Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Kerangka Teori dan Literatur


2.1.1 Pengertian dari Audit

Pemeriksaan (Auditing) memiliki berbagai macam pengertian dari


beberapa sumber, berikut ini beberapa pengertian yang penulis kutip :
1. Menurut Arens, Elder dan Beasley (2015) dalam bukunya yang berjudul
Auditing and Assurance Services menyatakan bahwa,―Auditing is the
accumulation and evaluation of evidence about information to determine
and report on the degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a competent,
independent person.”
2. Menurut Mayangsari, S. & Wandanarum, P. (2013) audit adalah ― Suatu
proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai buktibukti secara
objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakantindakan
dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.‖
3. Menurut Mulyadi (2010), menyatakan bahwa audit adalah, ―Suatu proses
sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi buktibukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang tindakan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
pernyataan–pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta penyampaian hasil–hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.‖
Dari beberapa definisi diatas penulis mencoba menjabarkan audit
dengan arti yaitu sebuah kegiatan yang dilakukan oleh pihak independen secara
objektif dalam usaha meningkatkan kinerja suatu entitas dengan cara
mengidentifikasi indikasi-indikasi penyebab terjadinya suatu kesalahan dengan
bertujuan memberi bahan masukan untuk perbaikan.

7
8

2.1.2 Jenis-jenis Audit

Arens, Beasley, dan Elder (2015:32) membagi audit menjadi tiga


jenis, yaitu:
1. Audit operasional (operational audit)
Audit operasional bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi
dan efektivitas dari prosedur operasi di setiap divisi dalam
perusahaan. Hasil dari sebuah operasional audit adalah rekomendasi
untuk peningkatan kegiatan operasional. Cakupan audit operasional
tidak hanya terbatas pada divisi akuntansi, tetapi juga divisi
produksi, pemasaran, teknologi informasi, dll. Secara praktik, auditor
operasional lebih mirip konsultan manajemen daripada auditor itu
sendiri. Hal ini disebabkan karena kriteria atau standar audit yang
dijunjung adalah standar dari perusahaan sendiri bukan standar
audit laporan keuangan sehingga akan menjadi subjektif.
2. Audit kepatuhan (compliance audit)
Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah suatu
perusahaan telah mengikuti, prosedur, peraturan, atau regulasi yang
diatur oleh pihak yang berwenang. Tidak seperti audit laporan
keuangan yang akan melaporkan hasil audit ke user atau BAPEPAM
dalam bentuk laporan audit, audit kepatuhan hanya akan
melaporkan hasil auditnya ke manajemen karena manajemen adalah
pihak yang berkepentingan melihat kepatuhan perusahaan atas
prosedur dan regulasi yang ditetapkan.
3. Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Jenis audit yang terakhir adalah audit laporan keuangan, audit ini
yang paling umum dilakukan oleh auditor. Audit laporan keuangan
bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan dan informasi
yang terdapat didalamnya telah disajikan sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan. Kriteria yang dimaksud adalah GAAP untuk negara
Amerika, IFRS untuk negara-negara Uni Eropa, PSAK untuk
Indonesia, dll.
9

2.1.3 Standar Auditing

Menurut SPAP 01 (2011:150.1-150.2) standar Auditing adalah sepuluh


standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSAP IAPI), yang terdiri
dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta
interpretasinya..
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
10

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai


laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh audito

2.1.4 Pengertian dan Jenis Audit Operasional

Ada beberapa pengertian audit operasional menurut para ahli, berikut


antara lain:
Menurut Wiliam yang telah diterjemahkan oleh Tunggal (2012:11)
menyatakan bahwa, ―Suatu pengujian menyeluruh dan konstruktif dari
struktur organisasi suatu perusahaan. Lembaga atau cabang dari pemerintah,
atau setiap komponen daripadanya, seperti suatu divisi atau departemen, dan
rencana dan tujuannya, alat operasinya, dan utilisasi manusia dan fasilitas
fisik.‖
Menurut Bhayangkara (2011), menyatakan bahwa, ―Rancangan
secara sistematis untuk mengaudit aktivitas-aktivitas, programprogram yang
diselenggarakan, atau sebagian dari entitas yang bisa diaudit 13 untuk menilai
dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien,
serta apakah tujuan dari program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat
tercapai dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan‖
Pengertian audit kinerja menurut Standar Audit Intern Instansi
Pemerintah (SAIPI), adalah audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
pemerintah yang terdiri atas audit aspek ekonomi, efisiensi, dan audit aspek
efektifitas, serta ketaatan pada peraturan.
Dari beberapa penjabaran diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa audit operasional merupakan suatu kegiatan pemeriksaan yang diminta
oleh pihak manajemen untuk melakukan suatu pemeriksaan terhadap
11

operasional dengan parameter efektifitas, ekonomis, dan efisien menurut apa


yang menjadi keinginan manajemen.
Jenis-jenis audit operasional menurut Arens (2012:823), antara lain
adalah:
1. Audit Fungsional (Functional Audit)
Audit yang dilakukan pada satu atau lebih fungsi operasi dari suatu
organisasi. Adapun pengertian dari fungsi adalah penggolongan aktivitas
suatu bisnis seperti fungsi personalia, fungsi produksi, fungsi penjualan,
dan sebagainya. Audit fungsional mempunyai keuntungan karena adanya
spesialisasi oleh auditor sehingga dapat mengembangkan keahliannya di
bidang tertentu, sedangkan kekurangannya adalah tidak ada evaluasi
terhadap fungsi terkait
2. Audit Organisasional (Organizational Audit)
Audit organisiasional adalah salah satu jenis audit operasional yang
mencakup seluruh bagian organisasi seperti departemen, cabang, dan
anak perusahaan. Penekanan pada audit ini adalah bagaimana tingkat
efisiensi dan efektivitas tiap-tiap fungsi dan perlu diperhatikan juga
rencana organisasi dan metode dalam mengkoordinasikan aktivitas.
3. Penugasan Khusus (Special Assignment)
Penugasan khusus ini dilakukan atas permintaan manajemen untuk
meneliti suatu masalah dalam organisasi, seperti menyelidiki
kemungkinan kecurangan suatu divisi, mencari rekomendasi untuk
mengurangi biaya produksi suatu barang, mencari penyebab terjadinya
sistem teknologi informasi yang tidak efektif, dan lain sebagainya.
12

2.1.5 Tujuan dan Manfaat Audit Operasional

Menurut Tunggal(2012:40), tujuan dari audit operasional antara lain:


1. Mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang
diuji oleh auditor operasional dan untuk menunjukkan perbaikan apa
yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi
yang bersangkutan.
2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling
efisien.
3. Untuk membantu mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat
untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang
pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien.
4. Untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan.
5. Untuk membantu manajemen, audit operasional berhubungan dengan
setiap fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan
kepada manajemen.
6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang
efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.
Sedangkan manfaat dari audit operasional menurut Tunggal (2012:96)
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi permasalahan yang timbul, penyebabnya dan alternatif
solusi perbaikannya
2. Menemukan peluang untuk menekan pemborosan dan efisien biaya.
3. Menemukan peluang untuk meningkatkan pendapatan.
4. Mengidentifikasi sasaran, tujuan, kebijakan, dan prosedur organisasi
yang belum ditentukan.
5. Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur pencapaian sasaran dan tujuan
organisasi.
6. Merekomendasikan perbaikan kebijakan, prosedur, dan struktur
organisasi.
7. Melaksanakan pemeriksaan atas kinerja individu dan unit organisasi.
8. Menelaah ketaatan/kepatuhan terhadap ketentuan hukum, tujuan
organisasi, sasaran, kebijakan dan prosedur.
13

9. Menguji adanya tindakan – tindakan yang tidak diotorisasi, kecurangan,


atau ketidaksesuaian lainnya.
10. Menilai sistem informasi manajemen dan sistem pengendalian.
11. Menyediakan media komunikasi antara level operator dan
manajemen.
12. Memberikan penilaian yang independen dan objektif atas suatu
organisasi.

2.1.6 Karakteristik dan Tahap-tahap Audit Operasional

Menurut Tunggal (2012:37), karakteristik audit operasional adalah


sebagai berikut:
1. Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigatif.
2. Mencakup semua aspek perusahaan.
3. Yang diaudit adalah seluruh perusahaan atau salah satu unitnya (bagian
penjualan, bagian perencanaan, produksi, dan sebagainya) atau suatu
fungsi, atau salah satu subklasifikasinya (pengendalian persediaan, sistem
pelaporan, pembinaan pegawai, dan sebagainya).
4. Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari perusahaan, unit,
atau fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggung jawab, dan
tugasnya.
5. Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti atau data dan
standar.
6. Tujuan utamaaudit operasional adalah memberikan informasi kepada
pimpina tentang efektif–tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu fungsi.
Sedangkan tahap-tahap pada audit operasional adalah sebagai berikut
antara lain, menurut Bayangkara (2015:11),secara garis besar ada beberapa
tahapan yang harus dilakukan dalam audit operasional, yaitu:
1. Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang
terhadap objek yang diaudit. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan
penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan terkait
dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang
14

telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal–hal yang potensial mengandung


kelemahan pada perusahaan yang diaudit.
2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian
manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil
pengujian ini, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada
obyek audit sehingga dengan lebih mudah dapat diketahui potensi-potensi
terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas yang dilakukan.
3. Audit Terinci
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan
kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap
ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara
satu temuan dengan temuan lain dalam menguji permasalahan yang
berkaitandengan tujuan audit.
4. Pelaporan
Pelaporan bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk
rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal
ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit
dan mendorong pihak – pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan
terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan.
5. Monitoring Tindak Lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mendorong dan memastikan pihak – pihak yang
berwenang telah melaksanakan perbaikan sesuai dengan rekomendasi yang
diberikan. Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit
seharusnya sudah merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan tindakan perbaikan tersebut.
15

2.1.7 Temuan Hasil Audit

Menurut Bayangkara (2015:5), terdapat lima elemen pokok dalam


melaksanakan temuan audit antara lain
1. Kondisi (Condition)
Kondisi adalah keadaan yang menggambarkan kenyataan yang terjadi di
perusahaan. Audit operasional memerlukan temuan fakta awal dalam tahap
pekerjaan lapangan (fieldwork).
2. Kriteria (Criteria)
Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap individu atau
kelompok di dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.
3. Penyebab (Cause)
Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukan oleh setiap
individu atau kelompok di dalam perusahaan. Penyebab dapat bersifat
positif, program atau aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan
efektivitas yang lebih tinggiatau sebaliknya bersifat negatif, program atau
aktivitas berjalan dengan 15 tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih
rendah dari standar yang telah ditetapkan.
4. Akibat (Effect)
Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang
berhubungan dengan penyebab tersebut. Akibat negatif menunjukkan
program atau aktivitas berjalan dengan tingkat p pencapaian yang lebih
rendah dari kriteria yang ditetapkan. Sedangkan akibat positif
menunjukkan bahwa program atau aktivitas telah terselenggara secara
baik dengan tingkat pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang
ditetapkan.
5. Rekomendasi (Recommendation)
Rekomendasi menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi
kelemahan masalah yang dikemukakan dalam temuan. Rekomendasi
haruslah masuk akal diikuti dengan sebuah penjelasan mengapa kondisi
ini terjadi, penyebabnya, dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah
berulangnya hal tersebut.
16

2.1.8 Konsep Efektifitas

Beberapa pengertian efektiftas yang didapat dari berbagai sumber.


Menurut Bhayangkara (2015), Efektifitas adalah tingkat keberhasilan suatu
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Efektifitas merupakan ukuran dari
output. Menurut Sedarmayanti (2011) ―Efektivitas merupakan suatu ukuran
yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian
efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah
penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi
dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas
belum tentu efisiensi meningkat‖. Menurut Gibson, yang telah diterjemahkan
oleh Adisasmita (2011) Pengertian Efektivitas ialah hubungan optimal antara
produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan dan
pengembangan.
Berdasarkan pengertian efektifitas dari berbagai sumber diatas, maka
disimpulkan bahwa pengertian efektifitas adalah pencapaian hasil sesuai
dengan tujuan organisasi yang ditetapkan sebelumnya (keuntungan atau
waktu penyelesaian atau kualitas dan sebagainya).

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti berbagai faktor yang


mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan terhadap pemegang saham. Adapun
penelitian tersebut ditunjukkan pada tabel menjelaskan secara ringkas hasil penelitian
sebelumnya sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Julian Susanto (2013) dengan judul
Audit Operasional Atas Penjualan dan Penerimaan Kas pada PT. Aritma
Mandiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas,
menganalisis setiap kelemahan yang ada, mengetahui dan memberikan rekomendasi
bagaimana cara perusahaan mengatasi kelemahan yang terdapat pada kegiatan
operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Aritma Mandiri.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi
pustaka dan studi lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa fungsi
17

penjualan dan penerimaan kas secara keseluruhan sudah terlaksana cukup baik,
namun masih terdapat beberapa kelemahan dalam kegiatan operasional perusahaan
yang masih harus diperhatikan dan perusahaan perlu melakukan perbaikan dari
kelemahankelemahan atas fungsi penjualan dan penerimaan kas, agar kegiatan
operasional perusahaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2012) dengan judul Audit
Operasional Atas Fungsi Penjualan dan Penerimaan Kas pada PT. Bumi
Maestroayu.
Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara dengan pihak yang
terkait, observasi, penelusuran dokumen yang terkait dengan fungsi penjualan dan
penerimaan kas, membuat kuesioner yang berkaitan dengan pengendalian intern, dan
studi kepustakaan. Hasil penelitian ini secara umum aktivitas fungsi penjualan dan
penerimaan kas telah dilaksanakan dengan cukup baik sesuai tetapi masih terdapat
beberapa kelemahan yaitu perusahaan tidak menetapkan prosedur dan kebijakan
penjualan dan penerimaan kas secara tertulis, tidak memiliki bagian personalia.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Alireza Khalili dan Reza Tehrani
(2012) yang berjudul Prioritizing the Factors Influencing the Development of
Operational Audit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentu pengembangan audit
operasional didasarkan oleh 3 perspektif, yaitu individu, lingkungan dan organisasi.
Ketiga perspektif tersebut ternyata merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
pengembangan audit operasional. Penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengidentifikasi dan memprioritaskan faktor penentu dalam pengembangan audit
operasional.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Hussein Abdi (2013) yang berjudul
Internal Auditing Practices and Internal Control System in Somali Remittance
Firms.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit internal perusahaan remittance
di Somalia memiliki situasi yang menguntungkan. Berarti bahwa perusahaan
remittance di Somalia mendirikan audit internal yang efektif, mereka menggunakan
audit internal untuk meninjau dan mengontrol kegiatan mereka, dan juga auditing
mengukur kinerja manajemen sesuai dengan system pengendalian. Untuk dapat
bertahan dan menjadi sukses maka perusahaan remittance harus mempertahankan
sistem pengendalian internalnya.
18

5. Penelitian yang dilakukan oleh Weixing Wang (2010) pada jurnal


yang berjudul The Establishment of the Internal Control Frame System of
Colleges.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam membangun system
kerangka pengendalian internal pada perguruan tinggi adalah dengan
mengkonfirmasi faktor dan target pengendalian internal. Faktor pengendalian
internal terdiri dari lingkungan pengendalian, sistem kontrol, pengawasan, dan
evaluasi. Target pengendalian internal terdiri dari efektivitas dan efisiensi sekolah,
keamanan, dan integritas asset, informasi manajemen dan akuntansi yang sesuai
fakta, lengkap, berguna, dan mengikuti hokum dan peraturan nasional.

Anda mungkin juga menyukai