Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap Perusahaan menjalankan kegiatan usahanya untuk mencapai

beberapa tujuan antara lain laba, melayani kepentingan masyarakat, mencapai

pertumbuhan yang pesat dan menjaga serta mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan. Oleh karena itu setiap perusahaan harus bersungguh sungguh dalam

melakukan kegiatannya agar tujuan yang dirumuskannya dapat tercapai dengan

baik. Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, setiap perusahaan

harus menerapkan fungsi fungsi manajemen dengan baik, dan untuk itu

manajemen membutuhkan teknik dan prosedur tertentu untuk mendapatkan

informasi yang akan menjadi dasar dalam proses pengambilan keputusan, dan

informasi teresebut dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif

Perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks, tidak memungkinkan

bagi seorang pimpinan untuk memantau secara langsung seluruh kegiatan

operasional perusahaan. Untuk itu pimpinan perusahaan harus mengadakan

pendelegasian wewenang serta tanggungjawab ke tingkat yang ada di bawahnya,

yaitu para pelaksana kegiatan perusahaan, sehingga kegiatan perusahaan berjalan

sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk memastikan hal tersebut berjalan

dengan baik, manajemen akan melakukan sebuah pengendalian. Salah satu bentuk

pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan masalah dalam

bagian operasional dengan anggaran keuangan. Penggunaan anggaran keuangan

yang baik tentu saja akan mendukung kegiatan perusahaan agar berjalan sesuai

1
2

dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, perlu dilakukan penyusunan rencana

anggaran melalui pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban. Pembuatan

laporan anggaran beserta realisasinya juga harus dibuat untuk mengetahui

bagaimana kinerja dari masing-masing pusat pertanggungjawaban tersebut

Akuntansi pertanggungjawaban sebenarnya timbul sebagai akibat adanya

wewenang yang diberikan dan bagaimana mempertanggungjawabkannya dalam

bentuk suatu laporan tertulis berkaitan dengan pertanggungjawaban pelaksanaan

wewenang tersebut .Oleh karena itu yang menjadi dasar dibentuknya sistem

akuntansi pertanggungjawaban adalah konsep mengenai pemisahan secara tugas

antara wewenang dan tanggung jawab. Akuntansi pertanggungjawaban disusun

dan disesuaikan dengan struktur organisasi yang sesuai dengan konsep. Akuntansi

pertanggungjawaban adalah struktur yang memberikan peluang bagi bawahan

untuk menjalankan wewenang yang dilimpahkan kepadanya, dan memisahkan

secara tugas antara wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang mengukur

dan menilai kinerja manajemen dalam suatu periode dengan membandingkan

anggaran dan realisasinya. Pada umumnya manajer di masing-masing pusat

pertanggungjawaban diberi otonomi yang dapat dipertanggungjawabkan, secara

esensial mengoperasikan fasilitas perusahaan. Semakin besar struktur organisasi

maka semakin banyak atau panjang garis pertanggungjawabannya.

Salah satu bagian dari akuntansi manajemen adalah akuntansi

pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem

akuntansi yang ditujukan mengukur prestasi kerja tiap bagian yang berfokus pada

pengendalian biaya. Pengelompokan dan pelaporan biaya dilakukan tiap tingkatan


3

manajemen yang hanya dibebani dengan biaya yang berada dibawah

tanggungjawabnya. Menurut sistem ini, tiap bagian yang ada dalam bagian

organisasi dibagi menjadi pusat pertanggungjawaban.

Dengan ditetapkan Akuntansi pertanggungjawaban maka dapat diketahui

siapa saja orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas kinerja yang

berhubungan dengan wewenang yang dimiliki tiap-tiap manajer. Untuk evaluasi

keuangan, pusat pertanggungjawaban diklasifikasikan menjadi empat bagian,

yaitu pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi.

Mulyadi (2012) menyatakan bahwa penilaian kinerja akan berjalan secara

efektif apabila didalamnya telah diklasifikasikan dengan jelas pusat-pusat

pertanggungjawaban yang menjadi tanggung jawabnya yang dapat dibedakan

menjadi pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba dan pusat investasi. Melalui

struktur organisasi, pimpinan pusat dapat membagi tugas dan wewenangnya

kepada unit-unit dibawahnya dan sebaliknya pimpinan juga harus mengawasi

apakah tugas-tugas yang didelegasikan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

Unit-unit tersebut merupakan suatu divisi, dimana divisi ini merupakan suatu

pusat pertanggungjawaban setiap kegiatan yang terjadi dalam unitnya. Suatu unit

kerja di dalam organisasi dikepalai oleh seorang manajer. Manajer dalam suatu

organisasi hanya dapat mengawasi sejumlah bawahan yang terbatas.

Perencanaan merupakan suatu upaya yang dilakukan demi mencapai tujuan

yang diinginkan, dimana tujuan utamanya yaitu memberikan umpan maju (feed

forward) agar memberikan petunjuk bagi setiap pimpinan bagian. Rumah Sakit

Bhayangkara Medan juga harus menyusun perencanaan tersebut secara jelas agar

semua pimpinan bagian mengetahui apa yang harus dilakukan dan dikerjakan.
4

Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari perusahaan mengeluarkan berbagai

jenis biaya operasi, besar kecilnya biaya akan mempengaruhi output (hasil) yang

dicapai.

Demi meningkatkan kinerja dan kemampuan selain harus membuat

perencanaan kerja harus juga diikuti dengan pengawasan agar setiap aktivitas

yang dilakukan sesuai dengan yang direncanakan dan untuk menilai seberapa jauh

efisiensi yang telah tercapai. Pengawasan berarti melakukan penilaian atas

pelaksanaan pekerjaan dengan membandingkan antara realisasi dan rencana

(anggaran) dan yang paling utama dalam membuat perencanaan adalah anggaran

biaya. Anggaran merupakan rencana kegiatan suatu instansi yang mencakup

kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama

lain, lalu dinyatakan dalam satuan uang dan berlaku untuk masa yang akan

datang. Apabila terjadi perbedaan antara anggaran dan realisasi yang cukup besar,

maka perlu dilakukan analisa terhadap perbedaan tersebut.

Di dalam melakukan pengawasan biaya, laporan pertanggungjawaban yang

dihasilkan setiap pusat pertanggungjawaban akan dibandingkan dengan anggaran

perusahaan. Bila terjadi perbedaan antara aktual dan anggaran, maka harus

dianalisa penyebabnya sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan perbaikan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan, dan apakah

akuntansi pertanggungjawaban sebagai suatu alat pengawasan biaya telah

diterapkan dengan baik.

Hal ini mendorong diberlakukannya sistem pendelegasian tugas dan

wewenang pimpinan kepada bawahannya (desentralisasi) dalam melakukan


5

aktivitas usaha maupun pengambilan keputusan agar masalah-masalah dalam

perusahaan dapat ditangani lebih baik sehingga tujuan perusahaan tercapai. Sistem

pendelegasian tugas dan wewenang ini dapat terlihat dengan adanya struktur

organisasi dalam perusahaan.

PT Tiga Serangkai pada awal didirkan pada tahun 1958 merupakan

perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan dan penebitkan buku

pelajaran, namun pada tahun 2003, karena TS memiliki begitu banyak bisnis

seperti penerbitan dan pencetakan, distribusi, dan ritel, sehingga memutuskan

untuk merestrukturisasi bisnis menjadi sebuah kelompok. Oleh karena itu mereka

membentuk perusahaan yang akan mengamati semua unit bisnis yang disebut PT

Tiga Serangkai Inti Corpora (TSIC). Hingga saat ini, Grup TS memiliki

setidaknya 6 anak perusahaan yang mengelola unit bisnis yang berbeda seperti PT

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (TSPM), PT Wangsa Jatra Lestari dan PT Pantia

Simpati yang mengelola bisnis percetakan dan penerbitan. Sementara untuk bisnis

distribusi dikelola oleh PT Tiga Serangkai International (TSI) dan bisnis ritel

dikelola oleh PT Assalam Niaga Utama dan PT Tiga Serangkai Nusantara.

Dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan penelitian pada

akuntansii pertanggungjawaban pada PT Tiga Serangkai Internasional cabang

medan belum berjalan secara optimal. Akuntansi pertanggungjawaban dapat

dikatakan baik apabila perusahaan dapat memenuhi empat unsur utama berikut:

penetapan tanggungjawab, penentuan ukuran kinerja, evaluasi kinerja, dan

pemberian penghargaan dan hukuman. Sedangkan kenyataannya dalam PT Tiga

Serangkai Internasional cabang medan terdapat permasalahan pada unsur

akuntansi pertanggungjawabannya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai empat


6

unsur akuntansi pertanggungjawaban yang ada pada PT Tiga Serangkai

Internasional cabang medan. Pertama, meskipun sudah terdapat pusat

pertanggungjawaban, beberapa karyawan masih melakukan double job. Hal ini

dikarenakan karyawan hany ada tujuh, sehingga pendelegasian wewenang dari

manajer tidak dilaksanakan dengan baik, sehingga mengakibatkan divisi-divisi

dalam perusahaan tidak berjalan dengan baik. Misalnya pada bagian customer

service merangkap bagian keuangan perusahaan. Selain itu manajer di PT Tiga

Serangkai Internasional cabang medan merangkap menjadi bagian penjualan. Hal

ini tentu saja akan menimbulkan permasalahan pada kebijakan keuangan yang

dibuat manajer. Pada perusahaan perseorangan seperti ini, biasanya manajer tidak

dapat memisahkan antara pengeluaran perusahaan dan pengeluaran pribadi

sehingga muncul biaya-biaya yang seharusnya tidak terjadi pada perusahaan.

Kedua, dalam penentuan ukuran kinerja perusahaan sudah menetapkan prosedur

standar kinerja bagi para karyawannya serta standar anggaran operasional

perusahaan yang harus dicapai pada tiap tahunnya. Selanjutny terkait evaluasi

kinerja dan pemberian penghargaan serta hukuman, dalam pelaksanaan evaluasi

kinerja yang dijalankan perusahaan tidak disertai dengan pemberian penghargaan

dan hukuman yang baik. Pelaksanaan pemberian hukuman yang tidak

dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan, membuat karyawan bekerja seperti

tanpa pengawasan. Salah satu permasalahan yang ditemukan adalah pada bagian

keuangan, pencatatan laporan keuangan yang tidak rapi dan sistematis. Hal ini

tentu saja dapat menimbulkan kecurangan yang dapat dilakukan oleh karyawan.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang akuntansi

pertangungjawaban yaitu Masniah (2013) hasil menunjukan Bahwa syarat-syarat


7

untuk dapat diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban di PT. Karwikarya

belum terpenuhi. arakteristik akuntansi pertanggungjawaban belum terpenuhi

secara keseluruhan yaitu, identifikasi pusat pertanggungjawaban pada pusat laba

dan pusat investasi

Berdasarkan uraian dan fenomena yang telah dikemukakan di atas maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Analisis

Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban pada PT Tiga Serangkai

Internasional”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penulis membuat identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu :

a. Dalam kegiatan operasional perusahaan, karyawan sering melakukan

double job.

b. Sedikitnya karyawan sehingga pendelegasian wewenang dari manajer

tidak dilaksanakan dengan baik oleh divisi-divisi yang terdapat dalam

perusahaan.

2. Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang tidak terarah, maka penulis

membatasi masalah dalam penelitian ini diantaranya :

a. Penulis hanya membahas tetang penerapan akuntansi

pertanggungjawaban pada devisi pusat biaya dan devisi pusat

pendapatan.
8

b. Obyek penelitian adalah PT Tiga Serangkai Internasional Cabang

Medan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang peneltian maka masalah yang hendak

diteliti dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana penerapan akuntansi pertanggungjawaban di devisi pusat

biaya pada PT Tiga Serangkai Internasional?

2. Bagaimana penerapan akuntansi pertanggungjawaban di devisi pusat

pedapatan pada PT Tiga Serangkai Internasional?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi

pertanggungjawaban di devisi pusat biaya pada PT Tiga Serangkai

Internasional.

b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi

pertanggungjawaban di devisi pusat pedapatan pada PT Tiga Serangkai

Internasional.

2. Manfaat Penelitia

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi Penulis
9

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengembangan ilmu pengetahuan serta pola pikir penulis akuntasi

pertanggungjawaban .

b. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

yang lebih luas akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai kinerja

manajerial sehingga dapat menjadi referensi yang dapat digunakan oleh

mahasiswa/mahasiswi lain untuk melakukan penelitian.

c. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi rumah

sakit mengenai pengawasan akuntansi manajemen, melalui implementasi

akuntansi pusat pertanggungjawaban dalam menilai kinerja manajerial di

dalam perusahaan sehingga dapat meminimalisir penurunan pendapatan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Akuntasi Pertanggungjawaban sudah banyak dilakukan

oleh peneliti sebelumnya. Penelitian ini memodifikasi hasil penelitian Masniah

(2013) yang berjudul “Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban pada PT.

Karwikarya Wisman Graha Tanjung pinang Kepulauan Riau” Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Masniah (2013) yaitu:

1. Variabel penelitian Masniah adalah Penerapan Akuntansi

Pertanggungjawaban, sedangkan variabel penelitian ini adalah Analisis

Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban.

2. Periode observasi penelitian Masniah adalah tahun 2013, sedangkan

observasi penelitian ini adalah tahun 2016-2018.


10

3. Objek penelitian Masniah adalah PT. Karwikarya Wisman Graha Tanjung

pinang Kepulauan Riau, sedangkan penelitian ini adalah pada PT Tiga

Serangkai Internasional.

4. Metode analisis penelitian Masniah sama dengan penelitian ini yaitu

deskriptif.

Anda mungkin juga menyukai