Anda di halaman 1dari 23

PROSEDUR AUDIT OPERASIONAL TERHADAP INSTANSI

PEMERINTAHAN BADAN PENDAPATAN DAERAH


KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Disusun Oleh

MUH REZA SAPUTRA

1219200095

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pengelolaan di instansi pemerintah dan perusahaan


salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana
meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja perusahaan
karena manajemen selalu mendapatkan permasalahan dalam
pengadaan dan pengelolaan berbagai sumber daya, sarana dan
prasarana yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan yang kemungkinan juga mengandung beberapa
kepentingan pribadi dalam manajemen tersebut dalam menyajikan
hasil usaha sehingga berpengaruh pada kualitas laporan keuangan.

Untuk meningkatkan dan menjaga efisiensi, efektivitas dan


produktivitas kerja perusahaan serta kualitas laporan keuangan
dibutuhkan audit operasional tangguh untuk mengetahui atau
mengidentifikasi permasalahan atau kekurangan dalam suatu
instansi atau perusahaan. Agar perekonomian suatu negara dapat
beroperasi secara efisien,efektif dan produktif maka pada setiap
perputaran perekonomian perlu disediakan informasi keuangan yang
handal, yang memungkinkan para investor memutuskan ke usaha-
usaha apa dana mereka di investasikan (Mulyadi, 2002:11).

Perkembangan teknologi dan ekonomi, setiap negara pasti


membutuhkan pemerintahan yang baik dalam membangun negara
sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Untuk pencapai
keberhasilan tersebut setiap pemerintahan harus dapat mengelolah
sumber daya yang ada, salah satunya adalah keuangan.

Seiring dengan berkembangnya perekonomian, pemerintahan


dipusat maupun didaerah dituntut untuk meningkatkan kinerja
manajemen operasionalnya dalam mencapai tujuan, tidak jauh
berbeda dengan perusahaan pada umumnya instansi pemerintah juga
harus perlu memperlihatkan kegiatan operasinya untuk
mempertanggung jawabkan kegiatan yang bersifat operasional.

Audit operasional lebih lebih dikaitkan pada efisiensi dan


efektifitas termasuk mengevaluasi pengendalian internal dan menguji
efektivitas pengendalian dengan kata lain pengujian atas
pengendalian sebagai bagian dari suatu audit operasional. (Arens
Dan Loebbecke, 1997:829-833).

Audit operasional dirancang secara sistematis untuk mengaudit


aktivitas, program program yang diselenggarakan, atau sebagian dari
entitas yang bisa diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah
sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien serta apakah
tujuan dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai dan tidak
melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.

Audit dilakukan untuk memastikan bahwa proses operasi


didalam perusahaan telah berjalan sesuai dengan peraturan dan
kebijakan yang berlaku serta pengelolaan sumber daya dalam proses
tersebut berjalan secara efektif dan efisien tentunya untuk
mendapatkan dan mengevaluasi informasi untuk menentukan apakah
pengelolaan keuangan, operasi atau aktivitas telah sesuai dengan
kriteria, kebijakan atau regulasi yang mendasarinya. (Bayangkara,
2008:2).

Mengingat perkembangan bisnis yang semakin cepat menuntut


pengelolaan instansi pemerintahan yang lebih baik, sebab saat ini
kebanyakan kasus kecurangan seperti Korupsi dan sejenisnya pada
instansi pemerintah salah satunya diawali dari buruknya pengelolaan
operasionalnya, Maka dari itu audit operasional sangat dibutuhkan
untuk mendeteksi dan memperhitungkan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang diperkirakan akan timbul maka akan
diperoleh suatu hasil yang dapat diketahui hasilnya secara jelas dan
terukur dalam jangka waktu yang ditentukan.

Audit ini akan menghasilkan informasi bagi manajemen Instansi


Pemerintah mengenai problema yang dihadapi dalam melaksanakan
kegiatan operasional yang memerlukan perbaikan guna mencapai
tingkat operasi yang lebih efisien dan ekonomis. Jadi sebenarnya
audit operasional berorientasi pada usaha peningkatan efesiensi
operasi/aktivitas manajemen. Sehingga nantinya dengan adanya
audit operasional, manajemen akan bisa menilai apakah kegiatan
yang sifatnya operasional yang telah dilaksanakan oleh instansi
pemerintah tersebut sudah efektif, efisien, dan ekonomis.

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit


yang dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi
ketentuan atau standar auditing. Standar auditing mencakup mutu
profesional (profesional qualities) auditor independen, pertimbangan
(judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporan auditor.

Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan salah satu bagian


dari provinsi Sulawesi Selatan. Dalam menjalankan roda
pemerintahannya, kabupaten Sidenreng Rappang juga memerlukan
sistem pemerintahan yang baik dan juga memerlukan dana yang
cukup besar dalam menyelenggarakan kegiatan pembangunan
daerah diberbagai sektor. Dana pembangunan tersebut diusahakan
sepenuhnya oleh pemerintah daerah yang bersumber dari
penerimaan dari kabupaten Sidenreng Rappang. Sumber penerimaan
daerah tersebut sebagian besar bersumber dari pajak.
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang
sebagai Satuan Kerja Daerah yang diberikan kewenangan
mengamban tugas di bidang Pendapatan, sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dimana Pemerintah Daerah mempunyai hak mengelola
Pendapatan Daerah, antara Iain memungut Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya yang berada di Daerah,
mendapatkan sumber-sumber pendapatan yang sah guna
pambiayaan kegiatan Pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.

Menurut penelitian Agus setiawan (2012) yang berjudul Faktor-


Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Operasional Terhadap
instansi Pemerintah yaitu salah satunya Auditor belum mentaati
secara keseluruhan prosedur atau standar pemeriksaan dan aturan
perilaku pemeriksaan yang telah ditetapkan dan juga lamanya waktu
(jumlah tahun) auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan.

Dalam hal ini audit operasional diharapkan menghasilkan


informasi bagi manajemen instansi pemerintah mengenai masalah
dalam kegiatan operasional yang memerlukan perbaikan guna
mencapai tingkat operasi yang efektif ,efisien dan ekonomis.
Berdasarkan permasalahan dari latar belakang diatas maka penulis
tertarik mengambil judul “Prosedur Audit Operasional Terhadap
Instansi Pemerintahan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Sidenreng Rappang”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Prosedur Audit Operasional
pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah
yang dikemukakan diatas adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui Prosedur audit operasional pada Badan
Pendapatan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi
tambahan/pelengkap pemikiran pada Badan Pendapatan
Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang untuk dijadikan
masukan dan pertimbangan.
b. Dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi para pembaca dan
referensi bagi peneliti lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian teori

1. Audit

Menurut Sukrisno Agoes (2011:4) sebagai berikut: “Auditing


adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.

Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2012:3) adalah: “Audit


adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara teknis dan
sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.

Jadi dapat disimpul bahwa audit adalah salah satu


pemeriksaan yang sistematis yang dilakukan oleh pihak inpenden
dalam bukit bukti dengan tujuan dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan

a. Tujuan Audit
Audit dilakukan tentunya memiliki tujuan tertentu. Mengacu
pada pengertian audit di atas, adapun tujuan audit adalah
sebagai berikut:
1. Memastikan Kelengkapan (Completeness) Audit dilakukan
untuk memastikan bahwa semua transaksi yang terjadi
telah dicatat atau dimasukkan ke dalam jurnal dengan
segala kelengkapannya.
2. Memastikan Ketepatan (Accuracy) Kegiatan audit juga
bertujuan untuk memastikan semua transaksi dan saldo
perkiraan telah didokumentasikan dengan baik,
perhitungannya benar, jumlahnya tepat, dan
diklasifikasikan berdasarkan jenis transaksi.
3. Memastikan Eksistensi (Existence) Dengan adanya audit
maka pencatatan semua harta dan kewajiban memiliki
eksistensi sesuai dengan tanggal tertentu. Dengan kata
lain, semua transaksi yang dicatat sesuai dengan kejadian
yang sebenarnya.
4. Membuat Penilaian (Valuation) Kegiatan audit juga
bertujuan untuk memastikan bahwa semua prinsip
akuntansi yang berlaku umum telah diaplikasikan dengan
benar.
b. Jenis-jenis Audit Oprasional
menurut Arens et al. (2015:32) membagi audit menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Audit Operasional (Operational Audit) Audit operasional
bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas
dari prosedur operasi di setiap devisi dalam perusahaan.
Hasil dari sebuah operasional audit adalah rekomendasi
untuk peningkatan kegiatan operasional. Cakupan audit
operasional tidak hanya terbatas pada devisi akuntansi,
tetapi juga divisi produksi, pemasaran, teknologi
informasi, dan lain-lain. Secara praktik, auditor
operasional lebih mirip konsultan manajemen daripada
auditor itu sendiri. Hal ini disebabkan karena kriteria atau
standar audit yang dijunjung adalah standar dari
perusahaan sendiri bukan standar audit laporan
keuangan sehingga akan menjadi subjektif.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Audit kepatuhan
bertujuan untuk menentukan apakah suatu perusahaan
telah mengikuti, prosedur, peraturan, atau regulasi yang
diatur oleh pihak yang berwenang. Tidak seperti audit
laporan keuangan yang akan dilaporkan hasil audit ke
user atau BAPEPAM dalam bentuk laporan audit, audit
kepatuhan hanya akan melaporkan hasil auditnya ke
manajemen karena manajemen adalah pihak yang
berkepentingan melihat kepatuhan perusahaan atas
prosedur dan regulasi yang ditetapkan. Audit Laporan
Keuangan (Financial Statament Audit) Jenis audit yang
terakhir adalah audit laporan keuangan, audit ini yang
paling umum dilakukan oleh auditor.
3. Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan
apakah laporan keuangan dan informasi yang terdapat
didalamnya telah disajikan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Kriteria yang dimaksud adalah Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk negara
Amerika. Internation Financial Reporting Standard (IFRS)
untuk negara-negara Uni Eropa, Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk indonesia, dan lain-
lain.
2. Pengertian Audit Oprasional
Menurut Bayangkara (2008: 2) mendefinisikan audit
operasional sebagai pengevaluasian terhadap efesiensi, dan
efektifitas perusahaan, dalam konteks audit operasional,
manajemen meliputin seluruh operasi internal perusahaan yang
harus dipertanggung jawabkan kepada pihak yang memiliki
wewenang yang lebih tinggi.
Menurut BPKP (2005) dalam Cahyoko Audit oprasional
adalah pemeriksaan yang sistemetis terhadap kegiatan, program
organisasi dan seluruh atau sebagian dari aktivitas dengan tujuan
menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana
digunakan secara ekonomisdan efisien dan apakah tujuan
program, kegiatan, aktivitas, yang telah direncanakan dapat
dicapai dengan tidak bertetangan dengan peraturan, ketentuan
dan undang-undang yang berlaku.
Audit operasional adalah pemeriksaan sistematis terhadap
aktivitas operasi organisasi dalam hubungan dengan tujuan
tertentu, atau dapat diartikan sebagai proses mengidentifikasi
peluang untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas.
Darsono dan Ashari (2005:30-31).
Audit ini biasanya bertujuan untuk kelompok sebagai berikut :
1. Menilai kinerja, yang berhubungan dengan pemeriksaan
kinerja organisasi dibandingkan dengan kebijakan dan tujuan
yang diinginkan perusahaan.
2. Mengidentifikasi peluang untuk perbaikan, dimana dengan
audit ini diharapkan auditor bisa mengidentifikasi peluang
untuk meningkatkan produktivitas,efisiensi dan evektifitas.
3. Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindak
lanjut, dengan audit ini diharapkan akan ada saran atau
rekomendasi khusus untuk perbaikan kinerja perusahaan.
Sedangkan menurut Institute of Iinternal Auditor (IAA)
(2008:11) dalam Darsono dan Ashari Mendefinisikan audit
operasional sebagai proses sistematis yang mengevaluasi
efektivitas, efisiensi dan keekonomisan operasi organisasi yang
berada dalam pengendalian manajemen. Audit operasi dilaporkan
kepada manajemen, atau badan yang meminta audit mengenai
hasil- hasil dari evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan.
Bagian-bagian penting dari defenisi audit operasional adalah.
1. Proses yang sistematis , merupakan serangkaian langkah
atau prosedur yang logis, terstruktur dan terorganisasi. Aspek
ini meliputi perencanaan yang baik, serta perolehan dan
evaluasi secara objektif atas bukti yang berkaitan dengan
aktivitas yang sedang diaudit.
2. Melakukan evaluasi terhadap operasi organisasi, dimana
evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa
kriteria yang telah ditetapkan dan disepakati. Dalam auditing
operasional, kriteria sering dinyatakan dalam bentuk standar
kinerja yang ditetapkan manajemen. Namun dalam beberapa
kasus, standar ini bisa ditetapkan oleh suatu badan
pemerintahan atau industri.
3. Utama dari audit operasional adalah untuk membantu
manajemen organisasi yang diaudit dalam meningkatkan
efektivitas, efisiensi dan keekonomisan Tujuan operasi.
4. Audit operasional dilaporkan kepada manajemen, individu
atau badan yang meminta audit.
5. Audit operasional memberikan rekomendasi perbaikan.
Dalam hal ini audit operasional sangat penting bagi
manajemen perusahaan atau instansi pemerintah karena dari hasil
audit dapat diketahui apakah laporan yang diberikan oleh
manajemen sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi
dan apakah operasi yang berjalan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu audit operasional
sangat diperlukan dalam pelaksanaan proses audit.

3. Prosedur Audit Oprasional


Penyelidikan khusus yang dilakukan, data yang diuji dan teknik
yang diterapkan akan bervariasi, tergantung pada organisasi yang
akan diaudit (Tunggal, 2003:15). Adapun tahapan dari audit
operasional secara garis besar yaitu :
a. Usulan dan pengenalan Dalam tahap ini, auditor mengenali
tujuan organisasi secara keseluruhan, agar dapat menilai
tiap aktivitas, unit atau fungsi dalam organisasi.
b. Survey pendahuluan Dalam tahap ini, auditor melakukan
penilaian pendahuluan atas aktivitas yang akan diuji.
c. Pengujian detil Selama tahap ini, auditor mengidentifikasi
area yang akan menjadi perhatian manajemen.
d. Mengembangkan dan menelaah temuan audit Dalam
menilai kinerja operasional, hal utama yang diperlukan
adalah mendefinisi standar operasional atau kriteria
penilaian (operational standards or criteria for appraisal),
e. Pelaporan Laporan pemeriksaan manajemen merupakan
alat yang formal untuk memberitahukan manajemen puncak
tentang temuan auditor yang signifikan serta
rekomendasinya.
f. Tindak Lanjut Tindak lanjut setelah audit dilakukan untuk
memastikan bahwa rekomendasi yang dimasukkan dalam
laporan audit benarbenar telah dilaksanakan Efisiensi,
Efektivitas, dan Ekonomis

4. Tujuan Audit Oprasional


Menurut Tunggal dalam Irwadi (2016:63), ada beberapa tujuan
dari audit operasional, adalah sebagai berikut :
1. Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan
dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor
operasional dan untuk menunjukkan perbaikan apa yang yang
dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi
yang bersangkutan.
2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi
yang paling efisien.
3. Untuk menyusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat
untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri
kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien.
4. Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari
pengelolaan.
5. Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan
dengan setiap fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan
dasar pelayanan kepada manajemen.
6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam
pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung
jawab mereka.

Bayangkara (2016:5) dalam bukunya menyebutkan audit


operasional bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program, dan
aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga rekomendasi
yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan dalam pengolahan
berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut. Audit
diarahkan pada berbagai objek audit yang kemmungkinan dapat
diperbaiki dimasa yang akan datang, dan juga mencegah
kemungkinan terjadinya berbagai resiko kerugian. Adapun maksud
dari keduanya dijelaskan sebagai berikut :

1. Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan


melakukan kegiatan operasinya sehingga dapat tercapai
optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki.
2. Efektivitas dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu
perusahaan untuk mencapai tujuannya .

5. Ruang Lingkup Audit Oprasional


Menurut Bayangkara (2016:8) , ruang lingkup audit operasional
diarahkan untuk menilai secara keseluruhan pengelolaan
operasional objek audit, baik dari fungsi manajerial (perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian) maupun fungsi-
fungsi bisnis perusahaan yang secara keseluruhan ditujukan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Menurut Tunggal (2010:72) ruang
lingkup audit operasional bisa ditentukan dengan menggunakan
pedoman-pedoman sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup audit operasional harus sesuai dengan
objektif yang ingin dicapai
2. Tujuan audit operasional harus jelas untuk memungkinkan
dibuatnya rencana audit yang memadai.
3. Audit harus dibatasi pada bidang-bidang dimana hasil-hasil
yang spesifik akan dapat disusun dan dilaporkan.
4. Audit harus dibatasi pada usaha penilaian prestasi daripada
penilaian kapasitas individual.

Berdasarkan uraian diatas, ruang lingkup audit operasional


lebih luas dibanding audit keuangan. Hal ini dikarenakan audit
manajemen tidak hanya menitikberatkan pada masalah keuangan
saja, tetapi juga mencakup masalah diluar keuangan. Pada audit
keuangan, ruang lingkup audit hanya berkisar pada bukti-bukti
transaksi dan proses akuntansi yang diterapkan pada objek audit,
sedangkan pada audit manajemen ruang lingkup audit meliputi
keseluruhan fungsi manajemen dan unit-unit yang terkait
didalamnya.

6. Tahapan Audit Oprasional


Menurut Bayangkara (2015:167) terdapat beberapa tahapan
yang harus dilakukan dalam audit operasional, diantaranya adalah
:
1. Audit Pendahuluan. Audit pendahuluan dilakukan untuk
mendapatkan sebuah informasi latar belakang objek yang
akan diaudit. Selain itu, pada audit ini juga dilakukan penelaah
terhadap berbagai aturan.
2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen. Pada tahap
ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap
pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan unntuk
menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung
pencapaian tujuan perusahaan.
3. Pelaporan, Pada tahap ini mempunyai tujuan untuk
mengomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang
diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan
disajikan dalam bentuk komrehensif (menyajikan temuan-
temuan penting hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit
dan rekomendasi).Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa
yang operasional dan mudah dimengerti serta menarik untuk
ditindaklanjuti.
4. Tindak Lanjut.Dalam audit operasional tindak lanjut merupakan
tahapan akhir yang bertujuan untuk mendorong pihak-pihak
yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut (perbaikan)
sesuai dengan rekomendasi yang telah diberikan. Auditor tidak
mempunyai wewenangan untuk mewajibkan manajemen untuk
melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang
diberikan.

7. Badan Pendapatan Daerah


a. Pengertian Badan Pendapatan Daerah
Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 pendapatan
daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dari periode tahun yang
bersangkutan. Transaksi penerimaan daerah meliputi semua
penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang
menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu
tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
Pendapatan daerah sebagai salah satu sumber keuangan
daerah pada hakekatnya bila dibandingkan dengan
sumbersumber keuangan lainnya menempati posisi yang paling
strategis diakibatkan dengan sumber keuangan yang bersumber
dari daerah inilah yang dapat mendorong kreatifitas dan
keleluasaan masing-masing daerah semaksimal mungkin untuk
mendapatkan sumber pendapatannya berdasarkan kewenangan
yang ada padanya menurut Nasution (2009: 123).
b. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan, bahwa
sumber pendapatan atau penerimaan daerah terdiri atas :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD ) Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah pendapatan yang diperoleh oleh daerah dan
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
2. Pajak daerah Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun
2009 pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah
yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang , tidak
mendapatkan 17 imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah yang berguna untuk kemakmuran
rakyat.
3. Retribusi Daerah Retribusi daerah merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah daerah atau pendapatan
daerah yang digunakan untuk membiayai kepentingan
pemerintah daerah, salah satunya adalah membiayai
pembangunan di daerah, dimana setiap orang wajib
membayar retribusi sesuai dengan kewajiban dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku atas jasa
yang diberikan pemerintah kepada masyarakat.
4. Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah yang Dipisahkan
Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan keuangan
daerah yang dipisahkan, dirinci menurut objek
pendapatan yang meliputi bagian dari laba atas
keterkaitan modal pada perusahaan Negara/BUMN dan
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan
milik swasta.
5. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Menurut
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelakan
tentang Pendapatan Asli Daerah yang sah disediakan
untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak
termasuk dalam jenis pajak daerah, dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan
6. Dana Perimbangan Dana perimbangan merupakan dana
yang berasal dari 18 Penerimaan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah
untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana perimbangan
disebut juga transfer. Transfer merupakan konsekuensi
dari tidak meratanya keuangan dan ekonomi daerah.
7. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Lain-Lain
pendapatan yang sah adalah pendapatanpendapatan
yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah,
retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas. Penerimaan
lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri atas
pendanaan hibah dan pendapatan dana darurat. Hibah
atau bantuan dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya,
badan lembaga atau organisasi swasta dalam negeri,
kelompok masyarakat atau perorangan dan lembaga luar
negeri yang tidak mengikat. Dana darurat dari pemerintah
dalam rangka menanggulangi korban atau kerusakan
akibat bencana alam dan krisis solvabilitas.

B. Peneliti terhadulu
Nur Aswing (2014). Prosedur Audit Operasional Terhadap
Instansi Pemerintah Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar. Audit
operasional terhadap instansi pemerintah Dinas Pendapatan Daerah
Kota Makassar dimaksudkan untuk mengidentifikasi kegiatan, program
dan aktifitas yang memerlukan perbaikan atau penyempurnaan dengan
tujuan agar pengelolaan kegiatan, program dan aktifitas dilaksanakan
secara ekonomis,efisisen dan efektif.
Cahyoko (2005). Prosedur Pelaksanaan Audit Operasional
Terhadap Instansi Pemerintah Pada Kantor Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan ( Bpkp ) Provinsi Jawa
Tengah. Audit Operasional terhadap Instansi Pemerintah yang
dilakukan oleh Kantor perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah sudah
cukup baik sesuai dengan pedoman pemeriksaan operasional yang
telah dibuat oleh BPKP Pusat. Dari hasil penelitian di atas diharapkan
agar Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah dalam
melaksanakan Audit Operasional terhadap instansi Pemerintah
menggunakan semua Folmulir Kendali mutu yang ada dan
meningkatkan kinerja dalam Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa
Tengah.
Fenansius (2018). Prosedur Pelaksanaan Audit Operasional
Terhadap Isntansi Pemerintah Pada Kantor Inspektorat Kabupaten
Belu. prosedur pelaksanaan audit operasional yang dilaksanakan pada
kantor Inspektorat sudah dilakukan sesuai dengan prosedur dan
standar yang ada. Serta audit operasional yang dilakukan oleh APIP
memberikan dampak positif yaitu berupa kemajuan pelayanan yang
diberikan oleh OPD.
C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan unsur pokok penelitian guna


persamaan persepsi tentang bagaimana hubungan suatu teori dengan
faktor-faktor yang penting yang berhubungan dengan judul penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, dan penelitian
sebelumnya maka dapat dibentuk kerangka dalam penelitian ini, yaitu
pada gambar di bawah ini:

Badan Pendapatan Daerah


Kabupaten Sidrap

Instansi Pemerintah

Prosedur audit Oprasional

Tahapan Audit Oprasional

Kesimpulan Audit Oprasional


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,
metode kualtitatif deskriptif. Adapun metode kulatitatif deskriptif
adalah metode yang digunakan peneliti untuk menemukan
pengetahuan atau teori terhadap penelitian pada satu waktu tertentu.

B. Waktu dan Tempat Peniltian


Penelitian ini akan dilakukan selama 2 bulan bertempat di
kantor Badan Pendapatan Daerah ( BAPENDA ) Kabupaten Sidrap
yang terletak di jalan Harapan Baru Kompleks SKPD Blok A No.1,
Kel. Arawa, Kec. Watang Pulu, Kab. Sidrap, Sulawesi Selatan.

C. Jenis Dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Jenis data
1. Data Primer
Menurut Sekaran dan Bougie (2016:113) Data primer merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber aslinya. Data primer dapat berupa opini subjek secara
individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda
atau fisik, kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
2. Data Sekunder
Menurut Sanusi (2014:104) data sekunder adalah data yang
sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain. Dalam penelitian
ini, data sekunder berupa request bahan baku faktur.
b) Sumber Data
Menurut Lofland (dalam Moleong, 2013: 157) “Sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sumber data
akan diambil dari dokumen, hasil wawancara, catatan lapangan dan
hasil dari observasi.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan yang dilakukan adalah sebagai berikut
1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung suatu objek yang
akan di teliti untuk mendapatkan data tentang prosedur Audit
Operasional Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Sidrap.
2. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dimana peneliti
mengajukan pertanyaan- pertanyaan untuk mendapatkan
informasi yang diharapkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya.
(Arikunto dan Suharsimin, 2000:106). Metode dokumen ini
digunakan untuk mengumpulkan data tentang Prosedur Audit
Operasional Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Sidrap.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
1. Pengumpulan data Dalam penelitian kualitatif, proses

pengumpulan data bergerak dari lapangan/ranah empiris dalam

upaya membangun teori dari data.

2. Reduksi data Reduksi data adalah proses penggabungan dan

3. penyeragaman segala bentuk data menjadi bentuk tulisan yang

akan dianalisis.

4. Klasifikasi data Data-data yang telah diperoleh selama

pengumpulan data kemudian di klasifikasikan sesuai dengan

jenisnya.

5. Penyajian data Data-data yang telah terkumpul dan telah

dikelompokkan sesuai kategorinya masing-masing agar

memudahkan peneliti dalam penarikan kesimpulan.

6. Menarik kesimpulan Dalam tahap ini, peneliti membandingkan

data-data yang telah diperoleh dengan data-data hasil wawancara

dengan informan yang bertujuan untuk menarik kesimpulan dari

permasalahan yang diteliti.


DAFTAR PUSTAKA

ARNES, A, A., jAMES, & lOEBBECKE. (1997). auditing pendektan


terpadu. PT. SALEMBA EMPAT.
Ahmad Rijali.(2019).Analisis Kualitatif.Jurnal Ilmu Dakwah
Agus setiawan. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit
Operasional Terhadap instansi Pemerintah. Skripsi Universitas
Negeri Malang

Aswing, Nur. 2014. Prosedur Pelaksanaan Audit Operasional terhadap


Instansi Pemerintah Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.
Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar

Baddu.B.(2021).Peran Audit Manajemen Dalam Menikatkan Penerimaan


Pendapatan Daerah.Skripsi
Cahyoko. 2005. Prosedur Pelaksanaan Audit Operasional terhadap
Instansi Pemerintah Pada Kantor Perwakilan Badan Pengawasan
Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Tengah.
Skripsi Universitas Negeri Semarang.

durahman, A. a. (2019). ENGARUH AUDIT SUMBER DAYA MANUSIA


DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS
KINERJA KARYAWAN (Survey Pada PT Pindad (Persero), PT
INTI (Persero) dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) ). skripsi.
hijayati, R. a., AR, M. D., & hUSAINI, A. (2014). Analisis audit oprasional
dalam upaya meningkatkan efektifitas efesiensi dan ekonomis
bagian produksi.I.B.K, b. (2016). audit implementasi dan
manajemen. buku.
Refitasari, A. (2019). MENGENAL TUJUAN DAN TAHAPAN AUDIT
SISTEM INFORMASI. Jurnal.Sepbeariska Manurung, S.E., M.Si,
Dkk (2022). auditing. media sains
indonesia.bukuhttps://eprints.ums.ac.id/56867/27/BAB%20III-
70.pdf

Anda mungkin juga menyukai