Anda di halaman 1dari 7

A.

Input

Kualitas Laba

Susanto (2012:153), laporan keuangan yang diterbitkan suatu perusahaan harus dapat mengungkapkan
kondisi perusahaan yang sebenarnya agar dapat bermanfaat bagi investor dan kreditur. Informasi yang
bermanfaat bagi pengambilan keputusan haruslah informasi yang mempunyai relevansi. Salah satu
indiKator suatu informasi akuntansi yang relevan adalah adanya reaksi pemodal pada saat
diumumkannya suatu informasi yang dapat diamati dari adanya pergerakan saham. Keputusan ekonomi
yang dibuat oleh para pelaku pasar berdasarkan informasi yang diperoleh dari laporan keuangan
umumnya tercermin dalam tindakan perilaku pasar yang disebut dengan reaksi pasar. Reaksi pasar
dipicu oleh berbagai hal, salah satunya adalah pengumuman yang berhubungan dengan laba.

Hanafi (2010:32) menjelaskan pengertian laba sebagai berikut:

“Laba merupakan ukuran keseluruhan prestasi perusahaan yang didefinisikan sebagai berikut:
Laba=Penjualan-Biaya”

Menurut Statement of Financial Accounting (SFAC) Nomor 1, laba memiliki manfaat untuk menilai
kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka
panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau kredit. SFAC No. 2 dalam Kartika
dan Nikmah (2011:98) menyatakan salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan
adalah informasi mengenai laba perusahaan. Informasi laba merupakan unsur utama dalam laporan
keuangan dan sangat penting bagi pihak- pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif.

Menurut Schipper dan Vincent (2003) dalam Novianti (2012:3), kualitas laba adalah jumlah yang dapat
dikonsumsi dalam satu periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal dan akhir periode
tetap sama. Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang
diterbitkan oleh emiten. Sedangkan menurut Penman (2001) dalam Purwanti (2010:16), laba yang
berkualitas adalah laba yang disajikan sesuai dengan yang sebenarnya dan dapat mencerminkan
kelanjutan laba (Sustainable earnings) di masa depan, yang diitentukan oleh akrual dan aliran kasnya.
Dechows et al (2010) dalam Wulansari (2013:5) mendefinisikan kualitas laba sebagai berikut:

“Higher quality earnings provide more information about the features of a firms financial performance
that are relevant to a specific decision made by a

specific decision-maker.”

Dari definisi diatas, terdapat tiga hal yang harus digarisbawahi:

1. Kualitas laba tergantung pada informasi yang relevan dalam membuat keputusan. Pendefinisian
kualitas laba diatas hanya dalam konteks model

keputusan tertentu.
2. Kualitas angka laba yang dilaporkan dilihat dari apakah informasi tersebut

menggambarkan kinerja keuangan suatu perusahaan.

3. Kualitas laba secara bersama-sama ditentukan oleh relevansi dari kinerja

keuangan yang mendasari keputusan.

Boediono (2005) dalam Kurnia (2010:1-2) menjelaskan bahwa kualitas

laba menjadi pusat perhatian bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya bagi mereka yang
mengharap kualitas laba yang tinggi. Laporan ini diakui oleh investor, kreditur, supplier, organisasi
buruh, bursa efek dan para analis keuangan sebagai sumber informasi penting mengenai keberadaan
sumber daya ekonomi perusahaan yang diharapkan berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi
ini juga diharapkan menjadi pedoman untuk pemegang saham dan investor potensial untuk
menentukan kepentingan investasi mereka terhadap saham emiten.

Menurut Dechow dan Schrand (2004) dalam Warianto (2013:4), laba yang berkualitas memiliki 3
karakteristik, yaitu:

1. Mampu mencerminkan kinerja operasi perusahaan saat ini dengan akurat.

2. Mampu memberikan indikator yang baik mengenai kinerja perusahaan di masa depan.

3. Dapat menjadi ukuran yang baik untuk menilai kinerja perusahaan (Tong dan Miso, 2011 dalam
Warianto, 2013:5).

Menurut Eka (2012:2) kualitas laba adalah laba dalam laporan keuangan yang mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan yang sesungguhnya.

B. output

Pengukuran kualitas laba dalam penelitian ini menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC). ERC
dapat diperoleh dari regresi antara proksi harga saham dan laba akuntansi. Cummulative Abnormal
Return (CAR) merupakan proksi harga saham yang menunjukkan besarnya respon pasar terhadap
informasi akuntansi (laba akuntansi) yang dipublikasikan.

Akumulasi return taknormal (ARTN) atau Cummulative Abnormal Return (CAR) merupakan penjumlahan
return taknormal hari sebelumnya di dalam periode peristiwa pada masing-masing sekuritas.
Perhitungan Akumulasi Return Tidak Normal (ARTN) atau Cummulative Abnormal Return (CAR) pada
saat laba akuntansi dipublikasikan dihitung dengan metode studi peristiwa. Studi peristiwa (event study)
merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Tujuan studi peristiwa adalah untuk mengukur hubungan
antara suatu peristiwa atau informasi dengan reaksi pasar apakah informasi dengan reaksi pasar apakah
informasi tersebut dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Periode peristiwa adalah periode di
seputar peristiwa yang digunakan untuk menguji perubahan return tak normal (RTN). Jenis studi
peristiwa dalam penelitian ini terfokus pada peristiwa konvensional (peristiwa yang seringkali terjadi dan
diumumkan secara terbuka oleh emiten di pasar modal), berupa pengumuman laba. Jika pengumuman
mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas
bersangkutan. Suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal
return kepada pasar, dan pengumuman yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal
return kepada pasar.

Arus kas merupakan pergerakan dana tunai masuk dan keluar dari suatu usaha badan usaha. Hal
tersebut berkaitan dengan penjadwalan waktu transaksi tunai sesuai penggunaan dana tunai sebagai
aset. Arus kas adalah suatu proses, yaitu cara suatu perusahaan di dalam membangkitkan dan
menggunakan dana tunainya.

Manfaat laporan arus kas adalah:

1. Memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk

mengevaluasi perubahan dalam aset bersih entitas, struktur keuangan (likuiditas dan solvabilitas) dan
kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan
dan peluang yang berubah.

2. Menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para
pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa
depan (future cash flows) dari berbagai entitas.

3. Meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas.

Arus kas masuk dari aktivitas operasi diantaranya:

a. Penerimaan dari penjualan barang/jasa, royalti, pendapatan lain.

b. Penerimaan dari pendapatan sewa, restitusi pajak.

c. Penerimaan dari pemberian untuk bank dan penjualan sekuritas dari


perusahaan efek.

Arus kas keluar dari aktivitas operasi diantaranya:

a. Pembayaran kepada pemasok barang dan jasa.

b. Pembayaran untuk karyawan.

c. Pembayaran klain (asuransi), pembelian efek (perusahaan efek), pengembalian

kredit (bank).

d. Pembayaran biaya operasi.

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang

serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Arus kas investasi mencerminkan pengeluaran untuk
sumber data yang dimaksudkan menghasilkan kas di masa depan.

Arus kas masuk dari aktivitas investasi diantaranya:

a. Penerimaan penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan aset jangka panjang

lain.

b. Penerimaan kas dari kontrak future / forward, future untuk pendanaan.

c. Penerimaan penjualan instrumen utang atau kas (selain diperdagangkan).

d. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman dari pihak lain.

Arus kas keluar dari aktivitas investasi diantaranya:

a. Pembayaran kas untuk membeli aset tidak tetap, aset tidak berwujud, biaya

pengembangan dikapitalisasi.

b. Pembayaran kas dari kontrak future, forward, swap untuk aktivitas pendanaan.

c. Pembayaran untuk membeli instrumen utang/ekuitas/ventura selain untuk

diperdagangkan.

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan

dalam dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Aktivitas pendanaan
memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas.
Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan terdiri dari:

a. Penerimaan kas dari penerbitan saham.

b. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, wesel, pinjaman jangka pendek dan

jangka panjang, hipotek.

Arus kas keluar dari aktivitas pendanaan terdiri dari:

a. Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham.

b. Pelunasan pinjaman.

c. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas terkait sewa pembiayaan.

C. outcome

Menurut Purwanti (2010:20), penjualan adalah bagian terpenting dari siklus operasi perusahaan dalam
menghasilkan laba. Penjualan terdapat dalam laporan laba rugi. Tujuan laporan laba rugi adalah
membandingkan antara biaya dan pendapatan serta keuntungan dan kerugian pada periode tertentu
suatu perusahaan.

Definisi penjualan menurut Mulyadi (2010: 202) adalah suatu keputusan proses pemindahan kepimilikan
atas barang yang telah di produksi atau yang telah siap untuk dijual kepada pelanggan. penjualan terdiri
dari transaksi penjualan barang dan jasa, baik secara kredit maupun tunai.

Menurut Basu Swastha dan Irawan (2011; 407-408), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penjualan,
adalah:

1. Kondisi dan kemampuan penjual

Penjual harus dapat menyakinkan kepada pembeli agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang
diharapkan. Untuk maksud tersebut, penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat
berkaitan, yaitu:

a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan

b. Harga produk

c. Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman, garansi, dan


sebagainya.

Masalah-masalah tersebut biasanya menjadi pusat perhatian pembeli sebelum melakukan


pembeliannya. Manajer perlu memperhatikan jumlah serta sifat- sifat tenaga penjual tenaga penjua
yang baik dapatlah dihindari timbulnya kemungkinan rasa kecewa pada para pembeli dalam
pembeliannya. Adapun sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang penjual yang baik antara lain: sopan,
pandai bergaul, pandai bicara, mempunyai keperibadian yang menarik, sehat jasmani, jujur, mengetahui
cara-cara penjualan, dan sebagainya.

2. Kondisi pasar

Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula
mengetahui kegiatan penjualannya. Adapun faktor- faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:

a. Jenis pasarnya

b. Kelompok pembeli atau segmentasi pasarnya

c. Daya belinya

d. Frekuensi pembeliannya

e. Keinginan dan kebutuhannya

3. Modal

Akan lebih sulit bagi penjual untuk menjual barangnya apabila barang yang dujual tersebut belum
dikenal oleh calon pembeli, atau apabila lokasi pembelian jauh dari tempat penjual. Dalam keadaan
seperti ini, penjual harus memperkenalkan dulu membawa barangnya ke tempat pembeli. Untuk
melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya sarana serta usaha, seperti: alat transport, tempat
peragaan baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Semua
ini hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang cukup dan sesuai dengan yang
diperlukan.

4. Kondisi organisasi perusahaan

Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri (bagian
penjualan) yang dipegang orang-orang tertentu/ahli dibidang penjualan. Lainya dengan perushaan kecil,
dimana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain, hal ini
disebabkan karena jumlah tenaga kerjanya lebih sedikit, sistem organisasinya lebih sederhana, masalah-
masalah yang dihadapi, serta saran yang dimilikinya juga tidak sekompleks perusahaan besar. Bisanya,
masalah penjualan ini ditangani sendiri oleh pimpinan dan tidak diberikan kepada orang lain.

5. Faktor lain

Faktor-faktor lain, seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, sering mempengaruhi
penjualan. Namaun untuk melaksanakannya, diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi
perusahaan yang bermodal kuat, kegiatan ini secara rutin dapat dilakukan. Sedangkan bagi perusahaan
kecil yang mempunyai modal relatif kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan.

D. Sasaran tujuan

Kesempatan investasi perusahaan merupakan komponen penting dari nilai pasar. Hal ini disebabkan
investment opportunity set atau set kesempatan investasi dari suatu perusahaan mempengaruhi cara
pandang manajer, pemilik, investor dan kreditur terhadap perusahaan. Perusahaan dengan tingkat
investment opportunity set tinggi cenderung akan memiliki prospek pertumbuhan perusahaan yang
tinggi dimasa depan. Adanya kesempatan bertumbuh (investment opportunity set) menyebabkan laba
perusahaan dimasa depan akan meningkat. Pasar akan memberi respon yang lebih besar terhadap
perusahaan yang mempunyai kesempatan bertumbuh (investment opportunity set). Tingginya respon
pasar terhadap laba akan menyebabkan semakin besar reaksi harga pasar suatu sekuritas. Perusahaan
dengan investment opportunity set yang tinggi akan memiliki earnings response coefficients yang tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa investment opportunity set berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas
laba. Perusahaan dengan investment opportunity set yang tinggi cenderung akan meningkatkan kualitas
laba perusahaan tersebut.

Salah satu faktor yang mempengaruhi laba adalah penjualan. Semakin tinggi volume penjualan, maka
semakin tinggi pula laba yang diperoleh suatu perusahaan. Para investor selalu mengamati perusahaan-
perusahaan untuk proses pengambilan keputusan investasi. Pertimbangan yang dilakukan oleh para
investor atau calon investor adalah memprediksi laba perusahaan di masa yang akan datang melalui
penilaian terhadap volume penjualan dari suatu perusahaan. Volume penjualan akan mudah diprediksi
jika volume penjualan tersebut tidak mengalami kenaikan dan penurunan yang tajam (volatilitas).
Volatilitas penjualan yang rendah akan memudahkan investor dan calon investor dalam memprediksi
penjualan di masa yang akan datang sehingga dapat disimpulkan bahwa volatilitas penjualan yang
rendah akan menimbulkan respon yang baik dari para investor atau calon investor dan itu berarti
perusahaan memiliki laba yang berkualitas. Volatilitas yang rendah dapat menimbulkan respon baik dari
para investor maupun para calon investor, sehingga nilai earnings response coefficient akan tinggi, dan
ini berarti perusahaan memiliki laba yang berkualitas. Dapat disimpulkan bahwa volatilitas penjualan
berpengaruh negatif terhadap kualitas laba.

Anda mungkin juga menyukai