Anda di halaman 1dari 4

Strategi Penilaian Kinerja Kementerian Pertanian

Semangat menciptakan pemerintahan yang berorientasi hasil tidak hanya mengemuka di


negara–negara maju, melainkan juga di negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan
ketatalaksanaan dilakukan dalam rangka menyelesaikan permasalahan atau hambatan yang
mengakibatkan penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan optimal atau diperkirakan tidak
berjalan dengan baik. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk menjawab bagaimana bisa
menilai atau tahu informasi secara cepat transparan dan akuntabel dalam melihat capaian
kinerja sebuah instansi pemerintah.

Tingkat keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan diukur dari tingkat kinerja yang


dihasilkannya. Untuk mengetahui tingkat kinerja yang dihasilkan dibandingkan dengan yang
diharapkan, diperlukan pengelolaan kinerja. Dalam pengelolaannya, langkah sederhana yang
memberikan dampak nyata terhadap capaian kinerja pelaksanaan instansi pemerintah biasanya
dengan mengintensifkan pembinaan, khususnya pemerintah daerah untuk memperbaiki
kualitas manajemen kinerja dan anggaran berbasis kinerja. Salah satu penyebab rendahnya
kualitas manajemen kinerja dan anggaran berbasis kinerja adalah komitmen merubah cara kerja
dan budaya kerja birokrasi yang rendah dan kemampuan perencanaan program/kegiatan yang
kurang baik.

Oleh karena itu, pemerintah pusat berupaya merubah mindset dan cara kerja birokrasi. Menurut
Sekretaris Jenderal pada salah satu Kementerian yang ada di Indonesia menyatakan bahwa
melalui pengelolaan kinerja organisasi, diharapkan penyusunan perencanaan kinerja dapat
dilakukan dengan baik sebagai persiapan bagi organisasi dalam menentukan visi, misi dan
tujuan organisasi. Selanjutnya organisasi menyusun dan mengukur capaian kinerjanya
dibandingkan dengan rencana atau target yang telah ditetapkan.

Kementerian Pertanian yang merupakan bagian dari pemerintah berupaya mengedepankan


sistem pelaporan kinerja dengan prinsip transparan dan akuntabel juga mengimplementasikan
prinsip 3E yaitu ekonomis, efektif, dan efisien. Strategi penilaian kinerja harus melakukan
perbaikan pada mekanisme evaluasi kinerja. Aspek ini sangat penting guna menghasilkan
pedoman dalam melakukan penilaian atas capaian yang diperoleh unit organisasi di lingkungan
Kementerian Pertanian dapat diketahui secara realtime, terkini dan menyelesaikan setiap
persoalan yang terjadi.

Untuk itulah, standar pengelolaan kinerja perlu disusun dan ditetapkan untuk memastikan
bahwa pengelolaan kinerja organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian dilaksanakan
secara terstruktur, sistematis dan berkualitas. Hasil yang diperoleh adalah efisien dari sisi
tenaga waktu dan dapat mereduksi biaya secara signifikan.

Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, perlu hadirnya sebuah terobosan atau gagasan
baru pada sisi pengendalian dan pengawasan kinerja organisasi dalam sebuah konsep
“performance”. Yakni sebuah sistem pemantauan dan pengendalian kinerja terintegrasi dalam
rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja unit organisasi dari pusat sampai
daerah. Prinsipnya, sistem ini memudahkan dalam pemantauan progres capaian realisasi dari
indikator Kegiatan Utama (IKU) yang di dalamnya terpantau capaian fisik dan anggaran
secara realtime. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk dashboard pengambilan keputusan di
level pimpinan tertinggi.
Di sisi lain, konsep performance ini pun sebagai solusi jitu dalam mengejewantahkan arahan
Menteri Pertanian dalam peningkatan respon menyelesaikan masalah di lapangan secara cepat.
Kementerian Pertanian harus cepat mengeksekusi langsung terhadap kendala dan hambatan
yang terjadi di lapangan. Pengaplikasian konsep ini sampai pada tataran bawah tentunya
diperlukan peran dari beberapa stakeholder untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang
akan terjadi dari jalannya sebuah sistem pengawasan ini. Ujungnya adalah untuk
peningkatkan good governance.

Sumber: https://nasional.tempo.co/read/1405586/strategi-penilaian-kinerja-kementerian-
pertanian/full&view=ok

Berdasarkan bacaan di atas, mahasiswa diminta untuk:


1. Menjelaskan perubahan sistem baru dan prinsip apa yang dilakukan oleh Kementerian
Pertanian dan dalam rangka meningkatkan good governance?
2. Berdasarkan teori, jelaskan apa saja kriteria dari sebuah sistem yang baik?
3. Sistem pengukuran kinerja konvensional menghasilkan infomasi yang terlalu lambat,
tidak global dan kurang fokus dalam pengambilan keputusan. Agar
organisasi/perusahaan dapat memenangkan persaingan, dibutuhkan sistem
manajemen kinerja yang baru bagi manajemen kinerja organisasi. Jelaskan alasan
mengapa sistem baru bagi manajemen kinerja organsasi baru dibutuhkan!

JAWABAN

1. Kementerian Pertanian yang merupakan bagian dari pemerintah berupaya


mengedepankan sistem pelaporan kinerja dengan prinsip transparan dan akuntabel juga
mengimplementasikan prinsip 3E yaitu ekonomis, efektif, dan efisien. Strategi
penilaian kinerja harus melakukan perbaikan pada mekanisme evaluasi kinerja. Untuk
itulah, standar pengelolaan kinerja perlu disusun dan ditetapkan untuk memastikan
bahwa pengelolaan kinerja organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian
dilaksanakan secara terstruktur, sistematis dan berkualitas. Hasil yang diperoleh adalah
efisien dari sisi tenaga waktu dan dapat mereduksi biaya secara signifikan.

Dalam rangka menerapkan prinsip transparan, akuntabel, ekonomis, efektif, dan efisien
tersebut, Kementerian Pertanian melakukan terobosan atau gagasan baru pada sisi
pengendalian dan pengawasan kinerja organisasi dalam sebuah konsep “performance”.
Yakni sebuah sistem pemantauan dan pengendalian kinerja terintegrasi dalam rangka
meningkatkan akuntabilitas dan kinerja unit organisasi dari pusat sampai daerah.
Prinsipnya, sistem ini memudahkan dalam pemantauan progres capaian realisasi dari
Indikator Kegiatan Utama (IKU) yang di dalamnya terpantau capaian fisik dan
anggaran secara realtime. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk dashboard pengambilan
keputusan di level pimpinan tertinggi.
Apabila dijabarkan lebih lanjut, IKU ini menjadi jawaban dari prinsip dalam
meningkatkan good governance:
 Transparan
Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja pemerintah, maka
diperlukan suatu pengukuran kinerja untuk menunjukan apakah sasaran atau
kegiatan telah berhasil dicapai, yang kemudian dituangkan dalam Indikator Kinerja
Utama (IKU). Dari capaian IKU inilah disusun Laporan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) terkait capaian fisik dan anggaran secara
realtime yang terbuka diakses publik sehingga meningkatkan transparansi
informasi laporan keuangan dan kinerja.

 Akuntabel
Akuntabel memiliki artian sebagai suatu hal yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam konsep performance yang dijalankan Kementerian Keuangan tersebut
terukur dan dapat terpantau progres capaian realisasi dari target IKU yang ada, yang
tentunya meningkatkan akuntabilitas dan kinerja unit organisasi dari pusat sampai
daerah, yang kemudian hasilnya disusun Laporan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) secara periodik.

 Ekonomis
Pengelolaan kinerja organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian dilaksanakan
secara terstruktur, sistematis dan berkualitas. Hasil yang diperoleh adalah efisien
dari sisi tenaga waktu dan dapat mereduksi biaya secara signifikan.

 Efektif
Agar sasaran kegiatan dapat berjalan secara efektif maka ditetapkan IKU yang
menjadi prioritas sebagai suatu bentuk penajaman sasaran sehingga diharapkan
tujuan visi dan misi organisasi dapat tercapai. Dengan adanya konsep performance
ini menghasilkan pedoman dalam melakukan penilaian atas capaian yang diperoleh
unit organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian dan dapat diketahui secara
realtime, terkini, dan menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi.

 Efisien
Hasil yang diperoleh dengan penerapan konsep performance ini adalah efisien dari
sisi tenaga waktu, hal ini karena dengan adanya IKU maka dapat dipantau capaian
fisik dan anggaran secara realtime, sehingga efisiensi anggaran dapat dilakukan
secara optimal sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.

2. Kriteria sistem yang baik meliputi:


 Sesederhana mungkin
 Sedikit mungkin memerlukan pekerjaan administrasi dan birokrasi
 Sedikit mungkin memerlukan waktu
 Memberikan kenyamanan maksimal, dan
 Memenuhi kebutuhan manajer, karyawan, dan organisasi

3. Sistem pengukuran kinerja tradisional (konvensional) menghasilkan informasi yang


terlalu lambat, terlalu global, kurang fokus, dan terlalu terdistorsi bagi manajer untuk
melakukan proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

Sistem baru bagi organisasi baru dibutuhkan karena sistem pengukuran kinerja finansial
tidak mampu mengakomodasi tuntutan persaingan pasar bebas. Penelitian-penelitian
tentang keterbatasan sistem pengukuran kinerja finansial telah banyak dilaksanakan,
namun hasilnya belum memuaskan semua pihak karena keterbatasan sistem
pengukuran kinerja finansial adalah ketidakmampuan pengukuran yang didasarkan atas
sistem akuntansi dalam menampung kebutuhan sistem operasi perusahaan saat ini.

Keterbatasan sistem pengukuran kinerja finansial ini dijelaskan oleh Kaplan (1983) dan
Cooper, et al. (1992) meliputi:
(1) kekurangrelevanan (ketidakcocokan) sistem pengukuran kinerja berbasis finansial
bagi pengelolaan usaha saat ini (lack of relevance),
(2) sistem konvensional berorientasi pada pelaporan kinerja masa lalu (lagging
metrics),
(3) berorientasi jangka pendek (short-termism),
(4) kurang luwes atau fleksibel (inflexible),
(5) tidak memicu perbaikan (does not foster improvement),
(6) dan sering rancu pada aspek biaya (cost distortion).

Sumber:
Buku Materi Pokok EKMA4263
http://rb.pertanian.go.id/

Anda mungkin juga menyukai