Anda di halaman 1dari 18

INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN ATAS AKTIVITAS

PERUSAHAAN SEBAGAI PENGENDALIAN BIAYA DAN ALAT PENILAIAN


KINERJA
Widhya Cantika Roska
Prodi Akuntansi S1 Jurusan Ekonomi Dan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Bali
(cantikawidhya@gmail.com)

ABSTRAK
Perusahaan harus memiliki suatu penilaian kinerja yang matang dan
menerapkan pertanggungjawaban tugas yang efisien. Akuntansi
pertanggungjawaban melalui struktur organisasi, penyusunan anggaran,
dan sistem pelaporan biaya merupakan salah satu hal yang penting sebagai
alat pengendalian biaya dalam suatu bidang usaha dan sebagai penilaian
kinerja. Laporan yang dihasilkan dari akuntansi pertanggungjawaban
memberikan informasi yang dapat digunakan pihak manajemen untuk
menilai prestasi yang telah dicapai oleh masing-masing manajer. Metode
pengukuran kinerja yang digunakan sebagai alat ukur untuk menilai
kinerja operasional, yaitu Analisis rasio, Anggaran, Balance Scorecard,
Economic Value Added (EVA), dan Benchmarking. Penyusunan anggaran
fleksibel sebagai pengendalian biaya berguna menghitung penyimpangan
pengeluaran dan kapasitas menganggur. Penyimpangan tersebut berguna
untuk mengevaluasi kinerja departemen atau pusat biaya.

Kata Kunci : Akuntansi Pertanggungjawaban, Pengendalian biaya, dan


Penilaian Kinerja

PENDAHULUAN

Perencanaan merupakan suatu tahap yang dilakukan manajemen

untuk menentukan peran setiap manajer dalam melaksanakan program

guna untuk mencapai tujuan bersama (perusahaan). Pada umumnya

tujuan ini dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu tujuan jangka pendek dan

tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek perusahaan adalah untuk

memperoleh laba/ keuntungan seoptimal mungkin. Sedangkan tujuan

jangka panjang perusahaan sangat beragam, diantaranya adalah untuk

1
mengembangkan usaha serta memperluas jaringan agar perusahaan dapat

mempertahankan eksistensinya.

Tujuan perusahaan dapat diraih dengan pengambilan keputusan yang

tepat dari pihak manajemen, dimana pada era globalisasi ini kecepatan dan

ketepatan informasi sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

Bagi perusahaan perkembangan informasi merupakan suatu komponen

yang sangat penting, karena kunci sukses perusahaan sangat tergantung

pada ketepatan keputusan yang diambil manajerial berdasarkan informasi

yang tersedia pada perusahaan yang bersangkutan. Keberhasilan dari

suatu perencanaan dengan ketepatan pengambilan keputusan

membutuhkan fungsi manajemen, yang merupakan pengendalian atau

kontrol yang meliputi kegiatan penerapan (action) dan evaluasi kinerja

(performance evaluation). Fungsi manajemen ini harus dilaksanakan dan

dikuasai oleh setiap tingkat manajeman yang ada pada perusahaan. Dalam

pengambilan keputusan oleh manajer atau pimpinan perusahaan harus

dengan mempertimbangkan secara hati-hati dari berbagai alternatif

tindakan dan memilih tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang

direncanakan. Strategi-strategi tepat diperlukan perusahaan guna

mencapai tujuan, yakni meminimalisir pengeluaran dan memaksimalkan

laba atau dengan menjalankan kegiatan perusahaan secara efektif dan

meningkatkan efektifitas tenaga kerja yang ada dalam perusahaan tersebut.

Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini mengharuskan

perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi

berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan

2
perusahaannya. Pengaruh lingkungan dan perkembangan suatu

perusahaan yang semakin kompleks mengakibatkan tugas manajemen

puncak dalam mencapai tujuan perusahaan semakin sulit dan kompleks

pula. Untuk mengatasi hal tersebut maka perusahaan harus mendapatkan

informasi yang dibutuhkan untuk tujuan pengambilan keputusan.

Sehubungan dengan itu peranan akuntansi pun semakin dibutuhkan

terutama untuk memperoleh informasi tersebut. Salah satu bagian dari

akuntansi manajemen adalah akuntansi pertanggungjawaban (responbility

accounting). Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang

dirancang sedemikian baik sehingga dapat mencatat dan melaporkan

pendapatan dan/ atau biaya yang timbul akibat pelaksanaan suatu

aktivitas kepada manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas

tersebut. Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai manajer yang

bertanggung jawab atas kegiatan yang terjadi di dalam pusat yang

dipimpinnya, dan secara periodik manajer tersebut akan mempertanggung

jawabkan hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan. Dari hasil kerja

para manajer pusat pertanggungjawaban kemudian dinilai prestasi yang

telah dicapai oleh masing-masing manajer dan berdasarkan analisis ini,

para manajer mencoba mencari jawaban mengapa hasil yang dicapai tidak

sesuai dengan apa yang telah direncanakannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbullah permasalahan yang

menjadi dasar bagi penulisan artikel ini yaitu “Bagaimana menerapkan

informasi akuntansi pertanggungjawaban atas aktivitas perusahaan sebagai

pengendalian biaya dan alat penilaian kinerja ”.

3
Berkenaan dengan rumusan masalah yang akan dibahas dalam artikel

ini maka tujuan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana

penerapan informasi akuntansi pertanggungjawaban atas aktivitas

perusahaan sebagai pengendalian biaya dan alat penilaian kinerja.

PEMBAHASAN

A. Akuntansi Pertanggungjawaban Atas Aktivitas Perusahaan

Sistem akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting)

adalah sistem akuntansi yang dirancang sedemikian baik sehingga dapat

diperoleh laba yang diharapkan. Tujuan akuntansi pertanggung jawaban

adalah menyediakan informasi yang dapat digunakan oleh manajemen

untuk mengevaluasi efisiensi penggunaan sumber daya organisasi.

Mulyadi (2006:17), menyatakan akuntansi pertanggungjawaban

mempunyai 4 (empat) karakteristik yaitu: adanya identifikasi pusat

pertanggungjawaban, adanya standar sebagai tolak ukur kinerja, kinerja

diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran, dan adanya

hukuman dan penghargaan”. Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan

karakteristik akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut:

1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban.


2. Adanya standar yang ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja.
3. Kinerja manajer/perusahaan diukur dengan membandingkan

realisasi dan anggaran.


4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman

berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.

Sistem akuntansi pertanggungjawaban dirancang berdasarkan

struktur organisasi perusahaan. Penyusunan struktur organisasi

4
tergantung pada pendekatan yang digunakan perusahaan dalam

mengelompokkan aktivitas. Aktivitas organisasi dapat dikelompokkan

berdasarkan fungsi, produk, dan geografis.

Pendekatan fungsional mengelompokkan aktivitas perusahaan

berdasarkan fungsi-fungsi pokok perusahaan, antara lain fungsi

produksi, pemasaran, personalia, dan keuangan. Pendekatan produk

mengelompokkan aktivitas perusahaan berdasarkan produk atau

kelompok produk yang dihasilkan perusahaan. Dalam pendekatan ini,

tanggung jawab fungsional digabungkan menurut produk atau kelompok

produk dan tanggung jawab ditentukan atas dasar produk. Manfaat

utama pendekatan produk adalah koordinasi yang terkait dengan produk

atau kelompok produk tertentu. Pendekatan geografis ( regional )

mengelompokkan aktivitas dan menentukan tanggung jawab bersarkan

wilayah geografis. Manfaat utama pengelompokkan ini terletak pada

koordinasi yang lebih baik dari semua aktivitas dalam wilayah geografis

tertentu.

Pandangan tradisional berpandangan bahwa perusahaan yang ingin

memiliki sistem akuntansi pertanggungjawaban yang efektif, maka

pengorganisasian harus dilakukan dengan cara yang mendukung adanya

pengendalian operasional. Karakteristik penting organisasi yang

mendukung pengendalian operasional :

1) Tidak terjadi tumpang tindih dalam pembebanan tanggung jawab.


2) Setiap manajer memahami tanggung jawabnya dengan jelas.
3) Individu yang diberi tanggung jawab harus memiliki kewenangan

yang memadai.

5
Bagan organisasi untuk setiap pendekatan menunjukkan pengaturan

aktivitas dan laporan biaya digunakan untuk memberi contoh informasi

yang dimasukkan ke dalam laporan di setiap tingkat

pertanggungjawaban. Secara umum, semakin tinggi tingkat

pertanggungjawaban akan semakin ringkas laporannya.

Penentuan Pihak yang Mengendalikan Biaya

Menurut pandangan tradisional, asumsi dasar akuntansi

pertanggungjawaban adalah individu yang berwenang mengendalikan

aktivitas harus bertanggung jawab terhadap biaya yang timbul akibat

pelaksanaan aktivitas tersebut. Untuk mencapai tujuan itu, sistem

akuntansi harus memfasilitasi pencatatan biaya yang terjadi menurut

unit-unit operasi dalam perusahaan dan mengidentifikasi biaya yang

dapat dikendalikan oleh manajer suatu unit operasi. Laporan

pertanggungjawaban harus mengelompokkan biaya biaya berdasarkan

aktivitas dan keterkendalian sehingga manajer yang bertanggung jawab

dapat mengidentifikasi dengan cepat aktivitas yang perlu diperhatikan.

Keragaman dan sifat saling ketergantungan faktor-faktor penentu biaya

menyebabkan biaya harus dibebankan pada individu manajer

berdasarkan pengendalian relatif daripada pengendalian absolut.

Tanggung Jawab Terhadap Biaya Overhead

Banyak unsur overhead yang dapat dibebankan secara langsung ke

suatu departemen dan menjadi tanggung jawab langsung kepala

departemen. Unsur overhead lainnya harus dialokasikan atau

6
didistribusikan dalam rangka menghitung tarif pembebanan overhead

pabrik ke semua produk yang dihasilkan dalam satu periode.

Pada beberapa perusahaan, sistem akuntansi mendistribusikan

biaya departemen pemberi jasa ke departemen pemakai jasa berdasarkan

jam pelayanan, jam pemakaian, atau ukuran aktivitas lainnya.

Perbandingan biaya pertama kali dilakukan di departemen jasa, dimana

tempat biaya pertama kali diakumulasi. Perbandingan tersebut

dilakukan dengan cara membandingkan biaya sesungguhnya dan biaya

yang dibebankan oleh departemen jasa ke departemen pemakai jasa.

Perbandingan biaya kedua dilakukan di departemen pemakai jasa

dengan cara membandingkan biaya yang dibebankan oleh departemen

jasa dengan biaya yang dianggarkan.

Kepala departemen jasa bertanggung jawab terhadap biaya

sesungguhnya yang telah dibandingkan dengan biaya yang dibebankan

ke departemen pemakai. Kepala departemen pemakai bertanggung jawab

terhadap kuantitas jasa yang dibeli dari departemen jasa dan biaya yang

ditimbulkannya.

Tarif penagihan merupakan fungsi tingkat aktivitas dan efisiensi

operasi departemen jasa. Langkah-langkah perhitungan tarif penagihan :

1. Mengestimasi atau menganggarkan biaya yang dapat ditelusur

langsung ke departemen jasa (supervise, tenaga tidak langsung, pajak

gaji karyawan, perlengkapan, depresiasi peralatan).


2. Mengalokasikan anggaran biaya bersama ke setiap departemen

(mandor pabrik, depresiasi bangunan, pajak bumi dan bangunan,

asuransim utilitas).

7
3. Mengalokasikan anggaran departemen jasa ke departemen lain.
4. Menghitung tarif penagihan dengan cara membagi jumlah estimasi

biaya departemen jasa dengan jumlah perkiraan jam jasa (atau dasar

penagihan lain) yang akan diberikan pada masa datang.


Akuntansi pertanggungjawaban melibatkan semua manajer pusat

pertanggungjawaban. Bagian akuntansi pertanggungjawaban berpedan

dalam memberikan bantuan teknis berupa penyajian laporan harian,

mingguan, atau bulanan. Laporan pertanggungjawaban adalah hasil

proses akuntansi pertanggungjawaban. Laporan akuntansi

pertanggungjawaban kepada berbagai tingkat manajemen dalam suatu

perusahaan dapat dibagi menjadi:


a. Laporan akuntansi pertanggungjawaban kepada berbagai tingkat

manajemen dalam suatu perusahaan dapat dibagi menjadi:


 Memotivasi individu mencapai kinerja yang tinggi dengan

melaporkan efisiensi dan inefisiensi kepada manajer pusat

pertanggungjawaban dan atasannya.


 Memberi informasi yang dapat membantu manajer pusat

pertanggungjawaban untuk mengidentifikasi inefisiensi sehingga

mereka dapat mengendalikan biaya menjadi lebih efisien.


b. Laporan informasi adalah laporan yang disusun agar para manajer

memperoleh informasi yang relevan dengan bidang mereka, walaupun

tidak perlu berkaitan langsung dengan tanggung jawab spesifik atas

kinerjanya. Laporan informasi mencangkup bidang sasaran yang

berbeda dan lebih luas dari pada laporan kinerja.

Laporan pertanggungjawaban adalah laporan akuntabilitas yang

dibuat secara periodik. Laporan tersebut akan disampaikan kepada

manajer pusat pertanggungjawaban dan manajer diatasnya. Salah satu

8
kegunaan laporan adalah untuk mengevaluasi kinerja. Manajer pusat

pertanggungjawaban akan dievaluasi dan dimintai

pertanggungjawabannya atas penggunaan sumber daya perusahaan.

Oleh karena itu, mereka akan terdorong untuk memantau secara ketat

aktivitas yang dikendalikannya.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi, laporan keuangan

pertanggungjawaban harus memiliki karakteristik berikut ini.

a. Laporan harus sesuai dengan struktur organisasi.


b. Laporan harus konsisten bentuk dan isinya setiap diterbitkan.
c. Laporan harus tepat waktu.
d. Laporan harus diterbitkan secara teratur.
e. Laporan harus mudah dipahami.
f. Laporan memuat perincian yang memadai, tetapi tidak berlebihan.
g. Laporan harus menyajikan data perbandingan.
h. Laporan harus analitis.
i. Laporan untuk manajer operasi harus menyajikan informasi mengenai

unit fisik sekaligus jumlah rupiahnya.

Sistem pelaporan harus disesuaikan dengan kebutuhan agar dapat

memberikan informasi yang diperlukan semua tingkat manajemen.

Laporan harus menonjolkan pengecualian sehingga cepat mendapat

perhatian dari manajer yang bertanggung jawab tanpa perlu mencari dan

membaca secara ekstensif. Jumlah laporan yang diterbitkan dan

diserahkan kepada manajer perlu dievaluasi secara teratur. Tidak ada

sistem pelaporan yang sempurna sehingga harus dikaji secara terus

menerus agar sesuai dengan perubahan sifat bisnis dan kebutuhan

manajemen.

B. Analisis Penyimpangan dan Anggaran Fleksibel Untuk Pengendalian

Biaya

9
Tujuan utama akuntansi pertanggungjawaban adalah pengendalian

biaya. Seperti yang dikemukakan Mardiasmo (2001:3) pengendalian adalah

sebagai berikut: “Pengendalian biaya pada dasarnya merupakan

serangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi secara terus-menerus serta

membandingkan antara anggaran biaya dan realisasinya”.

Pengendalian biaya didasarkan pada perbandingan biaya

sesungguhnya dengan biaya diangggarkan, menghubungkan apa yang

terjadi dengan apa yang direncanakan (seharusnya) terjadi.

Jika aktivitas perusahaan dapat diestimasikan secara akurat,

anggaran statis dan biaya sesungguhnya dapat dibandingkan dengan

tepat untuk tujuan pengendalian. Sayangnya, tidak ada situasi yang

dapat diprediksi sepenuhnya. Jika volume sesungguhnya berbeda

dengan yang direncanakan, perbandingan hasil-hasil sesungguhnya

dengan anggaran statis akan menyesatkan.

Efisiensi biaya dapat ditentukan dengan cara membandingkan

antara biaya sesungguhnya dengan biaya dianggarkan pada volume

sesungguhnya. Anggaran fleksibel mengukur jumlah biaya yang

seharusnya pada satu set kondisi tertentu, anggaran yang disesuaikan

dengan volume sesungguhnya.

Anggaran yang disesuaikan dengan tingkat aktivitas sesungguhnya

disebut anggaran fleksibel (flexible budget). Biaya dianggarkan pada

aktivitas sesungguhnya dapat digunakan untuk menghitung

penyimpangan pengeluaran dan kapasitas menganggur. Penyimpangan

tersebut berguna untuk mengevaluasi kinerja departemen atau pusat

10
biaya. Penyimpangan pengeluaran adalah perbedaan antara biaya

sesungguhnya dengan biaya dianggarkan pada aktivitas sesungguhnya.

Rumus perhitungannya:

Penyimpangan pengeluaran = biaya sesungguhnya – biaya dianggarkan

pada aktivitas sesungguhnya

= biaya sesungguhnya – {(tarif tetap x tingkat aktivitas

dianggarkan) + (tarif variabel x tingkat aktivitas

sesungguhnya)}

Penyimpangan = Biaya dianggarkan pada tingkat aktivitas

kapasitas sesungguhnya – biaya yang dibebankan

menganggur
= {(tarif tetap x tingkat aktivitas dianggarkan) +

(tarif variabel x tingkat aktivitas sesungguhnya)}

– {(tarif tetap x tingkat aktivitas sesungguhnya) +

(tarif variabel x tingkat aktivitas sesungguhnya)}


= (tarif tetap x tingkat aktivitas dianggarkan) –

(tarif tetap x tingkat aktivitas sesungguhnya)


= (tingkat aktivitas dianggarkan – tingkat aktivitas

sesungguhnya) x tarif tetap


Penyimpangan kapasitas menganggur adalah perbedaan antara biaya

dianggarkan pada tingkat aktivitas yang sesungguhnya dengan biaya

yang dibebankan ke produk yang dihasilkan selama satu periode. Rumus

Perhitungannya:

11
Penyimpangan kapasitas menganggur merupakan ukuran

pemanfaatan kapasitas akibat perbedaan antara tingkat kapasitas yang

digunakan untuk menghitung tarif overhead di muka (atau tarif

penagihan) dengan tingkat aktivitas yang sesungguhnya selama satu

periode.

Penyimpangan dihitung dengan membandingkan overhead

dianggarkan pada tingkat aktivitas sesungguhnya, overhead

sesungguhnya dan overhead dibebankan. Agar dapat memberikan

laporan yang terperinci kepada manajer operasi, penyimpangan

pengeluaran dihitung untuk setiap unsur overhead dengan cara

mengurangkan biaya dianggarkan ke biaya sesungguhnya.

Dalam anggaran fleksibel departemen pengolahan menunjukkan

bahwa tarif overhead pabrik didasarkan pada jam mesin karena biaya

variabel lebih erat hubungannya dengan dasar aktivitas tersebut

daripada dasar aktivitas lainnya.

Jika laporan pertanggungjawaban akan digunakan untuk

mengevaluasi kinerja dan mengendalikan biaya, maka jumlah biaya

setiap unsur yang dilaporkan harus berkolerasi erat dengan ukuran

aktivitas yang digunakan untuk menyusun anggaran fleksibel. Jika

tidak, maka angaran yang digunakan sebagai pembanding biaya

sesungguhnya tidak dapat diandalkan dan penyimpangan biaya yang

dilaporkan menjadi tidak bermakna. Kolerasi yang tinggi biasanya terjadi

jika digunakan banyak ukuran aktivitas.

12
C. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilaian

Kinerja

Sunarto (2004:90), mengatakan “informasi akuntansi

pertanggungjawaban merupakan aktiva, pendapatan dan biaya yang

dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap pusat

pertanggungjawaban”. Menurut Sriwidodo (2010), informasi akuntansi

bukanlah merupakan satu-satunya informasi formal yang digunakan

oleh perusahaan ini. Selain informasi akuntansi, perusahaan ini juga

menggunakan informasi manajemen. Tujuannya adalah untuk

menyajikan kepada manajer mengenai informasi yang berguna dalam

mengambil keputusan. Informasi akuntansi sangat berguna, baik untuk

pihak intern organisasi perusahaan maupun untuk pihak ekstern

perusahaan. Bagi pihan intern. Informasi akuntansi sangat diperlukan

untuk mengetahui hasil kerja dari para manajer, hasil kerja tersebut

dapat berupa laporan. Sistem pelaporan pertanggungjawaban

menyajikan informasi untuk pengendalian manajemen. Pada hakekatnya,

sistem pelaporan pertanggungjawaban juga dikenal sebagai sistem

akuntansi pertanggungjawaban yang terdiri dari seperangkat laporan di

dalam suatu perusahaan. Mulyadi dan Setiawan (2001:628)

mengungkapkan bahwa penilaian kinerja berdasarkan pada aktivitas dan

proses yang sedang diselenggarakan. Dan merupakan dasar yang

melandasi usaha untuk meningkatkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Prestasi kerja atau yang biasa juga disebut kinerja

adalah kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian pencapaian

13
tujuan perusahaan oleh karena itu pengukuran atas kontribusi yang

dapat diberikan oleh suatu bagian bagi pencapaian tujuan perusahaan.

Pusat pertanggungjawaban menurut Sriwidodo (2010:42) ialah setiap

unit kerja dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang

bertanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan atau unit organisasi

yang dipimpinnya. Pusat pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai

suatu sistem yang mengelola masukan (input) menjadi keluaran (output).

Input dapat berupa bahan baku, tenaga kerja, atau berbagai jenis jasa

lain. Semua bahan masukan diproses dalam pusat-pusat

pertanggungjawaban.

Garison (1997:67), menyebutkan bahwa ada empat jenis akuntansi

pertanggungjawaban, yaitu :

1. Pusat Pendapatan (Revenue Center)

Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang

keluarannya dapat diukur dengan satuan moneter, sedangkan

masukannya tidak.

2. Pusat Biaya (Cost Center)

Pusat biaya adalah bentuk segmen terkecil dari aktivitas atau pusat

pertanggungjawaban yang hanya bertanggungjawab dalam

mengendalikan biaya-biaya yang terjadi didalamnya tanpa

menghubungkan dengan nilai uang dari keluaran yang dihasilkan.

3. Pusat Laba (Profit Center)

14
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban dimana baik masukan

(biaya yang dikonsumsi) maupun keluarannya (pendapatan yang

berhasil dicapai) dapat diukur dengan satuan moneter.

4. Pusat Investasi (Investment Center)

Pusat Investasi merupakan pusat pertanggungjawaban yang paling

luas, karenanya manajer berwenang dalam mengendalikan

pendapatan dan biayanya, baik biaya operasi maupun biaya yang

timbul sehubungan dengan usaha memperoleh sumber daya dan

menentukan barang modal yang akan dibeli.

Dalam mengevaluasi pengukuran kinerja manajer pusat

pertanggungjawaban ada tiga kriteria yang digunakan yaitu efisiensi,

efektivitas, dan ekonomis. Efisiensi adalah perbandingan, antara output

yang dihasilkan dengan besarnya input yang digunakan. Sedangkan

efektivitas adalah hubungan antara output suatu pusat

pertanggungjawaban yang sasarannya harus dicapai. Efektivitas selalu

berhubungan dengan tujuan organisasi sedang efisiensi tidak ekonomis

dimaksudkan sebagai penggunaan sumber dana seminimal mungkin.

Suatu pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan operasinya

harus memenuhi ketiga kriteria di atas. Dari uraian mengenai berbagai

tipe pusat pertanggungjawaban tersebut di atas, manajer pusat

pertanggung jawaban diukur prestasinya berdasarkan karakteristik

masukan dan keluarannya. Biaya merupakan tolok ukur prestasi bagi

manajer pusat biaya, sedangkan pendapatan merupakan tolok ukur

prestasi bagi manajer pusat pendapatan. Dalam pusat investasi rasio

15
laba dengan investasi atau residual income dipakai sebagai tolok ukur

prestasi manajer pusat pertanggungjawaban tersebut. Perlu diingat

bahwa imanajer pusat pertanggungjawaban tidak hanya diukur

prestasinya dengan menggunakan tolok ukur keuangan saja, namun

masih ada tolok ukur non keuangan yang digunakan untuk mengukur

prestasi manajer pusat pertanggungjawaban.

Metode pengukuran kinerja merupakan satu hal yang penting dalam

proses perencanaan dan pengawasan. Melalui pengukuran perusahaan

dapat memilih strategi dan struktur keuangannya dan menemukan

phase out terhadap unit-unit bisnis yang tidak produktif. Selama ini

belum dirasakan adanya suatu metode penilaian yang secara akurat dan

komprehensif mampu memberikan penilaian secara wajar atas kondisi

suatu perusahaan. Di tengah kekurangan alat ukur untuk menilai

kinerja operasional, beberapa metode yang dapat dipergunakan antara

lain:

1. Analisis rasio
2. Anggaran
3. Balance Scorecard
4. Economic Value Added (EVA)
5. Benchmarking

KESIMPULAN

Dari pembahasan artikel diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang

dirancang sedemikian baik sehingga dapat mencatat dan melaporkan

pendapatan dan/ atau biaya yang timbul akibat pelaksanaan suatu

aktivitas kepada manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas

16
tersebut. Aktivitas organisasi dapat dikelompokkan berdasarkan

fungsi, produk, dan geografis.


2. Pengendalian biaya didasarkan pada perbandingan biaya

sesungguhnya dengan biaya diangggarkan, menghubungkan apa yang

terjadi dengan apa yang direncanakan (seharusnya) terjadi. Efisiensi

biaya merupakan tujuan pengendalian biaya yang dapat ditentukan

dengan cara membandingkan antara biaya sesungguhnya dengan

biaya dianggarkan pada volume sesungguhnya. Anggaran fleksibel

mengukur jumlah biaya yang seharusnya pada satu set kondisi

tertentu, anggaran yang disesuaikan dengan volume sesungguhnya.


3. Metode pengukuran kinerja merupakan satu hal yang penting dalam

proses perencanaan dan pengawasan. Di tengah kekurangan alat

ukur untuk menilai kinerja operasional, beberapa metode yang dapat

dipergunakan antara lain : Analisis rasio, Anggaran, Balance

Scorecard, Economic Value Added (EVA), dan Benchmarking.

SARAN

Saran yang diajukan penulis, yaitu :

1) Melihat pentingnya akuntansi pertanggungjawaban, maka setiap

perusahaan seharusnya mempunyai kecenderungan untuk menerapkan

semua tahapan kegiatan dalam pusat pertanggungjawaban.


2) Perusahaan perlu membuat anggaran yang disusun untuk penilaian

prestasi hendaknya disesuaikan dengan jenjang dalam organisasi

sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik dari perusahaan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Garison. 1997. Pusat-Pusat Tanggung Jawab Akuntansi Manajemen. Edisi 1.

Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.

Mardiasmo. 2001. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Mulyadi, Setiawan. 2001. Sistem Pengendalian Manajemen. jilid I. Salemba

Empat. Jakarta.

Mulyadi. 2006. Alternatif Pemacuan Kinerja Personel dengan Pengelolaan

Kinerja Terpadu Berbasis Balanced Scorecard. Yogyakarta. BPFE-

UGM.

Siregar, Baldric. dkk. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba

Empat.

Sriwidodo, Untung. 2010. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai

Alat Penilaian Kinerja Manajer. Jurnal Akuntansi dan Sistem

Teknologi Informasi Vol. 8, No. 1, April 2010 : 18 – 24

Sunarto. 2004. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta. Penerbit BPFE.

18

Anda mungkin juga menyukai