PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang laba dan komponenkomponennya karena informasi ini memainkan suatu peranan yang signifikan dalam proses
pengambilan keputusan oleh pihak eksternal. Informasi laba merupakan komponen laporan
keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu
mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko
investasi atau meminjamkan dana. Hal ini menyebabkan para investor lebih cenderung
memperhatikan laba dalam laporan laba rugi untuk keperluan pengambilan keputusan.
Perilaku investor inilah yang disadari oleh manajemen yang akhirnya mendorong
untuk melakukan perilaku yang tidak semestinya (dysfunctional behaviour). Di lain pihak
terdapat asimetri informasi antara manajemen dengan pengguna laporan keuangan lainnya
seperti investor. Cara yang biasa dilakukan manajemen untuk mempengaruhi angka pada
laporan keuangan adalah dengan melakukan manajeman laba (earning management).
Aktivitas manajemen laba juga dinyatakan dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan
dan kadangkala merupakan indikasi terjadinya tindakan ilegal yang serius dalam pelaporan
keuangan.
Topik perataan penghasilan (income smoothing) terkait erat dengan konsep
manajemen laba (earnings management). Seperti halnya manjemen laba, penjelasan konsep
perataan laba juga menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory). Teori ini
menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manjemen
(agent) dengan pemilik (principal).
Tindakan perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai
penghasilan bersih/laba menjadi menyesatkan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya
kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan, khususnya pihak eksternal (Jatiningrum, 200 ). Perataan laba menjadi suatu hal
yang merugikan investor, karena investor tidak akan memperoleh informasi yang akurat
mengenai laba untuk mengevaluasi tingkat pengembalian dari portofolionya. Tindakan
perataan laba mengakibatkan pengungkapan dalam laporan keuangan menjadi tidak memadai
(Dwiatmini dan Nurkholis, 2001). Fenomena ini merupakan dampak negatif asimetri
informasi dalam konsep teori keagenan.
Kinerja Saham
istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen selama
perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara dalam RUPS
sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Apabila perusahaan hanya mengeluarkan satu
kelas atau satu jenis saham saja, saham ini disebut saham biasa (common stock). Untuk
menarik investor potensial lainnya suatu perusahaan mungkin juga mengeluatkan kelas lain
dari saham yaitu yang disebut dengan saham preferen (preffered stock). Saham preferen
erupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden atau bagian kekayaan
pada saat perusahaan dilikuidasi terlebih dahulu dari saham biasa. Saham preferen
mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak-hak priorotas dari saham preferen
yaitu hak atas dividen yang tetap dan hal terhadap aktiva jika terjadi likuidasi. Akan tetapi
pada umumnya,saham preferen tidak mempunya hak veto seperti yang dimilki oleh saham
biasa.
Dividen sifatnya tidak relevan didalam menentukan nilai dari perusahaan, namun
masih banyak perusahaan yang membayar dividen bahkan meningkatkan nilai devidennya.
Dalam suatu penelitian tidak ditemukan bukti bahwa dividen mengandung informsi. Akan
tetapi hasil studi yang terbaru lebih mendukung bahwa deviden mengandung informasi.
Beberapa pendekatan telah digunakan untuk menguji kandungan informasi dari dividen.
Pendekatan yang dilakukan adalah memasukan dividen kedalam model laba untuk
memperediksi laba masa depan. Dividen mempunyai informasi jika kekuatan prediksi model
laba menjadi meningkat dan menyebabkan laba. Deviden yang diperoleh oleh investor
dipengaruhi oleh kemampuan manajemen perusahaan untuk beroperasi secar menguntungkan
ditangah-tengah lingkungan usaha yang semakin kompetitif. Dengan kinerja yang baik maka
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan juga akan lebih terkamin sehingga harapan
investor untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang terpenuhi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, antara lain :
1. Harapan investor terhadap tingkat pendapatan deviden untuk masa yang akan
datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden suatu saat stabil maka harga
saham cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan deviden
berfluktuasi karena siklus perusahaan atau perubahan teknologi maka harga
saham berfluktuasi juga.
BAB III
PEMBAHASAN
ke
periode-periode
yang
kurang
menguntungkan.Income
Smoothing adalah bentuk manajemen pendapatan yang merefleksikan akibat atau hasil
ekonomi, bukan karena hasil-hasil tersebut, melainkan karena manajemen menghasilkan
kualitas
laba
atau
keuntungan
yang
lebih
rendah
karena
pendapatan
tidak
atau variance dari suatu periode lain dinilai sebagai prestasi baik. Upaya menstabilkan
laba ini disebut income smoothing.
secara
oportunistik
untuk
melakukan
manajemen
laba
dengan
memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985 dalam Rahmawati dkk, (2006).
2. Political Motivation ; Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang
dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang
dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah
menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation ; Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba
yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk
penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO ; CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk,
mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO) ; Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai
pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor ; Informasi mengenai kinerja
perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu
disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang
baik.
melalui
klasifikasi.
Manajemen
memiliki
kewenangan
untuk
mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya jika
pendapatan non-operasi sulit didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan
pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi.
b.
Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
penghasilan perusahaan periode saat ini menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya
dilaporkan.
c.
tinggi dan tidak terlalu rendah. Dengan laba yang stabil, investor akan menyukai investasi
pada perusahaan tersebut, karena diperkirakan adanya pembagian dividen yang stabil pula.
Begitu pula dengan kebijakan mempertahankan tingkat hutang. Dalam Brigham dan
Houston (2001 : 13), investor akan berani mengambil keputusan untuk berinvestasi pada
perusahaan dengan DER tinggi karena akan mempunyai pajak yang rendah. Dengan
demikian, investor akan berani mengambil harga pasar yang tinggi pada suatu perusahaan
yang mempunyai laba yang stabil, sehingga memungkinkan harga pasar saham yang
berbeda atau yang lebih tinggi dari nilai intrinsiknya. Harga saham merupakan salah satu
elemen return saham, sehingga berubahnya harga saham akan mempengaruhi perubahan
return saham pula. Di samping itu, tingkat hutang yang tinggi juga akan mempertinggi
beban operasi, sehingga akan memperkecil laba. Investor menyukai laba yang rendah
karena tingkat laba ini juga akan memperkecil pajak. Dengan melakukan income
smoothing, laba yang tinggi akan menjadi lebih rendah dari yang semestinya, begitu pula
sebaliknya laba yang rendah akan menjadi lebih tinggi dari yang semestinya.
Miller dan Modigliani (1958) mengatakan bahwa tingkat hutang yang tinggi dapat
meningkatkan harga saham, sehingga berpengaruh terhadap return saham, sebagai akibat
dari reaksi investor yang lebih mempunyai motivasi pajak dalam kegiatan investasinya.
Rasio hutang berhubungan terbalik dengan keuntungan, di mana semakin tinggi rasio
hutang maka akan semakin rendah keuntungan, dan sebaliknya semakin rendah rasio
hutang maka akan dapat menciptakan keuntungan yang semakin tinggi. Hal tersebut
merupakan dampak dari timbulnya biaya bunga hutang. Keuntungan yang rendah sebagai
akibat dari tingginya tingkat hutang akan berpengaruh pada pajak yang rendah.
Suharli (2005) mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bandhari
(1998) yang mendukung teori di atas, di mana terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara debt to equity ratio dengan return saham. Hasil yang berbeda yang tidak
mendukung teori tersebut juga terdapat dalam Suharli (2005) yang mengutip dari penelitian
yang dilakukan oleh Supranto (1990) dalam Sudarto et al. (1990), yang meneliti hubungan
antara debt to equity ratio dan beta sebagai proksi dari risiko sistemetis, terhadap return
saham. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa return saham dengan debt to
equity ratio memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan, sedangkan hubungan
positif yang signifikan ditunjukkan antara return saham dan beta.
BAB III
KESIMPULAN
Tindakan perataan laba (Income Smoothing) adalah suatu sarana yang dapat
digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi
variabel-variabel (akuntansi) semu atau dengan melakukan transaksi-transaksi riil (Brayshaw
dan Eldin, 1989).
Bagi manajemen, seringkali tidak penting untuk melaporkan laba maksimal, bahkan
manajemen lebih cenderung melaporkan laba yang dianggap normal bagi perusahaan untuk
beberapa periode (Samlawi dan Sudibyo, 2000).
kondisi
yang
dipengaruhi
oleh
angka-angka
akuntansi
Faktor-faktor laba.
adalah pengaruh dari angka-angka laba periodik yang dengan sendirinya juga
mendorong perilaku perataan laba. Perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang
diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio, dkk.,
2002 ).
Income smoothing bisa dihasilkan dari natural smoothing atau intentional smoothing.
Natural smoothing terjadi dari proses income smoothing yang inheren melekat pada proses
pemerolehan laba dan sebenarnya tidak disengaja oleh manajemen. Sedangkan intentional
smoothing ada unsur kesengajaan manajemen. Tindakan income smoothing merupakan
masalah yang kontroversial. Satu sisi, praktik tersebut bersifat legal tanpa melanggar prinsip
akuntansi berterima umum. Namun disisi lain income smoothing yang merupakan bagian
earning management dapat dikatakan sebagai perbuatan yang tidak etis dan tidak bermoral.
Sedangkan pandangan dari sudut hedonisme psikologis dan hedonisme etis income
smoothing adalah tindakan wajar untuk memenuhi hedonisme manusia itu sendiri.