti


Pelayanan Tempat Pewngelolaan Makanan belum mencapai target disebabkan
fasilitas penjualan makanan belum mempunnyai sertifikat Laik Sehat, Cakupan
KB pasca salin belum mencapai target disebabkan pencatatan dan pelaporan yang
kurang kordinasi antara puskesmas dan bidan praktek swasta.

Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja


tahun 2019 untuk pencapaian sasaran peningkatan akses pelayanan
Kesehatan ini adalah sebesar Rp 123.103.693.206- Yang digunakan untuk
pelaksanaan kegiatan Pengadaan obat dan pembekalan kesehatan
Rp.33.170.511.300, Pelayanan kesehatan Masyarakat Miskin yang mendapat
pelayanan kesehatan Rp12.448.422.480-, Penyemrotan /fogging sarang nyamuk
Rp. 257.945.000 -, Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penaykit menular
Rp. 869.601.500,Pencegahan penularan penaykit endemik /epidemik Rp.
258.170.000 Pembinaan bidan desa dalam upaya peninngkatan kesehatan
masyarakat Rp.101.893.500, kemitraan pelayanan JKN Rp. 27.555.710.755,
Peningkatan imunisasi Rp.52.091.000, peningkatan Surveilance dan
penanggulangan wabah Rp.104.856.000, Pelaksanaan akreditasi Puskesmas
Rp.652.375.000 , Penyelenggaraaan Penyehatan Lingkungan Rp. 1.1332.485.900
dan Penyuluhan pola standar hidup sehat Rp.493.764.000,-

Hal. 102
Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian sasaran
peningkatan akses pelayanan kesehatan ini adalah sebanyak 1 sasaran yaitu
Meningkatnya pelayanan kesehatan berdasarkan zonasi wilayah untuk
peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak serta gizi,sedangkan untuk
pencapaian sasaran Peningkatan Kualitas Pelayanan yaitu Optimalisasi sarana
dan prasarana, dan untuk pencapaian sasaran Meningkatkan sanitasi
dasar,lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat dimasyarakat yaitu
Mewujudkan Pola Hidup Bersih dan Sehat Berbasis Pemberdayaan Sebagai upaya
preventive di bidang kesehatan
Dalam mengukur Peningkatan Pelayanan kesehatan berdasarkan zonasi
wilayah untuk peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak serta gizi, dapat
dianalisis sebagai berikut;,
1. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak, Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompotensi kebidanan,
Cakupan kunjungan ibu hamil (K4), Cakupan kunjungan bayi, Cakupan balita
gizi buruk mendapatkan perawatan, telah berhasil memenuhi target
sedangkan untuk Cakupan pelayan Balita,Cakupan Pelayanan Kesehatan
Pendidikan dasa dan Pelayanan Kesehatan Produktif serta cakupan KB pasca
salin 35,76 % masih dibawah targe.
2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar, Persentase Masyarakat Miskin yang
mendapat pelayanan kesehatan, Persentase Sarana Kesehatan dengan
kemampuan Pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat,
terealisasi 100% dari target renstra
3. Pencegahan & Pemberantasan Penyakit , Cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit dan penemuan pasien TB BTA Positif, Cakupan penemuan
dan penanganan penderita DBD yang ditangani, Persentase penanganan
desa/kel yang mengalami KLB<24 jam, Cakupan balita dengan pneumonia
yang ditangani, Persentase penderita kusta yang selesai berobat, dan
penganganan penderita HIV-AIDS, rata-rata terealisasi 100% dari target.
4. Untuk Peningkatan status gizi masyarakat, Cakupan balita mendapat kapsul
vitamin A sebanyak 2 kali pertahun, , sudah teralisasi 100% dari target renstra

Hasil pengukuran sasaran kesehatan untuk Optimalisasi sarana dan prasarana


kesehatan dapat dilihat sebagai berikut;
1. Meningkatkan sarana pelayanan kesehatan yang terakreditasi sudah mencapai
92 % dari target.

Hal. 103
2. Peningkatan capaian pembuatan profil kesehatan sudah mencapai 100 %
Hasil pengukuran sasaran kesehatan untuk Mewujudkan pola hidup bersih
dan sehat berbasis pemberdayaan sebagai upaya preventif di bidang kesehatan
dapat dilihat sebagai berikut :
1. Presentasi cakupan desa siaga,persentase rumah yang memenuhi syarat
kesehatan,persentase air minum,jamban sehat, sudah mencapai target.
2. Peningkatan Promosi kesehatan melalui cakupan rumah tangga ber PHBS
sudah mencapai 71 % dari taget 70 %. .
Beberapa permasalahan yang terjadi dalam rangka pelayanan kesehatan
khususnya mewujudkan pola hidup bersih dan sehat berbasis pemberdayaan
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Balita ,Pelayanan Kesehatan Usia Produktif masih
tidakmencapai target disebabkan tingkat pemahaman masyarakat masih kurang
dalam hal pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan.
2. Tempat Pengelolaan Makanan yang Memenuhi syarat Kesehatan tidak
mencapai target renstra, disebabkan belum optimalnya penerapan regulasi
tentang Laik sehat bagi tempat penjual makanan.
3. Cakupan KB pasca Salin tidak mencapai disebabkan pencatatan dan pelaporan
yang kurang baik
4. Pelayanan kesehatan gigi, mulut serta kesehatan prasekolah dan remaja, dan
murid SD/MI yang mendapat pemeriksaan gigi dan mulut belum mencapai
target realisasi Renstra.
Solusi:
1. Tempat Pengelolaan Makanan yang Memenuhi syarat Kesehatan
a. Penguatan Program
Sasaran kegiatan program adalah :
1. Penyehatan Tempat-Pengelolaan Makanan yang meliputi catering,kantin
sekolah , sarana pegelolaan Makanan lainnya.
2. Pembinaan saranan TPM .

b. Kegiatan
1. Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan
Penegakan Regulasi penerbitan sertifikat laik sehat
2. Sosialisasi kesehatan lingkungan di tempat Pengelolaan Makanan
3. Perbaikan kualitas sanitasi dasar meliputi sarana kualitas air dan
pembuangan limbah.

Hal. 104
4. Meningkatkan kerjasama lintas program, terutama untuk sarana
pendidikan melalui kegiatan UKS.
5. Penguatan Alokasi Sumber Pembiayaan Program
2. Cakupan KB pasca salin
Penguatan Program
Sasaran kegiatan program adalah :
1. Ibu melahirkan /nifas
2. Bidan praktek swasta
3. Dukungan Lintas Sektor
3. Pelayanan kesehatann gigi, mulut serta kesehatan prasekolah dan remaja, dan
murid SD/MI yang mendapat pemeriksaan gigi dan mulut
a. Penguatan Program
Sasaran kegiatan program adalah :
1. Institusi Sekolah/Siswa
2. Petugas Kesehatan
3. Petugas UKS/UKGS/UKGMD
b. Kegiatan
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan Gigi di sekolah/Posyandu dengan
menentukan jadwal pelayanan
2. Pelatihan petugas UKS/UKGS/UKGMD
3. Mendorong terbentuknya Poskestren di setiap pondok pesantren
4. Penguatan Alokasi Sumber Pembiayaan Program
Penyerapan anggaran belanja langsung pada Tahun 2019 sebesar 94,49 %
dari total anggaran yang dialokasikan sebesar Rp. 123.103.693.206.
Jika dilihat dari realisasi anggaran per sasaran, anggaran terbesar pada
program/kegiatan Masyarakat Miskin yang mendapat pelayanan kesehatan
Program penanggulangnan penyakit menular Sedangkan Anggaran terkecil pada
program/kegiatan penyuluhan pola standar hidup sehat .
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator
yang dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber
daya/input tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk
mencapai keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai
sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada Tahun 2019 secara umum
menunjukkan tingkat efisiensi anggaran yang sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat

Hal. 105
bahwa mayoritas dari seluruh sasaran menunjukkan realisasi anggarannya lebih
kecil daripada realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum,
pencapaian kinerja dari aspek program telah dicapai dengan cara yang efisien
karena realiasi anggarannya lebih kecil daripada yang ditargetkan dan juga lebih
kecil daripada realisasi capaian kinerjanya.

Sasaran 8 Meningkatkan Aksestabilitas Antar dan Inter Wilayah

Dalam rangka pencapaian sasaran meningkatnya aksestabilitas antar dan


inter wilayah, maka ditetapkan indikator kinerja panjang jalan dalam kondisi baik.
Evaluasi terhadap pencapaian sasaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Berdasarkan tabel evaluasi pencapaian sasaran meningkatnya
aksestabilitas antar dan inter wilayah dengan indikator Panjang Jalan dalam
kondisi baik, terlihat bahwa capaian kinerjanya sangat baik.

Tabel 3.26
Evaluasi Pencapaian Sasaran
Meningkatkan Aksestabilitas Antar dan Inter Wilayah

TAHUN 2019 CAPAIAN


SASARAN KINERJA
No INDIKATOR SASARAN SATUAN
STRATEGIS TARGET REALISASI (%)

1 2 3 4 5 6 7
8 Meningkatkan
Aksestabilitas Antar 1 Panjang Jalan Dalam Kondisi
Km 401.95 387,310 96,35
dan Inter Wilayah Baik

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 96,35

Dari tabel diatas terlihat bahwa pencapaian indikator Panjang Jalan


dalam kondisi Baik dapat direalisasikan pada tahun 2019 ini sepanjang 387,310
Km dari target sepanjang 401,95 Km atau sebesar 96,35%.
Pencapaian kinerja tersebut didukung oleh pencapaian kinerja yang baik
dari Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
yang dapat diuraikan sebagai berikut ;
Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan
akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang untuk tahun 2019 Pencapaian Indikator tahun 2019 secara ringkas
ditunjukkan oleh tabel berikut ini:

Hal. 106
Tabel 3.27
Capaian Kinerja Bidang Pekerjaan Umum

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%)


Meningkatnya Kapasitas Jalan Persentase Panjang Jalan dan
% 64 67 104
Dan Jembatan Jembatan dalam kondisi mantap
Meningkatnya luas dan
tingkat layanan jaringan
irigasi dan rawa melalui
pembangunan, peningkatan, Kondisi Mantap/Baik Irigasi % 72 65 90,27
rehabilitasi serta operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi
dan rawa
Cakupan ketersediaan layanan air
Meningkatnya pemenuhan % 86 90 104
bersih/air minum masyarakat
sarana dan
Jumlah Rumah Tangga Bersanitasi % 82 77,4 94,39
Rata-rata capaian 98,165

Dari indikator kinerja yang mendukung sasaran strategis ini, satu


indikator kinerja sasaran mencapai target. secara umum rata-rata pencapaian
sasaran Meningkatnya luas dan tingkat layanan jaringan irigasi dan rawa
melalui pembangunan, peningkatan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi dan rawa Meningkatnya pemenuhan sarana dan prasarana
permukiman pedesaan dan perkotaan ini telah berhasil Mencapai target Sangat
Tinggi yaitu dengan capaian 98,165 %.

Tabel 3.28
Perbandingan Capaian Kinerja tahun sebelumnya

Capaian (%)
Indikator Kinerja
2016 2017 2018 2019
Persentase Panjang Jalan dan Jembatan dalam
1. 69 72 73 93
kondisi mantap
2. Kondisi Mantap/Baik Irigasi 80 81 80
Cakupan ketersediaan layanan air bersih/air
3. 80 86 100
minum masyarakat

4. Jumlah Rumah Tangga Bersanitasi 75 75,84 80

Rata-rata capaian 78,96 88,25

Jika dilihat capaian kinerja tahun ini dengan beberapa tahun terakhir,
maka secara umum rata-rata capaian kinerja pada sasaran Peningkatan Kapasitas
Jalan , Meningkatnya luas dan tingkat layanan jaringan irigasi dan rawa
melalui pembangunan, peningkatan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi dan rawa Meningkatnya pemenuhan sarana dan prasarana
permukiman pedesaan dan perkotaan. Rata-rata capaian kinerja tahun 2019
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu dari 78,96 %

Hal. 107
pada tahun 2018 meningkat menjadi 88,25% pada tahun 2019 atau mengalami
peningkatan sebesar 9%.

Tebel 3.29
Perbandingan capaian Kinerja dengan kondisi kinerja target RPJMD

Kondisi kinerja target realisasi sampai


Indikator Kinerja Satuan Capaian (%)
jangka menengah dengan tahun ini
Persentase Panjang Jalan dan Jembatan dalam
1. % 75% 69% 92%
kondisi mantap

2. Kondisi Mantap/Baik Irigasi % 65% 49% 75%

Cakupan ketersediaan layanan air bersih/air minum


3. % 95% 85% 95%
masyarakat
4. Jumlah Rumah Tangga Bersanitasi % 95 75% 80%

Jika melihat perbandingan rata-rata realisasi indikator kinerja sampai


dengan tahun 2018 terhadap target kinerja jangka menengah yang terdapat dalam
Renstra Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang maka 4 indikator yang
Belum mencapai target jangka menengah namun Keempat indikator yang belum
mencapai target tersebut dioptimalkan agar di tahun 2019 (tahun terakhir periode
Renstra OPD/RPJMD Kabupaten Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang)
target tersebut dapat dicapai.
Keberhasilan/peningkatan pencapaian beberapa indikator pada sasaran
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ini didukung dengan adanya
program Pembangunan Infrastruktur Baik Jalan dan Jembatan ,Pemabangunan
Irigasi, Pembangunan Sarana Prasarana Air Minum yang bersumber Pada Dana
alokasi Khusus untuk perbaikan sarana dan prasarana Infrastruktur . Sedangkan
untuk Bidang Irigasi Ketahanan Pangan Merupakan Isu strategis Pemerintah
Pusat yang dituangkan dalam RPJMN sehingga ini menjadi acuan Pemerintah
kabupaten bantaeng dalam pembangunan infrastruktur Irigasi.
Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja
tahun 2019 untuk pencapaian sasaran Meningkatnya Kapasitas Jalan Dan
Jembatan ini adalah sebesar Rp. 59.881.985.000 dan setelah perubahan anggaran
meningkat menjadi Rp. 72.768.370.150 dan dari anggaran tersebut terealisasi
sebesar Rp. 60.480.703.135 atau 83 persen. Dibandingkan rata-rata capaian
kinerja sebesar 93 % berarti tingkat efisiensi sebsar 90 %.
Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian sasaran
Peningkatan Kapasitas Jalan , Meningkatnya luas dan tingkat layanan jaringan
irigasi dan rawa melalui pembangunan, peningkatan, rehabilitasi serta operasi
dan pemeliharaan jaringan irigasi dan rawa Meningkatnya pemenuhan sarana dan
Hal. 108
prasarana permukiman pedesaan dan perkotaan, yaitu: program Pemeliharan
Jalan dan Jembatan,Program Pembangunan jalan dan Jembatan, Program
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan
Lainnya, Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air
Limbah,Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan, dengan 5 kegiatan
Penyerapan anggaran belanja langsung pada Tahun 2019 sebesar 79 %
dari total anggaran yang dialokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran, penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan di sasaran
Tersedianya jalan dan jembatan yang mantap dengan kondisi baik sebesar
minimal 75% pertahun 94 % Sedangkan penyerapan terkecil pada
program/kegiatan di sasaran Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air
Minum dan Air Limbah sebesar 53 %.

Hal. 109

Anda mungkin juga menyukai