Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang laba dan komponenkomponennya karena informasi ini memainkan suatu peranan yang signifikan dalam proses
pengambilan keputusan oleh pihak eksternal. Informasi laba merupakan komponen laporan
keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu
mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko
investasi atau meminjamkan dana. Hal ini menyebabkan para investor lebih cenderung
memperhatikan laba dalam laporan laba rugi untuk keperluan pengambilan keputusan.
Perilaku investor inilah yang disadari oleh manajemen yang akhirnya mendorong
untuk melakukan perilaku yang tidak semestinya (dysfunctional behaviour). Di lain pihak
terdapat asimetri informasi antara manajemen dengan pengguna laporan keuangan lainnya
seperti investor. Cara yang biasa dilakukan manajemen untuk mempengaruhi angka pada
laporan keuangan adalah dengan melakukan manajeman laba (earning management).
Aktivitas manajemen laba juga dinyatakan dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan
dan kadangkala merupakan indikasi terjadinya tindakan ilegal yang serius dalam pelaporan
keuangan.
Topik perataan penghasilan (income smoothing) terkait erat dengan konsep
manajemen laba (earnings management). Seperti halnya manjemen laba, penjelasan konsep
perataan laba juga menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory). Teori ini
menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manjemen
(agent) dengan pemilik (principal).
Tindakan perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai
penghasilan bersih/laba menjadi menyesatkan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya
kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan, khususnya pihak eksternal (Jatiningrum, 200 ). Perataan laba menjadi suatu hal
yang merugikan investor, karena investor tidak akan memperoleh informasi yang akurat
mengenai laba untuk mengevaluasi tingkat pengembalian dari portofolionya. Tindakan
perataan laba mengakibatkan pengungkapan dalam laporan keuangan menjadi tidak memadai

(Dwiatmini dan Nurkholis, 2001). Fenomena ini merupakan dampak negatif asimetri
informasi dalam konsep teori keagenan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Income Smoothing ?
2. Apa tujuan Incomome smoothing ?
3. Sebutkan Jenis jenis Income Smoothing ?
4. Sebutkan Tekhik - Tekhnik Income Smoothing ?
5. Sebutkan Obyek Income Smoothing ?
6. Bagaimana hubungan income smoothing dengan return saham ?
BAB II
KONSEP DAN TEORI
Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan
keuangan yang sangat penting bagi pihak internal dan eksternal. Informasi laba merupakan
komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan menilai kinerja manajemen,
membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang dan
menaksir resiko investasi atau meminjamkan dana.
Income smoothing sangat berkaitan dengan kandungan informasi atas laba sehingga
penelitian tentang kandungan informasi atas laba sangat mendukung karena bila
pengumuman laba tahunan mengandung informasi, variabilitas perubahan akan nampak lebih
besar pada saat laba diumumkan daripada saat lain selama tahun yang bersangkutan karena
terdapat perubahan dalam keseimbangan nilai harga saham selama periode pengumuman.
Pengumuman laba dikatakan mengandung informasi jika laba yang diumumkan berbeda
dengan laba yang diprediksikan oleh investor.

Kinerja Saham

Suatu perusahaan dapat menjual kepemilikannya dalam bentuk saham, Saham


merupakan tanda bukti pengambilan bagian dalam suatu perseroan terbatas. Saham menarik
investor karena adanya keuntungan yang dapat dinikmati. Harapan keuntungan yang dapat
dinikmati dari investasi antara lain :

1. Deviden merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan perusahaan


2. Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh dati selisih jual dengan
harga belinya.
3. Manfaat non financial yaitu timbul kebanggan dan kekuasaan memperoleh suara
dalam menentukan jalannya perusahaan.
Berdasarkan fungsinya nilai suatu saham dapat dibagi atas tiga, yaitu :
1. Par Value (nilai nominal)
Nilai nominal merupakan nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan
akuntansi. Nilai ini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu.
2. Base Price (harga dasar)
Harga perdana (untuk mentukan) nilai dasar dipergunakan dalam perhitungan
indeks harga saham. Harga dasar akan berunag sesuai dengan aksi emiten.
3. Market Price (harga pasar)
Harga pasar merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling
mudah di tentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang
sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup maka harga pasar adalah harga
penutupannya (closing price). Harga pasar ini merupakan harga jual dari investor
yang satu dengan investor yang lain. Harga pasar inilah yang menentukan naik
atau turunnya suatu saham dan setiap hari harga saham ini diumumkan pada
media.
Saham pada umunya mempunyai tiga karakteristik utama yang membedakan dengan
kesempatan investasi yang lain :
1. Saham tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap atau pasti,
2. Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo tertentu.
3. Pemilik atau pemegang saham biasa akan memiliki hak untuk ikut serta dalam
Rapat Umum Pemegang Saham
Jenis saham dibedakan menjadi dua saham biasa (common stock) dan saham
preferen (preferred stock). Saham biasa merupakan saham yang tidak memperoleh hak

istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen selama
perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara dalam RUPS
sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Apabila perusahaan hanya mengeluarkan satu
kelas atau satu jenis saham saja, saham ini disebut saham biasa (common stock). Untuk
menarik investor potensial lainnya suatu perusahaan mungkin juga mengeluatkan kelas lain
dari saham yaitu yang disebut dengan saham preferen (preffered stock). Saham preferen
erupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden atau bagian kekayaan
pada saat perusahaan dilikuidasi terlebih dahulu dari saham biasa. Saham preferen
mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak-hak priorotas dari saham preferen
yaitu hak atas dividen yang tetap dan hal terhadap aktiva jika terjadi likuidasi. Akan tetapi
pada umumnya,saham preferen tidak mempunya hak veto seperti yang dimilki oleh saham
biasa.
Dividen sifatnya tidak relevan didalam menentukan nilai dari perusahaan, namun
masih banyak perusahaan yang membayar dividen bahkan meningkatkan nilai devidennya.
Dalam suatu penelitian tidak ditemukan bukti bahwa dividen mengandung informsi. Akan
tetapi hasil studi yang terbaru lebih mendukung bahwa deviden mengandung informasi.
Beberapa pendekatan telah digunakan untuk menguji kandungan informasi dari dividen.
Pendekatan yang dilakukan adalah memasukan dividen kedalam model laba untuk
memperediksi laba masa depan. Dividen mempunyai informasi jika kekuatan prediksi model
laba menjadi meningkat dan menyebabkan laba. Deviden yang diperoleh oleh investor
dipengaruhi oleh kemampuan manajemen perusahaan untuk beroperasi secar menguntungkan
ditangah-tengah lingkungan usaha yang semakin kompetitif. Dengan kinerja yang baik maka
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan juga akan lebih terkamin sehingga harapan
investor untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang terpenuhi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, antara lain :
1. Harapan investor terhadap tingkat pendapatan deviden untuk masa yang akan
datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden suatu saat stabil maka harga
saham cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan deviden
berfluktuasi karena siklus perusahaan atau perubahan teknologi maka harga
saham berfluktuasi juga.

2. Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan tercermin dari


earning per share (EPS) terkait dengan kenaikan harga saham. Apabila fluktuasi
dari EPS semakin besar maka harga saham akan semakin besar pula.
3. Kondisi perekonomian. Kondisi yang akan datang selalu dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi perekonomian saat ini stabil dan
mantap maka investor optimis terhadap kondisi yang akan datang sehingga harga
saham cenderung stabil dan demikian sebaliknya.

2.2 Informasi Laba


Laba secara akuntansi merupakan perbedaan antara realisasi penghasilan yang
berasal dari transaksi perusahaan apada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan tersebut. Tetapi IAI memiliki pengertian sendiri
mengenai income. IAI justru tidak menterjemahkan income sebagai laba tetapi dengan istilah
penghasilan. Dalam konsep Penyusunan dan enyajian Laporan Keuangan income diartikan
sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan
atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribus penanam modal. Menurut Belkaoui laba adalah hal yang
mendasar dan penting dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan di berbagai
konteks.
Laba akuntansi secara operasioanal dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara
realisasi laba yang tumbuh dari transaksi-transaksi selama periode berlangsung dan biayabiaya histori yang berhubungan. Definisi tersebut menunjukan adanya lima karakteristik yang
terdapat dalam laba akuntansi :
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh perusahaan
(laba muncul dari penjualan barang atau jasa dikurangi biaya-biaya yang
dibutuhkan untuk melakukan penjulan tersebut).
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periode dan mengacu pada kinerja
keuangan dari perusahaan selama satu periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip laba dan membutuhkan definisi


pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4. Laba akuntansi meminta adanya pengukuran beban-beban dari segi biaya
historinya terhadap perusahaan, yang menunjukan ketaatan yang tinggi pada
prinsip biaya.
5. Laba akuntansi meminta penghasilan yang terealisasi diperiode tersebut
dihubungkan dengan biaya-biaya relevan yang terkait.
Tidak adanya persamaan pendapat untuk mendefinisikan laba secara tepat
disebabkan oleh luasnya penggunaan konsep laba. Para pemakai laporan keuangan
mempunyai konsep laba sendiri yang dianggap paling cocok untuk pengambilan keputusan
mereka. Nilai pada laporan keuangan seperti laba bersih perusahaan dianggap sebagai sinyal
yang menunjukan nilai dari perusahaan. Hal ini menjasikan perhatian investor dan calon
investor terpusat pada laba suatu perusahaan. Seoarang investor yang rasioanal akan
membuat prediksi terlebih dahulu sebelum membuat keputusan dengan mengamati sinyal
yang di berikan perusahaan. Investor sering memusatkan perhatiannya hanya pada informasi
laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba
tersebut. Hal ini mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba (earning
management) dan menyebabkan manajemen untuk mnegelola laba dalam usahanya membuat
entitas tampak bagus secara finansial. Salah satu tindakan manajemen atas laba yang dapat
dilakukan adalah tindakan income smoothing.

BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Income Smoothig


Menurut Belkaoui perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi
laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi
pendapatannya

ke

periode-periode

yang

kurang

menguntungkan.Income

Smoothing adalah bentuk manajemen pendapatan yang merefleksikan akibat atau hasil
ekonomi, bukan karena hasil-hasil tersebut, melainkan karena manajemen menghasilkan
kualitas

laba

atau

keuntungan

yang

lebih

rendah

karena

pendapatan

tidak

menggambarkan kinerja ekonomi suatu bisnis selama periode tertentu. Income


Smoothing tidak tergantung pada kecurangan dan distorsi atau perubahan, melainkan pada
peluang yang muncul dalam alternatif prinsip-prinsip akuntansi transaksi yang diterima
dan penyebarannya. Teori Efficiency Market Hypothesis (EMH) menyebutkan bahwa
laporan keuangan dapat mempengaruhi pasar modal. Ini menunjukkan betapa pentingnya
peranan laporan keuangan. Karena pentingnya laporan keuangan ini di masyarakat barat
khususnya, maka menunjang manajemen melakukan hal-hal yang mengubah laporan laba
rugi untuk kepentingan pribadinya, seperti mempertahankan jabatan atau mendapatkan
bonus yang tinggi. Biasanya laba yang stabil di mana tidak banyak fluktuasi

atau variance dari suatu periode lain dinilai sebagai prestasi baik. Upaya menstabilkan
laba ini disebut income smoothing.

2.2 Tujuan Incoming Smoothing


Perataan laba mempunyai tujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan
guna mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan harga pasar perusahaan.
Menurut Foster dalam penelitian Dwimulyani dan Abraham, tujuan perataan laba adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa
yang akan datang.
2. Memprediksi citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki
resiko yang rendah.
3. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemajuan manajemen.
4. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
5. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.

2.3 Jenis Perataan Laba


Ada dua jenis perataan laba, yaitu (Riahi-Belkaoui, 2004):
1. Intentional atau designed smoothing
Intentional atau smoothing ialah keputusan atau pilihan yang dibuat untuk mengatur
fluktuasi earnings pada level yang diinginkan.
2. Natural Smoothing
Natural smoothing adalah income generating process yang natural, bukan dari hasil
tindakan yang diambil manajemen.

2.4 Faktor Pendorong Perataan Laba


Faktor yang diasumsikan menyebabkan manajer melakukan perataan laba menurut buku
Accounting Theory selanjutnya Scott, mengemukakan beberapa terjadinya motivasi
manajemen laba, yaitu:
1. Bonus Purposes ; Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak

secara

oportunistik

untuk

melakukan

manajemen

laba

dengan

memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985 dalam Rahmawati dkk, (2006).
2. Political Motivation ; Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang
dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang
dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah
menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation ; Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba
yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk
penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO ; CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk,
mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO) ; Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai
pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor ; Informasi mengenai kinerja
perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu
disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang
baik.

2.4 Teknik Perataan Laba


Berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba diantaranya ialah (Sugiarto, 2003:

1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi.atau pengakuan transaksi. Pihak


manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan
manajemen sendiri (accruals) misalnya biaya riset dan pegembangan.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai
wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu.
Misalnya: jika penjualan meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset
dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan
laba.
3. Perataan

melalui

klasifikasi.

Manajemen

memiliki

kewenangan

untuk

mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya jika
pendapatan non-operasi sulit didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan
pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi.

2.5 Obyek incoming Smoothing


Sasaran dalam melakukan perataan laba dapat difokuskan pada aktivitas yang umumnya
dilakukan oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi aliran dana atau informasi. Artinya
untuk menciptakan laporan keuangan yang diinginkan, manajemen dapat memasukkan
informasi yang seharusnya dilaporkan pada periode yang telah lalu atau yang akan datang ke
dalam laporan periode saat ini atau sebaliknya.
Beberapa unsur dalam laporan keuangan yang sering kali dijadikan sasaran untuk melakukan
perataan laba, antara lain
1. Unsur Waktu
Perataan laba yang melalui periode waktu tertentu dapat dilakukan dengan tiga cara :
a. Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya kejadian tertentu melaui kebijakan
yang dimiliki untuk mengurangi variasi laba yang dilaporkan.
b. Manajemen dapat mengalokasikan pendapatan atau biaya tertentu utnuk beberapa
periode akuntansi.
c. Manajemen memilki kebijakan sendiri untuk mengklaisfikasikan pos-pos laba atau
rugi tertentu dalam kategori yang berbeda.

2. Unsur Penjualan, yaitu:


a.

Pada saat pembuatan faktur penjualan, misalnya pihak manajemen melakukan


transaksi penjualan yang sebenarnya terjadi untuk periode yang akan datang tetapi
pembuatan fakturnya dilakukan dan dilaporkan sebagai penjualan pada periode saat
ini.

b.

Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
penghasilan perusahaan periode saat ini menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya
dilaporkan.

c.

Dengan cara downgrading (menurunkan nilai produk), misalnya dengan cara


menuliskan dalam faktur penjualan bahwa produk yang dijual termasuk dalam
kelompok produk rusak atau cacat, sehingga harga yang tercantum menjadi lebih
rendah dari harga yang sebenarnya terjadi. Dengan hasil akhir dalam laporan
keuangan bahwa penghasilan dari penjualan perusahaan menjadi lebih rendah dari
penjulan yang seharusnya terjadi.

3. Unsur Biaya, Yaitu:


a. Mencegah faktur pembelian misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau pesanan
dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan selanjutnya dan selanjutnya
dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda, sehingga kemudian
dilaporkan ke dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda.
b. Dengan memecah faktur pembelian juga memungkinkan terjadinya peningkatan biaya
angkut barang dan atau peningkatan baiaya administrasi yang semula hanya satu kali
menjadi beberapa kali.
c. Mencatat biaya dibayar dimuka (prepayment) sebagai biaya. Misalnya melaporkan
sewa dibayar dimuka untuk periode yang akan datang sebagai biaya sewa untuk
periode saat ini.

2.6 Hubungan income smoothing dengan return saham


Praktik income smoothing diindikasi akan mencerminkan laba yang tidak terlalu

tinggi dan tidak terlalu rendah. Dengan laba yang stabil, investor akan menyukai investasi
pada perusahaan tersebut, karena diperkirakan adanya pembagian dividen yang stabil pula.
Begitu pula dengan kebijakan mempertahankan tingkat hutang. Dalam Brigham dan
Houston (2001 : 13), investor akan berani mengambil keputusan untuk berinvestasi pada
perusahaan dengan DER tinggi karena akan mempunyai pajak yang rendah. Dengan
demikian, investor akan berani mengambil harga pasar yang tinggi pada suatu perusahaan
yang mempunyai laba yang stabil, sehingga memungkinkan harga pasar saham yang
berbeda atau yang lebih tinggi dari nilai intrinsiknya. Harga saham merupakan salah satu
elemen return saham, sehingga berubahnya harga saham akan mempengaruhi perubahan
return saham pula. Di samping itu, tingkat hutang yang tinggi juga akan mempertinggi
beban operasi, sehingga akan memperkecil laba. Investor menyukai laba yang rendah
karena tingkat laba ini juga akan memperkecil pajak. Dengan melakukan income
smoothing, laba yang tinggi akan menjadi lebih rendah dari yang semestinya, begitu pula
sebaliknya laba yang rendah akan menjadi lebih tinggi dari yang semestinya.
Miller dan Modigliani (1958) mengatakan bahwa tingkat hutang yang tinggi dapat
meningkatkan harga saham, sehingga berpengaruh terhadap return saham, sebagai akibat
dari reaksi investor yang lebih mempunyai motivasi pajak dalam kegiatan investasinya.
Rasio hutang berhubungan terbalik dengan keuntungan, di mana semakin tinggi rasio
hutang maka akan semakin rendah keuntungan, dan sebaliknya semakin rendah rasio
hutang maka akan dapat menciptakan keuntungan yang semakin tinggi. Hal tersebut
merupakan dampak dari timbulnya biaya bunga hutang. Keuntungan yang rendah sebagai
akibat dari tingginya tingkat hutang akan berpengaruh pada pajak yang rendah.
Suharli (2005) mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bandhari
(1998) yang mendukung teori di atas, di mana terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara debt to equity ratio dengan return saham. Hasil yang berbeda yang tidak
mendukung teori tersebut juga terdapat dalam Suharli (2005) yang mengutip dari penelitian
yang dilakukan oleh Supranto (1990) dalam Sudarto et al. (1990), yang meneliti hubungan
antara debt to equity ratio dan beta sebagai proksi dari risiko sistemetis, terhadap return
saham. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa return saham dengan debt to
equity ratio memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan, sedangkan hubungan
positif yang signifikan ditunjukkan antara return saham dan beta.

BAB III
KESIMPULAN

Tindakan perataan laba (Income Smoothing) adalah suatu sarana yang dapat
digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi
variabel-variabel (akuntansi) semu atau dengan melakukan transaksi-transaksi riil (Brayshaw
dan Eldin, 1989).
Bagi manajemen, seringkali tidak penting untuk melaporkan laba maksimal, bahkan
manajemen lebih cenderung melaporkan laba yang dianggap normal bagi perusahaan untuk
beberapa periode (Samlawi dan Sudibyo, 2000).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan-smoothing perilaku:


1. profitabilitas
2. tingkat hutang,
3. tingkat pembayaran dividen
4. ukuran perusahaan
Faktor-faktor pendorong perataan laba dapat dibedakan atas :

Faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi


merupakan

kondisi

yang

dipengaruhi

oleh

angka-angka

akuntansi

sehingga perubahan akuntansi yang mempengaruhi angka-angka akuntansi akan


mempengaruhi kondisi itu.

Faktor-faktor laba.
adalah pengaruh dari angka-angka laba periodik yang dengan sendirinya juga
mendorong perilaku perataan laba. Perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang
diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio, dkk.,
2002 ).

Income smoothing bisa dihasilkan dari natural smoothing atau intentional smoothing.
Natural smoothing terjadi dari proses income smoothing yang inheren melekat pada proses
pemerolehan laba dan sebenarnya tidak disengaja oleh manajemen. Sedangkan intentional
smoothing ada unsur kesengajaan manajemen. Tindakan income smoothing merupakan
masalah yang kontroversial. Satu sisi, praktik tersebut bersifat legal tanpa melanggar prinsip
akuntansi berterima umum. Namun disisi lain income smoothing yang merupakan bagian
earning management dapat dikatakan sebagai perbuatan yang tidak etis dan tidak bermoral.
Sedangkan pandangan dari sudut hedonisme psikologis dan hedonisme etis income
smoothing adalah tindakan wajar untuk memenuhi hedonisme manusia itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai