Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling

pada tahun 1976. Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun sedemikian

rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan (Horne,

2005:6). Manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik

perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan

mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat

melakukan fungsinya dengan baik, manajemen diberikan imbalan dan

pengawasan. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan

agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang

dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan membutuhkan biaya yang

disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan

dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemem bertindak

konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan

pemegang saham. Teori keagenan (agency theory) dapat menjelaskan

kesenjangan antara manajemen sebagai agen dan para pemegang saham sebagai

principal atau pendelegator. (Harmono, 2015:3). masalah keagenan berhubungan

dengan penggunaan ekuitas eksternal. Misalnya sebuah perusahaan yang semula

dimiliki seluruhnya oleh satu orang, maka semua tindakannya hanya

memperngaruhi posisinya sendiri. Jika pemilik yang juga manajer perusahaan itu

10
11

menjual sebagian dari sahamnya kepada orang lain, maka akan timbul konflik

kepentingan. Keuntungan sampingan yang dibayarkan kepada pemilik-manajer

yang semula sepenuhnya dinikmati sendiri, sekarang dibayar sebagian kepada

pemilik baru.

2.1.2 Signalling Theory

Menurut Brigham dan Houston (2011) Signal adalah suatu tindakan yang

diambil oleh manajemen suatu perusahaan memberikan petunjuk kepada investor

tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan tersebut. Teori sinyal

mengurangi terjadinya asimetri dimana manajer memiliki informasi yang berbeda

mengenai prospek perusahaan dari investor menjadi informasi simetris dimana

investor dan manajer perusahaan memiliki informasi yang sama tentang prospek

sebuah perusahaan.Dengan memberikan informasi keuangan dalam bentuk

laporan keuangan perusahaan yang akurat dan terpercaya atau akan mendorong

minat investor maupun publik tentang prospek perusahaan lebih baik, hal ini bisa

dilihat dari kelengkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Selain itu, keputusan manajemen untuk mengestimasi laba secara baik di masa

mendatang dan diinformasikan kepada investor dapat mengarahkan perusahaan

kearah lebih baik.

Peranan rasio keuangansangatlah penting untuk menjadi pedoman dalam

mengevaluasi kinerja perusahaan dan juga dapat memberikan perbandingan

kinerja dan hasil yang diperoleh perusahaan dengan periode sebelumnya.

Profitabilitas yang diukurdengan Return on Asset menunjukkan semakin kecil

(rendah) rasio ini semakin kurang baik, karena hasil yang diperoleh atas
12

penggunaan aset kecil dan ini akan menurunkan pertumbuhan laba, demikian pula

sebaliknya. Semakin tinggi rasio aktivitas yang diukur Total Asset Turnover

maka perusahaan akan semakin efisien dalam menggunakan aktivanya untuk

menghasilkan penjualan dan laba perusahaan juga dapat meningkat demikian

sebaliknya. Rasio Leverage yang diukur dengan Debt to Equity Ratioyang

semakin besar maka semakin baik dan sebaliknya dengan rasio yang rendah,

semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemiliki dan semakin besar

batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap

nilai aktiva dan ini dapat mengurangi pertumbuhan laba. Semakin tinggi Current

Ratio, maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah untuk

memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar

kegiatan operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat ini dapat

memberikan sinyal yang positif untuk pihak pengguna laporan keuangan.

Menurut Prihartanty (2010) pertumbuhan laba meningkat dari tahun ke

tahun, akan memberikan sinyal positif mengenai kinerja perusahaan. Pertumbuhan

laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan,maka semakin tinggi laba

yang dicapai perusahaan mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan.

Dengan demikian, apabila rasio keuangan perusahaan baik,maka pertumbuhan

laba perusahaan juga baik.Semakin meningkatnya proporsi dari kepemilikan

saham manajerialmaka kinerja suatu perusahaan juga akan semakin baik. Oleh

karena itu,dengan meningkatkan kepemilikan saham manajerial, maka

kedudukanantara manajer dengan pemegang saham akan sejajar, karena pihak

manajerikut merasakan manfaat langsung dari keputusan yang diambil,


13

sehinggapihak manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas

kinerjaperusahaannya.

2.1.3 Harga Saham

Menurut Brigham dan Houston (2010) Harga saham menentukan

kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham di

terjemahkan menjadi maksimalkan harga saham perusahaan. Harga saham pada

satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan di terima di

masa mendatang oleh investor rata-rata jika investor membeli saham. Berdasarkan

pengertian para ahli di atas, maka bisa di simpulkan bahwa harga saham adalah

harga yang terbentuk sesuai permitaan dan penawaran di pasar pembelian saham

dan biasanya ditunjukkan pada harga penutupan.

Harga saham adalah harga dari suatu saham yang ditentukan pada saat

harga saham sedang berlangsung yang berdasarkan pada permintaan dan

penawaran pada saham yang dimaksud. Harga saham di pasar ditentukan oleh

para pelaku pasar yang sedang melangsungkan perdagangan sahamnya. Dengan

harga saham yang sudah ditentukan otomatis perdagangan saham di bursa efek

akan berjalan. Harga saham dapat juga didefinisikan sebagai harga yang dibentuk

dari interaksi antara para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh

harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan.

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu

Perseroan Terbatas. Bagi perusahaan yang bersangkutan, hasil yang diterima dari

penjualan sahamnya akan tetap tertanam dalam perusahaan tersebut selama

hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan


14

penanam yang permanen. Karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual

sahamnya.

2.1.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal

dari internal dan eksternal. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu

berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan

oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari

jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika

jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka

harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi

harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Alwi

(2018) faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu :

1. Faktor Internal

a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,

rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan

produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman

yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang

c) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director

announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen,

dan struktur organisasi.

d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,

investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.


15

e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan

ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.

f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi

baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba

sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning Per

Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), Price Earning Ratio (PER), Net

Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal

a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan

deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi

ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan

terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan

terhadap manajernya.

c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti

laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham

perdagangan, pembatasan/penundaan trading.

d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan

faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga

saham di bursa efek suatu negara

e) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.


16

2.1.1.2 Jenis-Jenis Harga Saham

Harga saham menurut Widoatmodjo (2012:91) dapat dibedakan menjadi

tiga, yaitu:

1) Harga Nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang

ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.

2) Harga Perdana adalah harga yang didapatkan pada waktu harga saham

tersebut dicatat di bursa efek.

3) Harga Pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor

yang lain

2.1.4 Suku Bunga Bank

Menurut Ramadhani (2015:5), tingkat suku bunga ditentukan oleh

penawaran atau permintaan uang. Menurut teori ini ada 3 motif yaitu transaksi,

berjaga-jaga dan spekulasi yang menjadi sumber timbulnya permintaan akan uang

yang diberi nama liquide preference, yaitu bahwa permintaan uang menurut teori

Keynes berlandaskan konsep bahwa orang pada umumnya menginginkan tetap

liquide untuk memenuhi 3 motif tersebut.

Menurut Saryadi (2013:19), tingkat bunga kredit perbankan merupakan

biaya opportunitas dalam pembentukan investasi oleh sektor bisnis, sehingga

peningkatan tingkat bunga kredit perbankan akan menurunkan tingkat investasi

dan kemudian menurunkan pertumbuhan ekonomi. Penurunan intensitas

persaingan bank akan meningkatkan penawaran kredit perbankan atau berasosiasi

positif dengan struktur kredit perbankan. Peningkatan struktur kredit perbankan

akibat penurunan intensitas persaingan bank akan meningkatkan investasi sektor

riil dan kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi.


17

Menurut Kasmir (2012:114), Bunga bank dapat diartikan sebagai balas

jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada

nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan

sebagai harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang

memperoleh pinjaman.

Berdasarkan pengertian suku bunga di atas maka dapat disimpulkan bahwa

suku bunga kredit bank merupakan biaya opportunitas dalam pembentukan

investasi oleh sektor bisnis, sehingga peningkatan tingkat bunga kredit perbankan

akan menurunkan tingkat investasi dan kemudian menurunkan pertumbuhan

ekonomi sehingga besar kecilnya suku bunga kredit bank akan turut menentukan

besar kecilnya jumlah pemberian kredit bank pada debitur.

Menurut Kasmir (2012:115-116), berikut ini terdapat beberapa faktor

utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga bank, sebagai

berikut:

a) Kebutuhan dana; apabila bank kekurangan dana sementara permohonan

pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut

cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan.

Peningkatan suku bunga simpanan secara otomatis akan pula

meningkatkan bunga pinjaman. Apabila dana yang ada disimpanan

banyak sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan

akan turun.

b) Persaingan; dalam memperebutkan dana simpanan, maka disampain

faktor promosi yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan

pesaing.
18

c) Kebijakan pemerintah; dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun

bunga pinjaman tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh

pemerintah.

d) Target laba yang diinginkan; sesuai dengan target laba yang diinginkan,

jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan

sebaliknya.

e) Jangka waktu; semakin panjang jangka waktu pinjaman akan semakin

tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan risiko

dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka

pendek, maka bunganya relatif lebih rendah.

f) Kualitas jaminan; semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin

rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Alasan utama

perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang

diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat

deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk

dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.

g) Reputasi perusahaan; bonafiditas suatu perusahaan akan memperoleh

kredit sangat menentukan suku bunga yang akan dibebankan nantinya,

karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan risiko kredit

macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

h) Produk yang kompetitif; maksudnya adalah produk yang dibiayai

tersebut laku dipasaran. Unutk produk yang kompetitif, bunga kredit

yang diberikan reletif rendah jika dibandingkan dengna produk yang

kurang kompetitif.
19

i) Hubungan baik; biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara

nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini

didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan

terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang

baik dengan pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya

berbeda dengan nasabah biasa.

j) Jaminan pihak ketiga; dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan

kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan

bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun

loyalitas terhadap bank, maka bunga yang dibebankan pun berbeda.

Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafid

atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai

jaminan pihak ketiga oleh perbankan.

Menurut Sunariyah (2010), tingkat suku bunga mempunyai beberapa

fungsi dalam suatu perekonomian, antara lain :

a) Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga yang

mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b) Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagi alat kontrol bagi pemerintah

terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi

c) Tingkat suku bunga dapat digunkan sebagai alat moneter dalam

mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu

perekonomian.
20

d) Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan

poduksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk

mengontrol tingkat inflasi

2.1.5 Struktur Modal

Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur

keuangan merupakan kombinasi atau bauran dari segenap pos yang termasuk

dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan, sedangkan struktur modal

merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang (utang

jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa) yang digunakan

perusahaan (Warsono, 2012:235).

Penentuan struktur modal bagi suatu perusahaan merupakan salah satu

bentuk keputusan keuangan yang penting, karena keputusan ini dapat berpengaruh

terhadap pencapaian tujuan manajemen keuangan perusahaan. Tujuan pokok

manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi

sumber pembelanjaan permanen sedemikian rupa, sehingga mampu

memaksimumkan harga saham perusahaan, meminimumkan biaya modal dan

akhirnya memaksimumkan nilai perusahaan. Teori struktur modal berkenaan

dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil

perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang dan

modal sendiri. (Harmono, 2015:137)

Manajer keuangan akan melakukan berbagai keputusan untuk

meningkatkan nilai perusahaan, diantaranya adalah keputusan investasi dan

keputusan pendanaan. Setelah melakukan keputusan investasi manajer keuangan

akan berpikir bahwa keputusan investasi tersebut akan dibiayai/didanai dari modal
21

apa, apakah seluruhnya dengan hutang ataudengan modal sendiri atau malah

kombinasinya, sehingga diperlukan teori struktur modal untuk menetapkan

keputusan yang tepat.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal adalah

sebagai berikut (Warsono, 2012):

a) Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan di masa yang akan datang,

yaitu semakin tinggi pertumbuhan dan semakin stabil penjualan di masa

yang akan datang, kecenderungan meleverage semakin besar.

b) Struktur kompetitif dalam industri, yaitu semakin kompetitif persaingan

dalam industrinya, semakin kecil kecenderungan untuk menggunakan

utang jangka panjang dalam struktur modalnya.

c) Susunan asset dari perusahaan sendiri, yaitu perusahaan yang sebagian

besar asetnya berupa asset tetap biasanya lebih banyak menggunakan

modal sendiri dalam struktur modalnya.

d) Risiko bisnis yang dihadapi perusahaan, yaitu semakin tinggi risiko bisnis

yang dihadapi perusahaan, semakin rendah kecenderungan untuk

mengadakan leverage.

e) Status kendali dari para pemilik dan manajemen, yaitu bertambahnya

saham biasa yang beredar maka kendali para pemilik semakin berkurang.

f) Sikap para kreditor modal terhadap industri dan perusahaan, yaitu semakin

baik persepsi para kreditor terhadap industry dan perusahaan, maka

semakin mudah perusahaan untuk mendapatkan utang.


22

g) Posisi pajak perusahaan, yaitu bunga mengurangi pengeluaran pajak,

sehingga semakin besar tariff pajak yang diberlakukan terhadap

perusahaan, maka biaya utang efektif menjadi semakin rendah.

h) Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menerbitkan modal dalam

kondisi yang tidak baik, yaitu dalam kondisi uang ketat dalam

perekonomian, atau jika perusahaan mengalami kesulitan operasi,

pemasok modal lebih menyukai untuk memnyediakan dana bagi

perusahaan dengan kondisi baik.

i) Konservatisme atau agresivisme manajerial, yaitu manajer perusahaan

yang agresif cenderung untuk menggunakan utang dalam usaha untuk

mendorong laba sehingga hal ini dapat mempengaruhi manajer dalam

menentukan struktur modal sasar.

Pemenuhan kebutuhan dana dapat diperoleh melalui internal perusahaan

maupun secara eksternal. Bentuk pendanaan secara internal (internal financing)

adalah laba ditahan dan depresiasi. Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan secara

eksternal dapat dibedakan menjadi pembiayaan hutang (debt financing) dan

pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan hutang dapat diperoleh

dengan melalui pinjaman, sedangkan modal sendiri melalui penerbitan saham

baru.

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur

modal terhadap nilai perusahaan (yang tercermin dari harga saham perusahaan)

seandainya perusahaaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang (atau

sebaliknya). apakah harga saham akan berubah apabila perusahaan tidak merubah

keputusan-keputusan keuangan lainnya. Dengan kata lain, kalau perubahan


23

struktur modal tidak merubah nilai perusahaan berarti tidak ada struktur modal

yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau

harga saham adalah struktur modal yang terbaik. Nilai perusahaan dapat diukur

melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya harga saham

perusahaan di pasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh public terhadap

kinerja perusahaan secara riil. (Harmono, 2015:50).

Ada beberapa cara untuk mengukur struktur modal suatu perusahaan. Dalam

penelitian ini, struktur modal diukur tehadap 2 rasio, yaitu :

1. Debt to Asset Ratio (DAR)

Yaitu rasio total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya

pendanaan utang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang

didukung oleh utang.Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan

perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian

tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor.

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham

terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan

perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.

2.1.6 Profitabilitas

Menurut Kasmir (2012:196), “Profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”.Intinya adalah

penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Rasio profitabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan labanya melalui

semua kemampuan dan sumber yang ada sehingga diketahui untuk mengukur
24

tingkat efisiensi usaha dan keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut.Untuk

mengukur kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dapat menggunakan

rasio profitabilitas tergantung pada informasi yang diambil dari laporan keuangan.

Umumnya pengukuran rasio profitabilitas diukur melalui Sales Margin,

ROA (Return on Assets) dan ROE (Return on Equity) diuraikan sebagai berikut

ini.

1. Sales Margin (Net Profit Margin)

Menunjukkan berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh

dari penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kinerja

perusahaan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor

untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.Semakin besar rasio ini,

maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba

yang tinggi.

2. Return on Equity (ROE)

Return on Equity adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak

dengan modal sendiri (equity) merupakan indikator yang amat penting bagi para

pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba bersih. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena

berarti posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian juga sebaliknya. ROE

sangat menarik bagi pemegang saham maupun calon pemegang saham , dan juga

bagi manajemen tersebut merupakan ukuran atau indicator penting dari penilaian

pemegang saham, artinya semakin tinggi rasio ROE , semakin tinggi pula nilai

perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi investor untuk
25

menanamkan modalnya diperusahaan tersebut.Untuk mengukur kemampuan bank

memperoleh keuntungan terhadap kepentingan pemilik.

3. Return on Assets (ROA)

Rasio ini menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan

laba secara keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak

dengan total aset. ROA juga menggambarkan perputaran aktiva diukur dari

volume penjualan.Semakin besar ROA suatu perusahaan, maka semakin besar

pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula

posisi perusahaan tersebut dari penggunaan aset.Semakin kecil rasio ini

mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen perusahaan dalam hal

mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya. ROA

merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen dalam

meningkatkan keuntungan perusahaan sekaligus untuk menilai kemampuan

manajemennya dalam mengendalikan biaya-biaya, maka dengan kata lain dapat

menggambarkan produktivitas bank tersebut. ROA digunakan untuk menganalisis

tingkat profitabilitas. ROA dihitung dengan cara membandingkan laba bersih

dengan total aset atau aktivanya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Wibowo (2018) melakukan penelitian tentang “pengaruh nilai tukar,

tingkat suku bunga, profitabilitas, dan struktur permodalan terhadap harga saham

BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2015-2017” Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ROA dan DER berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham

perusahaan BUMN selama tahun 2015-2017. Selain itu, nilai tukar dan tingkat
26

suku bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham

perusahaan BUMN.

Lindayani dan dwi (2015) melakukan penelitian tentang “Dampak

struktur modal dan inflasi terhadap profitabilitas dan return saham perusahaan

keuangan sektor perbankan di BEI periode 2011- 2014” hasil penelitian

menunjukan bahwa Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa DER

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, Inflasi berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap ROA, DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham, Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, ROA

berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. ROA tidak mampu

memediasi hubungan DER dengan return saham, sedangkan ROA mampu

memediasi hubungan inflasi dengan return saham

Mujiburrahman (2015) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Struktur

Modal dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham pada Perusahaan

perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014”. Struktur

modal yang diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER)

berpengaruh terhadap harga saham dan arahnya negatif, dimana semakin

meningkatnya DER maka harga saham akan mengalami penurunan, dengan

kontribusi pengaruh yang cukup besar dan ditentukan oleh faktor lain, diantaranya

adalah adalah Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER),

Times Interst Earned, Fixed Charge Coverage (FCC) dan ratio keuangan lainnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh

terhadap harga saham perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2010-2014 Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga


27

saham, korelasi tingkat suku bunga terhadap harga saham adalah kuat dan arahnya

negatif, dimana hubungan negatif tersebut menunjukkan semakin tingginya

tingkat suku bunga maka harga saham akan mengalami penurunan. Dengan

kontribusi pengaruh yang cukup besar dan sisanya ditentukan oleh faktor lain

seperti tingkat inflasi dan kebijakan moneter.

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di atas maka disajikan ikhtisarnya

pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu


Nama Judul Variabel X VariabelModel Hasil Penelitian
/Tahun Y Analisis
Wibowo pengaruh nilai Regresi Hasil penelitian menunjukkan
(2018) tukar, tingkat suku Nilai Harga Linier bahwa ROA dan DER
bunga, tukar, Suku Saham Berganda berpengaruh positif signifikan
profitabilitas, dan bunga BI, terhadap harga saham
struktur Return On perusahaan BUMN selama
permodalan Asset, Debt tahun 2015-2017. Selain itu,
terhadap hargato Equity nilai tukar dan tingkat suku
saham BUMN Ratio bunga tidak memiliki
yang terdaftar di pengaruh yang signifikan
BEI tahun 2015- terhadap harga saham
2017 perusahaan BUMN.
Lindayani Dampak struktur struktur Harga Analisis Hasil dari penelitian ini
dan dwi modal dan inflasi modal dan Saham regresi linier menunjukkan bahwa DER
(2015) terhadap inflasi Dan berganda berpengaruh positif dan
profitabilitas dan profitabil signifikan terhadap ROA,
return saham itas Inflasi berpengaruh negatif
perusahaan dan signifikan terhadap ROA,
keuangan sektor DER berpengaruh positif dan
perbankan di BEI signifikan terhadap return
periode 2011- saham, Inflasi berpengaruh
2014. positif dan signifikan
terhadap return saham, ROA
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return
saham. ROA tidak mampu
memediasi hubungan DER
dengan return saham,
sedangkan ROA mampu
memediasi hubungan inflasi
dengan return saham
Mujiburra Pengaruh Struktur Struktur Harga Regresi Dengan demikian dapat
hman Modal dan Modal dan Saham Linier disimpulkan bahwa Debt to
(2015) Tingkat Suku Tingkat Berganda Equity Ratio berpengaruh
28

Bunga Terhadap Suku terhadap harga saham


Harga Saham Bunga perusahaan Perbankan yang
pada Perusahaan terdaftar di Bursa Efek
perbankan yang Indonesia Periode 2010-2014
Terdaftar di Bursa Tingkat suku bunga
Efek Indonesia berpengaruh terhadap harga
Periode 2010- saham, korelasi tingkat suku
2014”. bunga terhadap harga saham
adalah kuat dan arahnya
negatif,

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui

dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara

teoritis antara variabel-variabel penelitian.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Suku Bunga Bank


(X1 )

Harga Saham
Struktur Modal (Y)
(X2)

Profitabilitas
(X3)
29

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka konsep yang telah dijelaskan tentang suku

bunga bank, struktur modal dan profitabilitas terhadap harga saham, maka

hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1 : Suku Bunga Bank berpengaruh secara parsial terhadap Harga Saham

pada Perbankan yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia 2015-2019.

H2 :Struktur Modal berpengaruh secara parsial terhadap Harga Saham

pada Perbankan yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia 2015-2019.

H3 :Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap Harga Saham pada

Perbankan yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia 2015-2019.

H4 :Suku Bunga Bank, Struktur Modal dan Profitabilitas berpengaruh

secara simultan terhadap Harga Saham pada Perbankan yang terdafatar

di Bursa Efek Indonesia 2015-2019.

Anda mungkin juga menyukai